Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

12/22/2013

Penataan Rumah Untuk Wujudkan Baiti Jannati



Rumah adalah merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mansia, karena itu setelah mempunyai rumah orang akan cenderung merasa tenang. Dengan rumah, maka setiap saat orang akan menempatinya. Perawatan berapapun banyaknya selalu diperhatikan, demikian pula dengan model rumah yang selalu mengalami perubahan, sehingga yang mempunyai kemampuan untuk merehap, setiap ada perubahan model selalu menyesuaikan dengan perubahan zaman tersebut.
Peranan rumah  sebagai tempat istirahat, berkumpulnya keluarga, tempat berlindung dari panas, hujan dan dingin. Karena itu didalam rumah harus menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi penghuninya. Sejak awal pembuatan hendaknya diperhatikan kekuatan dan keindahan selalu menjadi prioritas, rumah yang pondasinya kuat tidak akan mudah roboh meskipun ada angin dan badai, sehingga menimbulkan rasa aman bagi penghuninya.
Untuk mewujudkan rumah sebagai tempat tinggal yang aman dan nyaman yang diibaratnya dengan baiti jannati (rumahku adalah surgaku) maka perlu diperhatikan tehnik untuk menciptakan tata letak ruang yang bagus:
1. Ukuran besar ruangan.
Barang yang akan kita tempatkan hendaknya disesuaikan dengan ruangan, lebar pintu, lorong maupun jalan yang akan dilalui.
2. Pilih poin penonjolan (point of interest) diruang tersebut misalnya: lukisan, rak buku, rak TV dan sebagainya. Di ruang keluarga, TV selalu menjadi point of interest utama, sehingga letak sofa menghadap TV, benda-benda lain diatur agar tidak mengganggu pandangan waktu menonton TV.
3. Tempatkan yang besar dan utama lebih dahulu. Benda-benda yang mengandung aktivitas di suatu ruangan yang paling diperhatian, misalnya:
Di ruang tidur yang paling diperhatikan adalah peletakan tempat tidur, kemudian almari, meja rias dan sebaginya.
Di ruang kerja, yang paling dipikirkan: penempatan meja kerja, baru pencahayaan dan pendukung yang lain.
Di dapur, yang utama adalah penempatan kompor, tempat meracik bumbu kemudian tempat cuci, dan peletakan alat-alat dapur
4. Perhatikan lalu-lintas.
Penempatan yang baik, tidak akan mengganggu kegiatan yang lain, contoh: akan ke dapur jalannya sempit karena terhalang penempatan meja, kursi yang kurang tepat. Akan ke belakang harus melalui dapur yang sedang sibuk dan sebagainya.
5. Perhatikan proporsi dan penempatan barang.
Penempatan barang yang sesuai ukuran dan seimbang akan enak dipandang, juga peletakan barang pada tempatnya memudahkan pemakaian dan pencariannya, contoh : tempat kunci, tempat koran dan sebaginya.

Penataan yang bagus didalam rumah tangga maka akan menjamin kenyamanan, karena segala aktifitas akan dapat dijalankan dengan lancar. Coba kita bayangkan peletakan buku-buku, majalah, koran di dapur. Sisir diletakkan pada sembarang tempat, sepatu, kaos kaki, pakaian dan sebainya, bila tidak ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan. Maka di dalam rumah selalu ada kekisruhan. Apalagi bila didalam rumah tangga anak-anaknya masih dalam usia pendidikan, setiap pagi harus berangkat ke sekolah, bila penempatan tas, sepatu dan pakainannya tidak tertata maka setiap pagi akan ditemukan ribut terus, sehingga harapan menciptakan keluarga sebagai surga akan jauh dari harapan.
Demikian pula rumah yang besar bila tidak ditata dengan bagus juga akan terkesan menjadi rumah yang sempit, rumah yang bagus bila tidak ditata dengan bagus maka hanya terlihat kesingnya saja. Orang-orang memandangnya sebagai rumah idaman namun setelah memaski rumahnya ternyata sangat berantakan.
Disamping unsur-unsur fisik bangunan rumah yang harus ditata dengan bagus agar dapat menciptakan kenyamanan, keamanan dan ketenangan, didalam rumah hendaknya selalu disinari dengan ayat-ayat Allah. Biasakanlah setiap anggota keluarga untuk selalu membaca Alquran, Allah telah berjanji, bahwa setiap rumah yang senantiasa di gunakan untuk membaca Alquran maka penghuninya akan diberikan keberkahan.
Di suatu daerah Kabupaten/ Kota menerapkan program senja keluarga. Yaitu suatu kegiatan berkumpulnya seluruh anggota keluarga diwaktu senja atau sore hari, matikan tv dan radio. Pada kesempatan itu digunakan untuk kegiatan taklim, shalat berjama’ah, mengaji dan membaca Alquran. Usahakan didalam rumah dikembangkan sikap saling keterbukaan. Orang tua hendaknya memperhatikan tumbuh kembang anak baik dari segi fisik maupun pada perkembangan mental spiritualnya.
Dengan cara demikian, setiap ada problem anak dalam pergaulannya tidak sampai tersesat pada jalan yang tidak benar, seperti minum minuman keras, berjudi, pergaulan bebas. Sehingga bila setiap keluarga selalu dikembangkan sikap asah, asih dan asuh, dalam rumah tangga dan keluarga akan terwujud suasana damai, aman, tenang dan bahagia.

12/05/2013

Bersyukur Akan Menjamin Bertambahnya Nikmat



Sesungguhnya Allah memberikan nikmat kepada hambanya berupa nikmat sehat, sempat,panjang umur dan juga hidup. Dengan sehat manusia akan dapat merasakan lezatnya kehidupan dunia, hingar-bingar kehidupan dunia dengan segala romantikanya akan dapat dirasakan dan dinikmati. Demikian pula manusia diberikan kesempatan, sesungguhnya ini juga menjadi sarana untuk merasakan nikmatnya di berikan kesempatan. Kesempatan bekerja dan berkarya, kesempatan untuk makan dan minum, kesempatan untuk berinteraksi sosial, kesempatan untuk menikmati hiburan dan masih banyak kenikmatan-kenikmatan lainnya yang akan dapat dirasakan bila mempunyai kesempatan. Mempunyai kelonggaran waktu dan waktu dapat dimanfaatkan secara proporsisional, dengan tidak mengada-ada sesuatu yang semestinya tidak harus dilakukan.

Bagaimanakah bila waktunya begitu mepet, tidak ada kesempatan untuk meluangkan waktu, satu pekerjaan selesai pekerjaan yang lain sudah mengantri. Nyaris bahwa tidak ada waktu sedikitpun untuk meluangkan kesempatan sehingga waktu-waktu dilalui dengan perasan yang gemrungsung, terburu-buru. Sehingga waktu dilalui dengan tidak adanya kenikmatan. Panjang umur juga menjadi kenikmatan, bila kesempatan panjang umur itu dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Demikian pula manusia diberikan hidup, juga menjadi kenikmatan, walaupun pada awalnya manusia dijadikan hidup di dunia ini merupakan kenikmatan yang tidak pernah diminta, kehidupan datang dengan sendirinya karena kehendak Allah. Namun sesungguhnya setelah kelahiran di dunia, menjadi ajang untuk menikmati kehidupan.

Kenikmatan-kenikmatan ini akan terus diberikan oleh Allah, bahkan akan selalu bertambah dan ditambah oleh Allah. Siapapun orangnya menginginkan agar kenikmatannya senantiasa ditambah oleh Allah. Hanya satu kunci dan jaminan yang diberikan oleh Allah SWT yaitu dengan bersyukur:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Kemudian dilaksanakan-Nya, betapa besarnya faedah dan keuntungan yang akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah rahmat-Nya kepada mereka.

Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.
Mensyukuri rahmat Allah, pertama ialah dengan ucapan yang setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridai-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin atau pun sengsara, bahkan sebaliknya rezekinya senantiasa bertambah dan kekayaannya makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat bertambah bahkan lekas menyusut. Dalam pada itu ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.

Kesalahan yang sering dialami:
• Manusia menilai kenikmatan itu bila mempunyai uang yang banyak, penghasilan berlimpah. Padahal segala suatu yang diberikan oleh Allah pada hambanya itu adalah merupakan kenikmatan, dan sumber kebahagiaan. Namun bila pada saat itu dipandang menjadi balak pada dasarnya karena waktu keluarnya atau tammpaknya yang tidak pas sehingga nyaris dipandanga pada waktu itu tidak berguna.
• Orang yang terbiasa menerima imbalan yang besar, sering kali bila menerima yang kecil akan kurang bersuyukur. Dampak dari sikap ini akan menimbulkan perilaku yang tidak baik, akan mengolok-olok, menggunjing, memfitnah bahkan perbuatan yang dilakukan dengan perasaan tamak jauh dari sikap ikhlas.
• Pembinaan mental rohani dipandang sesuatu yang tidak penting, sehingga ketika mempunyai anak yang shalih dan shalihah, suami atau istri yang bijaksana, ini tidak dipandang sebagai suatu kenikmatan. Ingatlah ketika keluarga bergelimang dengan harta benda namun keluarganya tidak pernah dibina dengan baik. Maka akan berakibat ketidakberkahan dalan hidup. Keluarga akan menghambur-hamburkan harta dengan berjudi, pesta- pora dan berhura-hura. Sehingga keluarga ini akan menjadi sumber fitnah yang tidak berkesudahan.
Karena itu dalam ayat Alquran surat Ibrahim ayat 7 mengatakan bahwa, jika manusia itu selalu bersyukur dan menyukuri segala pemberian Allah, yang besar maupun kecil, yang banyak atau sedikit maka Allah akan menambahkan kenikmatannya kepada manusia.

Oleh karena mindset harus dirubah, dari pola fikir yang materialistik menjadi sosialis religious, membiasakan diri untuk memberi. Namun jangan mengharapkan pemberian kembali dari orang lain. Apalagi mengharapkan imbalan yang lebih baik dari sesama manusia. Karena pengharapan terhadap manusia kadang akan menuai kekecewaan. Persahabatan dan persaudaraan yang telah dibina akan menjadi sirna ketika imbalan yang bersifat materiil itu di harapkan. Rasakan, dalami dan hayati, bahwa ketika kebiasaan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, baik itu berupa barang, jasa atau tenaga dilakukan dengan tulus ikhlas. Tidak ada harapan pengembaliannya, niscaya Allah akan memberinya dengan yang lebih banyak dan lebih baik bahkan kadang dengan hitungan yang tak terhingga. Karena sesungguhnya pemebrian yang tulus ikhlas itu merupkan perwujudan dari rasa syukur kepada Allah. Ketika kesyukurannya bertambah maka Allah akan menambah kenikmatannya dalam segala hal.

12/04/2013

Bahaya Menunda-nunda Pekerjaan



Setiap orang menginginkan hidup tidak ada masalah, namun bila terpaksa ada masalah bukan masalah yang berat dan berarti, tetapi masalah yang biasa-biasa saja yang dapat diselesaikan dengan mudah dan sederhana. Walaupun pada dasarnya bahwa hidup pasti ada masalah, mengapa terjadi masalah. Hal ini karena kesenjangan antara harapan dan kenyataan, orang mempunyai cita-cita, namun dalam mewujudkan cita-cita tidak selamanya berjalan dengan mulus. Ada kerikil-kerikil tajam yang menghambat untuk mewujudkan cita-cita.

Demikian pula dengan pekerjaan yang dijalani oleh manusia, semua orang menginginkan mempunyai pekerajaan yang ringan namun membuahkan hasil yang memuaskan. Namun dalam kenyataannya pekerjaan yang dilakukan terkadang menjadi pekerjaan yang berat dan sulit. Seakan semua pekerjaan membawa resiko, bahkan nyaris tidak ada pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan. Diantara penyebab dari semua ini adalah kebiasaan suka menunda-ninda pekerjaan.

Mengapa diantara kita kadang menunda-nunda pekerjaan. Sesungguhnya menunda-nunda pekerjaan itu adalah suatu kebiasaan buruk, kebiasaan ini terjadi karena menganggap bahwa hari esok masih panjang, tanpa disadari bahwa hari esokpun permasalahan juga menjadi bertambah. Sehingga menunggu hari esoknya kembali juga permasalahan juga semakin banyak. Sehingga berakibat masalah yang sederhana akan menjadi masalah yang berat dan sulit untuk diatasi.

Pernah terjadi pada seoarang karyawan kantor, sebagai seorang staf dia selalu diberi tugas oleh atasannya untuk melaksanakan suatu pekerjaan, namun dia tidak dengan segera melaksanakan. Setiap tugas diterimanya dengan jawaban yang singkat ya pak atau dengan kata siap pak. Dari hari kehari sampai berganti pekan, pekerjaan itu belum dilaksanakan malah telah diberi tugas yang baru lagi. Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada akhir bulan diselenggarakan meeting untuk membahas tugas-tugas yang telah dibebankan pada masing-masing karyawan.

Apa yang terjadi dengan karyawan yang suka menunda-nunda pekerjaan itu, ternyata pada minggu terakhir pekerjaan tersebut baru dikerjakan. Dia berusaha untuk datang lebih awal, setelah apel pagi langsung mengerjakan tugas, ternyata waktu berlalu begitu cepatnya, seakan baru saja datang, tiba-tiba sudah terdengar kumandang azan zuhur. Akhirnya merasa tanggung dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan dia tetap tekun dengan pekerjaannya, sehingga lupa dengan makan siang bahkan shalat zuhurnyapun dikerjakan pada akhir waktu. Baru saja istirahat untuk shalat kemudian memulai dengan pekerjaannya, tiba-tiba terdengar kumandang azan shalat Ashar. Sehingga pekerjaannya di bawa pulang ke rumah. Maksud hati akan diselesaikan dan lembur di rumah. Tetapi ternyata setelah sampai di rumah yang terjadi adalah rasa letih, ngantuk dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan. Akhirya pada keseokan harinya datang kembali ke kantor lebih awal satu pekerjaan selesai menyusul pekerjaan lainnya, sementara waktunya semakin mepet dengan minggu terakhir untuk meeting.

Perasaan gusar, takut dan malu bercampur jadi satu, sehingga tugas yang diberikan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga ketika waktu meeting telah datang, masing-masing sataf dipersilahkan untuk melaporkan kinerjanya. Ternyata pekerjaan banyak yang salah. Maka apa kata pimpinan, dia dipandang sebagai karyawan yang tidak becus dalam menjalankan tugas, pimpinan menjadi marah karena merasa disepelekan oleh stafnya. Pimpinan menjadi pusing, karyawan tersebut juga menjadi pusing. Sehingga sehabis meeting bukannya reward yang dipeoleh namun justru cacian dari atasan dan olok-olokan dari sesama karyawan.

Inilah gambaran singkat dari akibat orang yang suka menunda-nunda pekerjaan, dan secara gamblang bahwa menuda-nunda pekerjaan berdampak pada:
1. Pekerjaan yang mudah akan menjadi sulit dan rumit.
2. Pekerjaan tidak akan dapat diselesaikan dengan baik.
3. Akan merugikan perusahaan.
4. Orang akan rentan terkena stress.
5. Akan menciptakan suasana tidak kondusif.
6. Akan menjadi pribadi yang egois dan individualistik.
7. Akan menjadi orang yang rugi.
8. Orang akan rentan mudah terserang beraneka macam penyakit, stamina semakin menurun, kekebalan tubuhnya juga menurun sehingga mudah terserang penyakit.
9. Rawan terjadi kematian secara dini, bisa mati secara total dalam arti tidak dapat menghirup udara dunia. Namun bisa juga matinya organ dan saraf tertentu sehingga tidak dapat menikmati hingar-bingar kehidupan dunia.

Cobalah kita renungkan dengan pekerjaan-pekerjaan rutin yang terbiasa telah dilakukan, bayar rekening listrik, telephon, air, pajak kendaran bermotor, jatuh tempo dan tenggang waktu tekah ditentukan namun selalau ditunda-tunda. Maka bila sampai terlambat akan terkena denda. Yang lebih parah lagi bila menunda-nunda untuk membayar hutang, maka akan hilang kepercayaan, orang tidak mau mempercayainya lagi.

Karena itu Allah SWT sebagai pencipta dan penguasa seluruh alam semesta memberikan petunjuk, agar segera bergegas untuk menyelesaikan pekerjaan dan beralih melaksanakan pekerjaan yang lain. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS. Alam Nasyrah: 7)

Ketika hamba Allah selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya, maka Allah menjamin bahwa pada setiap kesulitan pasti ada kemudahannya, dengan demikian beban yang dirasa berat akan berkurang, bahkan akan hilang. Namun sebaliknya bila pekerjaan itu selalu ditunda-tunda maka beban ringan akan menjadi berat, perkerjaan yang sedikit akan menumpuk. Sehingga akan menjadi penderitaan yang terus-menerus.

12/03/2013

Berpakaian Rok Mini, Tantangan dan Bahayanya


Pakai rok mini untuk sebagian wanita menjadi kepuasan, kebutuhan atau mengikuti trend. Kalau itu kepuasan, mengapa hanya mengejar kepuasan diri sendiri saja, atau untuk menyenangkan orang lain (teman, pacar, orang tua, saudara, bos atau lainnya). Kalau itu merupakan kebutuhan tentunya koleksi pakaianya mayoritas rok mini. Kalau mengikuti trend tentu akan berganti-ganti seiring dengan trend pada waktu itu.

Pada acara talk show, ketika bintang tamunya adalah wanita dengan rok mini, nampak jelas sekali bahwa posisi duduknya ternyata dalam keadaaan yang terasa tidak nyaman, bila duduk dengan posisi miring tentu pinggul yang sebelah akan nampak, bila salah satu kaki ditindihkan maka pinggul bagian bawah pinggul akan nampak, bila duduk dengan posisi kaki merapat ke depan, maka bila hendak berdiri akan susah, belum lagi bila membuka sedikit saja maka kain segitiga penutup barang di antara dua paha akan nampak. Dalam musik dangdut “buka sitik jos” sengaja mencari sensasi, para penontonnya tidak segan-segan untuk memelototi goyangannya, semakin ngesot semakin jos membuat histeria para penonton.

Pada suatu saat ada seorang wanita separuh baya, dia masih tampak tanda-tanda bekas kecantikannya ketika muda, kulit yang nampak putih bersih, walaupun sudah ada bintik- bintik hitam dan kemerahan pada kulit yang menandakan bahwa dia sebenarnya sudah tidak remaja lagi. Wanita tersebut ternyata sedang mengantar dan menunggui keluarganya yang sedang antri untuk menunggu periksa dokter. Dengan posisi yang saling berhadapan di antara para penunggu. Ternyata pas di depan wanita cantik itu ada beberapa orang laki-laki yang mau periksa dokter. Nampak salah tingkah, risih dan serba salah, walaupun laki-laki tersebut tergolong sudah tua namun ternyata sesekali masih menyarangkan pandangan tertuju pada paha mulus wanita yang ada dihadapannya. Demikian pula para penunggu yang lain, baik itu laki-laki yang lain atau wanita yang lain, tentu suatu saat akan mengarahkan pandangan pada suatu obyek yang pas ada di depannya. Walaupun sudah berupaya untuk tidak melihat, namun karena posisinya ada di depannya dan saling berhadapan, dengan pas dan terpaksa mengarah pada obyek tersebut.

Apakah ada larangannya bila memandang, mungkin bagi wanita tersebut bukan bermaksud untuk dilihat orang atau bisa juga mencari sensasi, ingin menunjukkan bahwa dirinya masih cantik, menarik dan layak dipandang bahkan diidolakan banyak laki-laki. Bagaimanakah bila itu menjadi obyek pandangan, seluruh orang tertuju padanya, bila pandangan itu hanya sesaat tentu wanita tersebut akan merasa berbangga diri, namun bagaimanakah bila banyak orang yang memelototi dalam tempo yang lama. Hal ini bisa juga mengagumi atau sebaliknya mereka mengolok-olok. Dua hal berlawanan yang sulit untuk dipisahkan. Demikian pula wanita tersebut didalam hati akan merasa risih, puas, bangga atau perasaan-perasan yang lain. Tidak bisa digeneralisasikan bahwa mereka suka atau benci atau biasa-biasa saja. Rasulullah SAW pernah memberikan pesan kepada Ali, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya:

يَا عَلِيُّ, لَا تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَاِنَّ لَكَ الْاُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْاَخِرَةُ


“ Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan pamandangan kedua, karena pandangan pertama untukmu (dimaafkan) dan pandangan kedua tidak untukmu (tidak dimaafkan)”.

Kita sadari bahwa penglihatan akan mengarah pada fokus tertentu yang untuk selanjutnya akan menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam. Disamping bagi orang lain, wanita tersebut juga duduk dalam posisi yang tidak nyaman, bahkan nampak seperti salah tingkah. Sesekali bahkan berulang kali wanita tersebut berupaya untuk mengalihkan perhatian dengan berpura-pura menelephon, kirim sms atau face bookan. Satu tindakan, namun manimbulkan ketidaksenangan, apakah akan dibiarkan dan dibiasakan, kebiasaan-kebiasaan semacam ini. Ingat bahwa Indonesia adalah negara religious, yang menjunjung tinggi budaya dan norma-norma keagamaan. Area publik tidak bisa disamakan dengan didalam pesta atau didalam diskotik.
Maka jelas bila budaya Barat dengan terang-terangan diadopsi apa adanya, berjalan-jalan di pusat keramaian dan area publik, rumah sakit, pasar, mol tentu akan mengundang perhatian. Memang keelokan tubuh wanita tidak akan berkurang bila dipandang ribuan bahkan jutaan orang, namun sesungguhnya di balik keelokan tubuh wanita tersebut menyimpan aura yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala. Sehingga banyak sekali wanita yang secara fisik, seorang atau beberapa wanita tidak lebih menarik dari wanita yang lain. Tapi pesona wanita tersebut menarik perhatian publik, aura dan inner beauty sungguh mengagumkan dan membuat simpatik orang banyak.

Sesungguhnya pada diri wanita itu telah tersimpan keindahan dan keanggunan, setiap orang akan mengaguminya, ibarat pakaian yang mahal akan terimpan didalam etalase atau lemari kaca. Tidak sembarang orang dapat memegangnya, kecuali orang-orang yang serius ingin memilikinya. Namun bila pakaian itu adalah pakaian yang murah atau pakaian yang mahal namun sudah didiscon maka akan digantung, diecerkan dan di dasarkan disembarang tempat, semua orang dapat memegangnya, bahkan dapat coba- mencobanya, mereka hanya akan sekedar melihat-lihat, atau meilih-milih dan memegang-megang saja. Sehingga lama-kelamaan pakain tersebut akan menjadi kusut, lusut, kotor dan nyaris menjadi barang yang tidak berharga sama sekali.

Islam memberikan hadir memberikan solusi atas semua permasalahan umat manusia, Islam memberikan kebebasan kepada umatnya, bahwa setiap aturan syari’at pasti akan mendatangkan kemaslahatan. Setiap wanita diwajibkan untuk menutup aurat, sesunggunya semua yang ada pada wanita adalah aurat, tidak boleh dipertontonan kepada orang lain yang bukan muhrimnya. Kecuali untuk muka dan telapak tangannya. Dengan menggunkan pakaian ini wanita akan bebas untuk bergerak, duduk dengan posisi apapun tidak akan membuat risih orang-orang yang ada disekitarnya. Allah SWT telah memberikan petunjuk:

“ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. Annur: 31)

Berdasarkan Riwayat dari Aisyah, bahwasannya Asma’ binti Abu Bakar datang menemui Rasulullah SAW dengan mengenakan pakaian tipis, Rasulullah memalingkan muka darinya dan berkata:

يَا أَسْمَاءُ اِنَّ الْمَرْأَةَ اِذَابَلَغَتِ الْمَحِيْضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا اِلَّا هَذَاوَهَذَا

“Hai Asma’, sesungguhnya apabila seorang wanita telah haidh (mencapai usia baligh), maka tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan kepada wajah dan telapak tangannya)”.

Pada tahun 1988- an ketika busana muslim belum begitu populer, karena pada tahun-tahun tersebut belum begitu banyak muslim Indonesia yang mengenakan busana muslim (yang menutup aurat). Namun ada seorang guru pada sekolah SMA swasta yang mengenakan busana muslim, menutup aurat dan longgar, sehingga benar-benar auratnya tertutup demikian pula lekukan-lekukan pada tubuhnya tidak nampak sama sekali. Suatu saat secara tidak sengaja long dresnya menyangkut pada bangku belajar sehingga betisnya disaksikan oleh salah seorang siswa laki-laki. Bagaimanakah ekpresi siswa laki-laki tersebut, ternyata luar biasa, dia amat takjub. Beda denga teman-teman dikelasnya dan wanita-wanita lain yang selalu terlihat betisnya, bahkan dari lutut kebawah kelihatan saja, di lihatnya sebagai hal yang biasa. Namun ternyata melihat wanita berjilbab justru akan menimbulkan penasaran, kagum,hormat dan segan. Mengapa demikian? Jawabannya itulah rahasia wanita, tanpa diperlihatkanpun ternyata sudah amat menarik,namun bila diperlihatkan secara vulgar kadang bisa mengurangi rasa simpati orang lain.

11/24/2013

Kisah Teman Lamaku, Tidak Semena-mena Terhadap Sesama Hidup


Pada suatu malam, hp saya berdering, dan ketika saya lihat ternyata nomor tersebut tidak terdaftar dalam hp-ku. Saya panasaran, saya angkat lalu bicara dengan memulai saya mengucapkan salam “assalamu’alaikum” dan dijawab”wa’alaikum salam”. Ternyata yang ngebel adalah teman lama saya yang sudah 25 tahun tidak berjumpa. Dia menyatakan bahwa kelak dalam minggu ini mau kerumah saya, karena dia dulu pernah kerumahku. Dan tertarik dengan udara di kampung yang asri, udara sejuk, angin sepoi-poi, suara gemericik air dan suara burung berkicau saling sahut-sahutan.

Temanku yang sudah 25 tahun tidak bertemu telah memperoleh sukses hidup di kota besar, kehidupan yang bising, panas dan karakter masyarakat yang jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan. Dimana di desa bila ada orang asing datang akan menyapa dengan senyuman dan mengajak untuk mampir kerumahnya. Sungguh situasi yang jarang ditemukan di masyarakat perkotaan. Bayang-bayang yang demikian sehingga mengundang minat temanku untuk berlibur ke desa.

25 tahun adalah waktu yang cukup lama , karena ketika dahulu bertemu masih berumur 18 tahun maka sekarang masing-masing telah berusia 43 tahun. Usia kematangan dan kemapanan, matang dalam arti cara berfikir dan kontrol emosinya, mapan dalam arti hidupnya telah mapan, masing-masing telah mempunyai tempat tinggal dan penghasilan. Dan tentu saja masing-masing telah mempunyai anak. Benar juga ketika temanku datang pada malam hari, suasana malam tidak seperti dahulu yang masih gelap-gulita, penerangan dengan menggunakan senthir atau lampu teplok, dengan suara jangkrik saling bersahutan, dan terdengar suara burung hantu yang menakutkan, terasa seram dan seakan ada unsur-unsur mistik. Ternyata sekarang suara-suara telah berganti dengan suara tv dengan chanel yang bermacam-macam.

Temanku masih mempunyai kebiasaan seperti dahulu, pada pagi hari setelah shalat subuh langsung jalan-jalan pagi, sambil menghirup udara segar. Temanku bertanya kenapa tidak terdengar suara burung lagi seperti dahulu. Aku jawab, burung-burung yang dahulu berkicau saling bersahutan sekarang sudah bermigrasi ke pasar. Temaku bertanya “lo kenapa ke pasar”. Ya, burung-burung sekarang ditangkap lalu dikarantina pada sangkar burung. Di pasar burung sangat ramai dengan kicauan beraneka macam burung, bahkan burung-burung tersebut, sekarang sudah banyak yang tinggal di gedung-gedung bahkan di pertokoan. Burung-burung itu sekarang sudah diperjualbelikan, ada yang ingin mengkoleksi berenaka macam jenis burung, ada yang sekedar ingin melestarikan suara-suara burung untuk memperoleh suasana alami ketika berada di rumah.

Begitulah, bahwa sekarang habitat alami sudah tidak bisa hidup di alam bebas, mereka hidup dalam kunglungan sangkar. Walaupun mereka dipenuhi makanannya yang menurut penelitian ahli nutrisi, ternyata pakan buatan lebih bagus karena mengandung nutrisi yang lengkap. Benarkah demikian, kita tidak tahu apa sebenarnya kehendak burung. Mereka senang atau susah, karena manusia tidak mengetahui bahasa burung. Ketika para burung berkicau dengan merdunya, manusia tidak mengetahui sebenarnya mereka sedang bahagia atau susah, sedang menangis atau sedang tertawa. Sedangkan manusia yang bisa bicarapun kadang mereka menangis, tetapi memangisnya karena bahagia, manusia tertawa, namun tertawanya karena stres atau sekedar menghilangkan kepenatan.

Pada suatu saat ketika, aku bersama dengan temanku yang baru pulang dari Semarang, didalam bus ada kenalan dalam bus yang bercerita tentang burung. Nampaknya orang ini senang memelihara burung. Bukan sekedar untuk hiburan, namun burung sudah dijadikan sebagai kebanggaan, bahkan investasi. Karena burung-burung itu yang berharga cukup tinggi, katakanlah cucakrowo, perkutut, murai dan banyak jenis-jenis burung kicau lainnya. Dia begitu antusias dan sangat bersemangat bila bercerita tentang burungnya. Dia bercerita walaupun memelihara burung dengan menyedikan makanan buatan untuk burung, namun masih menyediakan makanan alami burung tersebut. Maksudnya adalah makanan asli burung pada habitat alamnya. Karena dialam bebas mereka tidak mengenal yang namanya pakan pelet. Yang ada hanyalah jenis serangga, buah-buahan dan jens sayur-sayuran. Dia bilang amat berdosa bila tidak menyediakan makanan alami bagi burung-burung piaraannya. Saya dengan temanku belum berkomentar dia memperkuat argumennya lagi.

Sesungguhnya burung-burung itu pada dasarnya juga sangat merindukan pakan alaminya.
Tetapi dibalik kehebatan dan kepeduliannya, ternyata dia memelihara burung satu sangkar hanya seekor saja dan kebanyakan yang dipelihara burung yang jantan. Itupun satu sangkar yang pas-pasan, burung tidak bisa terbang dengan leluasa, punya sayap namun tidak dapat digunakan untuk terbang bebas. Saya sekedar bertanya mengapa burung-burung itu mau berkicau, bersedih, gembira atau? Laki-laki itu berkata sesunggunya burung-burung itu sedang birahi, dia berkicau karena sedang menarik perhatian sang betina. Kalau begitu amat berdosanya, tahu bahwa dia sedang birahi namun dikekang terus nafsunya. Bagaimanakah bila terjadi pada anda selaku manusia. Karena ada laki-laki yang tidak cukup dengan satu istri sehingga melakukan poligami.

Begitulah kehidupan di dunia yang telah diciptkan oleh Allah dalam bentuk berpasang-pasangan. Karena dengan berpasang-pasangan ini akan terjadi keseimbangan hidup. Bagi tumbuhan, bagaimanakah bila ada putik tapi tidak ada serbuk sari. Padi, jagung, gandum sebagai sember makanan pokok bila tidak penyerbukan maka tidak akan menghasilkan biji-bijian. Apalagi hewan hanya satu jenis saja, jantan saja atau betina saja maka tidak akan ada perkembangbiakan. Maka habitat alam akan musnah. Bila tidak ada keseimbangan alam, maka akan terjadi malapetaka. Contohnya bagaimanakah segerombolan monyet atau harimau yang masuk ke perkampungan penduduk untuk mencari mangsa. Karena di habitat alam telah kehabisan makanan. Sehingga mereka masuk ke kampung dan memakan apapun yang diperolehnya. Salah siapakah bila manusia diserang binatang buas.

Marilah bermuhasabah, karena sebaik-baik nanusia yang mau meneliti kekurangan dirinya, mengakui kesalahannya dan berusaha tidak mengulang kesalahan yang sama dalam waktu berbeda serta mau memperbaiki kesalahan dan kekurangannya. Seandainya Sulaiman-Sulaiman (Nabi Sulaiman) yang dapat mengetahui bahasa binatang hidup pada masa sekarang niscaya tidak akan terjadi kesewenang-wenangan terhadap sesama makhluk.

Pengandaian ini tidak akan terjadi, namun implementasinya akan terlaksanakan manakala manusia mau berempati, bukan hanya terhadap sesama manusia namun hendaknya dengan sesama hidup. Tapi yang jadi masalah lagi, terkadang terhadap manusia saja sering terjadi kesewenang-wenangan, memperkosa hak hidup orang lain. Dengan hal ini hendaknya kita dapat berfikir bahwa setiap kejadian akan kembali pada dirinya sendiri. Bila tidak secara langsung maka akan memakan waktu yang cukup lama, atau bisa juga penderitaan dan kesengsaraan akan diterimakan pada anak dan keturunannya. Karena sesungguhnya tidak ada satupun amal perbuatan manusia yang lepas dari pengawasan Allah, dicatat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk pada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa pada jalan yang diridhai-Nya, amin.

7/10/2013

Puasa Adalah Benteng


الصيام جنة
Puasa adalah benteng (HR. Buchari Muslim).

Sepenggal hadits qutsi yang diriwayatkan oleh Imam Buchari dan Muslim mengatakan bahwa puasa adalah merupakan benteng. Didalam kamus besar Bahasa Indonesia benteng berarti dinding dari tembok (batu, tanah) untuk melindungi kota (tempat pasukan) dari serangan musuh. Bisa juga berarti tempat yang diperkuat dinding tembok dan sebagainya untuk kediaman prajurit.
Sedang puasa adalah merupakan benteng bagi orang-orang yang beriman, dari serangan yang maha dahsyat yaitu syetan yang membisikkan kepada manusia dengan bisikan yang menjerumuskan dari segala penjuru. Mengapakan manusia digoda oleh syetan, tidak lain karena syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia, selama masih berada di alam dunia seluruh syetan akan selalu menggoda dan menjerumuskan manusia dari petunjuk kepada kesesatan.

Dapatkah manusia digoda oleh syetan, tentu saja bisa, karena manusia mempunyai sifat dan karakter yang ganda, yaitu:
1. Sifat hayawaniyah yang merupakan sifat kebinatangan. Bila kita tilik sifat binatang adalah berbuat menurut kehendaknya, tidak dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Semua hal yang ada adalah sama. Boleh dimiliki dan dirasakan. Hal ini nampak jelas bila kita saksikan sekumpulan kerbau yang sedang digembalakan. Maka ketika terasa lapar, dan terlihat tanaman jagung yang masih segar, maka dengan serta-merta diterjang, tidak pernah memperdulikan sesuatu yang boleh diambil atau tidak semuanya adalah sama. Pantas saja karena binatang tidak dikenai taklif.

2. Sifat syaithaniyah, yaitu sifat setan yang selalu menjunjukkan jalan kesesatan dan selalu benci dengan petunjuk dan segala macam ketaatan pada sang Khaliq. Perintah Allah dijauhi namun bila ada larangan Allah justru didekati, perintah Allah ditinggalkan larangan Allah dilaksanakan. Ada manusia yang berusaha melaksanakan ketaatan kepada Allah selalu digoda dan diajak untuk melaksanakan perbuatan yang sesat dan terlarang.
3. Sifat malakut, yaitu sifat ketaatan seorang hama kepada sang Khaliq yang tidak pernah membantah dan lalai akan perintah Allah. Semua perintah Allah dilaksanakan dengan penuh ketaatan.

Dari tiga macam karakter sifat dan watak hamba Allah itu semua dimiliki oleh manusia, dominasi watak tersebut tergantung dari pemahaman diri sebagai khalifatullah dan 'abdulah. Untuk itu pada bulan Ramadhan ini, dimana berdasarkan hadits Rasulullah SAW Bahwa para syetan dibelanggu:

اِذَاجَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِقَتْ اَبْوَابُ النَّارِ وَسُلْسِلَةِ الشَّيَاطِيْنُ. رواه البخارى

" Jika bulan Ramadhan datang pintu surga dibuka pintu neraka ditutup dan para syetan dibelenggu oleh Allah". (HR. Buchari).

Hadits tersebut mengandung pengertian:
1. Terbuka pintu surga, bermakna bagi mereka yang puasanya dapat merubah daya nafsu syetaniyah menjadi yang murni yang menimbulkan niat murni, ikhlas perbuatan yang membawa kemaslahatan. Terhadap mereka yang puasanya seperti ini maka pintu surga dibuka baginya.
2. Tertutup pintu neraka, orang yang benar-benar melaksanakan perintah untuk berpuasa, sehingga berhasil memadamkan nafsu jahatnya berarti dia berhasil menyelamatkan dirinya dari api neraka, sehingga dengan demikian pintu neraka tertutup baginya.
3. Syetan-syetan dibelenggu, mereka yang berpuasa dengan tekun dan melaksanakan amalan-amalan pada bulan tersebut, yang hanya ditujukan semata-mata karena Allah, sehingga daya ruhaninya berhasil menaklukkan daya-daya syetan. Ini yang dimaksud dengan membelenggu syetan (Bahaudin Mudhary, KH, Esensi Puasa Kajian Metafisik: 59)

Kita rasakan bahwa ketika waktu siang hari pada bulan Ramadhan semua terasa indah dilihat, enak dirasakan bila melihat makanan. Pada hal ini adalah suatu yang dilarang oleh manusia, seperti memandang lawan jenis pada waktu puasa disiang hari, sungguh bila dorongan yang demikian ini terus diprogram sehingga menjadi rencana, sungguh akan mengurangi kualitas nilai puasa. Karena syetan akan terus membisikkan dorongan nafsu syahwat yang bermacam-macam. Karena itu puasa menjadi benteng ketika menyadari, bila disaat berpuasa melakukan perbuatan keji dan munkar maka akan merusak pahala puasa.

Oleh karena itu puasa adalah kegiatan totalitas untuk mahan diri dari segala yang membatalkan dan yang merusak puasa. Puasa bukan hanya sekedar menahan makan dan minum. Tapi puasa menjadi sarana spiritualitas untuk meraih derajat yang tertinggi yaitu derajadnya sebagai orang yang bertaqwa.
Apakah diluar bulan Ramadhan pintu surga tidak di buka? Tidak demikian, pintu surga tetap dibuka, namun bila pada bulan Ramadhan dibukanya dengan selebar-lebarnya. Hal ini mengingat pada hadits Rasulullah SAW bahwa setiap amal ibadah dilipatgandakan antara 10 sampai 700 tingkatan. Bila selain bulan Ramadhan hanya sampai 10 tingkatan saja. Semakin banyak aktifitas amal ibadah maka akhumulasi pahala juga semakin berlipat-lipat sehingga sangat mudah untuk masuk ke dalam surganya Allah. Namun bila Allah telah memberikan keutamaan pada bulan tersebut tetapi tidak memanfaatkan keutamaan ini maka artinya enggan masuk ke dalam surga, yang artinya walaupun pintu neraka sudah ditutup namun tetap berupaya untuk memasukinya. Hal ini karena dorongan untuk menjalankan ketaatan lebih didominasi oleh kemauan hawa nafsu.

7/09/2013

Puasa Menurut Ahli Tasyawuf


Bulan Ramadhan adalah merupakan bulan penggemblengan diri untuk meraih terajad muttaqin, kedatangan Bulan Ramadhan sangat dinanti-nantikan kedatangannnya. Sehingga disana-sini banyak sekali rencana kegiatan menyambut Ramadhan dan aktutualisasi kegiatan pada bulan Ramadhan. Hitungan tanggal pada bulan Ramadhan mempunyai keutamaan, dan tentu saja keutamaan itu akan dapat dirasakan bila diantara kaum muslimim juga berupaya untuk melaksanakan. Rasulullah SAW menegaskan:

اوله رحمة واوسطه مغفرة واخره عتق من النار


“ Awal dari puasa Ramadhan adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”.

Bila kita lihat dari hadits tersebut ada tiga kelompok yaitu yang pertama, pertengahan dan yang terakhir. Yang pertama bila kita hubungkan dengan tanggal dalam satu bulan ada 29 atau tiga puluh hari. Bila itu 30 hari maka yang pertama adalah tanggal 1-10, yang pertengahan adalah 11-20 dan yang terakhir adalah 21-30. Jadi pada tanggal 1-10 pada bulan Ramadhan Allah SWT melimpahkan seluruh rahmatnya bagi hamba-hambanya utamanya adalah orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa, dan pada tanggal 11-20 Allah melimpahkan maghfirahnya bagi seluruh alam dan yang terakhir tangal 21-30 karena umat Islam telah memperoleh rahmatnya maka secara otomatis akan diampuni segala kesalahannya kepada Allah SWT, maka tanggal yang 21-30 umat Islam tinggal mengharapkan surganya Allah SWT karenanya disingkirkan dari siksa neraka.

Harapan ibadah setiap muslim pada dasarnya dari ketiga hal tersebut rahmat, maghfirah dan khusnul khatimah. Namun harapan ini bukan diperoleh dengan cara yang mudah tetapi membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dan istiqomah dalam menegakkan dan menjalankan ajaran Islam. Berkaitan dengan hal tesebut untuk meraihnya, para ahli tasawuf menempuh tiga jalan yaitu takhalli, tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah mengeluarkan segala macam perilaku yang tidak terpuji, sebagaimana ketika sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan tidak diperbolehkan berkata kotor, membuat gaduh, berkelahi, Rasulullah SAW bersabda:

والصيام جنة فاذا كان يوم صوم احدكم فلا يرفث ولا يصحب فان سابه احد او قاتله فليقل: انى صائم 

متفق عليه

“ Puasa adalah perisai (dari api neraka dan perisai dari perbuatan yang jelek). Bila hari berpuasa seseorang diantara kamu, maka janganlah berkata kotor atau berbuat gaduh (sebab orang yang berpuasa biasanya mudah marah, oleh karena itu dilarang marah dan berkata jelek). Bila ada orang yang mencacinya atau mengajak berkelahi, maka katakanlah: sesungguhnya aku sedang berpuasa”.

Menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak ibadah puasa serta mengeluarkan segala perbuatan jelek tersebut, hal ini adalah perilaku yang amat terpuji. Maka bila dapat menempuh jalan tersebut niscaya akan memperoleh Rahmat Allah SWT dan ini diupayakan pada sepuluh hari yang pertama pada bulan Ramadhan.

Setelah dapat melampui sepuluh hari yang pertama dengan usaha yang sungguh-sungguh mengeluarkan segala perilaku yang tidak baik, maka kemudian masuk pada tahapan yang kedua yaitu tahalli, yaitu menghiasi diri dengan perilaku yang terpuji. Segala bentuk perbuatan yang tidak baik diganti dengan perbuatan yang terpuji. Yang tadinya mempunyai kebiasaan berkata kotor diganti dengan kata-kata yang indah, ucapan dusta diganti dengan yang jujur, sifat tamak diganti dengan ikhlas, sifat su’uzan diganti dengan khusnuzan, sifat kibir diganti dengan tawadhu’, dan sifat-sifat baik lainnya selaras dengan akhlaq nabawiyah dapat direalisasikan dalam sepuluh hari yang kedua pada bulan Ramadhan. Maka bila dapat menempuh jalan tersebut niscaya akan diberikan ampunan oleh Allah SWT. Dan bila telah dapat menempuh dua tahapan sepuluh hari yang pertama dan yang kedua, maka akan memperoleh kenyataan kedekatan dengan Alah SWT atau yang dikenal dengan tajalli.

Tajalli bila dalam ilmu tasyawuf dimaksudkan adalah menyatunya kehendak Allah pada hambanya, sehingga segala yang dilakukan hamba adalah selaras dengan kehendak Allah SWT. Setiap ‘abid ketika melaksanakan ibadah puasa sudahkan terasa dekat kepada Allah, ataukah ibadah khususnya ibadah shalat hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja. Tentunya setiap ‘abid menginginkan bahwa pelaksanaan ibadah dari waktu-kewaktu akan menunjukkan rasa kedekatan diri kepada sang Khaliq. Karena Allah SWT itu dekat bahkan kedekatan Allah kepada hambanya lebih dekat dari urat leher, sudahkah merasakan yang demikian. Bila sudah, berarti tinggal mempertahankan, namun bila belum harus dapat mengupayakannya.
Karena apalah artinya ibadah seribu tahun bila terasa jauh dari Tuhannnya, karenanya ibadah tidak dapat menjadi landasan amal perbuatan manusia yang dari waktu-kewaktu ingin meraih tingkatan kebaikan. Karena itu momen 10 hari yang terakhir pada bulan Ramadhan adalah merupakan hasil dari kedekatan diri kepada Allah SWT, karenanya ibadah pusa Ramadhan dengan segala amalan baiknya, baik itu shalat tarowih, tadarus Alquran, shadaqah, pengajian dan sebagainya dilakukan dengan perasaan senang, tak pernah ada rasa bosan bahkan enggan untuk melakukannya. Apalagi motivasi yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW, bahwa pada malam-malam yang terakhir pada bulan Ramadhan, Allah akan melipatkan pahala seorang abid yang bernilai dengan ibadah 1000 bulan. Karena itu para ‘abid tidak pernah meluangkan waktunya kecuali untuk sepenuhnya meningkantkan ibadah kepada Allah SWT sehingga terasa sekali kedekatannnya kepada Allah SWT.

Untuk meraih dari semua itu maka mulai hari ini, akan kita bahas tentang perilaku yang tidak baik yang harus dikeluarkan dari dalam diri kita, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk menghiasi diri dengan perilaku yang baik. Keistiqamahan, keikhlasan dan kesungguhan dalam melaksanakan ibadah ini, pada akhirnya akan memperoleh hasil yang baik. Dari pemahaman syariat dan akhlaq menuju pada hakekat makrifatullah. Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq, hidayah dan inayahnya kepada kita sekalian, amin.

7/04/2013

Menghalalkan Yang Haram


Ada suatu percakapan antara seorang kyai dengan pegawai Kantor Urusan Agama yang bernama pak Salim, pada suatu saat terdengar sapaan keakraban antara pak Salim dengan seorang kyai (tokoh agama dalam masyarakat). Assalaamu ‘alaikum pak kyai, pak Salim menyapa kyai. Sang kyai menjawab, wa’alaikum salam warahmatulahi wabarakaatuh, ini mau kemana? Karena sang kyai juga sudah merasa kenal dengan pak Salim, setelah menjawab salam dilanjutkan dengan pertanyaan mau kemana. Pak Salim menjawab “ada tugas luar kyai”. Sang kyai langsung menyapa lagi, o ya, mau menghalalkan yang haram ya.

Kata-kata yang singkat dan diucapkan dengan muka sang kyai dengan berseri-seri sedikit tersenyum. Begitu mendengar kata-kata sang kyai Pak Salim langsung menunjukkan kata tidak suka, benci, marah namun karena ingin tetap menjaga image, maka segera tancap gas sepeda motornya. Sepanjang perjalanan pak Salim berfikir, dan berkata dalam hati kurang ngajar pak kyai, mengapa dia berkata semacam itu. Hal ini terjadi karena ketika mendengar ucapan sang kyai, yang terlintas dalam benaknya bahwa institusi tempat bekerja yaitu Departemen Agama yang sekarang menjadi Kementerian Agama pada tahun-tahun yang lalu dicap sebagai institusi terkorup. Sekalipun dia tidak korupsi namun merasa malu bila dikatakan korupsi. Dan setelah di audit Kementerian Agama memperoleh predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Sepanjang perjalanan pak Salim hanya memikirkan kata-kata sang kyai. Perasaan marah dan benci pada sang kyai karena ucapannya. Namun ternyata Allah tidak menghendaki hambanya larut dalam emosi yang tidak terkendali, Allah memberikan bisikan yang sangat halus dan pelan-pelan. Pak kyai bilang menghalalkan yang haram. Pak Salim terus menelusuri kegiatan dari Kepala KUA dan Penghulu yang diantara tugasnya adalah menikahkan dua insan yang berbeda jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya diharamkan memadu kasih dengan bercumbu rayu sampai pada berhubungan sebadan. Sebelum nikah aktifitas seperti ini termasuk kategori zina dan menjadi perbuatan dosa yang diharamkan oleh agama Islam. Namun setelah nikah aktifitas tersebut berballik termasuk kategori ibadah. Jadi aktifitas seksual laki-laki dan perempuan sebelum menikah termasuk perbuatan zina yang merupakan perbuatan dosa besar. Namun setelah terjalin dalam ikatan pernikahan yang kemudian dicatatkan di KUA menjadi perbuatan ibadah.

Pak Salim memperoleh jalan terang, mungkin pak kyai mengira bahwa aku adalah seorang penghulu yang akan menikahkan dua insan yang berbeda jenis kelamin. Setelah memperoleh jalan terang ini didalam perjalanan dia berbaik menghujat dirinya sendiri, alangah bodohnya aku, tetapi untung saya tidak mengucapkan kata-kata kasar pada pak kyai. Astaghfirulah, semoga Allah mengampuni kesalahan hamba-Mu yang dhoif ini. Semoga Allah tidak memutuskan hubungan shiaturahim kami, insya-Allah suatu saat kami akan bershilaturahim ke rumah pak kyai. Itulah tekad dan niat mulia pak Salim, semoga Allah memberikan jalan terbaik bagi hamba-Nya yang salih.

Karena itu Rasulullah Muhammad SAW bersabda “Bukanlah keperkasaan itu orang yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya, tetapi keperkasaan adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika sedang marah”.

7/03/2013

Tukang Foto Cari Muka


Cari muka adalah salah satu perilaku yang tidak terpuji, karena perilaku ini identik dengan penjilat, sifat munafik, sikap riya’. Maka siapapun tentu saja akan merasa marah bila dikatakan sedang cari muka. Seorang staf yang selalu malas dalam bekerja, namun ketika atasan datang pura-pura sedang aktif bekerja. Begitu pula senang berkasak-kusuk mencari kesalahan orang lain, menjilat dan menghasut kepada atasannya. Perbuatan ini jelas akan menimbukan kedisharmonisan dalam lingkungan kerja. Sesama mitra kerja merasa tidak cocok, dan temannyapun merasa malas untuk berinteraksi, pergaulan terasa kaku, seakan dalam setiap pekerjaan akan terjadi kecemasan diantara teman kerja.

Kebetulan ada seorang pegawai, karena dia mempunyai sedikit ketrampilan untuk mengabadikan suatu peristiwa. Dengan mengambil foto dalam setiap kegiatan. Boleh dikata sebagai fotografer amatiran. Namun karena keikhlasan dan merasa terpanggil untuk mengabadikan kegiatan tersebut, maka sekalipun secara spesific bukan bidangnya namun dilakukan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.

Ketulusan hati berbalik ketika ada sahabatnya yang bekerja di luar kota. Karena ada suatu kegiatan yang sama sehingga berkumpulah sahabat-sahabat satu profesi, bak menjadi ajang reuni. Seorang karyawan putar kesana-kemari mencari fokus bidikan. Setiap momen yang indah selalu diabadikan. Sehingga juru fotopun tidak segan untuk berdiri didepan audien, bahkan para pejabat. Hal yang demikian bagi juru foto dipandang sebagai hal yang wajar dan dimaklumi. Satu kegiatan ke kegiatan yang lain selalu diikuti. Sampailah pada suatu kegiatan seorang sahabat mengatakan, wah kamu mondar-madir senang cari muka saja? Teman yang di bilang suka cari muka tidak menjawab apapun, karena mungkin dia hanya bercanda saja. Mungkin dia memancing bahwa sahabatnya marah atau tidak. Ternyata teman yang di bilang suka cari muka diam dan tidak menunjukkan tanda-tanda marah.

Ternyata ucapannya itu di jawab dengan sendiri, bukankah juru foto memang orang yang mencari muka, ada orang yang sedang pidato yang utama dibidik adalah mukanya. Karena memang sangat jarang bila orang mengambi foto dari belakang atau bagian-bagian tertentu saja. Langsung temannya menjawab, ya kalau saya memfoto pantat, pinggul atau bagian-bagian tertentu saja maka akan termasuk dalam kategori fotografer amatir yang porno dan norak.

Jadi memang benar, bila fotografer kerjanya memang mencari muka. Tapi mencari muka bukan dalam konotasi yang negatif, sebagaimana sifat-sifat diatas. Namun seorang juru foto yang memandang bahwa hasil bidikannya baik bila mengabadikan gambar orang, mukanya ditampakkan dengan jelas.
Bagaimanakah bila orang mau membuat KTP, SIM, Paspor dan kartu identitas lain yang harus memajang fotonya. Namun yang dipajang foto kepala, tangan, kaki atau perutnya, atau hanya separoh muka saja. Tentu hal ini akan sulit untuk dikenali, dan tidak akan diterima oleh petugas penerima pendaftaran. Karena memang sangat mulianya muka manusia. Akan dikenal karena dari mukanya. Misalnya ada kecelakaan yang mana organ tubuh manusia hancur, akan sulit diidentifikasi. Namun ketika mukanya masih ada dengan mudah akan di kenali tidak perlu dengan sidik jari.

Karena itu sangatlah baik bila setiap umat manusia dapat menahan diri dari marah, tidak reaktif. Bisa dibayangkan bila juru foto amatir sebagaimana diatas langsung bersikap reaktif tentu akan malu. Karena belum mengetahui maksud dari ucapannya namun sudah berkesimpulan, bahwa dia telah menghina dengan mengolok-olok. Bahkan yang lebih anarkhis akan main pukul, sehingga gara-gara dari ucapan akan terjadi permusuhan bahkan akan menimbulkan pertumpahan darah. Karena itu Rasulullah Muhammad SAW bersabda “Bukanlah keperkasaan itu orang yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya, tetapi keperkasaan adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika sedang marah”.

6/23/2013

Manfaat Bangun Pagi Lebih Awal


Kisah nyata perjalanan hidup bani Adam, ada seorang pelajar yang datang ke sekolah selalu telat. Ketika teman-temannya sudah berbaris untuk apel pagi bahkan kadang teman-temannya sudah memulai pelajaran, dia baru sampai sampai. Sehingga setiap guru yang memberikan pelajaran pada awal pelajaran tentu sudah paham, dia pasti terlambat. Bahkan cerita inipun sudah sampai ke wali kelas. Disekolah tentu yang paling bertanggung jawab atas bimbingan dan pengarahan adalah wali kelas. Sehingga dengan bahasa yang halus ditanyakan kepada anaknya yang sering telat. Mengapa selalu telat, dia manjawab bahwa bangunnya kesiangan. Lalu wali kelaspun mengejar jawaban siswanya dengan menyusul pertanyaan yang baru. Apakah setiap hari kesiangan, lalu kamu bangun pagi jam berapa? Dijawab dengan jawaban ringan tanpa beban. Kadang jam 05.30 kadang jam 06.00 atau kadang lebih dari itu. Wali kelas mengelus dada, sambil berkata, astaghfirullah, apakah kamu tidak menegakkan shalat Subuh? Bisa dibayangkan bila bangun pagi jam 5.30 atau jam 06.00 untuk wilayah Indonesia bagian barat apakah masih bisa?

Adalagi kisah seorang pegawai yang harus apel pagi pada jam 07.00, dia sama seperti pelajar diatas sering telatnya dari pada datang lebih awal. Bisa kita bayangkan bila setiap pagi selalu bangun pagi diwaktu akhir, niscya akan merasakan betapa singkatnya waktu yang dilalui, betapa banyak pekerjaan terbengkelai karena tidak membiasakan diri untuk bangun pagi. Karena itu bila diantara kita ada yang telah terbiasa bangun siang, maka berupayalah untuk merubah kebiasaan buruk tersebut. Mengapa bangun pagi disebut kebiasaan yang buruk:
1. Dengan bangun siang otomatis tidak dapat menegakkan shaat subuh, bila sekali atau dua kali bangunnya kesiangan tentu dimaklumi. Namun bila hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, akan menimbulalkan preseden buruk. Orang Islam yang melupakan kewajiban teritama shalat lima waktu, dia artinya telah merobohkan agama. “ Shalat adalah tiangnya agama, barang siapa yang menegakkan shalat maka ia telah menegakkan shalat, namun barang siapa meninggalkan shalat berarti telah merobohkan agama. Karena itu orang tersebut hatinya akan menjadi keras, hatinya menjadi jauh kepada Allah. Sekalipun Allah telah menyatakan bahwa kedekatan Allah terhadap hambanya diibaratnya seperti urat pada lehernya. Namun sekalipun Allah telah menyatakan dekat dengan hambanya, tetapi ternyata hambanya merasa jauh dengan Allah. Bagaimana akan merasa dekat dengan Allah bila kewajiban yang telah diberikan Allah tidak pernah dihiraukan.

2. Akan tercatat sebagai ahli surga “ dari Abu Hurairah Berkta, Rasululah SAW bersabda, Malaikat malam dan siang silih berganti kepadamu, dan mereka berkumpul pada waktu shalat Subuh dan Asar. Kemudian Malaikat yang semalaman denganmu naik (ke langit) lalu Allah bertanya kepada mereka, sedang Allah yang lebih tahu tentang mereka, bagaimana kamu meningalkan hamba-hamba-Ku? Para malaikat berkata “ kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami juga datang kepada mereka dalam keadaan shalat “. (HR. Buchari Muslim).

Sungguh bahagianya bila pergantian sifnya para malaikat siang dan malam, hamba Allah dalam kondisi sedang shalat Subuh dan Ashar

3. Bangun pagi akan merasakan waktu yang panjang, apalagi bangun pagi dalam setiap waktu dilaksanakan sebelum ada panggilan menegakkan shalat. Lebih bagus lagi bila sebelum waktu subuh sudah menegakkan shalat Tahjjud. Dilanjutnya dengan tadarus Alquran, lebih bagus lagi dilanjutkan dengan membaca kitab.

4. Bangun pagi akan mengikis penyakit hati.

1.       Ingatlah bahwa penyakit hati yang lebih mengetahui lebih dahulu adalah orang lain, namun kadang bagi yang bersangkutan sekalipun sesungguhnya sakit tetapi tidak merasakan sakit.


5. Bangun pagi akan membuat tubuh sehat, karena disamping dapat menghirup udara segar di pagi hari juga dapat berolah-raga, jalan-jalan atau lari pagi. Tentu badan yang menjadi sehat, karena dengan olah membantu kelancaran metabolisme tubuh akan bekerja secara normal.

6. Bangun pagi akan memulai kegiatan baru, bila tiap hari telah membiasakan bangun lebih pagi, maka akan mempunyai sifat optimis dalam menghadapi hari esok. Sebaliknya bila bangunnya sampai siang maka semua kegiatan baru sudah didasari sifat terburu-buru. Maka tentu sampai siang bahkan sampai waktunya pulang. Nyaris menjadi hari yang kelam tidak mempunyai hasil.

Bila hari esok bercita-cita menjadi hari yang lebih baik, tiada pilihan kecuali bangun pagi, syukur diawali dengan shalat Tahjjud, dan empat rekaat untuk shalat fajar. Mulailah dari diri sendiri, dari hal yang kecil dan mulai dari sekarang.

6/18/2013

Dahulu Gagah Sekarang Lemah


Dahulu ketika aku masih menempuh pendidikan di SD memandang beberapa orang muda-mudi, bergembira-ria layaknya orang yang sudah dewasa, kadang mereka berjalan berduaan kadang berkumpul bersama teman-temannya. Ketika telah sampai pada pendidikan SMP aku melihat mereka mulai nampak sebagai pribadi yang mulai nampak kematangan jiwanya, mental dan spiritualnya. Ketika aku SMA mereka telah mulai sibuk dengan urusannya masing-masing, karena mereka telah menemukan pasangan hidup masing-masing, mulai sibuk dengan urusan keluarganya masing-masing. Ketika aku selesai SMA dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi untuk kuliah, aku berada diluar kota sehingga mulai jarang bertemu dengan mereka dan aku mulai masuk dalam komunitas baru, sehingga ketika aku selesai kuliah mereka sudah nampak menjadi orang tua, bahkan ada yang sudah mempunyai cucu.

Kita dibedakan dalam waktu dan kesempatan, mereka pernah merasakan muda sedang aku belum menjadi tua. Diantara mereka dalam usia senja ada yang telah merasakan hidup rukun, damai dan sejahtera dalam komunitas masyarakat desa dengan semboyan "mangan ora mangan sing penting kumpul", makan tidak makan yang penting bisa bersatu. Masyarakat desa berprinsip hidup yang praktis dan sederhana. Tidak terlalu berambisi dalam kemewaahan hidup didunia, yang penting adalah kehidupan yang rukun, tentran, damai, jiwa dan semangat kegotongroyongan senantiasa melekat pada pribadi mereka. Sehingga mereka hidup ditengah-tengah masyarakat tetap menjadi pepundhen, orang yang senantiasa dihormati. Bahkan ucapannya dipandang sebagai sabda pandhita ratu yang sentiasa di tunggu-tunggu sebagai nasehat hidup.

Kemudian aku terus melangkah menyusuri waktu, dalam meniti hidup untuk menjadi manusia yang mandiri dan berdikari. Didalam komunitas pekerjaan selalu ada perbedaan strata sosial, sebagai pegawai yang lebih berkecimpung dalam kegiatan public relation, dituntut untuk mempunyai sikap yang fleksibel dan dinamis dalam berinteraksi sosial., perbedaan status sosial, ekonomi, politik, berbedaan etnis, suku, bahasa dan agama. Sepuluh tahun yang lalu aku telah mengenal para manajer, pimpinan dan para stacholder aku berupaya untuk selalu menjaga sikap, tutur kata yang sopan, aku menyadari bahwa statusku berbeda jauh dengan mereka. Aku menyadari jika mereka tidak level untuk ngobrol dengan aku dan akupun menyadari yang demikian itu.

Ada bayak diantara mereka yang berupaya untuk menjaga emage. Sehingga walaupun mereka telah mengenal dan tahu tentang aku, namun mereka senantiasa menjaga jarak, cuek, tak acuk . Walaupun sudah mengenal sejak lama namun sikapnya masih terasa kaku, tidak ada canda tawa. Tidak seperti dengan mas Paimin, mas Sardi, mas Sapto, mbak Surti, mbak Kinah dan karyawan-karyawan yang berkerja tulus bukan untuk meraih jabatan dan kehormatan. Dengan mereka aku lebih lancar dalam berbicara, canda, tawa bahkan ketika suatu sasat diantara kita mendapat rizki tidak segan-segan untuk mentraktirnya. Makan bersama terasa tiada beban.

Waktu terus berlalu, tidak seperti dahulu mereka masih terlihat gagah, pakaian selalu necis, rambut tersisir rapi, banyaklah orang yang menaruh hormat kepada mereka. Ternyata waktu sekarang sudah berubah total, aku melihat diantara mereka yang dahulu gagah sekarang sedang berbaring lemah di rumah sakit. Ada pula yang dahulu gagah sekarang sering terlihat berjalan-jalan diwaktu pagi hari, sekarang mereka ingin mengenang kembali kegagahan pada 15 tahun yang lalu, namun ternyata otot-otot terasa lemah, kulit keriput, tulang keropos, tubuh sering terasa pegal dan linu, leher terasa kaku, mata berkunang-kunang, tangan dan kaki sering kesemutan, sering terasa mau kencing dan keluhan-keluhan lain yang dahulu tidak pernah dirasakan.

Kehormatan dan jabatan hanya tinggal kenangan. Aku melihat mereka hanya merasa iba, tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa, karena aku masih takut untuk menyapa diantara mereka yang dahulu gagah takut jika mereka tidak mengacuhkan. Sebenarnya aku tahu bahwa mereka butuh teman yang siap untuk menjadi pendengar tetapi aku masih teringat dahulu ketika diantara mereka masih gagah mereka tidak memperdulikan apa yang aku katakan.

Aku tahu diantara mereka ada yang telah berhasil mendidik dan membimbing putra-putrinya menjadi orang yang dapat mewarisi kesuksesan orang tuanya. Namun apa yang terjadi, ternyata anak-anak mereka telah sibuk dengan urusannya masing-masing, bahkan untuk bertemu dengan anaknya sangat sulit seperti ketika aku dadulu mencari untuk meminta tanda tangan.

Dahulu mereka gagah sekarang aku merasa lebih gagah. Sekarang mereka lemah, aku dan kawula muda yang lain suatu saat akan menjadi lemah. Kegagahan fisik suatu saat akan musnah dan tidak berguna, namun sikap, hati dan akhlaq yang bagus tidak akan pernah melemah. Sebagai tamsil biji padi semakin lama akan semakin menunduk dan berisi. Lain halnya pohon tebu, semakin banyak bunganya maka batangnya hilang air gulanya, batangnya juga kehilangan esensinya, akan digunakan untuk kayu bakarpun tidak bisa, akhirnya menjadi barang yang tidak berharga, karena dikumpulkan dengan sampah-sampah yang lain.

Rasulullah SAW pernah bersabda “Allah tidak akan melihat bentuk tubuh dan rupa seseorang tetapi Allah melihat hati dan amal perbuatnnya”.

6/13/2013

Mabuk Sinetron hati menjadi keras


Ingatkah kita dengan sinetron “Tersanjung, Mak Lampir” yang ditayangkan oleh stasiun TV Indosiar. Kisahnya selalu dinanti-nantikan oleh para pemirsa. Ini kami sebutkan karena dua sinetron yang mempunyai banyak penggemar. Nyaris tidak pernah akan berakhir. Sebut saja Mak Lampir yang selalu kalah dan menang. Ketika kalah suatu saat menang lagi, dikalahkan lagi dan seterusnya. Produser dan semakin kreatif untuk merangkai suatu cerita yang bisa membuat para pemirsa semakin penasaran dan semakin ketagihan untuk menyaksikan terus kisah-kisahnya. Tentu saja stasiun TV juga semakin menjadi TV yang mempunyai banyak penggemar.

Dari kisah sinetron masa yang lalu, sekarang berganti pada zaman sekarang, ternyata tayangan fiktif dan kontemporer tetap menjadi tontonan yang selalu dinantikan. Sebut saja sinetron “Raden Kian Santang di MNCTV, Tukang Bubur Naik Haji di RCTI”. Sampai kapankah kisah ini akan berakhir. Ternyata semakin lama justru kisahnya semakin berlika-liku. Muncul tokoh-tokoh baru yang juga membuat penasaran.
Apa yang bisa pemirsa harapkan dari kisah tersebut, kadang bagi penggemar yang sudah di mabuk sinetron malah kadang tidak bisa menjawab. Karena dengan tekun menyaksikan kisah tersebut tidak dapat memberikan solusi. Bila mempunyai hutang justru hutang semakin banyak, bila ingin menghibur diri mendapat ketenangan namun yang didapat hati malah semakin keras. Bagi pelajar dan mahasiswa PR atau tugas malah semakin menumpuk. Bila ibu rumah tangga malah lupa untuk menyiapkan sarapan pagi karena tidurnya sampai larut malam sehingga tidak bisa bangun pagi. Bila seorang pegawai maka bisa lalai dengan pekerjaannya. Bila ahli ibadah akan menjadikan jauh dari Allah, karena zikirnya tidak sampai hati. Ketika mau melaksanakan shalat menunggu waktu iklan, namun jeda waktu iklan dalam kondisi shalatpun pikirannya berada pada tontonan, bisa dikatakan shalatnya tidak khusuk.

Sadarkah berapa banyak waktu dihabiskan untuk menonton dan berapa waktu untuk menjalankan ibadah maghdhah. Berapapun lamanya waktu untuk menonton tidak terasa bahkan masih mera kurang, namun sedikit waktu untuk beribadah sudah merasa cukup. Loba adalah perilaku yang tidak baik, karena selalu merasa kurang, tetapi loba dalam hal ilmu dan ibadah sangatlah dianjurkan. Siapakah yang jadi teladan, tidak lain adalah Rasulullah SAW, beliau senantiasa menganjurkan kepada umatnya untuk mencari ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat. Dan dalam hal beribadah diperintahkan agar melihat kepada orang yang lebih baik dan shalih. Karena ibadah yang dilakukan semata-mata untuk mewujudkan kesyukuran terhadap nikmat Allah. Sungguh Allah telah memberikan kenikmatan yang tidak dapat dihitung, dan manusia tidak akan dapat menghitung nikmat Allah. Maka sebagai wujud rasa syukur dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah SWT.

Setiap tayangan atau tontonan ibarat pisau bermata dua, dua sisi sama-sama tajamnya. Ketajaman suatu yang baik tentu akan berdampak pada perilaku hidup yang baik. Baik dalam bersikap, dalam bertutur kata, dalam beraktifitas. Niat lurus maka akan menghasilkan sikap dan perilaku yang tulus, antara hati, lisan dan perbuatan menjadi satu kesatuan. Ini tentu akan membentuk pribadi yang baik. Mereka ini jauh dari sikap munafik. Sikap yang tidak baik, merugikan diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak tatanan serta norma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebaliknya bila ketajaman itu mengarah pada perilaku yang tidak baik maka akan berdampak pada tutur kata, sikap, perilaku yang tidak baik. Karena itu pisau dengan dua sisi yang tajam itu hendaknya dapat disikapi dengan sikap yang arif. Semua bentuk hiburan, enternainment lebih berorientasi pada unsur profit. Semua yang terkait pada program tersebut, baik itu produser, para artis, selebritis, bintang film, penyanyi, lawak, para sponsor berharap mendapatkan nafkah dari program tersebut. Pada dasarnya semua program bila tidak ada yang menonton maka program tersebut akan berhenti. Pernahkan kita merenungkan bahwa ketika kita menyaksikan program tersebut pada dasarnya kita telah menggaji mereka. Lalu apakah yang dihasilkan dari program tersebut bagi kehidupan diri dan keluarga. Keteladanankan, jalan hidupkah atau hanya hiburan semata. Mereka hidup serba kecukupan namun para penggemar/ penonton ada yang sudah untuk mendapatkan kecukupan karena hidup serba kekurangan.

Berhati-hatilah dengan pisau bermata dua.

6/12/2013

Makna dan Keistimewaan Bulan Sya'ban


Bulan Sya’ban adalah merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan yang penuh dengan rahmat, maghfirah dan dijauhkan dari siksa api neraka. Tidak lain bulan itu adalah bulan Ramadhan, bulan yang selalu dinantikan oleh orang-orang yang beriman dan yang senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT. Persiapan pada bulan Sya’ban adalah persiapan jasmani untuk berhati-hati dari godaan hawa nafsu, sehingga jasmani mempersiapkan diri dari segala yang dapat digunakan untuk menyongsong bulan suci Ramadhan, misalnya bersih-bersih ingkungan, tempat ibadah, mencuci tikar, karpet, sajadah, rukuh dan sarung serta segaa yang dapat menunjang kelancaran dalam menjalankan ibadah. Kesiapan yang bersifat rohani untuk mengasah kepekaan nurani menahan diri dari lapar dan dahaga serta dorongan hawa nafsu yang dapat merusak kualitas ibadah, hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga merasa selalu dekat dengan Allah.

Bulan Sya’ban merupakan bulan yang menjadi kesempatan bagi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, untuk menjadi orang yang diharamkan masuk ke dalam neraka “Barang siapa yang merasa senang akan datangnya bulan Ramadhan maka diharamkan jasadnya masuk ke dalam Neraka (Hadits)”. Baru saja merasa senang sudah demikian besar keutamaannya apalagi bila sampai pada amaliyah, tentu lebih besar lagi keutamaannya. Alangkah baiknya bila pada bulan ini untuk mengkadha puasa, bila ternyata pada tahun yang lalu pernah meninggakan puasa karena sakit, menjadi musyafir atau bagi wanita sedang melahirkan, menyusui atau sedang nifas maka masih ada kesempatan untuk mengqadhanya, agar bulan puasa nanti menjadi lebih ringan di dalam menjankan puasa karena merasa tidak mempunyai hutang puasa.

Menurut Yahya bin Mu’adz bahwa Sya’ban terdiri dari lima huruf yaitu syin, ‘ain, ba’, alif dan nun dan masing-masing bernakna sebagai berikut:
1. Syin : syarafatun atau syafa’atun yang berarti kemuliaan dan syafa’at.
2. ‘Ain : Al ’izzah wa karomah yang berarti kemenangan dan karomah.
3. Ba’ : Al Birru yang berarti kebaikan.
4. Alif : Ulfah yang berarti rasa belas kasihan.
5. Nun : Nur yang berarti cahaya.

Itulah sebabnya bulan Rajab menjadi bulan untuk mensucikan tubuh, bulan Sya’ban untuk mensucikan lubuk hati dan Ramadhan untuk mensucikan jiwa/ ruh. Maka barang siapa yang mensucikan tubuhnya di bulan Rajab, sucilah hatinya di bulan Sya’ban, dan siapa yang mensucikan lubuk hatinya di bulan Sya’ban, sucilah jiwanya di bulan Ramadhan (Durrotun Nashihin).

Rasuluah SAW sebagai pribadi yang maksum namun beliau berbeda yang hamba Allah yang lain, karena beliau tidak pernah mengandalkan kunci dan garansi, namun beliau sentiasa merasa kurang didalam melaksanan perintah Allah. Pada bulan Sya’ban Rasulullah selalu berupaya untuk menyempurnakan ibadahnya sehingga pada bulan Sya’ban berupaya untuk meraih keutamaan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh istrinya Siti Aisyah.

“Dari Aisyah; Rasulullah tidak pernah puasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa sebulan penuh pada bulan ini. (Hr. Bukhari Musim)

“ Dari Abu Hurairah  RA berkata, Rasulullah SAW bila pertengahan bulan Sya’ban telah dijumpai, maka janganlah berpuasa sunnah. (HR. Turmudzi).

Sungguh banyak amal ibadah yang dapat dilakukan, baik amalan jasmani maupun rohani. Mudah-mudahkan antara jasad dan ruh selalu berjalan untuk menuju pada ridha Allah SWT.

6/10/2013

Pembentukan Karakter Manusia


Karakter adalah suatu sifat yang melekat pada diri manusia, ada yang berpendapat bahwa karakter adalah suatu yang sudah pasti dan tidak bisa dirubah. Benarkah demikian. Banyak teori yang menyampaikan tentang hal ini, tetapi yang perlu ditangkap bahwa ada suatu kisah yang berasal dari negeri India. Dua anak manusia yang bernama Kamala dan Amala, ditemukan di hutan Godamuri India pada tahun 1920. Bahwa dua bayi itu diasuh oleh kawanan serigala. Entah karena suatu sebab apa, bahwa bayi tersebut tersebut hidup bersama dengan kawanan serigala. Kemungkinan karena bayi tersebut di buang oleh orang tuanya. Kemudian diasuh oleh serigala bersama dengan anak serigala yang lain. Anak bayi berusia 3 dan 8 tahun ini setelah dipindahkan ke Panti Asuhan ternyata sulit untuk berkomunikasi, layaknya seperti anak manusia yang lain. Ia maunya berperilaku seperti serigala, merangkak, mengendus-endus dan bila mau makan dan minum yang disodorkan adalah mulutnya.

Ini adalah sifat dan karakter hewan namun mengapa melekat pada manusia. Hal ini tentu saja karena melalui proses belajar dan pelatihan secara terus-menerus. Dari sesuatu yang asing kemudian menjadi kebiasaan, bahkan hal ini sering disebut menjadi karakter manusia. Oleh karena itu sifat, watak dan karakter manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan, maupun proses pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu lingkungan yang baik cenderung akan membentuk karakter yang baik, lingkungan yang buruk demikian pula akan mencetak watak dan karakter yang buruk.

Hidup di zaman modern ini semua serba ada, baik dan buruk, halal haram, benar salah nyaris campur menjadi satu, sulit untuk dibedakan. Maka sebaik-baik orang yang dapat memilah dan memilih suatu perbuatan yang baik, karena perbuatan baik ini akan berdampak pada perilaku manusia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk karakter:

1. Pembiasaan tingkah laku sopan.
Sopan santun atau etiket adalah akhlak yang bersifat lahir. Ukuran sopan santun terletak pada cara pandang suatu masyarakat. Oleh karena itu cara pandang sopan-santun dan sikap suatu daerah mungkin berbeda dengan cara pandang masyarakat yang lain. Sopan santun diperlukan ketika sesorang berkomunikasi dengan orang lain, dengan penekanan utama pertama kepada orang yang lebih tua atau guru atau atasan, kedua kepada orang yang lebih muda, anah buah, anak, murid, bawahan dan sebagainya, ketiga kepada orang yang setingkat atau sebaya, seusia atau setingkat status sosial.

Disamping itu sopan santun juga berlaku ketika berkomunikasi dengan kawan atau lawan. Komunikasi dengan lawan memerlukan kekuatan diplomatis yang lebih kuat dibandingkan dengan perilaku kasar. Kesopanan bisa menambat hati lawan, sebaliknya kekerasan akan menimbulkan dendam.

Sopan santun pada anak tertanam melalui kebiasaan sehari-hari di rumah. Apa yang diajarkan orang tua di rumah akan melekat pada diri anak. Sopan santun pada remaja tertanam disamping melalui kebisaan dalam rumah juga melalui proses pergaulan teman sebaya, di sekolah atau melalui suatu tontonan. Sedangkan sopan santun pada remaja disamping karena perbekalan pada masa anak-anak dan remaja terbentuk melalui perilalu para tokoh masyarakat, terutama tokoh yang dihormati dan diidolakan

2. Kebersihan, kerapian dan ketertiban
Pengetahua tentang hubungan kebersihan dengan lingkungan dibentuk melalui proses pendidikan, tetapi kepekaan terhadap kebersihan dibangun melalui proses pembiasaan sejak kecil. Konsisitensi orang tua terhadap keharusan anak untuk cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum tidur, mandi dan gosok gigi secara tertur, menyapu lantai dan halaman rumah, buang sampah di tempat sampah, menempatkan sepatu ditempatnya, merapikan baju dan buku dikamarnya. Merapikan tempat tidur setiap bangun tidur, adalah merupakan pekerjaan membiasakan anak pada hidup bersih hingga kedasaran akan kebersihan itu menjadi bagian dari kepribadiannya.

Pada usia remaja kebersihan harus didukung oleh pengetahuan empirik, misalnya melihat benda dan air kotor, tangan kotor dan sebagainya dengan mikroskup sehingga bisa menyaksikan sendiri kuman-kuman penyakit pada sesuatu yang kotor tersebut. Adapun perilaku bersih pada masyarakat diwujudkan dengan pengaturan yang bersistem, misalnya sistem pemeliharaan kebersihan umum lengkap dengan sarana yang tesedia, sistem sanitasi, sistem pembuangan limbah ditempat umum kemusian didukung dengan peraturan yang menjamin kelangsungan hidup bersih dan tertib. Singapura misalnya mengenakan denda sekitar lima ratus ribu rupiah bagi orang yang hanya membuang puntung rokok secara sembarangan.

3. Kejujuran
Kejujuran merupakan sifat terpuji. Dalam bahasa arab disebut dengan istiah siddq dan amanah. Siddiq artinya benar, amanah artinya dapat dipercaya, ciri orang jujur adalah tidak suka bohong, meski demikian jujur yang berkonotasi positif berbeda dengan jujur dalam arti lugu dan polos. Dalam sifat amanah mengandung arti cerdas, yakni kejujuran yang disampaikan dengan bertanggung jawab. Jujur bukan berarti mengatakan semua yang diketahui apa adanya, tetapi mengatakan apa yang diketahui sepanjang mengandung kebaikan dan tidak menyebutnya jika diperkirakan memabawa akibat buruk bagi dirinya dan orang lain.

4. Disiplin.
Tingkah laku disiplin dilakukan karena mengikuti suatu komitmen. Disiplin bisa berhubungan dengan kejujuran, bisa juga tidak. Kejujuran juga diwariskan oleh genetika orang tuannya, terutama ketika anak masih dalam kandungan, secara psikologis dapat menetas pada anaknya. Keharmonisan orang tua didalam rumah akan sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian anak-anak pada umur perkembangannya. Ketika anak masih kecil, pantang orang tua bebohong kepada anaknya, karena kebohongan yang diarasakan oleh anak akan menimbulkan kegelisahan serta merusak tatanan psikologi seorang anak.

Pada anak usia kelas IV SD hingga SLTP, kejujuran sebaiknya dibiasakan sejalan dengan kedisplinan hidup, disiplin belajar, disiplin ibadah, displin bekerja membantu orang tua di rumah, disiplin keuangan dan dan disiplin agenda harian anak. Pada anak usia SMA kejujuran dan kedisiplinan yang ditanamkan harus sudah disertai alasan yang rasional, baik dalam kehidupan dalam rumah tangga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Sistem punishment dan reward sudah bisa diterapkan secara rasional.

Pada usia mahasiswa, kejujuran dan kedisiplinan dinisyakan melalui pemberian kepercayaan dalam berbagai tanggungjawab.kepada mereka sudah ditekankan komitmen dan substansi, sementara prosedur dan teknik mungkin harus sudah diserahkan kepada seni dan kreatifitas mereka.
Pada orang dewasa yang sudah bekerja, kejujuran dan kedisiplinan diterapkan melalui pelaksanaan sistem dimana peluang untuk berbuat tidak jujur dipersempit. Misalnya dengan pengawasan yang transparan. Betapapun orang jujur dapat berubah menjadi tidak jujur menakala peluang tidak jujur dan tidak disiplin terbuka tanpa pengawasan.

Ada suatu tamsil, orang yang mengeluhkan atas aroma wc yang baunya pesing dengan orang yang masuk ke kamar hotel yang baunya harum. Ketika mau masuk wc dengan penuh terpaksa, manahan bau yang tidak sedap, sambil menyiramkan air agar baunya hilang. Perasaan marah sambil mengomel siapa yang tidak menyiramkan air seninya setelah selesai kencing. Lama kelamaan hidung sudah terbiasa dengan bau yang tidak enak. Dikira baunya sudah hilang setelah selesai buang hajat segera keluar, dan diluar juga sudah menunggu orang yang mau buang hajat. Orang yang menunggu sama-sama mengeluhkan wc nya bau pesing. Kenapa orang yang baru keluar hajat merasakan sudah tidak berbau.

Lain masuk wc ternyata lain pula masuk ke kamar hotel yang berbau harum, sambil mensyukuri aduhai harumnya kamar ini, setelah tinggal beberapa saat bau harumnya sudah tidak begitu dirasakan lagi. Inilah tamsil bahwa perbuatan buruk atau baik itu kadang ditentukan oleh lingkungannya, oleh karena itu sebaik-baik orang yang menyadari bahwa kebaikan itu hakiki dan harus dipertahankan, demikian pula keburukan itu juga hakiki yang harus dihindarkan. Maka prinsip hidup amatlah penting, agar kehidupan tidak mudah terombang-ambingkan keadaan. Karena itu Rasulullah SAW pernah berpesan “ Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan balaslah perbuatan buruk dengan kebaikan, dan berbudilah dengan manusia dengan budi yang baik”. Insya-Allah bila dapat menerapkan konsep ini kita akan selamat didunia maupun di akherat kelak, amin.