4/15/2021

Reaktualisasi Puasa Ramadhan, antara Rencana dan Aplikasi

Puasa adalah salah satu ibadah, dari pengulangan itu hendaknya mempunyai perbedaan dalam peningkatan amaliyah ibadah, sehingga dapat membentuk pribadi yang kuat dalam iman, selalu bergairah dalam peningkatan ubudiyah dan berakhlaq mulia.

َأَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 

Kaummuslimin Jemaah Jum’ahRahimakumullah 

 

Pada kesempatan yang mulia ini kami mengajak jemaah sekalian marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Untuk selanjutnya kita akan menjadi hamba Allah yang paling beruntung sejak kita hidup di alam dunia hingga di alam akhirat kelak Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang lima, karena Islam ditegakkan atas lima dasar dan puasa Ramadhan adalah salah satu kewajiban yang bagi setiap muslim, menjadi kewajiban karena diperintahan oleh Allah dan dikuatkan dengan perintah Rasulullah SAW. 

 

Puasa Ramadhan adalah merupakan perintah tahunan yang dilaksanakan selama sebulan penuh khusus bagi hamba Allah yang beriman. Puasa adalah kewajiban bagi setiap muslim yang dilaksanakan secara berulang-ulang. Karena itu ada yang sudah mengulang dalam hitungan satuan, ada yang sudah belasan dan ada yang sudah puluhan kali terhitung setelah mencapai usia baligh. Banyak sedikitnya pengulangan bukan menjadi standar meningkatnya iman dan taqwa kepada Allah. Karena ibadah puasa dilihat dari hasilnya atau ending pelaksanaan ibadah puasa adalah la’allakum tattaqun, agar menjadi orang yang bertakwa.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Al Baqarah: 183) 

 

Puasa adalah salah satu ibadah, dari pengulangan itu hendaknya mempunyai perbedaan dalam peningkatan amaliyah ibadah, sehingga dapat membentuk pribadi yang kuat dalam iman, selalu bergairah dalam peningkatan ubudiyah dan berakhlaq mulia. Puasa Ramadhan dapat menjadi media penghapus dosa-dosa yang telah dilakukan, sebagimana sabda rasul:

 

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَاناً وَاحْتِسَاباً ، غُفِرَ لَهُ ما تَقَدَّمَ مِنْ ذنْبِهِ " متفقٌ عليه

 

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena didorong oleh keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuk dosa-dosanya yang terdahulu." Ketika dosa-dosa telah dihapus, maka menjadi kesempatan untuk mengukir ibadah dan menambah pahala, karena pada bulan Ramadhan, setiap ibadah akan dilipatgandakan pahalanya.

 

 كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم) 

“Setiap amal baik Bani Adam akan dilipatgandakan 10 hingga 700 kali kebaikan, Allah berfirman kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberi balasan terhadapnya”. (HR. Muslim) 

 

Ada beberapa amalaiyah pada bulan Ramadhan, seperti shalat tarowih, tadarus Aquran, mengikuti kajian Islam, menghafalkan Alquran, melaksanakan i’tikaf, shalat tasbih, menyediakan makan bagi orang yang berpuasa, memberikan santunan pada fakir-miskin dan lainnya. 

 

Kegiatan-kegiatan ini memerlukan sikap istiqomah, karena dengan istiqomah insya-Allah akan membentuk pribadi yang ikhlas, dengan ikhas insya-Allah akan dijauhkan sikap riya’, kibr, ujub. Setiap ibadah yang dilandasi karena lillah/ karena Allah dan tidak ada yang diharapkan kecuali untuk mendapatkan ridha Allah ta’ala, maka ibadah akan membentuk perilaku yang shalih. Bila shalatnya telah berkualitas maka akan dapat menghindarkan dari perbuatan keji dan munkar. Bila puasanya sukses dan berkualitas maka akan tertanan rasa ikhlas, sabar dan selalu berhati-hati dalam bertindak. 

 

Pada bulan Ramadhan juga sebagai media untuk meraih memperbaiki budi perkerti yang baik. Namun puasa Ramadhan juga mempunyai rintangan dan hambatan untuk mencapai kesempurnaan, Rasulullah SAW bersabda: 

 

 والصِّيام جُنَّةٌ فَإِذا كَانَ يوْمُ صوْمِ أَحدِكُمْ فلا يرْفُثْ ولا يَصْخَبْ ، فَإِنْ سابَّهُ أَحدٌ أَوْ قاتَلَهُ ، فَلْيقُلْ : إِنِّي صَائمٌ .متفقٌ عليه

 

“ Puasa adalah sebagai perisai atau benteng dari kemaksiatan dan dari neraka. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang di antara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seseorang atau dilawan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata, sesungguhnya saya adalah berpuasa”. (Mutafaqun alaih)

 

 Karena itu ibadah puasa yang sudah dilakukan secara berulang-ulang tersebut sudahkah menjadi bulan untuk meningkatkan amal ibadah, yang artinya bahwa dari tahun-ketahun, dari proses pengulangan ibadah tersebut memang nyata telah menjadi media untuk meningkatkan amal ibadah. Sehingga ibadah puasa Ramadhan dengan segala amal ibadah pendampingnya, baik yang bersifat wajib maupun sunnah selalu mengalami peningkatan. 

 

Puasa Ramadhan juga sebagai media bermuhasabah, bahwa geliat ibadahanya mengalami peningkatan, setara atau malah menurun. Semua ini tergantung pada diri masing-masing dalam upaya untuk memperbaharui kualitas dan kesadaran diri. Akan lebih baik bila setiap diri mempunyai obsesi untuk menjadi muslim yang terbaik dalam pengamalan ajaran Islam. 

 

Puasa Ramadhan pada tahun 1442 H/ 2021 M ini masih dalam kewaspadaan pandemi Covid-19. Karena itu di dalam melaksanakan amaliyah pada bulan Ramadhan di samping mengikuti atau melaksanakan keutamaan ibadah pada bulan Ramadhan hendaknya juga mematuhi himbauan pemerintah untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah melalui Menteri Agama Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran nomor 04 tahun 2021 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri tahun 1442 H/ 2021 M. 

 

1. Umat Islam, kecuali bagi yang sakit wajib menjalankan puasa Ramadan sesuai hukum syariah dan tata cara ibadah yang ditentukan agama. 

2. Buka puasa hendaknya dilakukan di keluarga inti masing-masing 

3. Apabila melaksanakan buka puasa bersama maka diadakan pembatasan kehadiran paling banyak 50% dari kapasitas ruangan. 

4. Shalat fardhu 5 waktu, shalat tarawih, witir, tadarus Alquran dan itikaf dengan pembatasan jumlah kehadiran paling banyak 50% dari kapasitas masjid atau mushola dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, menjaga jarak aman 1 meter antar jamaah dan setiap jamaah membawa sajadah atau mukena masing-masing. 

5. Pengajian ceramah tausiah kultum Ramadhan dan kuliah subuh paling lama dengan durasi 15 menit. 6. Untuk Peringatan Nuzulul Quran di masjid atau mushola dilaksanakan dengan pembatasan jumlah audiens paling banyak 50% dari kapasitas ruangan. 

7. Shalat tarowih, witir, tadarus Alquran, i’tikaf, peringatan Nuzulul Qur’an tidak boleh dilaksanakan di daerah yang termasuk zona merah (risiko tinggi) dan zona orange (risiko sedang). 

8. Pengurus Masjid dan musholla memastikan tempat ibadah diadakan penyemprotan secara rutin, menyediakan tempat untuk cuci tangan sabun hand sanitizer. 

 

Mudah-mudahan dengan puasa Ramadhan akan mewujudkan pribadi muslim yang bertaqwa, sehat jasmani dan rohani, selamat dan bahagia dunia dan akhirat, amin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

4/14/2021

Harapan Raih Keutamaan Bulan Ramadhan Dalam Masa Pandemi Covid-19

 

Marilah bersama-sama kita mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita sekalian karena pada tahun ini, bulan ini dan pada hari ini kita dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Kerinduan umat Islam dengan datangnya bulan suci Ramadhan dan harapan ingin melaksanakan amaliah pada bulan suci Ramadhan. Berbeda dengan pada tahun 2020 atau tahun 1441 Hijriyah, pemerintah memberikan himbauan kepada umat Islam agar puasa Ramadhan yang dilaksanakan tetapi amaliyah puasa Ramadhan agar dilaksanakan di rumahnya masing-masing. 

 

Amaliyah Ramadhan diantaranya adalah melaksanakan salat tarawih dan witir secara berjamaah, tadarus Alquran, kegiatan pesantren kilat untuk anak-anak, kegiatan TPQ, buka puasa, majelis taklim, kuliah subuh semuanya dilaksanakan di keluarga masing-masing. Hal ini dilakukan karena pada tahun tersebut pemerintah atau negara Indonesia sedang dilanda Covid-19, suatu wabah penyakit yang belum pernah dijumpai, sehingga harus dilakukan kewaspadaan, karena Covid-19 adalah suatu makhluk yang tidak kelihatan tetapi mengancam kehidupan manusia. 

 

Virus corona berada dimana-mana dan keberadaannya tidak ada yang mengetahui kecuali dari tanda-tanda, bahwa di tempat tertentu ada orang yang terpapar virus corona dengan gejala-gejala seperti panas yang selalu naik, tenggorokan terasa kering dan untuk menelan sakit, hilangnya rasa, batuk pilek tidak sembuh-sembuh dan lainnya. Untuk kepastiannya dengan cek rapid reaktif dan sweb. Adapun orang yang terkena virus corona kadang ada yang dengan gejala dan ada yang tanpa gejala. Sudah banyak orang yang terpapar bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Karena itu ibadah puasa Ramadhan pada tahun 2021 M/ 1442 H pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru, sehingga pelaksanaan amaliah puasa Ramadhan pada tahun ini bisa dilaksanakan, dengan menerapkan protokol kesehatan hal ini dimaksudkan agar Amaliyah ibadah puasa Ramadhan umat Islam dapat meraih keutamaan pada bulan Ramadhan tetapi umat Islam juga bisa terjaga kesehatan dan keselamatannya. 

 

Kerinduan umat Islam untuk melaksanakan puasa Ramadhan, karena ingin meraih derajat sebagai orang yang bertaqwa Allah telah berfirman di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183) 

 

Puasa Ramadhan itu sebagai wasilah untuk meraih derajat orang yang bertaqwa, namun hendaknya ibadah puasa Ramadhan dengan diikuti dengan amaliah dan ibadah sunnah. Karena puasa Ramadhan adalah ibadah yang diperuntukkan khusus bagi Allah subhanahu wa ta'ala sebagaimana dalam hadits qutsi:

 

 كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم) 

"Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman; 'Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala”. (HR. Muslim) 

 

Pada bulan suci Ramadhan Allah akan memberikan rahmat, maghfirah dan dilepaskan dari neraka, Rasulullah SAW bersabda:

 

 اوله رحمة واو سطه مغفرة واخره عتق من النار 

“Puasa Ramadhan yang pertama adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”. 

 

Awal dari bulan Ramadhan itu adalah merupakan rahmat, yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah akan dijauhkan dari api neraka. Karena itu ada tiga tahapan yang hendaknya bisa bisa ditempuh oleh umat Islam untuk meraih rahmat dan ampunan. Pertama pada sepuluh hari yang pertama Allah memberikan rahmatnya bagi orang-orang yang beriman, kemudian sepuluh hari yang kedua Allah mencurahkan maghfirah-Nya dan yang ketiga itu Allah memberikan jaminan kepada orang yang beriman dijauhkan dari api neraka. 

 

Mengapa sepuluh hari yang pertama disebut sebagai rahmat? Kalau melihat usaha dari para ahlussufah ada tiga hal yaitu takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli merupakan upaya untuk melepaskan segala perilaku yang tidak baik, maka sepuluh hari yang pertama kita sedang melepaskan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, suka marah-marah, berbuat onar, memfitnah, adu-domba, mengunjing, menggibah, sifat riya’, iri, dengki dan lain sebagainya. Sepuluh hari yang pertama adalah merupakan perjuangan upaya untuk meraih rahmat dan ampunan. Kemudian dilanjutkan dengan sepuluh hari yang kedua bahwa setelah melepaskan perilaku-perilaku yang tidak baik kemudian digantinya dengan perilaku yang baik, perilaku yang diridhai oleh Allah. Perilaku dengan meneladani Rasulullah Muhammad SAW. Perilaku menghibah diganti dengan perbuatan menghiasi diri dengan membaca Alquran yang setiap huruf akan dilipatgandakan pahalanya. Karena itu dengan semakin banyaknya perbuatan baik yang dilakukan, kelak akan menjadi kebiasaan baik yang akan menghiasi seluruh amal perbuatannya. 

 

Dari ayat Alquran dan hadis nabi Muhammad shallallahu a’alaihi wa sallam ada beberapa harapan yang diinginkan: 

 

1. Bisa meraih derajat sebagai orang yang bertaqwa. 

2. Bisa meraih rahmat dan ampunan Allah SWT 

3. Dosa dan kesalahannya akan dihapuskan, sebagaimana sabda rasul:

 

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

 

"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Buchari Muslim) 

 

4. Pada bulan suci Ramadhan dapat meraih Fadhilah/ keutamaannya dan terjaga kesehatan dan keselamatannya. 

Kita berharap agar himbauan yang telah diberikan pemerintah tentang penanggulangan virus corona bisa kita laksanakan. Bisa meraih keutamaan bulan suci Ramadhan tetapi juga bisa mematuhi aturan pemerintah yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan. Hal-hal yang pada awalnya tidak mungkin dilakukan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak ketika salat ini adalah hal yang sulit untuk bisa diterima, tapi ini adalah merupakan adaptasi kebiasaan baru dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus corona, kemudian menjauhi kerumunan dan juga menghindari mobilitas adalah sebagai upaya ikhtiar dari kita sekalian umat Islam bersama dengan pemerintah agar virus corona segera sirna. 

 

5. Bulan suci Ramadhan akan tertanam rasa ukhuwah, rasa saling membantu, empati para aghniya kepada para fuqara’ dan masakin. 

Karena dengan berpuasa setiap orang pasti akan merasakan lapar haus dan dahaga. Lapar dan dahaga ini adalah merupakan fitrah insaniyah. Kalau manusia tidak makan, maka menjadi lapar, manusia tidak minum maka menjadi dahaga. Sedangkan ketika lapar harus ditahan ketika haus harus ditaha. Karena ketika sedang berpuasa kemudian makan dan minum maka puasanya menjadi batal dan tidak sah. Menahan dari makan dan minum yang mengakibatkan lapar dan dahaga dirasakan oleh semua orang, baik dari kalangan orang-orang yang kaya, atauorang-orang miskin. Padahal lapar dan dahaga adalah kondisi riil yang dirasakan dalam setiap hari. Oleh karena itu dengan puasa diharapkan akan menambah kepedulian para aghniya’ sehingga dari sebagian harta dan penghasilan dikeluarkan baik dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah. Mudah-mudahan puasa Ramadhan pada tahun ini benar-benar bisa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah subhana wa ta’ala, amin.

4/13/2021

Terobatinya Kerinduan Umat Islam Beribadah Pada Bulan Ramadhan

 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita pada bulan yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah dari Allah. Setelah setahun kita merindukan Ramadhan serta amaliyahnya, karena pandemi Covid-19 yang benar-benar telah memporak-porandakan sisi kehidupan manusia dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan, keamanan dan sektor-sektor lain yang berkaitan dengan manusia mengalami penurunan.

Dengan bertemunya bulan suci Ramadhan dan dapat melaksanakan amaliyah Ramadhan kita harus mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan keleluasaan kepada umat Islam untuk melaksanakan amaliah bulan Ramadhan. Diantaranya adalah shalat tarawih dan witir. Selama setahun umat Islam dipisahkan dengan baitullah, dengan tempat sujud yaitu masjid guna melaksanakan amaliah pada bulan Ramadhan. Karena itu dengan dibukanya kembali tempat ibadah dan kegiatan majelis taklim, pengajian, kajian dan lain sebagainya adalah merupakan peran serta pemerintah untuk memfasilitasi kerinduan umat Islam pada amaliyah Ramadhan. 

 

Dua hal yang saling berkaitan di mana satu sisi kita berupaya untuk melaksanakan puasa Ramadhan dengan segala amaliyahnya, kita ingin meraih rahmat dan ampunan Allah dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Kesempatan yang sangat besar tidak diberikan oleh Allah selain pada bulan Ramadhan, karena setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah mulai dari 10 tingkatan hingga sampai 700 tingkatan, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam:

 

 كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم) 

“Setiap amal baik Bani Adam akan dilipatgandakan 10 hingga 700 kali kebaikan, Allah berfirman kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberi balasan terhadapnya”. (HR. Muslim) 

 

Kedua disamping kita melaksanakan perintah Allah, yaitu melaksanakan puasa Ramadhan dan segala amaliyahnya, kita berupaya pula untuk melaksanakan himbauan, aturan dari pemerintah yang tidak lain adalah merupakan wujud ketaatan kepada Allah yang diwujudkan dengan ketaatan kepada pemimpin, Allah telah berfirman di dalam Alquran:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS. Annisa’: 59) 

 

Karena itu pelaksanaan ibadah pada bulan Ramadhan, pemerintah memberikan peraturan pembatasan dalam pelaksanaan ibadah. Dalam Surat Edaran Menteri Agama Republik Indonesia nomor 4 tahun 2021: 

 

1. Melaksanakan puasa itu wajib bagi setiap muslim kecuali orang yang memang karena udzur syar'i sehingga tidak melaksanakan puasa Ramadhan. 

 

2. Makan sahur dan buka puasa dianjurkan untuk dilaksanakan di rumah masing-masing pada keluarga inti. 

 

3. Bila melakukan kegiatan buka bersama, maka yang hadir tidak lebih dari 50% dari kapasitas ruangan dan menghindari kerumunan. 

 

4. Pengurus masjid dan mushola dapat menyelenggarakan kegiatan ibadah sebagai berikut: 

• Shalat fardhu, tarawih, witir, tadarus Alquran yang dilaksanakan di masjid atau mushola tidak melebihi 50% dari kapasitas ruangan dan setiap jamaah sebaiknya untuk membawa sajadah dan mukena sendiri. 

 

• Kegiatan pengajian, ceramah, tausiah, kultum, kuliah subuh tidak lebih dari 15 menit. 

• Peringatan Nuzulul Quran di masjid/ musholla dilaksanakan dengan pembatasan jumlah audiens tidak lebih dari 50% dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. 

 

5. Pengurus masjid/ musholla wajib menunjuk petugas untuk menerapkan protokol kesehatan, melaksanakan disenfectan secara teratur, menyediakan tempat cuci tangan dipintu masuk , menggunkaan masker, menjaga jarak aman. 

 

6. Kegiatan Ramadhan di masjid/ mushola seperti shalat tarawih, witir, tadarus Alquran, i’tikaf, peringatan Nuzulul Quran tidak boleh dilaksanakan di daerah yang termasuk zona merah (risiko tinggi) dan zona orange (risiko sedang) penyebaran Covid-19 berdasarkan penetapan masyarakat setempat.

 

7. Peringatan Nuzulul Qur’an yang diadakan di dalam maupun di luar gedung, wajib memperhatikan protokol kesehatan secara ketat dan jumlah audiens paling banyak 50% dari kapasitas tempat/ lapangan.

 8. Vaksinasi Covid-19 dapat dilakukan di bulan Ramadan berpedoman pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hukum Vaksinasi Covid 19 Saat Berpuasa, dan hasil Retetapan fatwa ormas Islam lainnya.

 

9. Kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) serta zakat fitrah oleh Badan Amit Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Ami1 Zakat (LAZ) dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan menghindari kerumunan massa; 

 

10. Dalam penyelenggaraan ibadah dan dakwah di bulan Ramadhan, segenap umat Islam dan para mubaligh/ penceramah agama agar menjaga ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah bashariyah serta tidak mempertentangkan masalah khilafiyah yang dapat mengganggu persatuan umat. 

 

11. Para mubaligh/penceramah agama diharapkan berperan memperkuat nilai-nilai keimanan, ketakwaan, akhlaqul karimah, kemaslahatan umat, dan nilai-nilai kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui bahasa dakwah yang tepat dan bijak sesuai tuntunan Alquran dari As-Sunnah.

 

12. Shalat Idu1 Fitri l Syawal 1442 H/ 2021 dapat dilaksanakan di masjid atau di lapangan terbuka dengan memperhatikan protokol kesehatan secara ketat, kecuali jika perkembangan Covid- 19 semakin negatif (mengalami peningkatan) berdasarkan pengumuman Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid- 19 untuk seluruh wilayah negeri atau pemerintah daerah di daerahnya masing-masing 

 

Wilayah atau kawasan yang bisa melaksanakan itu adalah kawasan yang yang mempunyai zona hijau atau kuning, tetapi kalau sudah masuk dalam zona merah atau orange dilarang untuk melaksanakan ibadah shalat jamaah di masjid atau mushola. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah bukan berarti membatasi kebebasan umat Islam dalam melaksanakan ibadah, tetapi sebagai upaya untuk menyeimbangkan antara aspek dunia dan aspek akhirat. 

 

Kerinduan umat Islam terhadap tempat ibadah dan kerinduan umat Islam untuk berkumpul bersama saudara-saudaranya di tempat ibadah demikian besarnya, sehingga dicari jalan keluar agar kebutuhan pribadi umat Islam bisa terwujud. Satu sisi melaksanakan amaliyah pada bulan Ramadhan, di sisi lain umat Islam agar tetap terjaga kesehatannya terhindar dari covid-19 demikian pula juga bisa memutus mata rantai penyebaran virus Corona. 

 

Sampai hari ini bahwa wa virus Corona menunjukkan grafik yang fluktuatif, kadang naik, kadang turun. Virus corona adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala tetapi kita harus yakin bahwa virus corona itu ada. Keberdaannya entah dimana, karena ada orang yang terkena Covid-19 itu dengan gejala dan tanpa gejala. Karena itu sebaik-baik kita sebagai umat Islam marilah kita berjaga-jaga, kita waspada, namun jangan terlalu takut, karena ketakutan yang berlebihan tidak baik, tetapi sebaliknya jangan meremehkan. Kebijakan pemerintah adalah hal yang positif, untuk kemaslahatan bersama. 

 

Semoga ibadah puasa pada tahun ini bisa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah, semakin menunjukkan kedekatan kita kepada Allah Doa dan permohonan umat Islam pada bulan Ramadhan salah satunya diupayakan bagaimana agar virus corona segera hilang dari muka bumi ini, sehingga aktivitas hidup manusia itu akan menjadi normal kembali.

4/08/2021

Persiapan Ngadhemi Shiyam Ramadhan 1442 H Ing Wekdal Pandemi Covid-19

 

Shiyam Ramadhan punika ibadah tahunan ingkang dipun tindakaken sewulan nutuk ing sak lebetipun setunggal tahun. Kanthi shiyam Ramadhan saget mujudaken tiyang ingkang taqwa.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَىسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اأَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ . يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا 

 

Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah 

 

Pertama lan ingkang paling utami khatib tansah wasiat khususipun dhateng pribadi kula piyambak lan sumrambah dhumateng panjenengan sedaya, mangga kita tingkataken iman dan taqwa dhumateng Allah inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar sedaya awisanipun. Kanthi pangajab mugi-mugi Allah tansah paring taufik, hidayah dan inayah dhumateng kita sedaya sahingga saget slamet, wilujeng wiwit dunya dumugi alam akhirat samangke. 

 

 Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah 

Sekedhap malih kita badhe mlebet ing bulan suci Ramadhan, Allah paring dhawuh supados nindakaken shiyam Ramadhan:

“He wong-wong kang padha iman, diwajibake marang sira kabeh supaya padha nindakake puasa, kaya dene kang wus diwajibake marang wong-wong sak durunge sira kabeh supaya sira dadi wong-wong kang taqwa”. (QS. Al Baqarah: 183) 

 

Puasa Ramadhan inggih punika kewajiban kagem tiang Islam, kewajiban shiyam Ramadhan salami setunggal wulan ing sak lebeting setunggal tahun. Ing wulan punika Allah paring kesempatan kagem tiyang-tiyang Islam kangge nglebur dosa-dosa ingkang sampun dipun tindakaken, wulan punika ugi dados kesempatan kagem merkoleh rahmat lan maghfirah saking ngarsa dalem Allah SWT. Amargi ing wulan suci Ramadhan amalan-amalan ingkang sae badhe dipun tikelaken ganjaranipun dening Allah. Rasulullah SAW nate ngendika:

 

 كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم) 

Kabeh amale bani Adam bakal ditikelake ganjarane wiwit sepuluh nganti tikel pitungatus, kejaba puasa, mangka satuhune puasa iku dadi duwek-Ku lan Aku kang bakal paring ganjaran miturut karep-Ku”. (HR. Muslim) ". 

 

 Sahingga sedaya amal ibadah ingkang dipun dhawuhaken dening Allah badhe dipun tikelaken ganjaranipun, kados shalat tarowih, tadarus Alquran, infaq lan shadaqah, pados ilmu, shilaturrahmi. Rasulullah Muhammad SAW ngendika:

 

 اِذَاجَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ اَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ (رواه البخارى و مسلم) 

 

" Nalika wus teka wulan Ramadhan mangka dibukak lawange suwarga, ditutup lawange neraka lan para syetan dikrangkeng ". (HR. Buchari Muslim) 

 

 Kanthi hadits punika saget dipendhet pangertosanipun: 

1. Lawange suwarga dibuka, maksudipun bilih puasa punika saget ngrubah nafsu syaithaniyah dados sifat malakut. Saget murnikaken niat, saget nuwuhaken raos ikhlas, tindak lampahipun dhatengaken maslahat. Mila lawangipun suwarga dipun bikak lan tiyang Islam bebas anggenipun mlebet ing suwarga. 

2. Lawange neraka dipun tutup, sedaya tiyang Islam ingkang saget nindakaken shiyam kanthi dasar iman lan taqwa dhateng Allah, sahinga saget ngleremakan hawa nafsunipun saterasipun saget nylametaken saking geninipun neraka. Neraka nolak dhateng para ahli ibadah. 

3. Syetan-syetan dikrangkeng, bilih tiyang Islam ingkang saget nindakaken shiyam kanthi tekun, nindakaken amalaan-amalan sae ing wulan punika, sedaya ibadah namung dipun tujukaken kagem nindakaken ibadah, sehingga daya rohaninipun saget ngalahaken pangriduning syetan. Mekaten punika ingkang dipun wastani syetan dipun krangkeng. 

 

Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah 

Ing tahun punika ibadah shiyam Ramadhan ing wekdal pandemi Covid-19, Alhamdulillah pamerintah sampun paring pitedah caranipun mujudaken syiar Ramadhan. Benten kalian tahun ingkang sampun kapengker inggih punika tahun 1441 H/ 2020 M. Nalika ing tahun 2020, pamerintah paring dhawuh supados shalat tarowih, tadarus Alquran dipun tindakaken wonten ing dalemipun piyambak-piyambak. Shalat tarowih inggih kalian keluarganipun piyambak. Malah nate shalat Jum’at dipun gantos kalaian shalat dhuhur. Ing tahun punika pamerintah ngedalaken wewaler kanthi pedoman Surat Edaran Menteri Agama RI nomor 3 tahun 2021. 

 

Anggenipun ginakaken masjid lan musholla boten kenging usel-uselan, kedah tansah matrapaken protokel kesehatan inggih punika, jamaah beto sajadah lan mukena piyambak, cuci asta, jaga jarak, sahingga panggenan ibadah namung saget dipun lebeti 50% saking jumlah sedayanipun. Semanten ugi ceramah agama, kultum lan pengaosan dipun watesi 15 menit. Makaten punika amargi pamerintah tansah prihatos lan gatosaken kabetahanipun umat Islam. Prihatos amargi virus corona dereng ical satus persen, tasih ngancam dhateng gesangipun manungsa sahingg kedah tansah ngatos-atos lan waspada. Pamerintah gatosaken dhateng kabetahanipun umat Islam kepingin makmuraken masjid lan musholla, ngalab berkah wulan suci Ramadhan ing wekdal pandemi. Sahingga marengaken nindakaken shalat jamaah ing masjid lan mushola nanging dipun watesi kalian aturan. 

 

Pramila mangga shiyam Ramadhan dipun tindakaken, dipun kanteni kalian nindakaken ibadah sunnah, dipun tingkataken anggenipun ibadah, manembah lan sujud dhateng Allah, dipun tingkataken khusukipun manuwun dhateng Allah. Mugi-mugi ibadah dipun tampi dening Allah lan virus corona saget sirna saking jagat raya punika, amin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

4/06/2021

Kenyamanan Bisa Membuat Marah dan Kecewa

 

Hidup yang nyaman, tenang adalah menjadi harapan bagi semua orang. Ada satu kisah tentang orang mempunyai kendaraan, dalam berkendaraan ada perangkat yang harus dimiliki, berupa BPKB, STNK dan SIM. Tiga unsur ini melekat erat pada kepemilikan kendaraan,. BPKB adalah sifatnya untuk selamanya adapun STNK dan SIM ada tempo atau jarak waktu dalam penggunaannya. STNK adalah surat kepemilikan terhadap kendaraan yang dikenakan dalam waktu 5 tahun, dalam setiap setahun perpanjangan dengan membayar pajak kendaraan, kedua adalah Surat Izin Mengemudi (SIM) juga ada tempo.
Sabar menanti, sabar untuk membayar

 

Jarak waktu penggunaan TNK selama setahun, apabila surat itu sudah kadaluwarsa atau sudah habis masa berlakuanya, maka agar segera diperpanjang. Peristiwa yang kadang terjadi, karena sudah merasa nyaman, sehingga merasa tenang, lupa kendaraan yang setiap saat dinaiki tetapi lupa melihat nomor polisi, pajak kendaraanya sampai tanggal, bulan dan tahun berapa? Demikian pula Surat Izin Mengemudi (SIM) dibawa setiap saat, tetapi juga kadang lupa mengingat kapan waktu habisnya masa berlakunya. Karena sudah merasa nyaman dan merasa tenang, kendaraannya sudah resmi dan juga sudah mendapat izin untuk mengemudi. 

 

Ketika STNK dan SIM masa berlakunya sudah habis maka otomatis akan dikenai denda. Denda inilah yang selanjutnya akan menjadikan biaya pengurusan itu menjadi membengkak. Apa akibatnya, pendaftaran SIM dan STNK akan mengalami pembengkakan biaya. Dengan kondisi ini orang akan merasa kecewa, karena akan mengeluarkan biaya yang tidak terduga, karena digunakan untuk kebutuhan mengurus surat kepemilikan kendaraan atau Surat Izin Mengemudi. 

 

Ketika mengurus, apa yang terjadi, pikirannya terasa menjadi berkembang, perasaannya menjadi gundah, karena merasa seharusnya tidak terjadi, siapa yang disalahkan? Tentu saja pihak kepolisian atau kantor yang mengurus surat kepemilikan kendaraan atau Surat Izin Mengemudi hanya menerapkan standar operasional prosedur yang sudah ditentukan. Melaksanakan pekerjaan menurut aturan, maka setiap surat yang sudah habis masa berlakunya otomatis dikenai sanksi. Bila pengurusannya itu sesuai dengan waktu maka akan mengeluarkan biaya sesuai dengan standar yang telah ditentukan, tetapi bila ada keterlambatan, maka akan ada peraturan untuk melakukan kegiatan atau mengeluarkan biaya yang lebih tinggi. Karena itu ketenangan dan kenyamanan bisa menjadikan teledor atau sengaja, menganggap enteng terhadap suatu permasalahan. 

 

Kemarahan yang muncul karena kekecewaan akan menimbulkan perilaku-perilaku negative, misalnya orang akan lebih sensitif ketika menerima pelayanan, mudah marah. Sesungguhnya hal ini bukan solusi, karena itu agama menandaskan agar bermuhasabah atau introspeksi. Bila permasalahan bersumber dari dirinya sendiri maka jangan menyalahkan orang lain. 

 

Proses untuk memperpanjang surat tanda nomor kendaraan atau STNK setahun sekali dengan nominal yang sudah ditentukan. Apabila terjadi keterlambatan maka akan dikenai denda. Kedua ketika akan memperpanjang SIM dengan syarat-syarat foto kopi KTP, surat keterangan sehat dari dokter, tes psikologi, lalu membayar biaya ke bank. Bila SIM telah habis masa berlakunya walaupun hanya sehari maka harus ditambah dengan melampirkan sertifikat mengemudi untuk SIM sebesar Rp. 325.000,-. 

 

Uang sebanyak ini bagi orang yang berpenghasilan cukup bukan menjadi masalah tetapi bagi yang berpenghasilan pas-pasan maka akan menjadi jumlah yang banyak dan diganti dengan kekecewaan. Pembayaran ini menjadi proses yang harusa dilakukan, marah dan keceewa bukanlah solusi. Karena bila kemarahan dan kekecewaan memuncak menjadi putus asa, akhirnya berkendaraan dengan tidak membawa STNK dan SIM. Bila sedang ada razia maka akan terkena tilang. Setiap tilang akan membayar biaya sidang yang cukup banyak. Belum lagi kehilangan waktu untuk bekerja. Bahkan biaya-biaya tersebut cukup untuk memperpanjang SSTNK atau SIM. 

 

Maka sebagai warga negara yang baik, ikutilah aturan pemerintah, mudah-mudahan dengan senantiasa menaati apa yang menjadi aturan pemerintah, maka hidup akan terasa damai dan bahagia. Pertengkaran dan permusuhan akan berganti menjaddi sikap saling asah, asih dan asuh.

Ketenangan dalam kesabaran

3/11/2021

Pengetan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, Mujudaken Shalat Ingkang Khusuk

Shalat sak jatosipun boten namung kagem guguraken kuwajiban lan shalat ugi boten namung owah-owahing awak, nanging kejawi mekaten kedah dipun kantheni kalian manunggaling manah lan penggalih. Nalika shalat sak jatosipun nembe ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah, mila ibadah shalat prayoginipun tansah dipun sempurnakaken, supados ngasilaken pribadi muslim ingkang iman, taqwa, taat, sumeleh lan mituhu dhateng dhawuh-dhawuhipun Allah.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَتِ وَالنُّوْرِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِءُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُالْحُسْنَى, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ: اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنُ رَحِمَكُمُ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَبُّكُمْ فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Kaum muslimin jemaah shalat Jum’at Rahimakumullah 

 

Pertama lan ingkang paling utama khatib tansah wasiat khususipun dhateng pribadi kula piyambak lan sumrambah dhumateng panjenengan sedaya, mangga kita sami ningkataken iman dan taqwa dhumateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar punapa ingkang dados awisanipun Allah, kanthi pangajab mugi-mugi tansah pinaringan taufiq, hidayah lan inayahipun Allah sehingga saget slamet, wilujeng sadangunipun gesang ing alam dunya lan dumugi benjang wonten ing alam akhirat, amin. 

 

Kaum muslimin jemaah shalat Jum’at Rahimakumullah 

 

Ing wulan punika kaum muslimin dipun imutaken malih kalian pengetan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ tegesipun tindakipun Rasulullah ing wekdal dalu saking Masjidil Haram dumugi Masjidil Aqsa ing Palestina. Mi’raj tegesipun inggih punika minggah, wonten ing sidrotul muntaha ngadhep wonten Ngarsanipun Gusti Allah kangge nampi dhawuh nindakaken ibadah shalat gangsal wekdal. 

 

Ibadah shalat punika dados ibadah ingkang istimewa, jalaran shalat punika dipun dhawuhaken Allah dhumateng Nabi Muhammad SAW kanthi langsung. Nabi Muhammad ngadhep wonten Ngarso Dalem Allah. Benten kalian dhawuh-dhawuh sanesipun ingkang boten kanthi ngadep wonten Ngarsa Dalem Allah. Mungguhipun tiyang Islam, shalat punika dados kuwajiban, ing pundi papan panggenan lan ing kawontenan punapa kemawon. Shalat gangsal wekdal banget pentingipun, jalaran shalat punika dados pokokipun ibadah, menawi tiyang Islam sampun nindakaken shalat kanthi saestu, mila badhe dipun paringi margi ingkang sae dening Allah. Semanten ugi shalat punika dados pondasi, shalat ingkang sampun sae badhe mujudaken pribadi nipun tiyang Islam ingkang tansah taat mituhu dhateng dhawuhipun Gusti Allah, sahingga badhe katebihaken saking sedaya tumindak ingkang boten sae, Allah SAW sampun ngendika: 

 

“Wacananen apa kang wis kawahyokake slira-Mu (Muhammad), yaiku Al Kitab (Alquran), lan jumenengake shalat. Sak temene shalat iku bisa nyegah saka (panggawe-panggawe) ala lan (lelakon) kang disengiti. Lan satemene ngelingi Allah (shalat) iku luwih agung (kautamane ketimbang ibadah-ibadah liyane). Lan Allah iku ngudaneni apa kang sira kabeh pada ngelakoni”. (QS. Al Ankabuut: 45) 

 

Kaum muslimin jemaah shalat Jum’at Rahimakumullah 

Kejawi shalat punika migunani kagem gesangipun manusia wonten ing alam donya, shalat punika dados dasaripun sedaya amal ibadah, menawi shalatipun sae insya-Allah ibadah sanesipun badhe dados sae. Mekaten punika tentunipun shalat ingkang dipun tindakaken kanthi saestu utawi shalat ingkang sampun khusuk. Nalika nindakaken shalat saestu nembe ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah, sedaya pedamelan dipun tinggalaken, raga lan jiwanipun saestu nembe ngadhep dhateng Allah. Penggalihipun dipun selehaken, sedaya perkawis dipun tujukaken dhateng Allah. Ampun ngantos wekdal nindakaken shalat ingkang namung sekedhap namung kagem guguraken kuwajiban mawon, nanging kedah dipun niati lan dipun tindakaken kanthi saestu. 

 

Kathah tiyang ingkang nindakaken shalat namung penggalihipun boten shalat, kathah ugi ingkang nindakaken shalat namung pados wekdal sela ing sak lebetipun ningali sinetron lan sak terasipun, nenggo nalika nembe iklan. Kanthi mekaten yektos boten wonten bentenipun antawis sak saderingupun shalat kalian sak sampunipun shalat. Kanthi mekaten wekdal ingkang namung sekedhap kagem indakaken shalat punika dipun ginakaken kanthi saestu supados ngasilaken shalat ingkang khusuk. Amargi shalat ingkang khusuk saged bentuk pribadinipun tiyang ingkang iman dan taqwa dhumateng Gusti Allah, wonten ing pundi papan panggenan rumaos tansah dipun awasi dening Allah, sinaosa boten saget mirsani Gusti Allah, nanging tansah yakin bilih Allah tansah pirsa dhateng sedaya tindak lampahipun. 

 

Semanten ugi shalat ingkang khusuk punika saged kagem lantaran nyuwun dhumateng Gusti Allah. Amargi sak jatosipun wekdal shalat punika wekdal kagem ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah, tundhuk, patuh, pasrah lan semeleh wonten Ngarsa Dalem Allah. Lahiripun ngadhep kanthi nindakaken kaifiyah shalat lan batosipun saestu nembe manunggal ngadhep wonten Ngarsa Dalem Allah. Kathah tiyang ingkang nindakaken shalat namung dereng khusuk, mila khusuk punika kedah dipun usahakaken. 

 

Sepindhah kedah dipun lurusaken niatipun, niat shalat namung kagem nindakaken dhawuhipun Allah lan pados ridhanipun Allah. 

 

Kaping kalih dipun sempurnakaken wudhunipun, wudhu punika minangka dados syarat syahipun nindakaken shalat, wudhu kagem ngicalalen hadats ingkang alit. Mila kaifiyah shalat dipun tindakaken kanthi saestu, kados pundi caranipun kemu, cuci wajah, nyuci asta, ngusap ritma, nyuci telingan lan nyuci samparan kedah netepi tata caranipun wudhu. 

 

Kaping tiga dipun kathah-kathahakan anggenipun tindakan shalat sunnah, ampun ngantos tiyang Islam bahil anggenipun ngibadah. Allah paring kuwajiban shalat gangsal wekdal, sahingga namung shalat gangsal wekdal mawon ingkang dipun tindakaken. Nanging kedahipun shalat sunnah ugi dipun tindakaken. Sahingga kanthi ngulinakaken nindakaken shalat sunnah, mila shalat fardhunipun badhe dados ringan. 

 

Kaping sekawan dipun kathah-kathahekn nindakaken dzikir. Dzikir tegesipun enget dhateng Allah. Dzikir punika boten sak ikhlasipun, nanging dzikir ingkang kathah badhe mujudaken pribadi ingkang ikhlas. Allah SWT sampun ngendika: 

 

“He wong wong kang padha iman, pada dzikira sira kabeh (kanthi nyebut asma) Allah, kelawan dzikir kang se-akeh-akehe. Lan padha macaha tasbih sira kabeh marang Panjenengane ana ing mangsa isuk lan sore”. (QS. Al Ahzab: 41-42) Kanthi punika menawi kita tansah emut dhateng Allah, mila Allah badhe gampilaken panuwunipun kawulane Allah: 

 

“Lamun kawula-kawula Ingsun pada takon marang Sira (Muhammad) babakan Ingsun, mangka dhawuha yen satuhune Ingsun iku parek. Ingsun nyembadani panyuwune wong-wong kang donga marang Ingsun, sangka iku, dheweke supaya nyembadani (sekabehe perintah) Ingsun lan dheweke supaya pada iman marang Ingsun, supaya padha oleh pituduh”. (QS. Al Baqarah: 186) 

 

Kaping gangsal shalat dipun tindakaken kanthi berjamaah, amargi shalat berjamaah punika ganjaranipun badhe dipun tikelaken dening Allah ngantos pitulikur derajat. Fadhilah lan kautamanipun saking shalat berjamaah punika saget nambahi ganjaran ingkang badhe dipun paringaken Allah. Kanthi ganjaran punika badhe nambah bobotipun amal ibadah, bobotipun amal kesahenan wonten Ngarsa Dalem Allah. Sehingga menawi tiyang Islam punika sampun kathah ganjaranipun, sampun kata ibadahipun. Yektos badhe dipun gampilaken urusanipun dening Allah. Rasulullah SAW ngendika:

 

 أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً 

 Aku manut marang panyanane kawula Ingsun, lan Ingsun nyertani lamun dheweke eling marang Ingsun. Lamun dheweke eling marang Ingsun, mangka Ingsun bakal eling marang dheweke. Lan lamun dheweke eling marang Ingsun sak jroning wong akih, mangka aku bakal eling marang dheweke ing sajroning wong akih kang luwih bagus tinimbang dheweke. Lamun dheweke mareki Ingsun sak kilan mangka Aku bakal mareki dheweke sak lengen, lan lamun kawula Ingsun mareki Ingsun sak lengen Ingsun bakal mareki dheweke sak dhepa. Lan lamun dheweke mareki Ingsun karo mlaku, mangka Ingsun bakal mareki dheweke kelawan mlayu”. (HR. Buchari) 

 

Nindakaken shalat punika minangka wujud kita mareke Gusti Allah, mugi-mugi ibadah shalat ingkang tansah dipun sempurnakaken punika badhe dadosaken kita tansah rumaos caket dhateng Allah. Sahingga Allah tansah paring kasembadan dhateng sedaya panuwun kita, amin.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

2/16/2021

Musibah lan Bencana kagem Tadzkirah lan Muhasabah

Musibah lan bencana punika sampun dados Sunnatullah, selaginipun tasih wonten alam dunya mesthi tasih wonten musibah lan bencana. Manungga namung saget nyingkiri namung boten saget mutusaken. Manungsa namung saget usaha lan ikhtiar Gasti Allah ingkang mutusaken. Manungsa kepingin tansah nampi kesahenan, kanthi punika manungsa tansah manuwun dhumateng Gusti Allah supados dipun paringi beja lan mulya ing alam donya punika, tebih saking balak, musibah lan bencana.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 

 

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah 

Boten wonten wasiat ingkang paling utami kejawi wasiat iman lan taqwa dhateng Allah, mila ing mimbar khutbah punika kawula paring pemut dhateng penjenengan sedaya, mangga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah. Inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar sedaya awisanipun, mugi Allah tansah paring pitedah, kekiatan lan kesadaran dhateng kita sedaya, amin. 

 

Manungsa dipun ciptakaken dening Allah, sampun dipun cekapi kalian raos bingah lan susah. Menawi sawek nampi kenikmatan saking Ngarsa Dalem Allah badhe tuwuh raos bingah, kosok wangsulipun menawi sawek nampi balak, musibah, bencana, dipun suda bandha, nyawa, putra lan sanesipun badhe tuwuh raos susah. Bungah, susah, musibah lan bencana punika sampun dados Sunnatullah. Allah badhe ngambali malih kawontenan ingkang sampun nate kedadosan ing wekdal ingkang sampun kapengker badhe dipun paringaken dhateng makhlukipun Allah ing wekdal sapunika lan wekdal ingkang badhe dhateng. 

 

Musibah banjir, siti gugruk ing tahun ingkang sampun kapengker sampun asring kedadosan, ing tahun punika khususipun ing wekdal rendheng sampun kathah wilayah ingkang banjir, siti gugruk sahingga nuwuhaken raos susah. Musibah ing wayah jawah arupi banjir, siti gugruk, lisus. Manawi ing wekdal panas boten wonten jawah musibahipun arupi kobongan wana lan hutan. Ing wulan punika wonten musibah malih inggih punika dhawahipun pesawat Sriwijaya Air. Musibah arupi pandemi Covid-19 dereng sirna dipun tambah kalian musibah lan bencana sanesipun. 

 

Kanthi mekaten sampun sak mesthinipun menawi kita sami muhasabah, niti-niti dhateng awakipun piyambak. Dosa lan kalepatan punapa ingkang sampun kita tindakaken. Wontenipun dhawuhipun Allah punapa sampun dipun tindakaken kanthi saestu, semanten ugi wontenipun awisanipun Allah punapa sampun dipun hindari. Kejawi kita gatosaken sebab-sebab saking alam ugi kita gatosaken perkawis spiritual, inggih punika kanthi ningkataken anggenipun ngibadah. Donga mawon dereng cekap, kejawi dipun kantheni kalian nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun. Lan nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah inggih dereng cekap, kejawi dipun tingkataken kualitas lan kuantitasipun. 

 

Kuantitas ateges kathahipun anggenipun nindakaken ibadah, contonipun, nalika nindakaken shalat gangsal wekdal. Shalat punika kuwajiban ingkang kedah dipun tindakaken. Kejawi wonten ibadah wajib inggih wonten ibadah sunnah. Kados shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, hajat, tahajjud, istikharah lan shalat-shalat sunnah sanesipun prayogi dipun tindakaken. Jalaran sedaya dhawuhipun Allah lan rasulipun mesthi wonten hikmahipun. 

 

Saking kathahipun nindakaken ibadah sak mangke badhe mujudaken kualitas shalat, tegesipun ngibadah kanthi ikhlas, istiqomah, khusuk, khudhuk. Ibadah kejawi dipun landasi kalian nyekapi syarat lan rukunipun, ugi kedah dipun tindakaken kanthi ikhlas lan sadar. Sampurnaning ngibadah saget nyaketaken kasembadanipun doa, amargi Gusti Allah dhemen kalian tiyang ingkang tansah ngresiki dhateng awak lan pakertinipun. Pokal lan solahbawa kang boten sae dipun gantos kalian tumindak lan akhlaq ingkang bagus. Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah Musibah banjir lan siti gugruk menawi dipun gatosaken amargi akibat saking pokalipun manungsa, Allah SWT sampun paring pirsa: 


 

“Wis pratela (anane) kerusakan ing daratan lan segara di sebabake kerana tumindake tangan-tangan manungsa, kerana Allah ngicipake marang dheweke kabeh saperangan saka (akibat) dheweke kabeh, supaya dheweke kabeh padha bali (tumuju dalan kang bener). (QS. Arrum. 41)

 

Wonten ayat Alquran punika sampun pratela nyata bilih amargi pokalipun manungsa ingkang damel rusak dhateng alam, sahingga akibatipun Allah paring mapinten-pinten balak, musibah lan bencana. Allah paring pemut supados sami kondur malih dhateng margi ingkang leres. Allah sampun ngendika wonten Alquran surat Al A’rof ayat 168:


 

“Lan Ingsun coba dheweke mau kelawan  (nikmat) kang bagus-bagus lan (balak) kang ala-ala, supaya dheweke padha bali (marang kang bener)”.  

 

Kanthi legal an jembaring manah, mangga kita gatosaken musibah lan bencana saking pokalipun manungsa punika:

  1. Musibah banjir punika dipun sebabaken mampetipun dalaning toya lan ugi boten wonten panggenan kagem nyedot toya. Dalaning toya, got lan saluran sami mampet amargi kesumpelan kalian sampah. Kathah sampah sami nyumpeli dalaning toya. Mekaten punika amargi kathah para manungsa sami bucal sampah wonten kali lan got, sahingga menawi pas jawah boten wonten margi kangge milinipun toya. 
  2. Siti gugruk punika amargi tanemanipun dipun potong lan sabin lan tegal boten dipun tanemi malih, ngagem taneman ageng ingkang saget nyangga siti lan toya. Perengan lan tebing boten wonten paku buminipun, sahingga siti gampil gugruk. 
  3. Nalika ing wayah ketiga utawi panas wonten kobangan wana lan tegal, amargi sumberipun toya sami pejah  sahingga taneman sami mati, lan dados garing sahingga gampil kobongan, lan musibah-musibah sanesipun.

 

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah

Musibah-musibah ingkang sampun kadosan punika dipun ambali malih, malah saget ugi langkung ageng lan gegirisi. Pramila kedahipun sedaya tiyang sami gatosaken lan ngrubah adat kebiasaan ingkang boten sae punika. Kanthi sami eling-tiniling nindakaken kebagusan lan nilar pedamelan awon. Kebiasaan bucal sampah ing kali punika dipun hindari, inggih punika kanthi gunakaken panggenan kagem bucal sampah, lan ugi ngawontenaken panggenan bucal sampah kanthi mandiri. Amargi sampah punika salah setunggalipun masalah, menawi boten dipun gatosaken kanthi saetu badhe nuwuhaken musibah ingkang langkung ageng.

 

Pemerintah sampun paring pirsa bilih kedahipun dipun pisah antawis sampah plastik kalian sampah organik. Sampah plastik saget dipun obong utawi dipun daur ulang, menawi sampah organik saget dipun kempalaken kagem pupuk, sahingga taneman saget subur. Ananging menawi sampah plastik, wesi, logam, kaca punika dipun campur kalian sampah organic badhe dados masalah, panggenan kagem bucal sampah boten cekap lan sitinipun dados gethak. Menawi sampah-sampah punika dipun bucal wonten lepen, kejawi dadosaken mampetipun lepen lan banjir ugi ulamipun sami pejah. Cobi menawi kita konduraken ing wekdal 50 tahun kapengker, ing lepen kathah ulamipun, toyanipun tasih seger sahingga toya lepen saget kagem sesuci.

Kanthi punika, kedahipun saben-seben tiyang sami nanemaken kedisiplinan, bucal sampah ing panggenanipun, ngulinakaken misahaken sampah organik kalian anorganik. Lan kita usahaken mikiraken kesehatan lan kemaslahatan generasi lan putra wayah ingkang badhe dhateng. Mugi-mugi musibah, bencana lan balak punika enggal tingkas lan saget dados pepeling kagem kita sedaya supados tansah ningkataken iman lan taqwa saha amal shalih, amin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ