3/19/2013

Sikap Hidup Sederhana


Membiasakan diri hidup sederhana, baik dalam pembicaraan, tingkah laku maupun dalam pembelanjaan adalah merupakan sikap hidup yang utama dan menjadi pangkal keselamatan. Hidup sederhana artinya hidup dalam ukuran atau kadar yang wajar, tidak melebihi dan tidak mengurangi. Sikap hidup seorang dalam menghadapi orang lain disebut sederhana adalah apabila dalam berbicara dan bertingkah laku ia tidak sombong, angkuh dan arogan, tidak menilai diri sendiri terlalu terlalu tinggi, sedang menilai orang lain rendah, remeh, dan tidak ada harganya sama sekali. Tetapi disamping itu, iapun tidak menilai diri sendiri terlalu rendah, terlalu remeh, terlalu hina, sehingga ia senantiasa dalam keadaan kecut, takut dan merasa diri sendiri tidak ada harganya dalam berhadapan dengan orang lain.
Agama Islam yang ajarannya penuh dengan tuntunan akhlaq mulia, mengajarkan agar manusia senantiasa bersikap wajar atau sederhana. Dan orang-orang yang mampu bersikap wajar atau sederhana digolongkan dalam hamba Allah yang baik, firman Allah dalam surat Al Furqan ayat 63-67:
63. Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
64. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
65. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".
66. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Dan surat Luqman ayat 18, 19:
18 Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19 Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Dari ayat tersebut diatas, kiranya jelas bahwa ibadurrahman yaitu hamba Allah yang baik itu adalah orang yang mampu bersikap sederhana, tidak sombong dan tidak congkak, meskipun berhadapan dengan orang yang jahil. Bahkan ketika menghadapi orang yang tidak mengerti, mereka tidak bersikap kasar, angkuh, melainkan bersikap dan bertutur kata dengan bahasa yang lemah lembut penuh kedamaian. Sikap sederhana itu tetap menghiasi diri sebagai hamba Allah yang baik.
Dengan kekuasaan yang dipegangnya, seorang hamba Allah yang baik tidak berubah menjadi sombong atau angkuh dan tidak pula menjadi congkak dan lupa daratan. Melainkan dengan kekuasaan yang dipegangnya itu menjadikan hatinya semakin lunak dan lembut serta senantiasa bersikap kasih sayang kepada orang lain, terutama yang berada dalam keadaan lemah. Demikian pula dengan kekayaan yang dilimpahkan Allah kepadanya, seorang hamba Allah yang baik, tidak menjadikan dirinya besar kepala dan bersikap tidak semena-mena kepada kaum fakir miskin.
Dari kandungan ayat diatas, juga dapat diambil kesimpulan bahwa ibadurrahman atau hamba Allah yang baik, yang senantiasa bersikap sederhana dalam hidunya, adalah orang-orang yang dalam membelanjakan hartanya tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, melainkan diantara keduanya, tidak berlebih-lebihan atau boros dan tidak kikir. Berlebih-lebihan dengan mengumbar kemauan hawa nafsu dan melupakan kewajiban untuk mengeluarkan zakat, padahal semakin banyak menuruti kebutuhan hawa nafsu maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, dan semakin banyak kebutuhan yang di perlukan maka akan semakin jauh untuk berempati sosial, dengan mengeluarkan zakat dari harta yang dimilikinya. Dirinya akan terjebak pada kehidupan yang serba mewah.
Orang yang hidup mewah adalah orang yang mempunyai sikap hidup ananiyah atau individualistis, yaitu orang yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan melupakan kepentingan orang lain. Orang yang bermewah-mewahan dalam hidupnya sekaligus adalah pemboros. Sebab orang yang berlebih-lebihan itu biasanya membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang kurang perlu.
Sikap hidup berlebih-lebihan atau bermewah-mewah itu jelas merupakan sikap hidup yang tidak hanya akan merugikan terhadap kepentingan masyarakat, tetapi juga akan mendatangkan malapetaka bagi dirinya sendiri. Sebab sikap hidup berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum, jelas secara makro akan berakibat meningkatnya jumlah bahan makanan yang diperlukan. Apabila persediaan jumlah bahan makanan sangat terbatas, ini tentu saja akan mengakibatkan timbulnya berbagai macam kesulitan.
Sikap hidup berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan, acapkali juga menjerumuskan seseorang pada perbuatan jahad dan tercela yang tidak diridhai oleh Alah dan dibenci oleh masyarakat. Orang yang terbiasa hidup mewah, kadang-kadang tidak memikirkan darimana ia harus memperoleh uang untuk membiayai nafsu mewahnya itu. Tidak jarang seseorang sampai nekat berbat korupsi, pungli dan perbuatan tercela lainnya, hanya karena didorong oleh keinginan hidup mewah.
Dalam hubungan ini Rasululah Muhammad SAW sangat menaruh perhatian terhadap umatnya, terutama yang dikaruniai memperoleh pekerjaan yang berhubungan dengan publik. Apabila rasul mengangkat diantara sahabatnya untuk memegang suatau jabatan tertentu yang berhubungan dengan kepentingan publik, senantiasa beliau berpesan agar hiduplah yang sederhana. Menurut wajarnya saja, jangan berlebih-lebihan dan jangan bermewah-mewah. Pada suatu hari ketika beliau mengangkat Mu’az bin Jabal menjadi duta istimewa di negeri Yaman, beliau berpesan: Jauhilah kemewahan itu, bahwasannya hamba Allah yang setia, bukanlah orang-orang yang hidup dalam kondisi mewah (HR. Ahmad). Dari sabda nabi tersebut jelaslah, bahwa sikap hidup bermewah-mewah itu sering menjerumuskan seseorang kelembah kehinaan berupa perbuatan khianat dan jahat. Lebih-lebih untuk melakukan perbuatan itupun ada pada tangannya.
Agar menjadi orang yang selamat dan diselamatkan maka sederhanalah dalam bersikap, tidak berlebih-lebihan namun juga tidak bakhil. Memang sulit, namun bukan berarti sulit tidak bisa dilakukan, asal mau berusaha pasti bisa, semoga Allah SWT senantiasa membimbing orang-orang yang mau berupaya dalam melaksanakan ketaatan, amin.