Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan

5/12/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral?

Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti contoh, dalam bahasa Arab adalah uswah. Nabi Muhammad adalah figur dijadikan contoh.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

Dalam ayat itu Allah sebagai Sang Khalik atau pencipta, kata yang Maha Mengetahui perihal segala hal ciptaan-Nya, bila Allah yang mengatakan, maka tidak dapat dipungkiri karena firman Allah adalah suatu kebenaran hakiki yang harus diyakini. Bagi yang mengingkari kebenaran firman Allah maka dia orang bukan orang yang beriman. Perihal ciptaan Allah tentang manusia pilihan yang patut dijadikan contoh yaitu Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya dalam pribadi Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik

Keteladanan Rasulullah
Menjadi teladan tentu harus mengetahui kelebihan dan kebaikannya. Jadi jangan sampai bisa mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad figur uswatun hasanah tapi tidak mengetahui sisi-sisi keteladanan beliau. Ada beberapa ciri rasul yang bisa dijadikan teladan:

  1. Al Amanah yaitu terjaga lahir dan batinnya dari segala macam perbuatan maksiat, dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu khianat. beliau terjaga dari perzinaan, minuman khamr dan sejenisnya, berdusta dan perbuatan dosa lainnya yang kasat mata juga terjaga dari kemaksiatan lainnya. Yang bersifat batiniah seperti dengki, sombong, iri, ria’ dan perbuatan dosa lainnya yang dilarang oleh Allah. Maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan untuk memiliki sifat tersebut sebab kita diperintahkan untuk meneladani Rasul dan secara tidak langsung kita pun dilarang memiliki sifat sebaliknya yaitu kiamat
  2. Shidiq berarti jujur. Berkata dengan jujur dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu al kizzib atau dusta sebab jika Rasul berdusta maka pemberitaan dari Allah pun dusta, padahal mustahil Allah bersifat berdusta jika mustahil rasul berdusta maka shidiq bagi beliau adalah wajib.
  3. Al Fathonah berarti cerdas dan waspada dan mustahil bagi rasul pelupa dan tidak waspada sebab jika rasul tidak cerdas, maka tidaklah mungkin mampu memberikan argumentasi terhadap lawan-lawannya tentang kebenaran yang dibawanya, dan bertentangan dengan tugas Rasul yaitu menunjukkan kepada kebenaran bagi seluruh manusia. Maka jelaslah bahwa Rasul bersifat Fathonah.
  4. Tabligh berarti menyampaikan perintah Allah kepada manusia dan mustahil sebaliknya yaitu menyembunyikan perintah Allah sedikitpun, sebab jika rasul menyembunyikan perintah Allah, maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan menyembunyikannya. Sebab kita wajib meneladani rasul, maka wajiblah rasul menyampaikan kepada manusia semua perintah Allah.


Adapun sifat yang Jaiz ialah semua sifat manusia yang tidak mengurangi martabat kemanusiaan seperti makan minum beristri dan penyakit yang tidak menjadikannya tercela dan tidak menjadikan manusia menjauh dari Rasul. Adapun penyakit yang menjadikannya manusia menjauh darinya seperti gila kusta Ayan utamakan penyakit jenis ini tidaklah Jaiz
Bila mencermati dalam sejarah dan hadits rasul, banyak sekali yang memvisualisasikan sikap dan kepribadian Rasulullah, sebagi contoh:
1. Nabi Muhammad adalah pribadi yang mempunyai keyakinan yang teguh, mantap. Dengan keyakinan yang mantap ini tidak tergoyahkan karena harta pangkat dan jabatan. Nabi Muhammad pernah kedatangan tamu-tamu orang kafir Quraisy mereka berusaha mempengaruhi nabi Muhammad dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi orang paling kaya di kota Mekah, mereka juga menawarkan kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki, hal tersebut mereka sampaikan kepada beliau seraya berkata “Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad dengan syarat engkau jangan memaki-maki Tuhan- Tuhan kami dan menjelek-jelekkannya atau sembahlah Tuhan Tuhan kami selama setahun. Nabi menjawab “Aku akan menunggu wahyu dari Rab-Ku. Kemudian turun surat Al Kafirun ayat 1-6 turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Walid Bin Al Mughirah, Al Ashi bin Wail, Al Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah, mereka mengajak nabi Muhammad untuk bersekutu dan menyembah. Dengan tegas rasul menyampaikan firman Allah.

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. 109: 1-6)

2. Beliau pribadi yang selalu konsisten taat beribadah, walaupun Allah telah menjadikan Muhammad pribadi yang maksum, dijaga dari perbuatan dosa. Sehingga dijamin masuk ke dalam surga, tetapi nabi Muhammad tetap giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Pada suatu saat Siti Fatimah yang tidak lain adalah istri beliau menyatakan kepada Rasulullah wahai Rasul kenapa engkau setiap malam masih bersimpuh kepada Allah, sujud kepada Allah, melaksanakan shalat lail hingga kakimu bengkak, tepat sujudmu basah, memohon ampun kepada Allah? Bukankah Allah telah menjaga-Mu, menjadikan-Mu pribadi yang maksum dan di jamin masuk surge? Rasulullah hanya menjawab apakah aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang bersyukur? Maka Rasulullah melaksanakan ibadah shalat, beribadah semata-mata sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, jadi bukan karena takut masuk ke dalam neraka dan ingin masuk ke dalam surga, tidak, tapi semuanya itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.

Disampaing keteladanan setelah mengetahui hal-hal kebaikan dan keutamaan Rasulullah, namun kehidupan manusia berada di tengah-tengah masyarakat, tentu setiap orang mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda, manusia mempunyai pengamalan dan kebiasaan yang berbeda sehingga akan menimbulkan kesadaran dan pengalaman yang berbeda pula.

Ada seorang atasan menegur pada bawahannya yang mempunya kebiasaan buruk, datangnya selalu telat, ada pekerjaan tidak segera di lakukan, suka ngobrol hingga melakukan gosip atau menyebar gosip, sehingga setiap akhir bulan dimintai laporan kegiatan selalu mengelak. Lalu atasan memberikan visualisasi untuk meniru temannya yang disiplin, rajin, ulet sehingga nampak ada kedamaian di dalam dirinya.

Ketika memberikan visualisasi ternyata dia juga mempunyai kekuarangan, walau mempnyai kelebihan di bidang yang lain. Kondisi yang demikian ini, ternyata jauh hari Rasululah Muhammad SAW telah memberikan kunci visualisasinya, yaitu jadilah pribadi yang pandai bersyukur dan bersabar. Bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan Allah, syukur dengan lisan yaitu mengucapkan hamdalah dengan memuji kepada Allah, syukur dalam hati selalu berupaya untuk memantapkan aqidah Islam yang telah tertanam di dalam hati. Syukur dengan perbuatan adalah senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, bahkan merasa kurang dalam melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan Allah, sehingga dirinya selalu berupaya untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.

Orang yang sabar adalah orang yang dapat menjaga diri dan hati dengan ikhlas menerima qada dan qadar Allah. Wujud dari rasa sabar adalah:
1. Sabar terhadap perintah Allah.
Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah, tunduk patuh dan taat kepada perintahnya, sebagai hamba berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa raga kepada kehendak Allah, tiada pilihan lain baginya, selain ketaatan dan kepatuhan. Untuk mencapainya manusia harus terus-menerus menyadari dirinya, kedudukannya sebagai makhluk Allah, ini merupakan upaya untuk mencapai kesabaran yaitu menerima dengan sepenuh hati terhadap perintah Allah.

2. Sabar terhadap larangan Allah.
Sabar terhadap larangan Allah adalah mengendalikan hawa nafsu yang mendorong untuk melanggar larangan. Nafsu sesuai dengan sifatnya adalah kekuatan besar yang mendorong manusia bergerak untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan, sabar di sini berarti mengendalikan dan menekan perasaan dan keinginan sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah harus dihindari.

3. Sabar terhadap perbuatan orang manusia.
Sebagai makhluk sosial berada di tengah-tengah pergaulan dengan manusia lainnya, setiap saat dihadapkan kepada sikap dan perbuatan orang lain terhadap dirinya. Islam mengajarkan pergaulan dan sikap yang baik dalam menghadapi orang lain, termasuk sikap terhadap orang yang membenci atau memusuhinya maka sabar bentuknya sabar terhadap perilaku orang lain bisa berupa 1). Tidak melayani ajakan permusuhan atau pertengkaran, yaitu dengan cara diam atau tidak meladeni atau dengan cara pindah. 2) Menerima konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan dan menyikapinya dengan bijaksana tanpa emosi., erbuatan yang baik tidak selalu ditanggapi baik oleh pihak lain.

Oleh karena itu teguh pada keyakinan akan perbuatan yang dilakukan dan menyadari sifat manusia yang merupakan dasar untuk bersikap bijaksana, terkadang perilaku orang lain tidak memahami tujuan dari kebaikan, tidak menyebabkan meluapnya emosi yang melahirkan keburukan dan dosa sabar memaafkan atau memaafkan perilaku orang lain. Perbuatan baik yang dilakukan seorang muslim kadang-kadang ditanggapi orang lain dengan reaksi yang tidak baik akibat orang itu tidak memahami tujuan kebaikan yang terdapat dalam kebaikan itu. Di sini sikap sabar yang ditampakkan dalam bentuk bijaksana yaitu membuka perasaan untuk memaafkan orang lain, ini suatu perbuatan yang paling utama dalam pandangan Allah.

4. Sabar memerangi musuh
Sabar bagi seorang muslim dalam bentuknya yang lain adalah menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi dan memeranginya. Ia akan bicara lantang terhadap kebenaran, bahkan ia akan maju ke medan pertempuran dengan gagah berani dan penuh percaya diri mempertahankan keyakinan. Ia akan berdiri dengan tegak dan optimis akan kemenangan yang akan diraih nya, karena keyakinannya yang kuat dan kokoh bahwa pertolongan Allah akan datang membela orang-orang yang benar

5. Sabar menerima musibah.
Dalam kehidupan sehari-hari adanya musibah yang menimpa seseorang adalah merupakan Sunnatullah. Karena itu merupakan konsekuensi dari kehidupan dunia, dan musibah yang disebabkan alam maupun karena kelalaian manusia.

Rasulullah telah memberikan pesan tentang orang yang ingin mencari figur keteladanan Allah akan mencatat orang-orang yang bersyukur dan bersabar.
……………bersambung, Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II

5/06/2020

Berfikir Positif Kunci Sukses Hindari Keburukan



Tahun ini dunia sedang mendapat musibah dan bencana yaitu pandemi virus corona atau Covid- 19, Indonesia juga tidak lepas dari pandemic. Karena itu dengan adanya musibah tersebut banyak sekali rencana manusia yang kemudian tertunda, banyak sekali kegiatan yang tidak bisa terlaksana. Hal ini meliputi seluruh lingkup kehidupan manusia, dari sektor ekonomi, bisnis social, politik, keamanan, semuanya terpengaruh pandemic Covid 19. Karena itu dengan adanya musibah yang demikian ini ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan himbauan kepada masyarakat agar melakukan kegiatan sosial distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebagaimana dalam Permenkes nomor 9 tahun 2020 tentang Pedoman PSPB dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Kemudian ada negara yang juga melaksanakan Lockdown.

Kondisi demikian ini, maka seluruh kegiatan, aktivitas manusia yang kaitannya dengan aktivitas fisik keluar rumah, berkumpul, melakukan kegiatan pertemuan-pertemuan, hendaknya dihindari, karena akan bisa menyebarkan rantai penyebaran virus corona. Maka diharapkan kesadaran semua warga masyarakat untuk melaksanakan himbauan dari pemerintah, namun ada beberapa hal yang memang tidak bisa terlaksana karena ternyata Ramadhan itu juga sudah menjadi kebiasaan rutin bagi masyarakat, adalah waktunya untuk berbelanja, berniaga, berkumpul.

Adanya himbauan dari pemerintah untuk membatasi pertemuan, ternyata di pasar-pasar juga masih banyak orang, berseliweran berbelanja, demikian juga di perjalanan juga masih banyak. Mereka beralasan bahwa hidup mereka ditopang dari kegiatan itu, kalau tidak melakukan kegiatan berdagang, tidak melakukan pertemuan dengan orang lain, maka akan makan apa? Yang terjadi adalah kekurangan pangan. akhirnya banyak orang yang mengeluh karena keuangan sudah mepet, tabungan berkurang, tidak ada penghasilan, maka dengan kondisi ini, muncul kreatifitas untk membuat lagu, menyusun kata-kata, membuat video youtube yang mengungkapkan perasaan yang negative, misalnya kantong kosong, dompet sudah habis, mau makan apa?

Dalam kondisi apapun hendaknya selalu berpikir yang positif demikian juga kita sekalian berperasaan yang positif. Hindari hal-hal yang sifatnya negatif karena apa yang kita pikirkan apa yang kita rasakan itu nanti akan menjadi kekuatan doa. Pernah Sering terjadi, ketika musim hujan ada orang tua yang melihat anak kecil berlari-lari di tanah yang habis kena air hujan yang licin, orang tua menegur kepada ada anak-anak. Hei nak, kamu jangan berlarian ke situ nanti kamu akan jatuh! Ternyata menunggu lama anak itu ternyata terpeleset kemudian jatuh. Padahal maksud dari orang tua ini adalah memberikan peringatan, memberikan himbauan agar anak itu tidak berlari-larian di saat hujan. Ada lagi orang tua yang memberikan peringatan kepada anak-anaknya yang dengan memanjat pohon. Orang tua mengatakan, kamu jangan panjat pohon itu nanti jatuh! Tidak menunggu lama anak pun jatuh. Apakah orang tua ini menghendaki anaknya itu terpeleset, apakah menghendaki anaknya itu jatuh? Tentu saja tidak, yang dikehendaki adalah agar selamat agar terhindar dari musibah bencana tapi yang terjadi adalah ternyata terpeleset dan juga jatuh inilah bahwa ucapan itu sesungguhnya bisa menjadi doa karena itu berhati-hati sekalian kita berdoa.

Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas menyatakan bahwa untuk merubah kondisi dari yang tidak baik menjadi baik, maka biasakan untuk positive thinking bahkan positive feeling. Positif feeling itu lebih kuat, karena perasaan itu sumbernya dari mana dari dalam hati. Ketika hati itu sudah mempunyai perasaan yang positif, maka dia pun itu akan bisa menjadi sesuatu yang terwujud karena itu berpikirlah yang positif kemudian berperasaan lah yang positif Insya Allah itu akan menjadi kekuatan doa. Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

"Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari."(HR. Buchari: 6856)

Dari hadits tersebut dapat diambil hikmahnya:

  1. Allah mengikuti apa yang menjadi persangkaan hambanya, bila hambanya berprasangka baik maka Allah akan memberikan harapan yang baik, sebaiknya bila hambanya berprasangka yang buruk maka Allah juga akan memberikan sesuatu yang tidak diharapkan. Maka sesungguhnya kata-kata, ucapan berpengaruh terhadap kenyataan, Allah mengetahui yang lahir dan yang batin, dalam angan-angan atau dalam bentuk keluh kesah sudah diketahui Allah. Karena itu disaat sedang mengalami musibah, tetaplah berprasangka yang baik, segala bentuk kekurangan apapun hendaknya terima dengan ikhlas dan berharap untuk diberikan kemudahan.
  2. Allah akan mengingat kepada hamba-Nya ketika hamba-Nya dalam suatu perkumpulan . Dalam suatu perkumpulan biasanya orang bisa lalai terhadap Allah, terutama kalau perkumpulan itu yang bersifat plural, perkumpulan yang tidak membatasi aspek agama, keyakinan, budaya, kegiatan yang berbeda, kadangkala orang hanyut dengan kondisi di lingkungan itu. Ketika pertemuan dalam kondisi apapun, dimanapun, dalam komunitas muslim atau non muslim dalam kondisi bahagia atau dalam kondisi yang tidak bahagia selalu ingat kepada Allah, maka Allah pun juga akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari apa yang diingatkan kepada Allah.
  3. Allah akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang sudah kita lakukan karena apa? Ketika hamba-Nya itu memohon kepada Allah sejengkal maka Allah akan memberikan balasan sehasta, bila Allah hamba-Nya atau mendekat kepada Allah sehasta maka Allah akan memberikan balasan sedepa, bila hamba-Nya mendekat kepada Allah dengan cara berjalan, maka Allah akan mendekat kepada hamba-Nya secara berlari. Inilah bahwa balasan yang akan diberikan Allah jauh lebih baik daripada yang dilakukan hamba-Nya. Karena itu dalam kondisi wabah ini, hendaknya selalu berpikir yang positif, berperasaan yang positif bahwa ini semuanya adalah dari Allah dan Allah yang akan bisa menghilangkannya.

5/05/2020

Sebaik-Baik dan Seburuk-Buruk Manusia, Perenungan Terhadap Umur



Allah menciptakan makhluk, ada manusia hewan, tumbuhan dan juga ada makhluk lain yang tidak nampak seperti golongan malaikat dan jin. Dari makhluk ciptaan Allah ini, siapakah makhluk yang paling sempurna? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS. 95: 4). Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna, karena manusia mempunyai dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin. Manusia berbeda dengan golongan hewan, manusia berjalan dengan dua kaki ternyata manusia bisa berjalan melebihi kecepatan melebihi kecepatan seekor kijang, manusia tidak mempunyai taring tetapi manusia mempunyai kekuatan untuk mengalahkan harimau, manusia tidak mempunyai sayap tetapi manusia bisa melintas di udara melebihi kecepatan burung, manusia tidak tidak mempunyai mata yang tajam tetapi penglihatannya bisa melebihi pandangan burung elang, manusia tidak mempunyai pendengaran infrasonik seperti jengkerik tetapi manusia bisa mendengarkan suara yang sangat lembut.

Mengapa ini semuanya bisa dilampaui oleh manusia, tidak lain karena manusia diberikan akal yang sempurna oleh Allah, disamping itu manusia juga diberikan hati untuk merenungkan kebesaran Allah, manusia juga diberikan nafsu seperti hewan sehingga manusia bisa melanjutkan keturunan, bisa melakukan aktivitas dan sebagainya. Manusia diberikan panca indra yang sempurna, manusia diberikan agama untuk mewujudkan kesempurnaan hidup sebagai pedoman hidup di dunia untuk mencapai keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, bahagia di dunia dan akhrat kelak.

Tetapi dengan kesempurnaan ini, manusia juga diberikan nafsu, bahkan hawa nafsu, sehingga dengan hawa nafsu itulah kesempurnaan manusia kadang menjadi ternoda. Hati manusia menjadi keruh, pikiran manusia tidak teratur, sehingga perbuatannya akan melenceng dari ketentuan syariat Allah, karena itu sebaik-baik manusia adalah yang selalu merenungi kebesaran Allah, mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya, karena itu menyadari bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan kemanfaatan bagi yang lainnya. Untuk selanjutnya setelah menyadari tentang nikmat yang diberikan oleh Allah, lalu mensyukuri nikmat panjang umur yang telah diberikan. Hidup itu adalah merupakan kepastian, perbuatan baik dan buruk adalah suatu pilihan, Rasulullah Muhammad SAW, pernah mengatakan bersabda:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ


Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang ya ng panjang umurnya dan baik amalnya." Ia bertanya: Lalu siapa orang yang terburuk itu? Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya. (HR. Tirmidzi: 2252, Ahmad: 19519)

Kadangkala kita tidak pernah merenungkan bahwa usia yang yang sudah dijalani dengan yang belum dijalani ternyata sudah banyak yang dijalani, tetapi pikiran dan perasaan seakan-akan kita masih akan hidup seribu tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian soal perbuatan baik atau buruk itu kadangkala tidak dipertimbangkan. Untuk melakukan perbuatan baik hanya sekedarnya saja atau mengikuti naluri saja dan orang melaksanakan perbuatan buruk itu dipandang sebagai suatu yang biasa saja. Karena itu, kita renungkan bahwa ternyata alokasi umur yang diberikan oleh Allah kepada kita semakin hari itu akan semakin berkurang, karena itu dengan berkurangnya usia, hendaknya bisa memanfaatkan sisa usia yang diberikan Allah untuk melakukan perbuatan baik, sehingga akan menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lainnya. Rasulullah juga pernah bersabda:


أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ

"Maukah kalian aku beritahu orang yang paling baik di antara kalian dari orang yang paling buruk di antara kalian?" Abu Hurairah berkata: Para sahabat diam, beliau mengatakan demikian sampai tiga kali, kemudian salah seorang berkata: Ya, wahai Rasulullah, beritahukan kepada kami orang yang paling baik di antara kami dari orang yang paling buruk, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan orang yang paling buruk di antara kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya." (HR. Tirmidzi: 2189)

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ فَسَكَتَ الْقَوْمُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ


"Apakah kalian mau aku kabarkan tentang sebaik-baik kalian dari sejelek jelek kalian, " maka orang-orang diam hingga beliau mengulanginya tiga kali, lalu seorang laki-laki dari mereka berkata; "Tentu wahai Rasulullah!, " maka beliau bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang dinanti-nanti kebaikannya dan merasa aman dari kejelekannya, dan sejelek-jelek kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak merasa aman dari kejelekannya." (HR. Ahmad: 8456)

Rasulullah mengatakan tentang orang yang paling baik dan orang yang paling buruk bahwa orang yang paling baik adalah orang yang yang masih bisa diharapkan kebaikannya dan orang tersebut bisa menahan dari keburukannya. Jadi perbuatan baik menjadi motivasi untuk untuk selalu ditingkatkan dan bisa menahan atau mengendalikan diri untuk tidak melakukan keburukan. Kedua, seburuk-buruk orang adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan tidak di bisa ditahan atau tidak bisa menahan keburukannya, jadi setiap hari setiap saat orang ini selalu mempunyai kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.

Orang yang yang mempunyai dorongan dalam dirinya untuk melakukan perbuatan baik, sehingga dengan kebaikan ini akan bisa memberikan kemanfaatan bagi dirinya, bagi orang lain, lingkungannya, bahkan bagi seluruh makhluk Allah. Kemudian dari segi keburukannya tidak ada dorongan bagi dirinya untuk melakukan perbuatan yang baik sehingga setiap saat ini selalu melakukan perbuatan yang melanggar larangan Allah, sehingga derajat manusia dari makhluk yang paling sempurna, kemudian diturunkan derajat martabatnya menjadi seburuk-buruk makhluk, “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. 95:5-6)

Setelah jatuh dijerumuskan oleh Allah dalam tempat seburuk buruk tempat maka derajat martabatnya akan lebih rendah bila dibandingkan dengan hewan ternak nauzubillahminzalik, mudah-mudahan kita sekalian dijauhkan dari perilaku yang tidak baik dan agar kita bisa terhindar tiada lain kita berpegang teguh kepada ada nashnya Allah, Alquran dan hadis Nabi Muhammad ahallallahu alaihi wasallam

5/04/2020

Sikap Hasad Yang Diperbolehkan, Boleh Iri?



Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, mengapa? Karena manusia makhluk dengan dua dimensi, yaitu lahir dan batin atau jasmani dan rohani. Dalam hal penciptaan manusia diciptakan oleh Allah sebagai Abdullah dan sebagai Khalifatullah, karena itu dalam penerapannya selalu berinteraksi dan sosialisasi di tengah-tengah masyarakat dan juga posisinya sebagai hambanya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Secara ringkas ada tiga hal yaitu sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.

Manusia sebagai makhluk pribadi hendaknya selalu memperbaiki diri sejauh mana posisi dirinya sebagai hamba Allah dan sebagai Khalifatullah untuk ditingkatkan kualitas dirinya, manusia sebagai makhluk sosial bahwa manusia tidak bisa hidup secara sendiri tetapi manusia hidup selalu berinteraksi dengan orang lain, bahkan bisa jadi manusia itu mempunyai sifat saling membutuhkan, saling ketergantungan. Ketiga manusia sebagai makhluk Tuhan di sini adalah manusia sebagai hamba Allah, maka bila sebagai hamba Allah, tugas manusia adalah untuk menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya. Bila tiga hal ini dapat dilaksanakan maka kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah itu akan terlihat atau nampak dengan nyata atau terwujud dengan nyata.

Manusia sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia sering melihat atau memperhatikan orang lain baik dalam hal kepemilikannya atau dalam hal tingkah lakunya. Walaupun kadangkala antara kepemilikan dan tingkah laku ini saling berkaitan, orang yang mempunyai kepemilikan dalam arti kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi, maka dia akan mempunyai perilaku yang berbeda. Orang yang kaya atau orang yang bekecukupan biasanya ketika berinteraksi atau berada di tengah-tengah masyarakat akan mempunyai rasa kepercayaan diri, berbeda dengan orang yang tidak mampu atau kekurangan yang merasa rendah diri atau minder. Karena itu dengan kepemilikan, kadangkala akan menimbulkan hasad atau iri. Suatu perilaku perbuatan yang tidak baik, karena ketika melihat orang lain memiliki sesuatu yang dirinya itu tidak memiliki, maka dia merasa iri hati. Dari sifat iri bisa akan menimbulkan sifat atau rasa benci. Dengan rasa benci ini maka akan berkembang menjadi sifat perilaku untuk memusuhi. Kalau tidak terkendali akan berupaya untuk memiliki atau menghilangkan apa saja yang dimilki orang lain.

Hasad yang diperbolehkan.
Walaupun hasad itu pada dasarnya itu akhlak tercela, ternyata ada beberapa perilaku hasad yang diperbolehkan:
1. Terhadap orang yang diberi harta, dan orang tersebut tidak bakhil untuk menginfaqkan hartanya di jalan Allah. Kegiatan ini bisa berupa kewajiban membayar zakatnya dipenuhi, kemudian mensyukuri nikmat Allah atas rizki yang tekah diberikan sehingga dengan ikhkas mengeuarkan infaq dan shadaqah.

2. Iri terhadap para ulama’, karena meraka diberikan ilmu dan mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain bahkan bisa memberikan keputusan atas permasalahan yang dihadapi umat dengan jujur dan adil. Rasululah SAW bersabda:

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

"Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain". (HR. Bhuchari: 71, 1320)

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

"Tidak boleh hasad (dengki) kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu ia membelanjakannya dalam kebenaran. (Dan yang kedua) kepada seorang laki-laki yang diberi Allah hikmah (ilmu), hingga ia memberi keputusan dengannya dan juga mengajarkannya." (HR. Muslim: 1352)

لَا حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua hal, yaitu; Seorang yang diberi karunia Alquran oleh Allah sehingga ia membacanya (shalat dengannya) di pertengahan malam dan siang. Dan seseorang yang diberi karunia harta oleh, sehingga ia menginfakkannya pada malam dan siang hari." (HR. Buchari: 4637)

3. Terhadap orang yang diberikan kemampuan membaca Alquran.

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

"Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur`an, sehingga ia membacanya siang dan malam. (Kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan Allah), " (HR. Buchari: 6608), Muslim 1350)

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

"Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua perkara, yaitu; Seseorang yang telah diajari Al Qur`an oleh Allah, sehingga ia membacanya di pertengahan malam dan siang, sampai tetangga yang mendengarnya berkata, 'Duh.., sekiranya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si Fulan, niscaya aku akan melakukan apa yang dilakukannya.' Kemudian seseorang diberi karunia harta oleh Allah, sehingga ia dapat membelanjakannya pada kebenaran, lalu orang pun berkata, 'Seandainya aku diberi karunia sebagaimana si Fulan, maka niscaya aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukannya.'" 4638

Pada bulan Ramadhan ini sudah menjadi kebiasaan bahwa tadarus Alquran dilaksanakan di mana-mana, baik itu di masjid, mushola atau di rumahnya masing-masing. Bahkan kadangkala setiap orang itu mempunyai rencana untuk bisa menghantamkan Alquran. Tadarus Alquran dibaca secara berkelompok bisa dua orang tiga orang sampai jumlah yang tidak terbatas, biasanya satu orang yang membaca yang lain menyimak, kalau ada yang salah dibenarkan di forum tadarus Alquran. Ada salah seorang qori’ ternyata dia bacaannya fasih, fashohah, tajwidnya terjagairama murotalnya bagus, enak didengarkan. Maka bila melihat atau mendengarkan orang yang tadarus Alquran seperti ini lalu muncul dalam hatinya, rasa iri ingin seperti dia, maka perbuatan yang seperti ini diperbolehkan. Bagi yang belum sempurna tajwidnya, gharibnya, fashohah dan iramanya belum bagus, tetapi dia selalu berupaya maka disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala akan tetap diberikan pahala, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ

"Perumpamaan orang membaca Alqur`an sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia. Sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al Qur`an dengan tekum, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua ganjaran pahala." (HR. Buchari: 4556)

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا

"Perumpamaan orang yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Sedang orang yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun baunya tidak ada. Adapun orang Fajir yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Raihanah, baunya harum, namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang Fajir yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga tidak sedap." (HR. Buchari: 4632)

الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ

"Seorang mukmin yang membaca Al Qur`an dan beramal denganya adalah bagaikan buah utrujah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Dan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an namun beramal dengannya adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun tidak ada baunya. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur`an adalah seperti Ar Raihanah, aromanya sedap, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti Al Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga busuk."(HR. Buchari: 4671)


Karena itu belajar membaca Alquran walaupun belum lancar dan masih mengalami kesulitan akan tetap diberi pahala oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dua hal ini, karena usahanya dan yang kedua itu adalah karena kesulitannya. Ketika mau membaca Alquran, jangan khawatir bahwa barangsiapa yang belum bisa membaca Alquran, bila mau berupaya berusaha maka akan diberikan kemudahan untuk bisa membaca Alquran, karena itu pada kesempatan bulan Ramadhan ini marilah kita upayakan untuk melakukan tadarus Alquran, membaca Alquran secara sama atau secara sendiri. Setiap apa yang dibaca akan diberi pahala oleh Allah, dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, jadi bagi yang belum bisa sama sekali membaca Alquran belajar mulai dari nol mulai dari pengenalan huruf hijaiyah sampai pada pelafalan tiap-tiap huruf dan sampai bisa membaca Alquran. Bagi yang sudah bisa membaca , untuk membiasakan diri agar Alquran bisa menyinari dirinya dan bisa menjadi petunjuk dirinya dalam melakukan beramal, ibadah di dunia ini.

5/02/2020

Menu dan Kompleksitas Hidangan Puasa Ramadhan





Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima, di mana diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala bagi setiap muslim yang telah mencapai pada usia akil baligh, karena itu ibadah puasa tidak boleh ditinggalkan kecuali bagi orang-orang yang memang diberikan rukhsah atau keringanan untuk tidak melaksanakan puasa. Tidak melaksanakannya puasa itu karena ada halangan atas kehendak manusia atau karena Sunatullah atau fitrah. Keringanan untuk tidak puasa karena kehendak manusia diantaranya adalah musafir, dia boleh meninggalkan puasa dengan diqadha pada waktu yang lain. Perjalanan musafir ini karena dikehendaki.

Yang kedua ruhshah karena tidak dikehendaki atau karena Sunatullah seperti orang sakit yang dimungkinkan sakitnya itu tidak bisa sembuh lagi, maka dia tidak wajib mengqadha puasa, tetapi diganti dengan membayar Fidyah. Adapun bagi orang yang sakit, tetapi suatu saat kemungkinannya bisa sembuh maka dia tetap wajib mengqadha puasa Ramadhan. Kemudian yang tidak dikehendaki tapi dia mendapatkan rukhsah adalah wanita yang melahirkan, menyusui, haid, atau nifas maka bagi wanita yang demikian ini bisa membayar Fidyah dan kemudian melaksanakan Qadha puasa bila sudah ada kesempatan.

Dalam perkembangannya, bahwa untuk memberikan pendidikan dan pelatihan puasa, ternyata anak-anak pun itu perlu di latih untuk melaksanakan puasa, di samping untuk mendidik agar anak mempunya sifat-sifat dan akhlakul karimah, dengan puasa itu, kelak setelah menginjak usia remaja sampai pada usia baligh dia akan mempunyai kesadaran, ketahanan untuk melaksanakan puasa Ramadhan, walaupun pada dasarnya anak-anak yang belum mencapai usia akil baligh itu tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa. Karena sering ditemukan banyak orang yang sudah dewasa tidak kuat untuk melaksanakan puasa. Hal ini dikarenakan mereka waktu kecil tidak dilatih melaksanakan puasa.

Usia anak-anak adalah usia menanamkan keimanan, ilmu dan akhlakul karimah, karena di dalam keluarga, sekolah, Pondok Pesantren dan di manapun anak memerlukan keteladanan yang kelak bisa menjadi rujukan bagi anak-anak untuk berbuat yang baik. Karena itu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada anak diperlukan kesabaran, keuletan, ketekunan dan keikhlasan, hal ini bisa kita saksikan di dalam kehidupan rumah tangga. Kalau kita bertanya kepada para ibu, di mana dari beliaulah biasanya yang menyiapkan hidangan untuk berbuka dan makan sahur, kalau dihitung-hitung secara materi antara bulan puasa dengan bukan bulan puasa lebih banyak yang manakah belanja untuk keperluan konsumsi.

Mungkin sebagian diantara kita akan mengatakan, bahwa kebutuhan konsumsi di bulan Ramadhan lebih banyak bila dibanding dengana kebutuhan konsumsi di luar bulan puasa. Mengapa demikian, karena dilihat dari rutinitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi, bila di luar bulan puasa biasanya orang makan sehari sebanyak 3 kali belum lagi dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain, termasuk yang biasa dengan kuliner. Tentu bila dikalkulasi menjadi banyak.

Benarkah demikian? Ternyata kalau diamati ternyata bulan puasa itu kebutuhan konsumsinya jauh lebih besar. Karena apa? Di samping kebutuhan makanan pokok yaitu makanan berat yang berwujud nasi dan lauk- pauk. Biasanya diikuti dengan hidangan pembuka dan penutup, seperti minuman, sup buah, juz, kelapa muda, buah-buahan, kolak, makanan kecil, snack dan lain sebagainya. Bila hidangan itu apa adanya artinya orang tua belum bisa memenuhi harapan dan kebutuhan putra-putrinya.

Karena itu banyak pula di kalangan para ibu, sejak siang hari atau sehabis melaksanakan salat zuhur sudah mulai sibuk mempersiapkan hidangan berbuka puasa, berwarna-warni bentuk hidangannya dengan harapan bahwa makan buka puasanya akan terasa enak. Demikian pula Ketika nanti akan melaksanakan makan sahur juga akan merasakan enak. Tentu saja dalam batas-batas kewajaran.

Sesungguhnya makanan akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh, jadi bagaimanakah pada bulan Ramadhan agar bisa menjaga pola makan:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’rof: 31)

Kebiasaan makanan makan minum yang berlebihan, porsi yang banyak, sekalipun bervariasi, namun justru akan terjadi kelebihan sehingga kandungan makanan dan minuman yang berlebih sehingga menyebabkan kurang bersemangat dalam melaksanakan ibadah. Hendaknya puasa Ramadhan itu dijadikan sebagai bulan pemusatan pelatihan agar jiwa mempunyai sifat disiplin, kuat mental, terbina, mapan dan rohani yang murni. Sewaktu perut kenyang banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan, selagi puasa ketika perut kosong volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluan lain terutama untuk melayani otak. Zat makanan yang telah tersaring bersih dari usus panjang lalu ke jantung tersalurkan ke seluruh tubuh dan saat itulah sel-sel menerima makanan. Itulah sebabnya meski manusia memerlukan makanan, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai sehingga kerja sel tersebut berjalan lancar demikian juga kemampuan otak selaras.

Namun apabila perut manusia selalu dipenuhi makan dan berlebihan maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makanan akibatnya urat saraf menjadi lemah dalam bekerja, otak terhambat dan mundur. Sebaliknya kalau kita memberikan waktu perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim di dalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat, sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih, cara berpikir yang energik. Dengan puasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman kuman ke dalam lambung. Para ahli bidang kedokteran mengakui bahwa perut sumber asal penyakit:

اَلْبَطْنُ اَصْلُ الدَّائِنِ وَالْحِمْيَةُ اَصْلُ الدَّوَائِنِ

“Perut adalah sumber penyakit, dan pemeliharaannya merupakan obat yang paling utama”.

Orang yang terlalu kenyang, mudah terserang ngantuk, malas, letih dan konsentrasi kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasulullah memberikan peringatan kepada umatnya ilmu dan akal tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh, dengan makanan nabi bersabda perut semisal kolam air, dalam badan manusia dan pembuluh pergi ke sana untuk diisi. Kalau perut itu sehat maka kesehatan yang dibawa kembali oleh pembuluh darah, sebaliknya kalau perut itu sakit, penyakit lah yang dibawa otak.

Otak adalah titik sentral di dalam organ tubuh manusia untuk berpikir,belajar dan bekerja. Ini berarti bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir lebih cemerlang. Jadikan puasa kita yang lengkap fisik, psikis dan kejiwaan melatih ketenangan batin, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress , menghilangkanmencernakan iri, dengki, hasud dan lainnya .


5/01/2020

Muhasabah di Bulan Ramadhan, Hindari Hilangnya Pahala Puasa



Bulan puasa adalah bulan bagi umat Islam untuk melakukan muhasabah, pada bulan tersebut hendaknya kita sekalian untuk menghitung-hitung, untuk merenungkan apa yang sudah kita lakukan amal ibadah. Ibadah kepada Allah jika dikaitkan dengan kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita sekalian, karena di dalam ayat Alquran bahwa Allah sudah menerangkan jika kita sekalian diperintahkan untuk menghitung nikmat Allah, niscaya kita tidak akan dapat menghitungnya. Coba kalau kita renungkan bahwa pada pagi hari kita sekalian bisa bangun dari tidur semalam, kita masih bisa bernafas ini, adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Kita bernafas menggunakan oksigen ini adalah pemberian Allah secara gratis, kita bangun kemudian mandi menggunakan air pemberian Allah. Pada pagi hari kita melihat matahari menyinari bumi, semua ini nikmat yang diberikan Allah. Tanpa matahari maka tidak akan ada kehidupan, tanpa udara juga tidak ada kehidupan, tanpa air juga tidak ada kehidupan, tanpa sinar juga tidak ada kehidupan, semua saling berkaitan dan semuanya adalah nikmat yang diberikan Allah kepada kita sekalian.

Karena itu dengan kenikmatan-kenikmatan yang demikian banyaknya, sudahkah kita imbangi dengan peningkatan ibadah kita kepada Allah Allah telah memerintahkan kita untuk menyembah kepadanya Allah sudah memerintahkan kepada kita untuk beriman kepada Allah dan kepada utusannya, karena itu Iman bukan hanya dikatakan dengan lisan tapi iman diwujudkan dengan amal perbuatan. Bulan ini kita sekalian masuk pada Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat, maghfirah, sehingga ketika umat Islam dapat meraih semua ini maka dia akan dijauhkan dari siksa api neraka.
Kita sudah masuk pada bulan Ramadhan, kita evaluasi diri sejauh mana kita melaksanakan ibadah kepada Allah, apakah kita sudah melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Rasulullah? Apakah kita sudah mengisi bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya untuk mencari rahmatnya Allah? Sebagai orang yang beriman, agar mengevaluasi tentang ibadah puasa yang sudah dilaksanakan, karena itu kalau kita mengacu pada sabda nabi Muhammad bahwa ternyata puasa itu tidak hanya cukup dengan menahan untuk tidak makan tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual pada siang hari.

Pada pada bulan Ramadhan, ternyata ada hal-hal yang bisa merusak pahala ibadah puasa, ,menghilangkan, atau membatalkan puasa. Karena itu jadikanlah puasa Ramadhan sebagai benteng bagi kita sekalian untuk bisa melaksanakan perintahnya Allah dengan sebaik-baiknya.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

"Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali). Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik, karena dia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku. Shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuiluh kebaikan yang serupa".(HR. Buchari: 1761)

Dalam hadis tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Puasa itu adalah benteng.
Benteng itu apa? benteng adalah suatu bangunan untuk melindungi seseorang atau masyarakat dari serangan. Sedangkan puasa Ramadhan bagi orang yang beriman menjadi benteng dari serangan hawa nafsu yang mengajak pada perbuatan yang dilarang oleh Allah.

2. Jangan berkata kotor atau nafas.
Perkataan kotor disamping itu merupakan larangan juga merugikan bagi dirinya sendiri, orang lain. Berkata-kata kotor biasanya diucapkan ketika sedang marah, Rasul bersabda:


لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
"Bukanlah keperkasaan itu orang yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah." (Hr. Buchari: 5649, Muslim: 4723)

Dalam haditsa lain Rasul pernah bersabda pula:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam." (Hr. Buchari: 5559, Muslim: 67, Abu Dawud: 4487)

Kata-kata yang kotor bila sudah keluar tidak akan bisa ditarik kembali kata-kata maaf, tidak akan bisa mengembalikan pada kondisi kewajaran. Kata-kata itu akan menjadi luka yang sulit sekali untuk bisa disembuhkan.

3. Jangan berbuat bodoh.
Perbuatan bodoh itu adalah perbuatan yang tidak menggunakan akal pikiran, tidak menggunakan perencanaan, tidak memikirkan akibat dari perbuatan tersebut, sehingga akan terjadi perbuatan yang merugikan bagi dirinya sendiri, orang lain, bahkan bisa merusak kesucian suatu agama, mewujudkan perpecahan dan permusuhan.

4. Bila ada orang yang mengajak berkelahi atau orang menghina, memfitnah maka berkatalah “inni shoimun” sesungguhnya saya sedang puasa. Jangan sebaliknya ketika sedang berpuasa kemudian mengajak orang lain untuk melakukan perbuatan yang tidak baik atau bila diajak oleh orang lain untuk berbuat yang tidak baik jangan di turuti, tapi hendaknya bisa dipangkas atau menyadarkan pada lawan bicaranya itu Dengan mengatakan bahwa sesungguhnya saya sedang berpuasa.

5. Akan dinaikkan derajadnya oleh Allah. Karena bau nafas yang tidak sedap itu, bagi Allah lebih harum dibandingkan dengan minyak misik.

6. Melaksanakan puasa semata-mata karena Allah, karena itu ibadah puasa langsung akan diterima Allah dan Allah yang akan memberikan pahala. Paling sedikit setiap kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan.

Karena itu pada bulan Ramadhan ini, hendaknya bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa. Secara pribadi mengevaluasi diri, sejauh mana bisa menggunakan bulan puasa untuk meningkatkan amal ibadah kepada Allah.

4/30/2020

Upaya Wujudkan Keluarga Samawa, Sakinah, Mawaddah, Rahmat


Membangun keluarga dimulai sejak terjadi proses pernikahan, tetapi untuk membina keluarga adalah selama-lamanya. Di dalam Islam ada istilah Samawa yaitu keluarga sakinah mawaddah dan rahmah, tiga hal tersebut adalah menjadi pesan yang indah, ketika seseorang mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin. Demikian juga pasangan pengantin memperhatikan dan mengamini ucapan yang disampaikan oleh teman, saudara, mitra kerja dan lainnya. Tak kalah penting adalah taushiyah atau khutbah nikah yang disampaikan penghulu, kyai, ustadz dan Penyuluh Agama kepada pasangan pengantin, yang dikemas dengan acara resepsi pernikahan. Sehingga bisa menjadi bekal bagi pasangan pengantin dan tadzkirah, muhasabah bagi pengantin lama.

Keluarga sakinah, mawaddah dan rahmat ini telah disebutkan Allah di dalam Alquran surat Arrum ayat 21:

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Menurut M. Quraish Shihab kata sakinah berarti ketenangan atau antonim kegoncangan. Kata ini tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah sebelumnya ada gejolak. Cinta yang bergejolak di dalam hati dan diliputi oleh ketidakpastian akan mengantar kepada kecemasan yang akan membuahkan sakinah atau ketenangan dan ketentraman hati bila dilanjutkan dengan perkawinan. Manusia menyadari bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya mendapatkan kekuatan dan membuatnya mampu menghadapi tantangan, karena alasan inilah sehingga manusia membangun rumah tangga bahkan bersemangat dalam upaya untuk membangun rumah tangga. Yang perlu diingat bahwa perkawinan bukan hanya didorong oleh materi dan naluri seksual, tetapi lebih daripada itu ialah dorongan kebutuhan jiwanya untuk meraih ketenangan. Didambakan oleh suami setiap saat meninggalkan rumah dan anak istrinya, dibutuhkan pula oleh istri saat suami meninggalkannya keluar rumah, dibutuhkan juga oleh anak-anak bukan saja saat mereka berada di tengah keluarga tetapi sepanjang masa.

Kata mawaddah berasal dari kata ودّا yang berarti banyak mencintai, jadi mawaddah dapat diartikan sebagai cinta plus yaitu cinta yang tampak dampaknya pada perlakuan, integritas antara kata dengan perbuatan. Di dalam Alquran surat Arrum ayat 21 disebutkan kata mawaddah bukan dengan kata mahabbah, karena cinta bisa pudar tetapi cinta plus atau cinta sejati atau mau mawaddah tidak pudar dan untuk selama-lamanya. Cinta terhadap sesuatu bila bosan akan ditinggal, tetapi cinta plus / cinta sejati tidak akan pudar sampai mati. Itulah sebabnya Allah SWT menyebutkan dengan kata mawaddah bukan dengan kata mahabbah karena pasangan suami istri yang melaksanakan perkawinan itu diharapkan langgeng seumur hidup tidak ada yang dapat memisahkan kecuali kematian.

Sedangkan kata rahmat dalam ayat tersebut berarti kasih sayang, kasih sayang dapat menghasilkan kesabaran, murah hati, ramah, tidak angkuh, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah dan tidak pendendam. Mengapa dalam ayat 21 disebutkan kata rahmat setelah mawaddah hal ini perlu diketahui bahwa semua manusia betapapun hebatnya pasti ada kekurangannya, begitu pula sebaliknya dalam kehidupan rumah tangga suami istri tentu tidak luput dari kelemahan, sehingga suami istri itu harus saling melengkapi dan saling menyayangi bila terjadi sesuatu yang tidak disenangi dari pasangannya maka hendaklah dihadapi dengan kesabaran sebagai bukti dari rahmat atau kasih sayang terhadap pasangannya.

Untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmat, diupayakan agar suami istri dan anak-anak dalam rumah tangga melakukan hal-hal sebagai hal-hal sebagai berikut:

  1. Setia, saling mencintai dan saling menyayangi.
  2. Saling menghormati dan saling menghargai, percaya- mempercayai, bantu-membantu seia sekata dalam memikul tugas kerumahtanggaan.
  3. Saling pengertian dan saling memahami.
  4. Saling menghormati keluarga masing-masing pasangan suami istri.
  5. Menjadi teladan bagi anak-anak dan keluarga lain, yang ada di dalam yang ada dalam rumah suami istri.
  6. Bermusyawarah dan transparan dalam segala hal jika ada suatu kesulitan hendaklah dibicarakan dengan hati terbuka.
  7. Tidak segan meminta maaf jika merasa diri salah, karena yang demikian itu akan menambah kuatnya hubungan cinta kasih.
  8. Melaksanakan ibadah dengan baik dan membiasakan salat berjamaah dengan keluarga.
  9. Menyiapkan rumah yang memenuhi syarat kesehatan agar semua betah di rumah. itu merupakan suatu tanda bahwa dalam rumah tangga itu ada yang tidak beres.
  10. Menjadikan rumah dapat berperan untuk membantu membina generasi muda.
  11. Menjadikan rumah tangga yang dapat mengelola keuangan keluarga dengan baik sesuai dengan pendapatan tidak boros dan tidak kikir.
  12. Tidak egois dan dapat memahami kelemahan dan kekurangan masing-masing.
  13. Menghindarkan penghuni rumah dari hal-hal yang tidak Islami, karena hal itu akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat.
  14. Menghindari dari hutang, kecuali dalam keadaan darurat atau dalam keadaan terdesak.
  15. Menghindari salah paham seperti mengungkit-ungkit masa lalu atau mengeluarkan kata-kata kasar atau menuduh tanpa bukti memojokkan dan lain-lain.
  16. Menghindari pertengkaran agar tidak diketahui orang lain dan mencari solusi yang baik.
  17. Mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib berapa macam syarat bagaimana seseorang itu berkeinginan mempunyai atau dapat mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah.(Tafsir Alquran Tematik, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan Berpolitik, Kementerian Agama RI, 2012: 367)


Pembinaan dan upaya untuk mewujudkan keluarga sakinah untuk selanjutnya bukanlah merupakan suatu teori yang yang diperoleh dari berbagai macam sumber atau referensi kemudian ditinggalkan begitu saja. Termasuk segala bentuk tausiyah dari para kyai, ustad, penyuluh agama, penghulu namun tidak pernah dilaksanakan, maka harapan untuk mempunyai keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah tentu saja hanya dalam angan-angan atau teori saja. Sesungguhnya keluarga Samawa itu bisa dilaksanakan dalam keluarga dari pembiasaan hal-hal yang paling kecil dilaksanakan dengan Istiqomah, berdisiplin, komitmen, untuk selanjutnya bisa dijadikan keteladanan di dalam keluarga.

Oleh karena itu landasan pembinaan keluarga sakinah yang utama adalah karena “lillah” karena iman kepada Allah dan berupaya untuk mengikuti sunnah nabi Muhammad SAW. Dengan demikian teori-teori yang ada di dalam buku, kitab, tausiyah akan menjadi sesuatu yang ringan dan mudah karena sudah biasa dilaksanakan di dalam keluarga. Karena wujud kepada Allah kita mengawali setiap kegiatan adalah dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT, pembiasaan-pembiasaan yang baik untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan Rohmat bisa diawali dengan kebiasaan untuk menepati perintah Allah yaitu salat lima. Kalau kita cermati bahwa salat lima waktu benar-benar menjadikan bekal bagi kita sekalian untuk bisa mendapatkan petunjuk, jalan keluar atas segala permasalahan yang dihadapi.