Pada suatu bangsa di Rumah Sakit dr. Sardjito Jogjakarta, di bangsal kelas 2, yang satu ruang ditempati oleh dua orang pasien rawat inap. Di bangsal rumah sakit, pasien diperkenankan untuk ditemani oleh maksimal dua orang anggota keluarga, kecuali pada waktu bangsal dibersihkan, maka semua penunggu diharuskan untuk keluar ruangan.
Di bangsal kelas tersebut kebetulan ditempati oleh dua orang apsien yang mempunyai keyakinan berbeda, satu pasien beragama Islam dan yang satunya beragama Katholik. Didalam hubungan sosial tidak menjadi masalah, karena sebagai warga negara Indonesia menjunjung tingggi semangat kerukunan antar umat beragama, tholeransi umat beragama. Dalam bidang sosial bisa saling menolong, namun untuk bidang aqidah adalah urusannya masing-masing.
Dalam keluarga yang berbeda agama itu nampaknya merupakan keluarga yang taat beragama. Pada suatu saat pasien yang beragama Katholik menceritakan ada salah seorang yang baru saja memeluk agama Katholik. Sebut saja wanita tersebut bernama Marlita yang sebelumnya beragama Hindhu, pada suatu saat dia begitu mantap dengan agama Katholik, ketika mendapatkan anugerah dan kenikmatan, dengan segera mengucapkan
Puji Tuhan. Dia yakin bahwa dalam setiap doanya didengarkan Tuhan dan Tuhanpun dengan segera mengabulkan doanya.
Babak ujian keimanan
Suatu saat orang tua Marlita sakit,
Tuhan, ada apa ini? Kata singkat ini penuh dengan makna, dalam hatinya dia protes katanya Tuhan Maha Pengasih tetapi mengapa dia memberikan cobaan yang demikian, Marlita berdoa agar diri dan keluarganya selalu diberikan kesejahteraan, ternyata yang didapat orang tuanya sakit yang tak kunjung sembuh. Maka dia protes,
Tuhan ada apa ini? Seakan dia tidak terima dengan kenyataan yang sedang terjadi.
Dalam perjalanan selanjutnya orang tuanya berangsur-angsur kesehatannya mulai pulih, diapun segera mengatakan,
Puji Tuhan. Baru saja orang tuanya mulai sehat, anaknya mendadak sakit, demam panas, bahkan sekali-sekali sempat kejang-kejang, dalam hatinya panik, dan entah ucapan apa lagi yang akan diucapkan. Ketika hatinya sedang kalut, tiba- tiba hand phone-nya berdering, ternyata yang memanggil adalah suster yang membimbingnya hingga dia masuk agama Katholik sampai pada pembinaan mental rohaninya..
Dalam percakapan itu suster manyampaikan turut berbahagia karena orang tuanya sudah sehat kembali, ucapan dari suster ini ternyata tidak mengurangi rasa gelisah di dalam hati, karena anaknya sakit. Dia ingin menyampaikan kabar, bahwa anaknya sakit, tetapi tidak ada jeda dari ucapan suster, tentunya dia mendengarkan kata-kata suster namun tidak fokus, karena didalam hatinya berkata, mengapa dia bicara terus, kapan saya bicaranya? Setelah kata-kata manis dari suster yang berusaha untuk membersarkan hati, barulah ada jeda kata dari suster sehingga dia menyela pembicaraan. Dengan menyampaikan berita bahwa sekarang anaknya sakit dan sedang si rawat di rumah sakit.
Dengan spontan suster menanyakan, sakit apa, mulai kapan, mengapa sakit. Satu persatu pertanyaan di jawab, dan sampai pada pertanyaan
“mengapa sakit”? ternyata kata kata yang muncul’
“Tuhan itu embuh, embuh itu adalah bahasa Jawa yang berarti masa bodoh, tidak mau tahu, tidak peduli dan ungkapan-ungkapan lain yang bermakna negative.
Mengapa pertanyaan mengapa sakit, jawabannya tidak wajar, karena didalam hatinya ada gejolak, protes pada Tuhan, mengapa setelah masuk agama Katholik cobaannya selalu datang silih berganti. Apakah ini ujian yang harus dilalui, sampai kapakah akan berakhir cobaan itu? Inilah pertanyaan pada umumnya orang-orang yang sedang mengalami cobaan, ujian. Yang kadang cobaan itu datang silih berganti, satu cobaan menyusul cobaan yang lain. Bila cobaan itu mengenai orang-orang yang sudah kuat imannya maka dia akan bersabar, tetapi bagi orang-orang yang keimanannya masih rapuh maka akan berkeluh kesah, berputus asa, apatis, psimistis dan sebagainya.
Pembinaan terhadap mualaf
Didalam Islampun seorang mualaf harus selalu dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar. Setiap orang pemeluk agama tertentu bila mendapat pengikut baru dari orang yang beragama lain kemudian masuk agama baru. Tak jarang ketika masuk agama baru karena mempunyai motive tertentu, bukan karena keyakinan yang muncul dan kemudian tumbuh. Motive memeluk agama baru karena uang, pekerjaan, syarat nikah, untuk memperoleh pengakuan dalam keluarga, karena politik dan sebagainya. Katakanlah seandainya ada seorang mualaf (orang yang baru masuk Islam) karena motive yang demikian maka keyakinannya sangat rapuh, tidak mempunyai pendirian, apalagi semangat memperjuangkan atau berjuang dalam agama barunya. Bahkan kadang agama hanya sebagai simbol saja. Karena itu orang yang demikian perlu selalu dibimbing dan dibina agar mempunyai religion experience. Pengalaman keagamaan ini akan didapat ketika secara konsisten melaksanakan ajaran Islam mulai dari hal-hal yang kecil dan dimulai dari saat ini, ada beberapa contoh pengalaman beragama seseorang yang semakin menggiatkan idiologi mereka:
- Seorang muslim merasakan manfaat wudhu, dimana dapat menghilangkan rasa kantuk, dapat menjaga kebersihan, dapat menciptakan kesegaran, dapat menghilangkan dosa kecil dan sebagainya.
- Seorang muslim merasakan ketenangan setelah menegakkan shalat, dimana dirinya senantiasa merasa diawasi, dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar, dimanapun dan kapanpun berada, dirinya akan berhati-hati dan berfikir ulang ketika akan melaksanakan hal-hal yang dimurkai Allah.
- Seorang muslim merasakan ketenangan setelah melaksanakan zikir bilisan, lisan akan terjaga dari perkataaan yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
- Seorang muslim ketika membaca atau mendengarkan ayat-ayat Alquran dibaca, didalam hatinya merasakan ketenangan. Demikian juga muncul keinginan untuk mengetahui isi kandunyan Alquran.
- Orang muslim ingin selalu menegakkan shalat yang berkualitas yaitu shalat untuk mencapai derajat khusuk. Karena itu senantiasa menegakkan shalat-shalat sunnahnya dan meningkatkan bacaan zikir.
- Seorang muslim akan merasakan indahnya dapat berzakat yang dapat membersihkan diri dan hartanya. Dan dapat meningkatkan shadaqah karena didalam dirinya merasa yakin bahwa dengan bersedekah rizkinya akan ditambah oleh Allah SWT.
- Seorang muslim yang melaksanakan puasa akan merasakan dirinya sebagai orang yang berkecukupan, setiap hari dapat makan dan minum dengan kenyang, sekaliapun yang dimakan hanya sekedarnya saja. Karena didalam bulan puasa Allah tidak membedakan antara orang yang kaya dan miskin, semuanya pasti merasakan lapar dan dahaga. Karena itu setiap orang dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
- Seorang muslim yang sedang melaksanakan ibadah haji, akan merasakan kedekatannya kepada Allah SWT.
Dari hal-hal kecil dapat dilaksanakan, sehingga akan menemukan sesuatu yang lain, sesuatu yang belum pernah diarasakan sebelumnya, sesuatu yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata dan disampaikan dengan lisan. Dan hanya diri sendiri yang merasakan ini. Artinya bahwa mualaf tersebut berupaya untuk meraih hidayah dan akhirnya Allah memberikan hidayah dengan keyakinan yang mantap dan keyakinan yang mantap ini kemudian tertanan, terucap dalam kata-kata dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.