4/09/2015

Sulitnya Untuk Berbuat Jujur-Berdampak Pada Perilaku Buruk



Jujur adalah salah satu perbuatan terpuji yang sulit untuk di wujudkan. Seandainya dunia ini dihuni oleh orang-orang yang semua senantiasa menegakkan kejujuran, niscaya tidak akan ada permusuhan, kerusakan, pertikaian dan peperangan. Jujur terhadap dirinya sendiri, kepada orang lain dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan jujur kehidupan manusia akan istiqomah dan khusnul khatimah, jika menjadi pemimpin maka sejak dilantik hingga akhir masa jabatan dapat dilalui dengan baik, tidak pernah bersentuhan dengan para penegak hukum. Bahkan setelah selesai dengan masa jabatan, senantiasa istiqomah, karena pangkat dan jabatan adalah amanah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. Di dunia oleh yang mengangkat dan di akhirat oleh Allah SWT. Jika menjadi pedagang adalah pedagang yang jujur tidak pernah mengurangi timbangan, tidak suka mengoplos barang yang asli dengan imitasi, tidak suka menimbun barang dan sebagainya maka hasilnya akan lebih barakah sehingga hidupnya semakin tenang.

Jika menjadi petani tidak pernah mengambil tanah orang lain dengan cara yang tidak benar, menjadi pegawai, buruh, pelajar, mahasiswa, dokter, tentara, polisi, jaksa, hakim dan sebagainya. Jika semuanya senantiasa menegakkan kejujuran maka ditemukan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Tapi mungkinkah bahwa semua orang itu akan berbuat jujur? Orang mungkin akan melihat orang-orang yang tidak jujur melalui media masa, elektronik atau bisa juga secara langsung menyaksikan perbuatan ketidakjujuran.

Pernah suatu saat pada sebuah angkutan umum mikro bus yang padat dengan penumpang, terlihat kondektur bus maju mundur menarik ongkos para penumpangnya. Menurut sang kondektur semuanya telah dimintai ongkos, dan bila uangnya lebih maka uang pengembaliannya juga sudah dikembalikan. Ternyata ada seorang penumpang yang sudah mengeluarkan uang dan siap untuk dibayarkan, namun karena terhalang oleh penumpang yang lain akhirnya dia terlewatkan. Untuk sementara uang masih dipegang. Mungkin didalam hati ada perasaan senang karena uangnya bisa untuk kebutuhan yang lain namun bisa juga dia berjanji nanti akan membayar sambil turun. Ternyata orang tersebut lebih memilih yang pertama, uang dimasukkan kembali ke dalam saku celananya, dan dia turun dari bus seakan tidak membawa beban apapun.

Inilah kejujuran pada rakyat biasa saja juga sulit untuk diwujudkan, padahal nominalnya hanya sedikit. Bagaimanakah jika dia diberikan amanat untuk mengelola keuangan yang lebih besar, mungkin dia akan menjadi koruptor. Karena gaya hidup yang belum memenuhi standar, bila belum mempunyai mobil, rumah, tanah, dan sebagainya maka sesuatu yang belum ada akhirnya diada-adakan. Demikian pula pasangan hidup yang dimiliki akan merasa berkurang, sehingga terjadi nikah siri, perzinaan dan sebagainya. Tenangkah hidupnya? Walaupun kebutuhan materi terpenuhi? Semua akan kembali pada pribadinya masing-masing.

Sesungguhnya harta yang diperoleh dengan cara yang tidak wajar dan tidak benar maka maka menjadi rizki yang haram. Karena itu keharaman suatu barang tidak hanya dilihat dari wujudnya barang, namun sifat dan cara memperolehnya. Sebagai contoh dari segi zatnya Narkoba adalah haram, namun ternyata semua hal yang berkaitan dengan Narkoba dan sejenisnya adalah haram.

لَعِنَ اللهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَبَائِعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهَا (رواه ابوداوود وابن ماجه عن ابن عمر)

“Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya dan penerimanya”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

Akibat harta yang haram
Makanan yang haram akan menyebabkan do’anya ditolak atau tidak maqbul. Karena itu janganlah berprasangka buruk terhadap Allah, ketika merasa ujub bahwa ibadahnya sudah berlebihan namun penderitaan, musibah dan bencana senantiasa datang silih berganti.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى يَاَيُّهَالرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صٰلِحً

وَقاَلَ تَعَالَى:يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوُا كُلُوْامِنْ طَيِّبٰتِ مَارَزَقْنٰكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ. [رواه مسلم]

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya: Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu. Dia mengangkatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: ya Tuhanku, ya Tuhanku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan”. (Hadits riwayat Muslim).

Kemudian bila dikorelasikan mengapa doanya menjadi doa yang ditolak, karena kewajiban pokok yaitu shalat lima waktunya, sebagai wujud hablun minallah, ternyata selagi makanan haram yang masih mengalir pada darahnya maka shalatnya tidak diterima oleh Allah. Dan dia akhirat akan di masukkan ke dalam neraka:

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ حَرَامٍ فَالنَّارُ اَوْ لَى بِهِ (رواه الترمذى)

“Semua daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka adalah utama untuk menyiksanya (HR. Tirmidzi)

Demikian bahwa kejujuran itu akan menuntun pada berbuatan baik dan sebailiknya lacut atau ketidakjujuran akan berdampak untuk cenderung melakukan perbuatan yang tidaak baik. Karena itu kejujuran harus dibiasakan. Karena kebaikan dan kejujuran yang telah menjadi kebiasaannya tidak akan bersikap lacut. Sebaliknya kebiasaan lajut bila tidak lacut maka mulutnya terasa gatal. Falsafah Jawa mengatakan “Ngapusi sepisan sak lawase bakal dhepus” sekali berbohong maka selamanya akan menjadi pembohong.