Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan

5/15/2020

Khutbah Idul Fitri 1441 H-Suasana Ibadah di Tengah Pandemi Covid-19



Shalat Idul Fitri adalah ibadah tahunan hukumnya sunat muakad yang bisa diselenggarakan di masjid atau tanah lapang. Pada hari itu setiap muslim berbondong-bondong untuk menghadiri tempat shalat bahkan wanita yang sedang datang bulanpun dianjurkan untuk menghadiri guna mendengarkan khutbah shalat Idul Fitri. Tetapi pelaksanaan shalat Idul Fitri 1414 Hijriyah atau tahun 2020 pemerintah dan para ulama’ melalui MUI menghimbau pelaksanaan shalat Id di rumah masing-masing pada keluarga kecil. Berikut disampaikan khutbah shalat Idul Fitri.

اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ .

Ibu, Bapak yang saya hormati, istri dan anak-anakku yang aku cintai.
Pada lebaran tahun ini, 1 Syawal 1441 Hijriyah pelaksanan shalat Idul Fitri tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, dan sepanjang hidup kami baru tahun ini. Shalat Idul Fitri kita selenggarakan di rumah, hal ini bukan berarti menghindari kegiatan syiar Islam dan shilaturahim, namun karena situasi dan kondisi pada tahun ini berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu. Karena itu marilah kita berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya.

Tahun ini dunia sedang dilanda wabah pandemi virus corona atau Covid-19, suatu wabah penyakit yang menular dari manusia ke manusia, proses penularaan yang mudah dan cepat. Virus corona adalah makhluk Allah yang sangat kecil, tidak bisa dilihat dengan penglihatan secara langsung, virus hanya bisa dilihat dengan mikroskup. Namun dari indikasi penyebarannya para ilmuan menemukan bahwa penularan melalui doplet, air, liur, air mata. Material tersebut bisa menempel ditelapak tangan, sudah menjadi kebiasan bila bersin selalu ditutupi dengan tangan, bila mengeluarkan air mata tangan bergerak akan membilas, bila mengeluarkan lendir tanganpun juga akan bergerak untuk membersihkan.

Dari tangan inilah, bila tidak menukan air atau tisu, maka akan digosokkan di baju, tangga, pegangan tangan dan tempat-tempat yang bisa dijangkau. Dalam kondisi tangan yang terkena doplet ini, tiba- tiba bertemu dengan anggota keluarga, teman, atasan atau bawahan lalu berjabat tangan, dari inilah kemudian virus dengan cepat menyebar. Karena itu untuk memutus mata rantai penyebaran ini adalah dengan menjaga kebersihan, membiasaakan membasuh tangan dengan sabun, atau hand sanitizer, selalu memakai masker, melaksanakan sosial distancing, PSBB bahkan lock down. Sehingga ibadah shalat Jum’at diganti dengan shalat dhuhur, shalat berjamaah lima waktu di rumah, shalat Idul Fitripun diselenggarakan di rumah dan setelah Idul Fitri, shilaturahim kita selenggarakan dengan on line atau melalui video call

Ibu, Bapak yang saya hormati, istri dan anak-anakku yang aku cintai
Tahun ini bisa disebut dengan tahun musibah, bencana, wabah dan muhasabah. Setiap musibah bencana, wabah tentu ada hal apa di balik musibah, ada rahasia apakah musibah, bencana dan wabah tersebut. Bila meninjau sejarah para rasul sebelum nabi Muhammad SAW, umatnya nabi Luth gemar melakukan perbuatan keji, umat nabi Hud yang bernama kaum karena sombong dan suka mengolok-olok dihancurkan dengan angin kencang dalam beberapa hari, umat nabi Musa, Harun, Nuh tidak mau menyembah Allah, dihancurkan oleh Allah karena mereka menentang ajaran rasulnya, tidak mau mengikuti risalah Allah yang disampaikan kepada utusannya sehingga Allah menurunkan musibah, bencana, bahkan mereka dihancurkan. Karena itu dengan adanya musibah ini hendaknya setiap diri memikirkan, sejauhmana tingkat dan kualitas peribadatannya. Sudahkan beribadah sesuai dengan tuntutan syariat Islam, sudahkan melaksanakan syariat Islam sesuai dengan kemampuannya. Sudahkan menjadi insan yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Karena itu dalam kesempatan ini, hendaknya kita merenungkan diri kita masing-masing. Kita merenungkan keluarga kita apakah sudah beribadah sesuai dengan tuntunan syariat Islam, apakah sudah berusaha dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjuhi larangannya. Apakah didalam menikmati kehidupan dunia sudah memikirkan hari esok, sebagaimana firman Allah:


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18)

Marilah kita benahi keluarga kita, saling mengingatkan, saling bekerjasama, saling menasehati, saling menolong. Kita turut memikirkan, mendoakan keselamatan bangsa dan negara kita dimulai dari keluarga. Karena sesunggguhnya keluarga merupakan bangunan terkecil dari suatu bangsa, baik buruknya suatu bangsa ditentukan pembinaan dalam keluarga.

Ibu, Bapak yang saya hormati, istri dan anak-anakku yang aku cintai
Ibadah puasa Ramadhan dalam nuansa keluarga telah berlalu, bulan dimana pintu surge dibuka, pintu neraka ditutup dan syetan dibelenggu:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ

"Bila bulan Ramadlan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun dibelenggu."(HR. Muslim: 1793)

Kini kita masuk pada bulan Syawal, bulan peningkatan amal ibadah kita kepada Allah, pada tanggal 1 Syawal adalah awal setiap muslim menghadapi tantangan karena tanggal 1 Syawal para syetan yang telah dibenggu selama sebuan dilepas kembali untuk menggangu dan menjerumuskan manusia ke jurang kesesatan, syetan dan bala tentaranya berupaya untuk mencari teman sebanyak-banyaknya di neraka kelak, karena mereka sudah dijamin masuk ke neraka. Tempat yang penuh dengan siksaan, tempat yang tidak diinginkan bagi manusia. Sedangkan orang-orang yang beriman senantiasa mengharapkan masuk ke dalam surga dan dihindarkan dari neraka.

Karena itu Rasulullah SAW telah memberikan tuntuanan ibadah setelah bulan Ramadhan, yaitu ibadah yang mempunyai nilai pahala sepanjang masa yaitu menunaikan puasa sunnah.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." HR. Muslim: 1984, Darimi: 1689
Jadi bagi siapapun yang pada bulan Ramadhan menanti, mengharapkan menjumpai Lailaul Qadar, siapa yang bisa menjumpainya? Wallahu a’lam, hanya Allah yang mengetahui. Namun puasa syawal adalah sudah jelas bahwa Allah menjajikan pahala sebagaimana orang yang berpuasa sepanjang masa.

Setiap ibadah pasti berpahala dan mempunyai fadhilah, Allah memberikan pahala bisa bernuansa dunia dan akhirat. Setiap ibadah yang dilaksanakan dengan kesungguhan hanya mengharap ridha Allah, maka Allah akan memberikan barakah, rizqi dari langit, dengan rizki yang tidak bisa dihitung jumlahnya.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia (Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Ibu, Bapak yang saya hormati, istri dan anak-anakku yang aku cintai
Rizki dari Allah bisa diwujudkan dalam bentuk kesehatan dan dihilangkan atau dijauhkan dari penyakit. Bagi yang masih belajar diberikan pemahaman dan ketajaman berfikir, akan diberikan kemudahan dalam mencari ma’isah atau penghasilan di dunia, akan diberikan keberkahan dari penghasilan yang diperoleh, akan diberikan petunjuk dalam setiap langkahnya. Akhirnya akan selamat dan beruntung didunia dan akhirat, amin.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَاَدْ خِلْنَا وَاِيَّاكُمْ مِنْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصّٰلِحِيْنَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن




الخطبة الثنية
اَللهُ اَكْبَرُ ×٧ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُؤْمِنِيْنَ وَخَتَمَ بِهِ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُخْلِصِيْنَ . اَشْهَدُ اَنْ لَا ِالٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَشْهُوْرُ بِفَطَانَتِهِ وَاَمَانَتِهِ وَصِدْقِهِ وَتَبْلِيْغِهِ وَصَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَرَ. فَقَاَلَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


5/13/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II



Manusia adalah makhluk dengan dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia adalah makhluk Allah yang diberi taklif, tanggung jawab untuk menjaga, melestarikan, memanfaatkan sumber daya alam, karena itu manusia disebut sebagai khalifah, wakil Allah dimuka bumi. Disamping itu manusia adalah hamba Allah yang mempunyai tugas untuk menyembah beribadah kepada Allah, manusia diberikan tugas sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah. Dua hal ini ini Allah kelak akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan oleh manusia.

Sangat penting untuk menerapkan prinsip keseimbangan, urusan dunia dan juga urusan akhirat diseimbangkan. Rasul pernah bersabda “berbuatlah duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhirat, seakan-akan engkau akan mati besok pagi”. Dari hadits ini jelas sekali bahwa kita diberikan kewenangan untuk mencari karunia Allah dalam kehidupan dunia juga mencari karunia untuk kehidupan akhirat, mengapa? Dunia ini sementara, dunia hanyalah permainan, panggung sandiwara, dunia ini adalah seperti orang yang berpergian suatu saat akan kembali.

Manusia hidup di dunia tidak akan lama, tetapi hidup di akhirat adalah untuk selama-lamanya. Sebelum masuk ke alam akhirat kelak, manusia akan hidup di alam barzah atau alam kubur sampai batas waktu yang hanya Allah yang mengetahui. Setiap orang kelak di hari Qiamat akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatan yang sudah dilakukan. Amal baik akan mendapatkan pahala yang kelak akan dimasukkan ke dalam surga nya Allah. Amal yang buruk maka akan mendapatkan dosa dan kelak akan dimasukkan ke dalam neraka. Pada dasarnya surga dan neraka adalah merupakan pilihan.

Dunia adalah ladang untuk menanam kebaikan sebagai bekal besok di hari Qiamat. Agar menjadi orang-orang yang lebih baik maka carilah suatu keteladanan didalam hidup ini, agar kehidupan kita itu bisa menjadi lebih baik. Dalam urusan akhirat maka lihatlah kepada orang yang lebih alim, orang yang lebih taat, giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Misalnya ada orang yang rajin membaca Alquran, lihatlah dia, tirulah dia. Ada orang yang rajin menegakkan shalat degan berjamah, lihatlah dia, contoh lah. Ada orang gemar berderma, membantu pada orang-orang yang fakir miskin dan yang membutuhkan, lihatlah dia maka dalam hatinya akan muncul rasa kepedulian untuk mebreikan bantuan. Jangan melihat kepada orang yang dibawahnya, bila dalam hal ibadah melihat kepada orang yang dibawahnya, maka dia akan susah untuk mencapai pada tingkat kesempurnaan dalam pengamalan ajaran agama Islam. Sebaliknya dalam urusan dunia maka lihatlah kepada orang yang di bawahnya Rasulullah SAW pernah bersabda:

خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ لَمْ تَكُونَا فِيهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا مَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ وَمَنْ نَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ مِنْهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا


"Ada dua perkara yang barangsiapa memilikinya maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar, dan barangsiapa yang tidak memiliki keduanya maka Allah tidak mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan penyabar, yaitu barangsiapa yang melihat (mengukur) agamanya dengan orang yang lebih tinggi darinya lalu dia mengikutinya, dan barangsiapa yang melihat (mengukur) dunianya dengan orang yang paling rendah darinya lalu dia memuji Allah atas karunia yang diberikan kepadanya, maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar, namun barangsiapa yang melihat agamanya dengan orang yang lebih rendah darinya dan melihat dunianya dengan orang yang lebih tinggi darinya dan dia bersedih atas dunia yang tidak didapatkannya, maka Allah tidak mencatatnya sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar." (HR. Tirmidzi: 2436)

Allah akan melihat orang yang bersyukur dan bersabar adalah orang yang melihat orang lain dalam hal ibadahnya kepada orang yang di atasnya dan orang yang melihat orang lain dalam hal keduniawiannya kepada orang yang di bawahnya. Maka visualisasi dalam mencari keteladanan adalah dengan melihat orang-orang yang baik dalam hal ibadahnya pada orang yang di atasnya. Dengan ini orang akan mnghitung- menghitung, menyadari kekurangan yang ada pada dirinya, dia akan menjauhkan diri dari sifat kibir, ujub, riak dan perilaku-perilaku lainnya. Dengan demikian akan menjadi orang yang lemah lembut, berperilaku baik, pandai dalam mensyukuri dan menghormati orang lain, tidak mudah untuk menyalahkan orang lain, karena bila melihat orang lain dalam hal ibadah, kepada orang yang diatasnya, maka sungguh kecil dirinya alangkah dhaifnya.

Demikian pula dalam urusan duniawi, lihatlah kepada yang di bawahnya, niscaya akan menjadi orang yang bersyukur. Misalnya ada orang yang mempunyai mobil dan mobilnya sudah mobil yang tua, bila sedang berbincang dengan teman-temannya yang mempunyai mobil baru maka dirinya merasa iri dan bersedih kenapa tidak bisa memiliki mobil yang baru. Karena itu hendaknya melihat kepada orang yang di bawahnya, bersyukur dirinya mempunyai mobil, walaupun mobilnya tua, tapi masih bisa digunakan untuk beraktivitas. Waktu hujan tidak kehujanan, waktu panas tidak kepanasan dan mobilnya tidak macetan, ini masih sangat beruntung, coba kalau melihat temannya atau saudaranya tidak mempunyai mobil dan hanya mengendarai sepeda motor, kalau hujan kehujanan, panas juga kepanasan, kena debu, kena angin.
Demikian juga orang yang mempunyai sepeda motor bersyukur, karena mendingan punya sepeda motor daripada saudaranya atau temannya atau orang lain yang tidak mempunyai sepeda motor, sehingga kemana-mana menggunakan sepeda ontel untuk beraktivitas, untuk bekerja menggunakan sepeda ontel. Orang yang punya sepeda ontel pun itu hendaknya bersyukur, karena apa, beruntung karena ada temannya, saudaranya yang tidak mampu membeli sepeda ontel sehingga kemana-mana dia dengan berjalan kaki, membawa barang, berjalan kaki ke mana.

Orang yang masih bisa berjalan itu juga sangat bersyukur, karena diberikan kesehatan oleh Allah sehingga ke mana-mana bisa berjalan beraktivitas dengan kedua kakinya. Sementara ada saudaranya atau temannya atau siapapun yang sakit ternyata dia sudah tidak bisa berjalan, kakinya sakit, lumpuh, semua aktivitas butuh pelayanan orang lain, makan minum sampai membersihkan diri tidak mampu tapi harus melalui bantuan orang lain. Maka orang yang masih bisa berjalan itu sangat bersyukur bila dibandingkan dengan orang yang sama sekali sudah tidak bisa berjalan tetapi orang yang sudah lumpuh misalnya di tempat tidur, tidak bisa beraktivitas. Pada orang yang teakhir inipun juga hendaknya tetap bersyukur, karena apa masih diberi kesempatan untuk bertobat memperbarui kesalahan-kesalahannya karena sakit itu adalah merupakan penebus dari dosa dan kesalahan yang sudah dilakukan bersyukur.

Coba kalau dilihat ada temannya atau saudaranya atau siapapun yang mati dalam kondisi yang mendadak, padahal dia dalam keadaan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, sedang melakukan kemaksiatan kemudian dia dipanggil oleh Allah, maka sudah tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki amal-amal, maka masih diberikan panjang umur, walaupun dalam kondisi apapun tetap bersyukur bahwa semuanya itu adalah pemberian Allah, maka dalam urusan keduniawian lihatlah kepada orang yang dibawahnya niscaya akan menjadi orang pandai bersyukur, mensyukuri segala nikmat karunia yang telah diberikan Allah kepada dirinya.
Carilah keteladanan kepada siapa pun yang melakukan perbuatan yang baik, karena Rasulullah juga pernah mengatakan bahwa “lihatlah pada apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan”. Jelas bahwa sumber kebenaran, keteladanan bisa datang dari siapa saja, dari orang miskin, anak kecil, orang kaya, orang cantik, orang gagah. Kalau mereka mempunyai perilaku yang baik, maka sebaiknya kita contoh. Tidak usah membedakan tidak usah memisahkan dia itu siapa, tetapi kalau memang mempunyai akhlak dan perilaku yang baik, maka jadikanlah teladan.
Keteladanan itu tidak tidak sentral pada seseorang, Karena manusia itu adalah makhluk yang tidak sempurna manusia makhluk yang perilakunya itu kadang berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, kecuali pada orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, dimanapun dan kapanpun selalu merasa dirinya dalam pengawasan Allah.

5/12/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral?

Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti contoh, dalam bahasa Arab adalah uswah. Nabi Muhammad adalah figur dijadikan contoh.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

Dalam ayat itu Allah sebagai Sang Khalik atau pencipta, kata yang Maha Mengetahui perihal segala hal ciptaan-Nya, bila Allah yang mengatakan, maka tidak dapat dipungkiri karena firman Allah adalah suatu kebenaran hakiki yang harus diyakini. Bagi yang mengingkari kebenaran firman Allah maka dia orang bukan orang yang beriman. Perihal ciptaan Allah tentang manusia pilihan yang patut dijadikan contoh yaitu Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya dalam pribadi Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik

Keteladanan Rasulullah
Menjadi teladan tentu harus mengetahui kelebihan dan kebaikannya. Jadi jangan sampai bisa mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad figur uswatun hasanah tapi tidak mengetahui sisi-sisi keteladanan beliau. Ada beberapa ciri rasul yang bisa dijadikan teladan:

  1. Al Amanah yaitu terjaga lahir dan batinnya dari segala macam perbuatan maksiat, dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu khianat. beliau terjaga dari perzinaan, minuman khamr dan sejenisnya, berdusta dan perbuatan dosa lainnya yang kasat mata juga terjaga dari kemaksiatan lainnya. Yang bersifat batiniah seperti dengki, sombong, iri, ria’ dan perbuatan dosa lainnya yang dilarang oleh Allah. Maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan untuk memiliki sifat tersebut sebab kita diperintahkan untuk meneladani Rasul dan secara tidak langsung kita pun dilarang memiliki sifat sebaliknya yaitu kiamat
  2. Shidiq berarti jujur. Berkata dengan jujur dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu al kizzib atau dusta sebab jika Rasul berdusta maka pemberitaan dari Allah pun dusta, padahal mustahil Allah bersifat berdusta jika mustahil rasul berdusta maka shidiq bagi beliau adalah wajib.
  3. Al Fathonah berarti cerdas dan waspada dan mustahil bagi rasul pelupa dan tidak waspada sebab jika rasul tidak cerdas, maka tidaklah mungkin mampu memberikan argumentasi terhadap lawan-lawannya tentang kebenaran yang dibawanya, dan bertentangan dengan tugas Rasul yaitu menunjukkan kepada kebenaran bagi seluruh manusia. Maka jelaslah bahwa Rasul bersifat Fathonah.
  4. Tabligh berarti menyampaikan perintah Allah kepada manusia dan mustahil sebaliknya yaitu menyembunyikan perintah Allah sedikitpun, sebab jika rasul menyembunyikan perintah Allah, maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan menyembunyikannya. Sebab kita wajib meneladani rasul, maka wajiblah rasul menyampaikan kepada manusia semua perintah Allah.


Adapun sifat yang Jaiz ialah semua sifat manusia yang tidak mengurangi martabat kemanusiaan seperti makan minum beristri dan penyakit yang tidak menjadikannya tercela dan tidak menjadikan manusia menjauh dari Rasul. Adapun penyakit yang menjadikannya manusia menjauh darinya seperti gila kusta Ayan utamakan penyakit jenis ini tidaklah Jaiz
Bila mencermati dalam sejarah dan hadits rasul, banyak sekali yang memvisualisasikan sikap dan kepribadian Rasulullah, sebagi contoh:
1. Nabi Muhammad adalah pribadi yang mempunyai keyakinan yang teguh, mantap. Dengan keyakinan yang mantap ini tidak tergoyahkan karena harta pangkat dan jabatan. Nabi Muhammad pernah kedatangan tamu-tamu orang kafir Quraisy mereka berusaha mempengaruhi nabi Muhammad dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi orang paling kaya di kota Mekah, mereka juga menawarkan kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki, hal tersebut mereka sampaikan kepada beliau seraya berkata “Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad dengan syarat engkau jangan memaki-maki Tuhan- Tuhan kami dan menjelek-jelekkannya atau sembahlah Tuhan Tuhan kami selama setahun. Nabi menjawab “Aku akan menunggu wahyu dari Rab-Ku. Kemudian turun surat Al Kafirun ayat 1-6 turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Walid Bin Al Mughirah, Al Ashi bin Wail, Al Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah, mereka mengajak nabi Muhammad untuk bersekutu dan menyembah. Dengan tegas rasul menyampaikan firman Allah.

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. 109: 1-6)

2. Beliau pribadi yang selalu konsisten taat beribadah, walaupun Allah telah menjadikan Muhammad pribadi yang maksum, dijaga dari perbuatan dosa. Sehingga dijamin masuk ke dalam surga, tetapi nabi Muhammad tetap giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Pada suatu saat Siti Fatimah yang tidak lain adalah istri beliau menyatakan kepada Rasulullah wahai Rasul kenapa engkau setiap malam masih bersimpuh kepada Allah, sujud kepada Allah, melaksanakan shalat lail hingga kakimu bengkak, tepat sujudmu basah, memohon ampun kepada Allah? Bukankah Allah telah menjaga-Mu, menjadikan-Mu pribadi yang maksum dan di jamin masuk surge? Rasulullah hanya menjawab apakah aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang bersyukur? Maka Rasulullah melaksanakan ibadah shalat, beribadah semata-mata sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, jadi bukan karena takut masuk ke dalam neraka dan ingin masuk ke dalam surga, tidak, tapi semuanya itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.

Disampaing keteladanan setelah mengetahui hal-hal kebaikan dan keutamaan Rasulullah, namun kehidupan manusia berada di tengah-tengah masyarakat, tentu setiap orang mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda, manusia mempunyai pengamalan dan kebiasaan yang berbeda sehingga akan menimbulkan kesadaran dan pengalaman yang berbeda pula.

Ada seorang atasan menegur pada bawahannya yang mempunya kebiasaan buruk, datangnya selalu telat, ada pekerjaan tidak segera di lakukan, suka ngobrol hingga melakukan gosip atau menyebar gosip, sehingga setiap akhir bulan dimintai laporan kegiatan selalu mengelak. Lalu atasan memberikan visualisasi untuk meniru temannya yang disiplin, rajin, ulet sehingga nampak ada kedamaian di dalam dirinya.

Ketika memberikan visualisasi ternyata dia juga mempunyai kekuarangan, walau mempnyai kelebihan di bidang yang lain. Kondisi yang demikian ini, ternyata jauh hari Rasululah Muhammad SAW telah memberikan kunci visualisasinya, yaitu jadilah pribadi yang pandai bersyukur dan bersabar. Bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan Allah, syukur dengan lisan yaitu mengucapkan hamdalah dengan memuji kepada Allah, syukur dalam hati selalu berupaya untuk memantapkan aqidah Islam yang telah tertanam di dalam hati. Syukur dengan perbuatan adalah senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, bahkan merasa kurang dalam melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan Allah, sehingga dirinya selalu berupaya untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.

Orang yang sabar adalah orang yang dapat menjaga diri dan hati dengan ikhlas menerima qada dan qadar Allah. Wujud dari rasa sabar adalah:
1. Sabar terhadap perintah Allah.
Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah, tunduk patuh dan taat kepada perintahnya, sebagai hamba berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa raga kepada kehendak Allah, tiada pilihan lain baginya, selain ketaatan dan kepatuhan. Untuk mencapainya manusia harus terus-menerus menyadari dirinya, kedudukannya sebagai makhluk Allah, ini merupakan upaya untuk mencapai kesabaran yaitu menerima dengan sepenuh hati terhadap perintah Allah.

2. Sabar terhadap larangan Allah.
Sabar terhadap larangan Allah adalah mengendalikan hawa nafsu yang mendorong untuk melanggar larangan. Nafsu sesuai dengan sifatnya adalah kekuatan besar yang mendorong manusia bergerak untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan, sabar di sini berarti mengendalikan dan menekan perasaan dan keinginan sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah harus dihindari.

3. Sabar terhadap perbuatan orang manusia.
Sebagai makhluk sosial berada di tengah-tengah pergaulan dengan manusia lainnya, setiap saat dihadapkan kepada sikap dan perbuatan orang lain terhadap dirinya. Islam mengajarkan pergaulan dan sikap yang baik dalam menghadapi orang lain, termasuk sikap terhadap orang yang membenci atau memusuhinya maka sabar bentuknya sabar terhadap perilaku orang lain bisa berupa 1). Tidak melayani ajakan permusuhan atau pertengkaran, yaitu dengan cara diam atau tidak meladeni atau dengan cara pindah. 2) Menerima konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan dan menyikapinya dengan bijaksana tanpa emosi., erbuatan yang baik tidak selalu ditanggapi baik oleh pihak lain.

Oleh karena itu teguh pada keyakinan akan perbuatan yang dilakukan dan menyadari sifat manusia yang merupakan dasar untuk bersikap bijaksana, terkadang perilaku orang lain tidak memahami tujuan dari kebaikan, tidak menyebabkan meluapnya emosi yang melahirkan keburukan dan dosa sabar memaafkan atau memaafkan perilaku orang lain. Perbuatan baik yang dilakukan seorang muslim kadang-kadang ditanggapi orang lain dengan reaksi yang tidak baik akibat orang itu tidak memahami tujuan kebaikan yang terdapat dalam kebaikan itu. Di sini sikap sabar yang ditampakkan dalam bentuk bijaksana yaitu membuka perasaan untuk memaafkan orang lain, ini suatu perbuatan yang paling utama dalam pandangan Allah.

4. Sabar memerangi musuh
Sabar bagi seorang muslim dalam bentuknya yang lain adalah menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi dan memeranginya. Ia akan bicara lantang terhadap kebenaran, bahkan ia akan maju ke medan pertempuran dengan gagah berani dan penuh percaya diri mempertahankan keyakinan. Ia akan berdiri dengan tegak dan optimis akan kemenangan yang akan diraih nya, karena keyakinannya yang kuat dan kokoh bahwa pertolongan Allah akan datang membela orang-orang yang benar

5. Sabar menerima musibah.
Dalam kehidupan sehari-hari adanya musibah yang menimpa seseorang adalah merupakan Sunnatullah. Karena itu merupakan konsekuensi dari kehidupan dunia, dan musibah yang disebabkan alam maupun karena kelalaian manusia.

Rasulullah telah memberikan pesan tentang orang yang ingin mencari figur keteladanan Allah akan mencatat orang-orang yang bersyukur dan bersabar.
……………bersambung, Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II

5/06/2020

Berfikir Positif Kunci Sukses Hindari Keburukan



Tahun ini dunia sedang mendapat musibah dan bencana yaitu pandemi virus corona atau Covid- 19, Indonesia juga tidak lepas dari pandemic. Karena itu dengan adanya musibah tersebut banyak sekali rencana manusia yang kemudian tertunda, banyak sekali kegiatan yang tidak bisa terlaksana. Hal ini meliputi seluruh lingkup kehidupan manusia, dari sektor ekonomi, bisnis social, politik, keamanan, semuanya terpengaruh pandemic Covid 19. Karena itu dengan adanya musibah yang demikian ini ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan himbauan kepada masyarakat agar melakukan kegiatan sosial distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebagaimana dalam Permenkes nomor 9 tahun 2020 tentang Pedoman PSPB dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Kemudian ada negara yang juga melaksanakan Lockdown.

Kondisi demikian ini, maka seluruh kegiatan, aktivitas manusia yang kaitannya dengan aktivitas fisik keluar rumah, berkumpul, melakukan kegiatan pertemuan-pertemuan, hendaknya dihindari, karena akan bisa menyebarkan rantai penyebaran virus corona. Maka diharapkan kesadaran semua warga masyarakat untuk melaksanakan himbauan dari pemerintah, namun ada beberapa hal yang memang tidak bisa terlaksana karena ternyata Ramadhan itu juga sudah menjadi kebiasaan rutin bagi masyarakat, adalah waktunya untuk berbelanja, berniaga, berkumpul.

Adanya himbauan dari pemerintah untuk membatasi pertemuan, ternyata di pasar-pasar juga masih banyak orang, berseliweran berbelanja, demikian juga di perjalanan juga masih banyak. Mereka beralasan bahwa hidup mereka ditopang dari kegiatan itu, kalau tidak melakukan kegiatan berdagang, tidak melakukan pertemuan dengan orang lain, maka akan makan apa? Yang terjadi adalah kekurangan pangan. akhirnya banyak orang yang mengeluh karena keuangan sudah mepet, tabungan berkurang, tidak ada penghasilan, maka dengan kondisi ini, muncul kreatifitas untk membuat lagu, menyusun kata-kata, membuat video youtube yang mengungkapkan perasaan yang negative, misalnya kantong kosong, dompet sudah habis, mau makan apa?

Dalam kondisi apapun hendaknya selalu berpikir yang positif demikian juga kita sekalian berperasaan yang positif. Hindari hal-hal yang sifatnya negatif karena apa yang kita pikirkan apa yang kita rasakan itu nanti akan menjadi kekuatan doa. Pernah Sering terjadi, ketika musim hujan ada orang tua yang melihat anak kecil berlari-lari di tanah yang habis kena air hujan yang licin, orang tua menegur kepada ada anak-anak. Hei nak, kamu jangan berlarian ke situ nanti kamu akan jatuh! Ternyata menunggu lama anak itu ternyata terpeleset kemudian jatuh. Padahal maksud dari orang tua ini adalah memberikan peringatan, memberikan himbauan agar anak itu tidak berlari-larian di saat hujan. Ada lagi orang tua yang memberikan peringatan kepada anak-anaknya yang dengan memanjat pohon. Orang tua mengatakan, kamu jangan panjat pohon itu nanti jatuh! Tidak menunggu lama anak pun jatuh. Apakah orang tua ini menghendaki anaknya itu terpeleset, apakah menghendaki anaknya itu jatuh? Tentu saja tidak, yang dikehendaki adalah agar selamat agar terhindar dari musibah bencana tapi yang terjadi adalah ternyata terpeleset dan juga jatuh inilah bahwa ucapan itu sesungguhnya bisa menjadi doa karena itu berhati-hati sekalian kita berdoa.

Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas menyatakan bahwa untuk merubah kondisi dari yang tidak baik menjadi baik, maka biasakan untuk positive thinking bahkan positive feeling. Positif feeling itu lebih kuat, karena perasaan itu sumbernya dari mana dari dalam hati. Ketika hati itu sudah mempunyai perasaan yang positif, maka dia pun itu akan bisa menjadi sesuatu yang terwujud karena itu berpikirlah yang positif kemudian berperasaan lah yang positif Insya Allah itu akan menjadi kekuatan doa. Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

"Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari."(HR. Buchari: 6856)

Dari hadits tersebut dapat diambil hikmahnya:

  1. Allah mengikuti apa yang menjadi persangkaan hambanya, bila hambanya berprasangka baik maka Allah akan memberikan harapan yang baik, sebaiknya bila hambanya berprasangka yang buruk maka Allah juga akan memberikan sesuatu yang tidak diharapkan. Maka sesungguhnya kata-kata, ucapan berpengaruh terhadap kenyataan, Allah mengetahui yang lahir dan yang batin, dalam angan-angan atau dalam bentuk keluh kesah sudah diketahui Allah. Karena itu disaat sedang mengalami musibah, tetaplah berprasangka yang baik, segala bentuk kekurangan apapun hendaknya terima dengan ikhlas dan berharap untuk diberikan kemudahan.
  2. Allah akan mengingat kepada hamba-Nya ketika hamba-Nya dalam suatu perkumpulan . Dalam suatu perkumpulan biasanya orang bisa lalai terhadap Allah, terutama kalau perkumpulan itu yang bersifat plural, perkumpulan yang tidak membatasi aspek agama, keyakinan, budaya, kegiatan yang berbeda, kadangkala orang hanyut dengan kondisi di lingkungan itu. Ketika pertemuan dalam kondisi apapun, dimanapun, dalam komunitas muslim atau non muslim dalam kondisi bahagia atau dalam kondisi yang tidak bahagia selalu ingat kepada Allah, maka Allah pun juga akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari apa yang diingatkan kepada Allah.
  3. Allah akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang sudah kita lakukan karena apa? Ketika hamba-Nya itu memohon kepada Allah sejengkal maka Allah akan memberikan balasan sehasta, bila Allah hamba-Nya atau mendekat kepada Allah sehasta maka Allah akan memberikan balasan sedepa, bila hamba-Nya mendekat kepada Allah dengan cara berjalan, maka Allah akan mendekat kepada hamba-Nya secara berlari. Inilah bahwa balasan yang akan diberikan Allah jauh lebih baik daripada yang dilakukan hamba-Nya. Karena itu dalam kondisi wabah ini, hendaknya selalu berpikir yang positif, berperasaan yang positif bahwa ini semuanya adalah dari Allah dan Allah yang akan bisa menghilangkannya.

5/05/2020

Sebaik-Baik dan Seburuk-Buruk Manusia, Perenungan Terhadap Umur



Allah menciptakan makhluk, ada manusia hewan, tumbuhan dan juga ada makhluk lain yang tidak nampak seperti golongan malaikat dan jin. Dari makhluk ciptaan Allah ini, siapakah makhluk yang paling sempurna? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS. 95: 4). Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna, karena manusia mempunyai dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin. Manusia berbeda dengan golongan hewan, manusia berjalan dengan dua kaki ternyata manusia bisa berjalan melebihi kecepatan melebihi kecepatan seekor kijang, manusia tidak mempunyai taring tetapi manusia mempunyai kekuatan untuk mengalahkan harimau, manusia tidak mempunyai sayap tetapi manusia bisa melintas di udara melebihi kecepatan burung, manusia tidak tidak mempunyai mata yang tajam tetapi penglihatannya bisa melebihi pandangan burung elang, manusia tidak mempunyai pendengaran infrasonik seperti jengkerik tetapi manusia bisa mendengarkan suara yang sangat lembut.

Mengapa ini semuanya bisa dilampaui oleh manusia, tidak lain karena manusia diberikan akal yang sempurna oleh Allah, disamping itu manusia juga diberikan hati untuk merenungkan kebesaran Allah, manusia juga diberikan nafsu seperti hewan sehingga manusia bisa melanjutkan keturunan, bisa melakukan aktivitas dan sebagainya. Manusia diberikan panca indra yang sempurna, manusia diberikan agama untuk mewujudkan kesempurnaan hidup sebagai pedoman hidup di dunia untuk mencapai keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, bahagia di dunia dan akhrat kelak.

Tetapi dengan kesempurnaan ini, manusia juga diberikan nafsu, bahkan hawa nafsu, sehingga dengan hawa nafsu itulah kesempurnaan manusia kadang menjadi ternoda. Hati manusia menjadi keruh, pikiran manusia tidak teratur, sehingga perbuatannya akan melenceng dari ketentuan syariat Allah, karena itu sebaik-baik manusia adalah yang selalu merenungi kebesaran Allah, mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya, karena itu menyadari bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan kemanfaatan bagi yang lainnya. Untuk selanjutnya setelah menyadari tentang nikmat yang diberikan oleh Allah, lalu mensyukuri nikmat panjang umur yang telah diberikan. Hidup itu adalah merupakan kepastian, perbuatan baik dan buruk adalah suatu pilihan, Rasulullah Muhammad SAW, pernah mengatakan bersabda:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ


Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang ya ng panjang umurnya dan baik amalnya." Ia bertanya: Lalu siapa orang yang terburuk itu? Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya. (HR. Tirmidzi: 2252, Ahmad: 19519)

Kadangkala kita tidak pernah merenungkan bahwa usia yang yang sudah dijalani dengan yang belum dijalani ternyata sudah banyak yang dijalani, tetapi pikiran dan perasaan seakan-akan kita masih akan hidup seribu tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian soal perbuatan baik atau buruk itu kadangkala tidak dipertimbangkan. Untuk melakukan perbuatan baik hanya sekedarnya saja atau mengikuti naluri saja dan orang melaksanakan perbuatan buruk itu dipandang sebagai suatu yang biasa saja. Karena itu, kita renungkan bahwa ternyata alokasi umur yang diberikan oleh Allah kepada kita semakin hari itu akan semakin berkurang, karena itu dengan berkurangnya usia, hendaknya bisa memanfaatkan sisa usia yang diberikan Allah untuk melakukan perbuatan baik, sehingga akan menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lainnya. Rasulullah juga pernah bersabda:


أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ

"Maukah kalian aku beritahu orang yang paling baik di antara kalian dari orang yang paling buruk di antara kalian?" Abu Hurairah berkata: Para sahabat diam, beliau mengatakan demikian sampai tiga kali, kemudian salah seorang berkata: Ya, wahai Rasulullah, beritahukan kepada kami orang yang paling baik di antara kami dari orang yang paling buruk, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan orang yang paling buruk di antara kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya." (HR. Tirmidzi: 2189)

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ فَسَكَتَ الْقَوْمُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ


"Apakah kalian mau aku kabarkan tentang sebaik-baik kalian dari sejelek jelek kalian, " maka orang-orang diam hingga beliau mengulanginya tiga kali, lalu seorang laki-laki dari mereka berkata; "Tentu wahai Rasulullah!, " maka beliau bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang dinanti-nanti kebaikannya dan merasa aman dari kejelekannya, dan sejelek-jelek kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak merasa aman dari kejelekannya." (HR. Ahmad: 8456)

Rasulullah mengatakan tentang orang yang paling baik dan orang yang paling buruk bahwa orang yang paling baik adalah orang yang yang masih bisa diharapkan kebaikannya dan orang tersebut bisa menahan dari keburukannya. Jadi perbuatan baik menjadi motivasi untuk untuk selalu ditingkatkan dan bisa menahan atau mengendalikan diri untuk tidak melakukan keburukan. Kedua, seburuk-buruk orang adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan tidak di bisa ditahan atau tidak bisa menahan keburukannya, jadi setiap hari setiap saat orang ini selalu mempunyai kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.

Orang yang yang mempunyai dorongan dalam dirinya untuk melakukan perbuatan baik, sehingga dengan kebaikan ini akan bisa memberikan kemanfaatan bagi dirinya, bagi orang lain, lingkungannya, bahkan bagi seluruh makhluk Allah. Kemudian dari segi keburukannya tidak ada dorongan bagi dirinya untuk melakukan perbuatan yang baik sehingga setiap saat ini selalu melakukan perbuatan yang melanggar larangan Allah, sehingga derajat manusia dari makhluk yang paling sempurna, kemudian diturunkan derajat martabatnya menjadi seburuk-buruk makhluk, “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. 95:5-6)

Setelah jatuh dijerumuskan oleh Allah dalam tempat seburuk buruk tempat maka derajat martabatnya akan lebih rendah bila dibandingkan dengan hewan ternak nauzubillahminzalik, mudah-mudahan kita sekalian dijauhkan dari perilaku yang tidak baik dan agar kita bisa terhindar tiada lain kita berpegang teguh kepada ada nashnya Allah, Alquran dan hadis Nabi Muhammad ahallallahu alaihi wasallam

5/04/2020

Sikap Hasad Yang Diperbolehkan, Boleh Iri?



Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, mengapa? Karena manusia makhluk dengan dua dimensi, yaitu lahir dan batin atau jasmani dan rohani. Dalam hal penciptaan manusia diciptakan oleh Allah sebagai Abdullah dan sebagai Khalifatullah, karena itu dalam penerapannya selalu berinteraksi dan sosialisasi di tengah-tengah masyarakat dan juga posisinya sebagai hambanya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Secara ringkas ada tiga hal yaitu sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.

Manusia sebagai makhluk pribadi hendaknya selalu memperbaiki diri sejauh mana posisi dirinya sebagai hamba Allah dan sebagai Khalifatullah untuk ditingkatkan kualitas dirinya, manusia sebagai makhluk sosial bahwa manusia tidak bisa hidup secara sendiri tetapi manusia hidup selalu berinteraksi dengan orang lain, bahkan bisa jadi manusia itu mempunyai sifat saling membutuhkan, saling ketergantungan. Ketiga manusia sebagai makhluk Tuhan di sini adalah manusia sebagai hamba Allah, maka bila sebagai hamba Allah, tugas manusia adalah untuk menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya. Bila tiga hal ini dapat dilaksanakan maka kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah itu akan terlihat atau nampak dengan nyata atau terwujud dengan nyata.

Manusia sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia sering melihat atau memperhatikan orang lain baik dalam hal kepemilikannya atau dalam hal tingkah lakunya. Walaupun kadangkala antara kepemilikan dan tingkah laku ini saling berkaitan, orang yang mempunyai kepemilikan dalam arti kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi, maka dia akan mempunyai perilaku yang berbeda. Orang yang kaya atau orang yang bekecukupan biasanya ketika berinteraksi atau berada di tengah-tengah masyarakat akan mempunyai rasa kepercayaan diri, berbeda dengan orang yang tidak mampu atau kekurangan yang merasa rendah diri atau minder. Karena itu dengan kepemilikan, kadangkala akan menimbulkan hasad atau iri. Suatu perilaku perbuatan yang tidak baik, karena ketika melihat orang lain memiliki sesuatu yang dirinya itu tidak memiliki, maka dia merasa iri hati. Dari sifat iri bisa akan menimbulkan sifat atau rasa benci. Dengan rasa benci ini maka akan berkembang menjadi sifat perilaku untuk memusuhi. Kalau tidak terkendali akan berupaya untuk memiliki atau menghilangkan apa saja yang dimilki orang lain.

Hasad yang diperbolehkan.
Walaupun hasad itu pada dasarnya itu akhlak tercela, ternyata ada beberapa perilaku hasad yang diperbolehkan:
1. Terhadap orang yang diberi harta, dan orang tersebut tidak bakhil untuk menginfaqkan hartanya di jalan Allah. Kegiatan ini bisa berupa kewajiban membayar zakatnya dipenuhi, kemudian mensyukuri nikmat Allah atas rizki yang tekah diberikan sehingga dengan ikhkas mengeuarkan infaq dan shadaqah.

2. Iri terhadap para ulama’, karena meraka diberikan ilmu dan mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain bahkan bisa memberikan keputusan atas permasalahan yang dihadapi umat dengan jujur dan adil. Rasululah SAW bersabda:

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

"Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain". (HR. Bhuchari: 71, 1320)

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

"Tidak boleh hasad (dengki) kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu ia membelanjakannya dalam kebenaran. (Dan yang kedua) kepada seorang laki-laki yang diberi Allah hikmah (ilmu), hingga ia memberi keputusan dengannya dan juga mengajarkannya." (HR. Muslim: 1352)

لَا حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua hal, yaitu; Seorang yang diberi karunia Alquran oleh Allah sehingga ia membacanya (shalat dengannya) di pertengahan malam dan siang. Dan seseorang yang diberi karunia harta oleh, sehingga ia menginfakkannya pada malam dan siang hari." (HR. Buchari: 4637)

3. Terhadap orang yang diberikan kemampuan membaca Alquran.

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

"Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur`an, sehingga ia membacanya siang dan malam. (Kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan Allah), " (HR. Buchari: 6608), Muslim 1350)

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

"Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua perkara, yaitu; Seseorang yang telah diajari Al Qur`an oleh Allah, sehingga ia membacanya di pertengahan malam dan siang, sampai tetangga yang mendengarnya berkata, 'Duh.., sekiranya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si Fulan, niscaya aku akan melakukan apa yang dilakukannya.' Kemudian seseorang diberi karunia harta oleh Allah, sehingga ia dapat membelanjakannya pada kebenaran, lalu orang pun berkata, 'Seandainya aku diberi karunia sebagaimana si Fulan, maka niscaya aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukannya.'" 4638

Pada bulan Ramadhan ini sudah menjadi kebiasaan bahwa tadarus Alquran dilaksanakan di mana-mana, baik itu di masjid, mushola atau di rumahnya masing-masing. Bahkan kadangkala setiap orang itu mempunyai rencana untuk bisa menghantamkan Alquran. Tadarus Alquran dibaca secara berkelompok bisa dua orang tiga orang sampai jumlah yang tidak terbatas, biasanya satu orang yang membaca yang lain menyimak, kalau ada yang salah dibenarkan di forum tadarus Alquran. Ada salah seorang qori’ ternyata dia bacaannya fasih, fashohah, tajwidnya terjagairama murotalnya bagus, enak didengarkan. Maka bila melihat atau mendengarkan orang yang tadarus Alquran seperti ini lalu muncul dalam hatinya, rasa iri ingin seperti dia, maka perbuatan yang seperti ini diperbolehkan. Bagi yang belum sempurna tajwidnya, gharibnya, fashohah dan iramanya belum bagus, tetapi dia selalu berupaya maka disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala akan tetap diberikan pahala, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ

"Perumpamaan orang membaca Alqur`an sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia. Sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al Qur`an dengan tekum, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua ganjaran pahala." (HR. Buchari: 4556)

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا

"Perumpamaan orang yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Sedang orang yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun baunya tidak ada. Adapun orang Fajir yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Raihanah, baunya harum, namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang Fajir yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga tidak sedap." (HR. Buchari: 4632)

الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ

"Seorang mukmin yang membaca Al Qur`an dan beramal denganya adalah bagaikan buah utrujah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Dan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an namun beramal dengannya adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun tidak ada baunya. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur`an adalah seperti Ar Raihanah, aromanya sedap, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti Al Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga busuk."(HR. Buchari: 4671)


Karena itu belajar membaca Alquran walaupun belum lancar dan masih mengalami kesulitan akan tetap diberi pahala oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dua hal ini, karena usahanya dan yang kedua itu adalah karena kesulitannya. Ketika mau membaca Alquran, jangan khawatir bahwa barangsiapa yang belum bisa membaca Alquran, bila mau berupaya berusaha maka akan diberikan kemudahan untuk bisa membaca Alquran, karena itu pada kesempatan bulan Ramadhan ini marilah kita upayakan untuk melakukan tadarus Alquran, membaca Alquran secara sama atau secara sendiri. Setiap apa yang dibaca akan diberi pahala oleh Allah, dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, jadi bagi yang belum bisa sama sekali membaca Alquran belajar mulai dari nol mulai dari pengenalan huruf hijaiyah sampai pada pelafalan tiap-tiap huruf dan sampai bisa membaca Alquran. Bagi yang sudah bisa membaca , untuk membiasakan diri agar Alquran bisa menyinari dirinya dan bisa menjadi petunjuk dirinya dalam melakukan beramal, ibadah di dunia ini.

5/02/2020

Menu dan Kompleksitas Hidangan Puasa Ramadhan





Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima, di mana diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala bagi setiap muslim yang telah mencapai pada usia akil baligh, karena itu ibadah puasa tidak boleh ditinggalkan kecuali bagi orang-orang yang memang diberikan rukhsah atau keringanan untuk tidak melaksanakan puasa. Tidak melaksanakannya puasa itu karena ada halangan atas kehendak manusia atau karena Sunatullah atau fitrah. Keringanan untuk tidak puasa karena kehendak manusia diantaranya adalah musafir, dia boleh meninggalkan puasa dengan diqadha pada waktu yang lain. Perjalanan musafir ini karena dikehendaki.

Yang kedua ruhshah karena tidak dikehendaki atau karena Sunatullah seperti orang sakit yang dimungkinkan sakitnya itu tidak bisa sembuh lagi, maka dia tidak wajib mengqadha puasa, tetapi diganti dengan membayar Fidyah. Adapun bagi orang yang sakit, tetapi suatu saat kemungkinannya bisa sembuh maka dia tetap wajib mengqadha puasa Ramadhan. Kemudian yang tidak dikehendaki tapi dia mendapatkan rukhsah adalah wanita yang melahirkan, menyusui, haid, atau nifas maka bagi wanita yang demikian ini bisa membayar Fidyah dan kemudian melaksanakan Qadha puasa bila sudah ada kesempatan.

Dalam perkembangannya, bahwa untuk memberikan pendidikan dan pelatihan puasa, ternyata anak-anak pun itu perlu di latih untuk melaksanakan puasa, di samping untuk mendidik agar anak mempunya sifat-sifat dan akhlakul karimah, dengan puasa itu, kelak setelah menginjak usia remaja sampai pada usia baligh dia akan mempunyai kesadaran, ketahanan untuk melaksanakan puasa Ramadhan, walaupun pada dasarnya anak-anak yang belum mencapai usia akil baligh itu tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa. Karena sering ditemukan banyak orang yang sudah dewasa tidak kuat untuk melaksanakan puasa. Hal ini dikarenakan mereka waktu kecil tidak dilatih melaksanakan puasa.

Usia anak-anak adalah usia menanamkan keimanan, ilmu dan akhlakul karimah, karena di dalam keluarga, sekolah, Pondok Pesantren dan di manapun anak memerlukan keteladanan yang kelak bisa menjadi rujukan bagi anak-anak untuk berbuat yang baik. Karena itu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada anak diperlukan kesabaran, keuletan, ketekunan dan keikhlasan, hal ini bisa kita saksikan di dalam kehidupan rumah tangga. Kalau kita bertanya kepada para ibu, di mana dari beliaulah biasanya yang menyiapkan hidangan untuk berbuka dan makan sahur, kalau dihitung-hitung secara materi antara bulan puasa dengan bukan bulan puasa lebih banyak yang manakah belanja untuk keperluan konsumsi.

Mungkin sebagian diantara kita akan mengatakan, bahwa kebutuhan konsumsi di bulan Ramadhan lebih banyak bila dibanding dengana kebutuhan konsumsi di luar bulan puasa. Mengapa demikian, karena dilihat dari rutinitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi, bila di luar bulan puasa biasanya orang makan sehari sebanyak 3 kali belum lagi dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain, termasuk yang biasa dengan kuliner. Tentu bila dikalkulasi menjadi banyak.

Benarkah demikian? Ternyata kalau diamati ternyata bulan puasa itu kebutuhan konsumsinya jauh lebih besar. Karena apa? Di samping kebutuhan makanan pokok yaitu makanan berat yang berwujud nasi dan lauk- pauk. Biasanya diikuti dengan hidangan pembuka dan penutup, seperti minuman, sup buah, juz, kelapa muda, buah-buahan, kolak, makanan kecil, snack dan lain sebagainya. Bila hidangan itu apa adanya artinya orang tua belum bisa memenuhi harapan dan kebutuhan putra-putrinya.

Karena itu banyak pula di kalangan para ibu, sejak siang hari atau sehabis melaksanakan salat zuhur sudah mulai sibuk mempersiapkan hidangan berbuka puasa, berwarna-warni bentuk hidangannya dengan harapan bahwa makan buka puasanya akan terasa enak. Demikian pula Ketika nanti akan melaksanakan makan sahur juga akan merasakan enak. Tentu saja dalam batas-batas kewajaran.

Sesungguhnya makanan akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh, jadi bagaimanakah pada bulan Ramadhan agar bisa menjaga pola makan:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’rof: 31)

Kebiasaan makanan makan minum yang berlebihan, porsi yang banyak, sekalipun bervariasi, namun justru akan terjadi kelebihan sehingga kandungan makanan dan minuman yang berlebih sehingga menyebabkan kurang bersemangat dalam melaksanakan ibadah. Hendaknya puasa Ramadhan itu dijadikan sebagai bulan pemusatan pelatihan agar jiwa mempunyai sifat disiplin, kuat mental, terbina, mapan dan rohani yang murni. Sewaktu perut kenyang banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan, selagi puasa ketika perut kosong volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluan lain terutama untuk melayani otak. Zat makanan yang telah tersaring bersih dari usus panjang lalu ke jantung tersalurkan ke seluruh tubuh dan saat itulah sel-sel menerima makanan. Itulah sebabnya meski manusia memerlukan makanan, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai sehingga kerja sel tersebut berjalan lancar demikian juga kemampuan otak selaras.

Namun apabila perut manusia selalu dipenuhi makan dan berlebihan maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makanan akibatnya urat saraf menjadi lemah dalam bekerja, otak terhambat dan mundur. Sebaliknya kalau kita memberikan waktu perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim di dalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat, sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih, cara berpikir yang energik. Dengan puasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman kuman ke dalam lambung. Para ahli bidang kedokteran mengakui bahwa perut sumber asal penyakit:

اَلْبَطْنُ اَصْلُ الدَّائِنِ وَالْحِمْيَةُ اَصْلُ الدَّوَائِنِ

“Perut adalah sumber penyakit, dan pemeliharaannya merupakan obat yang paling utama”.

Orang yang terlalu kenyang, mudah terserang ngantuk, malas, letih dan konsentrasi kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasulullah memberikan peringatan kepada umatnya ilmu dan akal tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh, dengan makanan nabi bersabda perut semisal kolam air, dalam badan manusia dan pembuluh pergi ke sana untuk diisi. Kalau perut itu sehat maka kesehatan yang dibawa kembali oleh pembuluh darah, sebaliknya kalau perut itu sakit, penyakit lah yang dibawa otak.

Otak adalah titik sentral di dalam organ tubuh manusia untuk berpikir,belajar dan bekerja. Ini berarti bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir lebih cemerlang. Jadikan puasa kita yang lengkap fisik, psikis dan kejiwaan melatih ketenangan batin, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress , menghilangkanmencernakan iri, dengki, hasud dan lainnya .