4/16/2013

Hadiah bagi orang yang bertaqwa


Surga adalah tempat mulia kelak di hari Qiamat yang hanya disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Taqwa bukan hanya ucapan dalam lisan, tetapi merupakan keyakinan didalam hati yang kemudian diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan amal perbuatan yang baik. Bila ingin memperoleh kabahagiaan didunia beramal yang baik maka di hari qiamat tinggal memetik pahala yang akan dilipatgandakan oleh Allah diwujudkan menjadi suatu tempat yang disebut Surga.
Merupakan perbuatan yang mulia adalah menafkahkan harta yang dimiliki baik dalam keadaan longgar maupun sempit. Longgar dalam arti mempunyai kelebihan harta namun bagaimanakah bila untuk kebutuhan diri sendiri saja tidak bisa. Namun bila tetap mau berderma niscaya merupakan keteguhan iman dan taqwa setiap muslim. Sangat disayangkan bila mempunyai kelebihan harta namun tidak mau berderma, maka ini salah satu indikator orang-orang yang kufur nikmat. Demikian pula inkator orang yang beriman adalah mau memaafkan kesalahan orang lain, Allah telah berfirman:
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imran: 133-134)

Ampunan dan surga yang seluas langit dan bumi akan diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang bertaqwa. Tanda-tanda orang yang bertaqwa pada ayat ini adalah:
1. Menafkahkan hartanya di jalan Allah baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, yakni disaat memiliki kelebihan dari kebutuhan maupun diwaktu dia sempit tidak memiliki kelebihan.
2. Mampu menahan amarah bahkan bersedia memaafkan orang lain.

Tiga sikap manusia ketika menghadapi kesalahan orang lain:
1. Mampu menahan amarah. Kata al kadzimin mengandung makna penuh dan menutupnya dengan rapat, seperti wadah yang penuh air lalu ditutup rapat agar tidak tumpah. Hal ini mengisyaratkan bahwa perasaan tidak bersahabat masih memenuhi hati yang bersangkutan, pikirannnya masih ada keinginan untuk menuntut balas, tetapi dia tidak memperturutkan ajakan hati dan pikiran itu, dia menahan amarah sehingga tidak mengeluarkan kata-kata kotor atau perbuatan negative.
2. Memaafkan yang merupakan terjemahan dari kata Al ‘afin, kata ini berarti menghapus. Seorang yang memaafkan orang lain adalah yang menghapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang telah dilakukan orang lain terhadap dirinya.
3. Orang yang berbuat kebajikan, sehingga tidak hanya sekedar menahan amarah atau memafkan kesalahan namun justru berbuat baik kepada orang yang pernah malakukan kesalahan. (M Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah: hal. 220)