1/09/2015

Meneladani Sifat Wajib Rasulullah Muhammad SAW Khutbah Maulid Nabi



Setiap memasuki bulan Rabiul Awal kita diingatkan kembali dengan peristiwa besar yaitu kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kalehiran nabi Muhammad SAW ini menjadi salah satu Hari Besar Islam, dan pemerintah menjadikan hari tersebut sebagai hari libur nasional. Peringatan kelahiran nabi Muhammad SAW di beberapa daerah di Indonesia menjadi momentum untuk mengagairahkan kemabali semangat jihad dan perjuangan. Dimana peringatan ini diselenggarakan selama pada bulan Rabiul Awal bahkan hingga samapai Rabiul akhir.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mengawali tahun baru 2015 yang sekaligus bertepatan dengan tanggal 3 Januari 2015 kita diingatkan kembali dengan peristiwa besar. Yaitu kelahiran nabi Muhammad SAW, sebagai juru penerang, suri tauladhan yang baik, tokoh revolusi aqidah dan moral umat manusia dari zaman jahiliyah menuju ke alam yang penuh dengan hidayah Allah SWT. Oleh kerena itu mengenang kelahiran Rasulullah SAW tersebut marilah bersama-sama kita berupaya untuk meneladani Rasulullah SAW yang tercantum dalam hadits Rasululah SAW baik dalam ucapan beliau, perbuatan dan tingkah laku beliau karena dengan meneladani-Nya kita akan selamat di dunia hingga alam akhirat kelak.

Mengapa Rasulullah SAW perlu diteladani? Hal ini karena Allah SAW telah mewartakan bahwa pada pribadhi Rasulullah SAW terdapat suri tauladhan yang baik:


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al Ahzab: 21)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Allah SWT sebagai Sang Khaliq telah mewartakan kepada umat manusia, bahwa pada diri nabi Muhammad SAW terdapat suri tauladan yang baik. Sesungguhnya keteladanan Rasulullah ini telah terbina dan terjaga sejak beliau masih kecil. Dimana beliau dilahirkan sebagai seorang anak yang yatim kemudian pada usia 6 tahun ibunya (Siti Aminah) meninggal, lalu diasuh oleh kakeknya (Abdul Muthalib) hingga beliau berusia 8 tahun, karena kakeknya meninggal, dan mengasuh cucunya hanya 2 tahun saja. Yang akhirnya beliau diasuh oleh pamannya (Abu Thalib). Keadaan Rasulullah yang demikian ini telah menerpa jiwa dan kepribadiannya sebagai pribadi yang tangguh.

Sejak kecil beliau tidak pernah ikut-ikutan dalam pergaulan teman-temannya yang tidak bermanfaat seperti menyembah berhala, membuat sesaji, meminum-minuman keras dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Dilingkungan pergaulan teman-temannya beliau terkenal sebagai pribadi yang jujur sehingga oleh masyarakat diberi gelar Al Amin, gelar yang mulia dan hanya diberikan kepada orang-orang yang melakukan kebaikan pada orang lain.

Bahkan ketika beliau menginjak usia dewasa, melihat kondisi masyarakat yang penuh dengan kemaksiatan beliau beruzlah di gua hira’. Sehingga disanalah beliau menerima wahyu yang pertama yang menandai beliau diangkatnya menjadi Rasulullah. Rasul terakhir penutup para rasul, penyempurna ajaran rasul, dan pembawa rahmat bagi sekalian alam.

Kaum muslimin Jema’ah Jum’at Rahimakumullah.
Nabi Muhammad SAW mempunyai sifat wajib, dari sifat wajib tersebut menjadi sumber keteladhan-Nya:
1. Siddiq maknanya benar. Apa yang disabdakan oleh rasul adalah benar dan dibenarkan kata-katanya. (siddiq dan sadiqul masduq). Rasul tidak berkata-kata melainkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Mustahil rasul bersifat dengan sifat kizzib (dusta). Mustahil rasul mengatakan sesuatu yang tidak dia ketahui dan tidak diwahyukan Allah kepadanya.



“ Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (An-Najm: 3-4).

2. Amanah ialah rasul akan melakukan sesuatu serta melaksanakan hukum-hukum Allah dengan benar dan tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah SWT. Dan juga rasul tidak memungkiri janji.

مَنْ كَذب عليا متعمدا فليتبوأ مقعده من النار


“Barangsiapa yang berdusta atas nama-Ku, siapkanlah tempatnya di dalam api neraka “ (Bukhari, Muslim )

Maka mustahil Rasul bersifat khianat yaitu tidak amanah dan mungingkari janji.

3. Tabligh yaitu menyampaikan. Rasul menyampaikan risalah Allah yang telah diwahyukan untuk selanjutnya untuk disampaikan kepada umat-Nya. Mustahil rasul bersifat dengan sifat khitman yaitu menyembunyikan, risalah Allah yang telah disampaikan kepada-Nya.

4. Fathanah yaitu cerdas dan bijaksana. Rasul mampu memahami perintah-perintah Allah dengan betul dan tepat. Mampu pula berhadapan dengan penentang-penentangnya dengan bijaksana dengan bukti-bukti yang kukuh. Mustahil Rasul bersifat dengan sifat Jahlun yaitu bodoh. Andaikan rasul bukan seorang yang fathanah, maka beliau akan gagal dalam menyampaikan risalah Allah. Karena di dalam sejarah bahwa dakwah di tanah kelahiran yaitu di Mekah selama 13 tahun selalu berhadapan dengan para penentang. Orang-orang kafir, musyrik yang selalu mengahalngi dakwah-Nya bahkan samapai pada tindakan rencana pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Namun karena beliau pribadi yang fathanah sehingga dakwahnya disampaikan dengan hikmah dan mau’izah hasanah.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Sungguh empat sifat rasul bila dapat diimplementasikan oleh setiap muslim niscaya akan ditemukan kedahsyatan, perubahan yang signifikan dalam tata aturan kehidupan, yang pada akhirnya akan dapat diwujudkan kehidupan yang bahagia didunia maupun diakherat.

Seringkali kita bingung dan dibingungkan oleh pemberitaan media masa dan elektronik yang menyempaikan berita tentang seseorang atau kelompok orang yang dituduh sebagai pihak yang salah. Ternyata yang terduduh juga menyampaikan kepada media bahwa dia tidak bersalah. Seandainya pihak terdakwa, penuntut dan penegak hukum dapat mewarisi sifat-sifat rasul sebagaimana diatas niscaya tidak akan ada dusta yang pada akhirnya tidak akan ada permusuhan. Jika hal yang demikian ini dapat diwujudkan, sejak 14 abad yang lalu melalui berita didalam Alquran, Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya.


“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)

Sekarang tugas siapa, ketika antara kebaikan dan keburukan, yang makruf dan yang munkar, yang benar dan yang salah saling berhadapan, saling menyerang, saling mengalahkan. Tidak lain adalah merupakan tugas dari masing-masing pribadi muslim, pembinaan terhadap dirinya sendiri dengan jalan mengarahkan hawa nafsu yang mengajak pada perbuatan kemungkaran menuju pada perbuatan menurut panggilan hati nurani dan petunjuk agama. Setelah pembinaan diri dapat diwujudkan sehingga menjadi pribadi yang menjadi teladan, maka tularkanlah keteladanan pada keluarganya. Karena keluarga adalah negara dalam lingkup paling kecil. Maka suatu negara akan diawali dari keluarga. Pembinaan yang baik terhadap keluarga akan menunjang perwujudan negara yang baik.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.