12/15/2020

Nifaq dan Munafiq

Sering kita mendengar orang mengatakan munafiq atau bahkan kita pun kadang mengatakan pada orang lain bahwa dia orang munafiq. Alangkah ironisnya jika menyebut orang lain sebagai orang munafiq namun dirinya juga termasuk munafiq pula. Karena itu penting bagi kita untuk mengetahui tentang munafiq. Bahwa munafiq berasal dari bahasa Arab nafaqa-yunafiqu-nifaaqan yang berarti ketidaksesuaian antara yang diperlihatkan dengan yang disembunyikan. Jadi nifaq adalah salah satu perilaku tercela yang hendaknya untuk dihilangkan, karena nifaq ini akan mendatangkan bencana, malapetaka, musibah, bahkan bisa mendatangkan kehancuran. 

 


Sedangkan orangnya adalah munafiq, jadi orang munafiq adalah orang yang menyembunyikan kebenaran, apa yang dinampakkan tidak sesuai dengan apa yang disembunyikan. Antara ucapan dengan hati tidak selaras dan seimbang. Rasulullah Muhammad SAW memberikan perhatian terhadap orang-orang muslim untuk waspada terhadap perilaku munafiq. Beliau menyebutkan tentang-tanda-tanda orang munafiq:

 

 أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا أَوْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ 

"Ada empat hal yang bila ada pada seseorang berarti dia adalah munafiq atau siapa yang memiliki empat kebiasaan (tabi'at) berarti itu tabiat munafiq sampai dia meninggalkannya, yaitu jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat kesepakatan khiyanat dan jika bertengkar (ada perselisihan) maka dia curang”. (HR. Buchari: 2279) 

 

Dalam hadits tersebut Rasulullah Muhammad SAW menyebutkan tanda-tanda munafiq ada empat, yaitu: 

1. Jika berbicara dusta. 

2. Jika berjanji ingkar. 

3. Jika membuat kesepakatan khiyanat. 

4. Jika bertengkar (ada perselisihan) maka dia curang.

 

Coba kita renungkan bila empat sifat atau salah satu saja diterapkan dalam kehidupan niscaya akan terjadi kehancuran. Bicaranya manis untuk didengar namun ternyata palsu, bila berjanji tidak pernah menepati, bila diberi amanah dan kepercayaan kok berkhianat, bila terjadi perselisihan mencari jalan pintas dan berbuat curang maka niscaya tidak ada ketenangan dan kenyamanan dalam kehidupan. 

 

 Akhlaq yang baik dan buruk bisa terbentuk karena kebiasaan, lingkungan dan pendidikan, sedangkan agama memerintahkan untuk selalu berbuat baik. Agama memberikan peringatan bahwa semua amal perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban, seluruh organ tubuh manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban, pada hari qiayamat setiap orang akan mengatakan dengan jujur, mulai dari telinga digunakan untuk mendengarkan apa saja, mata digunakan untuk melihat apa saja, hati digunakan untuk apa. Allah SWT telah mengingatkan dalam Alquran surat Al Isra’ ayat 36:

 

 وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ, اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. 

 

Berfikirlah sebelum bertindak, berhati-hatilah dalam setiap ucapan dan perbuatan agar tidak akan terjadi penyesalan. Selagi masih diberikan kesempatan panjang umur masih terbuka jalan untuk memperbaiki diri, mencari bekal untuk hari esok. Menanam kebaikan sebanyak mungkin karena bila kematian telah datang maka tidak ada kesempatan untuk memperbaiki. Memperbaiki dengan merenung memikirkan kekurangan diri sendiri bukan kekurangan orang lain. Karena teramat mudah untuk meniti kekurangan orang lain. Ingat meniti kekurangan diri akan menjadikan pribadi yang berakhlaq mulia sebaliknya meniti kekurangan orang lain akan memperkeluh hati dan pikiran. 

 

Tidak ada manusia yang sempurna kecuali orang berupaya untuk mencari kesempurnaan. Tidak ada manusia yang paling baik kecuali manusia yang selalu berupaya untk berbuat baik. Tidak ada kesalahan yang menjadi baik kecuali menyadari bahwa dirinya telah berbuat salah kemudian berupaya untuk merubahnya.atidak adda dosa yang tidak diampuni kecuali segera bertobat untuk tidak mengulanginya lagi.