Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan

8/14/2021

Murnikan Niat Karena Allah Karena Setiap Ibadah Dilihat Dari Niatnya

Hari Jumat adalah Sayyidul ayyam yaitu penghulunya hari. Hari Jumat, hari yang lebih utama karena itu, pada hari Jum’at umat Islam banyak memanfaatkan kesempatan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah. Dimulai dari kegiatan pada sore hari, pada umumnya orang-orang setelah melaksanakan shalat magrib kemudian dilanjutkan dengan pembacaan dzikir, tahlil untuk mendoakan kepada para leluhur yang sudah mendahuluinya, memohon kepada Allah agar diberikan kemuliaan, kebahagiaan di alam kubur. Kemudian setelah melaksanakan shalat Isya biasanya dilanjutkan dengan kegiatan majelis taklim, baik yang dilaksanakan di masjid, musholla, langar, surau atau dilaksanakan dari rumah penduduk. Karena umat Islam juga banyak yang mengikuti kegiatan majelis taklim secara bergilir dari rumah angota jemaah ke anggota yang lain.

Kegiatan majelis taklim diselenggarakan secara sukarela, tanpa ada paksaan, tetapi setiap orang biasanya bergabung pada jamaah tertentu, karena merasa ada suatu kecocokan dengan pimpinan, keanggotaan, metode dan materi dalam majelis taklim. Majlis taklim merupakan kegiatan pendidikan agama pada masyarakat yang diselenggarakan secara swadaya, dari Jemaah, oleh Jemaah dan untuk Jemaah, disamping kadang karena inisiatif dari tokoh agama untuk menyebarkan syariat Islam di tengah-tengah masyarakat. Pada majelis taklim tertentu, kadangkala ada yang bersifat statis dan ada yang dinamis, tergantung dari SDM pengurusnya, pada dasarnya jemaah mengikuti apa yang menjadi inisiatif pengurusnya. Pada malam hari banyak pula umat Islam yang menggunakan waktunya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Pada pagi hari pun biasanya banyak orang Islam yang memanfaatkan hari Jumat juga untuk memperbanyak ibadah kepada Allah dengan mengikuti kegiatan kuliah subuh, tadarus Alquran kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke makam, untuk membersihkan pemakaman, menabur bunga dan mendoakan arwah yang telah bersemayam. 

 

Pada siang hari, pada waktu pelaksanaan shalat Jum’at, ada orang Islam mempunyai kepentingan sendiri-sendiri untuk meningkatkan amal ibadahnya. Sebagian orang menyebut sebagai Jum’at berkah, karena itu pada hari Jum’at banyak orang yang mengalokasikan pemikiran, harta, kesempatannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga dengan Jum’at berkah, banyak masjid yang sudah menyediakan kepada para jamaah, hidangan makan siang. Takmir masjid berinisiatif untuk mengumpulkan konsumsi dari para dermawan atas dasar sukarela. Ada Jemaah yang memberikan kesanggupan dan disampaikan kepada takmir masjid dan ada yang langsung dikirim ke masjid. Karena itu untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan kadangkala takmir masjid yang menggunakan dana infaq kotak amal untuk kepentingan para jemaah. 

 

Bagaimana agar jamaah yang tidak mampu merasa tertolong dengan keberadaan masjid, paradigma memakmurkan masjid pada zaman sekarang yang lebih fleksibel, dinamis, kreatif. Bagaimana orang yang tidak mampu, akan muncul rasa suka ke masjid. Mereka menggunakan fasilitas masjid seperti listrik, halaman, teras, serambi, tempat wudhu, MCK, bahkan kadang digunakan untuk kepentingan pribadi. Pengurus masjid tetap memberikan kebebasan untuk menggunakan fasilitas masjid. Secara materi masjid akan kekurangan dana, akibat dari penggunaan air, listrik dan alat kebersihan, biaya tenaga kebersihan. Tetapi justru yang demikian ini bisa menyadarkan orang-orang yang tidak mampu, muncul dorongan untuk memberikan sesuatu guna kepentingan masjid. 

 

Ada satu kisah bahwa pada suatu saat ada seorang yang melaksanakan salat Jumat di Masjid, orang tersebut berupaya ingin mengetahui kondisi masjid, bagaimana kegiatan shalat Jum’atnya, bagaimana khatibnya, bagaimana imamnya dan bagaimana jamaahnya. Orang tersebut ingin menambah ilmu, bershilaturahmi, dan dia telah menyiapkan sejumlah uang untuk dimasukkan ke dalam kotak infaq. Dia merasa menjadi orang yang mampu, walaupun bila dibandingkan dengan pelaksanaan ibadahnya sudah lebih baik atau masih kurang. Karena sesungguhnya seluruh kegiatan di masjid memerlukan biaya. 

 

Kadang tanpa disadari bahwa masjid yang megah, indah, bersih, tersedianya air yang melimpah, penerangan yang cukup, sound system yang bagus, petugas khatib, imam, muadzin yang kadang juga perlu dana. Banyak orang yang tidak peduli, misalnya ketika masuk masjid ada sampah berserakan hanya bilang masjid kok banyak sampahnya, lantai masjid kotor hanya bilang masjid kok kotor, masuk tempat wudhu, hanya bilang tempat wudhu kok kotor, berlumut, airnya kecil, masuk ke thoilet hanya berkata, kok kok kotor, pesing dan licin. Harusnya kita bertanya, masjid itu punya siapa? Siapa yang bertugas merawat masjid? Dari mana sumber dana untuk perawatan masjid? Dan hal yang ringan namun belum banyak melakukan, ketika melihat sampah berserakan untuk diambil dan dimasukkan ke tempat sampah, bila lantai kotor ikut menyampu, bila tempat wudhu kotor turut membersihkan, bila thoilet berbau pesing, kotor agar turut membersihkan. Bila merasa bukan tugasnya dan merasa tidak pantas, maka perkontribusilah dengan hartanya. Bukankah Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga manusia bisa berpartisipasi dan berkontribusi dengan ucapan, perbuatan, pemikiran dan harta. 

 

Amal dilihat dari niatnya. 

Ada hal yang menarik dermawan yang datang ke masjid telah merasa mampu dan merasa puas terlayani dengan kegiatan- kegiatan ibadahnya. Ketika keluar dari masjid, disana dia menyaksikan sebagaimana di masjid yang lain menyediakan makanan, minuman. Ada makanan besar, ada makanan kecil. Semua itu disediakan bagi para jamaah secara bebas, kemudian dia melihat beraneka macam makanan, baik makanan yang berat dan makanan ringan. Namun pada dirinya tidak ada daya tarik untuk mengambil makanan tersebut, karena dia merasa sebagai orang yang mampu, sehingga dia merasa tidak berhak untuk ikut menikmati hidangan yang telah disediakan. 

 

Namun ternyata dia melihat makanan tertentu, yang nampak sangat menarik dan enak, walaupan makanan tersebut tidaklah terlalu mahal namun dalam hatinya ada rasa penasaran. Dia melihat orang sedang antri untuk mengambil namun dia tetap berlalu, ternyata dalam hatinya muncul keinginan untuk kembali, setelah berbalik arah menuju pada tumpukan makanan dia berbalik lagi, tetap merasa tidak enak dan malu. Dia melihat ada jamaah yang mengambil lebih dari satu, dan itu juga tidak dilarang, sambil menunjukkan pada temannya dia berkata lapar, dia belum sarapan dan lain sebagainya. 

 

Ternyata orang yang tertarik dengan makanan tertentu, di dalam hatinya muncul keinginan Jum’at besok akan Jumatan lagi di masjid ini, kemudian muncul lagi di dalam hatinya, bisikan di dalam hatinya saya besok mungkin ada kesempatan untuk mengambil hidangan itu. Seandainya terlaksana Jum’at berikutnya ke masjid tersebut, akan berjuang untuk melawan niat yang rendah dan tidak baik agar dapat memurnikan niat ibadah karena Allah. Janganlah niat mulia bercampur dengan niat selain untuk Allah, karena bisa jadi nilai ibadah akan mengikuti pada niatnya, sebagimana sabda rasul:

 

 إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ 

 

"Sesungguhnya amalan itu hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang (berniat) hijrah kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa (berniat) hijrah karena dunia yang bakal diraihnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya itu." (HR. Buchari: 6195) 

 

Lalu Bagaimanakah orang yang mempunyai niat untuk beribadah, tetapi juga berniat untuk mencari yang lain, di sinilah bahwa kemurnian hati itu hendaknya kita jaga, kita murnikan niat mudah-mudahan dengan niat yang baik Itulah, maka akan menjadi amal yang baik. Karena itu kalau dalam satu perbuatan tapi ternyata mempunyai dua niat otomatis antara niat yang baik dengan niat yang kurang baik itu adalah akan berimbang, maka orang yang beribadah dikhawatirkan nilai ibadahnya akan hilang, atau akan impas dengan niat dari ibadah Lillah. 

 

Lain halnya ketika orang beribadah karena Allah, beribadah tidak ada tendensi lain kecuali untuk Allah, namun ternyata mendapatkan sesuatu, maka disinilah yang disebut sebagai ziyadah bil khoir, bahwa setiap amal perbuatan kalau diniati dengan ibadah Insya-Allah akan membuahkan hasil lain sebagi tambahan. Niat ibadahnya lurus, kemudian mendapatkan nilai yang lain yang baik. Mudah-mudahan dengan niat yang lurus akan dapat meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala, amin.

8/10/2021

Muhasabah Tahun Baru 1443 Hijriyah, Menuju Perubahan Raih Keberkahan

Tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1443 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 2021. Tahun baru Hijriyah 1443 pada tahun ini sungguh berbeda dengan tahun yang lalu. Dalam beberapa grup WA banyak orang yang bertanya, mengapa hari liburnya tanggal 11 Agustus 2021. Apakah tahun baru Hijriyahnya juga diundur menjadi tanggal 11 Agustus 2021. Inilah kenyataan yang terjadi di masyarakat. Banyak komentar tentang libur atau cuti bersama diundur sehingga tidak dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2021.

Peringatan tahun baru Hijriyah bagi umat Islam adalah merupakan tonggak perjalanan sejarah umat Islam. Ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam hijrah dari Mekah ke Madinah. Dari tanah kelahiran di kota Mekah, Nabi Muhammad berjuang, berdakwah, mengajak kepada orang-orang untuk memeluk agama Islam. Perjungan dan kegigihan Rasulullah telah melalui proses yang panjang, selama 13 tahun mengajak kepada masyarakat atau penduduk Mekah yang notabennya adalah merupakan saudaranya sendiri, karena beliau dilahirkan di Mekah. Tetapi ajakan Rasulullah tidak menggetarkan hati orang-orang Mekah untuk mengikuti ajaran Islam sehingga Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dimusuhi oleh orang-orang Mekkah, bahkan ada suatu kisah bahwa Rasulullah akan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. 

 

Kondisi yang demikian ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk hijrah ke Thaif atau Madinah, disana beliau diterima secara terbuka dengan penuh persaudaraan. Di Madinah Rasulullah meletakkan sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga Islam benar-benar di terima oleh masyarakat Madinah dan di sanalah kemudian Islam berkembang pesat. Ketika Rasulullah hendak kembali lagi ke Mekah dengan maksud untuk berziarah, tapi ternyata penduduk Mekah semuanya menyatakan menyerah kepada Rasulullah, sehingga dengan wasilah Rasulullah hijrah kemudian mendatangkan kebaikan. 

 

Hijrah menuju perubahan raih keberkahan. 

Hijrah adalah suatu perjalanan dari sesuatu yang tidak menyenangkan menuju kepada sesuatu yang penuh dengan harapan. Walaupun kadangkala di daerah yang baru suasana baru, apapun serba baru, karena itu kebanyakan orang yang berhijrah ada semangat religi, spiritual kemudian didukung dengan usaha yang maksimal, sehingga di tempat baru itu banyak orang yang mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. 

 

Setelah kita meninggalkan tahun 1442 Hijriyah, ini adalah merupakan perjalanan hidup manusia yang tidak akan terulang kembali. Banyak hal yang menyenangkan pada tahun 1442 H dan juga banyak hal yang merugikan atau menjadikan kita menjadi sedih, susah dan lain sebagainya. Sudah dua tahun kita berjuang menghadapi pandemi yang luar biasa, Covid- 19 yang memporak-porandakan kehidupan manusia. 

 

Karena itu kita berharap pada tahun 1443 Hijriyah akan mendapatkan keberuntungan, disingkirkan dari pandemi Covid-19 dan kita akan kembali menempuh kehidupan dengan normal. Karena itu segala peristiwa yang dialami manusia baik itu susah, bahagia, baik, buruk, menguntungkan, merugikan adalah suatu masa yang sudah kita lalui . Dan masa yang sudah berlalu tidak akan bisa kembali lagi, kecuali kita hanya bisa mengulang kembali rencana-rencana yang sudah dilakukan pada tahun 1442 H. Yang baik diulang kembali, usaha dan ikhtiarnya disusun dalam bentuk perencanaan dan kita berharap bahwa pada tahun yang akan datang menjadi tahun yang penuh dengan keberuntungan. Allah SWT mengingatkan di dalam Alquran surah Al Hasyr ayat 18:

 

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ 

 

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. 

 

Di dalam ayat tersebut Allah mengingatkan kepada orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang taat terhadap perintah Allah, orang-orang yang menjauhi atau menghindari dari segala perbuatan yang tidak baik dan orang-orang yang berpegang teguh pada perintah Allah dalam kondisi apapun. Allah mengingatkan agar memperhatikan apa yang sudah dilakukan pada masa yang akan datang, “wal tandzur nafsun maqodaamat lighod”. 

 

Masa adalah kondisi waktu yang berkaitan erat dengan manusia, karena itu masa ada tiga macam, 1) masa lalu adalah masa yang sudah kita lakukan, masa yang tidak akan bisa kembali lagi, segala peristiwa yang telah terjadi tidak akan kembali, menurut Imam Al Ghozali bahwa masa lalu adalah masa yang paling jauh. Dikejarpun akan semakin menjauh. 2)masa sekarang adalah masa yang sedang dijalani, pada saat ini sedang melakukan perintah Allah atau kita sedang melaksanakan larangan Allah. Kalau sedang melaksanakan perintah Allah berarti kita sedang mentaati apa yang menjadi ketentuan ciptaan Allah. Bahwa manusia diciptakan sebagai abdullah dan sebagai khalifatullah, keduanya menyatu pada diri manusia. Keduanya menjadi symbol kesempurnaan setiap muslim. 3)Masa yang akan datang, adalah masa yang belum kita lakukan, masa yang masih dalam perencanaan. Bisa jadi masa yang akan datang adalah merupakan masa yang penuh dengan kebahagiaan. 

 

Pada dasarnya semua orang itu bercita-cita, berharap agar masa yang akan datang adalah masa yang menguntungkan, masa yang mendatangkan kebahagiaan. Kita tidak ingin adalah masa yang akan datang menjadi masa yang penuh dengan penderitaan. Karena itu, agar masa yang akan datang, menjadi masa yang membahagiakan, maka Allah memerintahkan agar kita memikirkan apa yang sudah kita lakukan pada masa yang akan datang. Semua kejadian menjadi hikmah yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perbuatan pada masa yang akan datang. 

 

Karena itu sebaik-baik kita itu adalah yang selalu mentaati terhadap perintah Allah, karena bila seorang mukmin selalu taat, patuh dengan perintah Allah, melaksanakan perintah-Nya dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan istiqomah, maka orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan. Jangan takut dan khawatir Allah akan melalaikan hamba-Nya. Karena kalau tidak ditemukan dalam kehidupan dunia maka masih berharap bahwa Allah menunda kebahagiaan dan akan dikembalikan kelak di hari Kiamat.

 

 يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا ەۙ لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْۗ فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ 

 

 “Pada hari itu manusia keluar (dari kuburnya) dalam keadaan terpencar untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatan mereka. Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya”. (QS. Al Zalzalah: 6-8) 

 

Banyak orang yang hidupnya serba kekurangan, tetapi dia mempunyai rasa kecukupan, sehingga lebih taat terhadap perintah Allah, sebaliknya bahwa di dalam mengarungi kehidupan ini ada yang hidupnya penuh dengan kemaksiatan, selalu melakukan larangan Allah, perintah Allah ditinggalkan namun dalam hal kehidupan duniawi justru bergelimang, hidupnya dimuliakan oleh Allah. Bahkan dalam urusan keduniawian dia mempunyai kelebihan dibanding yang lainnya. Dengan kejadian itu jangan kemudian berkesimpulan, bahwa orang yang taat kepada perintah Allah, hidupnya tidak bahagia dan sebaliknya orang yang menentang perintahnya Allah, tak pernah melakukan perintah Allah, hidupnya akan bahagia. 

 

Allah akan menguji hambanya dengan berbagai macam cara bisa dengan mengurangi atau menghilangkan atas apa yang diberikan Allah:

 

 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ 

 

”Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”, (QS. Al Baqarah: 155) 

 

Allah menguji hamba-Nya dengan harta kekayaan yang melimpah, menurut riwayat ada salah seorang umat nabi Musa yang bernama Qarun, ia hidup miskin, serba kekurangan. Dia minta kepada nabi Musa agar didoakan menjadi orang yang kaya, yang akan digunakan untuk beribadah kepada Allah. Nabi Musa mendoakan dan jadilah dia orang yang kaya raya,

 

 اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ ۖوَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ 

 

Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. (QS. Al Qashash: 76). 

 

Sejarah kejadian umat-umat yang terdahulu, telah nyata dan memberikan petunjuk kepada kita, bagaimanakah kita bisa menyikapi dan mengambil hikmahnya. Kemulian umat terdahulu menjadikan bertambah rasa syukurnya kepada Allah, namun ada juga yang justru membanggakan diri, menganggap bahwa apa yang diperoleh merupakan usahanya sendiri sehingga kemudian Allah membalas dengan siksanya. Dan siksa Allah benar-benar ada dan diberikan kepada hamba-nya. Sebagai orang yang beriman tidak perlu mencoba merasakan azab Allah karena perilaku durhakanya, namun carilah berkah dan rahmat Allah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah.

 

 وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ 

 

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim: 7). 

 

Tak perlu mempersoalkan bahwa tahun baru Hijrah tanggal merah namun tidak libur, dan liburnya diundur menjadi tanggal hitam, dari hari Selasa digeser menjadi hari Rabu, dari tanggal 10 digeser menjadi tanggal 11. Setiap perubahan pasti ada kebijakan, setiap kebijakan pasti ada dasar dan alasannya dengan tujuan untuk kemaslahatan, kesehatan dan keselamatan umat manusia. Esensi tahun baru adalah mengambil nilai-nilai hijrah, hijrah dari kemaksiatan menuju kebaikan, hijrah dari kemunkaran menuju kemaslahatan, hijrah dari kemiskinan menuju kecukupan, hijrah dari kebodohan menuju kecerdasan, hijrah dari kegelapan menuju cahaya terang benderang.

5/11/2021

Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Beribadah, Khutbah Idul Fitri 1442 H - 2021 M

Pandemi Covid-19 belum sirna, apakah harus tetap tinggal di rumah agar tidak terjadi penularan dan penyebaran virus corona? Pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat dihadapkan dengan kebutuhan, tuntutan, harapan masyarakat, karena itu pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Bagaimana agar aktifitas masyarakat tetap berjalan namun masyarakat juga bisa aman, selamat dan sehat.

اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ 

 

Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Pertama dan paling utama khatib berwasiat khususnya pada diri sendiri dan umumnya pada jemaah sekalian, marilah bersama-sama kita berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah subhanahuwata'ala yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta'ala menetapkan pribadi kita menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagaimana hasil akhir dari kita melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yaitu la'allakum tattaqun agar menjadi orang yang bertakwa. 

 

 Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Pada tahun ini kita sekalian kaum muslimin diberikan anugerah oleh Allah sehingga bisa kembali melaksanakan salat Id secara berjamaah. Berbeda dengan tahun 2020 ketika pemerintah menghimbau kepada umat Islam untuk tidak menyelenggarakan kegiatan Ramadhan di rumah masingmasjid dan musholla. Sehingga shalat lima waktu, shalat tarawih, tadarus Alquran salat Id di rumah masing-masing. Bahkan menghimbau pada masyarakat umat Islam untuk tidak melaksanakan salat Jumat tetapi salat Jumat diganti dengan salat zuhur. Hal yang demikian ini karena pada tahun tersebut negara Indonesia khususnya dan dunia sedang dalam masa ketakutan menghadapi pandemi Covid-19. 

 

Pada tahun 2021 ini kita sekalian diberikan kelonggaran oleh pemerintah untuk bisa melaksanakan salat Id sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi pelaksanaan shalat Id tahun ini pun juga dihimbau oleh pemerintah untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan melaksanakan 5 M yang meliputi mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas. Hal ini sebagai upaya dan ikhtiar dari pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, bagaimana agar masyarakat menjadi sehat dan selamat dari pandemi tersebut. Upaya mengatasi pandemi Covid-19 dilanjutkan lagi dengan melaksanakan vaksin. 

 

Pada tahun ini ternyata Covid-19 masih aktif menggejala, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Bapak H. Musta’in Ahmad dalam siaran persnya menyampaikan bahwa ada beberapa wilayah mengalami peningkatan atau penambahan claster penularan Covid- 19 seperti di Banyumas, Sukoharjo, Sragen, Sidokerto Pati. Karena itu beliau mengajak kepada tokoh agama tokoh masyarakat untuk bersama-sama memerangi guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, jangan lengah, jangan putus asa dan jangan menyerah. Covid masih ada maka agar umat Islam lebih berhati-hati jangan sampai pelaksanaan ibadah menjadi sebab penyebaran virus corona. 

 

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Ketika pemerintah menerapkan adaptasi baru dalam upaya untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19, bagaimanakah kita sekalian umat Islam untuk bisa menerapkan adaptasi baru menerapkan protokol kesehatan dan adaptasi baru menerapkan ajaran agama Islam. 

 

Adaptasi kebiasaan baru dalam beragama yang sesungguhnya merupakan kebiasaan lama yang telah diterapkan oleh Rasululah Muhammad SAW 14 abad yang lalu. Adaptasi kebiasaan yang lama tetapi nampak seperti baru, meliputi: 

 

• Pertama puasa Ramadhan adalah ibadah yang sudah pernah dilaksanakan, bahkan sudah berkali-kali ibadah puasa dilaksanakan dan tetap akan terus dilaksanakan oleh umat Islam. Demikian pula salat, zakat, haji merupakan ibadah yang diulang-ulang, dengan pengulangan itu akan mengalami peningkatan, menjadi lebih baik dari kemarin dan hari esok akan lebih baik dari hari yang ini. Allah memerintahkan manusia untuk beribadah, hal ini selaras dengan tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah. 

 

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56) 

 

• Kedua pada bulan suci Ramadhan kita mempunyai kebiasaan yang seakan itu kebiasaan baru, seperti taklim meliputi ceramah, kajian Islam, kultum, kuliah subuh yang semuanya ini nampak seperti kebiasaan baru, padahal ini adalah merupakan kebiasaan lama yang sudah dilakukan oleh Rasulullah 14 abad yang lalu. Ketika Rasulullah menerima wahyu dari Allah manusia kepada Rasulullah untuk menyampaikan kepada umatnya sehingga untuk berdakwah kepada umatnya, Rasulullah juga mengadakan pengajian pengajian yaitu dalam bentuk halaqah-halaqah, yang diselenggarakan di masjid, demikian pula pada zaman sahabat. Pada zaman sekarang khususnya pada bulan Ramadhan kegiatan-kegiatan menjadi kegiatan rutin namun semuanya ini hendaknya kita lestarikan dan kita kembangkan lagi. 

 

• Ketiga tadarus Alquran, di masjid, langgar, mushola setiap malam ramai dengan orang-orang membaca Alquran, hendaknya jangan terputus hanya di bulan Ramadhan tetapi menjadi kebiasaan bagi umat Islam untuk mencintai kitab sucinya. 

 

• Keempat gerakan infaq dan shadaqah yang dibuktikan dengan pemberian santunan kepada fakir miskin, pemberian ifthor berbuka puasa adalah merupakan wujud rasa kepedulian umat Islam, kepada orang-orang yang tidak mampu. Karena sesungguhnya Puasa itu adalah merupakan ibadah yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam baik laki-laki perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin. Saat berpuasa Allah memberikan keadilan kepada semua orang, karena semua orang yang berpuasa akan merasa haus dan lapar yang harus ditahan hingga waktu berbuka puasa. Kondisi haus dan lapar sesungguhnya menjadi kebiasaan bagi orang-orang yang miskin. Karena itu dengan puasa diharapkan dapat mengetuk hati para aghniya’ agar mendermakan sebagian penghasilan yang diperolehnya diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu untuk meringankan beban dan penderitaan mereka. 

 

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu 

Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Idul Fitri adalah artinya kita kembali kepada fitrah, pada tanggal 1 syawal umat Islam hatinya sudah menjadi fitrah/ suci, seperti bayi yang baru lahir dari kandungan ibunya. Karena itu pada tanggal satu Syawal kita sekalian memulai kebiasaan-kebiasaan adaptasi baru yang sesungguhnya kebiasaan lama dan merupakan sunnah rasul. Karena itu mengawali adaptasi beragama pada bulan Syawal dengan melaksanakan puasa sunnah:

 

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ 

 

“Barangsiapa yang melaksanakan puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari pada bulan Syawal seperti orang yang berpauasa sepanjang masa”. (HR. Muslim) 

 

Marilah kita berbuka puasa pada tanggal satu Syawal, kemudian diikuti dengan melaksanakan puasa Syawal. Dengan beradaptasi kebiasaan yang telah dilaksanakan oleh rasulullah insya-Allah akan bisa menumbuhkan rasa ikhlas, sabar, tawakal, tawadhu’, Istiqomah, disiplin dan lain sebagainya. 

 

Karena itu ketika masuk tanggal 1 Syawal kondisi manusia yang fitrah dihadapkan dengan ancaman dari syetan yang akan terus menggoda manusia, sebagaimana riwayat Wahab bin Munabbih Rasulullah SAW bersabda:

 

 اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ يَصِيْحُ فِى كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا سَيِّدَنَا مَنْ اَغْضَبَكَ اِنَّانَكْسُرُهُ فَيَقُوْلُ لَا شَىْءَ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ غَفَرَ لِهَذِهِ الْاَمَّةِ فِى هَذَاالْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ تَشْغُلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حتَّى يَبْغَضَهُمُ اللهُ 

 

" Sesungguhnya iblis yang terlaknat berteriak-teriak saat Idul Fitri tiba. Lalu berkumpullah anak buahnya dan bertanya, wahai tuanku, siapa gerangan yang membuat paduka marah-marah akan kami pecahkan kepalanya. Iblis menjawab, tidak ada apa-apa. Hanya saja Tuhan telah memberi ampun kepada umat manusia hari ini. Maka kalian harus menjadikan mereka sibuk dengan kesenangan, nafsu syahwat dan mabuk-mabukan, agar Tuhan murka". (Durotun Nashihin) 

 

Karena itu agar terhindar dari godaan syetan kita berupaya untuk melakukan dzikir yaitu dzikir bil qolb, dzikir bil lisan, dzikir bil hal dan dzikir bil mal. Ketika melaksanakan dzikir bil qalb, bagaimana hati selalu terpaut kepada Allah. Kalimatullah ada pada hati, sehingga di manapun berada dia akan merasa selalu dalam pengawasan Allah. Walaupun dia tidak bisa melihat Allah, tapi yaqin bahwa Allah selalu mengawasi. Dengan dzikir bil qolb keyakinan yang kokoh inilah, maka kemudian lisan akan terbimbing untuk selalu mengucapkan kalimat dengan mengucapkan takbir, tahlil, tahmid dan juga senantiasa beristighfar kepada Allah. 

 

Ketika lisan sudah terbimbing dengan kalimat-kalimat ini, maka akan terjaga dari perkataan yang tidak baik. Bahkan dengan keyakinan yang ada di dalam hati dengan ucapan lisan yang bagus, selanjutnya akan terbimbing pula dengan sikap dan perilaku yang baik. Dengan perilaku yang sebagaimana sudah dicontohkan oleh Rasulullah, berupaya untuk mentaati perintahnya Allah dan menjauhi larangannya. Dengan iman yang kuat sekalipun dia dalam kondisi apapun selalu ingat kepada Allah. Ketika dia mendapatkan ujian maka akan bersabar, ketika mendapat anugerah selalu bersyukur. Anugerah Allah berupa rizki, dengan penghasilan yang melimpah, maka menyadari bahwa itu adalah merupakan karunia Allah dan dari sebagian kecil karunia Allah itu dia keluarkan untuk meringankan memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. 

 

Semoga dengan semangat Idul Fitri, kita akan lebih bergairah untuk meningkatkan amal ibadah dan pengambaan diri kepada Allah SWT, Amin.

 

 جَعَلْنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَاَدْ خِلْنَا وَاِيَّاكُمْ مِنْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصّٰلِحِيْنَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

 الخطبة الثنية

 

 اَللهُ اَكْبَرُ ×٧ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُؤْمِنِيْنَ وَخَتَمَ بِهِ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُخْلِصِيْنَ . اَشْهَدُ اَنْ لَا ِالٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَشْهُوْرُ بِفَطَانَتِهِ وَاَمَانَتِهِ وَصِدْقِهِ وَتَبْلِيْغِهِ وَصَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَرَ. فَقَاَلَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

5/10/2021

Nindakaken Pakulinan Enggal, Nguri-Uri Sunnah Rasul- Khutbah Idul Fitri 1442 H Bahasa Jawa

Puasa Ramadhan punika ibadah tahunan, sinaosa sampun dipun ambal-ambali nanging nyatanipun prasast kados ibadah ingkang enggal, semanten amaliyah ing sak lebetipun wulan suci Ramadhan. Kados shalat tarowih, tadarus Alquran, infaq lan shadaqah lan sanesnipun mekaten punika sampun dipun tindakaken rasululah 14 kapengker. Pramila amaliyah Ramadhan punika sajatosipun namung kagem nguri-uri ajaran Islam. Rasululah minangka panutan kita sehingga tindak lampahipun kita tindakaken.

اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ 

 

Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Pertama lan ingkang yang paling utami khatib wasiat khususipun dhateng pribadi piyambak sumrambah dhumateng panjenengan sedaya, mangga kita sami ningkataken iman dan taqwa dhumateng Allah subhanahu wa ta'ala inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar menapa ingkang dados awisanipun Allah. Mugi mugi kanthi ketaatan kita dhateng Gusti Allah, kanthi ikhlas lan istiqomah saget njagi lan ngiyataken iman lan taqwa, selaras kalian hasil saking nindakaken ibadah shiyam Ramadhan inggih punika la'allakum tattaqun, supaya dados tiyang ingkang taqwa. Sedaya amal sae ingkang sampun dipun tindakaken mugi-mugi saged dadosaken pribadi muslim ingkang saestu iman lan taqwa dhateng Gusti Allah. 

 

Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Ing dinten riyaya Idul Fitri, sedaya umat Islam sami ngraos bingah amargi sampun tingkas anggenipun nindakaken shiyam Ramadhan. Ananging ugi kuciwa amargi wulan Ramadhan sampun telas, sahingga sak punika sampun mlebet ing wulan Syawal. Kautaman ibadah ingkang paling kathah namun ing wulan Ramadhan, Rasulullah SAW ngendika:

 

 كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم) 

“Kabeh amale Bani Adam bakal ditikelake 10 hingga 700 kebagusan, Allah ngendika kejaba puasa, mangka satuhune puasa iku kanggo Ingsun, lan Ingsun kang bakal aweh piwales marang dheweke”. (HR. Muslim) 

 

Shiyam Ramadhan punika ibadah ingkang kathah kautaman lan barokahipun, sedaya ibadah dipun tikelaken ganjaranipun dening Gusti Allah lan ibadah puasa ganjaranipun langsung dipun tampi dening Allah. Sak punika kita mlebet ing wulan Syawal, amal ibadah ingkang dipun tindakaken badhe dipun paringi ganjaran selaras kalian amal ibadahipun, boten dipun tikelaken malih. 

 

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Riyaya Idul Fitri tahun punika benten kalian tahun 1441 H/ 2020 M lan sak derengipun. Nalika wonten ing tahun 2020 sedaya kaum muslimin dipun himbau nindakaken ibadah wonten ing dalemipun piyambak, kaleres shalat gangsal wekdal, shalat tarowih lan shalat Idul Fitri, malah shalat Jum’at dipun gantos kalian shalat dhuhur. Benten kalian sak derengipun tahun 2020, tiyang Islam sami suka cita nindakaken ibadah shalat Id kanthi sareng-sareng, salam-salaman, silaturahim, sami gumregah makmuraken masjid lan musholla, sami-sami maos takbir, tahlil lan tahmid. 

 

Wonten ing tahun punika pemerintah Indonesia paring kelonggaran dhateng umat Islam, kanthi penerapan adaptasi kebiasaan baru saget nindakaken shalat Id wonten ing masjid lan lapangan kanthi nerapaken protokol kesehatan, amargi Covid-19 salah setunggaling pandemi ingkang tasih ngancam dhateng kesehatan lan keslamatanipun manungsa. Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Bapak H. Musta’in Ahmad ngendika bilih ing salebetipun wulan Ramadhan punika wonten peningkatan tiyang ingkang kenging Covid-19 kados wonten ing Banyumas, Sukoharjo,Sragen, Sidokerto Pati, nularipun punika saking klaster pelaksaaan shalat tarowih. Pramila piyambakipun ngendika bilih Covid-19 punika tasih wonten lan ngancam dhateng kesehatan lan keslametaning masyarakat, mila protokol kesehatan kedah dipun tingkataken, ampun lengah, ampun sembrono, ampun sayah mugi-mugi dados berkah. 

 

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah 

Menawi kita gatosaken makna Idul Fitri inggih punika kondur ing kawontenan ingkang fitrah, setunggal Syawal jiwa kita dados fitrah, kados bayi ingkang nembe lahir, sahingga kita mlebet ing wulan Syawal inggih punika kangge peningkatan. Pramila ing wulan Syawal mangga kita melai kanthi aktifitas ibadah ingkang sae. Sedaya amal ibadah wonten ing wulan suci Ramadhan mangga kita kita terasaken, supados tahun punika saget langkung sae tinimbang tahun ingkang sampun kalampahan. Rasululah SAW paring janji:

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ 

“Sapa wonge nindakake puasa Ramadhan nuli dikanteni nem dina ing wulan Syawal maka (ganjarane) kaya puasa sak lawase urip”. (HR. Muslim) 

 

 Kanthi pandemi Covid-19 punika mangga kita sami nindakaken adaptasi kebiasaan baru, menawi ing dalem medis anggenipun kita nindakaken protokol kesehatan kanthi nindakaken 5 M inggih punika nyuci asta, ngagem masker, ngedoh seka kanca lan tangga, ngedohi saka perkumpulan, ngirangi lelungan. Mekaten punika minangka usaha lan ikhtiar supados saget katebihaken saking pandemi Covid-19. Lan kangge jangkepi usaha lan ikhtiar inggih punika kanthi dipun vaksin. 

 

Adaptasi kebiasaan baru ing dalem nindakaken dhawuhipun agami ingih punika nindakaken sunnah Rasulullah SAW. Kebiasaan punika sampun dipun tindakaken dening Rasululah Muhammad SAW 14 abad kapengker. Kebiasaan minangka wujud saking ibadah ingkang dipun tindakaken kanthi dipun ambal-ambali. • Sepindah, shiyam Ramadhan punika ibadah ingkang dipun ambal-ambali, semanten ugi shalat, zakat, haji minangka ibadah ingkang sampun dipun tindakaken, lan badhe dipun tindakaken malih ing wekdal ingkang badhe dhateng. Ibadah punika minangka wujud penghambaan diri dhateng Allah. Amargi manungsa dipun ciptakaken supados manembah dhateng Allah:

“Lan Ingsun ora nyiptakake jin lan manungsa, ananging supaya dheweke pada nyembah marang Ingsun (Allah)”. (QS. Adz-Dzariyat: 56) 

 

• Kaping kalih nindakaken shalat tarawih, punika kebiasaan ingkang sampun dipun tindakaken dening Rasulullah Muhammad, sinaosa sampun maksum nanging rasullah tansah istiqomah anggenipun jumenengaken. Melai tanggal setunggal Syawal kita tindakaken shalat tarowih kanthi ngulinakaken shalat lail lan shalat-shalat sunnah sanesipun. 

 

• Kaping tiga, ing wulan Ramadhan umat Islam sami nindakaken taklim arupi pengaosan, kajian Islam, kultum lan kuliah subuh. Mekaten punika dipun tindakaken saperlu paring pangertosan lan pemahaman dhateng umat ngengingi syariat lan jaran Islam saha dipun terasaken kanthi pendidikan karakter. Nalika Rasulullah SAW paring dhawuh tentu sampun nindakaken. Sahingga kasebat ing dalem Alquran rasullah punika figur uswatun hasanah. 

 

• Kaping sekawan tadarus Alquran, ing masjid langgar lan musholla umat Islam sami nindakaken tadarus Alquran. Mekaten punika perilaku sae ingkang dados ibadah, ananging kedahipun tadarus Alquran dipun dadosaken pakulinan. 

 

• Kaping gangsal, ing wulan Ramadhan umat Islam gadah kebiasaan demen anggenipun shadaqah dhaharan kagem tiyang- tiyang ingkang nindakaken ifthor soim lan dipun tutup kanthi ngedalaken zakat fitrah. Puasa Ramadhan punika ibadah ingkang dipun wajibaken dhateng sedaya tiyang Islam, lan sedaya tiyang ing wekdal siang badhe ngraosaken ngelak lan ngelih. Kagem tiyang fakir miskin kawontenan mekaten punika sampun dados kawontenan ing saben wekdalipun. Benten kalian para aghniyak ingkang gesang sarwa kecekapan. Sahingga kanthi shiyam badhe nuwuhaken raos empati, inggih punika ndherek ngraosaken susahipun tiyang-tiyang miskin. Sahingga para aghniyak kersa paring pambiyantu dhateng fuqra’ lan masakin kanthi ngedalaken infaq lan shadaqahipun. 

 

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu 

Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah Menawi kita gatosaken Covid-19 utawi virus corona punika kados syetan. Manungsa boten mangertosi papan lan panggenanipun, syetan punika tansah ngancam dhateng tiyang ingkang iman dan taqwa dhumateng Allah, syetan tansah paring pangridu dhateng tiyang Islam. Malah syetan punika dados musuh ingkang nyata. Musuhipun boten ketingal nanging saget dipun atasi kanthi tansah eling dhateng Allah, inggih punika kanthi taat lan mituhu nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun. Saking Wahab bin Munabbih, Rasulullah SAW ngendika:

 

 اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ يَصِيْحُ فِى كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا سَيِّدَنَا مَنْ اَغْضَبَكَ اِنَّانَكْسُرُهُ فَيَقُوْلُ لَا شَىْءَ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ غَفَرَ لِهَذِهِ الْاَمَّةِ فِى هَذَاالْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ تَشْغُلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حتَّى يَبْغَضَهُمُ اللهُ 

 

 " Satemene Iblis kang dilaknat bengak-bengok nalika tumeka Idul Fitri. Nuli kumpul anthek-antheke lan takon, he tuanku, sinten kang damel paduka duka, badhe kula pecahake sirahe. Iblis jawab, ora ana apa-apa. Mung wae Allah wis aweh pangapura marang manungsa ing dina iki. Mangka sira kabeh kudu dadekake manungsa kabeh pada repot marang kesenengane, nafsu syahwat, mabuk-mabukan, supaya Allah murka”. (Durotun Nashihin) 

 

Kangge bentengi saking pangriduning syetan inggih punika kanthi dzikir, leres dzikir bil qalb, billisan, bil hall an bil mal. Dzikir bil qalb, bilih Allah sampun cumathil wonten ing sak lebeting manah. Tiyang Islam tansah rumaos lan ngrumaosi bilih Allah tansah ngantheni, sinaosa boten mangertosi Allah nanging yakin bilih Gusti Allah tansah mirsani. Sak sampunipun nggadhahi keyakinan punika lajeng dipun ikraraken kanthi lisanipun, kalimat tasbih, tahmid, tahlil, istighfar tansah dipun ucapaken. Sahingga lisan sampun beradaptasi kalian pangandikan ingkang sae sak terasipun badhe mujudaken tumindak ingkang sae. 

 

Tumindak ingkang dipun landasi kalian keyakinan ingkang leres, lisan ingkang bagus sahingga dhatengaken kemaslahatan umat. Mugi-mugi pandemi Covid-19 saget dipun pendet hikmahipun, kagem i’tibah, muhasabah, pasrah lan nyuwun pangapun dhateng Allah.

  الخطبة الثنية

 أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌرَّحِيْمٌ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ  اَللهُ اَكْبَرُ ×٧ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُؤْمِنِيْنَ وَخَتَمَ بِهِ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُخْلِصِيْنَ . اَشْهَدُ اَنْ لَا ِالٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَشْهُوْرُ بِفَطَانَتِهِ وَاَمَانَتِهِ وَصِدْقِهِ وَتَبْلِيْغِهِ وَصَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَرَ. فَقَاَلَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

4/14/2021

Harapan Raih Keutamaan Bulan Ramadhan Dalam Masa Pandemi Covid-19

 

Marilah bersama-sama kita mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita sekalian karena pada tahun ini, bulan ini dan pada hari ini kita dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Kerinduan umat Islam dengan datangnya bulan suci Ramadhan dan harapan ingin melaksanakan amaliah pada bulan suci Ramadhan. Berbeda dengan pada tahun 2020 atau tahun 1441 Hijriyah, pemerintah memberikan himbauan kepada umat Islam agar puasa Ramadhan yang dilaksanakan tetapi amaliyah puasa Ramadhan agar dilaksanakan di rumahnya masing-masing. 

 

Amaliyah Ramadhan diantaranya adalah melaksanakan salat tarawih dan witir secara berjamaah, tadarus Alquran, kegiatan pesantren kilat untuk anak-anak, kegiatan TPQ, buka puasa, majelis taklim, kuliah subuh semuanya dilaksanakan di keluarga masing-masing. Hal ini dilakukan karena pada tahun tersebut pemerintah atau negara Indonesia sedang dilanda Covid-19, suatu wabah penyakit yang belum pernah dijumpai, sehingga harus dilakukan kewaspadaan, karena Covid-19 adalah suatu makhluk yang tidak kelihatan tetapi mengancam kehidupan manusia. 

 

Virus corona berada dimana-mana dan keberadaannya tidak ada yang mengetahui kecuali dari tanda-tanda, bahwa di tempat tertentu ada orang yang terpapar virus corona dengan gejala-gejala seperti panas yang selalu naik, tenggorokan terasa kering dan untuk menelan sakit, hilangnya rasa, batuk pilek tidak sembuh-sembuh dan lainnya. Untuk kepastiannya dengan cek rapid reaktif dan sweb. Adapun orang yang terkena virus corona kadang ada yang dengan gejala dan ada yang tanpa gejala. Sudah banyak orang yang terpapar bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Karena itu ibadah puasa Ramadhan pada tahun 2021 M/ 1442 H pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru, sehingga pelaksanaan amaliah puasa Ramadhan pada tahun ini bisa dilaksanakan, dengan menerapkan protokol kesehatan hal ini dimaksudkan agar Amaliyah ibadah puasa Ramadhan umat Islam dapat meraih keutamaan pada bulan Ramadhan tetapi umat Islam juga bisa terjaga kesehatan dan keselamatannya. 

 

Kerinduan umat Islam untuk melaksanakan puasa Ramadhan, karena ingin meraih derajat sebagai orang yang bertaqwa Allah telah berfirman di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183) 

 

Puasa Ramadhan itu sebagai wasilah untuk meraih derajat orang yang bertaqwa, namun hendaknya ibadah puasa Ramadhan dengan diikuti dengan amaliah dan ibadah sunnah. Karena puasa Ramadhan adalah ibadah yang diperuntukkan khusus bagi Allah subhanahu wa ta'ala sebagaimana dalam hadits qutsi:

 

 كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم) 

"Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman; 'Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala”. (HR. Muslim) 

 

Pada bulan suci Ramadhan Allah akan memberikan rahmat, maghfirah dan dilepaskan dari neraka, Rasulullah SAW bersabda:

 

 اوله رحمة واو سطه مغفرة واخره عتق من النار 

“Puasa Ramadhan yang pertama adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”. 

 

Awal dari bulan Ramadhan itu adalah merupakan rahmat, yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah akan dijauhkan dari api neraka. Karena itu ada tiga tahapan yang hendaknya bisa bisa ditempuh oleh umat Islam untuk meraih rahmat dan ampunan. Pertama pada sepuluh hari yang pertama Allah memberikan rahmatnya bagi orang-orang yang beriman, kemudian sepuluh hari yang kedua Allah mencurahkan maghfirah-Nya dan yang ketiga itu Allah memberikan jaminan kepada orang yang beriman dijauhkan dari api neraka. 

 

Mengapa sepuluh hari yang pertama disebut sebagai rahmat? Kalau melihat usaha dari para ahlussufah ada tiga hal yaitu takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli merupakan upaya untuk melepaskan segala perilaku yang tidak baik, maka sepuluh hari yang pertama kita sedang melepaskan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, suka marah-marah, berbuat onar, memfitnah, adu-domba, mengunjing, menggibah, sifat riya’, iri, dengki dan lain sebagainya. Sepuluh hari yang pertama adalah merupakan perjuangan upaya untuk meraih rahmat dan ampunan. Kemudian dilanjutkan dengan sepuluh hari yang kedua bahwa setelah melepaskan perilaku-perilaku yang tidak baik kemudian digantinya dengan perilaku yang baik, perilaku yang diridhai oleh Allah. Perilaku dengan meneladani Rasulullah Muhammad SAW. Perilaku menghibah diganti dengan perbuatan menghiasi diri dengan membaca Alquran yang setiap huruf akan dilipatgandakan pahalanya. Karena itu dengan semakin banyaknya perbuatan baik yang dilakukan, kelak akan menjadi kebiasaan baik yang akan menghiasi seluruh amal perbuatannya. 

 

Dari ayat Alquran dan hadis nabi Muhammad shallallahu a’alaihi wa sallam ada beberapa harapan yang diinginkan: 

 

1. Bisa meraih derajat sebagai orang yang bertaqwa. 

2. Bisa meraih rahmat dan ampunan Allah SWT 

3. Dosa dan kesalahannya akan dihapuskan, sebagaimana sabda rasul:

 

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

 

"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Buchari Muslim) 

 

4. Pada bulan suci Ramadhan dapat meraih Fadhilah/ keutamaannya dan terjaga kesehatan dan keselamatannya. 

Kita berharap agar himbauan yang telah diberikan pemerintah tentang penanggulangan virus corona bisa kita laksanakan. Bisa meraih keutamaan bulan suci Ramadhan tetapi juga bisa mematuhi aturan pemerintah yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan. Hal-hal yang pada awalnya tidak mungkin dilakukan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak ketika salat ini adalah hal yang sulit untuk bisa diterima, tapi ini adalah merupakan adaptasi kebiasaan baru dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus corona, kemudian menjauhi kerumunan dan juga menghindari mobilitas adalah sebagai upaya ikhtiar dari kita sekalian umat Islam bersama dengan pemerintah agar virus corona segera sirna. 

 

5. Bulan suci Ramadhan akan tertanam rasa ukhuwah, rasa saling membantu, empati para aghniya kepada para fuqara’ dan masakin. 

Karena dengan berpuasa setiap orang pasti akan merasakan lapar haus dan dahaga. Lapar dan dahaga ini adalah merupakan fitrah insaniyah. Kalau manusia tidak makan, maka menjadi lapar, manusia tidak minum maka menjadi dahaga. Sedangkan ketika lapar harus ditahan ketika haus harus ditaha. Karena ketika sedang berpuasa kemudian makan dan minum maka puasanya menjadi batal dan tidak sah. Menahan dari makan dan minum yang mengakibatkan lapar dan dahaga dirasakan oleh semua orang, baik dari kalangan orang-orang yang kaya, atauorang-orang miskin. Padahal lapar dan dahaga adalah kondisi riil yang dirasakan dalam setiap hari. Oleh karena itu dengan puasa diharapkan akan menambah kepedulian para aghniya’ sehingga dari sebagian harta dan penghasilan dikeluarkan baik dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah. Mudah-mudahan puasa Ramadhan pada tahun ini benar-benar bisa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah subhana wa ta’ala, amin.

4/08/2021

Persiapan Ngadhemi Shiyam Ramadhan 1442 H Ing Wekdal Pandemi Covid-19

 

Shiyam Ramadhan punika ibadah tahunan ingkang dipun tindakaken sewulan nutuk ing sak lebetipun setunggal tahun. Kanthi shiyam Ramadhan saget mujudaken tiyang ingkang taqwa.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَىسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اأَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ . يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا 

 

Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah 

 

Pertama lan ingkang paling utami khatib tansah wasiat khususipun dhateng pribadi kula piyambak lan sumrambah dhumateng panjenengan sedaya, mangga kita tingkataken iman dan taqwa dhumateng Allah inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar sedaya awisanipun. Kanthi pangajab mugi-mugi Allah tansah paring taufik, hidayah dan inayah dhumateng kita sedaya sahingga saget slamet, wilujeng wiwit dunya dumugi alam akhirat samangke. 

 

 Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah 

Sekedhap malih kita badhe mlebet ing bulan suci Ramadhan, Allah paring dhawuh supados nindakaken shiyam Ramadhan:

“He wong-wong kang padha iman, diwajibake marang sira kabeh supaya padha nindakake puasa, kaya dene kang wus diwajibake marang wong-wong sak durunge sira kabeh supaya sira dadi wong-wong kang taqwa”. (QS. Al Baqarah: 183) 

 

Puasa Ramadhan inggih punika kewajiban kagem tiang Islam, kewajiban shiyam Ramadhan salami setunggal wulan ing sak lebeting setunggal tahun. Ing wulan punika Allah paring kesempatan kagem tiyang-tiyang Islam kangge nglebur dosa-dosa ingkang sampun dipun tindakaken, wulan punika ugi dados kesempatan kagem merkoleh rahmat lan maghfirah saking ngarsa dalem Allah SWT. Amargi ing wulan suci Ramadhan amalan-amalan ingkang sae badhe dipun tikelaken ganjaranipun dening Allah. Rasulullah SAW nate ngendika:

 

 كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم) 

Kabeh amale bani Adam bakal ditikelake ganjarane wiwit sepuluh nganti tikel pitungatus, kejaba puasa, mangka satuhune puasa iku dadi duwek-Ku lan Aku kang bakal paring ganjaran miturut karep-Ku”. (HR. Muslim) ". 

 

 Sahingga sedaya amal ibadah ingkang dipun dhawuhaken dening Allah badhe dipun tikelaken ganjaranipun, kados shalat tarowih, tadarus Alquran, infaq lan shadaqah, pados ilmu, shilaturrahmi. Rasulullah Muhammad SAW ngendika:

 

 اِذَاجَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ اَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ (رواه البخارى و مسلم) 

 

" Nalika wus teka wulan Ramadhan mangka dibukak lawange suwarga, ditutup lawange neraka lan para syetan dikrangkeng ". (HR. Buchari Muslim) 

 

 Kanthi hadits punika saget dipendhet pangertosanipun: 

1. Lawange suwarga dibuka, maksudipun bilih puasa punika saget ngrubah nafsu syaithaniyah dados sifat malakut. Saget murnikaken niat, saget nuwuhaken raos ikhlas, tindak lampahipun dhatengaken maslahat. Mila lawangipun suwarga dipun bikak lan tiyang Islam bebas anggenipun mlebet ing suwarga. 

2. Lawange neraka dipun tutup, sedaya tiyang Islam ingkang saget nindakaken shiyam kanthi dasar iman lan taqwa dhateng Allah, sahinga saget ngleremakan hawa nafsunipun saterasipun saget nylametaken saking geninipun neraka. Neraka nolak dhateng para ahli ibadah. 

3. Syetan-syetan dikrangkeng, bilih tiyang Islam ingkang saget nindakaken shiyam kanthi tekun, nindakaken amalaan-amalan sae ing wulan punika, sedaya ibadah namung dipun tujukaken kagem nindakaken ibadah, sehingga daya rohaninipun saget ngalahaken pangriduning syetan. Mekaten punika ingkang dipun wastani syetan dipun krangkeng. 

 

Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah 

Ing tahun punika ibadah shiyam Ramadhan ing wekdal pandemi Covid-19, Alhamdulillah pamerintah sampun paring pitedah caranipun mujudaken syiar Ramadhan. Benten kalian tahun ingkang sampun kapengker inggih punika tahun 1441 H/ 2020 M. Nalika ing tahun 2020, pamerintah paring dhawuh supados shalat tarowih, tadarus Alquran dipun tindakaken wonten ing dalemipun piyambak-piyambak. Shalat tarowih inggih kalian keluarganipun piyambak. Malah nate shalat Jum’at dipun gantos kalaian shalat dhuhur. Ing tahun punika pamerintah ngedalaken wewaler kanthi pedoman Surat Edaran Menteri Agama RI nomor 3 tahun 2021. 

 

Anggenipun ginakaken masjid lan musholla boten kenging usel-uselan, kedah tansah matrapaken protokel kesehatan inggih punika, jamaah beto sajadah lan mukena piyambak, cuci asta, jaga jarak, sahingga panggenan ibadah namung saget dipun lebeti 50% saking jumlah sedayanipun. Semanten ugi ceramah agama, kultum lan pengaosan dipun watesi 15 menit. Makaten punika amargi pamerintah tansah prihatos lan gatosaken kabetahanipun umat Islam. Prihatos amargi virus corona dereng ical satus persen, tasih ngancam dhateng gesangipun manungsa sahingg kedah tansah ngatos-atos lan waspada. Pamerintah gatosaken dhateng kabetahanipun umat Islam kepingin makmuraken masjid lan musholla, ngalab berkah wulan suci Ramadhan ing wekdal pandemi. Sahingga marengaken nindakaken shalat jamaah ing masjid lan mushola nanging dipun watesi kalian aturan. 

 

Pramila mangga shiyam Ramadhan dipun tindakaken, dipun kanteni kalian nindakaken ibadah sunnah, dipun tingkataken anggenipun ibadah, manembah lan sujud dhateng Allah, dipun tingkataken khusukipun manuwun dhateng Allah. Mugi-mugi ibadah dipun tampi dening Allah lan virus corona saget sirna saking jagat raya punika, amin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

3/11/2021

Pengetan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, Mujudaken Shalat Ingkang Khusuk

Shalat sak jatosipun boten namung kagem guguraken kuwajiban lan shalat ugi boten namung owah-owahing awak, nanging kejawi mekaten kedah dipun kantheni kalian manunggaling manah lan penggalih. Nalika shalat sak jatosipun nembe ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah, mila ibadah shalat prayoginipun tansah dipun sempurnakaken, supados ngasilaken pribadi muslim ingkang iman, taqwa, taat, sumeleh lan mituhu dhateng dhawuh-dhawuhipun Allah.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَتِ وَالنُّوْرِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِءُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُالْحُسْنَى, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ: اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنُ رَحِمَكُمُ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَبُّكُمْ فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Kaum muslimin jemaah shalat Jum’at Rahimakumullah 

 

Pertama lan ingkang paling utama khatib tansah wasiat khususipun dhateng pribadi kula piyambak lan sumrambah dhumateng panjenengan sedaya, mangga kita sami ningkataken iman dan taqwa dhumateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar punapa ingkang dados awisanipun Allah, kanthi pangajab mugi-mugi tansah pinaringan taufiq, hidayah lan inayahipun Allah sehingga saget slamet, wilujeng sadangunipun gesang ing alam dunya lan dumugi benjang wonten ing alam akhirat, amin. 

 

Kaum muslimin jemaah shalat Jum’at Rahimakumullah 

 

Ing wulan punika kaum muslimin dipun imutaken malih kalian pengetan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ tegesipun tindakipun Rasulullah ing wekdal dalu saking Masjidil Haram dumugi Masjidil Aqsa ing Palestina. Mi’raj tegesipun inggih punika minggah, wonten ing sidrotul muntaha ngadhep wonten Ngarsanipun Gusti Allah kangge nampi dhawuh nindakaken ibadah shalat gangsal wekdal. 

 

Ibadah shalat punika dados ibadah ingkang istimewa, jalaran shalat punika dipun dhawuhaken Allah dhumateng Nabi Muhammad SAW kanthi langsung. Nabi Muhammad ngadhep wonten Ngarso Dalem Allah. Benten kalian dhawuh-dhawuh sanesipun ingkang boten kanthi ngadep wonten Ngarsa Dalem Allah. Mungguhipun tiyang Islam, shalat punika dados kuwajiban, ing pundi papan panggenan lan ing kawontenan punapa kemawon. Shalat gangsal wekdal banget pentingipun, jalaran shalat punika dados pokokipun ibadah, menawi tiyang Islam sampun nindakaken shalat kanthi saestu, mila badhe dipun paringi margi ingkang sae dening Allah. Semanten ugi shalat punika dados pondasi, shalat ingkang sampun sae badhe mujudaken pribadi nipun tiyang Islam ingkang tansah taat mituhu dhateng dhawuhipun Gusti Allah, sahingga badhe katebihaken saking sedaya tumindak ingkang boten sae, Allah SAW sampun ngendika: 

 

“Wacananen apa kang wis kawahyokake slira-Mu (Muhammad), yaiku Al Kitab (Alquran), lan jumenengake shalat. Sak temene shalat iku bisa nyegah saka (panggawe-panggawe) ala lan (lelakon) kang disengiti. Lan satemene ngelingi Allah (shalat) iku luwih agung (kautamane ketimbang ibadah-ibadah liyane). Lan Allah iku ngudaneni apa kang sira kabeh pada ngelakoni”. (QS. Al Ankabuut: 45) 

 

Kaum muslimin jemaah shalat Jum’at Rahimakumullah 

Kejawi shalat punika migunani kagem gesangipun manusia wonten ing alam donya, shalat punika dados dasaripun sedaya amal ibadah, menawi shalatipun sae insya-Allah ibadah sanesipun badhe dados sae. Mekaten punika tentunipun shalat ingkang dipun tindakaken kanthi saestu utawi shalat ingkang sampun khusuk. Nalika nindakaken shalat saestu nembe ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah, sedaya pedamelan dipun tinggalaken, raga lan jiwanipun saestu nembe ngadhep dhateng Allah. Penggalihipun dipun selehaken, sedaya perkawis dipun tujukaken dhateng Allah. Ampun ngantos wekdal nindakaken shalat ingkang namung sekedhap namung kagem guguraken kuwajiban mawon, nanging kedah dipun niati lan dipun tindakaken kanthi saestu. 

 

Kathah tiyang ingkang nindakaken shalat namung penggalihipun boten shalat, kathah ugi ingkang nindakaken shalat namung pados wekdal sela ing sak lebetipun ningali sinetron lan sak terasipun, nenggo nalika nembe iklan. Kanthi mekaten yektos boten wonten bentenipun antawis sak saderingupun shalat kalian sak sampunipun shalat. Kanthi mekaten wekdal ingkang namung sekedhap kagem indakaken shalat punika dipun ginakaken kanthi saestu supados ngasilaken shalat ingkang khusuk. Amargi shalat ingkang khusuk saged bentuk pribadinipun tiyang ingkang iman dan taqwa dhumateng Gusti Allah, wonten ing pundi papan panggenan rumaos tansah dipun awasi dening Allah, sinaosa boten saget mirsani Gusti Allah, nanging tansah yakin bilih Allah tansah pirsa dhateng sedaya tindak lampahipun. 

 

Semanten ugi shalat ingkang khusuk punika saged kagem lantaran nyuwun dhumateng Gusti Allah. Amargi sak jatosipun wekdal shalat punika wekdal kagem ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah, tundhuk, patuh, pasrah lan semeleh wonten Ngarsa Dalem Allah. Lahiripun ngadhep kanthi nindakaken kaifiyah shalat lan batosipun saestu nembe manunggal ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah. Kathah tiyang ingkang nindakaken shalat namung dereng khusuk, mila khusuk punika kedah dipun usahakaken. 

 

Sepindhah kedah dipun lurusaken niatipun, niat shalat namung kagem nindakaken dhawuhipun Allah lan pados ridhanipun Allah. 

 

Kaping kalih dipun sempurnakaken wudhunipun, wudhu punika minangka dados syarat syahipun nindakaken shalat, wudhu kagem ngicalalen hadats ingkang alit. Mila kaifiyah shalat dipun tindakaken kanthi saestu, kados pundi caranipun kemu, cuci wajah, nyuci asta, ngusap ritma, nyuci telingan lan nyuci samparan kedah netepi tata caranipun wudhu. 

 

Kaping tiga dipun kathah-kathahakan anggenipun tindakan shalat sunnah, ampun ngantos tiyang Islam bahil anggenipun ngibadah. Allah paring kuwajiban shalat gangsal wekdal, sahingga namung shalat gangsal wekdal mawon ingkang dipun tindakaken. Nanging kedahipun shalat sunnah ugi dipun tindakaken. Sahingga kanthi ngulinakaken nindakaken shalat sunnah, mila shalat fardhunipun badhe dados ringan. 

 

Kaping sekawan dipun kathah-kathahekn nindakaken dzikir. Dzikir tegesipun enget dhateng Allah. Dzikir punika boten sak ikhlasipun, nanging dzikir ingkang kathah badhe mujudaken pribadi ingkang ikhlas. Allah SWT sampun ngendika: 

 

“He wong wong kang padha iman, pada dzikira sira kabeh (kanthi nyebut asma) Allah, kelawan dzikir kang se-akeh-akehe. Lan padha macaha tasbih sira kabeh marang Panjenengane ana ing mangsa isuk lan sore”. (QS. Al Ahzab: 41-42) Kanthi punika menawi kita tansah emut dhateng Allah, mila Allah badhe gampilaken panuwunipun kawulane Allah: 

 

“Lamun kawula-kawula Ingsun pada takon marang Sira (Muhammad) babakan Ingsun, mangka dhawuha yen satuhune Ingsun iku parek. Ingsun nyembadani panyuwune wong-wong kang donga marang Ingsun, sangka iku, dheweke supaya nyembadani (sekabehe perintah) Ingsun lan dheweke supaya pada iman marang Ingsun, supaya padha oleh pituduh”. (QS. Al Baqarah: 186) 

 

Kaping gangsal shalat dipun tindakaken kanthi berjamaah, amargi shalat berjamaah punika ganjaranipun badhe dipun tikelaken dening Allah ngantos pitulikur derajat. Fadhilah lan kautamanipun saking shalat berjamaah punika saget nambahi ganjaran ingkang badhe dipun paringaken Allah. Kanthi ganjaran punika badhe nambah bobotipun amal ibadah, bobotipun amal kesahenan wonten Ngarsa Dalem Allah. Sehingga menawi tiyang Islam punika sampun kathah ganjaranipun, sampun kata ibadahipun. Yektos badhe dipun gampilaken urusanipun dening Allah. Rasulullah SAW ngendika:

 

 أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً 

 Aku manut marang panyanane kawula Ingsun, lan Ingsun nyertani lamun dheweke eling marang Ingsun. Lamun dheweke eling marang Ingsun, mangka Ingsun bakal eling marang dheweke. Lan lamun dheweke eling marang Ingsun sak jroning wong akih, mangka aku bakal eling marang dheweke ing sajroning wong akih kang luwih bagus tinimbang dheweke. Lamun dheweke mareki Ingsun sak kilan mangka Aku bakal mareki dheweke sak lengen, lan lamun kawula Ingsun mareki Ingsun sak lengen Ingsun bakal mareki dheweke sak dhepa. Lan lamun dheweke mareki Ingsun karo mlaku, mangka Ingsun bakal mareki dheweke kelawan mlayu”. (HR. Buchari) 

 

Nindakaken shalat punika minangka wujud kita mareke Gusti Allah, mugi-mugi ibadah shalat ingkang tansah dipun sempurnakaken punika badhe dadosaken kita tansah rumaos caket dhateng Allah. Sahingga Allah tansah paring kasembadan dhateng sedaya panuwun kita, amin.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

10/30/2020

Rahmate Allah Kanggo Sak Kabehane Alam, Khutbah Maulid Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW lahir ing tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, nabi Muhammad lahir ing zaman jahiliyah. Zaman nalika para manungsa sampun dodosaken makhlukipun Allah dados sesembahan, semanten ugi pedamelan keji lan mungkar sampun dados pakulinan.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَتِ وَالنُّوْرِ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِءُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُالْحُسْنَى, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ: اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنُ رَحِمَكُمُ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَبُّكُمْ فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

 

Kaum muslimin jemaah shalat Jum'ah Rahimakumullah Pertama lan ingkang paling utami khatib tansah wasiat khususipun dhateng pribadi piyambak lan sumrambah dhumateng para jemaah sekalian, mangga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sarta nilar sedaya awisanipun Allah, kanthi pangajab mugi-mugi kalebet golonganipun tiyang muttaqin, amin ya Rabbal ‘alamin. 

 

Boten supe mangga kita nuladhani punapa ingkang sampun dipun ngendikakaken lan dipun tindakaken dening nabi Muhammad, shalawat lan salam mugi tansah linuberaken dhateng nabi Muhammad SAW. Kaum muslimin jemaah shalat Jum'ah Rahimakumullah Ing dinten punika kita sampun mlebet ing wulan Rabiul Awal utawi wulan Maulud. Ing wulan punika kita dipun engetaken malih kaliyan wiyosanipun kanjeng nabi Agung Muhammad SAW ingkang dipun utus dening Gusti Allah kangge paring rahmat dhateng sedaya alam:

“Ingsun ora ngutus marang sira (Muhammad) kejaba dadi rahmat tumrap sekabehane wong ngalam kabeh”. (QS. Al Anbiya’: 107) 

 

Rahmatipun Allah punika kagem sedaya alam, arupi raos aman, tenang, raos welas asih, lan sanesipun. Rahmatipun Allah linuber dhateng sedaya manungsa, leres ingkang iman utawi kafir, malah kagem bangsa kewan lan wit-witan. Mekaten punika amargi wonten ing dalem Alquran sampun dipun sebataken tugasipun manungsa minangka ‘abdullah lan khalifatul ard, semanten ugi marginipun ugi sampun dipun terangaken wonten Alquran. Sak terasipun bilih kautusipun nabi Muhammad minangka paring kabar lan pepenget dhateng sadaya manungsa:

“Lan Ingsun ora ngutus seliramu (Muhammad) kejaba marang sekabehe umat manungsa, minangka (utusan) kang gawa kabar bebungah, kang aweh pepenget, ananging akeh-akehe manungsa ora padha mangerti”. (QS. Saba’: 28) 

 

Kanthi ayat punika Allah nedahaken bilih kautusipun nabi Muhammad minangka paring kabar ingkang ngremenaken khususipin dhateng tiyang-tiyang ingkang tansah pitados lan ngamalaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan utusanipun. Tiyang punika badhe dipun paringi kamulyan lan kabegjan utaminipun benjang wonten ing dinten qiyamat, badhe dipun lebetaken wonten ing suwarga. Kosok wangsulipun Allah paring pepenget dhateng para manungsa ingkang nulayani lan nolak dhateng dhawuh-dhawuhipun Allah lan utusanipun. Tiyang ingkang bangkang, dhawuhipun Allah dipun tilar malah awisanipun dipun tindakaken. Tiyang punika badhe dipun ganjar kanthi siksa ing salebetipun neraka, na’udhubillahi min zhalik. 

 

Kaum muslimin jemaah shalat Jum'ah Rahimakumullah 

Mila supados manungga saget lumaku ing marginipun Allah, sahingga Allah ngutus nabi Muhammad SAW, saperlu kangge nyempurnakaken akhlaqipun para manungsa.

 

 إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ 

 

"Satuhune ingsun diutus supaya nyempunakake akhlaq kang becik” HR. Ahmad: 8595 

 

Nabi Muhammad lahir ing tannggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, dipun utus dening Gusti Allah kangge nyempurnakaken akhlaqipun para manungsa. Amargi para manungsa ingkang sampun dipun paringi syariat agami sak derengipun nabi Muhammad, ananging syariat punika sampun dipun tilar, zaman punika dipun wastani zaman jahiliyah utawi zaman kebodohan. Ing zaman punika tiyang-tiyang boten sami manembah dhateng Gusti Allah. Mestinipun Allah ingkang dadosaken alam semesta dipun sembah ananging sami nyembah dhumateng brahala, damelanipun manungsa. 

 

Ing zaman jahiliyah, saderengipun nabi Muhammad lahir, menawi wonten bayi estri lahir langsung dipun pejahi kanthi cara dipun pendhem nalika bayi tasih gesang gesang. Masyarakat jahiliyah ugi dhemen mabuk-mabukan, main, remen memengsahan lan damel rusaking bumi. Sahingga Allah ngutus nabi Muhammad. Syariat nabi Muhammad sampun sampurna, mekaten punika kasebat ing dalem Alquran surat Al Maidah ayat 3:

“Ana ing dina iki Ingsun wis nyempurnakake agamaira kabeh, lan wis nyempurnakake nikmat Ingsun kanggo sira kabeh lan uga Ingsun wis ridha Islam minangka agama ira kabeh”. 

 

 Sampurnaning agama Islam, kangge nuntun dhateng manungsa ing margi ingkang leres supados saget slamet ing dunya dumugi akhirat samangke. Mila kejawi Alquran, kita ugi saget ngugemi sunnah-sunah rasul, leres saking ngendikanipun rasul lan tindak lampahipun.

 

 تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ 

 

 " Aku tinggalake kanggo sira, perkara loro kang ora dadekake sasar, selagine sira gegondhelan marang lorone yaiku Kitabullah lan Sunnah Rasul”. (HR. Malik)

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

10/23/2020

Usaha Wujudkan Anak Shalih, Identifikasi Kebutuhan -Khutbah Jum'at Bahasa Indonesia

 Setiap orang hidup tentu menginginkan mempunyai keturunan, sebagai aset dirinya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Keturunan yang berupa anak shalih selalu menjadi idaman bagi setiap orang, sehingga setelah setelah membangun rumah tangga ingin segera mendapatkan momongan sehingga dalam doanya selalu meminta agar diberikan keturunan yang shalih dan shalihah. Sejak bayi dalam kandungan selalu diajari untuk mengenal Tuhannya dengan membiasakan berperilaku yang baik dan juga makan minum yang khalal dan thayyib. Demikian setelah lahir dijaga, dibimbing, didik, dilindungi agar menjadi generasi Qur'ani.



اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ تَعَالَى مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَةً ضِعَافًا.اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ. وَأَحْيِنَا اَللّٰهُمَّ عَلَى سُنَّتِهِ وَأَمِتْنَا عَلَى مِلَّتِهِ. وَبَعْدُ

 

 Marilah kita bertakwa kepada Allah kapanpun dan di manapun kita berada. Yaitu, senantiasa mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah. Sebab, hanya dengan taqwa manusia memiliki derajat nilai di sisi Allah. Ketahuilah, sesungguhnya budi pekerti mulia merupakan buah taqwa dan sumber kebaikan ummat manusia. Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang sangat disayangi dan dicintainya. Sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi, maka pikiran pertama yang terlintas dalam benak suami istri adalah berapa jumlah anaknya kelak akan mereka miliki, serta kearah mana anak tersebut akan dibawa. 

 

Namun yang menjadi masalah adalah kemana anak akan kita arahkan setelah mereka terlahir. Umumnya orang tua menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi anak yang shalih, agar setelah dewasa mereka dapat membalas jasa kedua orang tuanya. Namun obsesi orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan. 

 

Bahkan sebagian orang tua akibat pandangan yang keliru menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi bintang film (artis), bintang iklan, fotomodel dan lain-lain. Mereka beranggapan dengan itu semua kelak anak-anak mereka dapat hidup makmur seperti kaum selebritis yang terkenal itu. Padahal dibalik itu semua mereka kering akan informasi tentang perihal kehidupan kaum selebritis yang mereka puja-puja. Hal ini terjadi akibat orang tua yang sering mengkonsumsi berbagai macam acara-acara hiburan diberbagai media cetak dan elektronik, karena itu opininya terbangun atas apa yang mereka lihat selama ini. Apakah kita menginginkan anak-anak kita menjadi orang yang jauh dari agamanya, yang kelihatannya bahagia di dunia namun menderita di akhirat? Tentu tidak. Allah Subhannahu wa ta'ala berfirman:

“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. Annisa: 9). 

 

Pengertian lemah dalam ayat ini adalah lemah iman, lemah fisik, lemah intelektual dan lemah ekonomi. Oleh karena itu selaku orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, maka mereka harus memperhatikan keempat hal ini. Pengabaian salah satu dari empat hal ini adalah ketimpangan yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada anak. Imam Ibnu Katsir dalam mengomentari pengertian lemah pada ayat ini memfokuskan pada masalah ekonomi. Beliau mengatakan selaku orang tua hendaknya tidak meninggalkan keadaan anak-anak mereka dalam keadaan miskin. Dan terbukti berapa banyak kaum muslimin yang rela meninggalkan aqidahnya (murtad) di era ini akibat keadaan ekonomi mereka yang dibawah garis kemiskinan. 

 

Banyak orang tua yang mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik dan ekonomi semata dan mengabaikan perkembangan iman. Orang tua terkadang berani melakukan hal apapun, yang penting kebutuhan pendidikan anak-anaknya dapat terpenuhi, sementara untuk memasukkan anak-anak mereka pada TK-TPQ terasa begitu enggan. Padahal aspek iman merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi anak. 

 

Ada juga orang tua yang menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan bagi anak-anak mereka dari keempat masalah pokok di atas, namun usaha yang dilakukannya kearah tersebut sangat diskriminatif dan tidak seimbang. Sebagai contoh: Ada orang tua yang dalam usaha mencerdaskan anaknya dari segi intelektual telah melaksanakan usahanya yang cukup maksimal, segala sarana dan prasarana kearah tercapainya tujuan tersebut dipenuhinya dengan sungguh-sungguh namun dalam usahanya memenuhi kebutuhan anak dari hal keimanan, orang tua terlihat setengah hati, padahal mereka telah memperhatikan anaknya secara bersungguh-sungguh dalam segi pemenuhan otaknya. 

 

Jemaah Jum’at Rahimakumullah. 

Karena itu sebagian orang tua yang bijaksana, mesti mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus di tempuh dalam merealisasikan obsesinya dalam melahirkan anak yang shalih. Di bawah ini akan kami ketengahkan beberapa langkah yang cukup representatif dan membantu mewujudkan obsesi tersebut: 

 

1. Opini atau persepsi orang tua atau anak yang shalih tersebut harus benar-benar sesuai dengan kehendak Islam berdasarkan Alqur’an dan sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam, bersabda:

 

 إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

 

“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: sadaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim) 

 

Dalam hadits ini sangat jelas disebutkan ciri anak yang shalih adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Sementara kita telah mengetahui, bahwa anak yang senang mendoakan orang tuanya adalah anak sedari kecil telah terbiasa terdidik dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan, melaksanakan perintah-perintah Allah Subhannahu wa ta'ala , dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Anak yang shalih adalah anak yang tumbuh dalam naungan dien-Nya, maka mustahil ada anak dapat bisa mendoakan orang tuanya jika anak tersebut jauh dari perintah-perintah Allah SWT dan senang bermaksiat kepada-Nya. Anak yang senang bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, jelas akan jauh dari perintah Allah dan kemungkinan besar senang pula bermaksiat kepada kedua orang tuanya sekaligus. 

 

Dalam hadits ini dijelaskan tentang keuntungan memiliki anak yang shalih yaitu, amalan-amalan mereka senantiasa berkorelasi dengan kedua orang tuanya walaupun sang orang tua telah wafat. Jika sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orang tuanya maka amal dari kebaikannya juga merupakan amal orang tuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala . Jadi jelaslah bagi kita akan gambaran anak yang shalih yaitu anak yang taat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , menjauhi larangan-larangan-Nya, selalu mendoakan orang tuanya dan selalu melaksanakan kebaikan-kebaikan. 

 

2. Menciptakan lingkungan yang kondusif ke arah tercipta-nya anak yang shalih. 

Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksana-kan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: 

a. Lingkungan keluarga. 

Keluarga merupakan sebuah institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa pertumbuhannya. Keluarga juga merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidikan yang didapatkan merupakan pondasi baginya dalam pembangunan watak, kepribadian dan karakternya. Jika anak dalam keluarga senantiasa terdidik dalam warna ke-Islaman, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan warna ke-Islaman tersebut. Namun sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai ke-Islaman, maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral. Seorang anak yang terlahir dalam keadaan fitrah, kemudian orang tuanyalah yang mewarnainya, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

 

 كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. (رواه البخاري)

 

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari) 

 

 Untuk itu orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal dimana anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita kecintaan terhadap diennya, cinta terhadap ajaran Allah Subhannahu wa ta'ala dan rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa salam, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya. Agar dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang shalih, maka keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan. 

 

Oleh karena itu, selaku orang tua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak pasti memperlihatkan sikap yang baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang shalih sehingga anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya 

 

b. Lingkungan Sekolah. Sekolah merupakan lingkungan di mana anak-anak berkumpul bersama teman-temannya yang sebaya dengannya. Belajar, bermain dan bercanda adalah kegiatan rutin mereka di sekolah. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak dan karakter anak. Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai dengan watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka masing-masing. 

 

Anak yang terdidik secara baik di rumah tentu akan memberi pengaruh yang positif terhadap teman-temanya. Sebaliknya anak yang di rumahnya kurang mendapat pendidikan yang baik tentu akan memberi pengaruh yang negatif menurut karakter dan watak sang anak. Oleh sebab itu orang tua seharusnya mampu melihat secara cermat dan jeli sekolah yang pantas bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak harus memasukkan anak mereka di sekolah-sekolah favorit semata dalam hal intelektual dan mengabaikan faktor perkembangan akhlaq bagi sang anak, karena sekolah tersebut akan memberi warna baru bagi setiap anak didiknya. Keseimbangan pelajaran yang diperoleh murid di sekolah akan lebih mampu menyeimbangkan keadaan mental dan intelektualnya. 

 

Karena itu sekolah yang memiliki keseimbangan kurikulum antara pelajaran umum dan agama akan lebih mampu memberi jaminan bagi seorang anak didik. 

 

c. Lingkungan Masyarakat. 

Masyarakat adalah komunitas yang terbesar dibandingkan dengan lingkungan yang kita sebutkan sebelumnya. Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah watak dan karakter anak jauh lebih besar. Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman. Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya, dapat saja tercemari oleh limbah kemaksiatan yang merajalela disekitarnya. 

 

Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi anak. Jika setiap orang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam hal beramar ma’ruf nahi munkar, maka segala kemunkaran bermunculan dan merajalela di tengah masyarakat kita dan lambat atau cepat pasti akan menimpa putra dan putri kita. Padahal kedudukan kita sebagai umat yang terbaik yang dapat memberikan ketentraman bagi masyarakat kita hanya dapat tercapai jika setiap individu muslim secara konsisten menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, karena Allah Subhannahu wa ta'ala berfirman:

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali Imran: 110). 

 

 Untuk itu di akhir khutbah ini marilah kita bersama-sama merasa peduli terhadap kelangsungan hidup generasi kita, semoga dengan kepedulian kita itulah Allah Subhannahu wa Ta'ala akan senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada kita dan memenangkan Islam di atas agama-agama lainnya. Marilah kita berdo’a kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .

 

 رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ، رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ.