4/07/2015

Apalagi ini Tuhan, Tuhan Embuh-Pembinaan Bagi Mualaf



Pada suatu bangsa di Rumah Sakit dr. Sardjito Jogjakarta, di bangsal kelas 2, yang satu ruang ditempati oleh dua orang pasien rawat inap. Di bangsal rumah sakit, pasien diperkenankan untuk ditemani oleh maksimal dua orang anggota keluarga, kecuali pada waktu bangsal dibersihkan, maka semua penunggu diharuskan untuk keluar ruangan.

Di bangsal kelas tersebut kebetulan ditempati oleh dua orang apsien yang mempunyai keyakinan berbeda, satu pasien beragama Islam dan yang satunya beragama Katholik. Didalam hubungan sosial tidak menjadi masalah, karena sebagai warga negara Indonesia menjunjung tingggi semangat kerukunan antar umat beragama, tholeransi umat beragama. Dalam bidang sosial bisa saling menolong, namun untuk bidang aqidah adalah urusannya masing-masing.

Dalam keluarga yang berbeda agama itu nampaknya merupakan keluarga yang taat beragama. Pada suatu saat pasien yang beragama Katholik menceritakan ada salah seorang yang baru saja memeluk agama Katholik. Sebut saja wanita tersebut bernama Marlita yang sebelumnya beragama Hindhu, pada suatu saat dia begitu mantap dengan agama Katholik, ketika mendapatkan anugerah dan kenikmatan, dengan segera mengucapkan Puji Tuhan. Dia yakin bahwa dalam setiap doanya didengarkan Tuhan dan Tuhanpun dengan segera mengabulkan doanya.

Babak ujian keimanan

Suatu saat orang tua Marlita sakit, Tuhan, ada apa ini? Kata singkat ini penuh dengan makna, dalam hatinya dia protes katanya Tuhan Maha Pengasih tetapi mengapa dia memberikan cobaan yang demikian, Marlita berdoa agar diri dan keluarganya selalu diberikan kesejahteraan, ternyata yang didapat orang tuanya sakit yang tak kunjung sembuh. Maka dia protes, Tuhan ada apa ini? Seakan dia tidak terima dengan kenyataan yang sedang terjadi.

Dalam perjalanan selanjutnya orang tuanya berangsur-angsur kesehatannya mulai pulih, diapun segera mengatakan, Puji Tuhan. Baru saja orang tuanya mulai sehat, anaknya mendadak sakit, demam panas, bahkan sekali-sekali sempat kejang-kejang, dalam hatinya panik, dan entah ucapan apa lagi yang akan diucapkan. Ketika hatinya sedang kalut, tiba- tiba hand phone-nya berdering, ternyata yang memanggil adalah suster yang membimbingnya hingga dia masuk agama Katholik sampai pada pembinaan mental rohaninya..

Dalam percakapan itu suster manyampaikan turut berbahagia karena orang tuanya sudah sehat kembali, ucapan dari suster ini ternyata tidak mengurangi rasa gelisah di dalam hati, karena anaknya sakit. Dia ingin menyampaikan kabar, bahwa anaknya sakit, tetapi tidak ada jeda dari ucapan suster, tentunya dia mendengarkan kata-kata suster namun tidak fokus, karena didalam hatinya berkata, mengapa dia bicara terus, kapan saya bicaranya? Setelah kata-kata manis dari suster yang berusaha untuk membersarkan hati, barulah ada jeda kata dari suster sehingga dia menyela pembicaraan. Dengan menyampaikan berita bahwa sekarang anaknya sakit dan sedang si rawat di rumah sakit.

Dengan spontan suster menanyakan, sakit apa, mulai kapan, mengapa sakit. Satu persatu pertanyaan di jawab, dan sampai pada pertanyaan “mengapa sakit”? ternyata kata kata yang muncul’ “Tuhan itu embuh, embuh itu adalah bahasa Jawa yang berarti masa bodoh, tidak mau tahu, tidak peduli dan ungkapan-ungkapan lain yang bermakna negative.

Mengapa pertanyaan mengapa sakit, jawabannya tidak wajar, karena didalam hatinya ada gejolak, protes pada Tuhan, mengapa setelah masuk agama Katholik cobaannya selalu datang silih berganti. Apakah ini ujian yang harus dilalui, sampai kapakah akan berakhir cobaan itu? Inilah pertanyaan pada umumnya orang-orang yang sedang mengalami cobaan, ujian. Yang kadang cobaan itu datang silih berganti, satu cobaan menyusul cobaan yang lain. Bila cobaan itu mengenai orang-orang yang sudah kuat imannya maka dia akan bersabar, tetapi bagi orang-orang yang keimanannya masih rapuh maka akan berkeluh kesah, berputus asa, apatis, psimistis dan sebagainya.

Pembinaan terhadap mualaf
Didalam Islampun seorang mualaf harus selalu dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar. Setiap orang pemeluk agama tertentu bila mendapat pengikut baru dari orang yang beragama lain kemudian masuk agama baru. Tak jarang ketika masuk agama baru karena mempunyai motive tertentu, bukan karena keyakinan yang muncul dan kemudian tumbuh. Motive memeluk agama baru karena uang, pekerjaan, syarat nikah, untuk memperoleh pengakuan dalam keluarga, karena politik dan sebagainya. Katakanlah seandainya ada seorang mualaf (orang yang baru masuk Islam) karena motive yang demikian maka keyakinannya sangat rapuh, tidak mempunyai pendirian, apalagi semangat memperjuangkan atau berjuang dalam agama barunya. Bahkan kadang agama hanya sebagai simbol saja. Karena itu orang yang demikian perlu selalu dibimbing dan dibina agar mempunyai religion experience. Pengalaman keagamaan ini akan didapat ketika secara konsisten melaksanakan ajaran Islam mulai dari hal-hal yang kecil dan dimulai dari saat ini, ada beberapa contoh pengalaman beragama seseorang yang semakin menggiatkan idiologi mereka:

  • Seorang muslim merasakan manfaat wudhu, dimana dapat menghilangkan rasa kantuk, dapat menjaga kebersihan, dapat menciptakan kesegaran, dapat menghilangkan dosa kecil dan sebagainya.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah menegakkan shalat, dimana dirinya senantiasa merasa diawasi, dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar, dimanapun dan kapanpun berada, dirinya akan berhati-hati dan berfikir ulang ketika akan melaksanakan hal-hal yang dimurkai Allah.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah melaksanakan zikir bilisan, lisan akan terjaga dari perkataaan yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
  • Seorang muslim ketika membaca atau mendengarkan ayat-ayat Alquran dibaca, didalam hatinya merasakan ketenangan. Demikian juga muncul keinginan untuk mengetahui isi kandunyan Alquran.
  • Orang muslim ingin selalu menegakkan shalat yang berkualitas yaitu shalat untuk mencapai derajat khusuk. Karena itu senantiasa menegakkan shalat-shalat sunnahnya dan meningkatkan bacaan zikir.
  • Seorang muslim akan merasakan indahnya dapat berzakat yang dapat membersihkan diri dan hartanya. Dan dapat meningkatkan shadaqah karena didalam dirinya merasa yakin bahwa dengan bersedekah rizkinya akan ditambah oleh Allah SWT.
  • Seorang muslim yang melaksanakan puasa akan merasakan dirinya sebagai orang yang berkecukupan, setiap hari dapat makan dan minum dengan kenyang, sekaliapun yang dimakan hanya sekedarnya saja. Karena didalam bulan puasa Allah tidak membedakan antara orang yang kaya dan miskin, semuanya pasti merasakan lapar dan dahaga. Karena itu setiap orang dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
  • Seorang muslim yang sedang melaksanakan ibadah haji, akan merasakan kedekatannya kepada Allah SWT.
Dari hal-hal kecil dapat dilaksanakan, sehingga akan menemukan sesuatu yang lain, sesuatu yang belum pernah diarasakan sebelumnya, sesuatu yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata dan disampaikan dengan lisan. Dan hanya diri sendiri yang merasakan ini. Artinya bahwa mualaf tersebut berupaya untuk meraih hidayah dan akhirnya Allah memberikan hidayah dengan keyakinan yang mantap dan keyakinan yang mantap ini kemudian tertanan, terucap dalam kata-kata dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.


“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al. An’am: 162-163)

Pengakuan seluruh ibadah semata-mata hanya ditujukan kepada Allah kemudian meningkat rasa syukur tan tawakalnya kepada Allah SWT:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَ بِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَ رَسُوْلاً

Aku rela Allah menjadi Tuhanku, Islam menjadi agamaku, abi Muhammad adalah nabi dan utusan Allah.

Lain halnya mualaf yang telah mempelajari Islam, dan menemukan kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna. Ketika mengikrarkan dua kalimah syahadah “Asyahaduanla ilaha illlallah wa asyhadu anla Muhammadan Rasulullah”, memang sudah mantap dengan agama Islam sebagai pilihannya. Orang yang demikian dapat membina kemampuannya, bahkan tak jarang, banyak yang menjadi mubaligh, ustadz, kyai dan motivator terhadap orang Islam yang lain dalam menjalankan syariat Islam.

Disamping itu ada pula yang masuk agama Islam karena hidayah Allah. Dari orang-orang yang membenci Islam dan orang-orang Islam. Hati dan pikirannya telah terdoktrin untuk membenci Islam, namun tiba-tiba hatinya bergetar setelah mendengarkan bacaan Alquran, ketika menyaksikan orang yang sedang berwudhu, menyaksikan orang shalat dan sebagainya. Rasa takjub ini kemudian menambah keyakinan yang akhirnya menjadi pembela Islam.

Karena itu keyakinan yang tumbuh senantiasa meyakini, bahwa hidup manusia kadang suka, kadang duka, bila sedang memperoleh anugerah agar bersyukur dan bila mendapat musibah agar bersabar, dengan syukur dan sabar Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya.

4/03/2015

Enaknya Jadi Orang Sehat, Jadilah Hamba Bersyukur



Tidak ada orang yang membantah, bahwa sehat itu memang enak dan menyenangkan. Dan itu adalah kesepakatan semua orang, karena tidak ada orang yang ingin menjadi sakit. Sehat dapat diperoleh karena seluruh organ tubuh dapat berfungsi dengan baik dan normal, baik organ yang bersifat lahir dan batin.

Kesadaran bahwa sehat sangat berharga kadang dirasakan dengan penghayatan yang mendalam ketika dalam kondisi sakit. Padahal sehat dan sakit adalah merupakan Sunnatullah, manusia adalah makhluk berjasad renik yang terdiri dari berbliunan sel dalam tubuh, yang mana antara satu sel dan yang lainnya saling berkaitan Begitu pula jasad manusia amat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, demikian pula kondisi rohani manusia.

Tidak ada orang yang sehat ingin menjadi sakit, namun karena manusia adalah makhluk hidup, maka sehat, sakit, senang, susah adalah suatu hal yang harus ada dan akan dirasakan oleh manusia. Karena itu Rasulullah Muhammad SAW pernah berpesan gunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.

Bagaimanakah menggunakan waktu sehat itu? Manusia adalah makhluk yang telah diberikan kelebihan oleh Allah untuk menjadi ashhabul yamin dan ashabul simal, menjadi golongan kanan atau kiri, kelompok orang-orang yang selalu taat pada perintah Allah dan kelompok orang yang selalu ingkar terhadap perintah Allah. Inilah pilihan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, karena dua pilihan itu maka Allah telah menyiapkan balasan dengan dua tempat yang menyenangkan dan menyedihkan. Tergantung pada amal perbuatan hamba-Nya, dua tempat itu adalah surga dan neraka.

Surga dan neraka adalah dua tempat yang telah disediakan Allah, satu tempat yang penuh dengan kenikmatan dan ampunan dari Allah, suatu yang belum pernah dirasakan di alam dunia kelak di akhirat akan diberikan kepada orang-orang yang taat kepada perintahnya. Setiap orang tentu menginginkan menjadi penghuni surga namun yang disayangkan perilakukanya adalah perilaku ahli neraka. Surga akan menjadi pilihan, karena segala keperluan manusia telah tersedia, dan manusia dapat menikmati dengan sepuas-puasnya, di surga semua orang akan dimudakan kembali, makan dan minum telah disediakan dengan pelayan-pelayan yang ramah-ramah, dengan tempat yang indah, nyaman dan manusia tidak akan merasa bosan.

Pernah ada perbincangan seorang muslim namun tidak pernah menjalankan syariat Islam. Dalam perbincangan itu dia ditanya oleh orang Islam yang lain yang taat beragama, sekali-kali dalam bentuk nasihat dan sisi lain merupakan peringatan, “apakah kamu tidak takut dimasukkan ke dalam neraka? Pada umumnya mereka percaya adanya surga dan neraka, dan tempat apakah dan disediakan untuk siapa? dia percaya. Namun tidak yakin dengan adanya surga dan neraka. Surga sebagai tempat tinggal terakhir bagi orang-orang yang taat terhadap perintah Allah dan neraka bagi orang-orang yang ingkar kepada perintah Allah.
Ketika di tanyakan, “apakah tidak takut masuk ke dalam neraka? Dengan sederhana dan pola pikir orang awam, tinggal di dalam neraka itu enak, karena disana akan kumpul dengan bintang film, para artis yang cantik-cantik, molek, rupawan. Mereka tidak shalat, tidak puasa, suka minum-minuman keras, bahkan suka kumpul kebo dan melakukan perbuatan-perbuatan terlarang lainnya, tentu mereka masuk neraka.

Na’udhubillahi min dzalik, orang yang sedang sakit gigi tidak akan berselera untuk makan, makanan yang lezat-lezat, bahkan musik favoritnya terasa tidak nyaman lagi. Ini baru salah satu organ tubuh yang sakit, maka akan menimbulkan rasa sakit pada seluruh tubuh. Bagaimanakah bila orang dimasukkan ke dalam neraka, masih sempatkah untuk memperhatikan yang lain. Memikirkan diri sendiri saja susah apalagi memikirkan orang lain.

Karena itu argumentasi orang awam yang tidak mau belajar tentang Islam, mereka akan menanggapi dengan sederhana dan tidak tepat. Karena itu menengoklah bahwa setiap siksaan dan kepedihan di dalam neraka akan mengilangkan semua kenikmatan. Karena itu ashhabul yamin, tetap pada pikirannya sehingga akan menjalankan perintah Alah dan menjauhi segala yang dilarang menjadi pilihan bahkan menjadi kebiasaan. Walaupun terdapat berbagai macam ancaman, gangguan dan rintangan semua ini dipandang sebagai cobaan bagi orang-orang yang beriman.

Karena itu ada beberapa pesan bagi orang yang sedang diberikan nikmat sehat:
  1. Mensyukuri nikmat sehat sebagai suatu yang amat berharga. Apa artinya harta, pangkat dan jabatan, rumah megah, kendaraan mewah, pasangan hidup yang gagah atau cantik, rupawan bila dirinya ternyata sakit.
  2. Wujudkanlah kesyukuran dengan senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya.
  3. Gunakanlah waktu sehat sebaik-baiknya sebelum datang waktu sakit, bila sedang sehat apapun bisa dilakukan namun bila sakit hidupnya akan lebih bergantung pada yang lain. Makan, minum, tidur dan hal-hal yang enak menjadi tidak enak, apalgi hal-hal yang tidak enak, misalnya bekerja, berfikir, berjalan, berlari semua menjadi serba terbatas.
  4. Sadarilah bahwa tidak selamanya manusia itu akan sehat, sehati-hati, sekuat-kuat apapun didalam menjalani hidup, ternyata tantangan dari luar semakin kuat sehingga memungkinkan mempengaruhi organ tubuh, sehingga menimbulkan gangguan dan untuk selanjutnya menimbulkan rasa sakit.
  5. Perbanyaklah untuk bershadaqah, karena dengan shadaqah dapat menjadi perantara untuk menjauhkan diri dari balak.
  6. Berempatilah terhadap orang-orang yang sakit, menengok dan mendoakan untuk kesembuhannya.
  7. Membiasakan diri untuk hidup sehat, dengan mempelajari pola hidup sehat.
  8. Memperbanyak referensi, untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya penyakit sehingga akan muncul kewaspadaan dini, dalam hal makan dan minum serta perbuatan-perbuatan lainnya.
  9. Hindari sikap ujub bahwa dirinya selalu sehat dan tidak mungkin sakit, karena bisa jadi dia akan sakit sebagaimana orang yang sedang sakit.
  10. Sehat itu enak dan menyenangkan, berbagilah kesenangan kepada orang lain terutama yang sedang dalam penderitaan.

Menjadi orang yang sehat memang enak dan menyenangkan, tetapi hendaknya tetap berhati-hati, agar kenikmatan dan kesenangan ini menjadi hilang dengan sia-sia. Karena manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani, semua unsur ini membutuhkan asupan yang berbeda, berilah hak pada tiap-tiap unsur.

4/02/2015

Sampurnaning Masjid, Usaha Makmuraken Kuwajiban Tiyang Taqwa



Menawi kita pirsani, kathah masjid langgar lan musolla nanging jemaahipun namung sekedhik, malah prasasat sinaosa punika panggenan ingkang sifatipun umum, namung kados-kados namung dados milik setunggal utawi kalih tiyang kemawon. Mekaten punika amargi ing dalem jema’ah shalat gangsal wekdal ingkang adzan inggih tiyang punika, ingkang puji-pujian inggih tiyang punika ingkang kamad inggih tiyang punika malah ingkang dados imam inggih piyambakipun.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ ونفسى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Boten wonten wasiat ingkang langkung utami kejawi wasiat iman lan taqwa dhateng Allah. Iman ingggih punika keyakinan ing sak lebetipun manah, lan taqwa punika nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar sedaya awisanipun. Kanthi punika iman dados dasaripun, lan taqwa punika wujudipun. Iman lan taqwa boten saget dipun pisahaken. Iman kedah kanthi amal, iman boten namung keyakinan ing salebetipun manah kemawon, nanging kedah dipun ikraraken kanthi lisan lan dipun jumbuhaken kanthi amal ibadah.
Mujudaken iman lan ngathah-ngathahaken amal ibadah saget dipun jumbuhaken wonten ing dalem panggenan kagem sujud inggih punika wonten ing dalem masjid, langgar lan musholla. Allah SWT sampun ngendika:


“Kang kudu ngramekake masjid-masjide iku mung wong-wong kang padha iman marang Allah lan dina akhir sarta tetep njumenengake salat, maringake zakat lan ora wedi (marang sapa bae) kejaba marang Allah, mula hiya dheweke kabeh kuwi wong-wong kang diarepake kalebu golongane wong-wong kang padha oleh pituduh”.(QS. Attaubah: 18)

Ayat punika nedahekan bilih among tiyang-tiyang iman ingkang makmuraken masjid, tentu kemawon anggenipun makmuraken inggih gumantung kalian kadar kemampuanipun. Saget kanthi ilmunipun, kanthi tenaganipun utawi kanthi bandhanipun. Kanthi ilmunipun inggih mulang utawi dados guru, kanthi tenaga upaminipun, purun resik-resik, jagi keamanan lan saterasipun. Kanthi bandhanipun,jalaran kagem perawatan masjid inggih betahaken dana kagem bayar listrik, toya, tumbas alat-alat kebersihan, tumbas lampu listrik lan saterasipun.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Menawi kita pirsani, kathah masjid langgar lan musolla nanging jemaahipun namung sekedhik, malah prasasat sinaosa punika panggenan ingkang sifatipun umum, namung kados-kados namung dados milik setunggal utawi kalih tiyang kemawon. Mekaten punika amargi ing dalem jema’ah shalat gangsal wekdal ingkang adzan inggih tiyang punika, ingkang puji-pujian inggih tiyang punika ingkang kamad inggih tiyang punika malah ingkang dados imam inggih piyambakipun.

Kejawi saking punika kawontenan masjid utawi langgar ketingal boten dipun upakara, kanthi bukti karpetipun ingkang kotor, sajadah, sarung ugi kotor, terasipun kotor, panggenan kagem wudhu lan wc nipun inggih ketingal kotor lan mambet pesing. Punika saperangan ingkang saget kita pirsani. Ananging ugi wonten masjid, langgar lan musholla ingkang ketingal resik, karpetipun ambetipun wangi, teras lan lataripun masjid inggih ketinggal asri, semanten ugi panggenan wudhu lan wc nipun ingkang sae, malah wonten wangi-wanginipun wc. Ing saben shalat gangsal wekdal jama’ahipun tansah kathah. Jama’ahipun ketingal sami krasan wonten ing masjid punika.

Kawontenan kalih werni ngengingi panggenan ngibadah punika dados kasunyatan, kanthi mekaten kawontenan ingkang sepindhah jelas betahaken prihatosipun sedaya kaum muslimin, kedah dipun padosi sebab musababipun, kenging punapa panggenan ngibadah ingkang sampun dipun bangun punika boten dipun jagi, dipun rawat lan boten dipun ginakaken kanthi sak sae-saenipun kagem ngathah-ngathaken ngibadah dhateng Allah SWT.

Kangge mujudaken masjid ingkang sae wonten tigang perkawis:
  1. Bidang Idaroh inggih punika kegiatan kagem ngupakara masjid ingkang kedah dipun tindakaken dening tiyang kathah. Masjid utawi langgar kedah wonten takmiripun, inggih punika pengurus masjid ingkang dipun paringi tugas lan tanggel jawab kagem ngelola masjid punika. Amargi masjid punika boten namung kagem shalat gangsal wekdal kemawon, nanging masjid ugi kagem pusatipun pendidikan, pelayanan kesehatan, santunan fakir miskin, panggenan kagem musyawarah, ngempalaken dana umat saking zakat, infaq lan shadaqah. Kanthi mekaten boten saget dipun upakara dening setunggal utawi tiyang kalih kemawon. Amargi saget ngalitaken fungsinipun masjd.
  2. Bidang Imaroh, supados masjid punika tambah regeng kedah dipun wontenaken kegiatan, upanipun gerakan shalat jama’ah gangsal wekdal, Majlis Taklim, TPQ, Madrasah Diniyah, Perpustakaan, Sunatan Masal, Pengetan Hari Besar Islam lan sanes-sanesipun.
  3. Bidang Riayah, inggih punika ngawontenan pembangunan, rehap lan ngupakara masjid. Masjid ingkang sae, megah, lan nelasaken biaya ingkang kathah menawi boten dipun rawat lan dipun jagi inggih badhe ketingal awon. Kathah jema’ah khususipun para musafir ingkang kuciwa nalika nindakaken shalat ing masjid punika, amargi masjid ingkang ketingal megah, ananging sak lebetipun boten dipun rawat, karpetipun kotor, panggenan wudhu lan wc nipun kotor malah toyanipun kirang lancar lan saterasipun. Kawontenan punika badhe dadosaken jema’ah tebih saking masjid. Benten kalian masjid ingkang sederhana syukur masjid ingkang megah lan dipun jagi kanthi sae. Karpetipun resik, panggenan wudhu lan wc nipun bersih, saestu masjid punika badhe dados jujukan para musafir. Lan piyambakipun boten badhe owel nalika ngedalaken infak kagem biaya ngupakara masjid punika.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kanthi mekaten sampurnaning masjid, langgar lan mushola punika kedah dipun kantheni kalian ngawontenaken kegiatan ing masjid lan ngupakara masjid ngengingi kebersihan ing dalem masjid lan lingkunganipun. Sinaosa sampun wonten takmir masjid, nanging sedaya jema’ah supados dados jema’ah ingkang aktif lan mandiri. Wonten ing masjid sedaya jema’ah kedah dados pelayan kagem pribadinipun lan tiyang sanes. Upaminipun menawi mlebet ing wc, kedah saget mujudaken kebersihan, sasampunipun bebucal kedah dipun siram ngantos ambetipun ical. Punapa malih menawi mlebet ing salebetipun wc ketingal kotor lan mambet inggih kedah ngicaleken kotoran lan ambet punika. Semanten ugi menawi bucal sampah wonten ing bak sampah lan saterasipun.

Syukur malih menawi masjid saestu saget maringi manfaat dhateng kebetahanipun masyarakat. Wonten fakir miskin, lare yatim saget dipun santuni, jema’ah ingkang sakit dipun bantu mertambanipun, wonten jema’ah ingkang betah modal usaha saget dipun bantu kalian koprasi utawi kanthi zakat produktif, wonten pengaosan kagem para lare, remaja lan tiyang dewasa lan sepuh. Prasasat sedaya kebetahan masyarakat saget dipun sembadani. Masjid boten namung mikiraken perkawis akhirat kemawon, nanging perkawis kadunyan ugi penting. Amargi kathah tiyang Islam ingkang dados murtad lantaran ekonomi lan saterasipun.

Kanthi mekaten kangge mujudaken masjid ingkang sampurna dados tanggel jawab sedaya tiyang Islam. Pramila mangga kita sami fastabiqul khairat, unggul-unggulan ing perkawis kesahenan. Umat Islam ingkang saget mujudaken amal nyata lan Insya-Allah Islam minangka rahmat dhateng sedaya alam, saget kasembadan, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


4/01/2015

Enaknya Orang Sakit, Kesempatan Bermuhasabah



Ketika judul tulisan ini muncul pada benak, kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata, bukan sesuatu yang diada-adakan, tetapi itulah suatu kenyataan yang sulit untuk diterima dengan akal. Karena orang sakit organ tubuhnya sedang ada gangguan dengan gangguan itu akan menimbulkan rasa yang tidak enak. Seperti contoh penyakit yang nampaknya ringan-ringan saja, misalnya sariawan. Maka makan minum menjadi tidak enak, untuk berbicara sulit, badan terasa panas dan sebagainya. Apalagi bila menderita penyakit kronis, seperti jantung, paru-paru, liver, kangker, struk, diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya, semua penyakit itu akan menimbulkan rasa yang tidak enak.

Bila menderita sakit yang tergolong penyakit ringan mungkin untuk makan dan minuman tidak ada yang berpantang, hanya perlu dikurangi ketika sedang sakit saja, tetapi setelah sembuh makanan dan minuman apapun bisa disantap kembali. Lain halnya bila itu adalah penyakit kronis, misalnya diabetes maka setelah dinyatakan sehat oleh dokter harus selalu menghindari segala jenis makanan dan minuman yang dapat memicu naiknya kembali kadar glukosa, bahkan kadang harus melakukan diet ketat, semua jenis makanan, nasi, air minum, sayuran, goreng-gorengan yang masuk ke dalam perut harus sesuai dengan takaran atau menurut petunjuk dokter.

Bagaimanakah bila sedang berada dalam suasana pesta, dimana semua jenis makanan dan minuman yang serba enak telah tersedia, dan orang-orang yang berada disekelilingnya makan dengan lahabnya. Disinilah peran pengendalian diri untuk tidak larut dalam suka-cita dan isrof bersama teman-temannya. Karena bisa jadi kenikmatan yang hanya sementara akan mendatangkan penderitaan yang lama, sangatlah tidak sebanding. Karena penyakit kronis ini akan memicu timbulnya penyakit yang lainya, misalnya akan terjadi kebutaan, struk, luka yang kemudian membusuk dan harus diamputasi, lantas bila membaca paparan dan diskripsi orang yang sakit demikian mengerikan, amit-amit sakit seperti itu? Lalu apakah enaknya orang sakit itu?

Banyak orang yang baru sadar bahwa sesungguhnya sehat itu sangat indah, nikmat dan menyenangkan, keadaan ini baru dapat dirasakan ketika dalam kondisi sakit, sungguh besarnya nikmat sehat. Karena itu senantiasa bersyukur ketika diberikan kesehatan, bersyukur karena penyakitnya hanya ini dan itu saja, bersyukur bukan merupakan penyakit yang bersifat komplikasi. Bila ternyata sudah komplikasi, masih bersyukur segera tertangani dan bersyukur lagi bahwa Allah sedang mengujinya dan memberikan cobaan, sehingga dalam kondisi ini mereka menjadi hamba yang hina, hamba yang tidak patut menerima apapun kepada Allah, karena dirinya merasa sadar dengan dosa-dosa yang telah dilakukan atau dirinya sadar bahwa sebagai orang yang beragama belum dapat menjalankan syari’at agama secara sempurna, perintah Allah sering ditinggalkan larangan Allah banyak dijalankan.

Kesadaran ini terbangun ketika sedang merasakan sakit, sehingga dengan kondisi yang di alami akan membangkitkan rasa syukur kepada Allah. Dan sesungguhnya dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya.


“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Dengan bersyukur hati akan menjadi tenang, sikap psimis, khawatir dan takut akan beralih menjadi sikap optimis, bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Setiap Allah menurunkan penyakit Allah juga menurunkan obatnya. Hanya saja untuk memperoleh kesembuhan adalah menjadi proses yang harus dijalankan. Rasa ikhlas dan sabar akan menjadi energy positif, terapi diri, inilah obat yang tidak akan ditemukan di dunia kedokteran, kondisi dan kedaran diri akan mendominasi pada proses kesembuhan’

Demikian pula ketika sakit akan insaf dan sadar atas kebiasaan buruk dalam hidup yang sering dijalankan. Misalnya makan dan minum yang berlebihan menjadi sebab pemicu timbulnya penyakit, karena itu makan dan minum hendaknya memenuhi syarat yang halal dan thayyib, hendaknya dijauhkan dari sifat isrof, berlebih-lebihan. Karena didalam tubuh manusia (perut) terdapat tiga ruang untuk air, makanan dan udara. Sehingga bila makanan yang melebihi 1/3 akan terjadi gangguan, dalam jarak pendek atau dalam waktu yang lama. Makan yang berlebihan akan mengurangi aktifitas dan kinerja, mengantuk, kalori yang seharusnya terbakar akan menumpuk dalam tubuh menjadi lemak yang selanjutnya akan terjadi obessitas, kolesterol naik, glokosa yang tidak terkontrol, sehingga akan menimbulkan beraneka macam penyakit.

Karena itu jangan terlalu bahagia bila sedang mendapat kenikmatan dan jangan terlalu sedih bila sedanag mendapat cobaan dan ujian. Ciptakanlah keseimbangan hidup, agar hidup terasa indah, sakinah, mawaddah dan rahmat. Semua orang bisa, bila niat yang ada didalam hati senantiasa diteguhkan dan dilaksanakan secara konsisten.


3/31/2015

Kiat Menjadikan Rumahku Surgaku-Baiti Jannati



Rumah adalah suatu bangunan yang digunakan sebagai sarana untuk berlindung, berteduh dari segala sesuatu yang akan mengancam kehidupan manusia. Karena itu rumah dibangun sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Rumah juga menjadi simbol kebanggaan, kemegahan, kesejahteraan, bahkan kekuatan. Karena itu di dalam rumah juga dilengkapi sarana-sarana pendukung. Didalam rumah dibuat kamar-kamar, ada kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, ruang belajar, tempat shalat, ruang keluarga, ruang dapur, garasi, gudang dan lainnya.

Megah atau tidaknya suatu rumah tidak menjadi jaminan anggota keluarganya betah tinggal dirumah. Banyak terjadi kasus ketika suami istri berangkat kerja, anak-anak diasuh oleh para pembantu dan tv, akhirnya komunikasi orang tua dengan anak semakin jauh, berangkat dari hal ini anak-anaknya berkembang sesuai dengan pergaulannya. Pengaruh teman sangat dominan, sehingga tidak terjadi keharmonisan dalam keluarga. Demikian pula banyak terjadi suami bermain selingkuh dengan pembantunya, atau seorang istri juga mempunyai pria idaman lain. Dengan demikian hubungan mereka menjadi kaku, komunikasi yang dibangun hanya bersifat lahiriyah, adapun hatinya berpaling pada orang lain.

Ada lagi rumah tangga yang salah satu anggota keluarganya bekerja dan yang lain tinggal dirumah, katakan saja misalnya suami yang bekerja dan istri yang berada di rumah. Ternyata setiap kali suami pulang kerja di rumah tidak ada makanan, bahkan kadang istri sedang ngrumpi dengan tetangganya.
Dengan demikian rasa letih dan capek yang seharusnya mendapat sambutan ternyata tidak ada yang menyambut. Maka jadilah percekcokan. Satu sama lain sama-sama egoisnya mempertahankan pendapatnya dengan mengumbar nafsu. Demikian pula dalam keluarga yang selalu memandang harta kekayaan masih kurang bila dibandingkan dengan yang lain, sehingga muncul keinginan untuk mencukupi kebutuhaanya dengan cara-cara yang tidak wajar, misalnya mencari pinjaman dengan melebihi dari panghasilan yang diperoleh tiap bulannya, atau yang lebih parah lagi melakukan kegiatan tindak penipuan, perampokan, bahkan mengedarkan uang palsu atau menjadi Bandar Narkoba. Bahagiakah keluarga yang dibangun dengan cara yang demikian ini?

Ada suatu kisah keluarga besar di masyarakat pedesaan, antara keluarga terjalin komunikasi yang baik, dengan tetangga saling menolong, saling menghurmati, bahkan pendidikan anak berlangsung secara alami. Rumah mereka dari bangunan yang sederhana, beratapkan rumbia, berdindingkan dari bambo, tidak memakai eternity, rumah mereka hanya dipisahkan kamar tidur yang merupakan tempat privasi suami istri. Sekalipun penghasilannya pas-pasan, makan dan minum hanya sekedarnya saja, bahkan makanan hanya sekedar untuk menegakkan punggung namun kehidupannya nampak bahagia.

Pada zaman Rasulullah SAW pernah ada seorang wanita tua yang bernama Ibu Muti’ah. Suatu saat Rasulullah SAW memerintahkan kepada putrinya Siti Fatimah, bila ingin menjadi wanita yang mulia belajarlah kepada Muti’ah, dia tinggal dikampung yang cukup jauh. Segeralah Siti Fatimah berangkat dengan ditemani putranya Hasan, setelah berjalan cukup jauh sampailah pada rumah yang dimaksud, lalu dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah disambut, dipersilahkan Fatimah untuk masuk ke dalam rumah, dan Hasan disuruh untuk tetap tinggal diluar, karena didalam rumah tidak ada orang laki-laki.

Setelah dipersilahkan duduk, Fatimah menengok sisi kanan, kiri, atas bawah. Dalam hati berkata, apa kelebihan wanita ini hingga ayahandanya menyuruh berguru kepadanya. Dilihatnya di pojok ruangan terdapat baskom berisi air, lalu kain lap dan cemeti. Fatimah bertanya, untuk apakah benda-benda tersebut. lalu dijelaskan bahwa ketika suaminya pulang kerja, suaminya lalu disambut, karena melihat nampak kusut, maka dibilaslah muka, tubuh, tangan dan kakinya. Setelah itu di lap dengan kain yang telah tersedia. Kemudian suaminya beristirahat sejenak sambil menyantap hidangan yang telah disediakan oleh istrinya. Setelah itu suaminya mandi dan menegakkan shalat. Setelah selesai sambil duduk dan hilang rasa capeknya, saya ambilkan cemeti untuk suami sambil saya berkata. Wahai kanda, jika pelayanan saya kepadamu masih kurang saya mohon, kanda untuk menyambuk saya sebagai tebusan atas kelalaian saya.

Siti Fatimah terkejut lalu bertanya lagi, bagaimanakah sikap suamimu? Dia menerima cemeti lalu diletakkan di sebelah tempat duduknya, dan dia menarik tanganku lalu memelukku dengan penuh kasih sayang. Dari kejadian tersebut barulah Siti Fatimah mengetahui, mengapa rasul memerintahkan untuk belajar kepada Ibu Muti’ah.

Karena itu bersyukur bila kita diberikan kemampuan untuk membangun rumah sesuai dengan perkembangan zaman, dan wujud syukurnya hendaknya keindahan dan kemegahan rumah diimbangi dengan keikhlasan dalam menegakkan syariat Allah, dan semangatnya didalam malaksanakan amar makruf nahi munkar. Keluarga merupakan bangunan suatu negara yang paling kecil, agar banguan tersebut tetap menjadi keluarga idaman, rumah yang mendatangkan kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan penghuninya dapat melakukan kiat-kiat sebagai berikut:

1. Menjaga dan melaksanakan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga.


“…. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf, akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Al Baqarah: 228)

2. Saling menasehati di dalam melaksanakan kebenaran, kesabaran dan keikhlasan atas dasar kasih sayang dengan cara yang baik.



“ Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 2-3)


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)

3. Seluruh anggota keluarga yang meliputi suami, istri anak-anak dan anggota yang lain saling berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mewujudkan surga dunia dan akhirat.



“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 133-135)

4. Selalu bertolong-menolong dan bekerja sama dalam melelaksanakan kebajikan dan taqwa. Mereka akan senantiasa mengerjakan keburukan, permusuhan dan perbuatan dosa lainnya.


“… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al Maidah: 2)

Keluarga merupakan bangunan negara yang paling kecil, sehingga untuk mewujudkan bangunan rumah tangga yang kokoh tiada pilihan kecuali setiap anggota keluarga untuk menyibukkan diri pada hal-hal yang baik. Membiasakan diri melakukan yang baik untuk memberi dan menjadi teladhan dalam keluarga. Walaupun suami adalah merupakan kepala keluarga, namun bisa jadi akan mencontoh pada istri dan anak-anaknya dalam ketaatan kepada Allah. Sesungguhnya rapuhnya bangunan rumah tangga sering dipicu oleh pihak ketiga, yaitu syetan yang mengajak dan membisikkan hawa nafsunya sehingga melakukan hal-hal yang tidak baik. Ketika nilai-nilai kebaikan dalam keluarga senantiasa menjadi kebiasaan hidup niscaya bisikan hembusan nafsu syetan akan sirna. Namun karena syetan selalu menciptakan tipu muslihat maka setiap anggota keluarga agar mengaca pada orang-orang shalih. Lihatlah kepada orang yang lebih tinggi dalam hal kesalihannya nsicaya akan menjadi hamba yang selalu istiqomah dalam menegakkan syari’at Allah.