3/04/2013

Penantian Hidup dan Mati

Penantian Hidup dan Mati
Selama satu tahun saya menimbang, memikirkan, merenungi dan mempertimbangkan saran dari dokter Nahar Taufiq, SPJP untuk operasi. Akal manusia amatlah terbatas, sekalipun banyak orang memberi support namun ada juga yang melemahkan. Ketika ada dua kekuatan yang saling berlawanan dan memberikan argumentasi masing-masing, kepada siapakah kita kembali. Allah adalah pencipta seluruh makhluk, Allah adalah pemelihara seluruh makhluknya, Allah akan mencukupi seluruh yang butuhkan oleh makhluknya, Allah akan mengabulkan do’a bagi hambanya yang mau memohon. Kapan dan bagaimanakah kita dapat menempatkan Allah pada diri kita. Allah adalah dekat karena kedekatan Allah lebih dekat dari urat leher. Dapatkah kedekatan itu benar-benar kira rasakan, atau justru sebaliknya Allah itu dekat namun terasa jauh. Kedekatan hamba dengan sang khaliq hanya dapat dirasakan.
Rasa kedekataan dengan Allah bukan diperoleh dengan mudah, namun harus melalui proses yang panjang, zikir dapat menuntun hamba untuk menumbuhkan rasa dekat dengan Allah. Zikir yang dilakukan secara terus-menerus bahkan dengan hitungan tertentu, sehingga dalam kurun waktu tertentu akan merasakan peran Allah atas makhluknya. Peran Allah atas makhluknya ini akan menyadarkan bahwa manusia adalah makhluk yang kecil dan tidak berdaya. Manusia boleh memikirkan dan merencanakan masa yang akan datang, hanya Allah yang menentukan dan keputusan berada pada genggaman kekuasaan Allah SWT.
Masa satu tahun adalah menjadi sejarah bagi saya untuk memahami siapa hamba dan siapa khalik, yang selama ini seakan kemampuan hamba dapat mengalahkan kekuasaan Allah. Dan itu untuk selamanya tidak akan terjadi, karena ilmu manusia berasal dari Allah dan Allah memberikan ilmunya kepada makhluknya hanya sedikit. Ini dapat dipikirkan dengan rasa, dan rasa ini yang akan menuntun kedekatan hamba kepada sang khalik. Sehingga pada bulan Desember 2006 saya menyatakan siap untuk dioperasi. Tetapi kesiapan secara mental ini harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan yang lain, yaitu organ tubuh yang lain, baik itu mata, hidung, telinga, gigi dan tenggorokan. Bentuk kesiapan ini adalah bebasnya dari kuman-kuman yang dapat diindra melalalui peralatan medis. Pemeriksaan dilakukan + 1,5 bulan, sehingga pada hari Senin tanggal 19 Februari 2007 harus sudah masuk rumah sakit, guna kesiapan-kesiapan yang berhubungan dengan proses operasi.
Dokter Anestesi mencobakan obat-obatan yang cocok, pernah dimasukkan sedikit obat, dalam hitungan detik langsung terasa gatal dan lebam. Ini berarti obat tidak cocok karena akan menimbulkan alergi. Dokter psikoterapi juga datang mengajari cara-cara batuk yang benar, cara bernafas yang benar dan latihan untuk menggerakkan organ tubuh pasca operasi nanti. Orang sehat tentu saja tidak menjadi masalah, dan inipun juga saya pandang sebagai hal yang mudah aku lakukan. Dokter bedah juga datang untuk melihat kondisi dan kesiapan fisik, tidak ada masalah dan siap untuk dilakukan operasi. Selang beberapa saat perawat menyampaikan informasi bahwa untuk kelancaran operasi, diperlukan 10 orang pendonor darah. Maka pada saat itu saya langsung menghubungi teman-teman yang ada di Wonosobo. Namun ternyata darah yang diperlukan adalah darah segar, sehingga bila jarak terlalu jauh dan prosesnya terlalu lama maka darah akan pecah dan tidak dapat digunakan.
Pada waktu itu benar-benar sulit, bersama istri memikirkan bagaimanakah caranya untuk mendapatkan pendonor. Langsung terpikir pada Mas Agus yang mempunyai banyak mitra dan relasi, Alhamdulillah pendonor telah dapat diperoleh. Rencana operasi hari Kamis, namun pada hari Selasa dokter menyampaikan bahwa kemungkinan untuk pelaksanaan operasi akan diajukan menjadi hari Rabu, karena ada pasien yang tidak jadi operasi, sehingga waktunya akan digantikan pasien yang menunggu giliran berikutnya yaitu saya (penulis). Saya tanyakan pada dokter, beliau membenarkan, pada waktu itu mas Agus langsung colling para pendonor untuk siap-siap hari Rabu. Namun pada malam hari ada informasi dari perawat bahwa operasi akan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu pada hari Kamis. Saya minta pada perawat untuk menanyakan langsung pada dokter Nahar dan beliau membenarkan. Maka kembali istri memberi informasi pada mas Agus bahwa operasi akan dilaksanakan pada hari Kamis. Tentu saja mas Agus kembali kalang kabut colling sana-sini untuk menghubungi para pendonor yang telah merelakan untuk menyumbangkan darahnya.
Setelah ada informasi yang pasti tentang waktu operasi sayapun langsung menghubungi keluarga dan teman-teman kantor, mohon do’a, agar proses operasi dapat berjalan dengan lancar. Detik-detik penantian saya jalani dengan tenang, karena memang manusia hanya bisa berusaha, dan inilah usaha yang terbaik dan Allah pasti mendengar dan melihat. Selama satu tahun berupaya untuk menerima diri sendiri apa adanya dan menyerahkan segala urusan pada Allah. Siapa saya, mau kemana saya dan harus bagaimana, lalu bagaimanakah mereka (anak, istri, orang tua, teman, pekerjaan dan lainnya) semua berada dalam tanggungan Allah. Mengapa kita mengandai-andai sesuatu yang berada diluar kemampuan.
Kini aku benar-benar menyadari akan kelemahan dan kekurangan manusia, sifat-sifat sebagai homo-homonis socius. Manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia dalam batas-batas tertentu amat tergantung pada orang lain. Apalagi manusia adalah makhluk yang sangat awam untuk mengetahui segala urusan. Pernahkan kita merenungkan tentang ke-Mahabesaran Allah, manusia diciptakan dengan kelengkapan panca indra, mata, hidung, telinga, kulit dan lisan mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda. Semua mempunyai kelebihan dan kelemahan yang tidak dimiliki oleh argan yang lain. Inilah bukti bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mempunyai keterbatasan. Dengan keterbatasan itu akan terwujud suatu kesempurnaan, bila antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi.
Aku serahkan proses pengobatan dan penyembuhan ini kepada orang-orang yang ahli dalam bidang ini dan aku memohon kepada Allah agar para khalifatullah (wakil Allah) ini diberikan petunjuk didalam menerapkan disiplin ilmu dengan sebaik-baiknya. Dan didalam didalam Alquran Allah telah mengatakan, bahwa bila Allah menghendaki segala sesuatu maka cukup bagi Allah mengatakan “kun” jadilah, maka jadi. Bisa saja Allah memutuskan suatu hal tanpa daya dan usaha manusia, namun sesungguhnya keputusan Allah itulah kehendak-Nya. Oleh karena itu, mengapa harus takut kepada kehendak Allah terhadap suatu keputusan yang masih menjadi rahasia Allah. Penantian saya selama berbulan-bulan untuk meraih derajat kesehatan yang sewajarnya, dengan penuh pengharapan akan menjadi kenyataan.