8/10/2021

Muhasabah Tahun Baru 1443 Hijriyah, Menuju Perubahan Raih Keberkahan

Tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1443 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 2021. Tahun baru Hijriyah 1443 pada tahun ini sungguh berbeda dengan tahun yang lalu. Dalam beberapa grup WA banyak orang yang bertanya, mengapa hari liburnya tanggal 11 Agustus 2021. Apakah tahun baru Hijriyahnya juga diundur menjadi tanggal 11 Agustus 2021. Inilah kenyataan yang terjadi di masyarakat. Banyak komentar tentang libur atau cuti bersama diundur sehingga tidak dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2021.

Peringatan tahun baru Hijriyah bagi umat Islam adalah merupakan tonggak perjalanan sejarah umat Islam. Ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam hijrah dari Mekah ke Madinah. Dari tanah kelahiran di kota Mekah, Nabi Muhammad berjuang, berdakwah, mengajak kepada orang-orang untuk memeluk agama Islam. Perjungan dan kegigihan Rasulullah telah melalui proses yang panjang, selama 13 tahun mengajak kepada masyarakat atau penduduk Mekah yang notabennya adalah merupakan saudaranya sendiri, karena beliau dilahirkan di Mekah. Tetapi ajakan Rasulullah tidak menggetarkan hati orang-orang Mekah untuk mengikuti ajaran Islam sehingga Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dimusuhi oleh orang-orang Mekkah, bahkan ada suatu kisah bahwa Rasulullah akan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. 

 

Kondisi yang demikian ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk hijrah ke Thaif atau Madinah, disana beliau diterima secara terbuka dengan penuh persaudaraan. Di Madinah Rasulullah meletakkan sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga Islam benar-benar di terima oleh masyarakat Madinah dan di sanalah kemudian Islam berkembang pesat. Ketika Rasulullah hendak kembali lagi ke Mekah dengan maksud untuk berziarah, tapi ternyata penduduk Mekah semuanya menyatakan menyerah kepada Rasulullah, sehingga dengan wasilah Rasulullah hijrah kemudian mendatangkan kebaikan. 

 

Hijrah menuju perubahan raih keberkahan. 

Hijrah adalah suatu perjalanan dari sesuatu yang tidak menyenangkan menuju kepada sesuatu yang penuh dengan harapan. Walaupun kadangkala di daerah yang baru suasana baru, apapun serba baru, karena itu kebanyakan orang yang berhijrah ada semangat religi, spiritual kemudian didukung dengan usaha yang maksimal, sehingga di tempat baru itu banyak orang yang mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. 

 

Setelah kita meninggalkan tahun 1442 Hijriyah, ini adalah merupakan perjalanan hidup manusia yang tidak akan terulang kembali. Banyak hal yang menyenangkan pada tahun 1442 H dan juga banyak hal yang merugikan atau menjadikan kita menjadi sedih, susah dan lain sebagainya. Sudah dua tahun kita berjuang menghadapi pandemi yang luar biasa, Covid- 19 yang memporak-porandakan kehidupan manusia. 

 

Karena itu kita berharap pada tahun 1443 Hijriyah akan mendapatkan keberuntungan, disingkirkan dari pandemi Covid-19 dan kita akan kembali menempuh kehidupan dengan normal. Karena itu segala peristiwa yang dialami manusia baik itu susah, bahagia, baik, buruk, menguntungkan, merugikan adalah suatu masa yang sudah kita lalui . Dan masa yang sudah berlalu tidak akan bisa kembali lagi, kecuali kita hanya bisa mengulang kembali rencana-rencana yang sudah dilakukan pada tahun 1442 H. Yang baik diulang kembali, usaha dan ikhtiarnya disusun dalam bentuk perencanaan dan kita berharap bahwa pada tahun yang akan datang menjadi tahun yang penuh dengan keberuntungan. Allah SWT mengingatkan di dalam Alquran surah Al Hasyr ayat 18:

 

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ 

 

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. 

 

Di dalam ayat tersebut Allah mengingatkan kepada orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang taat terhadap perintah Allah, orang-orang yang menjauhi atau menghindari dari segala perbuatan yang tidak baik dan orang-orang yang berpegang teguh pada perintah Allah dalam kondisi apapun. Allah mengingatkan agar memperhatikan apa yang sudah dilakukan pada masa yang akan datang, “wal tandzur nafsun maqodaamat lighod”. 

 

Masa adalah kondisi waktu yang berkaitan erat dengan manusia, karena itu masa ada tiga macam, 1) masa lalu adalah masa yang sudah kita lakukan, masa yang tidak akan bisa kembali lagi, segala peristiwa yang telah terjadi tidak akan kembali, menurut Imam Al Ghozali bahwa masa lalu adalah masa yang paling jauh. Dikejarpun akan semakin menjauh. 2)masa sekarang adalah masa yang sedang dijalani, pada saat ini sedang melakukan perintah Allah atau kita sedang melaksanakan larangan Allah. Kalau sedang melaksanakan perintah Allah berarti kita sedang mentaati apa yang menjadi ketentuan ciptaan Allah. Bahwa manusia diciptakan sebagai abdullah dan sebagai khalifatullah, keduanya menyatu pada diri manusia. Keduanya menjadi symbol kesempurnaan setiap muslim. 3)Masa yang akan datang, adalah masa yang belum kita lakukan, masa yang masih dalam perencanaan. Bisa jadi masa yang akan datang adalah merupakan masa yang penuh dengan kebahagiaan. 

 

Pada dasarnya semua orang itu bercita-cita, berharap agar masa yang akan datang adalah masa yang menguntungkan, masa yang mendatangkan kebahagiaan. Kita tidak ingin adalah masa yang akan datang menjadi masa yang penuh dengan penderitaan. Karena itu, agar masa yang akan datang, menjadi masa yang membahagiakan, maka Allah memerintahkan agar kita memikirkan apa yang sudah kita lakukan pada masa yang akan datang. Semua kejadian menjadi hikmah yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perbuatan pada masa yang akan datang. 

 

Karena itu sebaik-baik kita itu adalah yang selalu mentaati terhadap perintah Allah, karena bila seorang mukmin selalu taat, patuh dengan perintah Allah, melaksanakan perintah-Nya dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan istiqomah, maka orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan. Jangan takut dan khawatir Allah akan melalaikan hamba-Nya. Karena kalau tidak ditemukan dalam kehidupan dunia maka masih berharap bahwa Allah menunda kebahagiaan dan akan dikembalikan kelak di hari Kiamat.

 

 يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا ەۙ لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْۗ فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ 

 

 “Pada hari itu manusia keluar (dari kuburnya) dalam keadaan terpencar untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatan mereka. Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya”. (QS. Al Zalzalah: 6-8) 

 

Banyak orang yang hidupnya serba kekurangan, tetapi dia mempunyai rasa kecukupan, sehingga lebih taat terhadap perintah Allah, sebaliknya bahwa di dalam mengarungi kehidupan ini ada yang hidupnya penuh dengan kemaksiatan, selalu melakukan larangan Allah, perintah Allah ditinggalkan namun dalam hal kehidupan duniawi justru bergelimang, hidupnya dimuliakan oleh Allah. Bahkan dalam urusan keduniawian dia mempunyai kelebihan dibanding yang lainnya. Dengan kejadian itu jangan kemudian berkesimpulan, bahwa orang yang taat kepada perintah Allah, hidupnya tidak bahagia dan sebaliknya orang yang menentang perintahnya Allah, tak pernah melakukan perintah Allah, hidupnya akan bahagia. 

 

Allah akan menguji hambanya dengan berbagai macam cara bisa dengan mengurangi atau menghilangkan atas apa yang diberikan Allah:

 

 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ 

 

”Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”, (QS. Al Baqarah: 155) 

 

Allah menguji hamba-Nya dengan harta kekayaan yang melimpah, menurut riwayat ada salah seorang umat nabi Musa yang bernama Qarun, ia hidup miskin, serba kekurangan. Dia minta kepada nabi Musa agar didoakan menjadi orang yang kaya, yang akan digunakan untuk beribadah kepada Allah. Nabi Musa mendoakan dan jadilah dia orang yang kaya raya,

 

 اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ ۖوَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ 

 

Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. (QS. Al Qashash: 76). 

 

Sejarah kejadian umat-umat yang terdahulu, telah nyata dan memberikan petunjuk kepada kita, bagaimanakah kita bisa menyikapi dan mengambil hikmahnya. Kemulian umat terdahulu menjadikan bertambah rasa syukurnya kepada Allah, namun ada juga yang justru membanggakan diri, menganggap bahwa apa yang diperoleh merupakan usahanya sendiri sehingga kemudian Allah membalas dengan siksanya. Dan siksa Allah benar-benar ada dan diberikan kepada hamba-nya. Sebagai orang yang beriman tidak perlu mencoba merasakan azab Allah karena perilaku durhakanya, namun carilah berkah dan rahmat Allah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah.

 

 وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ 

 

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim: 7). 

 

Tak perlu mempersoalkan bahwa tahun baru Hijrah tanggal merah namun tidak libur, dan liburnya diundur menjadi tanggal hitam, dari hari Selasa digeser menjadi hari Rabu, dari tanggal 10 digeser menjadi tanggal 11. Setiap perubahan pasti ada kebijakan, setiap kebijakan pasti ada dasar dan alasannya dengan tujuan untuk kemaslahatan, kesehatan dan keselamatan umat manusia. Esensi tahun baru adalah mengambil nilai-nilai hijrah, hijrah dari kemaksiatan menuju kebaikan, hijrah dari kemunkaran menuju kemaslahatan, hijrah dari kemiskinan menuju kecukupan, hijrah dari kebodohan menuju kecerdasan, hijrah dari kegelapan menuju cahaya terang benderang.