10/20/2022

Kadar Cobaan Hamba Allah-Khutbah Jum'at

Setiap manusia hidup di dunia tidak bisa lepas dari musibah dan cobaan. Tidak ada musibah dan cobaan kecuali telah ditentukan kadarnya oleh Allah. Semakin kuat kadar iman dan taqwanya akan semakin banyak cobaannya. Karena itu orang yang bijak akan semakin bijaksana dalam menghadapi musibah. Musibah bukan untuk dihindari, tetapi berupaya untuk dicarikan solusinya. Semakin cepat dan tanggap untuk mencari solusi maka akan menjadi ringan.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. 

 

Nabi Muhammad adalah Rasulullah yang dilahirkan di Mekah, tumbuh berkembang hingga dewasa bahkan sampai beliau diangkat menjadi rasul. Kota Mekah sebagai tanah kelahiran merupakan masyarakat jahiliyah, penduduknya menyembah berhala, suka mabuk-mabukan, berjudi bahkan pada zaman itu ada tradisi bila ada bayi perempuan yang lahir maka harus dibunuh atau dikubur hidup-hidup. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi sekalian alam. 

 

 وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ 

 

“Kami tidak mengutus Engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al Anbiya’: 107) 

 

Nabi Muhammad berdakwah di kota Mekah selama 13 tahun nyaris tidak mendapatkan pengikut, kecuali hanya beberapa orang saja. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah untuk hijrah ke Yatsrib atau yang sekarang dikenal dengan Madinah. Dalam suatu riwayat ada sekelompok orang Islam yang menulis surat kepada sekelompok lainnya bahwa “ikrar Islam kalian tidak akan diterima sampai kalian mau berhijrah”. Kemudian banyak sahabat yang melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, dalam hijrahnya diikuti oleh orang-orang musyrik, sehingga sebagian dari mereka ada yang dibunuh dan ada yang selamat kemudian turunlah ayat Surat Al Ankabut ayat 2.

 

 اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ 

 

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? 

 

Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia yang beriman akan selalu diberikan ujian oleh Allah, baik berupa kemiskinan, kehilangan harta, kehilangan orang-orang yang dicintai dan disayangi dan banyak lagi cobaan yang diberikan oleh Allah. Apalagi pada musim penghujan, di beberapa wilayah terjadi musibah dan bencana, berupa banjir dan tanah longsor karena itu setiap musibah dan bencana, hendaknya bisa dihadapi dengan rasa sabar. 

 

Ujian dari Allah bermacam-macam bentuknya ada yang ringan, ada yang sederhana, ada yang berat, bahkan sangat berat dan komplek, nyaris tidak kuat dengan cobaan Allah. Ujian selalu datang silih berganti, satu masalah belum selesai kemudian muncul lagi permasalahan. Ujian dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, menurut Rasulullah SAW menurut kadar dan kemampuan hamba-Nya:

 

 عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ. 

 

“Dari Mush'ab bin Sa'ad dari ayahnya berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: "Para nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian yang sepertinya, sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya pun berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya, ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan”.(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). 

 

Sedangkan bagi orang-orang yang beriman pada hari qiyamat akan diberikan kasih sayang oleh Allah sebagaimana sabda Rasul:

 

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتِي هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ لَيْسَ عَلَيْهَا عَذَابٌ فِي الْآخِرَةِ عَذَابُهَا فِي الدُّنْيَا الْفِتَنُ وَالزَّلَازِلُ وَالْقَتْلُ 

 

"Rasulullah SAW bersabda: "Umatku adalah umat yang terhormat, di akhirat tidak akan mendapatkan siksa, siksa mereka adalah di dunia; yakni dengan adanya fitnah, gempa bumi dan peperangan." (HR. Ahmad dan Turmudzi). 

 

Dalam kitab Fathul Bari dijelaskan bahwa umat Nabi Muhammad merupakan umat yang dikhususkan, karena dipenuhi kasih sayang Allah dan nikmat dari-Nya. Yang dimaksud dari kalimat umat ini tidak mendapat siksa di akhirat adalah umat Nabi Muhammad tidak akan mendapatkan siksa di akhirat yang sama dengan siksa orang-orang kafir. An-Nawawi berpendapat bahwa anggota badan umat Islam tidak akan disiksa, tubuh dari umat Islam yang berwudhu selalu mendapatkan ampunan dari Allah, sehingga tidak bisa disentuh oleh api neraka. Namun umat Islam selalu mendapatkan ujian serta cobaan di dunia berupa bencana alam wabah penyakit dan perselisihan antara sesama umat Islam sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 25:

 

 وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ 

 

“Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah Mahakeras hukuman-Nya.” 

 

Menurut Quraish Shihab bahwa ujian dan cobaan erat kaitannya dengan musibah. Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan bencana kemalangan dan cobaan. Musibah pada mulanya berarti sesuatu yang menimpa atau mengenai. Sebenarnya sesuatu yang menimpa tidak selalu buruk, hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan suatu yang baik. Memang kata musibah konotasinya selalu buruk. Tetapi boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu sebenarnya baikn, Alquran telah menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk sebagaimana firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 216 

 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ 

 

“Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. 

 

Hidup adalah ujian ujian bisa berupa sesuatu yang disenangi dan bisa sesuatu yang tidak senangi. Anugerah Allah yang berupa kekayaan, kesehatan, bagusnya bentuk tubuh, anak turun bisa merupakan kenikmatan tapi bisa menjadi ujian. Sejauhmana kemuliaan tersebut bisa meningkatkan kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Atau bisa jadi kemiskinan, kesusakan, musibah dan bencana dapatkan menjadi media bermuhasabah atau juastru akan menjadikan dirinya jauh darihidayah Allah. Sesungguhnya Allah dapat memberikan apapun yang diminta hambanya dan Allah juga maha kuasa untuk menangguhkan. Karena ikhlas dan sabar adalah kunci untuk melepaskan diri dari musibah dan bencana menuju pada ampunan dan ridha Allah.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ