Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

2/03/2015

Managemen Rumah Tangga Untuk Menciptkan Keluarga Sejahtera dan Bahagia




Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan yang indah, dimana antara dua orang laki-laki yang berbeda jenis kelamin, berbeda suku, nasab, bahasa bisa bersatu karena atas dasar cinta. Walaupun membina Rumah tangga kadang kala tidak didahului dengan cinta dengan sepenuh hati, hal ini kalau mengingat masa dahulu, orang tua sudah menjodohkan putra-putrinya kepada calon pendamping pilihannya yang dipandang akan menjamin kehidupan dikemudian hari menjadi bahagia dan sejahtera.

Budaya jawa pada zaman dahulu, sebagaimana contoh pada zaman RA Kartini, perempuan menjadi wanita yang harus dipingit bila sudah mencapai usia remaja. Sehingga soal pasangan hidup dan jodohnya sudah ditentukan oleh orang tuannya. Walaupaun pada zaman sekarang sudah terjadi pergeseran, namun tentu masih ada saja yang menjalankan hal seperti itu. Dengan zaman kebebasan laki-laki dan perempuan bebas untuk menentukan pilihannya. Namun kadang kala pilihannya tidak menjadi pilihan terakhir karena pilihannya tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan.

Rasulullah Muhammad pernah menyampaikan tentang kriteria wanita ideal sebagai pendamping hidup yaitu pertama wanita yang beragama dan mempunyai kesadaran melaksanakan ajaran agamanya. Perintah agama selalu berusaha untuk dilaksanakan dan larangannya berupaya untuk dihindarkan, kedua wanita yang berharta dalam arti telah mempunyai ketahanan ekonomi yang mapan, ketiga wanita yang berasal dari keturunan orang yang baik, ketiga wanita yang cantik. Hal ini bagi laki-laki yang hendak memilih pasangan hidup, demikian pula bagi wanita menharapkan laki-laki dengan kriterianya sama hanya saja yang terakhir laki-laki yang gagah atau tampan.

Dapatkah memilih pasangan sesuai dengan kriteria diatas, kemungkinan ada walaupun tidak sempurna, namun mendekati pada persamaan. Tak jarang bahwa kriteria tersebut sangat berbeda dengan harapan, sehingga setelah membangun rumah tangga selalu dihadapkan dengan upaya untuk membina rumah tangga. Berupaya mencari keselarasan, kesamaan, saling mengalah, saling melengkapi. Sehingga walaupun pada awal pernikahan terasa janggal namun dapat dilesatarikan hingga batas akhir kehidupan. Sebaliknya ada saja pasangan hidup yang sudah dipilih dan sesuai dengan harapan namun bangunan rumah tangga amat rapuh sehingga rumah tangga tidak bisa dibina. Bila dapat dipertahankan tak jarang kehidupannya selalu diwarnai dengan kedisharmonisan, percekcokan dan pertengkarang, bahkan salah satu atau kedua -duanya mencari kepuasaan diluar rumah.

Hendaknya setiap insan menyadari bahwa pasangan yang telah dipilihnya adalah merupakan jodoh dan itu adalah telah ditentukan oleh Allah SWT. Setelah bangunan rumah tangga dibangun maka setiap pribadi berupaya untuk membina kehidupan rumah tangga. Untuk mewujudkan hal ini maka perlunya manageman rumah tangga.

1. Perencanaan (planning) yaitu membuat rencana kerja, jalan dan usaha-usaha yang akan ditempuh serta menetapkan usaha yang akan dicapai.
2. Pengorganisasian (organizing) yaitu pengaturan dan tata kerja dalam melaksanakan rencana pekerjaan termasuk meresapi adanya tujuan bersama, adanya pola yang menetapkan pembagian tugas wewenang serta hubungan antara suatu posisi dengan posisi lainnya, hubungan antara kerja dengan petugas, menaati peraturan, disiplin dan hirarkhi dalam pekerjaan dan sebagainya.
3. Pengarahan (directing/ leading) artinya pemimpin atau kepemimpinan yang akan memimpin dan mengatur jalannya semua rencana.
4. Pengawasan (controlling) yaitu mengontrol dan mengendalikan apakah suatu rencana berjalan lancar atau apakah hasil pekerjaan sesuai dengan standar yang diinginkan ataukah ada halangan dan rintangan atau terhadap kelainan -kelainan yang harus diperbaiki.
5. Koordinasi yaitu kerjasama dengan pembagian tugas dan wewenag yang rapi harus terjalin dengan baik, tanpa koordinasi antara unsur-unsur yang berkepentingan semua rencana tak mungkin dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang nenjadi sasaran tak mungkin tercapai dengan baik. (Dirjen. Bimas Islam dan Urusan Haji, Modul Pelatihan Pelatih Pembina Keluarga Sakinah, hal: 113-114)

Disamping itu dengan pemikiran, setiap diri hendaknya peka terhadap rasa dan berperasaan, karena itu sikap saling menghargai hendaknya selalu dibina, dua insan yang telah menjadi satu akan menjadi kesempurnaan, setiap diri tidak menuruti hawa nafsu dan bersikap egois. Walaupun setiap diri secara fitrah berkarya sesuai dengan bidangnya namun anamun setiap diri hendaknya menyadari akan kekurangan dirinya sendiri.

1/22/2015

Maling Bernasib Apes Ketika Beroprasi di Masjid, Ingin Mujur Jadi Ajur



Masjid adalah salah satu bangunan monumental bagi umat Islam, masjid menjadi sarana untuk membersihkan diri dari penyakit hati, tempat bersujud, masjid menjadi sarana pendidikan, tempat konsultasi, pelayanan/ santunan bagi fakir miskin, tempat musyawarah, penerangan agama, tempat untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Pada umumnya orang ke masjid mempunyai maksud dan tujuan yang mulia walaupun ada saja orang yang mengunjungi masjid karena mempunyai tujuan yang berbeda.

Bila khatib, mubaligh, da’i atau kyai mengatakan “ambillah yang baik-baik dan tinggalkanlah yang buruk-buruk”. Ada maling yang selalu menggunakan dalih yang telah disampaikan oleh para ulama tersebut diatas. Mereka datang ke masjid karena usaha untuk mendapatkan rizki dengan cara yang tidak wajar, karena berusaha merampas milik orang lain, atau menukar suatu barang dengan milik orang lain. Kita sering mendengar bahwa ketika sedang berada di masjid untuk shalat atau keperluan lainnya namun ternyata ketika mau kembali barang miliknya hilang. Bisa berupa tas, sepatu, helm, sepeda motor dan barang-barang lainnya.

Maling yang sukses karena telah melancarkan aksinya tanpa mengalami kendala, mengambil barang milik orang lain dengan mudah dan tidak ada orang yang mencurigai. Tentu mereka merasa puas, dan kesuksesan ini akan terus ditingkatkan untuk mengambil barang milik orang lain dari segi kuantitas maupun kualitas barangnya. Maling yang sukses mengambil sepatu atau sandal di masjid, suatu saat akan mengambil dalam skala besar dan berkeliling dari masjid-ke masjid.

Setelah barang didapat tentu akan mempertimbangkan nilai barang yang telah diambil, bila tidak sesuai dengan resiko yang akan ditanggung tentu akan meningkatkan kadar pencurian dengan mengincar barang-barang yang lebih berharga, misalnya membobol mobil dengan memecah kacanya, mencuri kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Bahkan tidak sedikit maling yang mengincar kotak amal di dalam masjid.
Apakah maling tidak mempunyai perasaan, bagaimanakah rasanya bila barang miliknya hilang, apakah dia tidak akan merasa sedih, marah dan sebagainya. Saya yakin dia akan merasakan yang demikian itu. Tetapi mengapa dia mau melakukan suatu perbuatan yang membuat orang lain menjadi susah karena kehilangan barang berharga miliknya. Memang banyak faktor yang menjadi penyebabnya, bisa karena kebutuhan, tuntutan ekonomi, kebiasaan, hobi, menjadi profesi atau karena kecanduan minuman keras.

Pernah suatu saat ketika selesai menegakkan shalat dzuhur saya melihat orang telah kehilangan sepatu kesayangannya, suatu saat lagi ada jama’ah yang lain kehilangan sepeda motor, dalam waktu yang lain lagi mobilnya yang ditinggalkan untuk menegakkan shalat ternyata kacanya dipecah dan tas yang ada didalam mobil diambil. Mungkin maling tersebut merasa sangat beruntung karena didalam tas terdapat uang, laptop, kartu kredit dan barang berharga lainnya. Dan masih banyak kasus-kasus kehilangan lainnya di wilayah lokasi masjid.

Mengapa begitu seringnya terjadi pencurian di lokasi masjid, hal ini karena sifat mulianya umat Islam, tidak merasa curiga terhadap siapapun yang berdiam di lokasi masjid seakan-akan mereka adalah orang yang baik. Dengan demikian malingpun, seakan dia orang baik. Ketika dia sedang duduk dikiranya sedang istirahat, masuk ke masjid dikiranya sedang shalat atau sedang i’tikaf. Sehingga kebaikan orang terhadap pribadi maling, ternyata justru digunakan untuk melancarkan aksinya. Dia mencari kesempatan, bila pemilik barang lengah maka dengan segera akan diambilnya.

Pernah suatu saat ada seorang laki-laki, ketika waktunya shalat dzuhur dia duduk-duduk di teras masjid. Tak ada yang mencurigai bahwa dia seorang maling, namun terbukti suatu saat ada seorang sopir taksi yang pada waktu siang hari dia menegakkan shalat dzuhur, dia yakin bahwa sepatu baru yang baru saja dipakai akan aman. Namun ternyata sepatunya hilang diambil orang. Dia marah namun kepada siapa. Karena itu dia memutuskan setiap saat memasuki shalat dzuhur dia akan mengintainya dengan memarkir mobil di depan masjid. Entah sampai berapa kali dia mengintai. Ternyata usahanya membuahkan hasil, pada waktu kumandang shalat dzuhur dia memarkir kendaraan di depan masjid.

Pada waktu para jama’ah berbondong-bondong memasuki masjid, dia melihat seoarang laki-laki datang dengan mengendarai sepeda motor, laki-laki tersebut tanpa mengenakan sepatu atau sandal. Laki-laki tersebut kemudian memasuki masjid, ketika para jama’ah shalat dzuhur dua rekaat laki-laki tersebut keluar lalu mengambil sepatu, dibawanya sepatu lalu disimpan diantara semak-belukar. Dia beraksi tidak menyadari bahwa perbuatannya sedang diamati oleh seseorang. Sopir taksi keluar mobil lalu memanggil Satpam masjid. Sambil menunggu maling itu kembali, sepeda motornya dipindah dan ban sepeda motor digemboskan.

Tak begitu lama pemilik motor yang tidak lain adalah si maling, dia nampak bingung, dimanakah motornya. Ditanya oleh Satpam, “cari motor ya pak” dijawab “ya”. Lalu ditanya laki tidak pakai sandal ya? Dijawab “ tidak”. Lalu ditanya kamu maling ya? Dia menjawab “bukan”. Namun dia Nampak bingung dan gugup, lalu disuruh menunjukkan dimanakah menyimpan sepatu. Setelah ditujukkan dan diambil terbukti dia memang maling. Setalah mengaku dan ada bukti, maka orang-orang yang pernah dirugikan, tanpa pikir panjang menghantamkan bogem mentah, pada tubuh, kepala dan lehernya. Untung polisi segera datang dan mengamankan.

Begitu apesnya, seorang maling yang beraksi di siang bolong itu. Apesnya masih bertambah lagi ternyata yang dicuri sepatu milik seorang anggota polisi. Akhirnya maling yang sudah ditangkap diamankan di pos Satpam dan menjadi tontonan para jama’ah. O itu ya malingnya, ternyata sudah tua, kasihan ya. Itu diantara pembicaraan para jama’ah seusai menegakkan shalat, mereka menyaksikan kerumunan orang-orang yang menyaksikan maling tertangkap basah. Sering terjadi pencurian di lokasi masjid. Semoga dengan tertangkapnya maling itu akan membuat jera, dan maling-maling yang lain akan segera insaf untuk mencari rizki dengan cara yang baik.

Dan kiranya perlu diingat bahwa harta yang diperoleh dengan cara yang tidak benar, kelak akan mendatangkan bencana. Bila dalam waktu singkat mungkin akan biasa-biasa saja atau aman-aman saja namun sesungguhnya musibah dan bencana akan menanti. Kalau tidak mengenai dirinya maka akan mengenai suami/ istri, anak-anak dan keluarganya. Bila di dunia nampak selamat, maka diakhirat akan memperoleh balasan berupa siksa api neraka. Insaf dan sadarlah para maling, bertobatlah, Allah akan menerima tobatmu, teman, saudara dan orang-orang yang pernah kamu rugikan akan memaafkanmu. Kembalilah ke jalan yang benar, karena Allah akan memberikan keberkahan atas segala rizki yang kau dapatkan dengan cara yang benar. Astaghfirullahal ‘adzim , astaghfirullahal ‘adzim, astagfirullahal adzim, innallaha ghafururrahim.

1/20/2015

Menjaga dan Melestarikan Haji Mabrur, Dalam penegakan Syari'at Islam



Haji Mabrur adalah suatu predikat dan prestasi ibadah haji yang diidam-idamkan setiap muslim yang telah melaksanakan ibadah haji. Harapan dari haji yang mabrur adalah surga. Sudah tahukah surga yang diidam-idamkan bagi setiap muslim? Berdasarkan pengamatan panca indra tak seorangpun yang sudah mengetahui tentang surga. Surga kebalikannnya adalah neraka, surga menjadi tempat yang diharapkan bagi seluruh penganut agama dan neraka adalah suatu tempat yang tidak diharapkan. Tak seorangpun yang menginginkan menjadi penghuni neraka. Sekalipun orang belum pernah mengetahui surga dan neraka, namun agama telah mengajarkan tentang adanya surga dan neraka. Keduanya adalah merupakan ranah keyakinan yang tidak dapat dilogikakan. Walaupun demikian Allah memberikan akal kepada manusia untuk memahami tentang sesuatu yang bersifat gaib.

Orang yang melaksanakan ibadah haji berharap akan memperoleh balasan berupa surga, dan surga adalah suatu tempat yang diperuntukkan bagi orang yang mempunyai jiwa yang bersih. Karena itu setiap orang sebelum orang memasuki surga akan dibersihkan terlebih dahulu dosa-dosanya dalam siksaan api neraka. Sebelum habis dosanya maka tidak akan dimasukkan ke dalam surga, karena itu agar kelak tidak terlalu lama menjadi penghuni neraka maka diupayakan untuk selalu melaksanakan dan meningkatkan amal shalih.

Ada suatu lompatan peningkatan ibadah yaitu setelah menajalankan ibadah haji bila memperoleh predikat haji mabrur. Reflektifitas semangat spiritualitas religious akan mewarnai dalam setiap kehidupan. Selalu merindukan untuk menegakkan shalat dengan berjama’ah, gemar bersedekah, gemar menuntut ilmu dan mengajarkan, selalu berupaya untuk menjadi teladan, selalu bermuka manis kepada sesama, komunikatif dan kehadirannya selalu dirindukan bagi orang lain. Lompatan peningkatan kwalitas ibadah tidak selamanya berjalan dengan mulus dan lancar, karena akan selalu dihadapkan dengan kondisi kehidupan. Ada suka, ada duka, ada kesalihan ada kemaksiatan, ada suka ada benci, ada makruf ada munkar dan sebagainya. Dengan kondisi kehidupan manusia yang demikian ini maka memungkinkan kwalitas ibadah haji menjadi semakin surut.

Mempertahankan kesalihan menjadi pekerjaan yang berat dan harus selalu dipertahankan, karena “Al Imanu yazidu wayanqushu” iman kadang bertambah dan kadang berkurang. Ketika keimanan seorang hamba Allah sedang mengalami peningkatan bisa mengungguli kesalihan malaikat yang selalu taat kepada perintah Allah, namun ketika keimanannya sedang menurun atau hilang maka kualitas keimanannnya menjelma menjadi perilaku yang lebih rendah dari binatang ternak.

“ Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’rof: 44)

“ Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (QS. Al Furqon: 44)

Pernah suatu saat salah seorang teman pernah merasakan tentang kenikmatan ibadah di tanah suci, bagaimanakah dalam setiap hari ingin selalu memenuhi panggilan Allah. Setiap saat akan selalu mendatangi masjid, takut didahuli oleh orang lain. Apa yang dilakukan dalam setiap saat adalah ibadah. Setelah beberapa saat pulang ke tanah air dia masih merasakan kehidupan beragama seperti di tanah suci, tetapi keindahan kehidupan beragama yang demikian itu terasa semakin hari bukannya semakin meningkat tetapi justru merasakan adanya penurunan. Dia seoarang anak muda, usianya masih di bawah tiga puluh tahun. Mungkin diantara kita masih memaklumi, walaupun sesungguhnya Allah akan melebihkan bagi generasi muda yang taat beragama.

Bila orang tua taat beragama hal ini adalah hal yang wajar namun bila anak-anak muda senantiasa giat dan istiqomah didalam menjalankan perintah agama dialah pemuda yang luar biasa. Banyaknya godaan justru menyadarkan dirinya sedang diuji oleh Allah, semakin kuat iman dan semakin banyak ilmu, semakin tinggi pangkat dan jabatan, semakin banyak materi yang ditumpuk maka ujiannya akan semakin kuat. Satu masalah belum dapat diselesaikan sudah datang permasalahan yang lainnya. Bila adanya ujian dibiarkan, diberikan harta yang banyak dan melimpah bukannaya semakin dermawan namun semakin bakhil dan membiarkan kebakhilannya terus dikembangkan. Ketika mendengar seruan adzan tetap asik dengan aktifitas dan pekerjaaanya. Apalagi diwaktu pagi hari, udara yang dingin, rasa kantuk ingin tetap berleha-leha di tempat tidur. Mendatangi menjalis taklim semakin turun, apalagi mengajarkannya.

Bila kondisi ini dibiarkan secara tidak sadar sesungguhnya dirinya sedang membiarkan penguasaan hawa nafsu yang berusaha untuk menggerogoti keimananya. Sangat disayangkan bila keimanan yang dahulu telah tertancap didalam qalbu yang kemudian membuahkan amal shalih tidak diupayakan untuk ditancapkan lagi, dimanakah letak kesempurnaan manusia.

“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”? (QS. Ath-Thin: 4-8)

Upaya mengembalikan keimanan.
Keimanan bukan merupakan khayalan atau cita-cita atau sebagai perhiasaan saja, namun keimanan itu sesuatu yang telah tertanam di dalam hati diucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan amal perbuatan. Karena itu iman harus dengan amal shalih bahkan selalu berwasiat dalam perbuatan yang hak dan kesabaran. Mempertahankan, menjaga dan meningkatkan keimanan yang diantaranya untuk menjaga kemabruran haji hal yang harus selalu diupayakan:

1. Berupaya untuk memaksakan diri dalam menegakkan ajaran agama.
Tidak ada paksaan dalam beragama, orang tidak bisa memaksakan keyakinan kepada orang lain. Namun ketika dirinya telah beragama, berarti telah memperoleh hidayah (petunjuk). Maka agar beragama dapat mewujudkan keindahan, keharmonisan bahkan dapat mendatangkan rahmat bagi sekalian alam. Tidak ada keikhlasan, kesabaran dan istiqomah yang diperoleh dengan tiba-tiba. Semua ini harus dipupuk dan selalu diberdayakan. Bahkan ikhlas kadang harus dipaksakan, bagaimanakah orang akan merasakan indahnya shalat berjama’ah bila tidak membiasaakan diri meninggalkan segala aktifitas ketika mendengar seruan adzan dan segera menegakkan shalat. Bagaimanakah akan merasakan indahnya shalat lail, puasa sunnah bila tidak mau menjalankan. Sesungguhnya sesuatu yang berat akan menjadi ringan bila dilaksanakan secara terus menerus, keikhlasan akan tumbuh bila dilaksanakan secara terus menerus.

Seorang teman pernah bercerita bahawa dirinya dahulu selalu dapat bangun pagi, sebelum shalat subuh dia sudah bangun. Bahkan lebih hebatnya dia berkisah bahwa sekalipun pada malam hari dia tidur sampai larut malam, tetapi ketika didalam hati berikrar akan bangun pagi sebelum subuh, ternyata pada pagi hari seakan ada yang membangunkan. Hati yang bersih, ikhlas dan istiqomah, sabar membangunkan tubuh yang sedang berbaring dalam tidur yang nyenyak. Namun mengapa sekarang keadannya jauh berbeda, sudah beberapa bulan dirinya tidak mendengar panggilan shalat subuh. Malam hari berniat akan bangun pagi ternyata tidak bisa bangun pagi, sekalipun pada malam hari selelu tidur lebih awal dengan harapan dapat bangun lebih pagi, ternyata tidak bisa terlaksana. Walaupun dia seorang mubaligh, yang ditingkat kampung dia di sebut seorang ustadz, pada pergaulan dipanggil dengan sebutan haji, di tempat kerja ada beberapa teman yang memanggil dengan sebutan kyai. Gelar terhormat dalam bidang agama ini ternyata belum bisa mewarnai kepribadian seorang yang alim yang mempunyai jiwa integritas.

Sebenarnya dengan kondisi yang demikian dirinya merasa malu, mengapa bila disebut, ustadz, kyai, haji namun belum bisa menjadi teladan bagi orang lain? Ternyata dengan niat yang ikhlas, Allah memberikan petunjuk kepadanya, melalui perjalann hidup sebagai seorang ustadz. Ketika dirinya menyampaikan taushiyah keagamaan, ada salah seorang jama’ah yang minta diajari untuk belajar membaca Alquran. Niat ini sebenarnya telah disampaikan pada istrinya tentang keinginannya untuk mengajar iqro’ kepada jama’ah pada pagi hari, setelah shalat subuh, dia berharap agar bisa bangun pagi. Tetapi didaalm hatinya ada kekhawatiran kalau sudah merencanakan dan melaksanakan apakah dirinya bisa istiqomah. Kekhawatiran ini terjawab ketika justru ada jama’ah yang menginginkan. Maka dimulailah mengajar iqro’ pada pagi hari, yang tadinya dalam satu minggu sekali yaitu pada hari Ahad, kemudian berkembang dan dilaksanakan setiap pagi hari. Mengapa dapat dilaksanakan, ibadah kepada Allah dimulai dengan tuntutan kewajiban untuk melayani orang lain, rasa tanggung jawab terhadap manusia akan mendorong konsistensi dan aktifasi kegiatan.

2. Mengaca kepada orang yang lebih shalih.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi Rasulullah SAW pernah berkata bahwa Allah akan mencatat menjadi pribadi yang syukur dan sabar, bila didalam urusan agama senantiasa melihat kepada orang yang diatasnya, kebalikannya dalam urusan dunia melihat kepada orang yang dibawahnya. Setiap muslim dalam menegakkan dan menjalankan perintah agama mempunyai spesifikasi sendiri-sendiri, setelah menjalankan ibadah maghdhah, ibadah yang bersifat wajib dan fardhu ada yang lebih menekankan pada ibadah sosial misalnya infaq dan shadaqah, ada yang menekankan pada puasa sunnah, shalat sunnah, shalat berjama’ah, mencari ilmu, zikir dan amalan amalan Islam lainnya. Dengan demikian kesalihan akan terpancar pada pribadi masing-masing orang tersebut.

3. Mengajar adalah salah satu upaya untuk.
Mengajar adalah menjadi guru dan guru berarti digugu dan ditiru. Guru yang bijak adalah yang dapat menjadi teladan, dapat mencontohkan, memberi contoh dan dapat dicontoh. Sehingga seorang guru hendaknya mempunyai jiwa integritas dimana antara keyakinan, ucapan lisan dan keilmuannya membentuk suatu perilaku yang shalih. Maka dengan mengajar akan mengingatkan pada diri sendiri bahwa dalam setiap gerak-geriknya akan diawasi oleh orang lain, sehingga bila pada suatu saat mengajarkan untuk berbuat baik namun karena sedang khilaf sehingga terjerumus pada perilaku yang tidak baik, maka orang lain atau anak asuh atau para jamaahnya akan menjadi pengerem dalam perbuatan yang tidak baik.

4. Berupaya untuk mengamalkan ajaran agama dimulai dari dirinya bsendiri, dimulai dari hal-hal yang kecil dan dimulai dari sekarang.
Diri sendiri menjadi pangkal dan motivasi untuk mengajak pada orang lain, setiap hal yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil, dan waktu sekarang adalah pangkal untuk mengawali setiap perbuatan. Ingatlah bahwa orang akan melihat apa yang telah dilakukan bukan apa yang dikatakan. Perilaku akan mempunyai peran yang besar dari pada perkataan. Karena banyak orang yang pandai berkata namun sedikit karya. Bahkan dalam setiap hal dalam menyelesaikan masalah yang penting bicara, bukannya bicara yang penting-penting saja.

5. Selalu bergaul dengan orang-orang yang shalih.
Bila berada ditanah suci selalu termotivasi untuk beribadah karena tujuan utama adalah untuk beribadah. Begitu pula perkumpulannya bersama-sama orang yang sedang merindukan untuk beribadah secara maksimal. Maka bila ditanah air dapat berkumpul dengan orang shalaih niscara akan terdorong untuk meningkatkan ibadah.

Begitulah bahwa penyandang haji mabrur akan menjadi kenyataan bila dapat mengimplementasikan ajaran Islam secara kaffah. Imannya iman yang sudah tertanam senantiasa dihiasi dengan amal ibadah.

12/26/2014

Uang Bisa Membuat Orang Bahagia tapi Bukan Karena Uang Menjadi Bahagia



Dari judul di atas bila dicermati dan dibaca berulang-ulang, sekilas sama. Namun sesungguhnya mengandung pengertian yang berbeda. Bila mengatakan “uang bisa membuat orang bahagia”, mungkin setiap orang tidak ada yang menyangkalnya. Karena bisa berangkat kerja ke kantor atau berangkat ke sekolah, baik menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Semuanya memerlukan syarat yaitu harus membayar dengan uang. Jadi uang menjadi sarana untuk memperoleh sesuatu yang bisa menjadikannya bahagia.

Tapi bukan karena uang menjadi bahagia, dari ini terkandung makna bahwa kebahagiaan itu dapat diraih bukan karena uang semata, karena bila demikian akan terjadi pendewaan terhadap uang, “karena uang menjadi bahagia”. Sekalipun uang bukan segala-galanya, namun uang senantiasa dicari. Berbagai macam upaya ditempuh, untuk mengangkat prestise dan status sosial yang lebih baik.

Ada orang yang memandang orang lain, karena mempunyai pekerjaan yang mapan, jabatan yang tinggi, penghasilan yang banyak, tentu mereka sangat bahagia. Orang memandang yang demikian ini karena memandang bahwa apapun yang diinginkan bisa dibeli dengan uang. Rumah megah, kendaraan mewah, perhiasan dan accessoris rumah yang serba wah apapun bisa diperoleh. Berhentikah dia pada titik klimak telah bahagia?

Pernah salah seorang teman saya mengatakan, bahwa ketika anak-anaknya suka dengan makan telor asin maka dibelikan telur asin itu sebanyak-banyaknya, sehingga anak-anaknya tidak mau makan. Bahkan untuk melihatpun terasa sudah bosan. Pernah anak-anaknya suka makan pitza, maka dibelikan pitza sebanyak-banyaknya sampai hilang keniktannya. Ketika anak-anaknya ingin makan dengan ayam goreng maka dibelikan ayam goreng sebanyak-banyaknya hingga bosan dan tidak mau makan lagi.

Mengapa anak-anaknya bosan dan mengapa dibelikan sebanyak-banyaknya.karena orang tuanya adalah orang yang berada, punya banyak uang dan sangat cinta kepada anak-anaknya. Suatu saat teman saya ada pekerjaan di luar kota, sehingga sudah menjadi kebiasaan ketika mau pulang harus menyiapkan oleh-oleh bagi keluarganya yang ada di rumah. Biasa yang dibeli adalah makan yang menurut dirinya enak dan harganya mahal. Setelah sampai di rumah oleh-oleh diberikan kepada anak-anak ternyata hanya dibuka kemudian ditinggal pergi. Tidak ada yang mau makan. Bahagiakah dia?

Akhirnya sampai pada keputusan, bila suatu saat pergi keluar kota tidak akan membeli oleh-oleh lagi, percuma karena tidak ada yang mau makan. Bahagiakah dia? Ternyata teman saya ada pekerjaan di luar kota lagi, cukup lama 10 hari pisah dengan keluarganya, anak dan istri yang tercinta dan orang tua yang dimuliakan, saudara-saudara dan tetangga yang senantiasa berkumpul bersosialisasi dan berinteraksi bersama. Pada waktu ada kesempatan teman saya diajak berjalan-jalan ke super market oleh teman-temannya. Dia melihat teman-temannya ada yang memilihkan pakaian untuk anak dan istrinya, makanan untuk oleh-oleh keluarganya. Dia ingin seperti teman-temannya. Namun di dalam hati bertanya, bila anak dan istrinya dibelikan pakaian takut tidak cocok, dibelikan makanan tidak dimakan. Bahagiakah dia?

Bila teman-temannya berbelanja dengan uangnya dia merasa bahagia dan ingin membahagiakan keluarga yang ditinggalkan. Namun bagi teman saya ternyata uang tidak membuatnya bahagia, karena dengan uang kadang teman saya itu disalahkan, istrinya sering bilang “kalau beli mbok ya jangan seperti ini, jangan yang warna ini”, belum lagi istrinya mengatakan mahal, boros tidak bisa menawar dan lain-lain. Bahagiakah dia dengan yang dimiliki?

Teman saya itupun ketika pulang, ditengah perjalanan menyaksikan para petani yang sedang duduk-duduk di pematang sawah, berteduh pada beberapa lembar daun pisang. Nampak dari kejauhan makan dan minum dengan lahapnya. Berapa gaji yang diperoleh pada hari itu tidak ada seperlima gaji teman saya. Namun mengapa teman saya itu makan direstoran tapi ternyata tidak senikmat petani yang makan di pematang sawah tadi. Bahagiakah dia?

Tiada rasa malu, takut, ragu memungut sampah ditengah kerumunan

Kadang orang memandang hina pekerjaan yang menurut dirinya hina, seperti menjadi pemulung, mencari rumput, menanam padi, mencangkul, pengasong, kuli bangunan, pekerja pabrik, tukang tambal ban, tukang tambal baju dan sebagainya yang menurutnya pekerjaan hina dan rendahan dengan gaji yang sedikit. Tentu tidak membuatnya bahagia. Benarkah demikian?

Ada seorang laki-laki yang setiap hari berjalan tertatih-tatih mengais rizki, dengan mengumpulkan sampah. Tidak peduli dia sedang berada ditengah-tengah orang yang sedang bergembira-ria, dia tidak malu, tidak takut, semuanya dilakukan dengan biasa. Bahagiakah dia? Bisa saja dia lebih bahagia dari pada orang yang seperti sedang bahagia. Sesungguhnya kadang orang tidak jujur terhadap dirinya sendiri, sedang susah pura-pura bahagia, sedang menangis pura-pura tertawa. Namun sesungguhnya kebahagiaan itu tidak bisa dimanipulasi, kebahagiaan ada di dalam hati.

Karena itu jangan menunggu mempunyai uang yang banyak baru bahagia, namun berhagialah maka akan memperoleh uang yang diinginkan. Jangan menunggu ikhlas untuk bersedekah namun bersedekahlah maka akan menjadi ikhlas. Jangan mengaharapkan memperoleh rizki yang melimpah ketika tidak mau bersedekah.

Selagi nyawa masih melekat pada jasadnya, tak ada orang yang mengharapkan mendapat petaka sehingga hidupnya menjadi susah, setiap orang ingin hidupnya bahagia. Maka untuk mewujudkannya diperlukan usaha dan perjuangan secara terus-menerus. Kebahagiaan harus diupayakan. Maka bila bahagia itu jika ukuranya telah mempunyai hp terbaru, maka harus mencari uang untuk mendapatkannya. Tetapi sampai berapa saatkah akan merasa bahagia, karena, ternyata seiring berjalannya waktu akan merasa bosan. Demikian pula bila kebahagiaan itu bisa diraih setelah mempunyai mobil mewah dan rumah megah. Ternyata suatu yang pada awalnya dikagumi kemudian menjadi hal yang biasa.

Itulah bila kebagaian itu ukurannya jika telah terpenuhi hajat hidupnya dalam wujud materi, maka semakin lama bukannya semakin cinta namun justru akan usang dan tidak menarik lagi. Lain halnya bila kebahgaiaan itu, karena ingin semakin dekat dengan sang Khaliq, maka disinilah puncakkebahagiaan ketika telah merasakan kehadiran Allah pada dirinya, sehingga kecintaannya akan selalu tumbuh dan berkembang.
Ketika orang lain pada siang hari makan dan minum dengan sepuasnya, namun justru dirinya berupaya untuk menahan diri sehingga berpuasa. Ketika mendengar penggilan azan segera mendatangi tempat shalat dan menegakkan shalat dengan berjamaah, padahal orang-orang tetap sibuk dengan urusannya masing-masing. Ketika pada malam hari orang-orang tidur dengan nyenyaknya, namun dia senantiasa bangun malam, meninggalkan tempat tidur dan segera mengambil air wudhu kemudian menegakkan shalat lail. Ketika melihat orang-orang bekerja menumpuk harta untuk keperluannya, namun dirinya senantiasa menyisihkan haknya bagi fuqara’ masakin.

Segala tuntunan Allah bila senantiasa dilaksanakan, maka akan mendatangkan kebahagiaan. Dan kebahagiaan ini bersifat subyektif tergantung pada pengalaman spiritualnya masing-masing. Dalam agama Islam semua bentuk ibadah mempunyai keutamaan/ fadhilah. Siapakah yang akan mendapatkan fadhilah kecuali mereka yang mau melaksanakan. Akan memperoleh keutaman shalat malam bila mau menjalankan shalat malam. Maka bagi muslim yang menghabiskan waktu malam untuk tidur maka tidak akan memperoleh fadhilah shalat malam.

12/11/2014

Naik Dihujat Turun Membuat Iba



Perubahan musim dari musim kemarau menjadi musim hujan, dimana-mana menimbulkan musibah dan bencana. Musibah dan bencana itu diantaranya adalah banjir dan tanah longsor, semua ini disebabkan karena luapan air hujan yang berlebihan. Tanah yang sudah lama tidak tersiram air hujan, menyebabkan tanah menjadi kering dan pecah-pecah, hingga ketika turun hujan tanah langsung menyerap air hujan.

Bila serapan air ini berada ditanah yang lapang tentu tidak menimbulkan masalah, namun bila serapan itu berada pada tebing dan tanah yang berbukit-bukit maka mudah sekali terjadi banjir dan tanah longsong. Apalagi bila pohon-pohon ditebang dan diganti dengan tanaman yang bersifat musiman maka akan terjadi tanah longsor dan banjir. Apalagi kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah disembarang tempat, sampah organik maupun yang anorganik kadang menjadi biang terjadinya banjir. Bagaimana tidak, bantaran, sungai dan selokan yang seharusnya steril dari sampah, namun tempat tersebut dipenuhi dengan sampah atau tersumbat oleh sampah maka akan terjadi sumbatan yang menyebabkan banjir.

Sekalipun pemerintah telah menyediakan TPA namun ternyata kebiasaan masyarakat yang kurang baik. Ketika naik kendaraan dengan bebas membuang plastik dan botol aqua disembarang tempat. Sungai sebagai tempat mengalirnya air tetapi kadang sungai dijadikan sebagai tempat untuk menghanyutkan sampah. Membuang limbah pabrik, limbah rumah tangga dan limbah-limbah yang lain.

Dampak tanah longsor
Bagi para pengendara kendaraan bermotor akan menimbulkan kemacetan, dari kemacetan ini akan menimbulkan keterlambatan menuju ketempat kerja. Parjalanan yang seharusnya ditempuh 30 menit, maka akan menjadi 1 jam sampai 2 jam. Ketika terjadi kemacetan, semua orang ingin melaju lebih cepat, mendahului yang lain. Maka bila terdapat celah untuk melaju ternyata kendaraan yang berada didepannya macet. Maka orang yang di belakang akan terus membunyikan klakson.

Pernah terjadi ketika ada seorang pengendaraan kendaraan motor, dia berjalan disamping bus yang cukup besar, disana ada celah untuk melaju namun dia nampaknya ragu. Dan dibalik keraguan itu tersembunyi perasaan takut dan malu. Satu sisi ketika akan melaju takut terjatuh dan bila tetap berhenti dibelakang banyak kendaraan yang mengantri, seakan dari kemacetan itu dirinya juga menambah sebab kemacetan tersebut.

Para pengendara yang dibelakang, seakan-akan menghujat kenapa tidak mau menyalip, pengendara motor berupaya untuk mencoba, dengan menarik gas namun dia tetap ragu tidak mau berjalan. Dalam keraguan itu dia kemudian mengambil keputusan. Sungguh amat terkejutnya para pengendara yang berada di belakangnya, ternyata pengendara kendaraan bermotor itu memboncengkan istri dan dua orang anak seusia kelas 5 SD. Semua berlindung dalam mantol jas hujan yang ketulan saat itu baru saja hujan lebat. Pengendara bermotor berupaya untuk manjalankan motornya, istri dan dua anaknya berjalan karena jalannya cukup terjal dan licin, seorang anak terpeleset kemudian jatuh.

Orang-orang yang di belakang yang tadinya menghujat, mengklakson, dan berkata yang macam-macam kemudian terdiam dan melaju dengan menunjukkan kehati-hatian. Selamat-selamat semoga tetap selamat.

10/23/2014

Melaksanakan Hak Seorang Muslim Yang Tidak Dapat Diwakilkan

Manusia merupakan makhluk dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin sehingga setiap usaha manusia juga berorientasi pada dua hal yaitu duniawi dan ukhrowi. Kehidupan dunia adalah merupakan lahan untuk meraih kehidupan abadi di akhirat. Karena kehidupan dunia adalah fana, kehidupan dunia penuh dengan tipu muslihat, sehingga Allah SWT melalui para rasulnya memberikan petunjuk pada manusia untuk meraih kesempurnaan hidup. Tanpa petunjuknya kehidupan manusia akan mengalami kehancuran. Kebenaran dan kesalahan akan dikalahkan dengan kekuatan, dan dengan kekuatan ini akan berkuasa. Karena itu dengan kekuasaan itu terjadi pertumpahan darah, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Bila hal ini terjadi maka tidak ada keadilan. Yang salah bisa menjadi benar yang benar bisa menjadi salah. Campur-aduk kehidupan manusia kebenaran dan kebatilan bercampur.

Setelah para rasul menyampaikan risalahnya, mengatur tata kehidupan manusia, memberikan petunjuk, penerangan, janji dan ancaman atas segala perbuatan manusia. Bagaimanakah seharusnya manusia berbuat dan apa dampaknya kelak di akhirat. Namun ternyata kehidupan manusia sering menuruti kemauannya sendiri, menuruti hawa nafsu. Dengan demikian bagi orang-orang salih yang tdak merasakan keadilan di dunia, tidak mendapatkan kebahagiaan di dunia dia masih mempunyai harapan untuk memperoleh keadilan kelak di hari qiyamat.

Untuk mendapatkan ini manusia melakukan hak dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, makhluk pribadi dan makhluk sosial. Dalam kehidupan di dunia manusia secara pribadi menjadi bagian dari masyarakat, karena itu tidak ada manusia yang hidup hanya tergantung pada dirinya sendiri. Kehidupan manusia adalah merupakan rantai kehidupan, yang antara bagian-bagiananya saling membutuhkan, saling menguatkan dan saling ketergantungan. Untuk mewujudkan kesempurnaan hidup ini, Rasulullah Muhammad SAW memberikan pedoman tentang hak-hak yang harus dipenuhi oleh manusia selaku makhluk sosial.

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قَالَ : " حَقُّ الْمُسلِمِ عَلَى الْمُسلِمِ خَمْسٌ ، رَدُّ السَّلامِ، وَعِيادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاِتْبَاعُ الْجَنَاِئِز، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ، وَتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ" متفق عليه.

“Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Hak seorang muslim atas muslim lainnya itu ada lima perkara yaitu menjawab salam, menengok orang sakit, mengikuti janazah-janazah yang akan dimakamkan, memenuhi undangan dan menjawab doa orang yang bersin." (Muttafaq 'alaih)

Dari kelima hal ini ada beberapa hak yang membutuhkan kehadiran secara pribadi dan ada yang dapat diwakilkan. Perlu kita ketahui bahwa hubungan sosial didalam masyarakat dapat diimplementasikan sebagai wujud rasa empati atau sebagai wujud rasa syukur turut berbahagia. Terhadap saudara-saudara yang membutuhkan empati seperti menengok dan mendoakan orang yang sedang sakit, bertakziyah terhadap keluarga yang meninggal, berempati ketika saudaranya terkena musibah tanah longsor, banjir, kecelakaan lalu lintas dan lain-lainnya. Hal ini merupakan wujud rasa empati yang membutuhkan kehadiran secara pribadi. Karena kehadiran ini bermakna untuk meringankan beban atau menghibur kepada orang-orang yang baru saja terkena musibah.

Disamping itu dengan kehadiran secara langsung akan bermanfaat untuk menjernihkan emosi, meluluhkan hati yang keras, dan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Ketika menengok orang yang sedang sakit, seseorang akan merenungi betapa besarnya nikmat sehat yang sedang dirasakan, menambah rasa syukurnya kepada Allah. Karena sesungguhnya ketika salah seorang anggota keluarga sakit maka seluruh keluarga juga akan merasakan sakit. Dari hidup yang teratur menjadi berantakan, makan, minum, tidur yang teratur menjadi menjadi tidak teratur. Ketika sehat dapat tidur bersama-sama dalam satu rumah, namun ketika sakit harus dirawat di rumah sakit dan salah satu atau seluruh keluarga harus berjaga di rumah sakit. Demikian pula dalam bekerjapun menjadi tidak fokus.

Inilah sekelumit tentang hal-hal yang berkenaan dengan orang yang sakit. Belum lagi sakit secara ekonomi, karena betapa besar dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan dalam rangka untuk meraih kembali predikat sebagai pribadi yang sehat. Hal-hal yang demikian dapat dirasakan ketika mau menengok orang yang sakit. Karena itu ketika mendengar teman atau saudara yang sakit, apakah menengoknya dapat diwakili?

Yang kedua bertakziyah dari keluarga yang meninggal dunia. Kematian adalah rahasia Allah, kematian akan menjemputnya baik ketika sakit atau sehat, ketika tua maupun muda, susah atau senang, sedang sendiri atau bersama-sama orang lain, sedang beribadah atau sedang maksiat. Kematian adalah suatu batas manusia untuk beramal ibadah kepada Allah secara langsung. Karena itu ketika bertakziah akan merenungi, tentang makna hidup dan kehidupan yang sedang dijalani. Apakah dengan umur yang panjang itu telah digunakan untuk menambah ketaatannya kepada Allah SWT atau justru sebaliknya.

Demikian pula ketika bertakziah akan menemui keluarga yang ditinggalkan, dalam kondisi berduka. Bagaimanakah keadaannya orang yang ditinggalkan oleh orang yang dicintai dan mencintai. Sungguh hal ini akan menjadi pemandangan yang memilukan. Sehingga hati orang yang tertakziah akan menjadi luluh, yang keras menjadi lunak, yang takabur akan menjadi tawadhuk dan kondisi-kondisi positif lain yang akan diperoleh bila benar-banar ikut bertakziyah. Apakah hal ini dapat diwakilkan?

Masih sama untuk mewujudkan rasa empati, yaitu menengok kepada orang-orang yang terkena musibah. Musibah adalah suatu keadaan yang tidak diinginkan kehadirannya namun tetap datang menghampiri. Dan musibah akan mengenai siapapun, bila menengok orang yang terkena kecelakan lalu lintas maka akan menumbuhkan sikap berkati-hati dijalan raya, bila melihat orang yang tekena banjir dan tanah longsor maka akan muncul kesadaran untuk tidak membuang sampah disembarang tempat dan melakukan penebangan secara liar. Kondisi inipun juga akan dirasakan bila menengok secara langsung. Lalu apakah dapat diwakilkan?

Didalam kehidupan masyarakat ada tuntunan untuk saling mengunjungi diantara teman atau saudara, misalnya membangun rumah, baru mendapatkan anak, melangsungkan pernikahan, khitan. Ini menjadi hak bagi setiap muslim untuk merasakan turut berbahagia. Kondisi mereka bahagia maka menjadi hak untuk menghadirinya namun bila mempunyai kegiatan yang lain bisa jadi diwakilkan. Dengan mengucapkan selamat melalui ucapan selamat atau dengan lainnya. Dari itu musibah dan anugerah adalah sesuatu yang melekat pada diri manusia, terhadap musibah kita berempati dan terhadap anugerah kira turut berbahagia.

Pernah kita menjumpai, ketika mendengar atau melihat teman atau saudara terkena musibah, kematian dan sakit tidak datang menjenguknya. Namun hanya berempati dengan menitipkan amplop berisi uang empati atau bila berada dalam komunitas desa, kantor, kota, RT, RW dan organisasi mengatakan cukup perwakilan saja. Apakah rasa empati dan duka dapat diwakilkan? Bagaimanakah bila hal ini menimpa pada dirinya sendiri. Ikhlaskah bila dalam kehidupan masyarakat termasuk orang yang supel, gaul dan merasa dekat dengan semua orang. Namun ketika menerima musibah dan cobaan ternyata hanya beberapa orang saja, cukup diwakilkan oleh ketua atau pimpinannya saja. Sungguh setiap kehadiran dalam suatu kedukaan akan menjadi obat bagi orang-orang yang terkena musibah. Hanya diri sendirilah yang merasakan demikian. Tentunya tidak ada orang yang mengharapkan empati dari orang lain, karena lebih baik memberi empati dari pada diberi, lebih baik menengok dari pada ditengok, lebih baik membantu dari pada dibantu, lebih baik menyumbang dari pada disumbang.

10/19/2014

Larangan Berburuk Sangka Terhadap Sesama Makhluk Ciptaan Allah

Ada seorang tetangga desa, dia termasuk orang yang dalam aktifitas sehari-hari memang tergolong orang yang sangat rajin, ulet, cermat dan disiplin. Sebut saja namanya Fulan, dia adalah seorang pendatang yang menikah dengan penduduk desa tersebut. Sebelum orang-orang di desa beraktifitas dia sudah pergi ke sawah untuk mencangkul yang kelak akan disiapkan untuk menanam padi. Tanah yang dikelolapun adalah tanah yang dibeli dengan sistem kontrak.

Disamping bekerja dengan tekun, beliau juga bisa menerapkan panca usaha tani mulai dari pembibitan padi, dengan memilih biji yang berkualitas, pengolahan lahan yang bagus untuk pemenuhan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah, pengairan yang cukup, pemupukan untuk pemenuhan unsur hara, pemberantasan hama/penyakit agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Semua kegiatan ini dilakukan ini tidak biasa dilakukan oleh orang-orang desa pada umumnya. Karena orang-orang desa hanya melakukan secara tradisional.
Disamping bertani, dia bersama istrinya juga membuka warung kelontong, yang menyediakan segala kebutuhan masyarakat. Dan kiosnyapun selalu ramai dikunjungi orang-orang yang akan berbelanja. Pak Fulan belum puas dengan aktifitas yang dilakukan, dia tidak mau membiarkan waktu berlalu begitu saja, sehingga setiap waktu selalu dimanfaatkan untuk bekerja dan berkarya, pada waktu siang hingga petang dia berkeliling dari desa ke desa untuk menjual beraneka macam kain untuk bahan pakaian. Namun karena masyarakat desa yang terkadang tidak mempunyai dana tunai maka pembayaranpun dilakukan secara kredit.

Bisa kita bayangkan  kondisi ekonomi dia, sungguh berbeda dengan orang-orang desa pada umumnya, dia memiliki rumah yang besar, lantainya bersinar, halaman rumahnya luas serta ornamen yang sangat indah. Pada tahun 1980 an TV adalah sesuatu yang sangat berharga, hanya orang-orang tertentu yang memiliki. Televisi pada waktu itu hanya mampu menangkap siaran TVRI, setiap sore hingga malam hari rumahnya selalu dikunjungi orang-orang yang bermaksud mau menonton acara TVRI.

Kisah yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, bahwa dia melakukan usaha dengan melakukan kegiatan yang tidak wajar. Ada yang mengatakan bahwa dia mempunyai “prewangan”, dia memelihara tuyul, dia mengunakan guna-guna dan sebagainya. Begitulah terkadang orang tidak dapat belajar dari sekelilingnya. Bahwa untuk memahami ayat-ayat Allah manusia dapat belajar dari ciptaan Allah. Bagaimanakah tanaman pisang, bambu yang akan berkembang dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan bila anakannya ditengkarkan atau dipisahkan dari induknya. Sehingga di tempat yang baru akan berkembang dengan baik. Pak Fulan adalah pendatang sehingga dia akan lebih maksimal bekerja di daerah yang baru.

Dari kisah itu terus berkembang, bisa jadi pak Fulan dan keluarganya telah mendengar desas-desus yang berkembang di masyarakat. Namun dia tidak ambil pusing, karena apa yang dilakukan tidak merugikan orang lain, dia berpandangan orang-orang banyak yang iri tetapi tidak mau mengaca diri dan tidak membandingkan kinerjanya dengan dirinya. Seandainya orang-orang desa dapat belajar darinya tentu akan memperoleh hasil yang lebih baik, bahkan kesejahteraan hidupnya akan semakin meningkat. Bukankah ahli hikmah pernah berkata “man jadda wajada” siapa yang bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan.

Masyarakat desa yang selalu berburuk sangka dalam kehidupan dunia tidak mengalami perubahan, bahkan sekalipun dia penduduk asli desa namun yang menjadi tuan adalah orang yang pendatang. Ekonominya lebih maju, status sosial semakin meningkat, prestise dan reward dari masyarakat semakin meningkat. Dari ini jelas terlihat balasannya bagi orang-orang yang suka menghibah, ucapannya justru kembali pada dirinya sendiri dan yang dihibah memperoleh pahala sehingga usahanya semakin meningkat.

Sesungguhnya sikap berburuk sangka ini adalah suatu perbutan yang dilarang oleh Allah, hal ini sesuai dengan QS Al Hujurat ayat 12 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”

Larangan Allah yang disampaikan pada ayat tersebut:
  1. Berburuk sangka karena hal ini termasuk dosa besar.
  2. Jangan mencari-cari kesalahan orang.
  3. Jangan menggunjing/ menghibah.
Larangan Allah ini disampaikan kepada orang-orang yang beriman, jadi bila mengaku dan mengikrarkan diri sebagai orang yang beriman hendaknya dapat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tersebut. Dan bila terpaksa melakukan hal tersebut hendaknya bertobat kepada Allah. Dimensi tobat adalah merenungi perbuatan dosa yang telah dilakukan dan menyesali, tidak akan melakukan perbuatan dosa yang serupa pada kesempatan yang lain, tobat akan mengganti perbuatan salah dengan perbuatan yang baik.
Begitu besarnya dosa dari perbuatan berburuk sangka Rasulullah SAW mengatakan:

وَعَنْ أَبي هُريْرةَ رضي اللَّه عَنْهُ أنَّ رَسُوْلُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : " إيًاكُمْ والظَّنَّ ، فَإنَّ الظَّنَّ أكذَبُ الحَدِيثِ ، ولا تحَسَّسُوا ، ولا تَجسَّسُوا ولا تنافَسُوا ولا تحَاسَدُوا ، ولا تَباغَضُوا، ولا تَدابَروُا ، وكُونُوا عِباد اللَّهِ إخْواناً كَما أمركُمْ . اَلْمُسْلِمُ أخُو الْمُسْلِمِ ، لا يظلِمُهُ ، ولا يخذُلُهُ ولا يحْقرُهُ (رواه البخاري ومسلم)

"Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "jauhilah olehmu sekalian berprasangka, karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta pembicaraan, serta janganlah kamu sekalian meraba-raba dan mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kamu sekalian saling berdebat, saling menghasut, saling membenci dan saling membelakangi, tetapi jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan kepadamu. Orang Islam yang satu adalah saudara orang Islam yang lain, ia tidak boleh menganiaya, menghinanya dan mengejeknya”. (HR.Buchari Muslim)

Abu Qilabah meriwayatkan bahwa telah sampai berita kepada Umar bin Khattab, bahwa Abu Mihjan As Saqafi minum arak bersama-sama dengan kawan-kawannya di rumahnya. Maka pergilah Umar hingga masuk ke dalam rumahnya, tetapi tidak ada orang yang bersama Abu Mihjan itu kecuali seorang laki-laki, Abu Mihjan sendiri. Maka berkatalah Abu Mihjan: "Sesungguhnya perbuatanmu ini tidak halal bagimu karena Allah telah melarangmu dari mencari-cari kesalahan orang lain". Kemudian Umar keluar dari rumahnya.

Dan Allah melarang pula bergunjing atau mengumpat orang lain, dan yang dinamakan ghibah atau bergunjing itu ialah menyebut-nyebut suatu keburukan orang lain yang tidak disukainya sedang ia tidak di tempat itu baik sebutan atau dengan isyarat, karena yang demikian itu, menyakiti orang yang diumpatnya. Dan sebutan yang menyakiti itu ada yang mengenai, keduniaan, badan, budi pekerti, harta atau anak, istri atau pembantunya, dan seterusnya yang ada hubungannya dengan dia.

Sesungguhnya perbuatan, mengumpat, menghibah, menghasut, mencari-cari kesalahan orang lain adalah merupakan perbuatan yang tercela, akhlaqul madzmumah. Suatu perilaku yang hendaknya dijauhi, disingkirkan bahkan dibuang jauh-jauh. Perilaku tersebut disamping merugikan orang yang bersangkutan, yang karenanya nama baiknya akan hilang, dikucilkan orang lain bahkan usahanya kadang mengalami kendala. Ternyata perbuatan tersebut juga merugikan diri sendiri. Dari segi rohani berarti hatinya sakit dan harus diobati, karena bila tidak segera diobati akan menimbulkan penyakit-penyakit lainnya. Disamping itu doa orang yang dianiaya adalah salah satu doa yang maqbul. Perbuatan tersebut juga menyita waktu, tenaga dan fikiran sehingga kadang melalaikan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Sekalipun orang tersebut senang mealukan amal perbuatan yang baik namun dia akan menjadi orang yang muflish (bangkrut), karena amal ibadahnya berkurang dan digantikan dengan dosa dari orang yang fitnah, digunjing, dianiaya dan sebagainya. Bahkan pahala bisa jadi akan hilang sama sekali. Bila sudah demikian tiada harapan lagi masuk ke dalam surga Allah SWT.

9/15/2014

Ikhlas, Dapat Menuntaskan Pekerjaan Melebihi Target



Pada suatu saat saya kedatangan seorang teman, pada hari itu mukanya tampak berseri-seri, nampak ada tanda-tanda kepuasan dalam dirinya. Memang pada hari itu tidak seperti biasanya dia curhat pada saya tentang suatu apapun, datang dengan muka masam, buram, seakan ada beban yang menghimpitnya. Belum sempat saya bertanya, ternyata teman saya itu mengawali ceritanya terlebih dahulu. Bahwa sejak pagi hingga siang dan petang, ketika berada ditempat kerja dirinya mau berbenah-benah rumah. Dimana rumahnya yang baru saja direhab, peralatan rumahnya banyak yang berantakan, ada almari pakaian, almari buku, rak sepatu, rak piring sampai pada bekas pintu dan jendela dan peralatan-peralatan lainnya.

Dari sekian banyak perlengkapan rumah yang disimpan dan akan digunakan lagi. Dia berharap dapat memindahkan almari pakaian atau membongkar papan dan pekas jendela dan pintu yang ditumpuk. Terasa pekerjaan itu sangat berat, dimana dalam sehari dia bekerja dan pulang sampai rumah pukul 17.00 baru saja istirahat dirumah, harus mandi dan segera berangkat ke musholla untuk shalat maghrib kemudian dilanjutkan mengajar anak-anak hingga waktu shalat Isya’. Selesai shalat Isya’ pulang ke rumah untuk makan dan bercengkrama dengan keluarga, walaupun pikirannya terpecah karena ada dua hal, menyelesaikan salah satu atau kedua-duanya. Mengajak anak-anaknya tidak mungkin karena mereka masih kecil-kecil, mengajak istrinya juga terasa tidak mungkin, disamping istrinya juga capek seharian telah bekerja dan biasanya istrinya susah untuk bersama-sama bekerja, biasanya ada alasan ini dan itu yang tidak logis.

Dengan perasaan yang terpaksa dan bekerja yang dipaksakan, dia berupaya untuk menahan diri untuk tidak banyak kata, tidak marah dan tidak tergesa-gesa. Dia berupaya menurut kemampuannya, bila dapat diselesaikan ya syukur kalau tidak bisa, besok masih ada waktu. Dalam hati dia meneguhkan, bahwa sesuatu yang besar itu berawal dari sesuatu yang kecil. Pekerjaan yang berat dan besar tidak akan dapat diselesaikan kalau hanya dipikirkan. Apalagi hanya marah-marah yang justru akan manghabiskan energy, bahkan kadang bisa menimbulkan penyakit yang sama sekali tidak disangka-sangka.

Dengan mengawali membaca “Bismillahirrahmanirrahim”, dia segera bergegas berganti pakaian kerja tak lupa memakai topi. Walaupun waktunya sudah cukup malam tetapi sekan-akan waktu pagi hari, dia bersemangat untuk bekerja, satu pekerjaan berupaya untuk diselesaikan. Dia mengatakan, pada waktu itu dia cukup terhibur dimana ketika sedang membongkar tumpukan papan jendela dan pintu, ditengah tengah terdapat cindil tikus, tidak tanggung-tangung jumlahnya ada sembilan. Dia berkata “masya-Allah” pantas saja cepat sekali perkembangannya. Dua minggu lagi dia pasti menjadi anak tikus yang siap bereaksi menjadi musuh para petani, termasuk ibu rumah tangga, karena sering merusak dan memangsa apapun yang dapat dimangsa.

Papan, bekas djendela dan pintu satu persatu diangkat ternyata tidak sampai hitungan jam dapat diselesaikan. Dalam hati dia berkata “ternyata hanya segini”, tidak ada perasaan capek sedikitpun. Begitu selesai dia segera membenahi dan membersihkan tempat sekelilingnya. Dalam hatinya lega ternyata pekerjaan yang tadinya hanya satu saja dapat diselesaikan ternyata telah siap untuk menyelesaikan pekerjaan yang lain.

Kaki segera melangkah pada almari pakaian, satu tumpukan demi tumpukan pakaian diangkat dan dikeluarkan untuk selanjutnya ditempatkan pada lantai yang telah digelar tikar terlebih dahulu. Setelah pakaian semua dikeluarkan. Dengan pelan dan pasti dia mengambil keset lalu diletakkan dua kaki alamari. Lalu almari didorong, pelan-pelan almari dapat pindah posisi masuk pada kamar tidur yang telah disiapkan. Setelah almari baju bertempat pada posisi yang dikehendaki, pakaian kembali diangkat dan dimasukkan kembali ke dalam alamari. Dua pekerjaan ternyata dapat diselesaikan, dia berfikir untuk dapat membersihkan atau mengepel lantai yang terasa benyak debunya. Tanpa berfikir terlalu lama kaki segera malangkah mengambil pel dan pembersih lantai berikut ember berisi air. Ternyata pekerjaan ini dapat diselesaikan. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, mengapa pekerjaan ini dapat diselesaikan bukan hanya satu atau dua pekerjaan yang dapat dieselesaikan, tetapi tiga pekerjaan secara berturut-turut dapat diselesaikan.

O, begitu, kataku kepadanya. Pantas saja kamu nampak puas dan bahagia. Saya kira kamu baru saja dapat bonus atau rapelan begitu. Dia berkata lagi, “tidak kawan, ternyata kebahagiaan, kepuasan itu kadang tidak karena uang dan tidak dapat diukur dengan uang, apakah ini namanya bekerja dengan ikhlas ya?

Itulah bahwa bekerja dengan ikhlas akan membuahkan kepuasan dan kebahagiaan. Yang berat akan terasa ringan, yang sulit akan terasa mudah. Karena itu seandainya kehidupan ini telah diwarnai dengan keikhlasan yakin akan penuh dengan ketenangan, kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan serta memperoleh ridha dari Allah. Walaupun sering kali keikhlasan itu harus dipaksakan, keikhlasan harus diperjuangkan, dan keikhlasan memerlukan pengorbanan.

7/01/2014

Tips Atasi Kantuk Untuk Raih Keutamaan Bulan Ramadhan




Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa, karena ibadah pada bulan tersebut Allah SWT melipatgandaan pahala, hal ini sebagaimana sabda rasul:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِلَّاالصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وأَنا أَجْزي بِهِ (رواه مسلم

Setiap amal perbuatan anak Adam-yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuhratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku (Allah) dan Aku (Allah) akan memberikan balasannya. (HR. Muslim)

Kebiasaan sebelum bulan Ramadhan tidur lebih awal, bangun lebih akhir pada bulan ini berbalik tidur lebih akhir bahkan hingga larut malam dan bangun lebih awal yakni sebelum waktu imsya’. Mengapa melakukan yang demikian ini, hal ini tidak lain karena ingin menggapai keutamaan bulan suci Ramadhan. Ingin merubah kebiasaan buruk, ingin menggapai rahmat dari Allah, sehingga berkeinginan untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah yang tidak pernah dilakukan pada bulan yang lain. Shalat tarowih dan witir, tadarus Alquran, shalat hajat, shalat tasybih, menghadiri majlis taklim, mengikuti pesantren kilat dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Hal ini bila dilakukan dengan penuh keikhlasan dan semata-mata mengharapkan ridha Allah maka amal perbuatan ini akan dilipatkan pahalanya hingga tuhuh ratus kali. Dan seburuk-buruk perbuatan baik yang dilakukan maksudnya melakukan perbuatan baik tetapi masih bercampur dengan perbuatan buruk lainnya, misalnya menegakkan shalat tetapi belum dapat menjaga kekhusukan hal ini tentu saja akan dilipatkan pahalanya namun tidak mencapai tujuh ratus derajat, mengeluarkan infaq dan shadaqah tetapi belum ikhlas tentu saja berpahala namun tidak mencapai tingkatan tertinggi.

Bagi orang-orang yang beriman senantiasa berupaya memanfaatkan moment puasa Ramadhan untuk selalu berlomba didalam melakukan kebaikan. Bahkan puasa Ramadhan dijadikan sebagai wahana untuk menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan, “Barang siapa yang menunaikan puasa dengan dasar iman dan mengharapkan pahala dari maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan” (Hadits). Dengan demikian tidak pernah meluangkan waktu kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah.

Harapan kadangkala tidak selaras dengan kenyataan, ketika dorongan telah muncul ternyata kebiasaan dan stamina menjadi penghambat untuk mewujudkan harapannya. Nafsu Mutmainnah yang bersih, bercampur baur dengan dorongan hawa nafsu, sehingga kadangkala hawa nafsu lebih mendominasi amal ibadah. Sehingga norma dan kaidah Islam tidak pernah dijalankan, sekalipun sudah mengetahui segi-segi manfaatnya tetapi masih belum tergetar jiwanya untuk mengikuti petunjuk Allah.demikian pula stamina tubuh yang tidak memungkinkan untuk memanfaatkan seluruh waktu untuk beribadah kepada Allah. Rasa ngantuk yang tak tertahankan sehingga menghambat untuk berbuat dan beramal shalih karena itu saya sampaikan beberapa tips untuk menghilangkan rasa kantuk:

1. Berwudhu, karena dengan wudhu akan memunculkan kesegaran pada muka dan organ-organ yang telah dibilas dengan air.
2. Mandi, karena dengan mandi akan menciptkan kesegaran seluruh tubuh.
3. Tidur sambil duduk, yaitu tidur tidak ditempat tidur, tatajaafa ‘anil madlaaji’ (jauhkan punggung dari tempat tidur). Ketika kepala bergoyang kedepan, kekanan atau kekiri secara spontan akan membangkitkan syarat sehingga mata akan terbuka. Dan walaupun baru sekejab memejamkan mata namun telah merasa cukup. Lain kali bila tidur ditempat tidur maka akan semakin terlelap.
4. Bila terpaksa harus tidur, maka usahakan jangan tidur ditempat yang sepi, sehingga semakin merasa nyaman untuk berbaring ditempat tidur.
5. Makan dari makanan yang bergizi, kurangi makanan yang banyak mengandung minyak (makanan yang digoreng), karena akan mengurangi nafsu makan.
6. Bila diperlukan minum vitamin untuk menjaga keseimbangan daya tahan tubuh.
7. Makan dan minum secara cukup dan secukupnya, cukup dalam arti kandungan kalori dan secukupnya dalam arti tidak berlebihan. Ingat bahwa didalam tubuh manusia mengandung makanan, air dan oxygen.
8. Berjalan-jalan, berolah raga dan menghirup udara segar

Itulah bahwa tidak ada kesuksesan kecuali dilakukan dengan perjuangan dan tiada perjuangan kecuali dengan pengorbanan. Berkorban untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia dan kebiasaan yang tidak baik, beralih untuk menjadi lebih baik. Kesuksesan orang yang berpuasa adalah mencapai derajat tertinggi, yaitu la’allakum tattaqun. Sungguh beratnya untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan setiap hari yang kurang baik, padahal sudah mengetahui ending-nya. Namun belum mau untuk berubah, keyakinan didalam hati bisa menjadi sumber kekuatan, man jadda wajada siapa yang bersungguh-sungguh akan menuai keberhasilan.


4/10/2014

Sikap Pemilih dan Yang Dipilih Pada Pemilihan Caleg dan DPD




Pemilihan calon anggota legeslatif yang terdiri dari DPRD, DPR Provinsi, DPD dan DPR RI tergolong sukses. Karena di seluruh TPS dapat menyelenggarakan pemungutan suara dalam keadaan aman dan terkendali. Setelah proses pemungutan suara di tutup pada pukul 13.00, para Caleg dan DPD tinggal menunggu hasil penghitungan suara, dengan melihat informasi dari setiap TPS. Cara yang paling praktis tinggal menunggu dirumah sambil duduk-duduk, atau tiduran memantau perkembangan melalui quick count.

Bagaimanakah sikap pemilih dan calon yang akan dipilih terhadap hasil perhitungan suara, tentunya hal ini akan menimbulkan penilaian yang berbeda-beda.
Sikap para pemilih:
1. Pemilih aktif, akan mengikuti perkembangan dari anggota legestalitif yang telah dipilihnya, bagaimanakah nasibnya, apakah calon yang telah dipilih dapat memperoleh suara mayoritas atau sebaliknya. Pemilih aktif ini datang ke TPS karena mengikuti panggilan sebagai warga Negara yang baik, kedatangannya tulus, bukan dipaksakan dan bukan karena telah menerima imbalan. Pantauan terhadap hasil Pileg akan disikapi dengan persaan tenang dan santai, karena tidak ada beban tangung jawab yang harus dipikulnya. Calon yang dipilih dapat memperoleh suara mayoritas bersyukur tidak terpilih tidak akan menjadi kesedihan yang berkelanjutan.

2. Tim sukses, akan terus mengikuti perkembangan penghitungan suara hingga selesai. Maka bila jagonya memperoleh suara mayoritas akan merasa bahagia, girang, tak jarang mereka mengklaim, bahwa karena dirinya sehingga dapat memperoleh suara mayoritas, sehingga dia akan menanamkan suatu perasaan agar jagonya merasa berhutang jasa kepadanya. Namun bila jagonya mempeoleh suara yang sedikit sehingga tidak bisa memenuhi quota, dia akan bersedih, akan menyalahkan dirinya, temanya, lawan politik atau bahkan akan menyalahkan anggota masyarakat.

3. Pemilih penjilat, pemilih yang mau mengambil enaknya, pemilih ini selalu mengambil kesempatan untuk memperoleh keuntungan, bahkan tak jarang mereka memeras pada Caleg tertentu. Didepan mengatakan akan mendukungnya, namun ketika dibelakang akan mengatakan siapa yang memberikan paling banyak maka yang akan dipilih. Bila Caleg yang dijilat memperoleh suara mayoritas maka akan datang, dan mengatakan seakan-akan berkat dukungannya sehingga memperoleh suara mayoritas, namun bila Caleg tertentu yang yang dijilat gagal, diapun akan lari tunggang langgang. Tidak mau tahu akan gegalan yang dirasakan.

4. Pemilih pasif, dia hanya sekedar datang, memilih tanpa dipikir, memilih tanpa tahu yang dipilih. Sehingga dia sama sekali tidak ada respon terhadap hasil penghitungan suara. Lain halnya dengan pemilih nomor satu, dua dan tiga akan memantau hasil penghitungan, sehingga dalam kelompok atau lingkungan dimana ia berada, senantiasa akan ikut larut dalam pembicaraan, siapa yang jadi, siapa yang menang, partai apa yang memperoleh mayoritas suara dan sebagainya.

Sikap para caleg pasti akan selalu memantau hasil rekapitulasi penghitungan suara:
1. Pihak yang menang, yaitu yang memperoleh suara mayoritas tentu akan merasa sangat bahagia, karena harapan dan cita-citanya akan segera terwujud.
2. Pihak yang kalah, yaitu yang memperoleh suara minoritas tentu akan bersedih, hitung-hitung sudah berapa banyak modal yang dikeluarkan untuk menjadi Caleg.

Harapan kita “Sing memang aja umuk sing kalang aja ngamuk”, tentu setiap diri telah memikirkan dua kemungkinan diatas (menang atau kalau) sebelum mendaftarkan diri untuk menjadi anggota Caleg. Walaupun pada dasarnya menang atau kalah hanya akan memulai dari nol, yang menang akan memulai bidang yang belum pernah ditekuni, memikirkan kepentingan diri sendiri, keluarga, kelompoknya (partainya), masyarakat (konstituennya), bangsa dan Negara. Semuanya harus seimbang, serasi dan sejalan untuk mewujudkan keharmonisan dan kesejahteraan hidup.

Sebaliknya bagi yang kalah juga akan memulai kehidupan dari nol lagi, karena seandainya modal untuk menjadi Caleg diambilkan dari usaha dan kekayaan yang dimiliki tentu keyayaan itu telah habis minimal berkurang, sehingga kiprah dunia usaha yang selama ini digeluti menjadi berkurang. Demikian pula bila modal untuk menjadi Caleg karena hutang tentu akan berfikir bagaimana untuk mengembalikannya. Karena itu bila memperoleh kegagalan, hendaknya segera dicarikan solusi secara bersama-sama, antara anak, istri, suami, orang tua, saudara, teman hendaknya selalu memberikan motivasi. Bahwa dalam hidup sesungguhnya tidak ada keberhasilan atau kegagalan, karena kegagalan dan kesuksesan adalah suatu proses kehidupan yang harus dijalani. Tidak ada kegagalan kecuali keberhasilaan yang tertunda, dan hasil dari suatu kesuksesan adalah kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup.

Bila meraih kesuksesan bersikaplah yang wajar, bila kalah bersabarlah

2/06/2014

Rapat atau Debat



Bila kita lihat dari akar kata bahwa rapat bermakna sempit lawan dari kata longgar. Namun justru sebaliknya ketika mengadakan rapat sesuatu yeng terasa sempit kemudian menjadi longgar. Beban pikiran yang seakan tertumpu hanya pada satu atau dua orang kemudian merata pada semua orang, sehingga beban dan tanggung jawab akan menjadin ringan. Rapat biasanya diselengarakan dalam suatu kelompok, organisasi tentu. Kita sering mendengar bahkan sering pula mengikuti acara rapat. Walaupun kadang ada orang yang selalu disibukkan dengan kegiatan rapat-rapat yang tidak ada ujung pangkalnya.

Rapat berfungsi sebagai arena urun rembug atau tempat diadakannya tukar pikiran dalam menyelesaikan suatu persoalan. Dengan kata lain bahwa rapat bukan arena untuk mencari kalah dan menang atau adu pendapat (debat) akan tetapi sebagai ajang musyawarah untukmencari mufakat. Sebagai konsekwensinya hasil suatu rapat adalah merupakan keputusan bersama yang mengikat seluruh anggota dalam suatu kelompok atau organisasi. Bila anggota dalam suatu kelompok atau organisasi melanggar maka dikenai sangsi.

Adapun diselenggarakan rapat mengandung maksud dan tujuan tertentu, adapun untuk mendapatkan hasil sesui dengan tujuan rapat maka ditentukan etika rapat sebagai berikut:
1. Suasana rapat terbuka.
Suasana rapat hendaknya diawali dengan sikap keterbukaan, dihindari dari sikap saling mencurigai. Setiap peserta harus bicara dengan obyektif, jujur, jangan berprasangka kepada peserta lainnya. Suasana rapat terbuka sehingga akan menumbuhkan rasa cinta kasih, saling menghargai, menghormati. Rapat dapat berjalan dengan luwes, tidak kaku dan dapat memberikan motivasi kepada peserta yang lain.
2. Tiap peserta rapat hendaknya berpartisipasi aktif.
Setiap rapat dikatakan hidup bila para pesertanya ikut aktif, ambil bagian dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.
3. Selalu mendapat bimbingan dan pengawasan.
Pimpinan rapat hendaknya dapat memberikan bimbingan, arahan dan kemudahan terhadap para peserta rapat. Pemimpin ratat juga dapat memberika pengawasan terhadap jalannya rapat sejauhmana peseta rapat ikut aktif. Pembicaraan harus diawasi oleh pemimpin rapat, agar pembicaraan tidak melenceng dari agenda rapat.
4. Hidari perdebatan.
Suatu rapat tidak akan berjalan dengan sukses bila terjadi perdebatan yang berkepanjangan, tanpa arah, masin-gmasing berupaya mempertahankan pendapatnya. Suasana rapat menjadi tegang, panas dan kaku. Akhirnya pebicaaraan hanya dimonopoli oleh peserta yang terlibat dalam perdebatan dan peserta lainnya pasif.
5. Pertayaan singkat dan jelas.
Pertanyaan yang diajukan hendaknya singkat dan jelas agar mudah dipahami oleh peserta lainnya, demikian pula menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta lainnya.
6. Hindari terjadinya monopoli.
Pembicaaran jangan hanya dimonopoli oleh salah seorang saja, apalag oleh pemimpin rapat. Berilah kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapatnya.

Jika kondisi rapat telah terbina seperti diatas maka tujuan rapat akan mudah dicapai, hal ini karena rapat mempunyai tujuan yang mulai. Adapun tujuannya antara lain:
1. Rapat penjelasan ialah rapat yang bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada anggota, tentang kebijkan yang diambil oleh pimpinan organisasi tentang prosedur kerja baru, untuk mendapat keseragaman kerja.
2. Rapat pemecahan masalah: bertujuan untuk mencari pemecahan suatu masalah, dikatakan sebagai problem solving apabila masalah itu pemecahannya berhubungan dengan masalah-masalah yang lain yang saling berkaitan. Masalah itu demikian sulitnya karena keputusan yang akan diambil mempunyai pengaruh atau akibat terhadap masalah yang lain.
3. Rapat perundingan: yaitu rapat yang bertujuan menghindari timbulnya suatu perselisihan, mecari jalan tengah agar tidak merugikan kedua belah pihak. (Basrah Lubis, Drs. H, Retorika Da’wah, CV Primadinar, Jakarta, 1993: 30-35)

Belajar dari kegiatan rapat akan membimbingan menjadi pemimpin yang bijak. Menghargai setiap pembicaraan, belajar santun dalam bersikap, tutur kata yang baik. Belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Kebaikan bersumber dari segala arah demikian pula keburukan. Anak kecil bisa saja menampilkan kata dan perbuatan yang bijak. Orang dewasa tidak selamanya mengeluarkan kata dan perbuatan yang baik.

Kata dan perbuatan yang bijak tidak selamanya disikapi dengan baik, apalagi yang jelas tidak baik tentu akan menimbulkan problematika yang tidak akan pernah berakhir. Biasakan untuk memahami orang lain dengan memahami dirinya sendiri. Setiap diri ingin dipuja, dihargai dan tidak ingin dipojokkan, dihina dan disakiti. Memahami diri sendiri dengan baik akan membimbing dapat memahami orang lain.

1/10/2014

Tauhid Rasulullah Muhammad SAW membentuk Pribadi Yang Handal



Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari kalangan bangsawan pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah atau 20 April 571 M. Ketika lahir ayahnya Abdullah telah tiada, kemudian setelah usia 6 tahun ibunya Siti Aminah meninggal, kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib hingga usia 12 tahun sehingga sampai pada usia dewasa diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Masa kanak-kanak dilalui dengan menggembala kambing, kemudian berniaga, dalam aktifitasnya selalu menampilkan akhlaqul karimah sehingga oleh teman sebaya dan lingkungan masyarakat diberi gelar al-amin yang artinya dapat dipercaya.

Ketika dalam perjalanan berniaga ke Syam bersama dengan pamannya ditengah perjalanan bertemu dengan seorang pendeta nasrani “Buhaira” yang sangat winasis, ditemukan tanda-tanda kenabian sebagaimana dalam kitab suci yang dia pelajari telah menunjukkan yang demikian. Oleh karena itu ia berpesan kepada Abu Thalib untuk melindunginya, karena bila sampai bertemu dengan orang-orang Yahudi maka akan disakiti bahkan dibunuhnya.

Rasul menikah dengan Siti Khadijah pada usia 25 tahun, diantara kepribadiannya bahwa ia mempunyai pribadi luhur dan akhlaq mulia. Dalam kehidupan sehari-hari senantiasa memelihara kesucian dan martabat dirinya, ia jauhi adat istiadat yang kurang senonoh yang ada pada masyarakat jahiliyah seperti sehingga ia diberi gelar At Thahirah. Ia mempunyai pikiran yang tajam, lapang dada, kuat himmah dan tinggi cita-citanya. Ia suka menolong orang-orang yang hidup dalam kekurangan dan wanita yang pandai berdagang. Ia menolak setiap pinangan dengan cara yang bijaksana dan halus sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan.

Ketinggian budi dan kebesaran pribadinya sebagai istri seorang utusan Allah sejak menerima wahyu sampai diangkatnya menjadi rasul adalah:
1. Ia mengetahui dengan sepenuhnya jiwa, pribadi dan akhlaq suaminya (Muhammad) sejak kecil hingga dewasa yang tidak suka denan adat istiadat kaumnya yang suka menyembah berhala, demikian pula benci dengan kaumnya yang suka berjudi, minum khomr, membunuh bayi dan melakukan perbuatan keji lainnya.
2. Beliau memberikan kesempatan dan keleluasan kepada suaminya untuk menghidupkan semangat spiritualnya. Sebagaimana ketika rasul bertahannus di gua Hira’ beliau selalu menyediakan perbekalannya.
3. Ketika rasul dalam keraguan dengan kejadian yang dilihat dalam tidurnya (mimpi yang benar), ia meyakinkan bahwa akhlaq yang mulia, tidak pernah berdusta dan menyakiti orang lain, mustahil akan diganggu oleh syetan.
4. Ketika nabi menemui keraguan setelah menerima wahyu yang pertama ia menghibur dan meyakinkan suaminya yang akan diangkat menjadi rasul yang kemudian datang ketempat Waraqah bin Naufal, bahwa tanda-tanda kenabihan Muhammad telah tersebut didalam kitab Injil.
5. Ketiaka suaminya menerima wahyu yang kedua yang berisi perintah untuk mengajak kepada kaumnya kapada agama tauhid, maka Khadijah langsung meyakini dan meyatakan keislamannya.

Anak yatim dalam perkembangannya dapat tumbuh menjadi pribadi yang berbeda, satu sisi menjadi orang yang rapuh iman dan tidak mempunyai kepribadian, tetapi disisi lain akan menjadi manusia yang kuat imannya dan mempunyai kepribadian yang tangguh. Sebagaimana Nabi Muhammad, ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah Islam beliau dibujuk para pembesar kafir untuk meninggalkan aktifitasnya berda’wah Islam, beliau akan diberi jabatan dan kedudukan yang terhormat, diberi harta benda dan kemewahan, diberi istri-istri dari kalangan kafir, akan diberi pelayan-pelayan yang setia, serta bila sakit akan disediakan dokter.

Pesan yang demikian disampaikan kepada pamannya. Sehingga Abu Thalibpun menyampaikan kepada kemenakannya karena takut akan ancaman yang akan menimpa kemenakannya itu. Tetapi Muhammad tetap dalam pendirianya untuk menyampaikan ajaran tauhid, dapat dibuktikan sebagai berikut:

1. Ketika rasul menerima pesan kaum kafir yang disampaikan kepada Abu thalib, beliau menjawab:

والله لو وضعواالشمس فى يمينى والقمر فى شمالى على ان اترك هذاالامر ماتركته, حتى يظهره الله اواهلك دونه

“ Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka letakkan matahari disebelah kananku, dan bulan disebelah kiriku, dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agama Allah) sehingga ia terseiar (dimuka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini”.

2. Ketika nabi menerima kunjungan delegasi kaum kafir diantaranya Al Walid bin Mughirah, Al As Ibnu Wail As Sahmy, Al Aswad ibnul Abdil Muthalib, Umayah bin Khalaf untuk mengadakan kerjasama dalam beribadah, dalam satu tahun Muhammad dan kaumnya disuruh untuk menyembah tuhannya orang kafir dan beribadah menurut syari’atnya, kemudian setahun kemudian kaum kafir akan menyembah Allah dan beribadah menurut syari’at Islam. Kemudian rasul memberi jawaban didepan para pembesar kafir yang telah berkumpul di Masjidil Haram, dengan membacakan surat Al Kafirun ayat 1-6:

قل يايهاالكفرون ,لااعبد ماتعبدون, ولا انتم عبدون مااعبد. ولااناعبدماعبدتم, ولاانتم عبدون مااعبد, لكم دينكم ولىدين


“ Katakanlah: “Hai orang-orang kafir”! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku”.

3. Dalam bidang aqidah, Muhammad itu tegas, seperti firman Allah dalam surat Al Fath ayat 29:

محمد رسول الله والذين معه اشداء على الكفار رحماءبينهم ترهم ركعا سجدايبتغون فضلا من الله ورضوانا سيماهم فى وجوههم من اثر السجود

“ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah kerasterhadap orang-orang kafir, tetapi kasih sayang terhadap mereka, kamu lihat mnereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka dari bekas sujud”.

Hal yang demikian ini memang harus diwaspadai bahwa orang-orang kafir selalu berupaya agar orang Islam itu dapat menjadi murtad, atau bila tidak mungkin maka mereka melakukan gerakan agar orang Islam tidak sadar dan tidak menyadari bahwa dirinya telah melaksanakan ajaran Yahudi dan Nasrani. Hal yang demikian ini telah diingatkan oleh Allah didalam Alquran:

ولن ترضى عنك اليهود ولا النصرى حتى تتبع ملتهم, قل ان هدى الله هوالهدى, ولئن اتبعت اهواءهم بعد الذى جاءك من العلم مالك من الله من ولى ولانصير (البفراه: 120

“ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong mereka”. (Al Baqarah: 120).

Keyakinan yang tumbuh semakin mantap selanjutnya mewujudkan sikap dan perilaku yang baik, hal ini karena menjadi misi yang diemban oleh rasul, sebagaimana firman Allah:

وما ارسلناك الا رحمة للعالمين

“Dan tidaklah aku utus mengutus kamu (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi sekalian alam”.

ما كان محمد ابااحد من رجالكم ولكن رسول الله وخاتم النبيين

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak seoarang laki-laki diantara kamu, tetapi Dia adalah Rasululah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah mengetehui segala sesuatu”.
وانك لعلى خلق عظيم (القلام: 4)
“Dan sesaungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.

Rasul mempunyai keyakinan dan budi pekerti yang luhur maka kita diperintahkian untuk mengkutinya:

قل انكنتم تحبون الله فاتبعونى يحببكم الله ويغفرلكم ذنوبكم, والله غفوررحيم

“Katakanlah:” Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi damn mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (Ali Imran: 31)

Rasul bersabda:

دعونى ماتركتكم انما أهلك من كان قبلكم كثرة سؤالهم واختلافهم على انبيائهم فْاءذا نهيتكم عن شيئ فاجتنبوه واذا أمرتكم بأمر فأتوا منه مااستطعتم (رواه البخارى ومسلم


“Tinggalkan apa yang Aku tinggalkan, sesungguhnya hancurnya umat sebelummu, disebabkan banyaknya pertanyaan dan meninggalkan nabi-nabinya. Maka jika Saya melarang kamu meninggalkan suatu perbuatan tinggalkanlah, dan jika Aku menyuruh melaksanakan suatu perbuatan maka laksanakanlah” ( HR. Bukhari Muslim).

Rasul sebagai pembawa risalah Islam, beliau paling tahu tentang agama Islam demikian pula orang yang taat didalam melaksanakan ajaran Islam, sehingga apa yang rasul katakan maka dilaksanakan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab 21

لقد كان لكم فى رسول الله اسوة حسنة لمن كان يرجواالله والوم الاخر وذكرالله كثيرا


“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladhan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiyamat dan dia banyak menyebut asma Allah”.

1/08/2014

Monyet Menyadarkan Manusia Akan Kesalahannya



Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna. Tak ada makhluk lain yang diberikan kesempurnaan dalam susunan tubuh dan juga unsur penunjang lainnya untuk mewujudkan kesempurnaan. Manusia diberikan akal, hati, nafsu dan agama untuk mengatur kehidupan manusia. Tanpa akal manusia tidak akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena itu tak lebihnya manusia akan seperti hewan. Tanpa hati kehidupan manusia akan berantakan, karena dalam hidupnya manusia hanya akan mengejar ambisi. Manusia tidak akan memperoleh ketenangan hidup. Manusia akan merasa jauh dari Allah pemberi rahmat dan kasih sayang bagi seluruh hamba-Nya. Manusia tidak diberikan nafsu, maka hidupnya tidak akan bergairah, kehidupannya akan statis dan stagnan. Maka tanpa nafsu kehidupan manusia akan punah. Tanpa agama kehidupan manusia akan kehilangan arah, manusia hanya akan mengejar kepentingan sesaat, bahkan dalam kehidupan, manusia akan terjadi hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Karena itu dengan agama kehidupan manusia akan terarah, karena seluruh kehidupan manusia akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah. Karena itu dengan agama, manusia akan menatap hidupan dengan penuh optimis, segala daya upaya akan diserahkan kepada Allah, dan hanya Allah yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Begitu kompleknya makhluk yang dinamakan manusia, karena itu unsur penyemangat dalam kehidupan manusia yang di pelopori oleh nafsu. Sehingga sifat dan watak manusia kadang suatu saat mendekati akhlaq para malaikat, suatu saat akhlaqnya syetan dan suatu saat akhlaqnya para hewan. Dimana kecondongan akhlaq dan perilaku manusia, hal ini tidak pernah menentu karena segala perilaku manusia berkaitan erat dengan kualitas keimanannya. Bila imanya sedang kuat maka manusia akan menjadi makhluk yang suka menjalankan perintah Allah, membenci segala larangan Allah. Sebaliknya bila keimanannya itu sedang melemah maka perilakuknya akan mendekati perilaku para hewan yang sama sekali tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang oleh Allah. Kadangkala juga perilakunya akan menyerupai perilakunya para syetan, yang suka mencampuradukkan yang hak dan yang batil, bahkan lebih senang meninggalkan perintah Allah dan memerintahkan untuk menjalankan segala yang dilarang oleh Allah.

Bila kita bandingkan, manakah yang lebih mulia manusia atau monyet. Walaupun menurut Darwin bahwa manusia berasal dari monyet. Maka bila mengikuti teori ini manusialah yang lebih maulia. Karena proses terjadinya manusia adalah proses evolusi yang telah mencapai titik puncaknya. Disinilah nampak, walaupun manusia tidak mempunyai kuku yang tajam, tidak mempunyai taring yang kuat, langkah yang cepat, sayap yang dapat terbang. Manusia dapat mengembangkan daya cipta rasa dan karsanya, sehingga dapat melakukan segala yang dilakukan oleh para hewan, bahkan dapat menguasainya.

Tidak punya kuku yang tajam, taring yang kuat, tubuh yang besar dan kuat namun manusia dapat mengalahkan harimau yang kuat dengan senapan. Dapat mengalahkan monyet yang liar. Pada suatu saat ada anak manusia yang mempunyai hobi berburu. Maka akhirnya dia mempunyai sebutan seorang pemburu. Suatu saat ketika sedang berburu menemukan kelompok monyet, sehingga muncul niat untuk dapat menjinakan monyet yang liar dengan menangkap bayi monyet. Diamanati ada seekor monyet kecil yang masih berada dalam pelukan induknya. Dengan eratnya bayi monyet menempel pada induk monyet. Karena itu untuk dapat memperoleh bayi monyet tiada jalan lain kecuali melumpuhkan induk monyet dengan menembak monyet betina. Harapanya ketika induk monyet tertembak maka akan jatuh dan bayinya dapat ditangkap. Benar adanya induk monyet yang sedang membawa bayinya ditembak pas mengenai jantung monyet. Mengetahui kawannya sedang bahaya, monyet jantan mendekat pada induk betina yang tertembak itu. Ternyata induk betina menyerahkan anaknya kepada monyet jantan, setelah bayi monyet berada pada pelukan induk monyet jantan. Induk betinanya kemudian jatuh. Setelah melihat kejadian langka yang baru saja disaksikan, sang pemburu kemudian bersimpuh, memohon ampun kepada Allah kemudian bertobat tidak mau berburu lagi.

Perasaan dalam hati berkecamuk, pemburu memuji kemulian monyet, tapi dia merasa berdosa karena telah membunuh induk monyet, menjadikan bayi piatu, bagaimana seandainya istrinya yang tertembak. Bagaimakah dia akan meratap, menuntut pada sang pembunuh. Dan masih banyak pemikiran dan perasaan yang selalu berkembang merasa berdosa dan bersalah.
Inilah bahwa Allah memberikan hidayah atau petunjuk kepada hambanya yang dikehendaki. Allah memberikan hidayah kadang melalui pelajaran yang baik dari orang lain atau melihat dan menyaksikan secara langsung amal perbuatan hamba Allah yang lain. Karena itu disini pentingnya para kyai, mubaligh, ustadz, cendekiawan, ilmuan dengan berdakwah mengajak orang-orang agar berjalan sesuai dengan syari’at Allah. Perilaku monyet yang ingin melindungi anak-anaknya. Karena itu Allah memberikan hidayah kepada hambanya dengan melalui perantaraan monyet.




“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qhashash: 56)






“ Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al Baqarah: 272)

Pemburu ini sudah sering diingatkan oleh teman-temanya, istrinya atau orang-orang yang dekat dengannya. Berburu adalah perbuatan tercela karena termasuk merusak sumberdaya alam. membinasaan kelompok hewan yang termasuk dalam rantai makanan. Coba lihat ular diburu dan ditangkat akibatnya tikur merajalela dan berkembang dengen pesat sehingga merusak tanaman dan peliharaan manuisa. Burung-burung ditembak sehingga ulat-ulat pemakan daun bebas berkembang biak sehingga para petani mengalami gagal panen. Dan masih banyak contoh-contoh yang lain. namun hati pemburu seakan sudah membantu. Nasehat tidak pernah didengar, kalau mendengar hanya sekedar berlalu saja. Ingin berhenti dari kebiasaan buruk namun hawa nafsu terus mendorong untuk mengabaikan himbauan.

Allah menyadarkan hamba-Nya dengan perilaku monyet, cinta kasih para monyet, wujud monyet menjaga teman-temannya dari bahaya. Monyet sebagai binatang yang tidak lebih mulia dari manusia, namun ternyata dia mempunyai kemuliaan. Keinginannya untuk mempertahankan haknya. Rasa kasih sayang seorang ibu monyet tidak membiarkan anaknya terjatuh, demikian pula monyet jantan dengan sigap segera meraih anaknya. Seandainya kita tahu bahasa hewan sebagaimana nabi Sulaiman, bagaimanakah jeritannya yang merasa takut dengan perbuatan manusia. Dia menjerit bila hidup didalam kerangkeng. Walaupun mereka diberikan rumah yang bagus dan disediakan makanan yang cukup. Apakah mereka bahagia, karena mereka adalah hewan liar yang hidup di alam bebas.

Karena itu sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan perbuatannya sendiri, dengan akal manusia diberikan kebebasan untuk memilih, namun dengan hati manusia diberikan kemampuan untuk memilah. Hati manusia adalah suci yang akan ternoda ketika mengumbar nafsu, karena itu nafsu harus dikendalikan diarahkan, agar perbuatan manusia dapat mencapai pada keridaan Allah SWT.

1/01/2014

Prestasi Kaum Disabilitas Jadi Motivasi Hidup



Kaum disabilitas adalah manusia juga, mereka mempunyai jasad dan ruh. Namun mereka mempunyai keterbatasan dalam hal tertentu. Istilah lain dari disabilitas adalah orang yang mengalami gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

Walaupun kaum disabilitas ini mempunyai keterbatasan, namun diantara mereka ada yang dapat mengukir prestasi luar biasa, mereka berkemampuan melebihi orang-orang yang sempurna dalam hal fisik dan mentalnya. Kaum disabilitas dapat bekerja dan berkarya, mereka dapat membangun kehidupan berumah tangga, bahkan menyekolahkan putra-putrinya hingga dapat melanjutkan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Kaum disabilitas dilihat dari keterbatasan/ cacatnya ada tiga macam:
1. Cacat fisik;
2. Cacat mental;
3. Cacat fisik dan mental.

Secara keseluruhan disabilitas ada beberapa jenis:
1. Tunanetra yaitu disabilitas fisik tidak dapat melihat (buta)
2. Tunarungu yaitu disabilitas fisik tidak dapat mendengar (tuli)
3. Tunawicara yaitu disabilitas fisik tidak dapat bicara (bisu)
4. Tunadaksa yaitu disabilitas fisik berupa cacat tubuh.
5. Tunalaras ada dua yaitu disabilitas fisik yaitu berupa cacat suara dan nada dan disabilitas mental sukar mengendalikan emosi dan sosial.
6. Tunagrahita yaitu disabilitas mental berupa cacat pikiran, lemah daya tangkap, idiot.

Coba kalau kita lihat, banyak orang yang secara fisik sempurna, namun mental spiritualnya sakit. Namun sakitnya bukan karena pembawaan, namun sakit karena tidak dapat mengolah mental spiritualnya, sehingga walaupun telah diberi mental spritual yang sempurna, tetapi tidak dapat digunakan dengan maksimal. Contoh memilih menganggur dari pada bekerja, memilih meminta daripada memberi, memilih mencuri, merampok, menodong, menjambret dan sebagainya dari pada bekerja. Memilih berjudi dari pada bekerja dan menabung. Perilaku manusia yang seperti ini secara mental spritualnya sesungguhnya sakit. Kondisi sakit yang demikian ini akan menjadi lebih parah bila tidak diupayakan untuk diterapi dan diobati. Dan sesungguhnya yang dapat mengobati adalah dirinya sendiri, para dokter dan psikolog hanyalah membantu proses pemyembuhan.

Terapi dari penyakit hati terhadap diri sendiri:
1. Bergaul dengan orang-orang sukses dan pekerja keras. Sukses, ulet dan kerja keras adalah merupakan satu kesatuan. Pekerja keras, ulet kemudian sukses itu adalah sudah hal yang semestinya. Tetapi bila malas, boros dapat sukses itu adalah suatu kemustahilan.
2. Luluhkan hati dengan melihat kaum disabilitas yang telah meraih kesuksesan. Suami isteri yang sama-sama buta ternyata dapat membangun kehidupan rumah tangga, profesi sebagai tukang pijat menjadi lantaran dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bisa makan minum, berpakaian dengan layak bahkan mempunyai rumah yang bagus serta bersih. Bagaimana mereka dapat menjaga kebersihan, wc, kamar mandi,dapur, ruang tamu terjaga kebersihannya, padahal mereka tidak dapat melihat, tetapi mereka dapat melakukan dengan baik. Disabilitas juga dapat membangun kerajaannnya dengan membangun salon dan rias, usaha rumah makan, UKM usaha produksi roti yang karyawannya orang-orang yang sempurna.
3. Bila sedang berdiri duduklah, bila sedang duduk berbaringlah, bayangkan bila suatu saat menjadi orang yang cacat, apa yang yang dapat dilakukan. Mungkin akan di ejek, direndahkan, dihina orang lain. Maka agar kemungkinan terjelek itu tidak mengenainya, segera bangkitkan potensi yang ada pada dirinya.

Kehadiran kaum disabilitas secara spontan akan menimbulkan perasaan yang berbeda-beda, kasihan, ingin membantu, menumbuhkan rasa syukur atas kesempurnaan yang telah diperolehnya. Wujud dari rasa syukur itu akan memaksimalkan fungsi organ fisik,mental dan spiritualnya agar lebih bermanfaat bagi kehidupan. Sehingga menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lainnya.

12/31/2013

Tahun Baru Semangat Baru, Ajaklah Hati Untuk Berkata



Tahun baru semangat baru, itulah tema besar yang sering disampaikan para tokoh, seniman, artis, seniman dan budayawan. Bahkan para remaja dan anak-anakpun juga ikut larut dalam ungkapan tersebut. Karena pada zaman sekarang ini media elektronik dan infotainment begitu kuat membius umat manusia untuk ikut dalam ungkapan tersebut.

Memasuki tahun baru 2014, adalah momentum awal manusia untuk mengukir kembali kegiatan pada masa yang akan datang. Tahun 2013 bukanlah masa yang ditinggalakan begitu saja, tidak membekas. Karena tahun 2013 dan tahun-tahun sebelumnya adalah masa yang telah berlalu dengan segala suka dan duka, baik dan buruk. Menatap masa depan adalah masa yang penuh dengan kebahagiaan, meninggalkan segala keburukan, beralih menuju pada kebaikan. Segala hasil cipta, rasa dan karsa yang baik ditingkatkan. Karena merupakan suatu kerugian yang amat besar bila hari esok sama dengan hari ini dan hari yang telah lalu. Apalagi bila hari esok menjadi lebih buruk, maka akan menjadi orang yang tersesat dan dilaknat.

Tidak ada orang yang merencanakan hari esok menjadi lebih buruk, karena orang-orang jahatpun suatu saat merenung, bahwa dirinya akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk, akan bertobat, namun entah kapan waktunya mereka belum dapat memutuskan. Manusia hanya dapat berusaha, diri sendiri berusaha dan orang lainpun juga ikut memikirkan agar orang orang yang fasik segera bertobat dan kembali pada petunjuk Allah. Adanya tempat ibadah, lembaga pendidikan, pondok pesantren, madrasah, majlis taklim dan yang lainnya mengupayakan agar umat manusia dapat berjalan pada syari’at Allah.

Mari kita tatap hari esok menjadi lebih baik, tinggalakan segala perilaku buruk pada masa lalu. Langkahkan kaki dengan optimis. Sadarkah kita, ketika membuat suatu program, merencaanakan suatu hal kita menghadirkan hati pada kegiatan tersebut. Seberapa besar peran hati dalam mengatur perbuatan manusia. Kita hendaknya ingat bahwa suatu perbuatan yang tidak dilandasi dengan hati maka perbuatan itu hanya menjadi bahan retorika, adu argumentasi. Bahkan kegiatan yang tidak dilandasi dengan hati hanya akan berjalan dalam hitungan hari, maksimal hanya seumur jagung.

Tahun baru semngat barupun akan segera berlalu. Karena sesungguhnya tahun baru ini bukanlah ajang berhura-hura, meluapkan kegembiraan, tidak tahu hakekkat pergantian tahun menandakan bahwa usia kita semakin berkurang. Ingatkah sepuluh tahun lalu, yang anak-anak mungkin masih menjadi nuthfah, yang sekarang remaja dahulu masih kanak-kanak atau bayi, yang sekarang sudah mempunyai anak dahulu masih sendirian, yang sekarang sudah tua ternyata 10 tahun yang lalu masih muda. Bahkan orang yang sekarang sudah tiada (meninggal dunia) 10 tahun yang lalu masih bersendau gurau dengan kita. Kitapun akan dikenang oleh orang-orang yang mencintai dan dicintai, kita akan dido’akan dan tidak bisa mendo’akan. Kita dikunjungi dan tidak bisa mengunjungi.

Tahun baru ini adalah moment untuk bermuhasabah, kita mengevaluasi diri atas segala aktifitas yang sudah dijalankan. Sudahkah hidup kita menempuh jalan yang benar, sudah seberapa banyak waktu yang tersedia digunkaan untuk beramal yang mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan bersama. Ingat bahwa masa yang akan datang adalah masa yang belum bisa diketahui, namun manusia hanya dapat merencanakan. Ingat tahun 2014 adalah tahun politik, di tahun itu bila tidak mempunyai landasan iman yang kuat maka akan terjerumus pada akhlaq dan perilaku tercela. Karena itu jadikan iman sebagai landasan setiap amal perbuatan manusia, dengan iman setiap orang akan menyadari bahwa segala perbuatannya diketahui oleh Allah. Tidak ada amal manusia yang lepas dari pengawasan Allah, semua dicatat dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Tak ada orang yang dirugikan atas amalnya, tetapi kedilan Allah akan terwujud. Agama telah menandaskan bahwa yang halal dan haram sudah jelas. Halal dan haram suatu hal yang bertolak belakang, suatu hal yang tidak bisa dicampurkan. Karena itu politik dengan mengalalkan segala cara akan berdampak langsung dalam kehidupan manusia.

Apakah yang dicari dalam dunia, bila yang dicari wanita yang cantik atau laki-laki yang tampan, sesungguhnya kecantikan dan ketampanan itu akan sirna. Bila yang dicari adalah pangkat dan jabatan sejauhmana pangkat dan jabatan itu akan memuliakan dirinya. Pangkat dan jabatan adalah amanah. Amanah adalah tanggung jawab. Menyia-nyiakan amanah akan mendatangkan malapetaka. Coba kita renungkan, kita membuka sejarah berapa banyak tokoh terkenal yang mengakhiri karirnya dengan ikhlas, dan mengakhiri hayatnya dengan husnul khatimah.

Tahun baru semangat baru, tahun meninggalkan kebiadaan buruk dan membuka lembaran baru:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18)

Mari kita renungkan “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” bukankah hari esok segala perbuatan belum dilakukan, dan yang sudah dilakukan adalah masa yang lalu. Menurut akal manusia mestinya kata telah diganti dengan akan. Mengapa Allah mengatakan untuk memikirkan apa yang telah dilakukan untuk hari esok. Hari esok untuk kehidupan dunia adalah dengan membuat perencanaan yang baik, hari esok untuk akhirat adalah meningkatkan amal ibadah kepada Allah.
Orang yang merencanakan kehidupan akhirat lebih baik akan berupaya menjadikan hari esok dalam kehidupan dunia menjadi lebih baik. Dunia yang baik akan menuntut kebahagian hidup di akherat. Karena itu dunia dan akhirat sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Akhirat adalah akhir dari kehidupan manusia, dunia adalah tempat untuk menanam dan akhirat adalah waktu untuk mengetam.