4/02/2014

Meningkatkan Kualitas Ibadah dan Mewujudkan Ibadah Yang Berkualitas



Ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa, haji, tetapi semua perbuatan yang ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan semua bentuk perbuatan baik yang berguna bagi kepentingan orang banyak.

Ibadah memerlukan kesiapan lahir dan batin sehingga nilai ibadah bisa dari waktu- kewaktu akan semakin meningkat. Ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan agar ibadah itu semakin berkualitas:
1. Ibadah dengan kesadaran.
Ibadah dengan kesadaran mengandung maksud, bahwa ibadah yang dilaksanakan tidak ada unsur paksaan, dan juga bisa berarti bahwa dalam melaksanakan ibadah tahu dan paham terhadap apa yang dilaksanakan. Orang yang mabuk sedang tidak sadar, maka apapun yang dilaksanakannya diluar kontrol akal pikiran. Oleh karena itu Allah melarang orang yang beribadah (shalat) ketika sedang mabuk:

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu katakan (Annisa": 43)".

2. Ibadah dengan kecintaan.

من احب لله وابغض لله واعطى لله ومنع لله فقد استكمل الايمان

" Barang siapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, menahan karena Allah sesungguhnya orang itu mendapat kesempurnaan iman. (HR. Abu Dawud)

Beribadah tanpa kerinduan dan kecintaan tidak akan merasakan kenikmatan dalam beribadah, seperti orang yang sedang sakit tidak dapat merasakan lezatnya makanan. Oleh karena itu jalan yang dapat ditempuh untuk memperoleh kenikmatan beribadah dan agar terhindar dari sikap malas, hendaknya selalu mencari dan menambah konsentrasi dalam beribadah.

3. Ibadah dengan ikhlas.
Nilai ikhlas dalam beribadah bukanlah diperoleh secara tiba-tiba akan tetapi memerlukan upaya dan perjuangan secara terus- menerus. Seperti kewajiban menjalankan shalat lima waktu pada awalnya terasa berat dan bisa jadi akan menjadi beban bahkan menjadi penghalang setiap aktifitas. Hal yang demikian akan hilang secara mental spiritual bila dilaksanakan secara terus menerus dan ditambah dengan ibadah shalat sunnah rawatib dan shalat-shalat sunah lainnya. Maka shalat akan menjadi kebutuhan dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, ibadah dilakukan semata-mata karena Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Kahfi ayat 110:

"Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia menyekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya".

" Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (menjalankan) agama yang lurus (QS. Al Bayyinah: 5)".

4. Ibadah dengan kekhusukan.
Khusuk merupakan kondisi kejiwaan yang sedang terpaut kepada Allah, menyadari dan merasakan keagungan Allah SWT. Jalan untuk meraih kekhusukan yaitu dengan merasakan kehadiran Allah, sembagaimana seorang mukhsin yang merasa selalu dalam pengawasan Allah, sebagaimana sabda rasul:

الاحسان ان تعبد الله كانك تراه فان لم تكن تراه فانه يرك

" Ikhsan yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya, walaupun engkau tidak melihatnya tetapi sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu".

5. Ibadah secara sembunyi.
Ibadah secara sembunyi merupakan totalitas ibadah dan melepaskan penghambaan diri kepada Tuhan selain Allah, sehingga ibadah bukan untuk memperoleh pujian dari orang lain, penghargaan dari atasan, sanjungan dari bawahan. Sebagaimana sabda rasul

ان صلاتى ونسكى ومحياى ومماتى لله رب العالمين (رواه مسلم

" Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Allah yang menguasai sekalian alam (HR. Muslim)".

Kualitas ibadah yang selalu kita upayakan dapat rusak karena:
1. Riya'.
Riya' dapat merusak nilai ibadah, karena tujuan ibadah melenceng pada upaya-upaya untuk meraih perhatian masayarakat, ketenaran dan kemashuran. Ibadah yang diwarnai dengan riya' berarti ibadah tersebut telah terperangkap pada lingkaran setan. Setan selalu berusaha untuk merusak niyatnya yang menjadi titik awal dari setiap perbuatan, sebagaimana sabda rasul yang dirwayatkan oleh Buchari dan Muslim sesunggunya setiap perbuatan dilihat dari niatnya.
Perbuatan orang karena riya' digambarkan dalam surat Al Baqarah ayat 264 seperti batu licin yang diatasnya terdapat tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu bersihlah batu tersebut.

2. Ujub (bangga diri).
Allah SWT berfirman dal surat Al Kahfi ayat 103- 104:

" Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya".

Didalam sabdanya Rasulullah menyampaikan bahwa untuk menjadi orang yang baik lihatlah kepada orang yang lebih alim, sehingga dalam diri akan muncul sikap untuk selalu mengevaluasi dan memperbaiki setiap perbuatan yang telah dilakukan. Sehingga muslim yang demikian ini akan selalu berupaya agar hari ini lebih baik dari yang kemarin.

3. Dosa
Dosa merupakan dampak dari setiap perbuatan yang melanggar larangan Allah dan tidak melaksanakan perintah Allah. Perbuatan dosa secara psikhis akan melemahkan ghirah dalam beribadah, spiritual terasa semakin gersang. Sehingga perbuatan yang dilakukan terasa kosong karena tujuan yang hendak dicapai hanya tujuan yang pendek yaitu keduniawian belaka. Maka sadarilah bahwa disetiap aktifitas perbuatan baik maka selalu diiringi dengan dosa baik disengaja maupun tidak, maka bila perbuatan tersebut disengaja segeralah bertobat dan bila tidak disengaja maka beristighfarlah, mohon ampun kepada Allah.