7/03/2013

Tukang Foto Cari Muka


Cari muka adalah salah satu perilaku yang tidak terpuji, karena perilaku ini identik dengan penjilat, sifat munafik, sikap riya’. Maka siapapun tentu saja akan merasa marah bila dikatakan sedang cari muka. Seorang staf yang selalu malas dalam bekerja, namun ketika atasan datang pura-pura sedang aktif bekerja. Begitu pula senang berkasak-kusuk mencari kesalahan orang lain, menjilat dan menghasut kepada atasannya. Perbuatan ini jelas akan menimbukan kedisharmonisan dalam lingkungan kerja. Sesama mitra kerja merasa tidak cocok, dan temannyapun merasa malas untuk berinteraksi, pergaulan terasa kaku, seakan dalam setiap pekerjaan akan terjadi kecemasan diantara teman kerja.

Kebetulan ada seorang pegawai, karena dia mempunyai sedikit ketrampilan untuk mengabadikan suatu peristiwa. Dengan mengambil foto dalam setiap kegiatan. Boleh dikata sebagai fotografer amatiran. Namun karena keikhlasan dan merasa terpanggil untuk mengabadikan kegiatan tersebut, maka sekalipun secara spesific bukan bidangnya namun dilakukan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.

Ketulusan hati berbalik ketika ada sahabatnya yang bekerja di luar kota. Karena ada suatu kegiatan yang sama sehingga berkumpulah sahabat-sahabat satu profesi, bak menjadi ajang reuni. Seorang karyawan putar kesana-kemari mencari fokus bidikan. Setiap momen yang indah selalu diabadikan. Sehingga juru fotopun tidak segan untuk berdiri didepan audien, bahkan para pejabat. Hal yang demikian bagi juru foto dipandang sebagai hal yang wajar dan dimaklumi. Satu kegiatan ke kegiatan yang lain selalu diikuti. Sampailah pada suatu kegiatan seorang sahabat mengatakan, wah kamu mondar-madir senang cari muka saja? Teman yang di bilang suka cari muka tidak menjawab apapun, karena mungkin dia hanya bercanda saja. Mungkin dia memancing bahwa sahabatnya marah atau tidak. Ternyata teman yang di bilang suka cari muka diam dan tidak menunjukkan tanda-tanda marah.

Ternyata ucapannya itu di jawab dengan sendiri, bukankah juru foto memang orang yang mencari muka, ada orang yang sedang pidato yang utama dibidik adalah mukanya. Karena memang sangat jarang bila orang mengambi foto dari belakang atau bagian-bagian tertentu saja. Langsung temannya menjawab, ya kalau saya memfoto pantat, pinggul atau bagian-bagian tertentu saja maka akan termasuk dalam kategori fotografer amatir yang porno dan norak.

Jadi memang benar, bila fotografer kerjanya memang mencari muka. Tapi mencari muka bukan dalam konotasi yang negatif, sebagaimana sifat-sifat diatas. Namun seorang juru foto yang memandang bahwa hasil bidikannya baik bila mengabadikan gambar orang, mukanya ditampakkan dengan jelas.
Bagaimanakah bila orang mau membuat KTP, SIM, Paspor dan kartu identitas lain yang harus memajang fotonya. Namun yang dipajang foto kepala, tangan, kaki atau perutnya, atau hanya separoh muka saja. Tentu hal ini akan sulit untuk dikenali, dan tidak akan diterima oleh petugas penerima pendaftaran. Karena memang sangat mulianya muka manusia. Akan dikenal karena dari mukanya. Misalnya ada kecelakaan yang mana organ tubuh manusia hancur, akan sulit diidentifikasi. Namun ketika mukanya masih ada dengan mudah akan di kenali tidak perlu dengan sidik jari.

Karena itu sangatlah baik bila setiap umat manusia dapat menahan diri dari marah, tidak reaktif. Bisa dibayangkan bila juru foto amatir sebagaimana diatas langsung bersikap reaktif tentu akan malu. Karena belum mengetahui maksud dari ucapannya namun sudah berkesimpulan, bahwa dia telah menghina dengan mengolok-olok. Bahkan yang lebih anarkhis akan main pukul, sehingga gara-gara dari ucapan akan terjadi permusuhan bahkan akan menimbulkan pertumpahan darah. Karena itu Rasulullah Muhammad SAW bersabda “Bukanlah keperkasaan itu orang yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya, tetapi keperkasaan adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika sedang marah”.