5/24/2018

Pentingnya Pendidikan Aqidah Dalam Keluarga



Luqmanul Hakim adalah sosok manusia biasa diberi hikmah oleh Allah sehingga mempunyai derajad kenabian. Namanya diabadikan didalam Alquran, beliau mempunyai prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran terhadap keluarga. Apa pelajaran pertama yang disampaikan kepada anak-anaknya, beliau ternyata mengutamakan prinsip pengajaran tentang aqidah atau keyakinan terhadap Allah. Firman Allah dalam Alquran Surat Luqman ayat 13:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Prinsip-prinsip keyakinan ini untuk selanjutnya diimplementasikan pada amal nyata, karena sesungguhnya abukan disebut sebagai orang yang beriman tanpa amal, dan amal yang baik adalah yang erdasar pada keimanan, adapun implentasi dari keimanan/ keyakinan itu disebutkan secara berturut-turut mulai ayat 14-19 dengan intisari perintah:

  1. Berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
  2. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku
  3. Senantiasa memberi motivasi untuk berbuat baik, karena sekecil apapun kebaikan akan tetap memdapatkan pahala, bahkan sekalipun berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi
  4. Menyuruh untuk mendirikan shalat.
  5. Menyuruh orang lain untuk mengerjakan yang baik dan mencegah (mereka) dari perbuatan yang mungkar.
  6. Senantiasa bersabar ketika mendapatkan musibah.
  7. Senantiasa bersyukur kepada Allah.
  8. Jangan berpaling kepada manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
  9. Bersikap sederhana ketika berjalan dan melembutkan suara.


Ternyata prinsip keyakinan ini teramat penting karena fondasi kokohnya bangunan keluarga tergantung dari penanaman keyakinan terhadap Allah. Setiap orang hendaknya meyakini bahwa alam semesta beserta isinya adalah ciptaan Allah dan manusia sebagai hamba Allah yang diberikan amanat untuk menjadi khalifah di muka bumi. Bahwa bumi telah dihamparkan sebagai tempat berpijak dan langit menjadi atap, hujan diturunkan dari langit dan darinya Alah menumbuhkan beraneka macam tanaman yang menghasilkan bagi manusia untuk kesejahteraan hidup manusia.

Jadi bahwa setelah Allah menciptakan bumi beserta isinya, Allah tidak membiarkan makhluknya dalam keadaan terlantar dan kekurangan, namun semuanya telah disediakan oleh Allah. Karena itu Allah telah memberikan perlengkapan hidup dan kekuatan untuk meraih apa yang diharapkan, ingin menjadi orang kaya, yang hidup serba kecukupan, manusia bisa meraihnya karena bahan-bahannya telah tersedia, dan penciptaan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Kurang apa bila manusia telah diberikan panca indra yang dilengkapi dengan akal, hati dan nafsu.

Dengan akal, manusia akan bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar dan aman yang salah, dengan akal manusia bisa menerjemahkan dan memahami ayat-ayat Allah. Dan agar tidak tersesat dari pola fikir bebas maka Allah memberikan tuntunan berupa kitab suci dan sunnah nabi. Dengan hati manusia akan bisa merenungkan keagungan Allah, sehingga dirinya merasa selalu dekat dan berada dalam pengawasan Allah SWT, dengan nafsu manusia mempunyai dorongan dan motivasi untuk mewujudkan obsesinya.

Orang akan mempunyai dorongan untuk menegakkan shalat dengan istiqomah bila telah mempunyai fondasi keyakinan, walaupun dalam tataran awal khususnya bagi orang-orang awam bahwa shalat hanya untuk menggugurkan kewajiban, sehingga bila telah memenuhi syarat dan rukunnya maka shalatnya sudah sah. Orang dalam kategori ini kadang sulit dibedakan dalam hal perilakunya dengan orang yang tidak menegakkan shalat atau menegakkan shalat namun hanya kadang-kadang saja.
Berbeda dengan orang yang menegakkan shalat yang bisa menghadirkan hati, maka shalatnya benar-benar menjadi media komunikasi kepada Allah, dirinya merasa dekat dengan Allah. Bahkan dalam menegakkan shalat nyaris tak pernah meraskan adanya beban. Semuanya dilaksanakan mengalir, reflek, bahkan ibadah shalat adalah menjadi media untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah. Syukur terhadap segala pemberian Allah yang sama sekali tidak bisa dihitung. Sehingga orang yang dalam kategori ini dengan shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

Perbuatan keji dan munkar adalah merupakan larangan Allah, seandainya perbuatan keji dan munkar tidak berdosa, maka Allah tidak akan mengutus para rasul yang membawa risalah untuk menyempurnakan akhlaq bagi manusia. Meninggalkan keburukan dan berlomba dalam kebaikan hendaknya dimulai dari keluarga, proses pendidikan, pengajaran dan pemberian keteladanan sehingga di lingkungan masyarakat akan tetap teguh bahkan bisa menjadi motivator dan uswatun hasanah yaitu yang selalu giat memberikan motivasi dan memberikan keteladanan dalam melaksanakan amal kebaikan.

Dua hal antara motivasi dengan keteladanan saling keterkaitan, motivasi yang disampaikan akan mempunyai nilai dan bobot spiritual jika motivator telah mendapatkan pengalaman spiritual. Ibarat menjadi kata yang bertuah, kata bijak penuh makna yang perlu diteladani. Sering terjadi kata hikmah menjadi ucapan kosong yang tak bermakna, karena motivasi hanya suatu upaya merangkai kata-kata yang indah tetapi gersang dari nilai spiritual, antara lisan dan hati tidak konek. Sehingga kata bertuah hanya berlaku sesaat, timbul rasa kagum, namun setelah waktu berlalu tidak ada greget hati untuk mengadakan perubahan menuju yang lebih baik.

Inilah keteguhan yang diawali dengan pendidikan dan penanaman aqidah dalam keluarga, sangat berpengaruh dalam perilaku kehidupan anggota keluarga. Demikian pula dengan keyakinan yang teguh akan berdampak pada sikap optimis dalam menjalani kehidupan. Dengan keyakinan yang teguh maka akan menyadari bahwa dalam segala aktifitas dan perbuatan, sesungguhnya manusia hanya bisa berusaha, manusia bisa bercita-cita yang setinggi-tingginya namun ternyata keputusan berada pada kekuasaan Allah.

Allah yang menentukan qadha dan qadarnya manusia. Bagaimanakah jika orang tidak mempunyai keyakinan yang demikian ini. Niscaya akan menjadi pribadi yang mudah terkena depresi, karena tidak semua usaha dan daya upaya, rencana dan kegiatan akan selalu sukses dan sesuai dengan harapan. Bahkan kadang kesuksesan yang didapatkan membuat pribadi yang angkuh, sebagaimana Fir’aun yang berpandangan bahwa dengan harta dan kekuasaan yang dimiliki dapat mengalahkan segalanya, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Inilah bahayanya karena tidak mempunyai fondasi keimanan kepada Allah SWT. Yang pada akhirnya bahwa apa yang diperoleh baik itu berupa harta, pangkat dan jabatan tidak menjadikan dirinya sebagai pribadi yang bersyukur. Dan jika mengalami kegagalan akan semakin kufur.

Karena itu pendidikan aqidah harus ditanamkan dalam keluarga, Allah SWT menegaskan dalam firmannya:
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. Attahrim: 6)


5/22/2018

Saling Menghormati Anggota Keluarga



Setiap manusia tentu mempunyai keluarga, sebagai tempat berlindung, berkumpul, berbagi suka dan duka. Ada keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dan keluarga yang besar terdiri dari ayah, ibu, dua anak atau lebih, kakek, nenek, pembantu. Keluarga adalah diibaratkan sebagai suatu bangunan. Kuatnya suatu bangunan bila semua unsur saling keterkaitan, saling berhubungan, saling menguatkan dan setiap unsur berada pada posisinya. Fondasi bangunan yang kuat akan menentukan kokohnya suatu bangunan, tiang menjadi penyangga bangunan, pagar atau tembok sebagai penutup dan pemisah antara satu bagian dengan yang lain. Glogor, blandar, usuk, reng sebagai kerangka kap suatu bangunan, atap sebagai penutup bangunan dari panas dan hujan.

Setiap bangunan sudah mempunyai fungsi yang berbeda, jangan sepelekan bagian yang kecil. Karena dia akan menjadi penopang kokohnya suatu bangunan. Demikian pula kerusakan betapapun kecilnya harus diperbaiki. Misalnya atap yang bocor walaupun kecil akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Keluarga diibaratkan suatu bangunan, kokohnya keluarga antara satu anggota dengan yang lain hendaknya saling terjalin untuk saling menghormati, menghargai, saling asah, asih dan asuh.

Karena itu Allah SWT berpesan:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat: 11-12)

Merendahkan, menghina, mencela, memanggil dengan panggilan yang buruk, berburuk sangka, mencari kesalahan dan suka bergunjing hal ini adalah sikap dan perilaku yang merusak sendi-sendi untuk saling menghormati. Karena perlu disadari sesungguhnya andaikan yang dihina, dicela, diejek dicari-cari kesalahnnya adalah keluarganya pada dasarnya dia mencela dirinya sendiri. Rasul bersabda:

"الْمُؤْمنُ للْمُؤْمِن كَالْبُنْيَانِ يَشدُّ بعْضُهُ بَعْضاً " وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِه . متفق عليه .

Seorang mu'min terhadap mu'min yang lain itu adalah sebagai bangunan yang sebagiannya mengokohkan kepada bagian yang lainnya," dan beliau SAW merenggangkan antara jari-jarinya." (Muttafaq 'alaih)

مثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعاطُفِهِمْ ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَداعَى لهُ سائِرُ الْجسدِ بالسهَرِ والْحُمَّى " متفقٌ عليه .

"Perumpamaan kaum mu'minin dalam hal saling sayang-menyayangi, saling kasih mengasihi dan saling iba-mengiba itu adalah bagaikan sesosok tubuh. Jikalau salah satu anggota dari tubuh itu ada yang merasa sakit, maka tertarik pula seluruh tubuh, karena ikut merasakan sakitnya, dengan berjaga, tidak tidur, serta merasa panas." (Muttafaq 'alaih)

Sikap saling menghormati menjadi sarana kokohnya suatu keluarga, dan pembelajaran yang baik ini akan berpengaruh dalam pergaulan ditengah-tengah masyakat serta di segala komunitas senantiasa akan mengembangkan sikap saling menghormati. Ada beberapa model dan cara untuk mengembangakan sikap saling menghormati khususnya dalam keluarga:

  1. Bertutur kata yang baik, panggillah dengan panggilan yang baik, bila terhadap yang tua panggillah dengan kakek, nenek, ayah, ibu, bapak, papa, mama, abi umi, kakak, mbak, mas, om, tante. Dan panggilan dari orang tua kepada yang lebih muda dengan nak, dik, le, nang, gus dan lainnya. Sehingga panggilan yang baik ini akan berpengaruh terhadap orang yang dipanggil. Bandingkan bila memanggil langsung pada penyebutan namanya, tentu akan menimbulkan perasaan yang tidak baik.
  2. Jauhkan dari kata-kata yang kotor bila mendapati saudaranya melakukan kesalahan tetapi berilah dengan nasehat yang baik. Sesungguhnya kata-kata yang kotor akan membawa perubahan sikap dan perilakunya baik terhadap sesama keluarga maupun perilaku dalam beraktifitas. Bila sebagai pelajar atau santri akan menimbulkan kurang minat belajar dan bagai pegawai, karyawan dan pekerja akan menurunkan minat kerja serta sikap yang kurang simpatik.
  3. Tutur kata memegang peran penting dalam sikap dan perilaku, sehingga dalam bahasa jawa terdapat basa karma inggil, madya lan ngoko. Dengan basa jawa krama akan menjaga keharmonisan dan dapat mengindarkan percekcokan. Misalnya anak pada orang tua, istri dengan suami. Dan untuk melakukan pendidikan yang tuapun bisa berhasa jawa krama dengan yang lebih muda.
  4. Menjaga akhlaq, sopan-santun, perbuatan dan berusaha untuk memberikan teladan.
  5. Biasakan untuk memberikan pujian dan penghargaan bila yang lain telah pekerjaan yang mendatangkan kebaikan.
  6. Mendengarkan ketika dinasehati atau mendengarkan saat saudara yang lain bicara, tidak memotong atau meninggalkan pembicaraan sebelum semuanya jelas.
  7. Terdapat sikap saling bertegur sapa, menolong, setiap ada kesulitan akan ditanggung secara bersama.


Bila senantiasa dapat mengembangkan sikap demikian ini tentu akan dapat mewujudkan keluarga yang bahagia, sejahtera lahir dan batin, keluarga yang menjadi idaman setiap orang.

5/18/2018

Berkah Puasa dalam Keluarga



Puasa Ramadhan adalah perintah Allah yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tujuan akhir puasa adalah untuk menjadi orang yang bertaqwa. Karena itu taqwa adalah suatu predikat yang yang harus diusahakan. Ingin menjadi orang yang taqwa diantaranya dengan meleksanakan puasa Ramadhan. Setiap perintah Allah akan membawa konsekwensi, hikmah, barakah dan keutamaan. Demikian pula puasa Ramadhan banyak membawa hikmah, rahmah dan berkah, bagaimanakah berkah puasa dalam keluarga?

Kata berkah berasal dari kata barakah menurut bahasa adalah azziyadah yang berarti tambahan, nilai tambah. Assa’adah kebahagiaan, addu’a doa, al manfaah kemanfaatan, al baqa’ kekal, attaqdis sesuatu yang suci. Adapun menurut istilah adalah tsubutul khairillahi fisy-syai yaitu Allah menetapkan kebaikannya itu di dalam sesuatu (yang telah ditentukan Allah). Dengan barakah itu pada mulanya orang tidak mempunyai apa-apa lalu Allah menetapkan keberkahannya, maka orang itu menjadi mulia. (Tafsir Mau’udhui, Pembangunan Ekonomi Umat, Kementerian Agama RI 2012: hal 145)
Jika dalam harta terdapat barakah, maka harta itu baik, bermanfaat dan mencukupi bahkan nilai kualitasnya melebihi nilai kuantitasnya. Keberkahan dari Allah kadang datang dari arah yang tidak di duga atau dirasakan secara materiil dan tidak pula dibatasi atau bahkan diukur. Rasulullah SAW pernah berdoa dan di baca berulang-ulang Allahummafirli dzanbi wawassi’li fi daari wa barikli fi rizki wahai Allah, ampunilah dosaku, lapangkanlah bagiku rumahku dan berkailah aku dalam rezkiku.
Keluarga menjadi pilar utama untuk meraih keberkahan:


“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. Attahrim: 6)

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa menurut Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Yakni amalkanlah ketaatan kepada Allah dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kamu dari api neraka.

Menurut Qatadah makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” yaitu memerintahkan untuk taat kepada Allah dan mencegah dari perbuatan durhaka kepada Allah, menegakkan perintah Allah, menganjurkan melaksanakan dan membantu untuk mengamalkannya. Bila melihat perbuatan maksiat terhadap Allah berada disekitarnya, maka harus dicegah dan melarang untuk melakukannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim mengajarkan kepada keluarganya, baik dari kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya. hal-hal yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka jauhi.

Dalam hadis Rasulullah SAW pernah bersabda:
مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ، فَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا رواه ابوا داوود)

“Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai tujuh tahun; dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya”. (HR. Abu Dawud)

Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memulai melakukan pendidikan, pelatihan dan sekaligus pembiasaan perbuatan baik, perbuatan yang diperintahkan Allah dan tidak dilarang oleh agama dimulai dari dirinya sendiri. Bila meneladani Rasulullah SAW bahwa apa yang beliau lakukan itulah yang telah beliau katakana, dan apapun yang beliau katakan tentu dilakukan. Karena itulah beliau menjadi figur uswatun hasanah/ suri tauladhan yang baik..

Setelah melakukan pembinaan terhadap dirinya sendiri dilanjutakan dengan pembinaan terhadap keluarga. Puasa Ramadhan menjadi mementum untuk melakukan pendidikan dan sekaligus ajang shilaturrahmi dalam keluarga. hal ini tentu saja tidak lepas dari perilaku hidup di zaman modern yang menuntut cepat, mudah bahkan kadang instan. Ketika masing-masing anggota keluarga sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Bahkan kadang-kadang hanya bisa bertemu pada waktu pagi hari dan malam hari saja, bahkan orang tua yang mempunyai anak masih kecil pagi hari melihat anaknya masih tidur, pulang kerja anaknya sudah tidur, setiap pribadi sudah menghabiskan waktu ditempat kerja.

Puasa bukan hanya upaya untuk menahan diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan sex sejak waktu imsya’ hingga terbenam matahari. Ternyata diiringi dengan perilaku positif untuk menambah kuantitas ibadah, misalnya tentang shalat sunnah, tadarus Alquran, meningkatkan infaq, shadaqah, dan amaliyah ibadah lainnya. Sehingga diharapkan akan menjadi kebiasaan yang kelak akan dilaksanakan dengan ringan, mudah dan tanpa beban sehingga dari kuantitas ibadah akan beralih menjadi ibadah yang berkualitas.

Karena itu ternyata momentum puasa Ramadhan bisa mendatangkan keberkahan:

  1. Puasa Ramadhan menjadi langkah untuk mewujudkan kelurga sakinah, mawaddah dan rahmah. Dalam puasa akan menanamkan keyakinan yang mantap, sifat sabar, ikhlas, disiplin, menyadarkan sikap bertanggung jawab. Keluarga idaman bukan datang dengan sendiri namun harus diupayakan. Ibadah puasa menjadi salah satu media yang akan mendatangkan keberkahan. Bagaimana akan menjadi keluarga Samara bila dalam keluarga tidak tertanam sikap disiplin, ikhlas, sabar, keyakinan yang utuh terhadap janji dan ancaman Allah.
  2. Setiap keluarga bisa berkumpul disaat berbuka dan sahur. Berbuka puasa dan sahur menjadi momentum kebersamaan dalam keluarga. Bagaimanakah setiap diri bisa saling mengingatkan untuk meneladani cara makan yang dilakukan oleh Rasulullah, berdoa sebelum makan, mengambil yang terdekat, tidak berlebihan, tidak sambil bergurau, mengunyah tidak berbunyi, sambil duduk. Termasuk disaat berbuka dan sahur orang tua bisa menanyakan tentang segala hal yang berkaitan dengan putra-putrinya, misalnya tentang sekolahnya, temannya, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Inilah keberkahan yang dirasakan untuk saling asah, asih dan asuh dalam keluarga benar-benar bisa terwujud.
  3. Bersama-sama menyempunakan ibadah dengan menegakkan shalat tarowih. Ibadah shalat tarowih bisa saling memberi motivasi sesama muslim untuk berbondong-bondong ke tempat shalat. Karena ibadah yang dilaksanakan secara bersama-sama akan lebih semarak dan bergairah. Puasa Ramadhan menjadi keberkahan bahwa putra-putri dan keluarga akan turut mengikuti shalat Tarowih, disamping itu juga akan mengikuti siraman rohani berupa kultum dan kehiatan tadarus Alquran. Karena itu keberkahan yang berupa amaliyah ibadah, setiap diri dalam keluarga hendaknya bisa saling memotivasi. Sehingga motivasi secara jam’iyah akan memotivasi keluarga dan keluarga akan memotovasi setiap anggota. Karena itu keberkahan ini hendaknya selalu ditingkatkan dan diwujudkan. Sehingga ibadah shalat Tarowih yang biasanya sangat ramai pada 10 hari yang pertama, hal ini karena motivasi jam’iyah. Maka hendaknya pada 20 hari terakhir motivasi justru berasal dari tiap diri dan keluarga bisa saling memotivasi agar pelaksanaan shalat tarowih selama bulan Ramadhan akan tetap semarak dan bergairah.
  4. Makanan dan minuman yang enak. Pada bulan Ramadhan pada umumnya berupaya untuk menyediakan menu spesial untuk berbuka dan sahur, menu ini biasanya jarang ditemukan bila tidak sedang berpuasa. Sehingga saat berbuka menjadi saat yang dinantikan. Pada dasarnya di saat lapar dan dahaga, makan dan minum apapun tetap enak, namun tenyata saat berbuka sudah mengupayakan dengan hidangan yang berbeda.
  5. Pada saat akhir bulan Ramadhan akan diakhiri dengan Idul Fitri, saat itulah pada umumnya disaat shalat Id dan shilaturrahmi berupaya untuk mengungkapkan kegembiraan dengan mensyukuri atas nikmat Allah, bergembira merayakan Idul Fitri dengan makanan beraneka macam dan pakaian yang bagus-bagus. Bukan berarti berlebih-lebihan, namun tentu saja ketika semuanya ini tersedia maka orang lainpun akan turut merasa senang. Karena hal ini telah diantisipasi bagaimana agar disaat Idul Fitri semua umat Islam berada dalam kegembiraan. Sehingga bila ada diantara saudara-saudara muslim yang berada dalam kesedihan dan kekurangan maka Islam mengatasinya dengan memberikan zakat fitrah.
  6. Pada bulan Ramadhan nuansa syiar semakin jelas ketika didalam rumah banyak terdengar bacaan Alquran, siaran, ceramah Islam, musik dan sinetron religi.

Begitulah bahwa secara umum setiap perintah Allah pasti ada hikmahnya dan melaksanakan perintah Allah pasti akan mendatangkan keberkahan. Apalagi melaksnakan puasa maka doanya akan dikabulkan Allah, dan melaksanakan puasa Ramadhan maka pahalanya langsung akan diterima oleh Allah SWT. Dan bagi setiap muslim yang melaksanakan amal ibadah pada bulan Ramadhan maka pahalanya akan lipatgandakan oleh Allah, sehingga bila dapat menyempurnakan ibadah puasa maka Allah memberikan keluasan untuk memasuki surga-Nya.

5/14/2018

Menyambuat Ramadhan Hikmah, Barokah, Rahmat, Maghfirah dan Raih Surga.



Allah SWT berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al Baqarah: 183)

Sebentar lagi kita akan masuk pada bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan hikmah, rahmat, barokah dan maghfirah. Bulan dimana seluruh amal ibadah umat Islam dilipatgandakan mulai dari 10 hingga 700 kali. Bulan dimana ketika umat Islam melaksanakan ibadah sunnah akan dicatat pahalanya sebagai ibadah yang wajib, bulan Ramadhan dimana pintu surga dibuka seluas-luasnya dan pintu neraka ditutup, bahkan untuk memberikan kesempatan bagi setiap muslim dengan keleluasaan masuk ke dalam surga, maka Allah membelenggu para syetan yang menjadi musuh hidup bagi manusia. Puasa akan menjadi benteng. Puasa akan membentuk pribadi yang sehat.

Pada bulam Ramadhan Allah SWT menurunkan Alquran sebagai petunjuk hidup umat manusia dan sebagai penjelas atas wahyu Allah yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam bulan tersebut Allah juga akan memberikan keutamaan beribadah dalam satu malam akan dicatat sebagaimana ibadah seribu bulan. Yaitu bagi muslim yang beribadah bertepatan dengan peristiwa lailatul qodar.

Karena itu dengan berbagai macam keutamaan dan kemurahan Allah, bagaimanakah sikap kita ketika akan memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّ مَ اللهُ جَسَادَهُ عَلَى النِّيْرَانِ

“ Barang siapa yang merasa senang akan memasuki bulan Ramadhan maka Allah mengharamkan jasadnya masuk ke naraka (Hadits).

Bukti rasa senang diniatkan didalam hati kemudian dikuatkan dengan tekat dan diaktualisasikan dalam bentuk amal perbuatan. Imam Buchari meriwayatkan dari Abu Ishak bahwa dia pernah mendengar Al Barra’ bahwa ada seorang laki-laki bertopeng besi (kinayah dari muka yang ditutupi dengan baju perang) datang kepada Rasul. Lalu dia bertanya “Wahai Rasulullah, aku berperang dahulu atau masuk Islam dahulu? Nabi menjawab masuk Islam dahulu baru berperang. Setelah masuk Islam dia ikut berperang lalu terbunuh. Kemudian rasul bersabda Dia telah beramal sedikit tapi mendapat pahala yang berlimpah”.

Jadi sebelum masuk bulan suci Ramadhan marilah kita mengaktualkan niat dan cinta menyambut Ramadhan dengan membuat perencanaan-perencanaan baik secara individu maupun secara kolektif. Sehingga nantinya memasuki bulan Ramadhan berupaya untuk meraih keberkahan dari Allah sebanyak-banyaknya yaitu dengan memperbanyak amal ibadah.

Ibadah puasa Ramadhan adalah ibadah yang diulang-ulang dalam setiap tahun, setiap muslimpun juga akan mengulang-ulang ibadah puasa, sejauhmana ibadah puasa dengan segala ibadah sunnahnya dapat membentuk pribadi muslim yang mempunyai sifat dan karakter sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Bagaimanakan puasa akan membentuk pribadi yang ikhlas, karena puasa adalah ibadah yang sirri, nyaris tidak bisa dibedakan antara orang yang berpuasa dengan yang tidak puasa.
Bagaimanakah puasa dapat membentuk pribadi yang jujur hal ini dicontohkan karena orang yang berpuasa hanyalah kesadaran diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan suami istri pada siang hari. Bagaimanakan jika tidak ada sifat jujur, maka akan makan dan minum bila tidak dilihat orang, dan berpura-pura puasa bila bersama dengan muslim yang lain.

Bagaimanakah puasa dapat membentuk pribadi yang dermawan, suka membantu dan meringankan beban dan penderitaaan bagi orang-orang miskin, tentu saja hal ini telah dirasakan, bahwa ketika berpuasa semua orang akan merasakan lapar dan dahaga. Dan ternyata lapar dan dahaga senantiasa dirasakan oleh para fuqara’ masakin yang setiap hari hidup dalam kekurangan.

Bagaimana puasa dapat membentuk pribadi yang sabar, hal ini telah dicontohkan ketika menanti waktu berbuka, tetap akan sabar menanti waktu berbuka walaupun hanya tinggal satu menit tetap dinanti untuk tidak berbuka dahulu.

Bagaimanakah puasa dapat menjadikan pribadi muslim yang merasa dekat dengan Allah. Karena puasa Ramadhan yang mempunyai berbagai macam keutamaan, akan dirasakan baik ketika masih hidup di dunia maupun akan diberikan besok di yaumil qiyamah. Ibadah puasa hendaknya dilakukan secara total. Puasa yang bermakna menahan diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan suami istri sejak imsa’ hingga waktu berbuka, namun ketika berpuasa hendaknya berpuasa pula anggota tubuh yang lain.

اذا صمت فليصم سمعك وبصرك ولسانك عن الكذب والمحارم ودع اذى الجار

“Apabila kamu berpuasa maka berpuasalah telingamu, matamu, mulutmu dari bohong dan melihat perkara yang diharamkan”. (Al Hadits)

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاخة فى ان يدع طعامه وشرابه (روا البخاري)

“ Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan yang mengundang kedurhakaaan, maka Allah tidak butuh terhadap orang yang meningalkan makan dan minum”. (HR. Buchari)

Karena itu bila ibadah puasa tidak bisa meninggalan hal-hal yang demikian itu maka puasa kita akan sia-sia.

(كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع وكم قاسم ليس له قيامه الا السهر (روا احمد

“ Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar, dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapat apa-apa kecuali begadang saja (HR. Ahmad)

Karena itu agar ibadah puasa kita kelak akan lebih bemakna, lebih berbobot, maka kita rencanakan bulan Ramadhan, kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti shalat tarowih dan shalat-shalat sunnah lainnya, tadarus Alquran, i’tikaf, mengadakan atau mengikuti kajian Islam, memperbanyak shadaqah dan lainnya. Selamat menjalankan ibadah puasa, selamat untuk berlomba dalam kebaikan, beruasaha untuk menahan diri dari segala hal yang tidak bermanafaat. Semoga puasa kelak akan menjadikan pribadi yang bertaqwa.