8/10/2013

Shilaturahmi Saat Berlebaran


Sudah menjadi tradisi umat Islam khususnya di Indonesia, bahwa setiap selesainya ibadah puasa, maka tiba saatnya waktu berlebaran. Idul Fitri yang menandakan kembalinya jiwa manusia pada kondisi fitrah. Sehingga setiap kali berjumpa dan menemui saudara, teman atau siapa saja sering mengucapkan kata:

تقبل الله منا ومنكم جعلنا الله واياكم من العائدين و الفائزين

“Taqabbalallahu minna waminkum, ja’alanallahu minna waminkum minal ‘aidin wal faizin”. Semoga Allah SWT menerima amalku dan kamu semua, dan Allah mengembalikan kita semua kedalam kesucian dan keberuntungan. Atau kadang menggunakn bahasa campuran sugeng riyadi, minal ‘aidin wal faizin. Inilah ungkapan ketulusan yang muncul dari lubuk hati, bahkan kadang dengan keikhlasan besimpuh didepan para sesepuh, menyadari bahwa masing-masing diri adalah berasal dari satu keturunan, masing-masing diantara kita adalah bersaudara, dan keterikatan oleh tali shilaturahim atau persaudaraan ini, maka khusus persaudaraan sesama muslim digambarkan seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan, bila salah satu anggota tubuh sakit maka yang lain juga akan ikut merasakan sakit.

Proses interaksi sosial antara sesama anggota masyarakat, baik itu dilingkungan masyarakat, sekolah, kantor, atau dimana saja, sering kali manusia melakukan perbuatan kesalahan yang bisa jadi akan menyinggung orang lain, baik orang lain mengetahuinya atau mereka tidak mengetahui, maka merupakan kesempatan ketika lebaran sudah menjadi tradisi untuk saling berkunjung. Yang muda mengunjungi pada yang tua, pagawai pada atasannya dan sebagainya. Namun satu hal yang sering dilupakan siapakah yang paling utama untuk dikunjungi, siapa yang paling utama untuk dimintai maaf:
1. Kedua orang tua adalah prioritas utama kemudian kepada kakek atau neneknya.
2. Saudara dekat baik itu pak de, pak lik, bu de, bulik, mas, mbak dan para tetangga terdekat.
3. Para guru, saudara yang bertempat jauh begitu juga teman yang jauh.

Mengapa kita harus menentukan prioritas, hal ini karena dalam pergaulan dimasyarakat orang terdekatlah yang sering bersinggungan, setiap hari saling tegur sapa, berkata dan bercakap-cakap dengannya, melihat, semua bentuk aktifitas panca indra manusia sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan. Tidak selamanya manusia mempunyai waktu dan kesempatan yang luang, hati yang lapang untuk menerima orang lain, sehingga sangat wajar bila orang terdekat itulah yang prioritas untuk kita mintai maaf.
Saat hari Raya Idul Fitri, kebanyakan diantara kita menjadi tamu atau menerima tamu, kedua hal tersebut mempunyai posisi yang strategis. Hak bagi tamu adalah untuk diterima dengan baik dan kewajiban bagi tuan rumah untuk memulyakan tamu. Rasulullah SAW pernah bersabda:

من كان يؤمن بالله واليومالاخر فليكرم ضيفه ومن كانيؤمن بالله واليومالاخر فليصل رحمه ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيرا اوليسمت (متفق عليه)

“ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamu, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka sambunglah tali persaudaraan, barang siapa beriman kepada Allah dan hari kemudian maka berkatalah yang baik (bila tidak bisa) lebih baik diam”. (HR. Buchari Muslim)

Bagaimanakah cara memuliakan tamu:
1. Sambutlah mereka dengan ramah, bila mereka berniat baik maka terimalah dengan baik. Sambutlah dengan perkaaan, mimik yang baik, syukur disuguhi dengan minuman atau makanan.
Kita dapat meneladani para rasul sebelum nabi Muhammad SAW:
• Nabi Ibrahim ketika menerima tamu yang belum dikenal:
• Nabi Luth ketika menerima kunjungan para malaikat.

2. Berilah pada semua tamu dengan hak yang sama, terutama pada hari lebaran, banyak sekali tamu yang datang, bahkan kadang lupa siapakah tamunya tersebut. Karena bila dahulu kala ketika bertamu masih kecil dan bersama dengan orang tuanya, namun sekarang sudah menjadi anak yang dewasa, hal ini memungkinkan bagi orang tua sudah lupa. Berilah kesempataan kepada mereka untuk memperkenalkan diri, bila perlu kita juga mengenalkan anak,istri atau cucu kepada tamunya, sehingga akan terjalin rasa persaudaraan, dan menyadari bahwa kita adalah saudara. Sehingga dengan meruntut saudara inipun juga akan menambah iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita yang berasal dari satu keturunan, sekarang sudah tersebar luas diseluruh penjuru dunia, dibedakan oleh batas teritorial, suku, bangsa dan agama, namun sesungguhnya semua itu berasal dari satu keturunan yaitu nabi Adam. Nabi Adam berasal dari zat yang Maha Satu, yang tidak diadakan oleh zat yang lain. Zat yang satu itu adalah Allah SWT yang berdiri sendiri, tidak diadakan oleh yang lain.

3. Prioritaskan para tamu dari segala jenis entertainmen, kita menyadari bahwa ketika lebaran tiba maka TV menampilkan tayangan yang begitu memikat, sehingga kadangkala para tamu ditemani dengan tayangan TV. Sehingga percakapan dan dialog tertuju pada para artis, bintang film, politikus. Sehingga lupa menanyakan asal-usul para tamu, bahkan yang lebih ngeri lagi pembicaraan akan mengarah pada tindakan menghibah orang lain. Sehingga di hari fitri itu bagi kita akan menjadi noda karena langkah para syetan untuk menjerat bani Adam bisa terwujud, dendamnya selama bulan Ramadhan di belenggu kembali terlampiaskan. Kita ingatkan dengan sabda Rasul Bahwa ketika datang satu Syawal para iblis berkata:

ان ابليس عليه اللعنة يصيح فى كل يوم عيد فيجتمع اهله عنده فيقولون: يا سيدنا من اغضبك انانكسره فيقول لا شىء واكن الله تعالى قد غفر لهذه الامة فى هذااليوم فعليكم ان تشغلوهم باللذات والثهوات وشرب الخمر حتى يبغضهم الله


" Sungguh, iblis yang terlaknat berteriak-teriak saat Idul Fitri tiba. Lalu berkumpullah anak buahnya dan bertanya, wahai tuanku, siapa gerangan yang membuat paduka marah-marah akan kami pecahkan kepalanya. Iblis menjawab, tidak ada apa-apa. Hanya saja Tuhan telah memberi ampun kepada umat manusia hari ini. Maka kalian harus menjadikan mereka sibuk dengan kesenangan, nafsu syahwat dan mabuk-mabukan, agar Tuhan murka".


Oleh karena itu ketika menyambut tamu saat lebaran lebih baik TV untuk dimatikan, karena amat disayangkan bila kesempatan satu tahun sekali disia-siakan. Kita ketemu dengan saudara, teman, kerabat yang sekian lama tidak ketemu.
Disamping hak bagi tuan rumah terhadap para tamu, perlu juga diketahui etika para tamu yaitu untuk tidak berbuat kegaduhan ditempat saudaranya, rasul bersabda:

ولا يحل مسلم ان يقيم عند اخيه حتى يؤثمه, قالوا: يارسول الله, وكيف يؤثمه؟ قال يقيم عنده ولا شيئ له يقريه به (روا مسلم


“ Orang Islam tidak halal bertempat dirumah saudaranya (teman yang muslim) sehingga melakukan perbuatan dosa. Para (sahabat yang mendengar) mengatakan: Ya Rasul apa yang dimaksud dengan berbuat dosa? Rasul menjawab, orang tersebut menginap di rumah saudara dan saudaranya tidak mempunyai makanan. (HR. Muslim).

والضيافة ثلاثة ايام فما كان وراء ذالك فهو صدقة عليه (متفق عليه


“ Menyuguh tamu itu hanya tiga hari, lebih dari tiga hari termasuk shadaqah baginya (Bukhari Muslim).


Sesungguhnya Allah SWT tidak mengutamakan seseorang dari keturunan, ras, suku bangsa, bahasa namun Allah hanya melihat dari ketaqwaannya. Hal ini tersebut didalam Alquran surat Al Hujurat ayat 13:

ياايها الناس انا خلقناكم من ذ كر او انثى وجعلناكم شعوبا وقباالى لتعارفوا, ان اكرمكم عند الله اتقاكم ان الله عليم خبير

“ Wahai sekalian manusia sesunggunya, Aku menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan berseuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha mengetahui dan maha waspada.”