7/25/2014

Melestarikan Ibadah Bulan Ramadhan Untuk Menyongsong Keberkahan Hidup Manusia- Khutbah Shalat Idul Fitri



Berakhirnya bulan Ramadhan ditandai dengan selesainya pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan yang akan masuk tanggal 1 Syawal. Syawal berarti peningkatan, tentu saja yang meningkat adalah kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Hal ini setelah jiwa manusia disucikan oleh Allah. Dengan selesainya ibadah dan memperoleh predikat muttaqin, muslim tertantang dengan kehidupan hari esok yang penuh dengan tantangan.

اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ .


Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Tanggal 1 Syawal adalah hari yang sangat istimewa, dimana pada hari ini hati dan pikiran seluruh umat Islam terbuka untuk mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang telah dilakukan. Terhadap kenikmtan Allah, telah berusaha untuk menyukurinya. Selama satu bulan berupaya untuk menjalankan perintah Allah dengan menunaikan puasa Ramadhan. Puasa yang dilandasi dengan iman dan taqwa maka Allah mengampuni dosa dan kesalahan hamba-hamba-Nya:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخارى ومسلم

“Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan atas dasar iman dan taqwa, Allah mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan”. (HR. Buchari Muslim)

Pada hari ini Allah menjadikan jiwa manusia fitrah, suci, bersih, bagaikan bayi lahir yang baru lahir dari kandungan ibu.

Ya Allah Engkau telah menjadikan hari ini, menjadikan hati yang fitrah, namun kami senantiasa memohon kepada-Mu agar kami diberikan umur yang panjang, umur yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain, umur yang berguna bagi kehidupan masyarakat, bangsa, negara dan agama.

Kami juga memohon kepada-Mu agar Engkau berkenan memberikan kesehatan lahir dan batin. Kami menyadari bahwa dalam kehidupan ini, banyak sekali cobaan dan rintangan, maka berilah petunjuk dan bimbingan-Mu, untuk senantiasa berpegang teguh pada sunnah-Mu, agar segala amal ibadah yang kami lakukan akan selaras dengan kehendak-Mu.

Terhadap perintah-perintah-Mu, berikanlah kekuatan dan kemampuan untuk menjalankannya. Dan terhadap larangan-Mu kami memohon diberikan kekuatan dan kemampuan untuk menghindarinya.

Jadikanlah ya Allah Islam sebagai agama bagiku untuk kami laksanakan perintah-perintahnya. Jadikanlah Alquran sebagai penerang, pedoman hidup dan petunjuk yang senantiasa menerangi kami hati dan fikiran kami. Berilah bimbingan kepada kami, untuk senantiasa meneladani kehidupan Rasulullah SAW, sekalipun dari masyri’ hingga maghrib, wilayah timur hingga barat berada dalam kekuasaananya namun beliau senantisa bersifat sederhana.

Sekalipun beliau tercacat sebagai pribadi yang maksum, terjaga dari perbuatan dosa namun beliau senantiasa menegakkan shalat, bahkan shalat Lail beliau tegakkan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Allah. Karena itu jadikanlah shalat sebagai kebutuhan hidup kami, agar kami senantiasa merasa dekat kepada-Mu.

Ya Allah jadikanlah umat Islam sebagai saudara kami, wujudkanlah pribadi yang senantiasa saling memaafkan, saling menasehati, saling menghargai, saling menghormati, saling asah, asih dan asuh.

Ya Allah sesungguhnya Engkau telah memaksa kami untuk meninggalkan bulan Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan kasih sayang, sehingga kami akan masuk kembali pada bulan-bulan yang dipenuhi dengan hingar-bingar kehidupan dunia dan tipu muslihat kehidupan dunia. Kemaksiatan dan kemungkaran akan berlawanan dengan kebaikan dan ketaatan, permusuhan akan berlawann dengan perdamaian, percekcokan akan berlawanan dengan persaudaraan, keingkaran akan berlawanan dengan ketaatan, kekerasan akan berlawanan dengan kelembutan dan kasih sayang.

Dua sifat kehidupan dunia ini adalah ketentuan Allah. Menjadi Sunnatullah yang akan menjadi perilaku dan keputusan manusia untuk memilih dan membiasakan diri pada perbuatan tersebut. Bila cenderung pada sifat negative ini artinya manusia akan terjerumus pada perbudakan hawa nafsu dan penjajahan para iblis. Sebaliknya bila pada hari ini seluruh jiwa manusia disucikan oleh Allah yang ditandai dengan kewajiban membayar zakat fitrah bagi orang-orang yang mampu. Kemudian muncul kesadaran untuk senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya artinya sifat-sifat para malaikat akan diikuti. Rasulullah SAW bersabda:

اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ يَصِيْحُ فِى كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا سَيِّدَنَا مَنْ اَغْضَبَكَ اِنَّانَكْسُرُهُ فَيَقُوْلُ لَا شَىْءَ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ غَفَرَ لِهَذِهِ الْاَمَّةِ فِى هَذَاالْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ تَشْغُلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حتَّى يَبْغَضَهُمُ اللهُ

" Sungguh, iblis yang terlaknat berteriak-teriak saat Idul Fitri tiba. Lalu berkumpullah anak buahnya dan bertanya, wahai tuanku, siapa gerangan yang membuat paduka marah-marah akan kami pecahkan kepalanya. Iblis menjawab, tidak ada apa-apa. Hanya saja Tuhan telah memberi ampun kepada umat manusia hari ini. Maka kalian harus menjadikan mereka sibuk dengan kesenangan, nafsu syahwat dan mabuk-mabukan, agar Tuhan murka".

Karena itu seburuk apapun yang ada pada kehidupan dan perilaku manusia pasti ada nilai kebaikannya, sedikit kebaikan yang dilaksanakan secara terus menerus akan menjadi kekuatan yang maha dahsyat, apalagi kebaikan yang besar bila dapat dipertahankan, bahkan dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadi teladan yang diteladani orang lain. Karena itu sebaik-baik orang beriman yang dapat melestarikan nilai-nilai baik pada bulan Ramadhan. Lebih baik lagi dapat menjadikan seluruh bulan seperti pada bulan Ramadhan. Tentu saja dalam hal pengendalian diri terhadap hembusan dan dorongan hawa nafsu yang akan menjerumuskan diri pada perilaku yang dimurkai oleh Allah SWT.

Kebiasaan menegakkan shalat lail, tadarus Alquran, kajian Alquran-Hadits, menyantuni fakir-miskin dan anak yatim, memperbanyak sedekah, menahan nafsu, melatih untuk bersikap ikhlas dan sabar. Sifat-sifat mulia ini yang akan menjamin kebahagiaan hidup pribadi muslim di dunia dan akhirat. Perlu kita ketahui, bila ketaatan pribadi muslim yang demikian ini dapat dilaksanakan dan dilestarikan oleh seluruh penduduk desa atau kota, maka Allah akan menjamin kemakmuran suatu masyarakat:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf: 96)

Kita sekalian tentu menginginkan hidup dimasyarakat yang aman, damai sejahtera dan makmur, terpenuhi segala kebutuhan hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Kebutuhan jasmani yang berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan serta pelayanan kehidupan umat baragama. Niscaya akan terwujud keselarasan hidup. Maka untuk bisa mencapai tujuan tersebut Allah memberikan syarat yaitu iman dan taqwa kepada Allah SAW.

Dengan iman dan taqwa itu yang ditandai dengan kesadaran untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial dan makhluk Tuhan. Maka Allah akan menurunkan berkahnya bagi segenap alam. Dengan berkah Allah sesuatu yang sulit akan dimudahkan, segala yang kurang akan dicukupkan, segala yang berat akan diringankan, segala bentuk kegundahan hati akan menjadi ketenangan hidup, segala bentuk permusuhan akan menjadi persaudaraan.

Karena itu keberkahan bukan datang dengan tiba-tiba namuan sesuatu yang harus diusahakan, menahan diri akan tidak terjadi penyesalan. Menata hati agar selalu menjadi hamba Allah yang selalu dekat kepada-Nya. Di hari yang fitri ini marilah kita awali dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan tidak akan menunda berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai kita bersama, amin.

جَعَلْنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَاَدْ خِلْنَا وَاِيَّاكُمْ مِنْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصّٰلِحِيْنَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ




الخطبة الثنية

اَللهُ اَكْبَرُ ×٧ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُؤْمِنِيْنَ وَخَتَمَ بِهِ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُخْلِصِيْنَ . اَشْهَدُ اَنْ لَا ِالٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَشْهُوْرُ بِفَطَانَتِهِ وَاَمَانَتِهِ وَصِدْقِهِ وَتَبْلِيْغِهِ وَصَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَرَ. فَقَاَلَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ

7/23/2014

Njagi Fitrahing Qalbu - Khutbah Shalat Idul Fitri Basa Jawa


Sampun kita mangertosi bilih wulan Ramadhan punika dados wulan pelatihan, wulan penyucian, wulan keberkahan, wulan ampunan, wulan muhasabah, wulan pesta ibadah. Kanthi mekaten menawi saget nindakaken shiyam Ramadhan kanthi dasar iman lan taqwa yektos ing tanggal setunggal Syawal kawontenanipun manungsa dados fitrah. Nanging amargi gesangipun manungsa punika kathah cobinipun sahingga kita kedah ngantos-antos supados jiwa ingkang witrah punika tansah kajagi.

اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلّٰهِ اَّلذِى جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَاللهِ, اِتّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.


Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Alhamdulillah sedaya puji kagunganipun Gusti Allah, Pangeran ingkang ngratoni sedaya alam, namun dhumateng Allah kita manembah lan dhumateng Allah kita nyuwun pitulungan. Kanthi kuasa lan welas asihipun Allah ing dinten punika kita sampun tingkas anggenipun nindakaken shiyam Ramadhan, mugi-mugi sedaya amal ibadah ingkang sampun kita tindakaken ing sak lebetipun wulan Ramadhan temen saget mujudaken pribadi muslim ingkang ningkat iman lan taqwanipun dhateng Allah.

Allah SWT sampun paring pangapunten dhateng sedaya kalepatan, sahingga ing dinten punika kita dados pribadi ingkang fitrah. Allah dadosaken pribadinipun tiyang-tiyang ingkang iman lan Islam kawontenanipun kados bayi ingkang nembe lahir saking gua gharbanipun ibu.
Dinten punika dados dinten ingkang istimewa, jalaran ing dinten punika Allah SWT sampun ngluberaken welas asih lan maghfirahipun, sahingga ing dinten punika sedaya tiyang sami ngrumaosi dados tiyang ingkang gadhahi sifat khata’ lan nisyan, lepat lan supe, sahingga kanthi sifat punika sami ngrumaosi bilih sifat-sifat punika tansah manggen ing pribadinipun manungsa sahingga saget nyebabaken dosa. Dosa dhateng Allah amargi nindakaken perkawis ingkang dipun awisi dening Allah.

Pramila kangge nglebur dosa lan kesalahan punika margi ingkang gampil inggih punika kanthi nyuwun pangapunten dhateng tiyang-tiyang ingkang nate dipun dhalimi, tiyang-tiyang ingkang nate dipun pilara, tiyang-tiyang ingkang nate dipun fitnah lan saterasipun. Allah zat ingkang paring pangapunten, dosa alit kanthi maos istighfar lan dosa ageng kanthi mertobat dhateng Allah. Nanging dosa dhateng sesami gesang inggih kedah nyuwun pangapunten dhateng sesaminipun.

Nyuwun pangapunten punika pedamelan lisan ingkang awrat dipun ngendikaken, lan kosok wangsulipun kathah tiyang ingkang gampil lan ringan ngaturaken nyuwun pangapunten. Satuhunipun ringan lan awrat punika gumatung kalian manahipun. Ati ingkang peteng, ingkang sampun katutup hawa nafsu panci awrat, namung ati ingkang sampun padhang pikantuk pitedah sahingga kathah ingkang sami mendhet wulan Syawal kangge shilaturahim, sowan-pisowanan ing sesami sedherekipun.

Allahu Akbar 3x Walillahil hamd
Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Menawi kita muhasabah, ngitung-ngitung dhateng amal ibadah kita dipun bandingaken kalian nikmatipun Allah. Wekdal 24 jam ingkang dipun paringaken Allah namun pinten jam kita ginakaken kangge ngibadah, umur ingkang panjang, sehat lan sempatipun napa sampun kita ginakaken kangge ningkataken ibadah. Kalebet sedaya sumber daya alam arupi oxygen, toya, siti, wit-witan, lan sedaya gegremetan ing darat lan samudra, sedaya punika dipun sediakaken dening Allah kangge mujudaken pribadi muslim ingkang tansah syukur dhateng Allah.

Kathah para manungsa ingkang dereng ngrumaosi bilih sedaya peparingipun Allah punika, sawekdal-wekdal badhe dipun pundhut malih dening Allah. Sedanipun manungsa boten nenggo nalika nembe sakit, wonten kawontenan mlarat, nalika yuswa sampun sepuh lan nalika nembe repot. Nanging kathah tiyang dipun pundhut nyawanipun, ing wekdal enjang tasih sehat, wekdal sonten sampun seda, wekdal dalu tasih sehat wekdal siang sampun dipun tumpakaken kreta jawa. Kanthi mekaten Rasulullah SAW nate paring pemut:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ سُغْلِكَ وَ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ (رواه البيهقى)


“Gunakna limang perkara sak durunge tumeka limang perkara, uripira sadurunge temeka patinira, gunakna wektu sehatira sadurunge tumeka laranira, gunakna wektu longgarira sadurunge tumeka wektu rupekira, gunakna wektu nomira sadurunge tumeka wektu tuanira, gunakna wektu sugihira sadurunge tumeka wektu mlaratira”. (HR. Baihaqi)

Mila mekaten nalika kita mlebet ing wulan Syawal punika, mangga kita pendhet hikmah wulan Ramadhan, wulan kangge ningkataken amal ibadah kaleres ing kuantitas lan ugi kualitasipun, jumlahipun lan ugi mutunipun. Umpami ing sak jawinipun wulan Syawal, sedaya tiyang tansah ngumbar nebar sih katrisnan lan paring pangapunten, yektos Allah tansah badhe ngluberaken sih katrisnanipun dhateng kawulanipun. Sedaya tiyang sami gemregah ningkataken ibadhahipun, yektos Allah badhe nurunaken rahmatipun. Allah SWT ngendika:


“Menawa sekirane para pendhudhuke negara-negara padha iman lan taqwa, wus mesthi Ingsun bakal nurunake marang dheweke mau berkah sangka langit lan bumi, ananging dheweke padha anggorohake (marang ayat-ayat Ingsun) kuwi, akhire Ingsun siksa wong-wong mau amarga lelakone dheweke” (QS. Al A’raf: 96)

Pramila sasampunipun kita mlebet ing dinten riyadi, dinten fitrah, Allah SWT boten jamin kawulanipun saget njagi kawontenan fitrah punika. Amargi ningali ing tahun-tahun ingkang sampun dipun tindakaken. Budaya lan adhatipun kaum muslimin punika badhe kondur kados wekdal saderengipun Ramadhan. Malah ngraosaken bilih puasa Ramadhan lan sedaya amal ibadah ing wulan Ramadhan punika dados beban. Mekaten punika amargi pribadinipun manungsa punika wonten kalih panthan, inggih punika jasmani lan rohani utawi lahir lan batin. Lan ing sak dangunipun nindakaken pakaryan tansah dipun adhepaken kalian goda lan cobi. Kanthi mekaten, wonten ingkang kiat ngadhepi goda lan cobi punika, sahingga derajatipun saget ningkat dados akhsani taqwim lan jiwanipun dados mutmainnah. Nanging ugi kanthi goda lan cobi punika kathah ingkang boten kiat sahingga derajatipun manungsa dados langkung ashor. Allah SWT ngendika:


“ Satemene Ingsun wus nitahake manungsa kanthi wangun kang saapik-apike. Banjur Ingsun balikake dhewekne marang panggonan kang luwih endhek-endheke panggonan endhek (neraka), kejaba wong-wong kang padha iman lan padha ngamal shalih, mula tumrap dhewekne kabeh ganjaran kang ora ana pedhote” (QS. Attin:4-6)

Kanthi punika kangge njagi kawontenan fitrah punika, mangga kita tansah ngudi ilmu sak kathah-kathahipun, margi kanthi ilmu badhe mujudaken tiyang ingkang wicaksana. Kita tingkataken amal ibadah, kita tingali tiyang sak nginggilipun sahingga badhe nuwuhaken raos ikhlas lan ngicalaken sifat ujub. Kita wujudaken shilaturahim, kanthi pasedherekan setunggal iman Islam, pasedherekan ing masyarakat punapa malih pasedherekan kelawan setunggal keturunan. Kita jumbuhaken sifat wasiyat-winasiyatan, nasehat-winasehatan, tulung-tinulung ing margi ingkang leres lan taqwa. Insya-Allah sedaya tumindak sae lan lepat punika amargi saking pakulinan.

Pedamelan sae menawi dipun tindakaken kanthi istiqomah yektos badhe mujudaken raos ikhlas. Sinaosa pedamelan sae punika dhawuhipun Allah nanging menawi boten dipun kulinakaken inggih badhe awrat, sahingga syari’at agami Islam namung dados norma-norma. Satuhunipun Islam punika sampun dipun tentukaken dening Allah minangka Rahmatan lil ‘alamin, nanging jumbuhipun punika dipun tentukaken dening para manungsa khususipun tiyang-tiyang Islam.
Akhiripun kita tansah nyuwun kekiatan dhateng Allah supados saget pribadi ingkang saget bekda rahmat dhateng sedaya alam. Kanthi nyuwun pitedah datang Allah lan nyuwun pangapunten dhateng Allah kita aturaken.

اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمُ, الَّذِى لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


7/10/2014

Nggayuh Lailatul Qadar-Ibadah Sewu Wulan-Khutbah Bahasa Jawa



Sinten tiyangipun ingkang saget nindakaken ibadah sewu wulan, anatare inggih punika 83 tahun? Yekti abot bisa mujudake ibadah sewu wulan, napamalih zaman sapunika umuripun manungsa punika rata-rata pinten tahun. Ewodene nabi Muhammad mawon namung 63 tahun, dadi ya wis kemurahan banget lamun duweni umur 83 tahun tur kapitung dadi wong kang ahli ibadah. Kang mangka lamun saiki umure 40 tahun, iku wus kepotong umur anak-anak, yaiku wiwit bayi nganti umur 12 tahun. Durung maneh saben-saben wong ngalami zaman sulit, sahingga ngibadahe dadi kendor.

Nanging ampun kuatir merga Allah paring kelonggaran kanggo wong-wong Islam bakal oleh derajat ibadah 83 tahun, yaiku ngibadah ing lailatul qadar, mila mangga sami usaha nggayuh lailatul qadar iku.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Allah SWT sampun paring dhawuh dhateng tiyang ingkang iman, ngemutaken bilih tiyang Islam sami mujudaken iman lan taqwa dhateng Allah kanthi sak leres-leresipun, lan ing akhir hayatipun seda kanthi bekta iman lan Islam sahingga dipun cathet seda ingkang khusnul khatimah. Tentunipun sedaya tiyang tansah ngrumaosi bilih ing sedaya wekdal tansah damel tumindak dosa, tumindak ingkang nerak dhateng wewaleripun syara’, kaleres punika dipun sengaja utawi boten sengaja. Menawi tumindak awon punika dipun sengaja tegesipun dados tiyang fasiq lan mekaten punika dados tumindak awon ingkang sak mesthine dipun tilar. Ewadenten tumindak awon punika boten dipun sengaja, amargi khilaf temtu Allah tansah paring pangapunten lan kelebet dosa alit lan kawulanipun cekap maos istighfar, Gusti Allah zat ingkang tansah paring pangapunten dhateng sedaya kawulanipun.
Kanthi wujud kesadaran bilih sampun nindakaken perkawis ingkang awon lan dosa, sumangga kita kiyataken ngibadah ing wulan Ramadhan punika kangge nglebur dosa-dosa ingkang nate dipun tindakaken. Punapa malih ing akhir wulan Ramadhan punika Allah paring kautaman kanthi tumurunipun Alqur’an lan dalu punika kawastanan wengi lailatul qadar. Allah SWT nate ngendika:


“Satemene Ingsun wus nurunake (Alquran) ana ing wengi kamulyan. Lan apa sira ngerti, apa toh (sejatine) wengi kamulyan iku? Wengi kamulyan iku luwih bagus katimbang sewu wulan. Ana ing wengi iku padha mudhun malaikat-malaikat lan Jibril kanthi (nggawa) ijin Pangerane kanggo ngatur sekabehane urusan. Wengi iku para malaikat padha uluk salam (marang wong-wong mukmin lanang wadon) nganti tumeka mletheke fajar”. (QS. Al Qadar: 1-5)

Ing surat punika Allah SWT paring warta bilih wengi lailatul qadar punika salah satunggaling wengi ingkang langkung utami tinimbang ing wengi-wengi sasanesipun. Allah paring pirsa bilih saenipun wengi punika langkung utami menawi dipun bandingaken kalian ibadah sewu wulan utawi 83 tahun. Ing wengi punika Gusti Allah nurunaken Allah saking Louhul Mahfudz dumugi Baitul Izzah (langit dunya) kedadosan mekaten punika ing wulan Ramadhan, Allah SWT ngendika:


“ Wulan Ramadhan, kang diturunake Alqur’an kanggo pituduh tumrap manungsa lan aweh katerangan saking pituduh lan pembeda”. (QS.Al Baqarah; 185)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Ing wengi punika para Malaikat kalebet malaikat Jibril tumurun ing bumi, sami ngreksa dhateng perkawisipun piyambak-piyambak. Kagem tiyang ingkang pinanggih malam lailatul qadar punika badhe dipun gampilaken urusanipun, amargi daya upayanipun dipun tulung dening para malaikat. Amargi sedaya harapan badhe dipun laporaken dhateng Allah. Rasul nate ngendika:

يَا غُلامُ إِنِّي أُعلِّمكَ كَلِمَاتٍ :احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَل اللَّه ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ (رواهُ التِّرمذيُّ

“He pemuda, satemene Ingsun bakal paring piwulang marang sira, pirang-pirang hikmah: jaganen Allah, kelawan nuruti dhawuh-dhawuhe, lan dohana larangane, mesthi Allah bakal jaga awakmu, jaganen Allah, mesthi sira bakal nemoni Allah ing sak sandingira. Lamun sira jelaluk, jaluka marang Allah lan lamun sira jaluk pitulungan, jaluka marang Allah”. (HR. Turmudzi)

Ing pundhi papan lan panggenan Allah tansah pirsa dhateng sedaya tumindak kita, kaleres ingkang manggen ing ati punapa malih ingkang kita lahiraken. Sedaya punika wonten dalem pengawasanipun Allah. Sinaosa Gusthi Allah paring dhawuh dhateng para malaikat supados nyathet sedaya amal kita, boten ateges Allah boten pirsa, ananging ingkang mekaten punika nedahaken bilih Allah punika Maha Agung, Maha Kuwaos, Maha Wicaksana lan sak sanesipun. Sahingga ing saben dintenipun Allah nyuwun tanggel jawabipun saking para malaikat, lan nalika malaikat paring laporan, Gusti Allah badhe nyembadani dhateng sedaya kawulanipun ingkang nyenyuwun.

Menawi tiyang-tiyang Islam sami mangertosi bilih ing saben-saben panggenan kangge shalat dipun rawuhi dening para Malaikat yektos ibadahipun boten badhe pedhot, sedaya tiyang Islam badhe enggal-enggal nindakaken ibadah. Mekaten punika sampun pranyata bilih ibadah menawi dipun kantheni kalian tiyang kathah badhe tambah giat. Kaifiyahipun shalat dipun sempurnakaken, shalatipun sunnah dipun tindakaken. Benten menawi shalat dipun tindakaken piyambakan.

Kanthi punika, sasampunipun mengertosi kautaman ibadah ing wulan Ramadhan, bilih ing awalipun wulan Ramadhan Allah SWT ngluberakan rahmatipun. Mangga kita giyataken sedasa dinten ingkang sepindhah punika kangge nindakaken takholli inggih punika kita dalaken sedaya sifat lan perilaku ingkang boten sae. Kita perangi hawa nafsu ingkang tansah jlomprongaken dhateng margi ingkang sasar, kita kiyataken manah kita supados dados sopiripun sedaya tumindak. Sahingga ing sedaya dinten ingkang kaping kalih sasampunipun sifat lan perilaku boten sae punika kita dalaken, lajeng nindakaken tahalli inggih punika kita isi kanthi sifat-sifat ingkang sae. Sahingga ing sangang dinten utawi sedaya dinten ingkang terakhir tiyang Islam badhe ngraosaken tajjalli, inggih rumaos sedaya tumindakipun dipun bimbing dening Allah. Manungsa sampun angghadhahi sifat-sifat Ilahiyah, sahingga ing tembe wingkingipun tiyang Islam badhe katebihaken saking geninipun neraka.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Akhiripun mugi-mugi ing wulan Ramadhan punika kita dipun paring kekiyatan ningkasaken shiyam Ramadhan kanthi tansah nyempurnakaken syarat lan rukunipun. Nilaraken sedaya ingkang batalaken lan ngrisak ibadah puasa. Lan tansah nindakaken amal-amal sunnah sanesipun.

Puasa Wujudkan Manusia Sempurna



Manusia merupakan makhluk berdemensi lahir dan batin, jasmani dan rohani. Lahir atau jasmani manusia merupakan hal yang dapat ditangkap oleh panca indra, sehingga cantik, gagah, baik buruk segala sesuatu dapat dinilai dari bentuk lahir. Namun kesempurnaan manusia tidak hanya ditentukan oleh bentuk lahirnya saja, karena itu banyak orang yang tertipu dengan penampilan dan bentuk lahir. Kecantikan, kegagahan tidak menjamin hidup bahagia bila rohaninya buruk. Karena itu manusia selalu mencari kesempurnaan diri dengan mewujudkan keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani.

Puasa Ramadhan menjadi media untuk membentuk rohani, mental spiritualnya lebih bagus. Karena rohani manusia tidak diketahui sedangkan ibadah puasa adalah ibadah sirri, ibadah yang tidak diketahui oleh orang lain. Makan, minum dan hubungan suami istri pada siang hari, bisa saja tidak diketahui oleh orang lain karena tidak dilaksanakan didepan umum. Namun diri sendirilah yang mengetahui, karena itu puasa mempunyai demensi rohani untuk melatih kejujuran, kesabaran, keikhlasan. Sifat-sifat mulia ini dapat dilatih dan dibiasakan, apalagi pada Bulan Ramadhan Allah melebihkan atas bulan-bulan yang lain " Jika bulan Ramadhan datang pintu surga dibuka pintu neraka ditutup dan para syetan dibelenggu oleh Allah".(HR. Buchari)

Terbuka pintu surga, bermakna bagi mereka yang puasanya dapat merubah daya nafsu syetaniyah menjadi niat murni, ikhlas, perbuatannya membawa kemaslahatan. Terhadap mereka yang puasanya seperti ini maka pintu surga dibuka baginya. Tertutup pintu neraka, orang yang benar-benar melaksanakan perintah untuk berpuasa, sehingga berhasil memadamkan nafsu jahatnya berarti dia berhasil menyelamatkan dirinya dari api neraka, sehingga dengan demikian pintu neraka tertutup baginya. Syetan-syetan dibelenggu, mereka yang berpuasa dengan tekun dan melaksanakan amalan-amalan pada bulan tersebut, yang hanya ditujukan semata-semata karena Allah, sehingga daya ruhaninya berhasil menaklukkan daya-daya syetan. Ini yang dimaksud dengan membelenggu syetan.

Bulan Ramadhan yang membawa keberkahan, tetapi tidak berpuasa, atau dengan sengaja tidak berpuasa tanpa udzur maka pintu surga tertutup baginya dan pintu neraka terbuka baginya dan syetan bertebaran dimana-mana mengajak pada perbuatan yang tidak baik, jadi umat Islam tidak merantai syetan tetapi justru syetan yang menguasai manusia.

Agar selamat maka daya kekuatan syetan harus dilawan dengan sinar Ilahiyah. Karena syetan menurut kejadiannya berasal dari elektron hidup berujud dari daya-daya elektro magnetic seperti zat pembunuh (dodende straal) yang mempunyai gelombang lebih pendek dari arus listrik bolak-balik, lebih pendek dari gelombang radio, lebih pendek dari sinar cahaya, bahkan lebih pendek dari sinar ultra violet. Oleh karena itu barang siapa yang tidak dapat mengendalikan diri akan menjadi korban sinar iblis, sehingga pikiran dan perbuatanya dikendalikan oleh iblis. Dan yang bisa melepaskan adalah nur Allah, karena gelombang pendek yang merasuki pikiran manusia akan hancur dengan sinar Allah yang mempunyai gelombang paling pendek dari semua gelombang (KH Bahaudin Mudhary: Esensi Puasa Kajian Metafisika).

Agar ibadah kita semakin meningkat hendaknya berupaya untuk meningkatkan kualitas ibadah, KH Toto Tasmara mengatakan bahwa kualitas suatu ibadah tidak bisa diibaratkan waktu yang 24 jam, 12 untuk ibadah dan 12 jam untuk mu’amalah, tetapi bagaimana agar ibadah itu dapat dilaksanakan dengan khusuk dan khudhu’. Sehingga dari setiap ibadah itu dapat menjiwai seluruh amal perbuatan, menuju pada kesempunaan manusia.


7/08/2014

Rendah Hati Dihadapan Allah




وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ: الذاريات: ۵۶

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku) QS. Al Dzariyat: 56)

Ada pengertian yang dapat kita tangkap dari makna ayat tersebut yaitu Aku (Allah) sebagai khaliq, sedangkan jin dan manusia adalah sebagai makhluk. Manusia dan jin adalah dua makhluk Allah yang berbeda dari penciptaan dan sifatnya. Manusia adalah makhluk berjisim dan bernyawa (ruh) adapun jin adalah makhluk Allah yang tidak mempunyai jisim, karena merupakan makhluk gaib. Dari dua makhluk yang berbeda bentuk dan sifatnya, ternyata Allah menciptakannya bukan tanpa tujuan. Karena Allah menciptakannya agar mau beribadah kepada Allah.

Mengapa Allah memerintahkan untuk menyembah dan beribadah bahkan memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah. Apakah Allah sangat berhajat terhadap manusia dan jin, Rasulullah SAW pernah bersabda, seandainya seluruh isi alam termasuk jin dan manusia semuanya memuji dan mengagungkan nama-Nya sekali-kali tidak akan menambah kekuasaannya. Dan bila seluruh alam termasuk dari golongan jin dan manusia semua ingkar kepada Allah maka tidak akan mengurangi keagungannya.

Dari ini jelaslah bahwa sebenarnya yang sangat berhajat adalah manusia, karena manusia adalah makhluk yang amat bergantung kepada Allah. Allah telah menciptakan manusia, memberikan rizki, melindungi bahkan memberikan kecukupan atas segala keperluannya. Bagaimanakah dalam setiap saat kita diberikan kesehatan, yang karena dengan sehat manusia dapat melakukan perbuatan apapun. Perbuatan yang dilarang atau perbuatan yang wajibkan atau dianjurkan.

Ketika sehat manusia mempunyai pilihan secara sempurna bahkan dapat merealisasikan pilihannya. Siapakah yang memberikan kesehatan, siapakah yang dapat memfungsikan organ tubuh manusia dapat bekerja pada bidangnya masing-masing, sesungguhnya semua ini tidak terjadi secara kebetulan dan pasti ada pengendali dari Yang Maha Agung, Maha Sempurna dan maha-maha yang lain yang tidak dimiliki oleh manusia.
Bila manusia menyadari akan kelemahannya, justru Allah akan menunjukkan bahwa tidak ada yang Maha Sempurna, Maha Agung, Maha Kaya, Maha Suci kecuali hanya Allah, pencipta seluruh alam semesta dan alam akhirat. Manusia adalah ciptaan Allah, Allah telah menciptakan manusia dalam wujud yang paling sempurna, namun manusia bisa lebih buruk daripada hewan ternak. Hal ini bila manusia tidak dapat menggunakan fungsi dari mata, hidung telinga dan hatinya untuk mengenal Allah SWT.

Dengan kelemahannya ini, manusia akan menjadi makhluk yang lebih baik dan akan mendekatkan pada insanul kamil (manusia yang sempurna) bila mau mendekat kepada Allah, Allah dekat kepada hambanya, dan Allah akan mengabulkan permohanan hambanya bila mau berdo’a kepada-Nya. Allah dekat kepada hambanya, karena itu bila dalam menjalankan perintah Allah masih takut dengan azab Allah, ini artinya dalam melaksanakan perintah Allah masih dalam taraf tuntutan, namun bila merasa malu untuk tidak melaksanakan perintah Allah ini menunjukkan bahwa ibadah yang dilakukan meningkat pada taraf kesadaran, sehingga akan membuahkan keikhlasan.

Ketika hamba Allah semakin mempunyai rasa ketergantungan kepada Allah, hal ini menunjukkan tingkat kesadaran dalam beragama semakin tinggi. Karena dengan tingkat ketergantungan ini manusia akan semakin khusu’ dan khudhu’, sehingga dirinya akan selalu merasakan kehadiran Allah pada dirinya. Dimanapun berada selalu merasa kehadiran Allah, walaupun tidak mengetahui Allah namun tetap yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi hamba-hambanya. Dengan keridhaan-Nya sehingga hamba Allah akan digolongkan sebagai ahli jannah dan diharamkan masuk ke dalam neraka Allah.

Sudah berapa banyak kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Manusia tidak akan mampu menghitungnya, bila satu kenikmatan dicabut oleh Allah, manusia akan kalang kabut, contoh bagaimana bila mata kita tidak bisa berkedip, tentulah bila terkena ada debu, air bahkan benda-benda berbahasa akan diterima langsung oleh mata, maka yang terjadi lensa mata akan cepat rusak dan menjadi buta. Bagaimana bila mata kita tidak mempunyai air, maka setiap kotoran yang masuk ke mata akan mengendap dan matapun akan menjadi rusak dan buta. Bagaimana bila mata kita tidak dilindungi dengan bulu mata dan alis, niscaya mata akan rusak karena terkena air dan keringat, bahkan tanpa kita sadari ternyata bulu mata juga sebagai pelindung dari sinar matahari secara langsung, sehingga sekalipun terkena terik matahari tetapi mata tetap dalam kondisi redup.
Karena itu manusia yang telah memahami hakekat dirinya sebagai hamba Allah, manusia selalu menyembah Allah, menggunakan seluruh, hidup mati semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Allah memerintahkan:



قل ان صلا تى و نسى ومحياى ومماتى لله رب العالمين

 


“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS.Al An’am: 162)

Manusia khususnya orang Islam yang mau menegakkan shalat menunjukkan dirinya orang yang khudhu’ rendah hati dihadapan Allah, sebaliknya orang Islam yang tidak mau menegakkan shalat menjadi bukti sebagai seorang pembangkang. Tidak mau menyukuri atas kenikmatan yang telah diberikan kepadanya. Rasululullah Muhammad SAW sebagai pribadi yang maksum senantiasa menegakkan shalat, bahkan shalat-shalat sunnahpun selalu ditegakkan. Mengapa rasul melakukan ini, hal ini tidak lain karena shalat adalah wujud rasa syukurnya kepada Allah SWT.

Karena itu orang Islam yang ingin meningkat statusnya menjadi mukhlis dan muttaqin, didalam menjalankan perintah Allah bukan hanya gerakan-gerakan fisik namun hatinya benar-benar tunduk kepada ketentuan Allah SWT. Sekalipun tidak dapat melihat Allah tetapi yakin bahawa Allah senantiasa mengawasinya.
Dalam setiap saat manusia selalu tawadhuk kepada Allah, rendah hati kepada Allah. Maka rasul memberikan tuntunan ketika memanjatkan do’a kepada Allah, hendaknya diawali dengan kalimat pujian dan sanjungan kepada Allah serta membaca shalawat, hal ini menunjukkan kelemahan manusia sebagai hamba Allah. Hanya Allah yang berhak menerima pujian dan sanjungan, hanya Alah yang akan mengabulkan permohonan hamba-hamnya.
Rendah hati kepada Allah merupakan wujud dari penghambaan diri kepada Allah, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Setiap organ tubuh diwujudkan untuk mewujudkan penghambaan kepadanya, lisan digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang baik, selalu menjaga diri dari kata-kata kotor yang akan memperkeruh hati nuraninya. Telinganya digunakan untuk mendengarkan yang baik, menghindarkan segala bentuk ghibah, dan mengintip pembicaraan orang. Akalnya digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, karena dengan akal manusia akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Maka setelah mengetahui kebaikan berupaya untuk dijalankan, dan bila mengetahui keburukan berupaya untuk dihindarkan. Ini semua merupakan perwujudan sikap tawadhuk kepada Allah.

وَمَااٰتٰكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَانَهٰكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا. الحشر: ۷


“Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah” (Al Hasr: 7)

7/03/2014

Puasa Lahir Batin -Khutbah Bahasa Jawa



Puasa punika wonten kalih inggih punika puasa lahir lan batin, puasa lahir punika saget dipun tingali kanthi boten nindakaken perkawis ingkang batalaken puasa, kados dhahar, ngunjuk lan kempal badan antawis para garwa ing wekdal siang. lan puasa batin inggih punika ngereh lan ngeker hawa nafsu, margi hawa nafsu punika dhahar lan unjukanipun perkawis ingkang dipun awisi dening Allah. Perkawis-perkawis punika secara lahir boten batalaken puasa, nanging menawi dipun tindakaken puasanipun badhe muspra, boten wonten ginanipun.


اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مبَارَكًا كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الْاُ مَمِ الْمَاضِيَةِ وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ.أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُوَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mangga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar sedaya awisanipun. Satuhunipun gesang manungsa ing alam dunya punika sampun dipun paringi pitedah dening Allah, punapa kemawon ingkang kedah dipun tindakaken lan punapa ingkang kedah dipun tilar. Kalebet kita nindakaken ibadah ingkang mengku kautaman utawi fadhilah langkung sae tinimbang ibadah sanesipun lan ibadah ingkang dipun tindakaken ing wekdal tertemtu. Ing wulan Ramadhan punika kaum muslim dipun paringi kautaman dening Allah, sedaya amal ibadah dipun tikelaken dening Allah. Kados pangendikanipun Rasulullah SAW:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِضِعْف (رواه مسلم

“Saben-saben amale Bani Adam (kang bagus) ditikelake ing antarane 10 nganti 700 derajat”. (HR. Muslim)

Ing hadits punika sampun terwaca bilih ibadah ing wulan Ramadhan dipun tikelaken ganjaranipun antawis sedasa ngantos satus derajat. Malah ing hadits sanesipun dipun sebataken:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ ، فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجنَّةِ ، وغُلِقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، وصُفِدَتِ الشَّيَاطِيْنُ " متفقٌ عليه.

“Nalikane wulan Ramadhan wus teka, mangka dibukak lawang-lawange suwarga, ditutup lawang-lawange neraka lan syetan-syetan dikrangkeng”. (HR. Buchari Muslim)

Hadits punika nedakahen kautaman ing wulan Ramadhan, sinten kemawon ingkang saget nindakaken perkawis punika yektos badhe dipun paringi rahmat, maghfirah lan dipun tebihaken saking geninipun neraka.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Manawi ing wulan Ramadhan punika Allah sampun nedahaken, bilih lawangipun suwarga dipun bikak, lawangipun neraka dipun tutup lan para syetan dipun krangkeng. Ingkang perlu kita gatosaken nalika lawangipun suwarga dipun bikak kita purun mlebet napa boten, lawangipun neraka dipun tutup kita kesah napa boten.Menawi ing wulan Ramadhan punika kita tansah semangat anggenipun nidakaken shiyam, ing saben dintenipun tansah nyempurnakaken ibadah shiyam dipun kantheni kalian amalan-amalan sae. Sregep anggenipun nindakaken qiyamul lail, ngathah-ngathakaken maos Alqur’an, terjemah lan tafsiripun, maos kitab-kitab hadits lan kitab-kitab saking para ulama’, ing wulan Ramadhan ngathah-ngathahaken infaq lan shadaqah. Yektos tiyang punika sampun saget ngrangkeng syetan lan kanthi ridhanipun Allah badhe dipun lebetaken ing Suwarga lan lawangipun neraka ingkang sampun dipun tutup boten badhe dipun bikak.

Kosok wangsulipun menawi ing wulan Ramadhan boten purun nindakaken puasa, menawi puasa boten saget nahan hawa nafsu, ing saben dintenipun namung mangkel, dresula, ngrasani lan sanes-sanesipun, ateges tiyang punika boten saget ngrangkeng dhateng syetan, malah lawangipun Suwarga ingkang sampun dipun bikak malah dipun tutup, lan lawangipun neraka ingkang dipun tutup malah badhe dipun bikak lan dipun lebeti.

Kanthi mekaten ing wulan Ramadhan satemah kathah godhanipun ingkang dipun sebabaken saking godanipun syetan. Allah SWT nate ngendika:


“He wong-wong kang padha iman, aja nganti sira padha melu marang langkah-langkahe syetan. Sapa wonge melu langkah-langkahe syaten, mula satemene syetan iku printah nglakoni penggawean kang banget alane lan kang mungkar.(QS. Annur: 21)

Syetan punika gadhai sifat ingkang tansah ingkar dhateng dhawuhipun Allah, pramila ngantos akhir zaman syetan punika badhe goda dhateng bani Adam supados dados pengikutipun. Mekaten punika amargi melai zaman azali, Iblis punika golonganipun makhluk ingkang ingkar lan dipun bendoni dening Allah, ing akherat badhedipun lebetaken ing neraka. Sahingga ing dunya badhe pados rencang sak kathah-katahipun.Pramila boten mokal malih nalika tiyang Islam sampun gadahi niat badhe nindakaken pedamelan sae badhe dipun plencengaken niyatipun amargi lingsem kalian rencang utawi sedherekipun, utawi niat amal ananging namung kangge pikantuk pangalembana.Semanten ugi nalika sawek nindakaken amal sae boten dipun jangkepaken, amargi emut kalian perkawis-perkawis sanes ingkang boten perlu.

Kanthi punika sasampunipun kita gadhahi niat badhe nindakaken kesahenan kedah dipun kiyataken lan dipun tindakaken, tiyang punika badhe kacathet dados tiyang mukhlis ingkang boten tumama kalian pangridunipun syetan, Allah SWT ngendika:



“Iblis jawab: Dhemi kakuwasan Panjenengan, kula badhe nyasarake piyambakipun sedaya, kejawi kawula-kawula Panjenengan kang mukhlis ing antawisipun piyambakipun. Allah ngendika “mula kang bener (iku sumpah Ingsun) lan amung kabeneran iku kang Ingsun dhawuhake”.Satemene Ingsung mesthi bakal ngebaki neraka Jahannam kelawan jesinira lan wong-wong kang padha manut marang sira ing antane dheweke kabeh kanthi sekabehane”. (QS. Shad: 82-85)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ.أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ تَعَالَى لِىْ وَلَكُمْ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


7/01/2014

Tips Atasi Kantuk Untuk Raih Keutamaan Bulan Ramadhan




Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa, karena ibadah pada bulan tersebut Allah SWT melipatgandaan pahala, hal ini sebagaimana sabda rasul:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِلَّاالصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وأَنا أَجْزي بِهِ (رواه مسلم

Setiap amal perbuatan anak Adam-yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuhratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku (Allah) dan Aku (Allah) akan memberikan balasannya. (HR. Muslim)

Kebiasaan sebelum bulan Ramadhan tidur lebih awal, bangun lebih akhir pada bulan ini berbalik tidur lebih akhir bahkan hingga larut malam dan bangun lebih awal yakni sebelum waktu imsya’. Mengapa melakukan yang demikian ini, hal ini tidak lain karena ingin menggapai keutamaan bulan suci Ramadhan. Ingin merubah kebiasaan buruk, ingin menggapai rahmat dari Allah, sehingga berkeinginan untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah yang tidak pernah dilakukan pada bulan yang lain. Shalat tarowih dan witir, tadarus Alquran, shalat hajat, shalat tasybih, menghadiri majlis taklim, mengikuti pesantren kilat dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Hal ini bila dilakukan dengan penuh keikhlasan dan semata-mata mengharapkan ridha Allah maka amal perbuatan ini akan dilipatkan pahalanya hingga tuhuh ratus kali. Dan seburuk-buruk perbuatan baik yang dilakukan maksudnya melakukan perbuatan baik tetapi masih bercampur dengan perbuatan buruk lainnya, misalnya menegakkan shalat tetapi belum dapat menjaga kekhusukan hal ini tentu saja akan dilipatkan pahalanya namun tidak mencapai tujuh ratus derajat, mengeluarkan infaq dan shadaqah tetapi belum ikhlas tentu saja berpahala namun tidak mencapai tingkatan tertinggi.

Bagi orang-orang yang beriman senantiasa berupaya memanfaatkan moment puasa Ramadhan untuk selalu berlomba didalam melakukan kebaikan. Bahkan puasa Ramadhan dijadikan sebagai wahana untuk menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan, “Barang siapa yang menunaikan puasa dengan dasar iman dan mengharapkan pahala dari maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan” (Hadits). Dengan demikian tidak pernah meluangkan waktu kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah.

Harapan kadangkala tidak selaras dengan kenyataan, ketika dorongan telah muncul ternyata kebiasaan dan stamina menjadi penghambat untuk mewujudkan harapannya. Nafsu Mutmainnah yang bersih, bercampur baur dengan dorongan hawa nafsu, sehingga kadangkala hawa nafsu lebih mendominasi amal ibadah. Sehingga norma dan kaidah Islam tidak pernah dijalankan, sekalipun sudah mengetahui segi-segi manfaatnya tetapi masih belum tergetar jiwanya untuk mengikuti petunjuk Allah.demikian pula stamina tubuh yang tidak memungkinkan untuk memanfaatkan seluruh waktu untuk beribadah kepada Allah. Rasa ngantuk yang tak tertahankan sehingga menghambat untuk berbuat dan beramal shalih karena itu saya sampaikan beberapa tips untuk menghilangkan rasa kantuk:

1. Berwudhu, karena dengan wudhu akan memunculkan kesegaran pada muka dan organ-organ yang telah dibilas dengan air.
2. Mandi, karena dengan mandi akan menciptkan kesegaran seluruh tubuh.
3. Tidur sambil duduk, yaitu tidur tidak ditempat tidur, tatajaafa ‘anil madlaaji’ (jauhkan punggung dari tempat tidur). Ketika kepala bergoyang kedepan, kekanan atau kekiri secara spontan akan membangkitkan syarat sehingga mata akan terbuka. Dan walaupun baru sekejab memejamkan mata namun telah merasa cukup. Lain kali bila tidur ditempat tidur maka akan semakin terlelap.
4. Bila terpaksa harus tidur, maka usahakan jangan tidur ditempat yang sepi, sehingga semakin merasa nyaman untuk berbaring ditempat tidur.
5. Makan dari makanan yang bergizi, kurangi makanan yang banyak mengandung minyak (makanan yang digoreng), karena akan mengurangi nafsu makan.
6. Bila diperlukan minum vitamin untuk menjaga keseimbangan daya tahan tubuh.
7. Makan dan minum secara cukup dan secukupnya, cukup dalam arti kandungan kalori dan secukupnya dalam arti tidak berlebihan. Ingat bahwa didalam tubuh manusia mengandung makanan, air dan oxygen.
8. Berjalan-jalan, berolah raga dan menghirup udara segar

Itulah bahwa tidak ada kesuksesan kecuali dilakukan dengan perjuangan dan tiada perjuangan kecuali dengan pengorbanan. Berkorban untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia dan kebiasaan yang tidak baik, beralih untuk menjadi lebih baik. Kesuksesan orang yang berpuasa adalah mencapai derajat tertinggi, yaitu la’allakum tattaqun. Sungguh beratnya untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan setiap hari yang kurang baik, padahal sudah mengetahui ending-nya. Namun belum mau untuk berubah, keyakinan didalam hati bisa menjadi sumber kekuatan, man jadda wajada siapa yang bersungguh-sungguh akan menuai keberhasilan.


6/29/2014

Perangi Hawa Nafsu Menuju Kesempurnaan Puasa Ramadhan



Ramadhan adalah bulan yang teramat istimewa, walaupun puasa setiap muslim dituntut untuk membatasi diri dari hal-hal yang tidak baik dan selalu memupuk perilaku terpuji untuk menjadi amal shalih . Secara fitrah manusia mempunyai kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik, mengumbar nafsu, hal ini terbukti bila diantara kita ditanya “apakah mudah atau sulit untuk menjadi orang yang baik, maka tentu akan dijawab sulit”. Bulan puasa bernuansa rohani karena ingin merubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik agar menjadi baik.

Semarak Ramadhan pada siang hari dan pada malam yang lebih awal, tempat ibadah umat Islam, masjid, langgar, surau, musholla dipadati para jama’ah untuk menegakkan shalat tarowih. Mereka berpandangan seakan-akan shalat tarowih itu adalah wajib, seandainya hal ini terbina maka shalat tarowih menjadi tuntutan yang harus ditegakkan, bahkan yang terjadi pada sepuluh hari yang pertama. Hal ini telah difikirkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau menegakkan shalat lail, pada malam yang pertama baru diikuti beberapa orang shalabat, namun pada hari kedua dan ketiga shalat lail Rasulullah tersiar di kalangan para shahabat, sehingga pada malam berikutnya banyak orang berbondong-bondong ingin menegakkan shalat bersama Rasulullah. Namun ketika banyak orang yang mengikuti, Rasulullah malah tidak datang ke masjid untuk meneruskan shalat pada bulan Ramadhan seperti pada hari-hari sebelumnya.

Apakah yag terjadi pada pribadi Rasululah, apakah beliau tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Ternyata Rasululah khawatir bila dilaksanakan terus menerus akan menjadi ibadah wajib. Sedangkan ketika melaksanakan perjalanan mi’raj Rasulullah diperintahkan untuk menegakkan shalat lima puluh waktu. Beliau siap, beliau tidak membantah terhadap perintah Allah, namun kemudian ketika mendapat pesan dari ruh para rasul sebelumnya, yang diminta agar memohon keringanan. Dimana umat dari rasul sebelumnya diperintahkan namun banyak yang ingkar. Maka dikhawatirkan umat Muhammad juga tidak mampu untuk menegakkan.

Bila kita amati kehidupan umat Islam disekitar kita, ternyata Islam ada yang sekedar sebagai label untuk mendapatkan sesuatu, misalnya syarat pernikahan, mengikuti trend, ingin memperoleh dukungan dan masih banyak tendensi lain, perdikat muslim yang disandangnya hanya sekedar sebagai kulit dan hatinya jauh dari Islam. Sehingga ketika kita amati dalam kebiasaan sehari-hari, ketika bekerja,, bermain, pesta dan kegiatn-kegiatan lainnya, ketika mendengar panggilan adzan hingga iqomah tidak pernah dihiraukan, bahkan sampai berakhirnya waktu shalat hanya sedikit saja yang bergegas menghentikan aktifitas untuk segera menegakkan shalat, dan ternyata lebih banyak yang asyik dengan kegiatan yang sedang dijalani. Maka terbuktilah ketika Rasulullah memprediksikan bahwa umat Islam akan menjadi seperti busa yang berada disungai semakin lama mengikuti aliran sungai, hilanglah busa itu.

Karena itu bulan suci Ramadhan dengan berbagai macam amalan sunnah bila dilaksanakn dengan kontinu akan menjadikan kebiasaan positif yang berdampak pada mental spiritualnya. Bila suatu saat mengatakan bahwa shalat tarowih sangat melelahkan, shalat tarowih sangat menyenangkan, shalat tarowih membuat hati menjadi tenang, shalat tarowih akan merasakan kedekatan kepada Allah. Statemen yang demikian bisa benar dan bisa salah. Bila kewajiban shalat fardhu telah dilaksanakan dengan istiqomah bahka senantiasa menambah dengan shalat sunnah yang lain, bahkan shalat tahajjud senantiasa ditegakkan ,maka ibadah shalat tarowih amat menyenangkan, mengasyikkan dan menambah semangat. Namun bila ibadaha shalat fardhunya kadang sering ditinggalkan tentunya shalat tarowih menjadi beban yang memberatkan dan membuat capek.

Ketika menjalankan ibadah merasa malas itu adalah tantangan dan godaan, ketika menjalankan ibadah terasa berat, hal ini karena memandang bahwa perintah Allah sebagai tuntutan semata, bukan memandang menjalankan perintah Allah sebagi wujud rasa syukur kepada Allah. Ketika melaksanakan ibadah merasakan sulit ini artinya belum memahami fiqih Islam. Bila beribadah tidak mendatangkan ketenangan karena dalam beribadah tidak menghadirkan hati, ibadah hanya sekedar memenuhi syarat dan rukunnya saja.

Karena itu bila menahan makan, minum dan dorongan hawa nafsu pada siang hari sebagai wujud pamaksaan, maka akan memerlukan waktu yang lama untuk menemukan titik temu dapat dilaksanakan dengan sepenuh hati. Begitu juga melakukan amal shalih yang lain. Karena itu hendaknya puasa dipandang sebagai prinsip keseimbangan hidup. Ketika manusia hidup bebas seakan tanpa batas kemudian diingatkan dengan kesadaran diri bahwa dirinya berpuasa, sehingga tidak mau melakukan segala aktifitas yang membatalkan puasa. Ketika didalam tubuh manusia telah banyak tertimbun lemak,kolerterol, toksit, sehingga dengan puasa akan terjadi pembakaran. Sehingga akan terjamin keseimbangan hidup.

Puasa adalah upaya pengendalian nafsu, bila nafsu terjaga maka akan mengarahkan pada jalan yang diridhai Allah. Bertahan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah walaupun terasa banyak tantangan adalah upaya menahan hawa nafsu. Karena itu Rasulullah pernah mengingatkan bahawa banyak orang yang malaksanakan puasa tetapi tidak memperoleh apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja. Maka alangkah sayangnya sudah bersusah payah untuk tidak makan dan minum tetapi ternyata puasanya tidak diterima Allah, karena puasanya batal atau paling tidak menjadi rusak.

6/28/2014

Berpesta Ibadah di Bulan Ramadhan



Bulan Ramadhan adalah bulan yang teramat istimewa, karena pada bulan tersebut Allah melebihkan semua amal baik dilipatgandakan pahalanya antara 10 sampai 700 tingkatan.

“Semua kebaikan yang dilakukan orang yang beriman akan dilipatgandakan antara 10-700 kali, kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu adalah hak-Ku (Allah) dan Aku (Allah) memberikan pahala menurut kehendak-Ku”. (HR.Muslim)

Disamping itu pada bulan Ramadhan Allah memberikan keistimewaan ibadah pada Malam Qadar.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al Qadar: 1-5)

Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan, peristiwa pada malam hari yang akan dinilai seperti orang yang beribadah seribu bulan. Oleh karena itu pada malam-malam yang terakhir, Rasulullah senantiasa menghidupkan malam hari untuk beribadah kepada Allah untuk mencari keridhaan-Nya. Coba kita bandingkan dengan umat-Nya. Apakah telah meniru kebiasaan rasul yang menjadi dasar hukum Islam. Rasul merupakan figur uswatun hasanah, sehingga tiada alasan untuk senantiasa berpegang teguh pada sunnah rasul.

Walaupun pada perkembangannya Lailatul Qadar ada yang menafsirkan sebulan penuh mulai awal hingga akhir bulan Ramadhan, seperti yang disampaikan oleh “Dr. Lukman Harun”. Hak ini tentu tidak bisa dipungkiri, karena sendainya ada orang yang merasa telah menjumpai Lailatul Qadar tentu kesalihannya akan berubah 180 derajat. Karena orang yang beribadah 83 tahun tentu saja telah menjadi kepribadiannya. Sedang diantara kita yang berusia 20 tahun hingga 80 tahun, berapa tahun telah digunakan untuk beribadah. Sedangkan usia yang dijalani terpotong dengan usia anak-anak, remaja dan usia transisi, hidup dalam cobaan yang kadang menjadi jauh kepada Allah. Sehingga ketika puasa Ramadhan dengan segala amalan baik dijalankan selama sebulan penuh niscaya akan menjadi kebiasaan. Yang mana akan mempunyai efek jangka waktu yang lebih lama.

Pada bulan Ramadhan Allah membuka pintu surga, menutup pintu neraka dan para syetan dibelenggu. Yang jadi pertanyaan ketika pintu surga telah dibuka maukah kita memasukinya, atau justru sebaliknya berupaya membuka pintu neraka yang sudah dikunci. Disinilah bahwa surga yang merupakan tempat tertinggi yang dijanjikan kepada orang-orang yang beriman, bila mau melaksanakan perintah Allah dan rasulnya, segala larangan Allah dan Rasulnya ditinggalkan. Maka secara otomatis akan bisa memasuki surga dengan keridhaan-Nya. Namun sebaliknya bula perintah Allah ditinggalkan dan larangan Allah dilaksanakan orang tersebut berarti akan berupaya membuka pintu neraka. Orang tersebut secara khusus tidak bisa membelenggu syetan. Karena sesungguhnya pengertian dibelenggunya syetan adalah secara umum, namun secara khusus hanya pribadi muslim yang dapat membelenggu syetan. Karena syetan benci dengan perbuatan baik, syetan senantiasa mencarai teman, maka segaka tipu muslihat dilaksanakan untuk menyesatkan manusia. Bila ha ini terjadi masuklah hamba Allah ini ke dalam neraka.

Karena itu di bulan yang penuh berkah dan maghfirah ini kita isi dengan kegiatan-kegiatan positif. Tadarus Alquran, mengikuti majlis taklim, memperbanyak sedekah, melaksankan shalat tarowih, menghindari kata-kata kotor. Bersihkan hati dari penyakit hati, ghibah, namimah, su’udhan, kibir, riya’, iri, dengki, ghadhab dan lainnya. Sehingga para ahli suffah dengan melakukan langkah takholli, tahalli dan tajalli. Tahapannya adalah mengeluarkan dan melepaskan diri dari segala perilaku yang tidak baik kemudian diisi dan diganti dengan perilaku yang baik. Maka akhirnya akan ditemukan akhlaq diri yang sesuai dengaan kehendak Allah.

Bagaimana tidak, orang yang berpuasa belajar untuk menjadi pribadi yang jujur, ikhlas dan sabar. Puasa atau tidak, yang tahu hanya dirinya sendiri, orang lain hanya tahu tidak makan dan minum ketika didepannya, tetapi dibelakang siapa tahu kalau dia makan dan minum. Orang menyangka seorang berpuasa, namun hanya Allah yang tahu bahwa puasanya hanya akan memperoleh lapar dan dahaga saja. Karena jasmaninya puasa namun rohaninya, nafsunya tidak berpuasa.
Orang yang berpuasa berkecenderungan untuk menegakkan shalat tarowih, entah berapa rekaat yang dijalankan, tentu kadang dilakukan dengan keterpaksaan, dan kesabaran hal ini karena tidak terbiasa menegalkan shalat dengan jumah rekaat yang banyak. Orang yang berpuasa juga termotifasi untuk memebaca Alquran, bersedekah dan amal-amal lainnya. Mudah-mudahan menjadi kebiadaan baik yang akan terus dilaksanakan dengan istiqomah.

Selamat menjalankan ibadah puasa semoga dapat membentuki peribadi muslim yang bertaqwa.

6/11/2014

Memikirkan Keagungan Allah Atas Penciptaan Manusia



Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dalam hal penciptaannya (laqad khalaqnal insaana fi ahsani taqwim). Kesempurnaan ini dapat dilihat:
1. Jasmani: adalah wujud nyata dari hal yang dapat dilihat melalui panca indra, tubuh manusia yang terdiri dari kaki, tangan, perut, lambung, dada, leher, kepala. Termasuk segala yang tersembunyi didalam tubuh manusia yang terbungkus oleh kulit dan daging sekalipun tidak terlihat termasuk dalam kategori jasmani, seperti usus, jantung, paru-paru, hati, darah. Semuanya adalah suatu yang amat sempurna. Fungsi dan manfaatnya antara yang satu dengan yang lainnya berbeda, namun berada dalam satu komando rohaninya. Semuanya bergerak sesuai dengan ritmenya masing-masing.
2. Rohani : adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat melalui panca indra, namun bisa dirasa, dilihat dan berakibat pada sisi kehidupan manusia. Karena rohani manusia yang akan menuntut pada peri kehidupannya. Rasul telah mewartakan:

الا وان فى الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسدالجسد كله الا وهى القلب (رواه البخارى

" Ketahuilah bahwa didalam tubuh tedapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh, itulah yang dinamakan hati". (HR. Buchari)

Bila kita bandingkan antara ciptaan Allah dengan ciptaan manusia. Manusia adalah ciptaan Allah secara langsung, namun dengan kekuasaan Allah, manusia diberikan kesempurnaan berupa jasad, rohani yang terdiri dari ruh, jiwa, hati dan nafsu serta diberi petunjuk berupa agama. Sehingga manusia dapat menghasilkan cipta rasa dan karsa dalam bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Dari itulah tercipta beraneka macam sarana penunjang kehidupan manusia, seperti tempat produksi, sarana budidaya, alat transportasi, media komunikasi, hiburan dan lain-lain.

Suatu saat ada seorang sopir yang mengendari kendaraan bersama dengan keluarganya, pada awal perjalanan kendaraan dapat berjalan dengan lancar, gas, kopling, prosneleng, rem, lampu reeting, lampu sain, spion, roda, kipas, ac, mesin, karbulator, semua dapat berjalan dengan lancar. Sopir merasa puas, demikian pula keluarga yang dibawanya merasa puas karena waktu perjalanan sesuai dengan harapannya. Kondisi ini bertolak belakang dengan kepulangannya. Ditengah-tengah perjalanan sopir merasa yakin dengan kendaraannya, walaupun kendaraan tidak begitu baik namun ternyata dapat mengimbangi kendaraan-kendaran tipe baru yang cenderung masih span. Keyakinan ini menjadi sirna atau berkurang ketika dalam laju kendaraan tiba-tiba laju kendaraan tersendat-sendat. Feeling sopir teringat dahulu ketika membawa kendaraan yang sama pernah mengalami hal yang demikian bahkan kendaran tidak bisa berjalan karena mesin mati. Ternyata apa yang terjadi waktu itu filter bensinnya kotor. Filter bensin kotor maka bensin tidak bisa mengalir sehingga bahan bakar tidak berfungsi.

Satu unsur mekanik tidak berfungsi maka seluruh kendaraan tidak berfungsi. Bisakah bensin pada kendaran bermotor diibaratkan seperti darah didalam tubuh manusia. Bila organ tubuh dapat berfungsi dengan baik maka metabolisme tubuh akan baik, namun bila system imunitas tubuh menurun, maka akan mengakibatkan sesuatu yang tidak stabil. Bagaimanakah system kerja jantung yang memompa dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Bila pembuluh darah tersumbat atau pembuluh darah menyempit maka distribusi darah dan oksigen akan berkurang, detak jantung akan berhenti dan inilah tanda-tanda kematian. Penyakit jantung coroner adalah salah satu wujud tersumbatnya peredaran darah keseluruh tubuh.

Sistem kerja dalam tubuh manusia sehingga melahirkan sekolah kedokteran, kerangka tubuh manusia sehingga melahirkan fakultas technic, mekanik dan kontruksi bangunan. Subhanallah, Allahu Akbar, Maha Suci Allah hambanya akan selalu mengagungkan kebesaran-Nya. Kesempurnaan manusia malahirkan budaya dan teknologi.

Namun banyak terjadi, bahwa kesempurnaan manusia terkadang banyak manusia yang tidak menyadarinya, sehingga derajat kemuliannya dari waktu-kewaktu menjadi menurun, dan semakin menurun sampai pada derajat terendah yaitu lebih rendakh dari binatang.
“ Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’rof: 179)

Dalam ayat Alquran tersebut ada tiga organ tubuh manusia yaitu hati, mata, telinga dalam makna biologis adalah sama dengan binatang. Namun hati dalam makna ruhaniyah hanya dimiliki oleh manusia, karena disanalah manusia dapat memikirkan, merenungkan eksistensi diri sebagai makhluk Tuhan, makhluk pribadi dan makhluk sosial. Dimana konsep ruhaniyah dimanapun berada akan menyadari bahwa dirinya sebagai makhluk Tuhan. Namun bila eksistensi diri tidak pernah disyukuri, dihayati dan pahami maka manusia akan lebih rendah dari binatang ternak ” mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi”.

Hati, mata dan telinga dalam arti biologis dan spiritual adalah merupakan wujud kekuasaan Allah. Dalam penciptaan ini Allah mempunyai misi tertentu untuk mengemban tugas sebagai hamba Allah dan khalihah-Nya. Dalam setiap tarikan nafas, tetesan darah akan dicatat dan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Karena itu dalam penciptaannya itu Allah menurunkan wahyu untuk menuntun kehidupan manusia, agar kesempurnaan manusia tidak sia-sia. Karena itu hidup tanpa aturan akan terjadi hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Bahkan manusia yang satu akan memangsa manusia yang lain “homo homoni lupus”.

6/05/2014

Hidup Sehat Tanpa Narkoba-Khutbah Jum'at


Narkotika dan sejenisnya adalah suatu benda yang diharamkan oleh agama, dilarang oleh pemerintah. Bahkan dunia Internasional sejak tahun 1987 juga menyatakan perang terhadap Narkotika dan sejenisnya. Dan PBB menetapkan tanggal 26 Juni sebagai hari anti madat. Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang amat besar sehingga mengeluarkan UU sebagai upaya preventif mencegah penggunaan, penyimpanan dan memperjualbelikan Narkoba.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا. وَاَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ وَجَعَلَهُ لِلنَّا سِ سَبِيْلًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي السِّرِّ وَ اْلعَلَنِ ، يَا أَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُّو اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Kaum muslimin jema'ah Jum'ah Rahimakumullah
Pertama marilah kita berupaya untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan pikiran yang jernih hati dan jiwa yang tenang dan dijauhkan dari setiap perbuatan yang dapat menimbulkan perilaku munkarat dan tidak ingat kepada Allah SWT. Berkesempatan untuk menyambut HANI (Hari Anti Narkotika Internasional) pada tanggal 26 Juni, marilah kita nyatakan untuk berperang terhadap Narkoba, karena termasuk perilaku munkarat yang dilarang oleh agama dan pemerintah.

Perilaku munkarat ini meliputi memakai, membawa dan memperjualbelikan. Narkoba yang kepanjangannya adalah Narkotika Psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Semua jenis Narkoba mengandung zat adiktif, yaitu zat yang dapat minumbulkan bagi pemakainya rasa ketagihan dan ketergantungan. Bila tidak memakai maka tubuh akan terasa lemas, lesu, kurang semangat dan kurang percaya diri. Pemakaian semua jenis Narkoba akan memacu bagi pemakainuya dengan menambah ukuran dan takaran.

Sebagaimana dikatakan oleh Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater dalam bukunya yang berjudul Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, bahwa semua jenis Narkoba mengancam terhadap jiwa dan raga manusia, karena didalam Narkoba mengandung zat adiktif yang menimbulkan gangguan mental organik (GMO) yaitu gangguan dalam berfikir, perasaan dan perilaku. Timbulnya GMO ini disebabkan reaksi langsung dari zat adiktif pada sel-sel saraf pusat (otak). Karena itu orang yang meminum, menghisap atau memakannya semakin lama akan menambah takaran sampai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk. pemakaian Narkoba dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan gangguan pada organ otak, liver, alat pencernaan, pancreas, otot, janin, endroktrin, nutrisi, metabolisme jantung dan resiko kangker.

Dalam kehidupan masyarakat akan terjadi instabilitas sosial, terjadinya tindak kejahatan dan perilaku kriminal lainnya. Dampak psikososial lainnya adalah drop out sekolah, kehilangan kawan, tidak masuk kerja, bolos sekolah dan terlibat pelanggaran hukum lainnya.

Banyak pemakai Narkoba karena terkena pengaruh dari teman, karena teman-temannya memakai pertama dia takut dikucilkan dari pergaulan, malu bila dibilang banci atau bisa jadi karena teman-temanya memaksa untuk mencoba. Sekali mencoba akan ketagihan dan segala upaya ditempuh untuk memperoleh zat haram tersebut. Rasulullah SAW bersabda:

“ Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ialah seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku api pande besi. Pembawa minyak wangi bisa jadi akan memberimu, boleh engkau membeli darinya dan boleh jadi engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan peniup tungku api pande besi, boleh jadi engkau mendapatkan bau yang tidak sedap darinya”.

Disamping dari pengaruh teman, memakai Narkoba juga karena pengaruh media informasi dan komunikasi. Dunia entertainment, film dan sinetron yang menampilkan figur bintang yang mengkonsumsi minuman keras, meraka mempunyai tubuh yang sehat, kekar dan percaya diri, dari hal tersebut muncul keinginan untuk mencari jenis minuman yang serupa yang dapat membuat dirinya seperti apa yang pernah dilihatnya.

Kaum muslimin jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dunia Internasional telah menyatakan perang terhadap Narkoba dan di negara Indonesia telah ditetapkan Undang-Undang tentang anti Narkoba. Undang- undang tersebut untuk memutus mata rantai peredaran Narkoba, menjerat bagi pengedar, pemakai dan penyimpan Narkoba. Dalam UU RI nomor 2 tahun 1997 tentang Narkoba, pada pasal 85 pengguna Narkoba dikenai hukuman penjara selama 1 sampai 4 tahun, pasal 78 bagi pemilik dikenai hukuman penjara maksimal 10 tahun, denda 500 juta, pasal 84 bagi pengedar dipenjara selama 5 sampai 15 tahun, denda 250 juta sampai 750 juta, pasal 80 bagi produsen dipenjara selama 7 tahun sampai dengan seumur hidup, denda 200 juta sampai dengan 1 milyar.

Dengan hukuman dan denda yang demikian akan menimbulkan penyesalan, rasa berdosa dan bersalah pada dirinya sendiri, menjadikan hidup tidak sehat lagi. Maka untuk menciptakan hidup yang sehat dan bebas dari Narkoba. Hukuman dan denda akan menjadikan beban hidup sehingga bagi yang bersangkutan akan menimbulkan masalah yang baru, hidupnya terasa terisolasi dari masarakat umum dan bisa jadi dikucilkan dari kehidupan masyarakat. Tekanan mental akan menjadi beban hidup dan akan merambah pada munculnya penyakit-penyakit lainnya. Karena banyak terjadi bahwa tinbulnya penyakit jasmani karena banyaknya masalah, dan beban pikir yang tidak ada penyelesaiannya.

Oleh karena itu jiwa yang sehat akan menciptakan metabolisme tubuh yang teratur sehingga produktifitas kerja akan terjaga, demikian pula jiwa dan pikiran yang rusak akibat bergaul dengan Narkoba akan menimbulkan perbuatan yang diluar kontrol akan pikiran manusia. Oleh karena itu Allah SWT mengingatkan dalam Alquran surat Al Maidah ayat 90:

" Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan,

Rasul pernah bersabda, bahwa khamer adalah sesautu yang diharamkan, banyak atau sedikit tetap diharamkan:
" Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamer dan setiap khamar adalah haram" (HR. Abdullah bin Umar).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

4/21/2014

Macam-macam Wali Nikah



Nikah menurut bahasa berarti akad, berkumpul, bersetubuh. Adapun menurut istilah adalah suatu akad (perjanjian) yang mengikat antara seorang laki-kali dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin secara sukarela dalam membangun hidup berumah tangga dibawah aturan syari’at agama. Untuk melangsungkan pernikahan terdapat rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi demi terlaksananya pernikahan tersebut, adapun rukun dan syaratnya adalah adanya sighat (aqad) ijab-qabul, wali nikah, dua saksi yang adil, calon suami, calon isteri.

Wali nikah merupakan salah satu rukun dan syarat syahnya terwujudnya pernikahan, adapun macam-macam wali nikah adalah:
a. Wali Nasab adalah orang-orang yang terdiri dari keluarga calon mempelai wanita, yaitu:

1. Ayah,
2. Kakek
3. Buyut
4. Saudara laki-laki se-bapak se-ibu.
5. Paman se-bapak
6. Kemenakan laki-laki dari saudara laki-lakai se-bapak se-ibu
7. Kemenakan laki-laki dari saudara laki-lakai se-bapak
8. Paman se-bapak se-ibu
9. Paman se-bapak
10. Anak laki-laki dari paman se-bapak se-ibu
11. Anak laki-laki dari paman se-bapak
12. Anak laki-laki dari anak paman se-bapak se-ibu
13. Anak laki-laki dari anak paman se-bapak
14. Paman bapak se-bapak se-ibu
15. Paman bapak se-bapak
16. Anak laki-laki dari paman bapak se-bapak se-ibu
17. Anak laki-laki dari paman bapak se-bapak se-ibu
18. Paman kakek se-bapak se-ibu
19. Paman bapak se-bapak
20. Anak laki-laki dari paman kakek se-bapak se-ibu
21. Anak laki-laki dari paman kakek se-bapak
22. Laki-laki yang memerdekakan
23. Hakim

b. Wali Hakim adalah orang yang diangkat oleh Pemerintah untuk bertindak sebagai wali dalam suatu pernikahan.

c. Wali Muhakam adalah orang yang diangkat oleh kedua calon mempelai untuk bertindak sebagai wali dalam akad nikah mereka.

Apabila suatu pernikahan yang seharusnya dilaksanakan dengan wali hakim, padahal di tempat itu tidak ada wali hakim, maka pernikahan dilangsungkan dengan wali muhakam.
Caranya ialah kedua calon mempelai mengangkat seorang yang mempunyai pengertian tentang hukum-hukum untuk menjadi wali dalam pernikahan mereka.

4/17/2014

Perceraian Menurut Peraturan pemerintah No 9 Tahun 1975



Perceraian adalah kebalikan dari pernikahaan, bila pernikahan atau perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan menimbulkan hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara keduanya. Dengan adanya pernikahan pada dasarnya dua insan yang menjadi satu, satu dalam langkah dan tujuan, sehingga setelah terjadinya pernikahan sangat dimungkinkan masing-masing diri untuk bisa menahan dan mengendalikan diri untuk tidak berbuat sesuai dengan kehendaknya.
Bila masing-masing diri tetap pada kebiasaan sebelum menikah maka sangat dimungkinkan untuk terjadi perceraian, dua insan yang telah menyatu kemudian terpisah. Adapun sebab-sebab perceraian ini tidak selamanya berangkat dari hal-hal yang berat dan rumit, namun kadang berangkat dari hal-hal yang kecil, orang jawa mengatakan “kriwikan dadi grojogan”. Semua orang tentu mempunyai hobi dan kebiasaan yang berbeda-beda, maka agar pernikahan tetap langgeng jauhilah sifat egois, karena bila hal ini terus dikembangkan jurang perceraan yang ada didepannya akan menjerumuskan dirinya dalam membina keutuhan rumah tangga.

Bila kita berangkan dari kenyataan, banyaknya kasus perceraian. Dari keluarga yang nampak harmonis, diidolakan namun tiba-tiba mengajukan talaq atau gugat cerai. Ada apakah dibalik semua ini. Oleh karena itu menurut Peraturan Pemerintah nomor 9 TH 1975 pasal 19:

a. Salah satu pihak berbuat zina,pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berurut-urut tanpa izin pihak lain
c. Salah satu pihak mendapat hukuman /penjara 5(lima) tahun atau mendapat hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyayaan berat yang membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/istri.
f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
g. Suami melangar taklik talak
h. Pengalihan agama /murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.

Perceraian akan membawa dampak akan terjadi sikap saling membenci, perpecahan dan permusuhan. Bukan hanya mantan suami istri yang saling membenci tetapi juga anak-anak, keluarga dan teman-temannya. Karena itu belajarlah dari peristiwa orang lain agar menjadi orang yang bijaksana, santu, sabar dan ikhlas. Sesuatu tidak harus dialami oleh diri sendiri namun orang laian bias menjadi bukti keutuhan atau keretakan dalam rumah tangga.