8/09/2013

Implementasi Puasa Ramadhan


Puasa Ramadhan 1424 H telah berakhir yang ditandai dengan 1 Syawal 1434 H/ Idul Fitri. Momen ini dinantikan kedatangannya, namun sisi lain juga dinantikan kedatangan bulan Ramadhan lagi. Karena bila hamba Allah mengerahui, menyadari dan menghayati akan keutamaan bulan Ramadhan niscaya mengharapkan agar seluruh bulan dalam setahun dijadikan bulan Ramadhan. Karena itu untuk mengimplemtasikan bulan Ramadhan kami tuangkan dalam bentuk teks khutbah Jum'at.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Pada hari ini, masih dalam nuansa Idul Fitri 1434 H, penentuan 1 Ramadhan terjadi perbedaan pendapat, namun Alhamdulilah perbedaan ini tidaklah menimbulkan perpecahan, namun justru sikap saling menghormati. Allah menentukan perbedaan namun juga menentukan persamaan, 1 Syawal pada hari Kamis sungguh mewujudkan persatuan dikalangan umat Islam pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Setelah selama sebulan berupaya menjalankan kewajiban untuk melaksanakan puasa Ramadhan dan berupaya untuk meraih keutamaannya. Diantara keutamaan itu bagaimana untuk meraih rahmat dan maghfirah dari Allah SWT. Aspek hablun minallah diraihnya sehingga pada sebagian umat Islam untuk meningkatkan ibadah-ibadah sunnah pada bulan Ramadhan. Kini kita masuk pada bulan Syawal, untuk mewujudkan kesempurnaan diri sebagai hamba Allah, maka diantara sesama umat Islam berupaya untuk menyadari segala kesalahan dan kekhilafannya. Karena dengan kesadaran yang penuh, bahwa dalam melakukan kegiatan interaksi dan sosialisasi sering melakukan hal-hal yang menimbulkan ketidaknyamanan diantara sesamanya. Karena itu, masih dalam suasana Idul Fitri ini kamipun menyampaikan “ja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin, taqabbalallahu, minna waminkum taqabbal ya karim”. Inti dari ungkapan ini adalah kita saling mendoakan agar dikembalikan kepada kesucian dan kemenangan, serta dikembalikan untuk memperoleh ampunan dari Allah. Dan biasanya ditambahkan dengan ucapan “mohon maaf lahir dan batin”.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Setiap pengamalan ajaran Islam pasti ada endingnya, hasil akhir dari setiap amal perbuatan. Karena sangatlah mustahil bila Allah mewajibkan suatu perintah namun tidak ditemukan hasilnya. Karena secara umum bahwa tidaklah Allah menurunkan syari’at Islam kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam “Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamin”. Sesungguhnya Islam adalah merupakan aturan dan norma yang akan berdampak pada kehidupan bermasyarakat. Namun sesungguhnya hamba Allah yang dapat mengimplentasikan syari’at Islam. Khususnya bagi umat Islam, walaupun kadang umat non muslim juga mengimplementasikan syari’at Islam terutama tentang konsep cinta kasih dan ukhuwahnya.

Karena itu bila kita cermati bahwa syari’at Islam terangkum dalam rukun Islam syahadat, shalat, zakat, puasa, haji. Syahadat adalah merupakan keyakinan didalam hati yang kemudian diucapkan dengan lisan. Yaitu meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah. Selanjutnya dari keyakinan ini diimplemantasikan dalam bentuk ibadah maghdhah dan gahairu maghdhah. Ibadhah maghdhah adalah ibadah yang sudah ditentukan waktu dan tempat pelaksanaannya dan ghairu maghdhah tidak ditentukan waktunya, kapan saja dimana saja dan berapapun tergantung dari kekuatan keimanan seseorang.

Karena itu hasil yang dapat dirasakan seorang muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat adalah keyakinannya menjadi mantap. Sehingga dari keyakinan ini akan membuahkan kesadaran untuk menjalankan perintah-perintah Allah.
“ Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran: 31)

Perintah Allah dalam konteks ibadah rukun Islam yang kedua adalah menegakkan shalat. Shalat adalah wujud jati diri seorang muslim, karena dengan shalat akan menentukan baik-buruknya perbuatan manusia. Bahkan disinyalir bila shalat yang baik maka ibadah yang lain akan menjadi lebih baik. Karena dengan shalat itulah akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini tentu saja bila shalat dapat dilaksanakan dengan khusuk, karena dengan khusuk ini setiap muslim akan merasakan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan Allah. Setiap amal bani Adam seberat apapun akan dimintai pertanggungjawaban. Karena itu dengan shalat yang khusuk akan menimbulkan kehati-hatian dalam bertindak. Karena sesungguhnya implementasi dari shalat yang khusuk selalu merasa dalam pengawasan Allah.

Rukun Islam ketiga adalah membayar zakat. Zakat adalah ibadah untuk mensucikan harta bagi zakat mal dan mensucikan jiwa bagi zakat fitrah. Khusus tentang zakat mal bahwa dari sebagian kecil harta yang dimiliki adalah merupakan haknya para faqir-miskin. Sehingga bila dari sebagian harta dan penghasilan yang dikeluarkan zakatnya, dari sebagian kecil itulah yang akan mendatangkan keberkahan. Karena bila yang kecil itu dicampur dengan yang banyak, maka seluruh hartanya menjadi harta yang riba. Ingatlah bahwa harta yang mendatangkan keberkahan akan mendatangkan kemaslahatan bagi diri sendiri dan keluarga dan orang lain. Bila zakat dapat merasakan adanya keberkahan maka setiap muslim akan berhati-hati terhadap harta yang dimiliki, karena sesungguhnya harta adalah amanah, bila amanah dapat ditempatkan sesuai dengan proporsinya akan mendatangkan keberkahan.

Dengan keberkahan ini maka kewajiban zakat akan ditingkatkan lagi yaitu gemar untuk berinfaq dan bershadaqah.
 Rukun Islam ketiga  puasa. Puasa adalah ibadah sirri, ibadah yang diupayakan untuk melatih kesabaran dan mengendalikan hawa nafsu. Karena itu hasil yang dapat diperoleh yaitu derajat sebagai muttaqin. Derajat ini menunjukkan peningkatan dari seluruh amal ibadah. Semua bentuk ibadah pada bulan Ramadhan berupaya untuk dilaksankan. Misalnya ibadah shalat berjama’ahnya, shalat sunnahnya, infaq dan shadaqahnya, tadarus dan kajian Alquran, majlis taklimnya, menyantuni fakir miskin, kedekatannya dengan tempat ibadah. Pelatihan dan pembiasaan selama satu bulan berupaya untuk ditingkatkan menjadi lebih baik.

Rukun Islam kelima haji. Haji merupakan kesempurnaan rukun Islam, karena hanya dilaksankan bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat istitho’ah. Karena sesungguhnya ibadah haji hanya dilaksanakan bagi orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi, hal ini tidak menafikan, ada orang yang secara ekonomi tidak mampu namun ternyata dapat menunaikan ibadah haji. Hal ini tidak lain adalah fadhilah orang yang berupaya untuk dapat memenuhi panggilan Allah.

Dengan berbekal istitho’ah itu tidak ada harapan bagi para hujjaj selain predikat haji yang mabrur. Dan haji mabrur tidak lain balasannya adalah surga. Indikator dari haji yang mambrur juga mengalami peningkatan dalam beribadah kepada Allah baik ibadah secara kuantitatif maupun kualitatif.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dari pelaksanaan rukun Islam yang diharapkan adalah mengalami peningkatan. Sebagai contoh adalah puasa Ramadhan yang telah dilkasanakan, segala kegiatan ibadah pada bulan tersebut menjadi kegiatan ibadah yang dilaksanakan secara terus-menerus serta berkesinambungan. Diibaratkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan training atau pelatihan. Jadi bila pelataihan tersebut berhasil dibuktikan dengan aplikasi dari seluruh program kegiatan. Karena itu Rasulullah pernah bersabda:  Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari yang kemarin maka termasuk orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan yang kemarin maka dia orang yang rugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari yang kemarin maka dia orang yang dilaknat (Hadits).

Demikian pula bahwa setiap ibadah dilihat dari hasil akhir, betapa sulitnya untuk mengakhiri hidupnya dengan khusnul khatimah. Karena itu Allah mengingatkan manusia, Allah bersumpah dengan waktu, bahwa setiap manusia dalam kondisi merugi kecuali orang yang beriman dan beramal shalih.

Karena itu setelah mangakhiri bulan Ramadhan, marilah kita raih nilai ibadah sepanjang masa dengan melaksanakan puasa Syawal:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa melaksanakan puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari pada bulan Syawal maka (pahalanya) seperti berpuasa sepanjang masa” (HR. Muslim)

Dengan memohon ridha dan bimbingan Allah SWT, semoga kita diberikan kekuatan, kemampuan dan kemampuan untuk mengaplikasikan nilai-nilai Ramadhan pada bulan-bulan yang akan datang.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.