2/25/2015

Perbedaan Nasib Orang Mukmin dan Kafir di Akhirat



Mukmin dan kafir adalah dua karakter manusia yang berbeda, mukmin adalah salah satu karakter hamba Allah yang senantiasa taat terhadap perintah Allah, adanya perintah dan larangan-Nya selalu diperhatikan. Bahkan tidak mau mencampurbaurkan antara perbuatan keji dan munkar. Karena sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang yang batil itu sudah jelas , mengapa harus mencampurkannya? Karena sesungguhnya setiap kebaikan bila bercampur dengan kebatilan maka akan menjadi amal yang rusak. Contoh adalah menegakkan shalat adalah kewajiban, dan orang yang menegakkan adalah wujud pribadi mukmin yang sesungguhnya, namun ketika niat melaksanakan shalat bukan karena Allah, tetapi karena ingin dipuji, ingin nampak sebagai pribadi yang alim maka ibadah tersebut menjadi rusak karena tercampur dengan perbuatan riya’ dan riya’ adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT, karena riya’ merupakan syirik yang kecil .

Orang yang mukmin selalu berhati-hati dalam bertutur kata, bersikap dan beramal ibadah. Orang mukmin ingin selalu menyucikan hatinya, orang mukmin senantiasa menyadari bahwa dalam setiap saat dirinya tidak bisa lepas dari perbuatan dosa, sehingga lisannya senantiasa mengucapkan istighfar memohon ampun kepada Allah, maka orang mukmin ketika telah selesai menegakkan shalat, setelah mengucapkan salam maka dirinya tidak lupa untuk membaca istighfar.

Dari karakter pribadi orang mukmin ini berbeda dengan orang kafir, karena dia senantiasa meniadakan setiap amal baik, bahan orang kafir tidak meyakini adanya Allah. Karena itu tidak ada perintah dan larangan Allah, segala perbuatannya dilandasi karena kemauan dirinya sendiri, mereka sering mencampurkan antara kebatilan dengan kebenaran. Karena itu hatinya menjadi keruh. Jika didalam hidupnya memperoleh kemuliaan, keberkahan mereka mengatakan bahwa semua itu karena daya upaya yang dimilikinya, mereka tidak menyadari bahwa semua itu berasal dari Allah dan Allah hanya menguji kepada mereka, sejauhmana ujian yang berupa kenikmatan itu dapat menggerakkan hatinya untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Namun karena keimanan itu adalah merupakan hidayah Allah , dan Allah memberikan hidayah kepada orang-orang yang dikehendaki. Siapapun yang telah diberi pertunjuk oleh Allah maka tak seorangpun yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang dapat memberikan petunjuk (menjadikan dirinya beriman). Karena itu pernah pada suatu saat Rasulullah SWT berkeluh- kesah terhadap penduduk Mekah yang kafir, musyrik dan tidak mau mengikuti ajakan-Nya. Sehingga Allah SWT kemudian mengingatkan pada Rasulullah bahwa dirinya hanya bertugas untuk menyampaikan dan mengajak untuk menegakkan perintah Allah SWT, jika mereka mau mengikuti berarti telah terbuka hatinya karena hidayah Allah. Namun bila hatinya tertutup maka sesungguhnya pintu tobat yang terbuka namun hatinya belum mau kembali kepada Allah. Karena itu mereka tinggal menunggu azab dari Allah SWT.

Dari dua karakter yang berbeda ini, maka di dalam kehidupan dunia, orang mukmin selalu berpandangan dan berkeyakinan bahwa kehidupan dunia adalah ladang untuk beramal beribadah, dunia adalah tempatnya menanam, dunia diibaratkan seperti panggung sandiwara, dunia hanyalah sendau gurau dan main-main belaka. Sedangkan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang akan dirasakan sebagai kenikmatan, karena amal ibadah yang telah dilakukan. Di akhirat tidak ada kedustaan, setiap manusia akan merasakan amal ibadah yang telah dilakukan. Amal baik akan memperoleh balasan berupa surga dan amal buruk akan mendapat balasan berupa siksa Allah SWT. Orang mukmin senantiasa akan menantikan kehidupan abadi yang penuh dengan kenikmatan. Sebaliknya bagi orang-orang kafir memandang bahwa dunia adalah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan akhirat hanyalah khayalan belaka.

Dua karakter yang berbeda ini kelak pada hari qiyamat Allah akan membuktikan ayat-ayat-Nya kepada seluruh hamba-Nya. Pada awal balasan-Nya, Allah akan menampakkan pada muka mereka dengan rupa yang berbeda. Sebagaimana di dunia, bahwa orang-orang yang beriman ditunjukkan pada wajah mereka bekas sujud, sehingga wajahnya nampak berseri-seri.


“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al Fath: 29)

Demikian pula di akhirat kelak Allah akan menampakkan muka orang mukmin dengan wajah putih bersih dan berseri-seri, sedangkan orang-orang kafir muka mereka akan menjadi warna hitam, kelam dan menakutkan. Allah SWT berfirman didalam Alquran surat Ali Imran ayat 106-109:


“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".

Tabyadl dla dari fiil mudhari’ ibyadda dan masdarnya ibyidladlan atau bayadlan, artinya mejadi putih. Warna putih adalah warna yang palaing utama menurut orang Arab, maka segala keutamaan dan kemuliaan diapresiasikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswad asal kata as-sawad artinya warna hitam lawan kata putih.

Bila putih adalah simbol kebahagiaan maka warna hitam adalah simbol kedukaan, kesedihan, murung dan duka cita.


“Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya”.

Adapun orang-orang mukmin berada dalam rahmat Allah SWT yaitu surga yang penuh dengan nikmat dan kesenangan sehingga, nampak tanda-tanda kebahagiaan pada muka putih bersih dan berseri-seri.



“ Itulah ayat-ayat Allah, kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya”.

Itulah ayat-ayat Allah yang telah dibacakan dengan benar dan setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan tingkah lakunya di dunia. Dan Allah sekali-kali tidak akan menganiaya hambanya sebab Dia Maha Kaya dan Maha Adil, dapat melaksanakan segala kehendak tanpa tergantung kepada siapapun.


“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan”. (QS. Ali Imran: 106-109)

Seluruh benda langit, baik dari kategori planet dan bintang-bintang yang jumlahnya sangat banyak adalah milik Alllah. Dan Allah mempunyai wewenang untuk mengatur segala isinya dengan kebijaksanaan tanpa harus mempertanggungjawabkan kepada siapapun karena Dialah Maha Pencipta alam semesta dan kepadanya pula segala urusan akan dikembalikan.

Allah SWT memberikan keleluasaan untuk mengatur dan menggunakan seluruh sumber daya alam untuk kesejahteraan hidup. Hal ini karena Allah telah memberikan amanat kepada manusia sebagi khalifah di muka bumi. Namun dengan keleluasaan ini, hendaknya manusia tetap berpedoman pada ayat-ayat Allah. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan, jauhkan dari sikap mengekploitasi sumber daya alam yang akhirnya akan membawa sengasara dan mara bahaya, bahkan akan menimbulkan musibah dan bencana yang lebih besar dari hasil yang didapatkan.

Disamping itu sember daya alam dapat digunakan sebagai sarana untukmendekatkan diri kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam wujud yang paling sempurna. Allah menciptakan manusia dan telah menyediakan segala yang dibutuhkannya. Karea itu segala yang diperbuat kelak akan dimintai pertanggungjawaban, manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Allah akan memberikan balasan atas segala perbuatannya. Baik buruk, senang susah tergantung pada dirinya sendiri.

2/13/2015

Sehat Digaji Sakit Membayar, Bukan Aneh tapi Nyata



Dua kondisi tentang keadaan manusia, kadang sehat kadang sakit. Sehat adalah suatu harapan namun sakit sesuatu yang ingin dihindarkan. Harapan setiap manusia selalu dalam kondisi sehat namun keadaan yang kadang membuat imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan sakit. Sakit bisa terjadi karena beberapa sebab, bisa karena kecelakaan, faktor makanan, minuman, pikiran,lingkungan dan bisa karena faktor usia. Maka bila merasa dirinya selalu sehat, tidak pernah merasakan sakit, namum tiba-tiba sakit. Tentulah hal ini akan menjadi pemikiran dan merasa aneh bahakan orang lainpun juga akan menganggap aneh.

Bila dibiarkan maka sakitnya semakin menjadi-jadi, dan bila diobati penyakitnya menjadi sembuh, namun kadang kambuh lagi. Bila diobati segera sembuh maka pertanda bahwa organ tubuhnya cukup baik sehingga baru sekali berobat sudah langsung sembuh, tetapi bila sudah berulang kali berobat tidak kunjung sembuh, bahkan kadang penyakit yang diderita semakin manjadi-jadi, bahkan terasa semakin bertambah. Dengan ini maka perlunya bertanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi pada dirinya. Koreksilah terhadap faktor-faktor pemicu timbulnya suatu penyakit.

Salah satu upaya untuk mempeoleh derajat kesehatan, manusia harus bekerja dan berkarya, karena dengannya manusia akan memperoleh penghasilan atau gaji. Sehingga dengan gaji itulah manusia dapat memenuhi segala kebutuhan hidup sebagai makhluk pribadi, sosial dana makhluk Tuhan. Sebagai makhluk pribadi manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan, maka mustahil akan memperoleh bila tidak bekerja. Sandang dan papan suatu kebutuhan yang bersifat tahunan namun makan dan minum adalah kebutuhan harian. Tanpa makan dan minum manusia tidak akan hidup, bahkan makan dan minum dengan menu yang tidak seimbang maka tidak akan menjamin kondisi kesehatan selalu terjaga dengana baik. Karena itu makan bukan hanya sekedar untuk menghilangkan lapar, minum bukan hanya sekedar menghilangkan dahaga, tetapi diupayakan segala makanan dan minuman mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan sel-sel dalam tubuh manusia.

Makan dan minum adalah kebutuhan terbesar dalam hidup manusia. Berapa banyak sampah yang dibuang dalam setiap hari dari sisa-sisa makanan. Begitu besarnya kebutuhan hidup manusia, karena itu semakin giat dalam bekerja dan berkarya maka nutrisi yang dibutuhkan hendaknya semakin komplek. Karena beban kerja yang terlalu banyak bila tidak diimbangi dengan makan, minum, olah raga, istirahat yang cukup akan menimbulkan penyakit.

Karena itu setiap pegawai atau karyawan pada setiap lembaga dan institusi pemerintah maupun swasta selelu menggantungkan hidupnya. Dari situlah sumber utama pemenuhan kebutuhan hidup. Demikian pula lembaga pemerintah dan swasta membutuhkan pegawai dan karyawan yang handal, sehat, cakap, berintegritas, loyal agar dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban yang diamantakan kepadanya. Karena itu setiap institusi selalu memotivasi setiap karyawannya agar menjadi pribadi yang sehat secara total, sehat jasmani dan rohani. Karena itu untuk menciptakan itu mnimal dalam seminggu sekali pemerintah atau swasta memberikan kesempatan pada pegawai dan karyawannya agar berolah raga, bahkan alat-alat kesehatanpun disediakan dengan harapan pegawainya semua dalam kondisi sehat dan prima.

Demikian pula dalam lembaga pemerintah dan swasta tidak cukup memfasilitasi kegiatan olah raga saja, namun juga memberikan pembinaan mental rohani, misalanya diselenggarakan bimbingan rohani (pengajian) dan juga memberikan kebebasan pada setiap pegawai dan karyawannya untuk menjalankan ibadah pada waktu melaksanakan aibadah.

Karena itulah beruntunglah bagi setiap pegawai dan karyawan lembaga pemerintah atau swasta yang diberikan fasilitas tersebut. Karena kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan dengan kegiatan bekerja. Jadi pada dasarnya olah ragapun juga bekerja, mengikuti bimbingan rohani juga bekerja. Yang menjadi maslah mengapa setiap kegiatan itu berlangsung terlihat kurang bersemangat? Apakah sudah merasa sehat atau sudah merasa cukup atau malas atau sibuk dan sebagainya. Maka bila jawaban-jawaban ini secara spontan diucapkan sesunggunya bukan pribadi yang sehat. Karena seandainya merasa dirinya sehat, seberapa besar dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan. Seberapa besar dapat mempertanggungjawabkan seluruh tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya. Maka bila terjadi pekerjaan menumpuk ini menandakan bahwa stamina tubuh yang tidak memadai. Baru saja dihadapkan dengan pekerjaan, sudah merasa malas, ngantuk dan perasan-perasaan lainnya, hal ini karena sel-sel dalam tubuh tidak sehat, yang mestinya ketika tangan mau bekerja maka sel-sel dan organ tubuh lainnya ikut menopang untuk bekerja. Sehingga setiap pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan baik. Bila memang demikian, mengapa tidak menyadari, merasa sehat tapi sesungguhnya tidak sehat. Yang kedua hatinya sebenarnya tidak sehat, tidak bisa instrospeksi menandakan bahwa dirinyaa tidak sehat.

Rasululullah SAW mengatakan bahwa” ingatlah bahwa didalam jasad manusia terdapat segumpal daging, bila baik maka baiklah seluruh amal perbuatan mansia dan bila buruk maka buruklah seluruh amal perbauatan manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.

Hati yang sehat akan menjamin seluruh tubuh manusia menjadi sehat. Karena itu begitu banyaknya penyakit hati dan obatnya cukup lima hal pertama membaca Alquran dengan maknanya, kedua menegakkan shalat malam, ketiga memperpanjang dan memperbanyak dzikir, keempat makan dan minumlah secukupnya saja, kelima selalu berkumpul dengan orang-orang shalih”.

Demikian pula ketika tidak mau mengikuti bimbingan rohani, mengatakan bahwa dirinya sudah cukup dengan ilmu yang dimiliki. Bagaimanakah bila dikorelasikan dengan sabda Rasulullah Muhammad SAW bahwa dalam urusan agama hendaknya melihat kepada orang yang diatasnya. Sejauhmana keilmuan yang telah dimiliki, seberapa besar tingkat ibadah telah dijalankan, lihatlah kepada orang-orang shalih yang selalu giat dan teguh dalam menegakkan ajaran agama.

Karena itu bila sehat adalah suatu pilihan utama dalam hidup sebaliknya sakit bukan menjadi pilihan. Maka mungkin menjadi tanda tanya mengapa menjadi pribadi yang sehat justeru yang digaji namun bila sakit justru disuruh membayar. Bukankah orang sakit justru harus ditolong dan diberi bantuan bahkan dibebaskan dan kewajiban piutang. Tidaklah demikian karena ketika sehat maka gaji dan penghasilnya akan meningkat,namun bila sakit gaji dan penghasilannya akan berkurang, hal ini karena tingkat produktifitas kinerja yang berkurang dan adanya pengeluaran yang lain karena dampak dari sakit itu. Siapa yang mau menggunkan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sebagai pengobatan rawat jalan atau rawat inap.
Bila disuruh memilih tentu lebih baik membantu kepada orang lain, biarlah setiap bulan dimintai iuran untuk kesehatan, biarlah dana tersebut digunakan orang lain, karena sesungguhnya secara spiritual bahwa pemberian iuran pada dasarnya adalah upaya untuk mencegah dan menghindarkan balak karena sesungguhnya shadaqah dapat mencegah dari balak. Sakit adalah balak dan cobaan yang dapat dicegah dengan memperbanyak sadaqah.

Karena itu bila ingin sehat berusahalah agar menjadi pribadi yang sehat, makan, minum yang teratur dan seimbang, istirahat,olah raga secara teratur dan ibadah yang ikhlas dan istiqomah. Dengan demikian akan menjadi pribadi yang sehat secara paripurna, jasamani dan rohani, sehat ekonomi dan sosial. Satu hal yang perlu diingat bahwa sehat dan sakit adalah pilihan, dan setiap pribadi mempunyai hak untuk memperoleh derajat kesehatan. Sehat adalah milik pribadi dan akan berdampak luas, maka berusahalah untuk menjadi pribadi yang sehat.

2/06/2015

Kisah Sukses Manusia Yang Bersungguh-sungguh, Akan Berpacu Meraih Keinginan Yang Lain



Kisah sukses dua orang Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Zuama Dinal Maula. Pria kelahiran Kudus 5 Juni 1990, menjadi sarjana terbaik dengan predikat cum laude dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,93. Dia adalah salah seorang pribadi yang mandiri selama kuliah juga bekerja sebagai tenaga marketing motor. Kedua Siti Afidah, Gadis kelahiran Kendal, 3 Mei 1992 putri Bapak Baidhowi dan isterinya Aminah, warga Brangsong Kendal, Jawa Tengah. Sukses dengan mendapatkan gelar wisudawati cum laude dengan Indek Prestasi Komulatif 3,84.

Kesuksesan dua orang mahasiswa ini karena dapat menyelesaikan kuliah dengan predikat yang memuaskan dan mencengangkan semua orang. Ternyata kuliah dengan menanggung keterbatasan tetapi bisa meraih kesuksesan. Hal ini sangat berbeda dengan ratusan mahasiswa yang lain yang menyerahkan seluruh urusan perkuliahan kepada orang tuanya. Mulai uang kuliah, uang saku, uang kos, bahkan tak jarang untuk menentukan tempat kos, menentukan mata kuliah yang akan diambil diatur sepenuhnya oleh orang tuanya. Kebanggaan dua mahasiswa ini juga menorehkan sejarah padanya menjadi alumni pertama UIN Semarang dengan predikat terbaik.

Sejarah perjuangan dua mahasiswa UIN Semarang tersebut tentu juga ditemukan di Perguruan Tinggi yang lain. Seperti Raeni salah seorang wisudawati terbaik dari UNNES Semarang dengan IPK 3,96 adalah anak seorang pengayuh becak. Di salah satu Pergurunan Tinggi di Jogjakarta, mahasiswa yang berprofesi sebagai abang becak yang setiap hari mangkal di depan kampusnya tempat menimba ilmu. Dan tentunya masih banyak kisah hidup seorang pejuang dan seorang mujahid yang berupaya untuk melalui perjalanan hidupnya berakhir dengan kemulaiaan.

Jalan hidup adalah suatu proses yang harus ditempuh, bila selalu optimis menghadapi kehidupan maka akan berakhir dengan kebahagiaan. Allah tidak akan melupakan terhadap segala jerih payah hambanya:


“…barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Kesejahteraan dan kebahagian adalah sustu yang harus diupayakan, dalam kehidupan Jawa mempunyai peribahasa “adhigang adhigung adhiguna” yang maksudnya mengagungkan dan mengunggulkan kekayaan, jabatan, pangkat adalah tidak ada gunanya. Karena itu pembelajaran bahwa lebih baik menjadi dirinya sendiri dari pada menjadi orang tuanya atau orang lain. Boleh meraih cita-cita melebihi kemulian yang telah diperoleh oleh orang tuanya, namun saat ini dirinya adalah diri sendiri, seandainya orang tuanya adalah orang yang kaya, ibaratnya sebagai anak minta apapun akan diperolehnya karena orang tua amat sayangnya sehingga apapun yang diminta putra-putrinya akan dikabulkan.

Adalagi pribadi yang menjadi orang lain, hal ini karena tidak lepas dari pergaulan dengan teman-temannya yang nampak dari kalangan orang-orang kaya sehinga dirinya bersikap sebagai seorang perlente. Tidak tahunya bahwa gaya hidup selama kuliah menguras segala tenaga, fikiran orang tua bahkan harta yang dimiliki orang tua dijual hanya untuk menuruti kemamuannya. Hal ini berbalik dengan peribahasa Indonesia “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian” berbalik “menjadi berenang-renang ke hulu berakit-rakit ketepian”. Amatlah tragisnya bila kehidupannya demikian.

Memang sangat sulit untuk menjadi dirinya sendiri, karena dari sekian ribu atau juta civitas akademika hanya berapa orang yang dapat bertahan dengan dirinya sendiri. Orang jawa mengenal kata prihatin yaitu suatu sikap untuk menahan diri dari segala kemauan yang berlebihan. Seorang guru pernah bercerita tentang perjalanan hidup mencari ilmu di sebuah pesantren. Ternyata kebutuhan makan hanya sekedar dapat untuk menahan perut saja, sehingga kebutuhan makan hanya dengan menanak nasi diatas lampu teplok dengan panci yang digantungkan pada dinding padepokannya. Dan nasi yang dinanak hanya ditaburi sedikit garam sebagai lauknya.

Sungguh ajaib pada malam hari disaat semua santri sedang tidur, pada kegelapan malam karena belum ada listrik. Sang kyai melihat cahaya yang bersinar pada jasat yang sedang tidur, kyai tidak mau membangunkan dan ditariklah sarung santri tersebut kemudian disobek pada sisinya. Pada pagi harinya selesai menegakkan shalat subuh sang kyai bertanya pada santrinya siapakah diantara kalian yang sarungnya sobek, sungguh saya mohon maaf dan akan saya jahidkan kembali sarungnya. Ternyata sarungnya milik santri yang hidup dalam kekurangan dan keprihatinan. Ternyata memang benar bahwa santri tersebut mempunyai kepandaian yang lebih dibanding dengan para santri yang lain.

Kesuksesan adalah suatu proses meniti kehidupan, setelah menyelesaikaan satu pekerjaan segera beralih pada aktifitas yang lain. Setiap kesuksesan akan dihadapkan dengan beraneka macam cobaan, belum pasti setiap kesuksesan akan menyusul kesuksesan yang lain. Karena manusia hidup bergantung pula pada lingkungannya. Maka sejauh mana dapat berinteraksi kepada lingkungan dengan tetap memegang teguh pada prinsip moralitas maka akan menjadi pribadi yang beruntung.

Kesuksesan bagi pelajar bila dapat menyelesaikan proses pendidikan dengan baik dan prestasinya memuaskan. Setelah tamat dari pendidikan dasar dapat melanjutkan ke sekolah menengah menurut keiinginannya, setelah lulus sekolah menengah dapat melanjutkan ke sekolah menengah atas atau kejuruan sesuai dengan harapannya pula. Dan setelah lulus sekolah menengah atas atau kejuruan dapat melanjutkan ke jenjang Perguruana Tinggi atau bekerja sesuai dengan harapannya. Ketika menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dapat memalui seluruh proses pendidikan termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan lain, baik yang berhubungan dengan dunia kampus atau berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Kesuksesan di bangku kuliah salah satunya ditandai dapat menempuh seluruh mata kuliah dengan baik dan lulus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Lebih baik lagi bila mendapat IPK yang memuaskan. Dengan kesuksesan ini maka harapan untuk masuk pada bursa kerja akan terbuka luas, baik di perusahaan swasta atau di Instansi Pemerintah. Setelah bekerja tentu berharap dapat memperoleh penghasilan yang memuaskan, sehingga pada akhirnya akan menjadi insan mandiri untuk memasuki kehidupan berumah tangga.

Setelah masuk dalam kehidupan berumah tangga maka indikator kesuksesannya bila dapat membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga ini dapat mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga. Kesejahteraan lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fa’ali yaitu kebutuhan primer, skunder dan tertiernya. Sedangkan kebahagiaan adalah urusan hati bahwa dengan segala fasilitas dan prestasi yang diperolehnya apakah bisa mendatangkan kebahagiaan. Karena itu banyaknya harta, tingginya pangkat dan jabatan tidak menjamin akan menjadikan dirinya berbahagia. Seandainya menjadi pejabat namun setiap kebijakannya selalu diintervensi pihak lain tentu bukan kebahagiaan yang diperoleh.

Demikian bahwa kesuksesan itu adalah suatu proses dalam meraih suatu tujuan. Karena manusia mempunyai keinginan yang banyak, keinginannya tidak akan pernah berakhir, setelah memperoleh yang, ini ingin mendapatkan yang lain dan seterusnya. Selagi darah masih mengalir, masih bisa bernafas dan ruh masih menyatu dengan jasat hasrat dan keiinginan tidak akan pernah berakhir. Karena itu kesuksesan pribadi muslim adalah “fiddun ya hasanah wafil aakhirati hasanah waqina ‘adzabannar” memperoleh kebaikan didunia dan diakhirat dan dijauhkan dari azab neraka.

2/04/2015

Larangan Allah Bergumul Dengan Narkoba, Membawa Bencana Bagi Kehidupan Manusia

Indonesia adalah lahan market bagi peredaran obat-obatan terlarang dan sejenisnya, hal ini nampak jelas bahwa Indonesia bukan hanya sekedar sebagi transit. Namun peredaran obat-obatan terlarang telah merambah dalam segala aspek. Demikian pula trik peredarannya tertata demikian rapi dan canggih, bahkan didalam tahananpun dapat mengendalikan peredaran obat-obatan terlarang. Peredaran secara langsung antara penjual dan pemakai bertemu langsung atau lewat on line. Karena itu kita harus hati-hati dan waspada karena hukumannya sangat berat bagi orang-orang yang bergumul dengan obat-obatan terlarang.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ اَنْزَلَ الْقُرْآنَ اِمَامًا وَهُدًى وَرَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّابَعْدُ فَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Tiada terasa Jum’at yang lalu kita masih berada pada bulan Januari sekarang kita sudah masuk pada minggu pertama bulan Februari. Waktu berjalan demikian cepat dan semakin cepat pula kita meninggalkan masa yang lalu dan menuju masa sekarang dan yang akan datang. Masa lalu adalah masa yang tidak akan terulang kembali, dan masa datang adalah masa yang penuh dengan harapan. Karena itu Allah SWT mengingatkan kepada hamba-Nya yang beriman.


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18)

Sesungguhnya perbuatan yang kita lakukan pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang menjadi amal yang kelak akan diberikan balasannya di hari Qiyamat. Suatu hari dimana seluruh hamba Allah akan dibangkitkan kembali dari kematiannya dan akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan yang telah dilakukan. Amal yang baik akan memperoleh balasan dimasukkan ke dalam surga Allah SWT dan amal yang buruk akan dihisab di dalam neraka. Karena itu masa lalu yang telah dilakukan semuanya akan diputar kembali di hari Qiyamat tiada amal yang lepas dari hisab Allah SWT. Bahkan walaupun hanya sebesar zarroh/ atom kelak akan memperoleh balasan dari Allah SWT.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Melihat kejadian ditanah air merebaknya persebaran minuman keras di tanah air, baik dari jenis oplosan maupun Nark0ba dan sejenisnya dimana negara Indonesia sekarang ini menjadi market (tujuan perdagangan Nark0ba), dengan demikian jumlah pemakai sekalipun telah banyak yang masuk penjara, bahkan terakhir ini dilakukan hukuman mati bagi penjamah Nark0ba. Namun masih banyak orang yang suka bergumul dengan minuman keras, tentu dengan kondisi ini menjadi keprihatinan bagi kita sekalian.

Nark0ba dan sejenisnya adalah zat adiktif yang membahayakan bagi kesehatan dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang tidak baik. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater dalam bukunya yang berjudul Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, mengatakan bahwa semua jenis Narkoba mengancam terhadap jiwa dan raga manusia, karena didalam Nark0ba mengandung zat adiktif yang menimbulkan gangguan mental organik (GMO) yaitu gangguan dalam berfikir, perasaan dan perilaku. Timbulnya GMO ini disebabkan reaksi langsung dari zat adiktif pada sel-sel saraf pusat (otak).

Karena itu orang yang meminum, menghisap atau memakannya semakin lama akan menambah takaran sampai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk. Yang lebih menakutkan lagi bahwa pemakaian Nark0ba dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan gangguan pada organ otak, liver, alat pencernaan, pancreas, otot, janin, endroktrin, nutrisi, metabolisme jantung dan resiko kangker.

Dalam kehidupan masyarakat akan terjadi instabilitas sosial, terjadinya tindak kejahatan dan perilaku kriminal lainnya. Dampak psikososial lainnya adalah drop out sekolah, kehilangan kawan, tidak masuk kerja, bolos sekolah dan terlibat pelanggaran hukum lainnya. Perubahan sikap dan perilaku yang tidak wajar, halusinasi, dalam keadaan setengah sadar kemudian melakukan perbuatan, perampokan, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan. Tindakan ini akan berdampak pada pelaku maupun korbannya. Demikian pula banyak terjadi kasus kecelakaan lalu lintas di jalan raya, karena para pengendara kendaraan bermotor dalam kondisi mabuk setelah mengkonsumsi minuman keras.

Karena itu bila dalam sudut pandang kesehatan, sosial, ekonomi dan seluruh aspek kehidupan manusia adalah suatu perbuatan yang membahayakan. Allah SWT sebagai pencipta, pengatur, pemelihara dan pelindung seluruh makhluknya telah memberikan kabar, bahkan melarang minum minuman keras. Dan larangan tersebut disampaikan secara bertahap, dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 219 bahwa khamar dan judi perbuatan dosa besar dan mengandang manfaat dan madharat tetapi madharatnya lebih besar dari pada manfaatnya. Kemudian dalam Alquran Surat Annisa’ ayat 43 mengatakan bahwa jangan mendekati shalat ketika dalam kondisi mabuk, sehingga sadar dengan apa yang diucapkan. Dan larangan yang ketiga dalam Alquran surat Al Maidah ayat 90 melarang (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, dimana perbuatan tersebut adalah termasuk perbuatan syaitan.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Seluruh perintah Allah bila dijalankan akan mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia, sebaliknya larangan Allah bila dijalankan maka akan mendatangkan bencana dan malapetaka bagi kehidupan manusia. Allah Maha mengetahui segala ciptaannya, karena itu Allah mengharamkan segala jenis minuman yang memabukkan. Rasulullah SAW pernah berkata:

كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ

"Setiap yang memabukkan adalah khamer dan setiap khamer adalah haram." (HR. Muslim)

كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ وَمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا فَمَاتَ وَهُوَ يُدْمِنُهَا لَمْ يَتُبْ لَمْ يَشْرَبْهَا فِي الْآخِرَةِ

"Setiap yang memabukkan adalah khamer, dan setiap yang memabukkan adalah haram. Barangsiapa meminum khamer di dunia kemudian ia mati sedangkan ia biasa meminumnya, niscaya tidak akan diterima taubatnya dan tidak akan meminumnya di akhirat." (HR. Muslim)

Berkaitan dengan minuman yang memabukkan yang digunakan tidak pada tempat sehingga menimbulkan berbagai macam musibah dan bencana, karena itu Allah SWT melaknat segala sesuatu yang berhubungan dengan minuman keras, sebagaimana sabda Rasul:

لَعِنَ اللهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَبَائِعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهَا (رواه ابوداوود وابن ماجه عن ابن عمر

“Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya dan penerimanya”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

Dari hadits Rasulullah SAW tersebut semakin jelas tentang keharaman Nark0ba dan sejenisnya. Karena itu bila keharaman itu tetap dijalankan niscaya tidak akan menemukan kebahagian hidup baik didunia maupun di akhirat. Akhirnya dengan memohon petunjuk Allah kita memohon agar dijauhkan dari perilaku keji dan munkar.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَضَّآلِّيْنَ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Belajar di Usia Tua Ibarat Melukis di Atas Air Belajar di Waktu Muda Ibarat Melukis di Atas Batu



Betapa sulitnya belajar mengingat, menghafal ketika usianya sudah tua. Perlu kesabaran dan pelatihan secara terus menerus. Kesabara menjad kunci sukses, tidak patah semangat dan tidak merasa sudah cukup. Banyak orang yang baru mencoba satu atau dua kali tetapi mengatakan bahwa dirinya tidak bisa, pikirannya tidak memadai. Tidak ada kesempatan waktu dan lainnya menjadi sebab penghalang untuk meraih suatu kesuksesan.

Pernah seorang teman bercerita bahwa dia hidup serumah dengan kakak kelasnya, walaupun usianya masih muda namun dipanggil Abah. Dua orang sahabat ini sama-sama seoarang lulusan Institut Agama Islam Negeri yang telah menyandang gelar Sarjana Agama. Seorang teman (Abah) berprofesi sebagai seorang penjahid, memang kalau dibilang sangat melenceng dengan disiplin ilmu yang telah ditekuninya. Tapi tidak mengapa karena mentalitas dan kepribadian seorang alumni sebuah perguruan tinggi tentu mempunyai visi dan pandangan hidup yang lebih optimis. Dari waktu kewaktu menyadari bahwa kehidupan manusia adalah sebuah proses yang harus dijalankan. Tidak selamanya bahwa kesuksesan diperoleh dengan menekuni bidang keahlian dan disiplin keilmuannya.

Abah adalah seorang penjahid mempunyai visi ingin merubah kondisinya menjadi lebih baik sehingga profesi seorang penjahid ingin berubah menjadi konveksi. Hal ini karena skala produksinya lebih besar dari penjahid, disamping itu laba yang sedikit tetapi karena jumlahnya banyak maka hasilnya akan lebih besar. Ketekunan dan kesabaran untuk menjualhasil produksi pada beberapa pertokoan akhirnya menjadi lahan penjualan hasil produksi.

Abah adalah seorang teman yang telah menemukan jati dirinya, seorang teman yang merupakan zuniornya mencoba-coba mencari pekerjaan, dan suatu saat belajar pola dan berlatih menjahid. Teman zunior ini mengatakan tidak bisa. Apa kata Abah, dia mengatakan “sesuatu yang Nampak itu pasti bisa dipelajari”. Kata-kata yang singkat namun mengandung pelajaran yang amat berharga. Sesungguhnya sesuatu yang ada di alam ini, tidak ada yang tidak dapat dipelajari. Semuanya dapat diteliti, dipelajari, dikembangkan sebagai sarana untuk mendapatkan kesejahteran dan kebahagiaan di usia tua.

Kata-kata singkat Abah berdampak luas dan positif sebagai motivasi bagi orang-orang tua yang berniat berlajar membaca Alquran. Sulit untuk dibayangkan ketika usianya sudah tua, lidah sudah kaku, lisan sudah tidak fleksibel lagi. Sekali dua kali dan di diulang-ulang dari pengenalan huruf hijaiyah, berupaya untuk diingat-ingat dengan dibaca terus menerus maka otak kiri bekerja lebih optimal, satu persatu huruf sudah bisa dibedakan. Setiap huruf yang diacak dapat dibedakan dan dibaca dengan benar. Pada awalnya Nampak kaku namun kemudian menjadi lancar dan mantap dalam membaca tiap-tiap huruh hijaiyah.

Memang tidak menutup kemungkinan ada saja orang-orang yang memang sulit untuk mengingat dan membacaanya dengan benar. Sesungguhnya hal ini dapat diatasi dengan ketekunan, kesabaran, istiqomah dan tentu saja dilandasi dengan niat yang ikhlas. Sebagaimana kisah Ibnu Hajar Al Asqalani yang berguru sampai bertahun-tahun, tetapi seakan tidak ada peningkatan, dibanding dengan teman-teman yang belajar kemudian setelah dirinya, namun dia selalu tertinggal dalam tingkat pembelajaran. Dia berputus- asa dan memohon diri kepada gurunya untuk pulang. Dengan berat hati guru mengikhlaskan dan berpesan jangan berhenti untuk belajar.

Dalam keadaan putus- asa dia mengembara dan sampai pada sebuah gua, karena hujan dia berteduh didalannya. Terdengarlah suara dentuman keras, lembut dan menyeramkan. Dicarilah sumber suara itu, ternyata air yang menetes pada lubang sebuah batu besar. Didekatilah batu, diraba-raba dan kemudian dipukul, ternyata batu tersebut keras dan ketika dia mengambil batu kemudian dipukulkan pada batu besar ternyata batu besar itu sedikitpun tidak retak. Dalam dirinya timbul pemikiran, mengapa tetesan air itu dapat melubangi batu yang besar tersebut. Tidak mungkin lubang yang besar itu terjadi dalam waktu yang singkat, tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Karena itulah bahwa belajar itu memerlukan waktu, bila memang tergolong orang yang cerdas, maka akan cepat menerima dan menyerap ilmu yang telah diterimanya. Namun bila termasuk dalam kategori keterlambatan dalam fungsi fikir tentu memerlukan waktu yang panjang. Akhirnya Ibnu Hajar meneruskan belajar dan berkat ketekunan dan kesabaranya jadilah dia ulama yang mashur.

Rasulullah Muhammad pernah mengatakan “carilah ilmu melai dari buaian hingga ke liang lahat” yang artinya bahwa belajar itu tidak mengenal batas usia. Dalam ungkapan kata hikmah bahwa belajar di usia tua ibarat melukis diatas air dan belajar diwaktu anak-anak ibarat melukis diatas batu. Bagaimana mungkin melukis diatas batu, begitulah gambaran bahwa orang tua secara umum mudah untuk menerima dan menyerap ilmu tetapi mudah sekali lupa, apalagi yang berkaitan dengan ilmu alat yang cenderung untuk dihafalkan. Berbeda dengan anak-anak baru mendengar satu atau dua kali bila disuruh menghafal maka akan dapat mengingat dengan sempurna. Tetapi tentu saja fungsi otaknya juga berbeda, bila orang dewasa akan dapat mengklasifikasikan, menganalisis dan mengembangkan. Tetapi anak-anak baru bisa mengingat dan menghafalkan saja.

2/03/2015

Managemen Rumah Tangga Untuk Menciptkan Keluarga Sejahtera dan Bahagia




Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan yang indah, dimana antara dua orang laki-laki yang berbeda jenis kelamin, berbeda suku, nasab, bahasa bisa bersatu karena atas dasar cinta. Walaupun membina Rumah tangga kadang kala tidak didahului dengan cinta dengan sepenuh hati, hal ini kalau mengingat masa dahulu, orang tua sudah menjodohkan putra-putrinya kepada calon pendamping pilihannya yang dipandang akan menjamin kehidupan dikemudian hari menjadi bahagia dan sejahtera.

Budaya jawa pada zaman dahulu, sebagaimana contoh pada zaman RA Kartini, perempuan menjadi wanita yang harus dipingit bila sudah mencapai usia remaja. Sehingga soal pasangan hidup dan jodohnya sudah ditentukan oleh orang tuannya. Walaupaun pada zaman sekarang sudah terjadi pergeseran, namun tentu masih ada saja yang menjalankan hal seperti itu. Dengan zaman kebebasan laki-laki dan perempuan bebas untuk menentukan pilihannya. Namun kadang kala pilihannya tidak menjadi pilihan terakhir karena pilihannya tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan.

Rasulullah Muhammad pernah menyampaikan tentang kriteria wanita ideal sebagai pendamping hidup yaitu pertama wanita yang beragama dan mempunyai kesadaran melaksanakan ajaran agamanya. Perintah agama selalu berusaha untuk dilaksanakan dan larangannya berupaya untuk dihindarkan, kedua wanita yang berharta dalam arti telah mempunyai ketahanan ekonomi yang mapan, ketiga wanita yang berasal dari keturunan orang yang baik, ketiga wanita yang cantik. Hal ini bagi laki-laki yang hendak memilih pasangan hidup, demikian pula bagi wanita menharapkan laki-laki dengan kriterianya sama hanya saja yang terakhir laki-laki yang gagah atau tampan.

Dapatkah memilih pasangan sesuai dengan kriteria diatas, kemungkinan ada walaupun tidak sempurna, namun mendekati pada persamaan. Tak jarang bahwa kriteria tersebut sangat berbeda dengan harapan, sehingga setelah membangun rumah tangga selalu dihadapkan dengan upaya untuk membina rumah tangga. Berupaya mencari keselarasan, kesamaan, saling mengalah, saling melengkapi. Sehingga walaupun pada awal pernikahan terasa janggal namun dapat dilesatarikan hingga batas akhir kehidupan. Sebaliknya ada saja pasangan hidup yang sudah dipilih dan sesuai dengan harapan namun bangunan rumah tangga amat rapuh sehingga rumah tangga tidak bisa dibina. Bila dapat dipertahankan tak jarang kehidupannya selalu diwarnai dengan kedisharmonisan, percekcokan dan pertengkarang, bahkan salah satu atau kedua -duanya mencari kepuasaan diluar rumah.

Hendaknya setiap insan menyadari bahwa pasangan yang telah dipilihnya adalah merupakan jodoh dan itu adalah telah ditentukan oleh Allah SWT. Setelah bangunan rumah tangga dibangun maka setiap pribadi berupaya untuk membina kehidupan rumah tangga. Untuk mewujudkan hal ini maka perlunya manageman rumah tangga.

1. Perencanaan (planning) yaitu membuat rencana kerja, jalan dan usaha-usaha yang akan ditempuh serta menetapkan usaha yang akan dicapai.
2. Pengorganisasian (organizing) yaitu pengaturan dan tata kerja dalam melaksanakan rencana pekerjaan termasuk meresapi adanya tujuan bersama, adanya pola yang menetapkan pembagian tugas wewenang serta hubungan antara suatu posisi dengan posisi lainnya, hubungan antara kerja dengan petugas, menaati peraturan, disiplin dan hirarkhi dalam pekerjaan dan sebagainya.
3. Pengarahan (directing/ leading) artinya pemimpin atau kepemimpinan yang akan memimpin dan mengatur jalannya semua rencana.
4. Pengawasan (controlling) yaitu mengontrol dan mengendalikan apakah suatu rencana berjalan lancar atau apakah hasil pekerjaan sesuai dengan standar yang diinginkan ataukah ada halangan dan rintangan atau terhadap kelainan -kelainan yang harus diperbaiki.
5. Koordinasi yaitu kerjasama dengan pembagian tugas dan wewenag yang rapi harus terjalin dengan baik, tanpa koordinasi antara unsur-unsur yang berkepentingan semua rencana tak mungkin dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang nenjadi sasaran tak mungkin tercapai dengan baik. (Dirjen. Bimas Islam dan Urusan Haji, Modul Pelatihan Pelatih Pembina Keluarga Sakinah, hal: 113-114)

Disamping itu dengan pemikiran, setiap diri hendaknya peka terhadap rasa dan berperasaan, karena itu sikap saling menghargai hendaknya selalu dibina, dua insan yang telah menjadi satu akan menjadi kesempurnaan, setiap diri tidak menuruti hawa nafsu dan bersikap egois. Walaupun setiap diri secara fitrah berkarya sesuai dengan bidangnya namun anamun setiap diri hendaknya menyadari akan kekurangan dirinya sendiri.