3/15/2013

Membentuk Pribadi yang Ikhlas II


Ikhlas suatu perbuatan yang amat mulia, namun untuk mendapatkannya memerlukan pelatihan dan kegiatan secara terus- menerus, karena itu bila sifat ikhlas telah melekat pada pribadi muslim akan menjadikan setiap amal perbuatan terasa indah dan nikmat. Hal ini menjadi harapan dan tujuan setiap orang, namun tidak semua orang berkemauan untuk memperolehnya.
“ Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali Imran: 29)

Ketahuilah bahwa sekalipun kita merahasikan suatu perbuatan didepan orang namun sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui, karena bagi Allah tidak ada sesuatupun yang dirahasiakan. Karena itu sebelum melakukan suatu perbuatan bulatkan niat, karena sesungguhnya, suatu perbuatan dilihat dari niatnya, sebagaimana sabda Rasul:

انماالاعمل بالنيات وانما لكل امرئ مانوى فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها او امرأة ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه (متفق عليه)

“ Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya. Sesungguhnya tiap-tiap orang mempunyai sesuatu yang diniati (baik maupun buruk). Maka barang siapa yang berhijrah (dari tempat tinggalnya ke madinah) untuk mencapai ridha Allah dan rasulnya, maka hijrahnya terarah untuk allah dan Rasulnya (dan hijrah itu diterimanya). Barang suiapa yang hijrahnya untuk mencari harta duniawi atau seoarang perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya (bukan untuk mencari ridha Allah dan Allah tidak menerimanya), ta[I hijrahnya untuk tujuan hijrah itu sendiri”. (HR. Muttafaqun ‘alaih).

ان الله تعالى كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذالك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبهاالله تبارك وتعالى عنده حسنة كاملا. وان هم بها فعملها كتبهاالله عنده عشر حسنات الى سبعمائة ضعف الى اضعاف كثيرة وان هم بسيئة فلم يعملها كتبها الله تعالى عنده حسنة كاملة, وان هم بها فعملها كتبهاالله سيئة واحدة (متفق عليه)

“ Sesungguhnya Allah Ta’ala menulis beberapa kebaikan dan kejelekan, kemudian Allah menjelaskan. Barang siapa yang bermaksud untuk (mengerjakan kebaikan) lalu dia tidak melakukan, maka Allah menulis satu kebaikan yang sempurna disisi-Nya. Bila dia bermaksud mengerjakan kebaikan kebaikan lalu dikerjakan maka Allah menulis sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali kebaikan sampai beberapa lipat yang banyak (hanya Allah yang mengetahui). Bila dia bermaksud mengerjakan kejelekan, lalu tidak dikerjakan maka Allah menulis disisinya satu kebaikan yang sempurna (bukan karena mengerjakan kebaikan tetapi karena meninggalkan kejelekan). Bila dia bermaksud untuk mengerjakan kejelekan, lalu dikerjakan maka Allah menulis satu kejelekan”. (Muttafaqun ‘alaih).

Jalan mendekati ikhlas:
1. Memperhatikan nilai-nilai.
Awal dari tujuan penciptaan manusia adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi, karena itu penciptaan ini mempunyai nilai yang amat tinggi. Karena itu karena mempunyai nilai yang tinggi janganlah menyia-nyiakan hakekat penciptaan ini yang berdimensi untuk memelihara, mengatur, melestarikan seluruh ala mini untuk sepenuhnya digunakan sebagai sarana beribadah kepada Allah. Karena segala amal baik yang dilakukan walaupun sebesar biji sawi akan mendapat balasan dari Allah yang lebih baik, bahkan sekalipun perbuatan baik tersebut masih berada dalam hati (baru niat).

2. Berfikir dan merenungkan tentang penciptaan.
Berfikir tentang penciptaan ini akan menambah pengetahuan tentang kebesaran dan kekuasaan Allah, dan hasilnya akan melakukan segala perbuatan untuk lebih dekat kepadanya dengan ikhlas.

3. Memperhatikan sifat-sifat Allah.
Memperhatikan dan merenungkan tentang sifat-sifat Allah dapat memikat hati insane kepada Sang Pencipta, dan menjadikan hati sebagai rumah kecintaan kepada Allah.
4. Mengingat berbagai nikmat Allah.

Ya Allah, dahulu aku kecil, lantas Engkau besarkan aku
Dahulunya aku hina, lantas Engkau muliakan aku
Dahulunya aku bodoh, lantas Engkau pandaikan aku
Dahulunya aku lapar, lantas Engkau kenyangkan aku
Dahulunya aku sesat, lantas Engkau beri petunjuk aku
Dahulunya aku miskin, lantas Engkau cukupi aku
Dahulunya aku sakit lantas Engkau sembuhkan aku.
Aku berdosa lantas Engkau tutupi aku.
“ Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. ”. (QS. Al Isra’: 19)

5. Merenungkan tiada nilai dan berharganya dunia.
Orang yang memiliki tujuan duniawi dan selain Allah, niscaya dunia beserta isinya bernilai dalam pandangannya melebihi dari realitasnya. Padahal di dalam Alquran menyebutkan bahwa dunia ini hanya sebagai perhiasan yang menipu, permainan dan kesia-siaan, dan bahwa nilai dunia ini amat kecil.
6. Memperhatikan kelemahan dan ketidakberdayaan makhluk
Kekuasaan dan kemutlakan hanyalah milik Allah dan semua perbuatan ada di tangannya. Karena itu selain Allah tidak ada yang dijadikan sebagai pusat perhatian. Kehidupan manusia amat tergantung pada tempat, waktu dan situasi.

7. Mengambil perumpamaan dan pelajaran dari orang lain.
Perhatikan kehidupan umat pada masa lalu yang menentang syari’at Allah dan tidak pernah memperhatikannya, seperti kaumnya nabi Nuh, nabi Musa, nabi Ayub dan sebagainya. Demikian pula perilaku orang yang menunjukkan amal shaleh karena riya’ maka suatu saat Alah menunjukkan kepalsuan mereka. Demikian pula perilaku orang-orang yang tamak, rakus, gemar mengumpulkan harta, hingga menjadi harta yang berlimpah ruah, ingatlah bahwa ketika dating kematian, sedang kematian itu tidak ada yang mengetahui, maka yang di bawa hanyalah selembar kain kafan. Bahkan bias jadi hartanya akan menjadi ajang perebutan dari para ahli warisnya.
8. Memperhatikan nasib akhir perbuatan orang riya’.
“ .......(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya (QS. Al Ma’un: 5-6)

Ikhlas suatu perbuatan yang amat mulia, namun untuk mendapatkannya memerlukan pelatihan dan kegiatan secara terus- menerus, karena itu bila sifat ikhlas telah melekat pada pribadi muslim akan menjadikan setiap amal perbuatan terasa indah dan nikmat. Hal ini menjadi harapan dan tujuan setiap orang, namun tidak semua orang berkemauan untuk memperolehnya.