Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

5/27/2020

Belajar Shalat Membiasakan Untuk Disiplin Bagian I


Shalat adalah salah satu ibadah yang tidak akan ada habis-habisnya. Betapa agung nilai ibadah shalat, sehingga untuk melaksanakannya perlu pendidikan, pelatihan dan pembiasaan yang tidak ada henti-hentinya. Ibadah shalat selalu berkaitan dengan kondisi mental dan spiritual. Ibadah shalat dikerjakan secara total, aktivitas fisik dimulai dari takbiratul ihram hingga salam merupakan aktivitas rutin yang tidak boleh diganti dengan aktivitas lain kecuali orang-orang yang mendapatkan rukhsah karena mengalami masyaqat untuk tidak melaksanakan shalat sebagaimana mestinya.

Aktivitas rohani berkaitan dengan kondisi mental spiritual, aktivitas rohani menyertai aktivitas fisik. Maka bila antara aktivitas fisik dan rohani tidak sejalan, ibadah shalat menjadi tidak khusyuk, karena itu menjadi sulit untuk membedakan antara orang yang sudah melaksanakan shalat dengan yang tidak melaksanakan shalat. Yang semestinya dalam Aktivitas keseharian akan berbeda, karena shalat seharusnya dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar tetapi faktanya yang terjadi terkadang “shalat terus maksiat tetap jalan”.

Belajar shalat
Belajar shalat merupakan proses atau usaha dari tidak tahu agar menjadi tahu, dari sudah tahu agar menjadi paham, dari paham untuk dilaksanakan, dari keterpaksaan menjadi keikhlasan. Belajar shalat biasanya diterapkan bagi kelompok anak-anak, dia tidak tahu kaifiyah dan bacaannya, dia belum paham tentang makna shalat sehingga usia anak-anak biasanya pembelajaran hanya terbatas pada ibadah lahir, gerakan, bacaan, ibadah batin belum bisa di belum terjangkau.

Dari pembelajaran itu dan dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan, setelah mendengar waktu shalat segera bergegas untuk menegakkan shalat. Ibadah shalat pada anak-anak biasanya terpengaruh oleh situasi dan kondisi dari lingkungan, shalat pada anak-anak rentan dengan perubahan. Bila berjajar dengan teman yang suka bermain, ia pun akan ikut bermain, bahkan bila mendengar temannya batuk maka akan pura-pura batuk, teman lain pun juga ikut batuk. Sehingga sering ditemuai dalam pelaksanaan shalat berjama’ah tersedngar suara batuk yang bersahut-sahutan karena tingkah anak-anak.

Pada suatu saat seorang ayah mengajak pada anaknya untuk menegakkan shalat, anak pun segera berwudhu dan setelah berwudhu segera berdiri di belakang ayahnya untuk shalat. Ayahnya mengucapkan takbiratul ihram menandai bahwa shalat sudah dimulai anaknya sebagai makmum ikut takbiratul ihram. Tetapi kemudian terdengar bunyi “rengeng-rengeng” seperti sedang menyanyi, tidak begitu jelas, tetapi bukan bacaan shalat. Kebetulan anaknya sebelum shalat baru saja melihat tayangan di TV sehingga mungkin masih terbawa ketika shalat. Ayahnya mengucapkan Allahu Akbar menandakan untuk ruku’, sampai duduk akhir masih terdengar suara rengeng- rengeng. Setelah selesai shalat sang ayah menanyakan pada anaknya tadi kamu membaca apa? Anaknya menjawab “memikirkan sesuatu”. Ini sebagai contoh bahwa shalatnya anak kecil sangat terpengaruh dengan lingkungan dan ternyata pada orang tua pun konsentrasinya menjadi terpecah.

Belajar shalat tidak akan ada ada ada habisnya pada awalnya tahu kaifiyahnya dan bacaannya. Bagaimana menjaga kaifiyahnya dan bacaan sesuai dengan yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, sadar dengan apa yang dilakukan, tahu dengan yang dibacanya. Kaifiyah shalat dijaga, i'tidal dan tuma'ninah nya demikian, pula bacaan shalat hendaknya jelas dan dapat dipahami dari itu memerlukan pembelajaran dan pelatihan.

Pembelajaran dan pelatihan untuk selalu dijaga dan dilestarikan, setelah itu akan selalu berupaya menyatukan antara gerakan lahir dengan menghadirkan hati, karena sering terjadi bahwa jasad nya berada di tempat shalat, namun hati dan pikirannya kemana-mana. Hati sibuk dengan urusannya, pikiran juga sibuk dengan urusannya. Padahal shalat adalah mi’rajnya bagi orang-orang mu’min. maka satukanlah jasat, hati, bacaan dan gerakan sedang menghadap Allah SWT. Lihat Belajar Shalat dan Sempurnakan Wudhu Bagian II

5/20/2020

Tinggalkan Kesenangan Sesaat, Raih Kebahagiaan Selamanya



Tradisi menyambut Idul Fitri dengan persiapan makanan, pakaian, perhiasan berlangsung secara turun-temurun. Padahal yang seharusnya Idul Fitri adalah kembali pada kesucian, untuk mendapat ampunan Allah. Idul Fitri mulai menapaki hidup dan suasana yang baru, dapat melanjutkan ibadah puasa Ramadhan dan segala amaliah untuk dilaksanakan diluar bulan Ramadhan.

Setelah selesai puasa Ramadan, mulai bergegas untuk puasa tanggal 2-7 Syawal, dengan melaksanakan puasa sunah, puasa Senin Kamis, puasa Dawud, puasa tengah bulan. Shalat tarawih dilanjutkan dengan shalat hajad, tahajud, istikharah dan lainnya. Tadarus Alquran untuk dibiasakan, pengelolaan zakat fitrah dengan meningkatkan infaq dan shadaqah. Sehingga Idul Fitri bukan menjadi bar-baran (semuanya sudah selesai), puasanya sudah bar, tadarus nya sudah bar, infaq shadaqahnya sudah bar, semua amal ibadah menjadi bar atau berakhir dan akan kembali pada tahun yang akan datang.

Puasa Ramadhan dengan segala amaliyahnya menjadi kegiatan-kegiatan ibadah yang belum dikondisikan kelanjutannya, kadang organ tubuh belum siap menerima keadaan. Shalat tarawih biasanya ramai pada minggu pertama, tadarus Alquran hanya pada bulan Ramadhan, infaq shadaqah hanya pada bulan Ramadhan dan semua amaliah yang baik hanya tinggal kenangan saja. Setelah selesai puasa Ramadhan diawali dengan memasuki 1 Syawal perilaku israf dipupuk kembali.

Sikap Frontal
Ibadah puasa Ramadhan pada tahun 1441 H/2020 M sangat berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana gema dan gebyar Ramadhan terjadi dimana-mana, shalat tarawih, tadarus Alquran, majelis taklim, nuzulul Qur’an, salat berjamaah, pada tahun tersebut dan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun ini menjadi tahun berbeda, dimana setiap ibadah biasanya dipusatkan di masjid/ musholla tetapi pada tahun ini dihimbau untuk dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing.

Pemerintah dan lembaga keagamaan telah memberikan himbauan namun ternyata masih banyak umat Islam yang tidak menghiraukan himbauan tersebut. Perkumpulan orang-orang tetap dilaksanakan, shalat Jum’at, tarowih, tadarus Alquran dilaksanakan secara bergerombol, majlis taklim. Pada umumnya mereka tidak mau meninggalkan momentum penting pada bulan Ramadhan. Ibadah yang penuh berkah tetap dilaksanakan seakan-akan tidak ada wabah pandemi Covid-19.

Keyakinanpun menjadi sikap frontal, tidak mau mengikuti himbauan dari pemerintah dan MUI, memang banyak orang yang menyayangkan meninggalkan amaliyah ibadah di bulan Ramadhan. Namun satu sisi berusaha melakukan kebaikan dan amal shalih, tetapi idak menghiraukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, tidak menghiraukan seruan amaliah di bulan Ramadhan.

Kenangan Sesaat
Lebaran tahun ini berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana aktivitas dan gerak dibatasi karena adanya wabah pandemi virus corona/ Covid- 19. Untuk melawan dan menghentikan penyebarannya dengan pengurangan aktivitas kegiatan sosial, perkumpulan, sosial distancing, PSBB bahkan lock down. Pembatasan ini juga harus dengan kesadaran diri untuk meninggalkan kesenangan sesaat yang bisa jadi akan menimbulkan musibah, bencana pada masa yang akan datang. Demikian pula Idul Fitri hendaknya dirayakan dengan kondisi yang sederhana. Mulai dari makan, minum, pakaian, perhiasan dengan yang sudah ada atau apa adanya. Tidak perlu terlalu fokus pada kegiatan pesta, makan-makan, minum dan saling berkunjung.

Ada pesan Idul Fitri yang disampaikan lewat lagu lama yang dinyanyikan oleh Dea Ananda:

Baju baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama

Sepatu baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada sepatu yang lama

Potong ayam Alhamdulillah
Untuk dimakan di hari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada telur ayamnya

Bikin kue alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak bikin pun tak apa-apa
Masih ada singkong goreng nya

Ref:
Hari raya Idul Fitri
Bukan untuk berpesta- pesta
Yang penting maafnya lahir batinnya

Untuk apa berpesta-pesta
Kalau kalah puasanya
Malu kita kepada Allah yang esa.

Kupat sayur alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada nasi uduknya

Pembatasan dan pengendalian diri sebagai hasil dari pelaksanaan ibadah puasa, dimana puasa merupakan tameng dari perbuatan yang tidak baik, puasa melatih berbuat sabar dan ikhlas, puasa mewujudkan kepedulian sosial dan empati, puasa untuk pensucian rohani dari hawa nafsu yang tidak baik. Selama 1 bulan umat Islam telah dilatih atau melatih diri, menerpa diri dengan akhlak dan perilaku yang terpuji dengan landasan iman dan taqwa kepada Allah.

Kesederhanaan dalam makan, minum, pakaian dan penampilan bukan karena menghadapi pandemi, tetapi seungguhnya merupakan perintah agama. Sederhana bukan berarti bahil tetapi untuk selalu memupuk kedermawanan, jiwa sosial, empati dan ukhuwah bersama. Kita tidak tahu sampai kapan wabah pandemic Covid-19 akan berakhir. Ilmuan dunia belum menemukan vaksin, semua orang hanya bisa antisipati, jaga diri dengan mengikuti himbauan ulama’ dan umara’.

Memang kadang tidak ikhlas untuk meninggalkan atau mengalihkan kebiasaan yang sudah berjalan dengan baik, shalat Jum’at, shalat berjamaah di masjid/ musholla, shalat tarorih, pemberian kupon infaq sedekah, shalad Id di masjid dan lapangan terbuka, shilaturahim, halal bihalal. Semua ini adalah ibadah yang sudah mentradisi dan tradisi yang sudah membudaya. Tak aneh bila melihat selebaran dan himbauan untuk tidak menyelenggarakan kegiatan atau mendengar himbauan, banyak orang yang menanggapi dengan sinis. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya semua orang untuk dapat menerima dengan ikhlas. Ingat bahwa pengorbanan ini untuk kepentingan jangka panjang dan kepentingan orang banyak. Masih banyak jalan untuk mendapat kebaikan dan masih banyak cara untuk membuat kebaikan.

Tidak shalat Jumat tetapi menegakkan shalat dhuhur, tidah shalat bejamaah di masjid/ musholla tetapi selalu menjaga shalat jamaah di keluarga, tidak shalat tarowih di masjid/ musholla tetapi selalu menegakkan shalat tarowih bersama anggota keluarga, zakat, infaq dan sedekah diamanatkan kepada lembaga amil zakat, shalat Idul Fitri dilaksanakan di keluarga, shilaturahim untuk dibatasi, halal bihalal secara on line.

Sesungguhnya yang membedakan hanyalah ibadah yang bernuansa sosial, sekalipun tidak ada shilaturahim semoga shilaturahim tetap terjaga. Jaga diri dan keluarga tingkatkan peduli pada orang lain. Tinggalkan kesenangan sesaat untuk meraih kebahagiaan masa depan lebih baik. Jangan anggap enteng sesuatu yang sudah jelas berbahaya, tidak ada yang dapat mencegah musibah dan bahaya kecuali kita diwajibkan untuk berusaha, berikhtiar dan tawakal. Semoga pandemic segera berakhir.

5/18/2020

Karena Malas Jadi Ambyar


Kata malas sering diungkapkan atau diucapkan oleh siapapun yang kadang tanpa disengaja. Kata yang mudah keluar dari mulut secara reflek, tanpa disadari bahwa efek dari ucapan itu dirasa sangat berat. Malas adalah salah satu sifat buruk yang ada pada manusia. Rajin adalah kebalikan dari malas. Waktu belajar di sekolah dasar di sana dikenalkan dengan peribahasa, rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh, hemat pangkal kaya. Kalimat itu masih membekas dan kadang bisa menjadi sumber inspirasi dan nasihat bagi anak-anak.

Kata ini sangat penting untuk dicermati, ketika sedang menghadapi permasalahan, sedang menerima tugas, akan menjawab malas, capek. Ada anak sekolah, setelah pulang sekolah disuruh oleh orang tuanya untuk segera berganti pakaian dan membantu orang tuanya, anak menjawab, malas, capek. Orang yang sudah hidup berumah tangga pagi hari enak-enakan tidur di tempat tidur atau duduk- duduk, santai sambil nonton TV dan lain sebagainya sehingga ketika diingatkan untuk beraktifitas, jawabnya malas. Jawaban ini sangat mudah untuk diucapkan, tanpa disadari bahwa sebenarnya apa yang diucapkan itu menjadi doa yang bisa jadi akan menjadi kenyataan.

Hendaknya ketika sedang capek, bagaimanakah dari sikap apatis menjadi dinamis, pesimis menjadi optimis, negative menjadi positif. Dengan maksud bahwa kata-kata dan ucapan akan menjadi sumber kebaikan dan keberkahan. Setelah istirahat nanti akan saya kerjakan, atau sebentar, saya relaksasi dulu biar tambah fres dan dapat inspirasi. Jadi sekalipun terasa capek, malas namun tetap ada dorongan untuk menyelesaikan tugas. Karena biasanya bila sudah keluar kata capek, malas maka kekuatan akan hilang.

Efek dari sikap malas.
Ucapan malas ini pun juga akan menjadi di doa, karena sikap malas sebenarnya akan menjadikan suatu permasalahan semakin menumpuk, pekerjaan akan tertunda, tugas akan ditunda, apapun akan tertunda, padahal tugas dan pekerjaan ini adalah suatu kewajiban yang harus diselesaikan. Kalau sudah sampai date linenya padahal belum ada realisasi atau tindakan untuk menyelesaikan. Maka akan memunculkan masalah-maslah baru, tugas-tugas baru sehingga membutuhkan waktu, tenaga, fikiran, biaya yang ekstra untuk menyelesaikannya. Dengan demikian akan berefek kesehatan, hubungan sosial dan kinerja.

Terlalu banyak pikiran maka akan mengganggu metabolisme tubuh. Contohnya akan terkena masuk angin, sakit maag, asam lambungnya naik, akan terkena hipertensi, diabetes, jantung dan sebagainya. Kemudian dari segi social, karena sibuk dengan urusan untuk menyelesaikan masalah, maka hubungan sosial menjadi renggang. Bahkan ketika bertemu dengan teman, sahabat, kerabat, saudara dengan siapapun. Raut muka Nampak carut-marut, tidak ada wajah ceria, yang ada adalah wajah serius, tegang menghadapi masalah untuk segera diselesaikan. Kemudian dari segi biaya pun orang yang seperti itu akan mengeluarkan biaya semakin banyak, karena untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk tentu membutuhkan suplemen makanan, agar kondisinya tetap fit.

Bita lihat kesuksesan seseorang, sesunggunya sukses itu bukan hanya di hayalkan dan direnungkan, tetapi butuh usaha, ikhtiar yang sungguh-sungguh, dilaksanakan dengan kedisplinan. Suatu kesulitan atau suatu hal yang seakan tidak bisa diatasi, apadahal itu hanyalah suatu bayangan fatamorgana. Ada seoarang sarjana S1 dia ternyata bisa bekerja pada bidang yang tidak dipelajari waktu sekolah dan kuliah, jauh melenceng dari disiplin ilmu yang dipelajari. Namun justru dari bangku sekolah dan kuliah itulah bisa merubah mind set, bahwa selagi mau mencoba, mau berusaha dengan sungguh-sungguh pasti bisa. Tidak ada yang tidak bisa terhadap sesuatu yang kelihatan. Yakinlah bahwa suatu yang nampak bisa dipelajari dan bisa dilakukan. Semamin sulit maka disitulah ujian bagi orang-orang yang berilmu.

Seorang professor, dia menjadi profesor bukan dengan serta-merta memperoleh gelar, tapi harus melalui proses, bagaimana mengelola diri terhadap waktu, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Allah itu menciptakan waktu bagi makhluk-Nya itu sama, sehari semalam 24 jam. Tetapi dari waktu 24 jam itu ada yang bisa mengelola waktu bisa memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang baik. Contoh selalu membiasakan diri untuk bangun tidur lebih awal. Sebelum melaksanakan salat subuh selalu membiasakan diri untuk memanfaatkan waktu sepertiga malam yang terakhir untuk bermunajat kepada Allah, melakukan salat lail, berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk, kemudahan dalam segala urusan, diberikan petunjuk di dalam menjalani kehidupan di dunia, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun untuk orang lain.

Setelah salat subuh dilakukan secara berjamaah, kemudian melaksanakan tadarus Alquran, membaca buku membaca kitab atau mengikuti kajian jadi antara waktu subuh sampai matahari terbit selalu digunakan untuk merenungi diri, untuk mengasah otak pikiran, menjauhkan diri dari tempat tidur. Coba kalau dihitung dari segi waktu, berapa jam orang tersebut tidur dalam sehari semalam, mungkin hanya 3 sampai 6 jam sudah cukup, mengapa? Karena tidur yang berkualitas, tidur yang memang dilandasi dengan sunnah rasul. Banyak orang yang yang menggunakan waktu 24 jam waktu yang diberikan Allah, tetapi lebih banyak digunakan untuk tidur, untuk bermalas-malasan, maka yang terjadi mendapat kesulitan untuk bisa meraih cita-cita yang diharapkan.

Sesungguhnya malas itu merupakan penyakit hati yang harus diperangi, memang malas itu berkaitan dengan vitalitas tubuh, penyakit yang menyertai adalah mengantuk. Kalau mengantuk memang kurang istirahat obatnya untuk beristirahat, ngantuknya karena terlalu kenyang maka kurangi makannya, bila mengantuk tanpa sebab maka dicari sebab-sebabnya. Agar waktu yang dimiliki dapat lebih bermanfaat, karena malas bisa membuat rencana, cita-cita harapan menjadi ambyar. Untuk membalikkan sikap malas senantiasa bersyukur atas segala yang telah diberikan Allah.
Syukur diberikan kehidupan, hidup di dunia adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah yang harus disyukuri, karena sesungguhnya dunia adalah ladang bagi orang-orang yang beriman untuk menanam dan besok di akhirat adalah tempatnya untuk memanen. Diberikan kesehatan juga bersyukur, maka jangan malas untuk menjaga kesehatan. Karena kalau bermalas-malasan dengan kondisi yang ada, akan menjadikan tubuh menjadi kurang sehat, maka jangan malas untuk beraktifitas, jangan malas untuk bergerak, jangan malas untuk berolahraga, semua itu adalah upaya untuk mensyukuri nikmat kesehatan. Diberikan panjang umur kita renungkan, bahwa kita diberikan umur yang panjang oleh Allah merupakan kenikmatan. Wujud rasa syukur kita adalah dengan meningkatkan ibadah kepada Allah, maka agar menjadi orang yang bersyukur jangan malas melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh karena dalam setiap ibadah pasti ada tantangan ada gangguannya ada hambatannya. Bersyukur diberikan kesempatan untuk melakukan perintah-perintah Allah, karena itu jangan malas untuk memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah. Sempatkan waktu untuk belajar, membaca, beribadah, untuk menolong sesame, melakukan kebaikan-kebaikan yang bermakna, sempatkan waktu untuk menggunakan waktu tenaga pikiran untuk kemaslahatan kepentingan bersama.

Malas belajar maka akan menjadi orang yang bodoh, malas bekerja maka akan menjadi orang yang miskin. Malas beribadah maka dia akan menjadi orang yang jumud orang yang susah berkembang orang yang susah menerima mendapat masukan dari orang lain. Malas dalam berdzikir, maka dia hatinya akan kosong dan berdampak pada amaliyahnya. Malas adalah penyakit rohani dan harus diobati.

5/12/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral?

Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti contoh, dalam bahasa Arab adalah uswah. Nabi Muhammad adalah figur dijadikan contoh.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

Dalam ayat itu Allah sebagai Sang Khalik atau pencipta, kata yang Maha Mengetahui perihal segala hal ciptaan-Nya, bila Allah yang mengatakan, maka tidak dapat dipungkiri karena firman Allah adalah suatu kebenaran hakiki yang harus diyakini. Bagi yang mengingkari kebenaran firman Allah maka dia orang bukan orang yang beriman. Perihal ciptaan Allah tentang manusia pilihan yang patut dijadikan contoh yaitu Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya dalam pribadi Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik

Keteladanan Rasulullah
Menjadi teladan tentu harus mengetahui kelebihan dan kebaikannya. Jadi jangan sampai bisa mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad figur uswatun hasanah tapi tidak mengetahui sisi-sisi keteladanan beliau. Ada beberapa ciri rasul yang bisa dijadikan teladan:

  1. Al Amanah yaitu terjaga lahir dan batinnya dari segala macam perbuatan maksiat, dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu khianat. beliau terjaga dari perzinaan, minuman khamr dan sejenisnya, berdusta dan perbuatan dosa lainnya yang kasat mata juga terjaga dari kemaksiatan lainnya. Yang bersifat batiniah seperti dengki, sombong, iri, ria’ dan perbuatan dosa lainnya yang dilarang oleh Allah. Maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan untuk memiliki sifat tersebut sebab kita diperintahkan untuk meneladani Rasul dan secara tidak langsung kita pun dilarang memiliki sifat sebaliknya yaitu kiamat
  2. Shidiq berarti jujur. Berkata dengan jujur dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu al kizzib atau dusta sebab jika Rasul berdusta maka pemberitaan dari Allah pun dusta, padahal mustahil Allah bersifat berdusta jika mustahil rasul berdusta maka shidiq bagi beliau adalah wajib.
  3. Al Fathonah berarti cerdas dan waspada dan mustahil bagi rasul pelupa dan tidak waspada sebab jika rasul tidak cerdas, maka tidaklah mungkin mampu memberikan argumentasi terhadap lawan-lawannya tentang kebenaran yang dibawanya, dan bertentangan dengan tugas Rasul yaitu menunjukkan kepada kebenaran bagi seluruh manusia. Maka jelaslah bahwa Rasul bersifat Fathonah.
  4. Tabligh berarti menyampaikan perintah Allah kepada manusia dan mustahil sebaliknya yaitu menyembunyikan perintah Allah sedikitpun, sebab jika rasul menyembunyikan perintah Allah, maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan menyembunyikannya. Sebab kita wajib meneladani rasul, maka wajiblah rasul menyampaikan kepada manusia semua perintah Allah.


Adapun sifat yang Jaiz ialah semua sifat manusia yang tidak mengurangi martabat kemanusiaan seperti makan minum beristri dan penyakit yang tidak menjadikannya tercela dan tidak menjadikan manusia menjauh dari Rasul. Adapun penyakit yang menjadikannya manusia menjauh darinya seperti gila kusta Ayan utamakan penyakit jenis ini tidaklah Jaiz
Bila mencermati dalam sejarah dan hadits rasul, banyak sekali yang memvisualisasikan sikap dan kepribadian Rasulullah, sebagi contoh:
1. Nabi Muhammad adalah pribadi yang mempunyai keyakinan yang teguh, mantap. Dengan keyakinan yang mantap ini tidak tergoyahkan karena harta pangkat dan jabatan. Nabi Muhammad pernah kedatangan tamu-tamu orang kafir Quraisy mereka berusaha mempengaruhi nabi Muhammad dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi orang paling kaya di kota Mekah, mereka juga menawarkan kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki, hal tersebut mereka sampaikan kepada beliau seraya berkata “Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad dengan syarat engkau jangan memaki-maki Tuhan- Tuhan kami dan menjelek-jelekkannya atau sembahlah Tuhan Tuhan kami selama setahun. Nabi menjawab “Aku akan menunggu wahyu dari Rab-Ku. Kemudian turun surat Al Kafirun ayat 1-6 turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Walid Bin Al Mughirah, Al Ashi bin Wail, Al Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah, mereka mengajak nabi Muhammad untuk bersekutu dan menyembah. Dengan tegas rasul menyampaikan firman Allah.

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. 109: 1-6)

2. Beliau pribadi yang selalu konsisten taat beribadah, walaupun Allah telah menjadikan Muhammad pribadi yang maksum, dijaga dari perbuatan dosa. Sehingga dijamin masuk ke dalam surga, tetapi nabi Muhammad tetap giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Pada suatu saat Siti Fatimah yang tidak lain adalah istri beliau menyatakan kepada Rasulullah wahai Rasul kenapa engkau setiap malam masih bersimpuh kepada Allah, sujud kepada Allah, melaksanakan shalat lail hingga kakimu bengkak, tepat sujudmu basah, memohon ampun kepada Allah? Bukankah Allah telah menjaga-Mu, menjadikan-Mu pribadi yang maksum dan di jamin masuk surge? Rasulullah hanya menjawab apakah aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang bersyukur? Maka Rasulullah melaksanakan ibadah shalat, beribadah semata-mata sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, jadi bukan karena takut masuk ke dalam neraka dan ingin masuk ke dalam surga, tidak, tapi semuanya itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.

Disampaing keteladanan setelah mengetahui hal-hal kebaikan dan keutamaan Rasulullah, namun kehidupan manusia berada di tengah-tengah masyarakat, tentu setiap orang mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda, manusia mempunyai pengamalan dan kebiasaan yang berbeda sehingga akan menimbulkan kesadaran dan pengalaman yang berbeda pula.

Ada seorang atasan menegur pada bawahannya yang mempunya kebiasaan buruk, datangnya selalu telat, ada pekerjaan tidak segera di lakukan, suka ngobrol hingga melakukan gosip atau menyebar gosip, sehingga setiap akhir bulan dimintai laporan kegiatan selalu mengelak. Lalu atasan memberikan visualisasi untuk meniru temannya yang disiplin, rajin, ulet sehingga nampak ada kedamaian di dalam dirinya.

Ketika memberikan visualisasi ternyata dia juga mempunyai kekuarangan, walau mempnyai kelebihan di bidang yang lain. Kondisi yang demikian ini, ternyata jauh hari Rasululah Muhammad SAW telah memberikan kunci visualisasinya, yaitu jadilah pribadi yang pandai bersyukur dan bersabar. Bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan Allah, syukur dengan lisan yaitu mengucapkan hamdalah dengan memuji kepada Allah, syukur dalam hati selalu berupaya untuk memantapkan aqidah Islam yang telah tertanam di dalam hati. Syukur dengan perbuatan adalah senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, bahkan merasa kurang dalam melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan Allah, sehingga dirinya selalu berupaya untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.

Orang yang sabar adalah orang yang dapat menjaga diri dan hati dengan ikhlas menerima qada dan qadar Allah. Wujud dari rasa sabar adalah:
1. Sabar terhadap perintah Allah.
Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah, tunduk patuh dan taat kepada perintahnya, sebagai hamba berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa raga kepada kehendak Allah, tiada pilihan lain baginya, selain ketaatan dan kepatuhan. Untuk mencapainya manusia harus terus-menerus menyadari dirinya, kedudukannya sebagai makhluk Allah, ini merupakan upaya untuk mencapai kesabaran yaitu menerima dengan sepenuh hati terhadap perintah Allah.

2. Sabar terhadap larangan Allah.
Sabar terhadap larangan Allah adalah mengendalikan hawa nafsu yang mendorong untuk melanggar larangan. Nafsu sesuai dengan sifatnya adalah kekuatan besar yang mendorong manusia bergerak untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan, sabar di sini berarti mengendalikan dan menekan perasaan dan keinginan sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah harus dihindari.

3. Sabar terhadap perbuatan orang manusia.
Sebagai makhluk sosial berada di tengah-tengah pergaulan dengan manusia lainnya, setiap saat dihadapkan kepada sikap dan perbuatan orang lain terhadap dirinya. Islam mengajarkan pergaulan dan sikap yang baik dalam menghadapi orang lain, termasuk sikap terhadap orang yang membenci atau memusuhinya maka sabar bentuknya sabar terhadap perilaku orang lain bisa berupa 1). Tidak melayani ajakan permusuhan atau pertengkaran, yaitu dengan cara diam atau tidak meladeni atau dengan cara pindah. 2) Menerima konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan dan menyikapinya dengan bijaksana tanpa emosi., erbuatan yang baik tidak selalu ditanggapi baik oleh pihak lain.

Oleh karena itu teguh pada keyakinan akan perbuatan yang dilakukan dan menyadari sifat manusia yang merupakan dasar untuk bersikap bijaksana, terkadang perilaku orang lain tidak memahami tujuan dari kebaikan, tidak menyebabkan meluapnya emosi yang melahirkan keburukan dan dosa sabar memaafkan atau memaafkan perilaku orang lain. Perbuatan baik yang dilakukan seorang muslim kadang-kadang ditanggapi orang lain dengan reaksi yang tidak baik akibat orang itu tidak memahami tujuan kebaikan yang terdapat dalam kebaikan itu. Di sini sikap sabar yang ditampakkan dalam bentuk bijaksana yaitu membuka perasaan untuk memaafkan orang lain, ini suatu perbuatan yang paling utama dalam pandangan Allah.

4. Sabar memerangi musuh
Sabar bagi seorang muslim dalam bentuknya yang lain adalah menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi dan memeranginya. Ia akan bicara lantang terhadap kebenaran, bahkan ia akan maju ke medan pertempuran dengan gagah berani dan penuh percaya diri mempertahankan keyakinan. Ia akan berdiri dengan tegak dan optimis akan kemenangan yang akan diraih nya, karena keyakinannya yang kuat dan kokoh bahwa pertolongan Allah akan datang membela orang-orang yang benar

5. Sabar menerima musibah.
Dalam kehidupan sehari-hari adanya musibah yang menimpa seseorang adalah merupakan Sunnatullah. Karena itu merupakan konsekuensi dari kehidupan dunia, dan musibah yang disebabkan alam maupun karena kelalaian manusia.

Rasulullah telah memberikan pesan tentang orang yang ingin mencari figur keteladanan Allah akan mencatat orang-orang yang bersyukur dan bersabar.
……………bersambung, Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II

5/10/2020

Lalai Sebabkan Celaka dan Masuk Neraka



Lalai atau teledor adalah salah satu perilaku yang tidak baik. Perilaku tersebut bisa merugikan bagi diri sendiri dan juga orang lain. Lalai dari tugas, lalai dari tanggung jawab. Lalai dari tugas akan merugikan dirinya sendiri, tugas adalah amanah, kewajiban yang harus dilaksanakan. Cepat atau lambat harus diselesaikan. Bila tidak diselesaikan maka akan ditanyakan oleh yang memberi tugas. Setiap tugas tentu ada date linenya, kapan harus diselesaikan.

Untuk menyelesaikan tugas ini biasanya berdalih besok-besok saja kalau sudah ada waktu luang, besok-besok saja karena masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan. Keadaan ini yang membuat terkadang tugas semakin menumpuk, tugas yang ringan dan yang berat, yang mendesak diselesaikan atau yang lama menjadi menjadi tugas-tugas menumpuk yang tidak terselesaikan .

Makin cepat semakin baik
Sesungguhnya tugas-tugas bila diklasifikasikan menjadi:

  1. Tugas ringan akan terasa ringan bila segera diselesaikan dan menjadi berat bila ditunda-tunda untuk penyelesaiannya.
  2. Tugas berat akan menjadi ringan bila dilaksanakan step by step, pada dasarnya tidak ada tugas yang berat bila segera dilaksanakan.
  3. Tugas yang mudah akan semakin mudah bila segera diselesaikan dan tidak akan mempersulit.
  4. Tugas yang sulit akan berubah menjadi mudah bila selalu beruapaya, sesungguhnya sulit karena belummengerti cara penyelesaiannya.
  5. Tugas yang bersifat mendesak akan dapat diselesaikan bila dihadapi dengan sikap tenang.
  6. Tugas-tugas rutin akan membantu menyelesaikan, sikap istiqomah, ulet dan sabar, karena itu tugas rutin agar dijaga kontinuitasnya.


Akibat sifat lalai
Setiap perbuatan dan sktifitas pasti ada akibatnya, demikian pula sikap lalai berakibat:
  1. Pekerjaan kadang tidak bisa diselesaikan dengan tuntas dan baik, karena setiap tugas dan pekerjaan harus diselesaikan dengan rasa senang dan tenang. Dengan demikian akan memunculkan inspirasi, inovasi dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas.
  2. Lalai akan merasakan siksa neraka, ada orang yang ingin merasakan siksa api neraka, maka jadilah orang yang lalai. Setiap tugas, tanggungjawab menuntut penyelesaian dengan tenaga, pikiran dan uang. Tenaga yang ada pada diri sendiri mempunyai kapasitas kemampuan. Bila masih di ambang batas maka akan merasakan kenyamanan, namun bila sudah melampaui ambang batas akan menjadi perilaku memforsir diri, tenaganya dipaksakan sehingga akan mengganggu metabolisme organ tubuh. Memforsir akan menyebabkan kurang nafsu makan, sehingga pekerjaan yang seharusnya ditopang dengan nutrisi yang cukup tapi justru mengalami kekurangan asupan nutrisi. 
  3. Untuk menyelesaikan tugas dengan tenaga dan fikiran yang melibatkan orang lain, perlu disadari bahwa orang lain juga mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan sendiri, sehingga tenaga dan fikiran bantuan orang lain bisa memberikan kontribusi menyelesaikan masalah sesuai dengan kehendaknya, namun bisa tidak sesuai dengan harapannya. Akibatnya penyelesaian masalah justru akan terkatung-katung bukan menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah.
  4. Menyelesaikan tugas karena lalai membuat tubuh terasa remuk, untuk duduk tidak enak tidur tidak nyaman karena itu akibat dari menumpuk pekerjaan yang menyebabkan terforsir nya tenaga dan pikiran. Sesungguhnya berat dan ringannya siksa neraka karena akumulasi dari dosa -dosa yang dilakukan, setiap orang setiap saat berpotensi untuk melakukan dosa. Dosa-dosa yang menumpuk akan memperberat sisksaan, karena itu untuk menguranginya dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, bertobat kepada Allah dan juga memperbanyak istighfar.
  5. Dari aspek humanisme lalai akan menyebabkan hubungan disharmoni karena tugas yang diamanatkan seakan tidak dihiraukan, pemeri tugas akan merasa dilecehkan.
  6. Menyebabkan carut-marutnya interaksi sosial, karena pikiran kusut, hati yang tidak tenang akan berpengaruh terhadap perilaku. Perilaku aneh interaksi social akan terganggu.
  7. Dari aspek religi atau keagamaan bahwa lalai akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang celaka.
Karena itu tidak ada pilihan “tinggalkanlah perilaku lalai dan segera beranjak untuk menyelesaikan tugas” agar segera beranjak pada kegiatan yang lain. “ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al Insyirah: 7). Tak lupa, untuk bersikaplah optimis bahwa setiap tugas pasti bisa dilaksanakan karena “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. “ (QS. Albaqarah: 286)

Sebagai penguat menyelesaikan tugas, mintalah pertolongan kepada Allah, dengan doa sebagai berikut:

  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
  • Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
  • Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.




4/28/2020

Kemuliaan Ibu Atas Perjuangan dan Pengorbanan dalam Mengandung, Melahirkan, Mengasuh Anak



Pada suatu hari ada seorang gadis yang bertaaruf dengan seorang perjaka, keduanya dengan segala kekuarangan dan kelebihan masing-masing berupaya untuk mencari kecocokan. Dua sijoli akhirnya mengucapkan janji suci pada ikrar pernikahan untuk menjadi suami istri yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Sejak pernikahan gadis tersebut berubah statusnya menjadi istri dari suami dan calon ibu bagi putra-putrinya. Tidak sampai 1 tahun, ternyata calon ibu muda tersebut dinyatakan hamil, mengandung calon bayi, rasa senang yang dirasakan oleh pasangan muda-mudi tersebut selayaknya orang yang sudah berumah tangga. Ingin mempunyai keturunan atau mempunyai anak bisa meramaikan rumah bisa menjadi tempat berlibur bagi keluarganya.

Kegembiraan pasangan muda ini kemudian berubah menjadi kesedihan yang luar biasa karena apa sejak awal kehamilan pada bulan yang pertama dirasakan pada perutnya perut calon ibu itu sering kejang, sering frontal, apa yang ada di dalam perut. Kemudian sampai pada akhirnya bahwa calon ibu itu mengeluarkan darah yang dalam istilah itu mengalami keguguran dalam masa kehamilan 1 sampai 2 bulan.

Ternyata gagalnya untuk mendapatkan anak, itu ibu muda mengalami sakit yang luar biasa, karena apa janin di indikasikan menurut medis dari hasil USG bahwa janinnya itu ternyata sudah tidak bernyawa atau sudah sangat rawan untuk bisa mempertahankan kehidupan karena sudah tidak ada gerakannya, karena itu atas saran dari dokter calon janin itu harus dikeluarkan. Seorang ibu harus periksa dari satu dokter ke dokter yang lainnya untuk memastikan bahwa kandungannya itu sudah tidak bisa diselamatkan.

Pada akhir keputusan harus dikeluarkan atau harus digugurkan, pengguguran berhasil tapi kemudian harus melakukan kuret untuk membersihkan rahim, yang ada sisa-sisa janin yang sudah keluar itu, karena apa? kalau terjadi janin yaitu tidak keluar dari rahimnya dikhawatirkan akan menjadi suatu penyakit yang lebih berbahaya lagi. Inilah awal dari perjuangan, pengorbanan seorang ibu, baru aja mau hamil ternyata sudah mengalami suatu yang demikian berat. Ini adalah salah satu contoh pengorbanan seorang ibu

Kemudian pada kisah wanita lain, pada wanita yang mengandung sejak awal kandungannya sehat, sampai pada ada waktunya untuk melahirkan 9 bulan 10 hari sudah ada gejala-gejala bahwa janin akan keluar akan lahir. Tetapi ternyata apa yang terjadi, bahwa kelahiran juga tidak bisa berjalan mulus, karena harus melakukan proses operasi kandungan atau sesar, operasi di mana sang Ibu melahirkan bayi dengan tidak melalui tempat lahirnya, akan tetapi melalui tempat lain yang melalui pembedahan, seorang ibu harus berjuang.. Yang mengandung dari 0 bulan dari mulai dari 0 hari sampai pada 9 bulan 10 hari, seorang ibu akan merasakan beban berat, karena kemana-mana membawa janin. Tapi ternyata kadang dilalui oleh seorang dengan rasa senang, bangga akan segera mempunyai anak.

Ada lagi seorang ibu yang sejak hamil sampai waktu melahirkan berjalan dengan mulus, lancar. Walaupun ketika bayi mau lahir, seorang ibu mengerang kesakitan, karena proses kelahiran dengan normal melalui tempat lahirnya. Bagaimana ibu yang melahirkan merasakan enak? Ternyata banyak diantara wanita yang ketika mau melahirkan merasakan sakit yang luar biasa. Semuanya adalah perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, dari proses mengandung sampai melahirkan itu sudah melakukan perjuangan dan pengorbanan dan ini tidak dilakukan oleh seorang laki-laki.

Setelah bayi lahir, ternyata belum selesai tugas dari seorang ibu, karena harus menjaga, mengasuh, merawatnya hingga anak itu sampai pada taraf dewasa. Tugas seorang ibu kadangkala sampai larut malam menjaga anak, begitulah perjuangan seorang ibu. Mulai mengandung melahirkan mendidik membesarkan anaknya itu pengorbanan yang tidak dirasakan oleh seorang anak ayah. Karena itu Allah memberikan kemulian kepada kaum ibu:

مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." (HR. Buchari: 5514)

Sungguh mulia ibu, peran ibu sangat penting, dari ibulah akan tercipta putra-putri yang shalih dan shalihah, baik buruknya suatu bangsa Engkaulah penentunya. Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada pada murkanya. Berbaktilah kepada orang tua (ibu), selagi masih hidup, pergaulilah dengan baik, hormatilah keduanya. Ketika keduanya telah tiada doakanlah, jalin shilaturahim dengan sahabat orang tua, teruskan perjuangan dan pengorbanannya. Dunia berputar apa yang diperbuat sekarang maka kelak akan memetik hasilnya. Yang tua telah tiada dan yang muda akan menjadi tua. Berupaya masa muda untuk berbuat baik, bermanfaat bagi manusia agar masa tua bisa bahagia.


6/23/2016

Makna Bulan Suci Ramadhan



Allah SWT menciptakan tahun yang terdiri atas 12 bulan, adapun hitungan hari dalam satu bulan berbeda-beda. Untuk kalender Masehi bisa terdiri 28, 29, 30 atau 31 hari. Namun untuk kalender Hijriyah hanya terdiri 29 atau 30 hari. Penentuan 12 bulan dalam setahun telah disebutkan oleh Allah SWT dalam Alquran Surat Attaubah ayat 36:
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”.

Adapun empat bulan Haram yang dimaksud adalah bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Berbeda dengan bulan yang lain Ramadhan adalah bulan suci. Tidak ada bulan yang suci kecuali bulan Ramadhan. Apakah maksud dari bula suci itu? Hal ini karena bulan suci Ramadhan adalah bulan yang diberkahi oleh Allah, hanya di dalam bulan Ramadhan nilai ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Semua ibadah sunnah akan dinilai sebagaimana ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan antara 10 hingga 700 kebaikan.

Karena itu dengan keunggulan bulan Ramadhan, menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Peningkatan ibadah dengan melihat keunggulan pada bulan Ramadhan. Bagi muslim yang telah mencapai pada derajad mukasafah niscaya tidak mau menyia-nyiakan setiap detikpun pada bulan Ramadhan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah, bahkan mereka tidak mau dengan segera ditinggalkan bulan Ramadhan. Mereka tahu tentang keutamaan bulan Ramadhan sehingga bila diizinkan, akan meminta kepada Allah agar semua bulan dijadikan sebagaimana bulan Ramadhan. Karena begitu besar rahmat dan ampunan Allah, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah bahwa bulan Ramadhan yang pertama adalah rahmat, Ramadhan yang kedua maghfirah dan Ramadhan yang ketiga akan dijauhkan dari api neraka.

Dimanakah sepuluh hari yang pertama, kedua dan ketiga? Karena dalam satu bulan terdiri dari 29 atau 30 hari. Karena itu bila dibagi tiga, maka Ramadhan yang pertama adalah tanggal 1-10, Ramadhan kedua 11-20, Ramadhan ketiga 21-29/30. Dengan demikian tanggal 1-10 Allah melimpahkan rahmat-Nya bagi seluruh hamba-Nya. Dengan rahmat maka setiap makhluk akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan, hal ini akan diperoleh bila dapat mengisi hari-hari khususnya pada bulan Ramadhan sebagai bentuk ibadah. Setiap anggota tubuh manusia diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, oleh karena itu ibadah puasa bukan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, dengan menahan diri untuk tidak makan, minum dan hubungan suami istri pada waktu siang hari. Bila sedang berpuasa bisa menahan diri maka puasanya syah tetapi yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja “banyak orang yang berpuasa namun yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja (Hadits)”.

Karena itu agar memperoleh derajat yang lebih tinggi, ketika sedang berpuasa hendaknya berupaya untuk menahan diri dari ucapan, perbuatan yang tidak baik, menghindarkan diri dari perkelahian dan permusuhan. Andaikan terbiasa berkata kotor, berbohong, menghibah, memfitnah, menggunjing, menyakiti orang lain, waktunya puasa Ramadhan yang pertama untuk dikeluarkan semua perilaku yang tidak baik. Allah telah menyediakan media dengan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat tarowih dan witir, tadararus Alquran, kajian Tafsir Alquran, Hadits dan kitab-kitab klasik, menyelenggarakan pesantren Ramadhan, buka bersama, kultum dan kuliah subuh, pembagian takjil dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan kegiatan-kegiatan ini diharapkan setiap muslim akan merasa disibukkan dengan urusan ibadah, sehingga sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk akan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif sesuai dengan tuntunan Islam. Hal ini sesuai dengan perilaku ahli suffah yang melakukan takholli.

Untuk selanjutnya pada sepuluh hari yang kedua 11-20 adalah hari- hari yang penuh dengan ampunan Allah. Setiap muslim melakukan tahalli, yaitu mengiasi, mengisi kehidupan dengan perbuatan yang baik. Maka tiada alasan bagi Allah untuk tidak mengampuni hamba-Nya yang telah berupaya membersihan diri dari segala perilaku yang tidak baik. Karena para pendosapun akan tetap diampuni Allah selagi masih hidup. Apalagi hamba-Nya yang taat, menyadari dosa dan kesalahan dirinya. Selalu meningkatkan kualitas ibadah, sehingga hati yang bersih akan memancarkan dalam setiap aktifitasnya. Setiap detak jantung, tarikan nafas selalu dipenuhi dengan dzikrullah. Sehingga kesadaran diri selalu merasakan kehadiran Allah pada dirinya. Jika dirinya tidak mengetahui Allah namun sesungguhnya dirinya yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Maka dalam setiap perbuatan selalu merasa diawasi Allah, dimanapun dan kapanpun. Allah bukan hanya mengawasi namun Allah juga akan mencatatnya, dan setiap perbuatan akan dikembalikan kepada dirinya baik di dunia maupun diakhirat. Setiap amal perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban, ketika didunia oleh yang memberikan amanat dan di akhirat oleh yang menciptakan amanat.

Pada sepuluh hari yang ketiga adalah tanggal 21-29/30 adalah hari-hari penentuan dimana ketika sudah memperoleh ampunan Allah, sifat-sifat Allah mulai tertanam dalam dirinya. Segala perbuatan yang dilakukan semata-mata mengikuti Sunnatullah, inilah bagi kalangan ahli suffah maka telah mencapai tingkat tajalli. Ketika telah mencapai taraf ini maka akan dijauhkan dari api neraka. Inilah bahwa tahapan untuk menggapai surgawi melalui suatu proses yang cukup panjang, karena dalam setiap waktu manusia tidak akan lepas dari cobaan, musibah dan bencana. Dari ini derajat keimanan teruji yang dibuktikan dengan aktifitas ibadah. Karena iman kadang bertambah dan kadang berkurang “al imanau yazidu wa yankusu”. Setiap muslim pasti pernah atau sering merasakan sendiri, misalnya suatu saat menunggu waktu shalat namun suatu saat sudah ada panggilan shalat tetapi masih menyibukkan diri dengan urusan dunia. Bahkan kadang sampai meninggalkan waktu shalat.

Karena itu bulan Ramadhan adalah bulan suci, segala bentuk ibadah akan dilipatgandakan pahalanya, kecuali puasa yang pahalanya akan langsung diterima Allah SWT. Sesungguhnya hanya ibadah puasa yang ibadahnya langsung diterima Allah. Dengan ini dimana-mana nuansa Ramadhan, masjid, langgar, musholla, di rumah, kantor, sekolah dan pondok pesantren, siaran radio, TV, surat kabar, media sosial. Bahkan ditempat umum nuansa Ramadhan, banyak baliho, spanduk yang memberikan himbauan tentang puasa Ramadahan, di pasar dan di sepanjang jalan menyediakan aneka makanan untuk berbuka puasa. Dan pada siang hari banyak rumah makan, restoran yang ditutup, atau memberikan pelayanan secara terbatas.

Bulan Ramadhan bulan untuk mensucikan diri, dengan keutamaannya diharapkan bisa menghapus atau secara perlahan mengikis dosa-dosa yang telah menumpuk, bahkan bisa jadi dengan kemurahan Allah akan memberikan ampunan segala dosa yang telah dilakukan hamba-hamba-Nya. Apalagi bagi siapapun yang menjumpai malam lailatul qadar, niscaya dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah. Untuk selanjutnya menjadi aktifitas pasca Ramadhan akan meningkat atau justru akan kembalai kepada perbuadakan hawa nafsu kembali. Mudah-mudahan dengan berbuka tanggal 1 Syawal akan dilanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal.

9/22/2015

Holiday Yang Melelahkan



Holiday adalah hari yang membahagiakan, karena pada hari itu aktifitas dan rutinitas untuk sementara dihentikan. Saatnya untuk refressing, karena itu pada saat holiday kita sering mencari kegiatan, berlibur atau bertamasya ke tempat wisata, bershilaturahim ke tempat teman atau saudara diluar kota atau memenuhi undangan walimah atau resepsi. Ada lagi ketika hari libur digunakan untuk bersantai-santai, di rumah bersama keluarga, atau melakukan bersih-bersih rumah dan lingkungannya. Namun sekalipun hari libur namun senantiasa berupaya untuk mengoptimalkan waktu agar tidak terbuang dengan sia-sia. Sehingga walaupun libur namun mempunyai target-target suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.

Aktifitas di rumah dan sekitarnya akan ditentukan oleh dirinya sendiri, misalnya bersih-bersih lingkungan, berkebun, bercocok tanam, memancing atau bersih-bersih sangkar burung atau kandang hewan piaraannya. Biasanya bila merasa capek maka akan segera berhenti, beristirahat, minum atau makan dan istirahat kembali. Sehingga walaupun beraktifitas namun tidak terlalu memforsir tenaga. Lain halnya bila beraktifitas dengan menggunakan media transportasi kendaraan bermotor pribadi.

Pernahkah berfikir bahwa armada adalah benda mati yang mempunyai ukuran ketahanan, sehingga setiap membeli kendaran baru, disana sudah ada petunjuk sampai berapa lama sparepart harus diganti. Pihak perusahaan telah memberikan batas waktu, sehingga walaupan masih kelihatan bagus karena terawat namun bila digunakan secara terus-menerus benda mati tersebut mempunyai batas kekuatan. Bila sparepart tersebut suatu yang bisa aus, seperti ban, kampas kopling, kampas rem biasanya bila sudah menipis maka akan segera diganti dengan yang baru. Tetapi bila sparepart tersebut berupa per, shocbreaker, as mobil sudah terlalu lama, maka gantinya biasanya bila telah patah. Konsumen tidak mengetahui atau malalaikan batas waktu untuk diganti. Bagaimanakah bila dalam perjalanan as mobil atau per nya patah?

Ini menjadi problem, bila kejadian patah sedang berada ditempat ramai tentu akan menimbulkan kemacetan lalu lintas, karena bisa jadi kendaraan sedang berada ditengah-tengah jalan, tiba-tiba mogok, hal ini akan menimbulkan kepanikan pada dirinya dan kekesalahan bagi pengendara yang lain. Mau-tidak mau harus diderek dan dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Bila kejadian patah sedang berada ditempat yang sepi, maka akan kesulitan untuk mencari montir dan bantuan pada pihak lain. Ditambah lagi bila peristiwa ini terjadi pada hari libur, dimana para pemilik perusahaan dan toko meliburkan karyawan, karena mereka mempunyai hak untuk libur, sehingga tok-toko sparepart banyak yang tutup.

Ketika mengalami hal yang demikian, yang muncul dalam benaknya yang penting mobil bisa berjalan dan segera sampai tujuan. Untuk mewujudkan maka berupaya untuk mencari montir, namun ternyata montir banyak yang libur maka mencari informasi kepada masyarakat sekitar, siapa yang bekerja dibengkel. Bila sedang beruntung maka akan menemukan montir, setelah terjadi pembicaraan montir segera beraksi melepaskan per yang patah dan berupaya untuk mengganti dengan yang baru. Bila nasib sedang mujur dapat menemukan tukang per menyediakan per mobil yang dibutuhkan. Namun bila sedang tidak beruntung, ternyata mencari kesana-kemari tukang per tidak menjual per mobil yang dibutuhkan. Karena sudah ada tekat yang penting mobil bisa berjalan dan segera sampai ke tujuan, maka berupaya mencari tukang las. Ternyata lagi-lagi tukang las juga libur. Tidak patah semangat terus mencari tukang las yang membuka usahanya pada hari libur. Beruntung ada tukang las yang tidak mempunyai hari libur, karena mereka bekerja secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain, maka dia libur menurut seleranya. Maka disinilah terjadi saling menguntungkan, tukang las mendapat penghasilan dan pemilik mobil mendapatkan jasa pelayanan.

Dengan mengucapkan saling berterimakasih, pemilik mobil berterimakasih, tukang las juga berterima kasih. Sampailah pada tindakan selanjutnya untuk dipasang pada mobilnya, setelah selesai di pasangpun, pemilik mobil berterimakasih pada montir dan montirpun berterima kasih pada pemilik mobil. Nampaknya bukan hanya sekedar memberikan berapa ongkos bongkar pasang sparepart mobil, namun memberikan tips sebagai ungkapan rasa terima kasih. Setelah mobil siap untuk kendarai, rasa senang dan bersyukur telah selesai. Namun begitu melihat waktu, ternyata sampai sehari penuh menyelesaikan perbaikan atas kerusakan mobil.

Setelah sampai tujuan baru terasa capeknya, sungguh holiday yang melelahkan.

4/17/2015

Hebatnya Guru Untuk Digugu dan Ditiru



Kita jadi pintar menulis dan membaca karena siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu karena siapa
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru

Guru bak pelita
Penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara

Sair lagu “Jasamu guru” karya M, Isfahani, menggambarkan betapa hebatnya guru, walaupun dengan kehebatannya itu dia bergelar pahlawan tanpa tanda jasa. Maka siapakah orangnya bila dia seorang guru dia orang yang mulia dan hebat.

Pernah suatu saat ketika ketika ada seorang yang sedang bekerja sebut saja namanya Mas Amir, dia seorang pekerja keras, tiada waktu yang terluang dan tidak ada waktu yang dibiarkan berlalu saja. Bahkan di dalam keluarga dia tergolong sebagai orang yang terampil, cerdas dan cekatan. Waktu bekerja selalu berdisiplin namun tidak pernah melupakan aktifitas sosial, setiap ada kegiatan di kampung di selalu hadir dan berpartisipasi, bahkan dalam bidang keagamaan dia tergolong sebagai pribadi yang supel dan penggerak kegiatan keagamaan. Dan ketika sedang liburan dan berada di rumah tidak pernah berhenti kecuali untuk makan dan shalat saja. Dia suka berkebun, suka berternak dan terampil membuat beraneka macam kerajinan rumah.

Ketika mas Amir sedang bekerja, dia harus menghentikan pekerjaannya, karena mendengar suara yang diucapkan dengan berulang-ulang, hebat memang hebat, hebat memang hebat, memang hebat. Ternyata suara itu berasal dari temannya yang bernama Sani. Maka secara spontan terjadi percakapan:

Amir : hai Sani apa yang hebat.
Sani : itu lo mas, para guru itu memang hebat.
Amir : apanya yang hebat
Sani : itu lho mas kepedulian terhadap temannya, jiwa empati, kekeluargaan dan persatuannya sungguh luar    biasa, hebat, hebat. Memang patut ditiru dan saya salut, bukan satu jempol tapi dua jempol. Memang hebat.
Amir : O, itu? Apa tidak berlebihan pujianmu itu? Apa yang kamu saksikan sehingga kamu nampak kagum sekali.
Sani : itu lho mas, suami kakak saya kan baru saja sakit, bukan hanya teman-teman satu sekolah dengan kakak saya yang datang menjenguk dan mendoakan, turut berempati. Tetapi teman-teman dari sekolah yang lain juga lain juga turut berempati, sungguh luar biasa.

Ketika terjadi percakapan itu kemudian muncul istri mas Amir yang juga ikut berbicara.
Anis : benar itu mas, waktu saya menengok mbak Tanti (kakaknya dik Sani), teman-teman guru dari kakaknya mbak Tanti dan teman guru dari Pamannya mbak Tanti juga turut berempati.
Amir : masak ya, sampai begitu tha dik.
Anis : benar itu mas.
Sani : itulah mas mengapa saya katakana guru itu memang hebat.

Percakapan tiga orang manusia ini menunjukkan betapa mulianya guru, yang patut untuk digugu dan ditiru. Kekerabatan, kebersamaan yang senantiasa dipupuk tidak sebatas pada temannya yang kadang hanya terkesan formalitas saja, tapi kehadiran mereka sungguh menambah semangat dan menjadi obat bagi rekan guru atau keluarganya yang sedang mendapat ujian berupa sakit.

4/11/2015

Peran Zikir Untuk Menghidari Bangkrut



Bangkrut berarti menderita kerugian besar hingga jatuh biasanya berkaitan dengan usaha perusahaan atau toko misalnya belum sampai tiga tahun perusahaannya sudah bangkrut. Bangkrut juga berarti jatuh miskin, habis harta bendanya, gulung tikar, misalnya karena suka berjudi maka ia bangkrut (W.J. S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1976, hal. 86). Lawan dari bangkrut adalah sukses, berhasil, beruntung, misalnya karena dia berusaha dengan sungguh-sungguh maka akhirnya dia sukses.

Tak seorangpun yang mengharapkan menjadi bangkrut sebaliknya selalu berharap agar menjadi orang yang sukses. Tetapi sukses itu bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba atau kebetulan saja tetapi harus diusahakan secara total sacara lahir dan batin melalui pendidikan, pelatihan secara terus menerus. Karena kesuksesan diupayakan secara jasmani dan rohani maka kesuksesan juga berdimensi dunia dan akhirat. Sukses di dunia mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, sedangkan sukses di akhirat bisa menjadi penghuni surga.

Pada suatu saat Rasulullah Muhammad SAW menguji para sahabat tentang siapa yang dinamakan orang bangkrut itu, dalam sabdanya:

“أَتَدْرُوْنَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟” قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطٰى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”.

“Tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “orang yang bangkrut atau pailit yaitu orang yang jatuh bangkrut dagangannya hingga habis semua kekayaannya, baik uang maupun perkakasnya.
Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku yaitu orang yang datang pada hari qiyamat lengkap membawa (pahala) shalatnya, (pahala) puasanya, (pahala) zakatnya. Tetapi ia telah memaki seseorang, menuduh orang lain makan harta orang lain, membunuh orang lain dan memukul orang lain. Maka berikanlah kebaikan orang ini kepadanya dan kebaikan itu kepadanya. Jika telah habis kebaikannya, sedang belum terbayar semua tuntutan orang-orang lainnya, maka diambillah dosa-dosa dari orang yang pernah dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya, kemudian dari itu ia dilemparkan kedalam neraka. (HR. Muslim)

Dari hadits tersebut mengatakan bahwa ketika para sahabat ditanyakan tentang orang yang muflis/ bangkrut, jawabannya berorientasi pada kehidupan dunia, sebagaimana yang sudah disaksikan dan bisa jadi pernah dirasakan atau juga sering mendengar orang mengatakan muflis. Karena itu Rasulullah menekankan pada jawaban kehidupan sesudah mati yaitu alam akhirat. Alam akhirat menjadi alam yang penuh dengan keadilan karena seluruh organ tubuh manusia akan menjadi saksi atas semua yang telah dilakukan, mata, telinga, hati bahkan seluruh organ tubuhnya kelak menjadi saksi atas perbuatan yang telah dilakukan. Tidak ada yang bisa menyangkal atas perbuatan yang telah dilakukan, karena itu dosa-dosa yang pernah dilakukan seperti menghibah, memfitnah, menyakiti orang lain dan membunuh orang tanpa sebab perbuatan-perbuatan ini akan menggerogoti seluruh amal perbuatan baik yang telah dilakukan.

Sekalipun dia rajin menegakkan shalat, menunaikan puasa, membayar zakat dan amal ibadah-ibadah lainnya. Amal ini akan berkurang karena orang-orang yang pernah dirugikan oleh dirinya kelak di akhirat akan menuntut untuk kembalikan. Karena banyak orang yang menuntut akhirnya amal perbuatan baik yang telah dijalankan akan berkurang bahkan menjadi habis dan yang lebih mengenaskan lagi dosa dari orang-orang yang pernah disakiti dan dirugikan akan diberikan kepadanya.

Manusia sebagai makhluk pribadi hendaknya selalu menghiasi diri dengan akhlak terpuji, sebagai makhluk sosial bahwa segala aktifitasnya selalu berkaitan erat dengan orang lain, sehingga segala perilaku akan berpengaruh dan mempengaruhi orang lain. Tidak semua perbuatan baik yang dilakukan akan diterima dengan sepenuhnya oleh semua orang, apalagi bila melakukan hal-hal yang tidak baik. Sebagai makhluk Tuhan manusia diciptakan oleh Allah dengan tugas ganda sebagai khalifatul ard dan sebagai ‘abdullah. Dua fungsi ini hendaknya dapat dilaksankan dengan seimbang agar manusia selama hidup di dunia senantiasa mendapat petunjuknya dan di akhirat memperoleh syafa’at-Nya.

Karena itu agar tidak menjadi orang yang bangkrut belajarlah dan berlatihlah untuk menahan hawa nafsu yang senantiasa menjerumuskan manusia pada perbuatan tercela. Hawa nafsu itu bedemensi pada perilaku syetan yang selalu mencintai perbuatan tercela. Orang-orang yang beriman senantiasa waspada bahwa dalam setiap saat tidak lepas dari godaan syetan, dengan demikian selalu membentengi diri dengan memperbanyak zikir. Kesadaran diri bahwa apapun yang dilakukan tidak bisa lepas dari pengawasan Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

4/09/2015

Sulitnya Untuk Berbuat Jujur-Berdampak Pada Perilaku Buruk



Jujur adalah salah satu perbuatan terpuji yang sulit untuk di wujudkan. Seandainya dunia ini dihuni oleh orang-orang yang semua senantiasa menegakkan kejujuran, niscaya tidak akan ada permusuhan, kerusakan, pertikaian dan peperangan. Jujur terhadap dirinya sendiri, kepada orang lain dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan jujur kehidupan manusia akan istiqomah dan khusnul khatimah, jika menjadi pemimpin maka sejak dilantik hingga akhir masa jabatan dapat dilalui dengan baik, tidak pernah bersentuhan dengan para penegak hukum. Bahkan setelah selesai dengan masa jabatan, senantiasa istiqomah, karena pangkat dan jabatan adalah amanah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. Di dunia oleh yang mengangkat dan di akhirat oleh Allah SWT. Jika menjadi pedagang adalah pedagang yang jujur tidak pernah mengurangi timbangan, tidak suka mengoplos barang yang asli dengan imitasi, tidak suka menimbun barang dan sebagainya maka hasilnya akan lebih barakah sehingga hidupnya semakin tenang.

Jika menjadi petani tidak pernah mengambil tanah orang lain dengan cara yang tidak benar, menjadi pegawai, buruh, pelajar, mahasiswa, dokter, tentara, polisi, jaksa, hakim dan sebagainya. Jika semuanya senantiasa menegakkan kejujuran maka ditemukan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Tapi mungkinkah bahwa semua orang itu akan berbuat jujur? Orang mungkin akan melihat orang-orang yang tidak jujur melalui media masa, elektronik atau bisa juga secara langsung menyaksikan perbuatan ketidakjujuran.

Pernah suatu saat pada sebuah angkutan umum mikro bus yang padat dengan penumpang, terlihat kondektur bus maju mundur menarik ongkos para penumpangnya. Menurut sang kondektur semuanya telah dimintai ongkos, dan bila uangnya lebih maka uang pengembaliannya juga sudah dikembalikan. Ternyata ada seorang penumpang yang sudah mengeluarkan uang dan siap untuk dibayarkan, namun karena terhalang oleh penumpang yang lain akhirnya dia terlewatkan. Untuk sementara uang masih dipegang. Mungkin didalam hati ada perasaan senang karena uangnya bisa untuk kebutuhan yang lain namun bisa juga dia berjanji nanti akan membayar sambil turun. Ternyata orang tersebut lebih memilih yang pertama, uang dimasukkan kembali ke dalam saku celananya, dan dia turun dari bus seakan tidak membawa beban apapun.

Inilah kejujuran pada rakyat biasa saja juga sulit untuk diwujudkan, padahal nominalnya hanya sedikit. Bagaimanakah jika dia diberikan amanat untuk mengelola keuangan yang lebih besar, mungkin dia akan menjadi koruptor. Karena gaya hidup yang belum memenuhi standar, bila belum mempunyai mobil, rumah, tanah, dan sebagainya maka sesuatu yang belum ada akhirnya diada-adakan. Demikian pula pasangan hidup yang dimiliki akan merasa berkurang, sehingga terjadi nikah siri, perzinaan dan sebagainya. Tenangkah hidupnya? Walaupun kebutuhan materi terpenuhi? Semua akan kembali pada pribadinya masing-masing.

Sesungguhnya harta yang diperoleh dengan cara yang tidak wajar dan tidak benar maka maka menjadi rizki yang haram. Karena itu keharaman suatu barang tidak hanya dilihat dari wujudnya barang, namun sifat dan cara memperolehnya. Sebagai contoh dari segi zatnya Narkoba adalah haram, namun ternyata semua hal yang berkaitan dengan Narkoba dan sejenisnya adalah haram.

لَعِنَ اللهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَبَائِعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهَا (رواه ابوداوود وابن ماجه عن ابن عمر)

“Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya dan penerimanya”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

Akibat harta yang haram
Makanan yang haram akan menyebabkan do’anya ditolak atau tidak maqbul. Karena itu janganlah berprasangka buruk terhadap Allah, ketika merasa ujub bahwa ibadahnya sudah berlebihan namun penderitaan, musibah dan bencana senantiasa datang silih berganti.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى يَاَيُّهَالرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صٰلِحً

وَقاَلَ تَعَالَى:يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوُا كُلُوْامِنْ طَيِّبٰتِ مَارَزَقْنٰكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ. [رواه مسلم]

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya: Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu. Dia mengangkatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: ya Tuhanku, ya Tuhanku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan”. (Hadits riwayat Muslim).

Kemudian bila dikorelasikan mengapa doanya menjadi doa yang ditolak, karena kewajiban pokok yaitu shalat lima waktunya, sebagai wujud hablun minallah, ternyata selagi makanan haram yang masih mengalir pada darahnya maka shalatnya tidak diterima oleh Allah. Dan dia akhirat akan di masukkan ke dalam neraka:

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ حَرَامٍ فَالنَّارُ اَوْ لَى بِهِ (رواه الترمذى)

“Semua daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka adalah utama untuk menyiksanya (HR. Tirmidzi)

Demikian bahwa kejujuran itu akan menuntun pada berbuatan baik dan sebailiknya lacut atau ketidakjujuran akan berdampak untuk cenderung melakukan perbuatan yang tidaak baik. Karena itu kejujuran harus dibiasakan. Karena kebaikan dan kejujuran yang telah menjadi kebiasaannya tidak akan bersikap lacut. Sebaliknya kebiasaan lajut bila tidak lacut maka mulutnya terasa gatal. Falsafah Jawa mengatakan “Ngapusi sepisan sak lawase bakal dhepus” sekali berbohong maka selamanya akan menjadi pembohong.

4/07/2015

Apalagi ini Tuhan, Tuhan Embuh-Pembinaan Bagi Mualaf



Pada suatu bangsa di Rumah Sakit dr. Sardjito Jogjakarta, di bangsal kelas 2, yang satu ruang ditempati oleh dua orang pasien rawat inap. Di bangsal rumah sakit, pasien diperkenankan untuk ditemani oleh maksimal dua orang anggota keluarga, kecuali pada waktu bangsal dibersihkan, maka semua penunggu diharuskan untuk keluar ruangan.

Di bangsal kelas tersebut kebetulan ditempati oleh dua orang apsien yang mempunyai keyakinan berbeda, satu pasien beragama Islam dan yang satunya beragama Katholik. Didalam hubungan sosial tidak menjadi masalah, karena sebagai warga negara Indonesia menjunjung tingggi semangat kerukunan antar umat beragama, tholeransi umat beragama. Dalam bidang sosial bisa saling menolong, namun untuk bidang aqidah adalah urusannya masing-masing.

Dalam keluarga yang berbeda agama itu nampaknya merupakan keluarga yang taat beragama. Pada suatu saat pasien yang beragama Katholik menceritakan ada salah seorang yang baru saja memeluk agama Katholik. Sebut saja wanita tersebut bernama Marlita yang sebelumnya beragama Hindhu, pada suatu saat dia begitu mantap dengan agama Katholik, ketika mendapatkan anugerah dan kenikmatan, dengan segera mengucapkan Puji Tuhan. Dia yakin bahwa dalam setiap doanya didengarkan Tuhan dan Tuhanpun dengan segera mengabulkan doanya.

Babak ujian keimanan

Suatu saat orang tua Marlita sakit, Tuhan, ada apa ini? Kata singkat ini penuh dengan makna, dalam hatinya dia protes katanya Tuhan Maha Pengasih tetapi mengapa dia memberikan cobaan yang demikian, Marlita berdoa agar diri dan keluarganya selalu diberikan kesejahteraan, ternyata yang didapat orang tuanya sakit yang tak kunjung sembuh. Maka dia protes, Tuhan ada apa ini? Seakan dia tidak terima dengan kenyataan yang sedang terjadi.

Dalam perjalanan selanjutnya orang tuanya berangsur-angsur kesehatannya mulai pulih, diapun segera mengatakan, Puji Tuhan. Baru saja orang tuanya mulai sehat, anaknya mendadak sakit, demam panas, bahkan sekali-sekali sempat kejang-kejang, dalam hatinya panik, dan entah ucapan apa lagi yang akan diucapkan. Ketika hatinya sedang kalut, tiba- tiba hand phone-nya berdering, ternyata yang memanggil adalah suster yang membimbingnya hingga dia masuk agama Katholik sampai pada pembinaan mental rohaninya..

Dalam percakapan itu suster manyampaikan turut berbahagia karena orang tuanya sudah sehat kembali, ucapan dari suster ini ternyata tidak mengurangi rasa gelisah di dalam hati, karena anaknya sakit. Dia ingin menyampaikan kabar, bahwa anaknya sakit, tetapi tidak ada jeda dari ucapan suster, tentunya dia mendengarkan kata-kata suster namun tidak fokus, karena didalam hatinya berkata, mengapa dia bicara terus, kapan saya bicaranya? Setelah kata-kata manis dari suster yang berusaha untuk membersarkan hati, barulah ada jeda kata dari suster sehingga dia menyela pembicaraan. Dengan menyampaikan berita bahwa sekarang anaknya sakit dan sedang si rawat di rumah sakit.

Dengan spontan suster menanyakan, sakit apa, mulai kapan, mengapa sakit. Satu persatu pertanyaan di jawab, dan sampai pada pertanyaan “mengapa sakit”? ternyata kata kata yang muncul’ “Tuhan itu embuh, embuh itu adalah bahasa Jawa yang berarti masa bodoh, tidak mau tahu, tidak peduli dan ungkapan-ungkapan lain yang bermakna negative.

Mengapa pertanyaan mengapa sakit, jawabannya tidak wajar, karena didalam hatinya ada gejolak, protes pada Tuhan, mengapa setelah masuk agama Katholik cobaannya selalu datang silih berganti. Apakah ini ujian yang harus dilalui, sampai kapakah akan berakhir cobaan itu? Inilah pertanyaan pada umumnya orang-orang yang sedang mengalami cobaan, ujian. Yang kadang cobaan itu datang silih berganti, satu cobaan menyusul cobaan yang lain. Bila cobaan itu mengenai orang-orang yang sudah kuat imannya maka dia akan bersabar, tetapi bagi orang-orang yang keimanannya masih rapuh maka akan berkeluh kesah, berputus asa, apatis, psimistis dan sebagainya.

Pembinaan terhadap mualaf
Didalam Islampun seorang mualaf harus selalu dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar. Setiap orang pemeluk agama tertentu bila mendapat pengikut baru dari orang yang beragama lain kemudian masuk agama baru. Tak jarang ketika masuk agama baru karena mempunyai motive tertentu, bukan karena keyakinan yang muncul dan kemudian tumbuh. Motive memeluk agama baru karena uang, pekerjaan, syarat nikah, untuk memperoleh pengakuan dalam keluarga, karena politik dan sebagainya. Katakanlah seandainya ada seorang mualaf (orang yang baru masuk Islam) karena motive yang demikian maka keyakinannya sangat rapuh, tidak mempunyai pendirian, apalagi semangat memperjuangkan atau berjuang dalam agama barunya. Bahkan kadang agama hanya sebagai simbol saja. Karena itu orang yang demikian perlu selalu dibimbing dan dibina agar mempunyai religion experience. Pengalaman keagamaan ini akan didapat ketika secara konsisten melaksanakan ajaran Islam mulai dari hal-hal yang kecil dan dimulai dari saat ini, ada beberapa contoh pengalaman beragama seseorang yang semakin menggiatkan idiologi mereka:

  • Seorang muslim merasakan manfaat wudhu, dimana dapat menghilangkan rasa kantuk, dapat menjaga kebersihan, dapat menciptakan kesegaran, dapat menghilangkan dosa kecil dan sebagainya.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah menegakkan shalat, dimana dirinya senantiasa merasa diawasi, dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar, dimanapun dan kapanpun berada, dirinya akan berhati-hati dan berfikir ulang ketika akan melaksanakan hal-hal yang dimurkai Allah.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah melaksanakan zikir bilisan, lisan akan terjaga dari perkataaan yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
  • Seorang muslim ketika membaca atau mendengarkan ayat-ayat Alquran dibaca, didalam hatinya merasakan ketenangan. Demikian juga muncul keinginan untuk mengetahui isi kandunyan Alquran.
  • Orang muslim ingin selalu menegakkan shalat yang berkualitas yaitu shalat untuk mencapai derajat khusuk. Karena itu senantiasa menegakkan shalat-shalat sunnahnya dan meningkatkan bacaan zikir.
  • Seorang muslim akan merasakan indahnya dapat berzakat yang dapat membersihkan diri dan hartanya. Dan dapat meningkatkan shadaqah karena didalam dirinya merasa yakin bahwa dengan bersedekah rizkinya akan ditambah oleh Allah SWT.
  • Seorang muslim yang melaksanakan puasa akan merasakan dirinya sebagai orang yang berkecukupan, setiap hari dapat makan dan minum dengan kenyang, sekaliapun yang dimakan hanya sekedarnya saja. Karena didalam bulan puasa Allah tidak membedakan antara orang yang kaya dan miskin, semuanya pasti merasakan lapar dan dahaga. Karena itu setiap orang dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
  • Seorang muslim yang sedang melaksanakan ibadah haji, akan merasakan kedekatannya kepada Allah SWT.
Dari hal-hal kecil dapat dilaksanakan, sehingga akan menemukan sesuatu yang lain, sesuatu yang belum pernah diarasakan sebelumnya, sesuatu yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata dan disampaikan dengan lisan. Dan hanya diri sendiri yang merasakan ini. Artinya bahwa mualaf tersebut berupaya untuk meraih hidayah dan akhirnya Allah memberikan hidayah dengan keyakinan yang mantap dan keyakinan yang mantap ini kemudian tertanan, terucap dalam kata-kata dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.


“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al. An’am: 162-163)

Pengakuan seluruh ibadah semata-mata hanya ditujukan kepada Allah kemudian meningkat rasa syukur tan tawakalnya kepada Allah SWT:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَ بِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَ رَسُوْلاً

Aku rela Allah menjadi Tuhanku, Islam menjadi agamaku, abi Muhammad adalah nabi dan utusan Allah.

Lain halnya mualaf yang telah mempelajari Islam, dan menemukan kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna. Ketika mengikrarkan dua kalimah syahadah “Asyahaduanla ilaha illlallah wa asyhadu anla Muhammadan Rasulullah”, memang sudah mantap dengan agama Islam sebagai pilihannya. Orang yang demikian dapat membina kemampuannya, bahkan tak jarang, banyak yang menjadi mubaligh, ustadz, kyai dan motivator terhadap orang Islam yang lain dalam menjalankan syariat Islam.

Disamping itu ada pula yang masuk agama Islam karena hidayah Allah. Dari orang-orang yang membenci Islam dan orang-orang Islam. Hati dan pikirannya telah terdoktrin untuk membenci Islam, namun tiba-tiba hatinya bergetar setelah mendengarkan bacaan Alquran, ketika menyaksikan orang yang sedang berwudhu, menyaksikan orang shalat dan sebagainya. Rasa takjub ini kemudian menambah keyakinan yang akhirnya menjadi pembela Islam.

Karena itu keyakinan yang tumbuh senantiasa meyakini, bahwa hidup manusia kadang suka, kadang duka, bila sedang memperoleh anugerah agar bersyukur dan bila mendapat musibah agar bersabar, dengan syukur dan sabar Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya.

3/13/2015

Malware Pembuat Fitnah Pencipta Musibah dan Malapetaka, Segera Bertobatlah



Malware, seandainya kamu adalah manusia sungguh kamu telah berbuat dosa. Malware jika kamu suatu produk di dunia maya, virus internet tentu kamu ada yang menciptakan. Malware seandainya kamu bisa berbicara dan disuruh memilih untuk berbuat baik atau buruk, kamu akan memilih yang mana? Jika pilihannya jatuh pada pilihan untuk berbuat baik dan melakukan kemaslahatan sungguh kamu telah melakukan pilihan yang tepat, karena kamu memang berakal sehat dan mempunyai hati nurani. Karena sesungguhnya setiap perbuatan yang telah dilakukan akan kembali pada dirinya sendiri. Apalagi bila dirinya menyatakan sebagai orang yang beragama, semua agama meyakini bahwa semua perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban dari Sang Pencipta yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Malware, ternyata kamu lebih memilih pada jalur yang buruk, jalan yang tidak baik dan membuat kehidupan manusia menjadi tidak tenang, resah dan gelisah. Kamu telah membuat perbuatan dosa besar, kamu telah membuat fitnah. Apakah ini telah menjadi pilihan terbaik bagimu? Ingat bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan, fitnah lebih besar dampaknya dari pada pembunuhan. Membunuh adalah salah satu perbuatan dosa besar, apalagi membunuh pada orang yang tidak bersalah atau melakukan kesalahan terhadap dirinya.

Pencetus malware, kamu telah melakukan dosa besar, dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Apalagi kamu berbangga-bangga dengan hasil karyamu, kamu telah merusak dan mengganggu kredibiltas, integritas moral manusia yang lain. Orang yang tidak tahu menahu terhadap gambar dan video porno ternyata dimasuknya dalam tautannya melalui jaringan sosial facebook. Termasuk penulis sendiri juga merasakan kegelisahan yang demikian itu. Ada syarat bahwa kamu akan menjadi hamba yang diampuni oleh Allah, kamu segera bertobat dan memohon maaf kepada orang-orang yang telah kamu fitnah.

Di dalam agama Islam, sebesar apapun dan sebanyak apapun dosa yang telah dilakukan, selagi masih mau bertobat, maka dosa tersebut akan diampuni oleh Allah. Implementasi tobat adalah menyesali terhadap dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, tidak akan mengulangi perbuatan yang serupa pada kesempatan yang lain dan mau mengganti perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik. Saya yakin bahwa dengan bertobat maka hidup akan terasa lebih tenang, nyaman, damai, bahagia dan sejahtera. Seandainya sekarang sedang berbangga-bangga dalam perbuatan yang bertentangan dengan Sunnatullah, dalam titik klimak akan menuju pada anti klimaknya akan mengalami kejenuhan karena merasa jiwanya kosong, perbuatan yang dilakukan hanya fatamorgana dan kepalsuan, seandainya mempunyai teman maka temanya hanya sebatas karena kepentingan dunia semata, seberapa lama hidup di dunia. Semakin lama hidup di dunia akan semakin rapuh, badan yang pernah kekar hanyalah tinggal kenangan, wajah yang penuh dengan pesona , setiap orang yang memandang langsung terkesima, hanya berapa tahun dapat merasakan hal yang demikian.

Sesungguhnya potensi pribadi manusia yang demikian itu bila terus dipergunakan pada jalan yang tidak baik maka kelak akan ternjadi suatu penyesalan. Tidak ada penyesalan yang datang sebelum perbuatan dilakukan, penyesalan pasti kerena dampak dari suatu perbuatan. Penyesalan itu tidak ada gunanya. Kecuali penyesalan yang kemudian muncul tekad untuk tidak mengulangi lagi dan mengganti perbuatan yang serupa dengan perbuatan yang lebih baik. Banyak orang yang pernah menjadi jagoan, cantik, molek, manawan, seksi, gagah, perkasa namun pada anti klimak ketika dirinya sedang sakit atau pada usia senja hidupnya menjadi merana. Tidak ada teman, sahabat, keluarga yang setia kecuali hanya kenangan-kenangan manis yang pernah dilakukan. Kini menjadi manusia papa yang berbaring lemah tak berdaya dipembaringan.

Teman dekat yang dulu pernah bersamanya, anak-buahnya atau bawahannya yang datang menyambanginya, memandang dengan penuh iba sambil berkata “kasihan, kasihan, kasihan”. Bila orang-orang dekatnya hanya bisa berbuat demikian, apalgi orang-orang yang pernah di dhalimi, difitnah, dia hanya sekedar melihat dan berlalu begitu saja. Kadang ada yang mengucapkan “astaghfirullahal ‘adzim”, ada lagi yang mengatakan “amit-amit semoga tidak mengenai diriku dan anak cucuku”. Sedang dirinya hanya bisa menatap dengan pandangan kosong tak ada yang dapat diucapkan, kecuali didalam hatinya mengatakan, seandainya saya masih muda atau seandainya saya menjadi muda lagi. Namun harapan ini tinggal harapan yang sama sekali tidak akan dapat terbukti, kecuali detik -detik menunggu hembusan nafas terakhir. Jadilah jasad yang tidak mempunyai daya kekuatan, jasad akan diam mau diapakan dan mau dikemanakan. Jasad manusia akan dikebumikan, dan masuklah dia pada alam yang ketiga yaitu alam kubur.

Setelah manusia meninggal, manusia akan mengalami kehidupan yang ketiga. Di alam inipun manusia tidak akan abadi, karena alam kubur masih dibatasi dengan waktu hingga alam semesta dan seluruh isinya hancur dan dihancurkan oleh Allah, sehingga tidak akan ada kehidupan lagi. Setelah itu manusia akan di bangkitkan lagi, seluruh makhluk hidup yang pernah ada di alam dunia dibangkitkan lagi. Makhluk dari golongan jin dan manusia akan bangkit dan mempertanggungjawabkan seluruh amal ibadah yang pernah dilakukan di alam dunia sekarang ini. Amal yang baik akan menerima balasan kebaikan berupa surga dan amal yang buruk akan menerima balasan berupa siksa di dalam neraka.
Alam akhirat adalah alam yang penuh dengan keadilan, tidak ada kepalsuan dan kedustaan, seluruh anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas perbuatan yang pernah dilakukan.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan pertanggungan jawabnya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, Karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu. Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)”. (QS. Al Isra’: 36-39)

Dan pada hari itu semua amal akan memperoleh balasan yang setimpal.
1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Bagaimanakah dengan perbuatan dosa besar yang tidak bertobat, maka sisksanaya akan lebih berat dan sangat menyakitkan. Maka pencetus dan penyebar malware bertobatlah, selagi pintu tobat masih terbuka. Hidup manusia di dunia ini adalah merupakan pilihan, jalan yang baik atau yang buruk. Bila di dunia ini memilih jalan yang baik maka masuk di alam kubur dan alam akhirat akan menuai kebaikan, kenikmatan kebahagiaan dan kesejahteraan. Namun bila di dunia memilih jalan yang buruk, sekalipun didunia ini terkadang berada di atas angin dalam kondisi senang dan sejahtera, ingatlah ini adalah jalan yang buruk. Bahkan kadang merasa berbahagia berada diatas penderitaan orang lain.

Pencetus dan pengedar malware, agama telah memberikan jalan yang benar dan salah, baik dan buruk kepada manusia, tanpa agama kehidupan manusia akan mengalami kehancuran. Agama dengan syari’at didalamnya telah mengatur seluruh tata auturan kehidupan manusia. Karena itu bila kamu tidak beragama, maka belajarlah tentang agama, bila kamu sudah beragama, pelajarilah kitab sucinya dan jalankan perintah-perintahnya dan jauhi larangan-larangannya. Maka kamu akan selamat untuk selama-lamanya. Dicintai oleh semua orang, dan kamu akan dibanggakan oleh orang-orang yang membanggakan kamu. Semoga segera insaf., wassalam.

2/13/2015

Sehat Digaji Sakit Membayar, Bukan Aneh tapi Nyata



Dua kondisi tentang keadaan manusia, kadang sehat kadang sakit. Sehat adalah suatu harapan namun sakit sesuatu yang ingin dihindarkan. Harapan setiap manusia selalu dalam kondisi sehat namun keadaan yang kadang membuat imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan sakit. Sakit bisa terjadi karena beberapa sebab, bisa karena kecelakaan, faktor makanan, minuman, pikiran,lingkungan dan bisa karena faktor usia. Maka bila merasa dirinya selalu sehat, tidak pernah merasakan sakit, namum tiba-tiba sakit. Tentulah hal ini akan menjadi pemikiran dan merasa aneh bahakan orang lainpun juga akan menganggap aneh.

Bila dibiarkan maka sakitnya semakin menjadi-jadi, dan bila diobati penyakitnya menjadi sembuh, namun kadang kambuh lagi. Bila diobati segera sembuh maka pertanda bahwa organ tubuhnya cukup baik sehingga baru sekali berobat sudah langsung sembuh, tetapi bila sudah berulang kali berobat tidak kunjung sembuh, bahkan kadang penyakit yang diderita semakin manjadi-jadi, bahkan terasa semakin bertambah. Dengan ini maka perlunya bertanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi pada dirinya. Koreksilah terhadap faktor-faktor pemicu timbulnya suatu penyakit.

Salah satu upaya untuk mempeoleh derajat kesehatan, manusia harus bekerja dan berkarya, karena dengannya manusia akan memperoleh penghasilan atau gaji. Sehingga dengan gaji itulah manusia dapat memenuhi segala kebutuhan hidup sebagai makhluk pribadi, sosial dana makhluk Tuhan. Sebagai makhluk pribadi manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan, maka mustahil akan memperoleh bila tidak bekerja. Sandang dan papan suatu kebutuhan yang bersifat tahunan namun makan dan minum adalah kebutuhan harian. Tanpa makan dan minum manusia tidak akan hidup, bahkan makan dan minum dengan menu yang tidak seimbang maka tidak akan menjamin kondisi kesehatan selalu terjaga dengana baik. Karena itu makan bukan hanya sekedar untuk menghilangkan lapar, minum bukan hanya sekedar menghilangkan dahaga, tetapi diupayakan segala makanan dan minuman mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan sel-sel dalam tubuh manusia.

Makan dan minum adalah kebutuhan terbesar dalam hidup manusia. Berapa banyak sampah yang dibuang dalam setiap hari dari sisa-sisa makanan. Begitu besarnya kebutuhan hidup manusia, karena itu semakin giat dalam bekerja dan berkarya maka nutrisi yang dibutuhkan hendaknya semakin komplek. Karena beban kerja yang terlalu banyak bila tidak diimbangi dengan makan, minum, olah raga, istirahat yang cukup akan menimbulkan penyakit.

Karena itu setiap pegawai atau karyawan pada setiap lembaga dan institusi pemerintah maupun swasta selelu menggantungkan hidupnya. Dari situlah sumber utama pemenuhan kebutuhan hidup. Demikian pula lembaga pemerintah dan swasta membutuhkan pegawai dan karyawan yang handal, sehat, cakap, berintegritas, loyal agar dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban yang diamantakan kepadanya. Karena itu setiap institusi selalu memotivasi setiap karyawannya agar menjadi pribadi yang sehat secara total, sehat jasmani dan rohani. Karena itu untuk menciptakan itu mnimal dalam seminggu sekali pemerintah atau swasta memberikan kesempatan pada pegawai dan karyawannya agar berolah raga, bahkan alat-alat kesehatanpun disediakan dengan harapan pegawainya semua dalam kondisi sehat dan prima.

Demikian pula dalam lembaga pemerintah dan swasta tidak cukup memfasilitasi kegiatan olah raga saja, namun juga memberikan pembinaan mental rohani, misalanya diselenggarakan bimbingan rohani (pengajian) dan juga memberikan kebebasan pada setiap pegawai dan karyawannya untuk menjalankan ibadah pada waktu melaksanakan aibadah.

Karena itulah beruntunglah bagi setiap pegawai dan karyawan lembaga pemerintah atau swasta yang diberikan fasilitas tersebut. Karena kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan dengan kegiatan bekerja. Jadi pada dasarnya olah ragapun juga bekerja, mengikuti bimbingan rohani juga bekerja. Yang menjadi maslah mengapa setiap kegiatan itu berlangsung terlihat kurang bersemangat? Apakah sudah merasa sehat atau sudah merasa cukup atau malas atau sibuk dan sebagainya. Maka bila jawaban-jawaban ini secara spontan diucapkan sesunggunya bukan pribadi yang sehat. Karena seandainya merasa dirinya sehat, seberapa besar dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan. Seberapa besar dapat mempertanggungjawabkan seluruh tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya. Maka bila terjadi pekerjaan menumpuk ini menandakan bahwa stamina tubuh yang tidak memadai. Baru saja dihadapkan dengan pekerjaan, sudah merasa malas, ngantuk dan perasan-perasaan lainnya, hal ini karena sel-sel dalam tubuh tidak sehat, yang mestinya ketika tangan mau bekerja maka sel-sel dan organ tubuh lainnya ikut menopang untuk bekerja. Sehingga setiap pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan baik. Bila memang demikian, mengapa tidak menyadari, merasa sehat tapi sesungguhnya tidak sehat. Yang kedua hatinya sebenarnya tidak sehat, tidak bisa instrospeksi menandakan bahwa dirinyaa tidak sehat.

Rasululullah SAW mengatakan bahwa” ingatlah bahwa didalam jasad manusia terdapat segumpal daging, bila baik maka baiklah seluruh amal perbuatan mansia dan bila buruk maka buruklah seluruh amal perbauatan manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.

Hati yang sehat akan menjamin seluruh tubuh manusia menjadi sehat. Karena itu begitu banyaknya penyakit hati dan obatnya cukup lima hal pertama membaca Alquran dengan maknanya, kedua menegakkan shalat malam, ketiga memperpanjang dan memperbanyak dzikir, keempat makan dan minumlah secukupnya saja, kelima selalu berkumpul dengan orang-orang shalih”.

Demikian pula ketika tidak mau mengikuti bimbingan rohani, mengatakan bahwa dirinya sudah cukup dengan ilmu yang dimiliki. Bagaimanakah bila dikorelasikan dengan sabda Rasulullah Muhammad SAW bahwa dalam urusan agama hendaknya melihat kepada orang yang diatasnya. Sejauhmana keilmuan yang telah dimiliki, seberapa besar tingkat ibadah telah dijalankan, lihatlah kepada orang-orang shalih yang selalu giat dan teguh dalam menegakkan ajaran agama.

Karena itu bila sehat adalah suatu pilihan utama dalam hidup sebaliknya sakit bukan menjadi pilihan. Maka mungkin menjadi tanda tanya mengapa menjadi pribadi yang sehat justeru yang digaji namun bila sakit justru disuruh membayar. Bukankah orang sakit justru harus ditolong dan diberi bantuan bahkan dibebaskan dan kewajiban piutang. Tidaklah demikian karena ketika sehat maka gaji dan penghasilnya akan meningkat,namun bila sakit gaji dan penghasilannya akan berkurang, hal ini karena tingkat produktifitas kinerja yang berkurang dan adanya pengeluaran yang lain karena dampak dari sakit itu. Siapa yang mau menggunkan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sebagai pengobatan rawat jalan atau rawat inap.
Bila disuruh memilih tentu lebih baik membantu kepada orang lain, biarlah setiap bulan dimintai iuran untuk kesehatan, biarlah dana tersebut digunakan orang lain, karena sesungguhnya secara spiritual bahwa pemberian iuran pada dasarnya adalah upaya untuk mencegah dan menghindarkan balak karena sesungguhnya shadaqah dapat mencegah dari balak. Sakit adalah balak dan cobaan yang dapat dicegah dengan memperbanyak sadaqah.

Karena itu bila ingin sehat berusahalah agar menjadi pribadi yang sehat, makan, minum yang teratur dan seimbang, istirahat,olah raga secara teratur dan ibadah yang ikhlas dan istiqomah. Dengan demikian akan menjadi pribadi yang sehat secara paripurna, jasamani dan rohani, sehat ekonomi dan sosial. Satu hal yang perlu diingat bahwa sehat dan sakit adalah pilihan, dan setiap pribadi mempunyai hak untuk memperoleh derajat kesehatan. Sehat adalah milik pribadi dan akan berdampak luas, maka berusahalah untuk menjadi pribadi yang sehat.

2/06/2015

Kisah Sukses Manusia Yang Bersungguh-sungguh, Akan Berpacu Meraih Keinginan Yang Lain



Kisah sukses dua orang Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Zuama Dinal Maula. Pria kelahiran Kudus 5 Juni 1990, menjadi sarjana terbaik dengan predikat cum laude dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,93. Dia adalah salah seorang pribadi yang mandiri selama kuliah juga bekerja sebagai tenaga marketing motor. Kedua Siti Afidah, Gadis kelahiran Kendal, 3 Mei 1992 putri Bapak Baidhowi dan isterinya Aminah, warga Brangsong Kendal, Jawa Tengah. Sukses dengan mendapatkan gelar wisudawati cum laude dengan Indek Prestasi Komulatif 3,84.

Kesuksesan dua orang mahasiswa ini karena dapat menyelesaikan kuliah dengan predikat yang memuaskan dan mencengangkan semua orang. Ternyata kuliah dengan menanggung keterbatasan tetapi bisa meraih kesuksesan. Hal ini sangat berbeda dengan ratusan mahasiswa yang lain yang menyerahkan seluruh urusan perkuliahan kepada orang tuanya. Mulai uang kuliah, uang saku, uang kos, bahkan tak jarang untuk menentukan tempat kos, menentukan mata kuliah yang akan diambil diatur sepenuhnya oleh orang tuanya. Kebanggaan dua mahasiswa ini juga menorehkan sejarah padanya menjadi alumni pertama UIN Semarang dengan predikat terbaik.

Sejarah perjuangan dua mahasiswa UIN Semarang tersebut tentu juga ditemukan di Perguruan Tinggi yang lain. Seperti Raeni salah seorang wisudawati terbaik dari UNNES Semarang dengan IPK 3,96 adalah anak seorang pengayuh becak. Di salah satu Pergurunan Tinggi di Jogjakarta, mahasiswa yang berprofesi sebagai abang becak yang setiap hari mangkal di depan kampusnya tempat menimba ilmu. Dan tentunya masih banyak kisah hidup seorang pejuang dan seorang mujahid yang berupaya untuk melalui perjalanan hidupnya berakhir dengan kemulaiaan.

Jalan hidup adalah suatu proses yang harus ditempuh, bila selalu optimis menghadapi kehidupan maka akan berakhir dengan kebahagiaan. Allah tidak akan melupakan terhadap segala jerih payah hambanya:


“…barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Kesejahteraan dan kebahagian adalah sustu yang harus diupayakan, dalam kehidupan Jawa mempunyai peribahasa “adhigang adhigung adhiguna” yang maksudnya mengagungkan dan mengunggulkan kekayaan, jabatan, pangkat adalah tidak ada gunanya. Karena itu pembelajaran bahwa lebih baik menjadi dirinya sendiri dari pada menjadi orang tuanya atau orang lain. Boleh meraih cita-cita melebihi kemulian yang telah diperoleh oleh orang tuanya, namun saat ini dirinya adalah diri sendiri, seandainya orang tuanya adalah orang yang kaya, ibaratnya sebagai anak minta apapun akan diperolehnya karena orang tua amat sayangnya sehingga apapun yang diminta putra-putrinya akan dikabulkan.

Adalagi pribadi yang menjadi orang lain, hal ini karena tidak lepas dari pergaulan dengan teman-temannya yang nampak dari kalangan orang-orang kaya sehinga dirinya bersikap sebagai seorang perlente. Tidak tahunya bahwa gaya hidup selama kuliah menguras segala tenaga, fikiran orang tua bahkan harta yang dimiliki orang tua dijual hanya untuk menuruti kemamuannya. Hal ini berbalik dengan peribahasa Indonesia “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian” berbalik “menjadi berenang-renang ke hulu berakit-rakit ketepian”. Amatlah tragisnya bila kehidupannya demikian.

Memang sangat sulit untuk menjadi dirinya sendiri, karena dari sekian ribu atau juta civitas akademika hanya berapa orang yang dapat bertahan dengan dirinya sendiri. Orang jawa mengenal kata prihatin yaitu suatu sikap untuk menahan diri dari segala kemauan yang berlebihan. Seorang guru pernah bercerita tentang perjalanan hidup mencari ilmu di sebuah pesantren. Ternyata kebutuhan makan hanya sekedar dapat untuk menahan perut saja, sehingga kebutuhan makan hanya dengan menanak nasi diatas lampu teplok dengan panci yang digantungkan pada dinding padepokannya. Dan nasi yang dinanak hanya ditaburi sedikit garam sebagai lauknya.

Sungguh ajaib pada malam hari disaat semua santri sedang tidur, pada kegelapan malam karena belum ada listrik. Sang kyai melihat cahaya yang bersinar pada jasat yang sedang tidur, kyai tidak mau membangunkan dan ditariklah sarung santri tersebut kemudian disobek pada sisinya. Pada pagi harinya selesai menegakkan shalat subuh sang kyai bertanya pada santrinya siapakah diantara kalian yang sarungnya sobek, sungguh saya mohon maaf dan akan saya jahidkan kembali sarungnya. Ternyata sarungnya milik santri yang hidup dalam kekurangan dan keprihatinan. Ternyata memang benar bahwa santri tersebut mempunyai kepandaian yang lebih dibanding dengan para santri yang lain.

Kesuksesan adalah suatu proses meniti kehidupan, setelah menyelesaikaan satu pekerjaan segera beralih pada aktifitas yang lain. Setiap kesuksesan akan dihadapkan dengan beraneka macam cobaan, belum pasti setiap kesuksesan akan menyusul kesuksesan yang lain. Karena manusia hidup bergantung pula pada lingkungannya. Maka sejauh mana dapat berinteraksi kepada lingkungan dengan tetap memegang teguh pada prinsip moralitas maka akan menjadi pribadi yang beruntung.

Kesuksesan bagi pelajar bila dapat menyelesaikan proses pendidikan dengan baik dan prestasinya memuaskan. Setelah tamat dari pendidikan dasar dapat melanjutkan ke sekolah menengah menurut keiinginannya, setelah lulus sekolah menengah dapat melanjutkan ke sekolah menengah atas atau kejuruan sesuai dengan harapannya pula. Dan setelah lulus sekolah menengah atas atau kejuruan dapat melanjutkan ke jenjang Perguruana Tinggi atau bekerja sesuai dengan harapannya. Ketika menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dapat memalui seluruh proses pendidikan termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan lain, baik yang berhubungan dengan dunia kampus atau berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Kesuksesan di bangku kuliah salah satunya ditandai dapat menempuh seluruh mata kuliah dengan baik dan lulus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Lebih baik lagi bila mendapat IPK yang memuaskan. Dengan kesuksesan ini maka harapan untuk masuk pada bursa kerja akan terbuka luas, baik di perusahaan swasta atau di Instansi Pemerintah. Setelah bekerja tentu berharap dapat memperoleh penghasilan yang memuaskan, sehingga pada akhirnya akan menjadi insan mandiri untuk memasuki kehidupan berumah tangga.

Setelah masuk dalam kehidupan berumah tangga maka indikator kesuksesannya bila dapat membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga ini dapat mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga. Kesejahteraan lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fa’ali yaitu kebutuhan primer, skunder dan tertiernya. Sedangkan kebahagiaan adalah urusan hati bahwa dengan segala fasilitas dan prestasi yang diperolehnya apakah bisa mendatangkan kebahagiaan. Karena itu banyaknya harta, tingginya pangkat dan jabatan tidak menjamin akan menjadikan dirinya berbahagia. Seandainya menjadi pejabat namun setiap kebijakannya selalu diintervensi pihak lain tentu bukan kebahagiaan yang diperoleh.

Demikian bahwa kesuksesan itu adalah suatu proses dalam meraih suatu tujuan. Karena manusia mempunyai keinginan yang banyak, keinginannya tidak akan pernah berakhir, setelah memperoleh yang, ini ingin mendapatkan yang lain dan seterusnya. Selagi darah masih mengalir, masih bisa bernafas dan ruh masih menyatu dengan jasat hasrat dan keiinginan tidak akan pernah berakhir. Karena itu kesuksesan pribadi muslim adalah “fiddun ya hasanah wafil aakhirati hasanah waqina ‘adzabannar” memperoleh kebaikan didunia dan diakhirat dan dijauhkan dari azab neraka.