4/02/2014

Meningkatkan Kualitas Ibadah dan Mewujudkan Ibadah Yang Berkualitas



Ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa, haji, tetapi semua perbuatan yang ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan semua bentuk perbuatan baik yang berguna bagi kepentingan orang banyak.

Ibadah memerlukan kesiapan lahir dan batin sehingga nilai ibadah bisa dari waktu- kewaktu akan semakin meningkat. Ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan agar ibadah itu semakin berkualitas:
1. Ibadah dengan kesadaran.
Ibadah dengan kesadaran mengandung maksud, bahwa ibadah yang dilaksanakan tidak ada unsur paksaan, dan juga bisa berarti bahwa dalam melaksanakan ibadah tahu dan paham terhadap apa yang dilaksanakan. Orang yang mabuk sedang tidak sadar, maka apapun yang dilaksanakannya diluar kontrol akal pikiran. Oleh karena itu Allah melarang orang yang beribadah (shalat) ketika sedang mabuk:

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu katakan (Annisa": 43)".

2. Ibadah dengan kecintaan.

من احب لله وابغض لله واعطى لله ومنع لله فقد استكمل الايمان

" Barang siapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, menahan karena Allah sesungguhnya orang itu mendapat kesempurnaan iman. (HR. Abu Dawud)

Beribadah tanpa kerinduan dan kecintaan tidak akan merasakan kenikmatan dalam beribadah, seperti orang yang sedang sakit tidak dapat merasakan lezatnya makanan. Oleh karena itu jalan yang dapat ditempuh untuk memperoleh kenikmatan beribadah dan agar terhindar dari sikap malas, hendaknya selalu mencari dan menambah konsentrasi dalam beribadah.

3. Ibadah dengan ikhlas.
Nilai ikhlas dalam beribadah bukanlah diperoleh secara tiba-tiba akan tetapi memerlukan upaya dan perjuangan secara terus- menerus. Seperti kewajiban menjalankan shalat lima waktu pada awalnya terasa berat dan bisa jadi akan menjadi beban bahkan menjadi penghalang setiap aktifitas. Hal yang demikian akan hilang secara mental spiritual bila dilaksanakan secara terus menerus dan ditambah dengan ibadah shalat sunnah rawatib dan shalat-shalat sunah lainnya. Maka shalat akan menjadi kebutuhan dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, ibadah dilakukan semata-mata karena Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Kahfi ayat 110:

"Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia menyekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya".

" Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (menjalankan) agama yang lurus (QS. Al Bayyinah: 5)".

4. Ibadah dengan kekhusukan.
Khusuk merupakan kondisi kejiwaan yang sedang terpaut kepada Allah, menyadari dan merasakan keagungan Allah SWT. Jalan untuk meraih kekhusukan yaitu dengan merasakan kehadiran Allah, sembagaimana seorang mukhsin yang merasa selalu dalam pengawasan Allah, sebagaimana sabda rasul:

الاحسان ان تعبد الله كانك تراه فان لم تكن تراه فانه يرك

" Ikhsan yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya, walaupun engkau tidak melihatnya tetapi sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu".

5. Ibadah secara sembunyi.
Ibadah secara sembunyi merupakan totalitas ibadah dan melepaskan penghambaan diri kepada Tuhan selain Allah, sehingga ibadah bukan untuk memperoleh pujian dari orang lain, penghargaan dari atasan, sanjungan dari bawahan. Sebagaimana sabda rasul

ان صلاتى ونسكى ومحياى ومماتى لله رب العالمين (رواه مسلم

" Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Allah yang menguasai sekalian alam (HR. Muslim)".

Kualitas ibadah yang selalu kita upayakan dapat rusak karena:
1. Riya'.
Riya' dapat merusak nilai ibadah, karena tujuan ibadah melenceng pada upaya-upaya untuk meraih perhatian masayarakat, ketenaran dan kemashuran. Ibadah yang diwarnai dengan riya' berarti ibadah tersebut telah terperangkap pada lingkaran setan. Setan selalu berusaha untuk merusak niyatnya yang menjadi titik awal dari setiap perbuatan, sebagaimana sabda rasul yang dirwayatkan oleh Buchari dan Muslim sesunggunya setiap perbuatan dilihat dari niatnya.
Perbuatan orang karena riya' digambarkan dalam surat Al Baqarah ayat 264 seperti batu licin yang diatasnya terdapat tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu bersihlah batu tersebut.

2. Ujub (bangga diri).
Allah SWT berfirman dal surat Al Kahfi ayat 103- 104:

" Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya".

Didalam sabdanya Rasulullah menyampaikan bahwa untuk menjadi orang yang baik lihatlah kepada orang yang lebih alim, sehingga dalam diri akan muncul sikap untuk selalu mengevaluasi dan memperbaiki setiap perbuatan yang telah dilakukan. Sehingga muslim yang demikian ini akan selalu berupaya agar hari ini lebih baik dari yang kemarin.

3. Dosa
Dosa merupakan dampak dari setiap perbuatan yang melanggar larangan Allah dan tidak melaksanakan perintah Allah. Perbuatan dosa secara psikhis akan melemahkan ghirah dalam beribadah, spiritual terasa semakin gersang. Sehingga perbuatan yang dilakukan terasa kosong karena tujuan yang hendak dicapai hanya tujuan yang pendek yaitu keduniawian belaka. Maka sadarilah bahwa disetiap aktifitas perbuatan baik maka selalu diiringi dengan dosa baik disengaja maupun tidak, maka bila perbuatan tersebut disengaja segeralah bertobat dan bila tidak disengaja maka beristighfarlah, mohon ampun kepada Allah.

4/01/2014

Allah Mengetahui Segala Yang Lahir dan Batin



Alhamdulilah, dengan memuji asma Allah pada  hari ini marilah senantiasa memanjatkan rasa syukur kita kepada Allah, karena:
1. Masih diberikan kesehatan oleh Allah, ingatlah bahwa sakit itu mahal harganya sebaliknya sakit banyak duitnya.
2. Masih diberikan kesempatan, karena hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mengikuti kegiatan ini. Sudah digaji dan masih berpahala.
3. Masih diberikan kesempatan untuk menghabiskan sisa umur yang diberikan oleh Allah, karena umur adalah rahasia Allah.
4. Masih menyandang gelar sebagai manusia.

Yang terakhir inilah, gelar manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang berdimensi materiil dan spirituil. Karena itu dimensi materiil hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indra, demikian pula perilaku lahir manusia dapat ditangkap oleh panca indra. Namun manusia dengan dimensi sprirituil yang tahu hanyalah dirinya sendiri. Andaikan pada suatu perusahaan, dimana sedang diselnggarakan meeting, akan segera diketahui siapa yang hadir dan siapa yang absen dengan melihat absensi yang telah disediakan. Demikian pula bila berada dalam komunitas ruang kelas di suatu sekolah akan dapat diketahui dengan absensinya, demikian pula di komunitas mahasiswa. Sebaliknya manusia dengan dimensi spirituil adalah berkaitan dengan nilai, apakah tujuannya mengikuti meeting atu mengikuti kegiatan belajar mengajar apakah tuntutan, kebiasaan atau keikhlasan.
Bila manusia hanya mengetahui sisi lahir, Allah SWT Maha Mengetahui dua sisi:


Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Imran: 29)

Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan mengetahui yang tersembunyi di dalam hati dan apa saja yang dilahirkan. Tidak seperti makhluknya yang lebih mengedepankan penampilan luar, sehingga kadangkala keputusan yang diambil mendatangkan kemadaratan. Karena yang dilihat seperti ini ternyata kok begitu dan sebagainya. Hal ini berbeda karena Allah mempunyai sifat mukholafatuhu lil hawadisi, bahwa Allah tidak sama dengan makhluknya.

Demikian pula memandang manusia dalam satu sisi, karena tidak ada yang melihat maka bisa semaunya. Ingatlah bahwa Allah mengetahui yang nampak dan yang dirahasiakan, bahkan seluruh amal perbuatan manusia tidak ada yang lepas dari pengamatan Allah.

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Amal yang baik akan dilipatgandakan oleh Allah dan amal yang buruk akan dibalas dengan yang setimpal dengan perbuatannya. Kenapa bisa demikian, karena bila manusia, hanya mengandalkan amal salih yeng telah dilakukan niscaya belum setimpal dengan karunia Allah. Namun sayangnya kenikmatan Allah lebih sering dilupakan daripada disyukuri. Ingat arti pentingnya sehat justru ketika sedang sakit, menyadari pentingnya waktu ketika sedang menghadapi ujian, sedang ditungggu laporan (SPJ), dan seterusnya.
Karena itu Rasulullah SAW bersabda:

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاَتِبِع السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ (رواه الترمذى
• Bertaqwalah kepada Allah dimana saja berada.
• Balaslah perbuatan buruk dengan kebaikan, keburukan dibalas dengan keburukan akan muncul balas dendam, yang tidak lain adalah perbuatan syetan. Namun keburukan dibalas dengan kebaikan akan memutus rantai syetan. Karena prilaku syetan minnanuri ilazulumaat. Bahwa syetan itu akan mengarahkan jalan petunjuk menuju pada kesesatan.
• Berperilaku terhadap manusia dengan dengan perilaku yang baik.

Maka bila keyakinan terhadap Allah telah benar-benar tertancam didalam hati, menjadi keyakinan yang teguh dan menjadi fondasi yang kokoh terhadap segala perilaku. Niscaya seluruh perilaku akan berjalan sebagaimana orang-orang yang bertaqwa. Kayakinan yang telah bersemanyam didalam hati sesungguhnya merupakan hidayah Allah, hidayah yang tak ternilai harganya. Dan menjadi tugas insan untuk meneguhkan aqidah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.

3/28/2014

Empat Tips Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup



Rasulullah SAW memberikan tips, resep atau formula untuk memperoleh kebahagiaan hidup, barang siapa yang melakukan formula yang telah diajarkan oleh Rasulullah maka akan meraih kebahagian hidup, sebaliknya barang siapa yang tidak melaksanakan maka jangan berharap kebahagiaan hidup akan diperolehnya.

علامة السعادة اربعة ( Ada empat hal untuk memperoleh kebahagian hidup):
1. (ذكر الذنوب الماضية) :Orang yang selalu mengingat-ingat segala dosa yang telah dilakukan.
Dengan mengingat dosa maka akan menjadikan dirinya bertobat dan berhati hati untuk tidak melakukan perbuatan dosa, yaitu segala perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Karena dosa tersebut akan mengotori jiwa sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan Allah. Dosa akan menjauhkan dari barokah dan ampunan Allah SWT.

2. (ونسيان الحسنة): Orang yang melupakan perbuatan baik yang telah dilakukan.
Berbuat kebaikan adalah merupakan perintah Allah dan Allah yang akan memberikan balasan, janganlah merusak perbuatan baik karena ingin mengharapkan imbalan dari orang lain. Apalagi sampai menghitung-hitung perbuatan baik yang pernah dilakukan. Orang yang berbuat baik karena ingin mengharapkan balasan kebaikan dari orang yang bersangkutan maka akan hilanglah segala perbuatan baik yang telah dilakukan. Yang timbul adalah rasa benci, dendam dan akhlaq tercela lainnya.

3. (و نظره الى من هو فوقه فى الدين): Melihat kepada orang yang diatasnya dalam urusan agama.
Sebagai muslim jangan membanggakan dirinya dengan membandingkan dirinya dengan orang yang lebih jelek dalam urusan agama, karena bila hal ini dilakukan derajat keutamaan sebagi orang yang beriman dan bertaqwa akan menjadi turun. Bila dirinya berbuat baik lihatlah pada orang yang diatasnya maka akan muncul motivasi untuk meningkatkan amal ibadah kepada Allah.

4. (و نظره الى من هو دونه فى الدنيا ) : melihat kepada orang yang dibawahnya dalam urusan dunia.
Sebagai orang yang bertaqwa janganlah melihat kepada orang yang diatasnya dalam urusan dunia. Sesungguhnya harta benda, pangkat dan jabatan adalah merupakan karunia Allah yang patut untuk disyukuri. Kesyukuran ini akan semakin bertambah bila mau membandingkan dengan orang yang berada di bawahnya. Contoh dengan gaji yang telah diterimakan, terimalah dengan ikhlas jangan membandingkan dengan orang yang lebih besar gajinya, karena gaji kecil kalau diterima dengan ikhlas maka akan mendatangkan keberkahan.

3/27/2014

Tipe Pemimpin dan Anggota Rapat



Untuk menyampaikan penjelasan tentang suatu permasalahan, pemecahan masalah,untuk mengadakan perundingan terhadap suatu masalah perlu diselenggarakan rapat. Termasuk suatu kegiatan untuk menyamakan persepsi, melaksanakan koordinasi dan konsolidasi perlu diselenggarakan rapat. Oleh karena itu agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik perlunya seseorang yang bertindak sebagai pemimpin rapat. Pemimpin ini harus mengetahui duduk persoalan dan segala hal yang terkait didalamnya, baik yang diketahui dari pengamatannya sendiri maupun dari informasi orang lain.

Pemimpin rapat akan menentukan keberhasilan suatu rapat dan efektifitas kegiatan, sering kita temukan tipe-tipe pemimpin sebagai berikut:
1. Tipe otoriter
Tipe otoriter menganggap bahwa pemimpin adalah orang yang tahu segalanya, orang yang paling berkuasa. Pemimpin ini menganggap orang lain berada dalam kekuasaannya sehingga segala gerak langkah harus mengikuti kehendaknya. Pemimpin model ini tidak pernah memberikan kesempatan pada orang lain untuk memberikan pendapat, saran atau pandangannya. Sehingga kegiatan rapat hanya berjalan searah, yang mengakibatkan organisasi tidak bisa berkembang, statis karena hanya menunggu perintah dari atas.
2. Tipe demokratis
Tipe kepemimpinan ini memberikan kebebasan pada anggota untuk aktif dalam bicara dan menyampaikan saran, pendapat dan pandangannya. Anggota ikut menentukan tujuan dari suatu organisasi, pemimpin model ini berperan sebagai pembimbing, ia memberikan pengarahan, petunjuk, memberikan bantuan kepada para anggota organisasi. Pemimpin model ini terlibat langsung dalam proses interaksi.
3. Tipe liberal.
Pemimpin model ini cukup memberikan kebebasan pada anggota untuk menyampaikan aspirasi dan mengambil langkah-langkah sendiri dalam menghadapi suatu masalah. Pemimpin menyerahkan segala sesuatu kepada anggota, misalnya penentuan langkah-langkah, kegiatan-kegiatan yang akan diambil, sarana atau alat yang akan digunakan. Pemimpin liberal bersifat pasif, tidak ikut terlibat langsung dalam kegiatan organisasi, tidak mengambil inisiatif apapun. Pemimpin seakan hanya bertindak sebagai penonton saja.

Unsur-unsur rapat meliputi waktu, tempat, materi, peserta dan pemimpin satu sama lain saling keterkaitan. Waktu dan tempat harus jelas demikian pula hal-hal yang akan dibahas dalam rapat hendaknya sudah dirumuskan terlebih dahulu oleh panitia. Karena itu untuk membahas suatu materi diperlukan pemimpin rapat dan juga anggota. Pemimpin dan anggota saling keterkaitan, tanpa pemimpin anggota akan kehilangan arah, tanpa anggota siapa yang akan dipimpin.

Sering kali bila mengikuti rapat, kegiatan forum hanya didominasi oleh beberapa orang yang menyampaikan pendapat, terlibat langsung dalam diskusi, ada yang diam saja, atau ada yang sangat agresif. Ini semua merupakan dinamika dalam kehidupan berorganisasi, sehingga karena rapat itu adalah merupakan forum terbuka, maka setiap peserta rapat hendaknya menyiapkan diri dengan mental spiritual, tidak mudah terpancing oleh argumentasi orang lain. Pemimpin rapat hendaknya mengetahui beberapa macam tipe peserta rapat:
1. Tipe pemersatu
Tipe ini biasanya bertindak sebagai mediator, bila terdapat pandangan yang berbeda maka berusaha untuk menyatukan persepsi. Tipe ini mempunyai sifat jiwa besar, penuh pengertian, sabar, tekun, tholeransi yang besar.
2. Tipe pendengar.
Bersifat pasif, tidak terlibat dalam kegiatan organisasi, membiarkan orang lain untuk bicara, dan dirinya memilih untuk diam yang disebabkan karena kurangnya pengalaman, kurang pengetahuan, pemalu, kurang bergaul dan sebagainya.
3. Tipe pemberi semangat.
Tipe ini mempunyai kemauan dan kemampuan kerja yang cukup tinggi. Mempunyai moral dan disiplin kerja yang tinggi. Pandai membaca situasi, orangnya cukup berwibawa, disegani oleh siapa saja, oleh karena itu dia mempunyai pengaruh yang cukup besar di masyarakat.
4. Tipe pemberi informasi.
Sebagai penyalur informasi, pengetahuan dan wawasannya amat luas, orangnya mudah bergaul dan dapat dipercaya.
5. Tipe penyerang.
Tipe ini suka menyerang pendapat orang, atau memutus pembicaraan orang, dengan kondisi ini kadang menimbulkan permasalahan lain sehingga permasalahan semakin berkepanjangan dan sulit dicari jalan keluarnya. Bahkan kondisi ini yang sering menimbulkan perpecahan dalam suatu organisasi.

Agar rapat dapat berjalan dengan baik dan lancar serta menghasilkan keputusan yang mengakomodir kepentingan bersama, peserta rapat hendaknya menempatkan diri agar berfungsi dan berperan dengan baik:
1. Sebagai penyumbang pendapat.
Segala bentuk saran, usul dan masukan yang tidak diketahui oleh orang lain perlu disampaikan, termasuk kemungkinan kegagalan dan dampak negative dari keputusan yang akan dibuat. Untuk menyampaikan ini diperlukan keberanian, kemampuan berbicara agar dapat diterima orang lain. Banyak orang yang ahli tapi tidak berani atau tidak mau menyampaikan pendapatnya, sebaliknya banyak orang yang tidak tahu tapi menyampaikan pendapatnya yang sulit diterima oleh orang lain.
2. Sebagai penyimpul.
Setiap akhir rapat biasanya masih menjadi rumusan-rumusan mentah yang sulit untuk diterima, maka diperlukan rumusan-rumusan yang merupakan bentuk dari kesimpulan sehingga mudah dibaca, dipahami untuk selanjutnya dibuatkan keputusan untuk dilaksanakan.
3. Sebagai penyumbang data.
Rapat memerlukan data dalam wujud dan bentuk tertentu. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak yang sudah disiapkan sebelum pelaksanaan rapat. Data disiapkan secara khusus oleh peserta untuk menghimpun,dan menyiapkan data yang diperlukan. Data dapat disampaikan dalam bentuk tabel, daftar, grafik, gambar dan sebagainya.
4. Sebagai pembantu.
Seorang pemimpin rapat biasanya membutuhkan pendamping, yang berfungsi untuk memberikan pertimbangan, pengarahan, membantu pembagian tugas organisasi, menyiapkan data, menyiapkan peralatan yang diperlukan, membantu mengolah data yang diperlukan. Biasanya pendamping pemimpin ini bertindak sebagai pemandu acara rapat. (Basrah Lubis, Drs. H, Retorika Da’wah, CV Primadinar, Jakarta, 1993: 36-41)

3/26/2014

Uvoria Kehidupan Dunia



Fakta yang terjadi ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, kemajuan suatu bangsa yang ditandai dengan kemakmuran kehidupan masyarakat, dengan naiknya taraf ekonomi masyarakat. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi langsung dapat dinikmati oleh segelintir orang yang telah diberikan kesempatan oleh Allah untuk menikmati kemegahan kehidupan dunia. Namun yang disayangkan bahwa kenikmatan yang diberikan oleh Allah tersebut dipandang sesuatu yang abadi, bahkan segala macam cara dilakukan untuk pemenuhan hasratnya itu. Kadang diantara mereka mengesampingkan kehiduapan akherat yang merupakan kehidupan yang sesungguhnya. Untuk jelasnya kami muat dalam edisi khutbah Jum'at:

ألْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى أَلَّفَ بِالْاِسْلَامِ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَالَّذِى اَوْجَبَ بِالْاِتِّحَادِ وَحَرَّمَ التَّفَرُّقَ فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ هَدٰى مَنْ شَآءَ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُدَاعٍ اِلَى الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Setahap demi setahap, dari sedikit yang dilaksanakan dengan istiqomah, dimulai dari diri sendiri dan dimulai dari sekarang untuk berbalik dari perbuatan keji dan munkar, salah dan fitnah menuju pada jalan petunjuk Allah SWT. Insya-Allah dengan niat yang ikhlas, tekad yang bulat sesuatu yang berat akan menjadi ringat, sesuatu yang sulit akan menjadi mudah, segala yang asing akan menjadi kebiasaan. Yang akhirnya akan terwujud pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang pada akhirnya Allah akan memenuhi janjinya yaitu dengan mencurahkan rahmatnya bagi suatu penduduk yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
“ Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’rof: 96)

Fakta yang terjadi ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, kemajuan suatu bangsa yang ditandai dengan kemakmuran kehidupan masyarakat, dengan naiknya taraf ekonomi masyarakat. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi langsung dapat dinikmati oleh segelintir orang yang telah diberikan kesempatan oleh Allah untuk menikmati kemegahan kehidupan dunia. Namun yang disayangkan bahwa kenikmatan yang diberikan oleh Allah tersebut dipandang sesuatu yang abadi, bahkan segala macam cara dilakukan untuk pemenuhan hasratnya itu. Kadang diantara mereka mengesampingkan kehiduapan akherat yang merupakan kehidupan yang sesungguhnya, Allah SWT telah berfirman:

“ Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”. (QS. Al Hadid: 20)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dari ayat tersebut dapat kita ambil hikmahnya:
1. Bahwa kehidupan dunia itu sesuatu yang fana, suatu saat akan sirna. Harta benda, pangkat, tahta, jabatan dan wanita semua akan ditinggalkan atau akan meninggalkan.Tiada teman, saudara kecuali hanya amal perbuatannya, Rasulullah SAW pernah bersabda

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاثَةٌ : أَهْلُهُ وَمالُهُ وَعَمَلُهُ: فَيَرْجِعُ اثْنَانِ. وَيَبْقَى وَاحدٌ: يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ " متفقٌ عليه

“ Tiga perkara yang akan mengikuti mayat. Keluarga, harta benda, dan amal perbuatannya. Lantas yang dua akan kembali yang satu ikut kepadanya. Keluarga dan harta bendanya akan kembali, sedang amal perbuatnnya yang akan ikut dengannya”. (HR.Buchari Muslim).

Yang jadi pertanyaan, amal apakah itu, amal baik atau buruk? Bila amal baik maka akan menjadi pembela dan pelindung ketika berhadapan dengan pengadilan Allah, namun sebaliknya bila itu adalah amal buruk maka akan menjerumuskannya sehingga jatuh dalam siksa dan azab Allah SWT.

2. Allah SWT mengambil perumpamaan seperti air hujan yang dapat menumbuhkan beraneka macam tanaman, bahkan ketika musim kemarau, udara panas, tanah kering bahkan ada suatu wilayah yang mengalami kekurangan air bersih. Dalam kondisi seperti ini banyak tanaman yang mengering lalu mati. Namun ketika turun hujan tanaman kembali akan menghijau bahkan biji-bijian juga akan tumbuh. Hal seperti ini sangat mengagumkan khususnya bagi para petani. Namun kemudian amat mengherankan ketika hujan turun dengan lebatnya banyak tanaman yang menguning kemudian mati. Allah SWT berfirman:
“ Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”. (QS.Al Fathir: 5)

3. Alam akhirat itu untuk mewujudkan keadilan Allah, seluruh hamba Allah akan memperoleh balasan sesuai dengan amal perbuatannya dan sedikitpun tidak ada yang teraniaya:


“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al Zalzalah: 7-8)

4. Kehidupan dunia hanyalah tipu muslihat yang melalaikan, Allah berfirman:
“ Dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.(Al Ankabut: 64).
Rasul SAW bersabda:
أَللّٰهُمَّ لَا عَيْشَ اِلَّا عَيْشُ الْآخِرَةِ (متفق عليه)

“Ya Allah, tiada kehidupan yang sejati kecuali akherat (HR. Buchari Muslim)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Allah SWT adalah dzat yang Maha Adil dan Bijaksana, semua yang akan terjadi merupakan kehendak-Nya. Allah memberikan janji dan ancaman, Allah memberikan jalan yang baik dan buruk dan memberikan kebebasan kepada hamba-Nya untuk memilihnya. Ingin memperoleh rahmat Allah maka jalankan perintah Allah, ikuti sunnah rasul, maka akan selamat didunia dan diakherat, di dunia akan dimuliakan oleh Allah demikian pula di akhirat.
Kehidupan dunia itu diibaratkan seperti orang yang berhenti untuk minum, namun dengan waktu yang singkat itu untuk meraih keutamaan dan kemuliaan yang lebih banyak, karena setiap amal baik manusia akan dilipatgandakan oleh Allah. Karena itu untuk meraih semua itu tiada jalan lain agar senantiasa melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, serta berupaya untuk meraih keutamaan dengan menjalankan ibadah-ibadah sunnah yang telah digariskan oleh Allah dan rasulnya.
Akhirnya mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat kenikmatan bukan jalannya orang-orang yang dimurkai oleh Allah SWT, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.