6/30/2016

Do'a Penutupan Bulan Dana PMI, Bermunajat Kepada Allah



Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.

PMI selalu mempunyai tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.

Palang Merah Indonesia tidak memihak golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya. (dikutip dari Wikipedia Indonesia)

Sumber dana operasional didapat dari Pemerintah dan swadaya masyarakat yang berupa donor darah dan iuran bulan dana PMI. Setiap pemerintah mempunyai style yang berbeda untuk memaksimalkan perolehan dana dari masyarakat. Karena itu dalam setiap tahun dibentuk panitia, untuk memaksimalkan perolehan, dalam setiap pencanangan dan penutupan diselenggarakan upacara ceremonial. Negara Indonesia yang masyarakatnya beragama, maka setiap usaha selalu memohon petunjuk kepada Allah dengan berdo’a.

َلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ أَخْرِجْنَا مِنْ ظُلُمَاتِ الْوَهْمِ وَأَكْرِمْنَا بِنُوْرِ الْفَهْمِ, وَافْتَحْ عَلَيْنَا بِمَعْرِفَةِ الْعِلْمِ وَسَهِّلْ لَناَ أَبْوَابَ فَضْلِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah, ya Rahman ya Rahim, ditangan-Mu segala puji, maka hanya kepada-Mu kami mengucapkan pujian dan menumpahkan rasa syukur. Disebagian dari kenikmatan yang Engkau berikan sehingga kami dapat mengikuti kegiatan penutupan Bulan Dana PMI tahun 2016, dalam keadaan tenteram, damai dan sejahtara.

Ya Allah, kami menyadari bahwa kenikmatan-Mu yang Engkau berikan sungguh teramat banyak, Engkau telah memberikan panjang umur kepada kami agar hamba-Mu lebih banyak beramal shalih, bertobat dan memohon ampun kepada-Mu. Karena itu ampunilah dosa, bimbinglah hati dan pikiran kami untuk selalu mengikuti sunnah-Mu.

Ya Allah, kami menyadari bahwa Engkau telah memberikan kesehatan kepada kami. Jadikanlah kami ya Allah, menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur untuk berempati kepada hamba-Mu yang sakit. Karena itu ya Allah jadikanlah penutupan bulan dana PMI ini sebagai media introspeksi. Sungguh kenikmatan yang Engkau berikan belum sebanding dengan infaq kami keluarkan, karena itu bukakanlah hati dan pikiran kami untuk berderma bagi kepentingan umat manusia, mensyukuri nikmat dan karunia-Mu.

Ya Allah, kami menyadari bahwa kenikmatan-Mu yang Engkau berikan kepada kami sungguh teramat banyak, Engkau telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menikmati kehidupan kepada kami, waktu sehat kami sebelum waktu sakit, waktu muda kami sebelum waktu tua, waktu luang kami sebelum waktu sempit, waktu kami berkecukupan sebelum menjadi fakir, waktu hidup kami sebelum datangnya ajal. Jagalah keikhlasan kami dalam beribadah, hidup dan mati semata-mata untuk mendapat ridha dan ampunan-Mu.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

"Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

6/29/2016

Akhlaq Nabi Muhammad dan Umatnya



Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, dengan kesempurnaan penciptaan ini bukan menjadi jaminan bahwa manusia akan menjadi makhluk yang sempurna, hal ini karena manusia mempunyai kompleksitas kehidupan. Manusia bukan malaikat yang mempunyai sifat ketaatan dan tidak pernah melakukan perbuatan yang diluar tugas yang telah diberikan kepadanya. Dalam diri manusia mempunyai sifat malakut, syaithaniyah dan hayawaniyah. Karena manusia makhluk yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Manusia akan menjadi baik dan buruk ketika unsur rohani yang tadinya fitrah telah terpengaruh dengan hal-hal lain. Ketika hal baik mendominasi maka perilaku manusia akan mengarah pada perbuatan baik, bermanfaat bagi orang lain dan dipandang sebagai orang yang berakhlaqul karimah. Namun sebaliknya bila unsur rohaninya didominasi oleh hawa nafsu maka perilaku manusia akan mengarah pada perbuatan buruk, yang bisa merugikan pada diri sendiri dan orang lain.

Allah mengutus para rasul untuk menyempurnakan akhlaq bagi sekalian alam. Rasul mempunyai sifat-sifat tertentu, disamping shidiq, amanah, tabligh, fathanah. Sifat-sifat ini dimungkinkan dimiliki oleh umatnya, karena rasul menjadi teladhan bagi umatnya. Rasul menyampaikan wahyu Allah untuk disampaikan pada umatnya, karena itu umat diarahkan untuk berakhlaq Rabbani.

Setiap rasul diutus untuk menyampaikan risalah Allah. Setiap Allah mengutus para rasul pada umumnya kondisi masyarakat yang jauh dari tuntunan Allah, mereka melaksanakan larangan Allah, perintahnya justru tidak pernah dihiraukan. Menyembah kepada Tuhan selain Allah, mabuk-mabukan, minuman keras, berjudi, kawin dengan sesama jenis, mengurangi timbangan, pembunuhan terhadap bayi dan perbuatan-perbuatan lainnya. Rasul dipersiapkan untuk mengajarkan manusia pada jalan yang diridhai-Nya sehingga disamping sifat-sifat diatas, rasul juga mempunyai sifat maksum. Sifat ini yang tidak dimiliki oleh umatnya. Karena perilaku rasul selalu dibimbing oleh wahyu, sehingga ketika mau melaksanakan perbuatan yang melanggar larangan Allah maka akan segera diingatkan oleh Allah.

Rasul pribadi yang sempurna.
Salah satu wujud kesempurnaan rasul adalah dalam hal beribadah, rasa pengabdian diri pada Allah dilakukan secara total. Bagaimanakah Rasullah Muhammad SAW dalam setiap malam senantiasa menegakkan shalat Lail, suatu saat Siti Aisyah bertanya, mengapa rasul selalu menegakkan shalat lail, kakinya sampai bengkok dan tikar shalat penuh dengan tetesan air mata. Bukankan rasul sudah dijaga dari perbuatan tidak baik dan dijamin masuk surga? Rasul menjawab, afala akunu minassyakirin, apakah aku tidak ingin disebut sebagai orang yang bersyukur?

Rasul menegakkan shalat dan menjalankan perintahnya bukan karena tuntutan dan kewajiban, namun segai wujud rasa syukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan. Dengan penciptaan dalam sebaik-baik bentuk, menusia diberikan kesempurnaan dalam segala sarana penunjang untuk menjaga kesempurnaannya. Panca indra yang sempurna, indah dan menarik, sekalipun manusia berkembang menjadi berjuta-juta tetapi tak satupun manusia yang sama. Semuanya beda, andaikan ada yang sama hanya mendekati kemiripan saja. Kesempurnaan manusia dilengkapi dengan akal, hati dan agama. Sesungguh semua ini disediakan oleh Allah agar manusia menjadi insan yang pandai bersyukur.

Ada orang yang menghitung-hitung pahala yang dilakukan khususnya pada bulan Ramadhan, dimana semua amal ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah, jika bertadarus pada bulan Ramadhan satu huruf dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan saja berapa kebaikan yang diperoleh ketika membaca Alquran 1 juz. Apalagi bila satu huruf dilipatgandakan menjadi 700 kebaikan. Berapakah kebaikan yang telah dikumpulkan? Berapakah nilai shadaqah yang telah dilakukan akan dilipatgandakan. Berapakah ibadah shalat akan dilipatgandakan oleh Allah. Hanya Allah yang Maha Tahu, andai disuruh menghitung masih besar manakah dengan karunia Allah yang telah diberikan kepadanya.
Berapakah nilai sehat yang diberikan, bisakah menghitungnya. Berapakah nilai kesempatan hidup dan panjang umur diberikan. Betapa sulit dibayangkan ketika seseorang sedang menikmati kehidupan dengan karier yang sedang menanjak, jabatan yang enak dan penghasilan yang memadai. Hidup rukun dan damai bersama anak dan keluarga, di keluarga dibanggakan, di masyarakat banyak menuai pujian. Tiba-tiba jatuh sakit, berapakah nilai rupiah dihabiskan untuk memperoleh kembali derajat kesehatan.

Yang lebih memprihatinkan bagaimanakah keluarganya ketika dia lebih dahulu dipanggil oleh Allah. Untuk dirinya akan memasuki alam baru yang akan menuai dari segala amal perbuatan yang telah dilakukan. Di alam Barzah dirinya hanya akan berharap dari tiga hal yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakan kepadanya. Bisakah keluarga yang ditinggalkan akan bangkit dari rasa duka, dan menyadari bahwa harta dan nyawa hanyalah titipan saja?

Tak mudah untuk bangkit dari duka, rasa cinta kasih dari orang yang dicintai yang telah tiada, bagi anak-anak, istri atau suami akan menghadapi tantangan dan kehidupan yang baru. Pendidikan dan keteladanan yang telah diberikan akan menjadi pribadi dalam keluarga yang tangguh. Sebaliknya bila tidak ada pendidikan dan kebiasaan buruk dalam keluarga yang jauh dari kehidupan beragama maka keluarga akan berantakan, ekonomi terpuruk, keluarga yang damai dan sejahtera berubah menjadi pertengkaran dan kekurangan. Tidak adanya nilai-nilai spiritual dan semangat religious maka keterpurukan akan semakin parah.
Karena itu kenikmatan yang diberikan oleh Allah dalam penciptaan yang paling sempurna dan pemenuhan kelengkapan hidup tidaklah sebanding dengan amal ibadah yang telah dilakukan. Karena itu pribadi Rasulullah menjadi teladhan, bahwa segala bentuk ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah. Kemudian dilaksanakan bukan karena tuntutan suatu kewajiban tetapi sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT.

Pribadi umatnya
Pribadi umatnya cenderung merasa puas dengan ibadah yang telah dilakukan. Banyak diantara kita yang melaksanakan ibadah namun hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Ibadah shalat yang dilakukan hanya aktifitas fisik, shalat belum bisa menghadirkan hati. Nilai-nilai spiritual belum bisa menjadi landasan kehidupan. Banyaknya perilaku yang menyimpang dari aturan hukum dan norma agama, mengapa demikian. Bukankah Negara Indonesia mayoritas penduduk beragama Islam. Inilah esensi dari nilai shalat yang belum bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Mengapa demikian?

Alquran telah menekankan tentang shalat yang khusuk, berapa persen ibadah shalat sudah dilaksanakan dengan khusuk, berapa orang yang telah faham dan berupaya untuk meraih derajat khusuk. Sebagai ilustrasi bagaimanakah ketika sedang menegakkan shalat kemudian digigit nyamuk, rasa gelisah karena gatal dan akan menggaruk-garuk bekas gigitan. Sahabat Ali bin Abi Thalib pada punggungnya terkena anak panah, rasa sakit yang tak terkira. Beliau memerintahkan pada sahabat yang lain agar melepaskan anak panah ketika dirinya sedang shalat. Sungguh ajaib tidak merasakan sakit, dan tidak merasa bahwa anak panah dilepas dari punggungnya.

Ketika khusuk belum belum didapat akan berupaya untuk meraih derajat khusuk atau hanya mengikuti rutinitas. Banyak muslim yang selalu berjuang dan berkurban untuk meraih kekhusukan. Pelatihan shalat khusuk dilakukan, selalu memperbanyak shalat sunnah, keinginan untuk meraih keutamaan shalat berjamaah. Segala bentuk rintangan yang akan menghalangi selalu dilawan sehingga dirinya berada dalam posisi menang. Andai setiap muslim mempunyai dorongan yang demikian niscaya kesempurnaan manusia akan terjaga.

Karena itu untuk menjadi yang terbaik atau terburuk, menang atau kalah manusia dapat mengukirnya, melatih keseimbangan diri, jasmani rohani, mental spritual untuk mengikuti Sunnatullah. Maka jika terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara rasul dengan umatnya adalah menjadi hal yang wajar, karena bila umatnya sama atau lebih baik dari rasulnya tidak ada bedanya rasul dengan umatnya. Sehingga siapakah Rasulullah dan manakah umatnya? Rasul menyampaikan risalah Allah menjadi figur teladhan bagi umat manusia, sedang umat yang mengikuti risalah para rasul. Dari waktu kewaktu selalu berjuang untuk meraih kesempurnaan. Semoga keimanan kita selalu terjaga, seandainya suatu saat keimanan tergadaikan, akan ingat dengan nikmat yang telah diberikan, sehingga ibadah terjaga dalam kondisi ikhlas dan istiqomah.

6/27/2016

Shilaturahim Wektu Bungah Lan Susah-Khutbah Idul Fitri Basa Jawa Tahun 2016




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ .
Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Ing dinten fitrah lan dinten kamengan punika, kita sedaya sami jumbuhaken raos bingah, suka renaming penggalih, amargi sampun tingkas anggenipun nindakaken shiyam Ramadhan. Mugi-mugi ibadah puasa punika dipun tampi dening Allah lan sedaya ibadah ing sak lebetipun shiyam Ramadhan kaleres ibadah fardhu utawi ibadah sunnah saget nambah bobotipun amal ibadah lan lan pikantuk ridhanipun Allah SWT.
Kanthi punika kagem melai mlebet ing wulan Syawal mangga kita tansah ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah, kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sedaya awisanipun, langkung sae malih kita saget nerasaken ibadah ing sak lebetipun wulan Ramadhan.

Nalika mlebet ing wulan Syawal mila sami ketingal raos bingah, kejawi sampun tingkas anggenipun nindakaken shiyam ugi amargi sesami tiyang sami ngaturaken kalepatan lan ugi sami ngrumaosi lepat sahingga sami nyuwun pangapunten kalian sesaminipun. Kawontenan punika dipun ikraraken kanthi pangendikan “ja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin, taqabbalallahu, minna waminkum taqabbal ya karim”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu. Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Shilaturahim ing wulan Syawal punika ngengetaken bilih sedaya manungsa punika asalapin inggih namung setunggal inggih nabi Adam, saterasipun Allah paring garwa inggih punika Siti Hawa, kados pangendikanipun Allah:


“ He manungsa, satuhune Ingsun (Allah) dadekake sira kabeh saka pawongan lanang lan wadon lan wus dadekake Ingsun ing sira kabeh pira-pira bangsa lan pira-pira suku supaya sira kabeh siji lan sjine bisa kenal. Satemene wong kang paling mulya ing antarane sira kabeh iku wong kang paling taqwa. Satemene Allah iku Maha Pirsa lan Maha Niteni”. (QS. Al Hujurat: 13)

Midherek ayat punika nedhaken bilih, saking piyantun kalih sak punika sampun dados piyantun kathah, sahingga ing antawis kita asring boten sami pirsa pundi ingkang sedherek kalian tiyang sanes. Pramila ing wulan Syawal punika kita sami pinanggihan kalian para sedherek wonten swasana suka cita gembiraning manah, sami pasrah, ngaturaken kalepatan lan leganipun penggalih nyuwun pangapunten. Raos gumedhe, tamak lebur ing pengestuti dados sifat welas asih lan lembah manah.
Pramila pasedherekan ingkang sampun kita raketaken kanthi dasar keluarga, agama lan masyarakat tansah dipun jagi kanthi sak sae-saenipun. Amargi kanthi ngraketaken pasedherekan saget manjangaken yuswa, piyantun sehat lan rizkinipun badhe dipun tambah dening Allah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu. Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Nalika nembe ngraosaken bingah, ampun ngantos raos bingah punika dadosaken tiyang ingkang supe, jalaran sak punika kathah musibah lan bencana. Nalika ing wulan Juni 2016 ing Purworejo, Kebumen lan Banjarnegara wonten musibah banjir lan siti gugruk. Kathah bandha ingkang ical lan ugi korban jiwa.

Kanthi punika wontenipun musibah lan bencana kita dadosaken i’tibar, sampun dados Sunnahtullah bilih musibah lan bencana saget nuwuhaken raos susah lan gerahing penggalih. Lan kanugrahan saget nuwuhaken raos bingah lan suka renaning penggalih. Sahingga nalika nembe nampi kanugrahan kedah tansah syukur dhateng Allah. Lan nalika nampi musibah kedah sabar. Rasulullah SAW nate ngendika, menawi Gusti Allah badhe ngersakaken kesahenan dhateng kawulanipun, Allah badhe nyukani musibah:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُصِبْ مِنْهُ (رواه البخاري)
"Sapa wonge kang dikersakaken bakal oleh kebagusan, mila Allah bakal maringi musibah marang dheweke”. (HR. Bukhari)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu. Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Wonten pundi papan lan panggenan kita tansah dipun adhepaken kalian musibah lan bencana. Tiyang ingkang gesang wonten ing wilayah perbukitan, gunung, tebing, badhe ngadhepi musibah banjir lan siti gugruk. Tiyang ingkang gesang wonten ing sakitaring milining lepen badhe ngadhepi bencana rupi banjir. Tiyang ingkang gesang ing sakitaring gunung badhe ngadhepi siti gugrug lan gunung bledos. Tiyang ingkang gesang wonten ing wilayah pantai badhe ngadepi musibah toya pasang, rob lan tsunami. Tiyang ingkang nembe tindakan ngagem kendaraan badhe ngadepi musibah kecelakaan lalu lintas, tiyang ingkang tindakan mawi pesawat ngadhepi musibah pesawatipun dhawah. Tiyang ingkang tindakan mawi prau lan kapal laut badhe ngadhepi musibah kapal kerem lan sak terasipun.

Semanten ugi ingkang perlu kita waspadhai, bilih nalika mlebet ing tanggal setunggal Syawal, kita sampun dipun parengaken dhahar lan ngunjuk ing wekdal siang. Nalika shiyam padharan kosong, ing wulan Syawal dados kebak kalian dhaharan lan unjukan. Sahingga saget nuwuhaken musibah arupi sakit padarasnipun, sirahipun mumet, badanipun pegel-pegel lan saterasipun. Mekaten punika mugi-mugi ing tahun punika kita saget mendhet hikmahipun. Bilih ing padaran kita sampun wonten ukuranipun. Sapertiga kagem unjukan sapertiga kagem dhaharan lan sapertiga kegem anginipun. Sahingga menawi padharan dipun isi kalian unjukan lan dhaharan mila badhe nuwuhaken musibah ingkang boten dipun kersakaken.

Pramila sak sampunipun mlebet ing wulan Syawal mangga kita lestantunaken ibadah ing wulan Ramadhan. Ing pundi papan lan panggenan kita tansah eling kalian Allah, pakulinan tadarus Alaquran, kajian Islam, pengaosan, kuliah subuh, shalat jamaah wonten masjid utawi langgar lan musholla, nindakaken shalat sunnah, nggiyataken shadaqah lan saterasipun. Sahingga menawi sawekdal-wekdal musibah lan bencana punika dumugi, kita sampun siap, bilih musibah lan bencana punika saking ngarsa dalem Allah. Malah menawi musibah lan bencana punika mendhet nyawanipun, kita badhe kalebetaken dados golongan ipun tiyang-tiyang ingkang khusnul khatimah.

Kita kedah waspada ugi bilih musibah lan bencana punika dipun sebabaken saking tindak lampah lan pokalipun para manungsa. Kayon-kayon dipun tebang, bucal sampah wonten lepen, numpuk sampah ing sakitaripun griyo ingkang saget dados umahe lemut lan tikus, bak toya boten nate dipun kuras lan saterasipun. Kanthi punika ing wulan Syawal dipun melai saking dinten fitrah. Dinten ing sak lebetipun Gusti Allah sampun paring pangapunten dhateng sedaya lepat lan dosa kawulanipun. Kanthi punika dipun melai saking manah ingkang suci kita biasakaken gesang ingkang bersih, jasmani lan rohaninipun.
Langkung sae malih menawi sasampunipun tanggal setunggal Syawal dipun terasaken kalian puasa sunnah bulan Syawal. Mekaten punika margi hikmahipun ingkang sanget angengipun, Rasulullah SAW ngendika:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“ Sapa wonge nindakake puasa Ramadhan nuli dikanteni nem dina ing wulan Syawal mangka (ganjarane) kaya puasa setahun”. (HR. Muslim)
Akhiripun mugi-mugi shilaturahim ingkang kita bangun saget nuwuhaken gasang bebrayan ingkang, tata titi tentrem kerta raharja lan pikantuk rahmat saking ngarsa dalem Allah SWT, amin.

جَعَلْنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَاَدْ خِلْنَا وَاِيَّاكُمْ مِنْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصّٰلِحِيْنَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

6/23/2016

Makna Bulan Suci Ramadhan



Allah SWT menciptakan tahun yang terdiri atas 12 bulan, adapun hitungan hari dalam satu bulan berbeda-beda. Untuk kalender Masehi bisa terdiri 28, 29, 30 atau 31 hari. Namun untuk kalender Hijriyah hanya terdiri 29 atau 30 hari. Penentuan 12 bulan dalam setahun telah disebutkan oleh Allah SWT dalam Alquran Surat Attaubah ayat 36:
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”.

Adapun empat bulan Haram yang dimaksud adalah bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Berbeda dengan bulan yang lain Ramadhan adalah bulan suci. Tidak ada bulan yang suci kecuali bulan Ramadhan. Apakah maksud dari bula suci itu? Hal ini karena bulan suci Ramadhan adalah bulan yang diberkahi oleh Allah, hanya di dalam bulan Ramadhan nilai ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Semua ibadah sunnah akan dinilai sebagaimana ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan antara 10 hingga 700 kebaikan.

Karena itu dengan keunggulan bulan Ramadhan, menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Peningkatan ibadah dengan melihat keunggulan pada bulan Ramadhan. Bagi muslim yang telah mencapai pada derajad mukasafah niscaya tidak mau menyia-nyiakan setiap detikpun pada bulan Ramadhan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah, bahkan mereka tidak mau dengan segera ditinggalkan bulan Ramadhan. Mereka tahu tentang keutamaan bulan Ramadhan sehingga bila diizinkan, akan meminta kepada Allah agar semua bulan dijadikan sebagaimana bulan Ramadhan. Karena begitu besar rahmat dan ampunan Allah, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah bahwa bulan Ramadhan yang pertama adalah rahmat, Ramadhan yang kedua maghfirah dan Ramadhan yang ketiga akan dijauhkan dari api neraka.

Dimanakah sepuluh hari yang pertama, kedua dan ketiga? Karena dalam satu bulan terdiri dari 29 atau 30 hari. Karena itu bila dibagi tiga, maka Ramadhan yang pertama adalah tanggal 1-10, Ramadhan kedua 11-20, Ramadhan ketiga 21-29/30. Dengan demikian tanggal 1-10 Allah melimpahkan rahmat-Nya bagi seluruh hamba-Nya. Dengan rahmat maka setiap makhluk akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan, hal ini akan diperoleh bila dapat mengisi hari-hari khususnya pada bulan Ramadhan sebagai bentuk ibadah. Setiap anggota tubuh manusia diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, oleh karena itu ibadah puasa bukan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, dengan menahan diri untuk tidak makan, minum dan hubungan suami istri pada waktu siang hari. Bila sedang berpuasa bisa menahan diri maka puasanya syah tetapi yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja “banyak orang yang berpuasa namun yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja (Hadits)”.

Karena itu agar memperoleh derajat yang lebih tinggi, ketika sedang berpuasa hendaknya berupaya untuk menahan diri dari ucapan, perbuatan yang tidak baik, menghindarkan diri dari perkelahian dan permusuhan. Andaikan terbiasa berkata kotor, berbohong, menghibah, memfitnah, menggunjing, menyakiti orang lain, waktunya puasa Ramadhan yang pertama untuk dikeluarkan semua perilaku yang tidak baik. Allah telah menyediakan media dengan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat tarowih dan witir, tadararus Alquran, kajian Tafsir Alquran, Hadits dan kitab-kitab klasik, menyelenggarakan pesantren Ramadhan, buka bersama, kultum dan kuliah subuh, pembagian takjil dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan kegiatan-kegiatan ini diharapkan setiap muslim akan merasa disibukkan dengan urusan ibadah, sehingga sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk akan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif sesuai dengan tuntunan Islam. Hal ini sesuai dengan perilaku ahli suffah yang melakukan takholli.

Untuk selanjutnya pada sepuluh hari yang kedua 11-20 adalah hari- hari yang penuh dengan ampunan Allah. Setiap muslim melakukan tahalli, yaitu mengiasi, mengisi kehidupan dengan perbuatan yang baik. Maka tiada alasan bagi Allah untuk tidak mengampuni hamba-Nya yang telah berupaya membersihan diri dari segala perilaku yang tidak baik. Karena para pendosapun akan tetap diampuni Allah selagi masih hidup. Apalagi hamba-Nya yang taat, menyadari dosa dan kesalahan dirinya. Selalu meningkatkan kualitas ibadah, sehingga hati yang bersih akan memancarkan dalam setiap aktifitasnya. Setiap detak jantung, tarikan nafas selalu dipenuhi dengan dzikrullah. Sehingga kesadaran diri selalu merasakan kehadiran Allah pada dirinya. Jika dirinya tidak mengetahui Allah namun sesungguhnya dirinya yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Maka dalam setiap perbuatan selalu merasa diawasi Allah, dimanapun dan kapanpun. Allah bukan hanya mengawasi namun Allah juga akan mencatatnya, dan setiap perbuatan akan dikembalikan kepada dirinya baik di dunia maupun diakhirat. Setiap amal perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban, ketika didunia oleh yang memberikan amanat dan di akhirat oleh yang menciptakan amanat.

Pada sepuluh hari yang ketiga adalah tanggal 21-29/30 adalah hari-hari penentuan dimana ketika sudah memperoleh ampunan Allah, sifat-sifat Allah mulai tertanam dalam dirinya. Segala perbuatan yang dilakukan semata-mata mengikuti Sunnatullah, inilah bagi kalangan ahli suffah maka telah mencapai tingkat tajalli. Ketika telah mencapai taraf ini maka akan dijauhkan dari api neraka. Inilah bahwa tahapan untuk menggapai surgawi melalui suatu proses yang cukup panjang, karena dalam setiap waktu manusia tidak akan lepas dari cobaan, musibah dan bencana. Dari ini derajat keimanan teruji yang dibuktikan dengan aktifitas ibadah. Karena iman kadang bertambah dan kadang berkurang “al imanau yazidu wa yankusu”. Setiap muslim pasti pernah atau sering merasakan sendiri, misalnya suatu saat menunggu waktu shalat namun suatu saat sudah ada panggilan shalat tetapi masih menyibukkan diri dengan urusan dunia. Bahkan kadang sampai meninggalkan waktu shalat.

Karena itu bulan Ramadhan adalah bulan suci, segala bentuk ibadah akan dilipatgandakan pahalanya, kecuali puasa yang pahalanya akan langsung diterima Allah SWT. Sesungguhnya hanya ibadah puasa yang ibadahnya langsung diterima Allah. Dengan ini dimana-mana nuansa Ramadhan, masjid, langgar, musholla, di rumah, kantor, sekolah dan pondok pesantren, siaran radio, TV, surat kabar, media sosial. Bahkan ditempat umum nuansa Ramadhan, banyak baliho, spanduk yang memberikan himbauan tentang puasa Ramadahan, di pasar dan di sepanjang jalan menyediakan aneka makanan untuk berbuka puasa. Dan pada siang hari banyak rumah makan, restoran yang ditutup, atau memberikan pelayanan secara terbatas.

Bulan Ramadhan bulan untuk mensucikan diri, dengan keutamaannya diharapkan bisa menghapus atau secara perlahan mengikis dosa-dosa yang telah menumpuk, bahkan bisa jadi dengan kemurahan Allah akan memberikan ampunan segala dosa yang telah dilakukan hamba-hamba-Nya. Apalagi bagi siapapun yang menjumpai malam lailatul qadar, niscaya dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah. Untuk selanjutnya menjadi aktifitas pasca Ramadhan akan meningkat atau justru akan kembalai kepada perbuadakan hawa nafsu kembali. Mudah-mudahan dengan berbuka tanggal 1 Syawal akan dilanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal.

6/09/2016

Puasa Ramadhan Wujudkan Kesalihan Ritual, Spiritual dan Sosial



             Ibadah puasa adalah ibadah sirri, siapa yang mengetahui bahwa si Fulan sedang puasa. Karena kebetulan si Fulan biasa melaksanakan puasa sehingga setiap aktifitasnya tidak mengalami penurunan. Ibadah puasa dilakukan dengan ikhlas, sehingga dengan keikhlasan itu bisa mengalahkan rasa lapar, haus dan lemas. Sebaliknya siapa yang mengetahui bahwa si Fulan 2 baru saja makan dan minum dengan kenyang sehingga kemudian mengantuk dan tidur. Sulit untuk dibedakan antara si Fulan dan si Fulan 2. Karena ketika bersama dengan teman-temannya tidak makan, minum atau merokok. Inilah ibadah puasa hanya diri sendirilah yang tahu, dan tentu saja Allah Maha Tahu.


اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مبَارَكًا كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الْاُ مَمِ الْمَاضِيَةِ وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
           Pertama dan yang paling utama kami mengajak Jemaah sekalian marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Tentu saja kita laksanakan secara pelan namun pasti, istiqomah dan ikhlas agar ibadah yang kita laksanakan akan mencapai pada kesempurnaaan.

           Demikian pula pada saat ini kita sedang melaksanakan puasa Ramadhan, dimana puasa ini merupakan perintah Allah yang dikhususkan bagi orang-orang yang beriman:


“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. (QS. Al Baqarah; 183-184)

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
            Sejak usia aqil baligh, sudah berapa kali kita melaksanakan puasa Ramadan, disini bukan bermaksud mendorong untuk menghitung-hitung amal ibadah dan kesalihan yang pernah dilakukan, yang justru terkadang akan menimbulkan sikap ujub, namun ini sebagai media evaluasi, sejauh mana ibadah puasa yang telah dilakukan itu dapat mencapai derajat muttaqin. Karena sesungguhnya pribadi yang muttaqin akan terpancar pada sikap dan perilaku yang akan membentuk kesalihan ritual, spiritual dan sosial.
            Puasa Ramadhan adalah ibadah sirri, untuk menguji sejauhmana kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Bagi orang yang bertaqwa menyadari bahwa bulan Ramadhan adalah pesta ibadah. Dimana nilai ibadah puasa akan langsung diterima oleh Allah, dan ibadah-ibadah yang lain akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW pernah berkata:
كُلُّ عَملِ ابنِ آدَمَ يُضَاعفُ الحسَنَةُ بِعشْر أَمْثَالِهَا إِلى سَبْعِمِائة ضِعْفٍ . قال اللَّه تعالى : " إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وأَنا أَجْزي بِهِ : يدعُ شَهْوتَهُ وَطَعامَهُ مِنْ أَجْلي .
“Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya hingga tujuhratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintah-Ku”. (HR. Muslim)

            Begitu besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sehingga ibadah sunnah pada bulan Ramadhan dinilai seperti ibadah yang fi fardhukan/ diwajibkan. Demikian pula ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah. Karena itu untuk memperoleh predikat menjadi orang muttaqin disamping dapat menjaga dari segala yang membatalkan puasa secara lahir, seperti makan minum dan melakukan hubungan suami isteri pada siang hari, hendaknya juga dapat menjaga sikap ruhaniyah sehingga ibadah puasa berdimensi ibadah lahir dana batin. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan:

1. Memelihara lidah untuk tidak berdusta, mencaci orang, mencampuri urusan orang lain, mengekang mata telinga dari melihat atau mendengar sesuatu yang tidak baik.
والصِّيام جُنَّةٌ فَإِذا كَانَ يوْمُ صوْمِ أَحدِكُمْ فلا يرْفُثْ ولا يَصْخَبْ، فَإِنْ سابَّهُ أَحدٌ أَوْ قاتَلَهُ ، فَلْيقُلْ : إِنِّي صَائمٌ
“Puasa adalah sebagai perisai, maka orang yang berpuasa, janganlah ia berkata kotor atau melakukan perbuatan yang jelek, atau apabila ada orang yang menyakiti atau bertengkar dengannya atau memakinya, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah berpuasa."

2. Menahan perutnya dari dari makanan-makanan yang haram, subhat, karena perlunya mengusahakan makanan yang halal dari segi zatnya sifat maupun af’alnya.

3. Menjaga seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan yang tidak bermafaat yang tidak ada hubungannya dengan dirinya secara langsung. Karena bila hal ini dilakukan maka ibadah puasa yang dilakukan hanya memperoleh lapar dan dahaga saja.
كم من صائم ليس له من صيامه الاالجوع والعطش
“Banyak orang berpuasa, tetapi puasanya tiada berarti kecuali hanya menahan lapar dan dahaga saja”.

4. Meninggalkan perbuatan maksiat, ini menjadi kewajiban baik baik orang yang berpuasa atau tidak, sedang melaksanakan puasa atau tidak. Namun bagi yang sedang berpuasa dituntut untuk lebih berhati-hati.

5. Orang yang berpuasa hendaknya jangan terlalu banyak tidur di siang hari, dan terlalu banyak makan di malam hari. Hendaknya selalu bersahaja dalam kedua hal, agar dapat merasakan pedihnya lapar dan dahaga. Dengan demikian jiwanya akan terdidik, nafsu syahwatnya terkendali dan hatinya bercahaya.

6. Kesibukan urusan duniawi hendaknya lebih diarahkan pada kegiatan beribadah sebanyak-banyaknya dan berzikir kepada Allah.

Mudah-mudahan ibadah puasa dan semua amal shalih yang telah kita lakukan tercatat sebagai amal shalih yang diterima oleh Allah, dan yang belum kita laksanakan semoga senantisa diberikan kemampuan dan kesempaan untuk menjalankannya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.