Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

6/23/2016

Makna Bulan Suci Ramadhan



Allah SWT menciptakan tahun yang terdiri atas 12 bulan, adapun hitungan hari dalam satu bulan berbeda-beda. Untuk kalender Masehi bisa terdiri 28, 29, 30 atau 31 hari. Namun untuk kalender Hijriyah hanya terdiri 29 atau 30 hari. Penentuan 12 bulan dalam setahun telah disebutkan oleh Allah SWT dalam Alquran Surat Attaubah ayat 36:
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”.

Adapun empat bulan Haram yang dimaksud adalah bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Berbeda dengan bulan yang lain Ramadhan adalah bulan suci. Tidak ada bulan yang suci kecuali bulan Ramadhan. Apakah maksud dari bula suci itu? Hal ini karena bulan suci Ramadhan adalah bulan yang diberkahi oleh Allah, hanya di dalam bulan Ramadhan nilai ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Semua ibadah sunnah akan dinilai sebagaimana ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan antara 10 hingga 700 kebaikan.

Karena itu dengan keunggulan bulan Ramadhan, menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Peningkatan ibadah dengan melihat keunggulan pada bulan Ramadhan. Bagi muslim yang telah mencapai pada derajad mukasafah niscaya tidak mau menyia-nyiakan setiap detikpun pada bulan Ramadhan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah, bahkan mereka tidak mau dengan segera ditinggalkan bulan Ramadhan. Mereka tahu tentang keutamaan bulan Ramadhan sehingga bila diizinkan, akan meminta kepada Allah agar semua bulan dijadikan sebagaimana bulan Ramadhan. Karena begitu besar rahmat dan ampunan Allah, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah bahwa bulan Ramadhan yang pertama adalah rahmat, Ramadhan yang kedua maghfirah dan Ramadhan yang ketiga akan dijauhkan dari api neraka.

Dimanakah sepuluh hari yang pertama, kedua dan ketiga? Karena dalam satu bulan terdiri dari 29 atau 30 hari. Karena itu bila dibagi tiga, maka Ramadhan yang pertama adalah tanggal 1-10, Ramadhan kedua 11-20, Ramadhan ketiga 21-29/30. Dengan demikian tanggal 1-10 Allah melimpahkan rahmat-Nya bagi seluruh hamba-Nya. Dengan rahmat maka setiap makhluk akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan, hal ini akan diperoleh bila dapat mengisi hari-hari khususnya pada bulan Ramadhan sebagai bentuk ibadah. Setiap anggota tubuh manusia diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, oleh karena itu ibadah puasa bukan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, dengan menahan diri untuk tidak makan, minum dan hubungan suami istri pada waktu siang hari. Bila sedang berpuasa bisa menahan diri maka puasanya syah tetapi yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja “banyak orang yang berpuasa namun yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja (Hadits)”.

Karena itu agar memperoleh derajat yang lebih tinggi, ketika sedang berpuasa hendaknya berupaya untuk menahan diri dari ucapan, perbuatan yang tidak baik, menghindarkan diri dari perkelahian dan permusuhan. Andaikan terbiasa berkata kotor, berbohong, menghibah, memfitnah, menggunjing, menyakiti orang lain, waktunya puasa Ramadhan yang pertama untuk dikeluarkan semua perilaku yang tidak baik. Allah telah menyediakan media dengan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat tarowih dan witir, tadararus Alquran, kajian Tafsir Alquran, Hadits dan kitab-kitab klasik, menyelenggarakan pesantren Ramadhan, buka bersama, kultum dan kuliah subuh, pembagian takjil dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan kegiatan-kegiatan ini diharapkan setiap muslim akan merasa disibukkan dengan urusan ibadah, sehingga sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk akan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif sesuai dengan tuntunan Islam. Hal ini sesuai dengan perilaku ahli suffah yang melakukan takholli.

Untuk selanjutnya pada sepuluh hari yang kedua 11-20 adalah hari- hari yang penuh dengan ampunan Allah. Setiap muslim melakukan tahalli, yaitu mengiasi, mengisi kehidupan dengan perbuatan yang baik. Maka tiada alasan bagi Allah untuk tidak mengampuni hamba-Nya yang telah berupaya membersihan diri dari segala perilaku yang tidak baik. Karena para pendosapun akan tetap diampuni Allah selagi masih hidup. Apalagi hamba-Nya yang taat, menyadari dosa dan kesalahan dirinya. Selalu meningkatkan kualitas ibadah, sehingga hati yang bersih akan memancarkan dalam setiap aktifitasnya. Setiap detak jantung, tarikan nafas selalu dipenuhi dengan dzikrullah. Sehingga kesadaran diri selalu merasakan kehadiran Allah pada dirinya. Jika dirinya tidak mengetahui Allah namun sesungguhnya dirinya yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Maka dalam setiap perbuatan selalu merasa diawasi Allah, dimanapun dan kapanpun. Allah bukan hanya mengawasi namun Allah juga akan mencatatnya, dan setiap perbuatan akan dikembalikan kepada dirinya baik di dunia maupun diakhirat. Setiap amal perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban, ketika didunia oleh yang memberikan amanat dan di akhirat oleh yang menciptakan amanat.

Pada sepuluh hari yang ketiga adalah tanggal 21-29/30 adalah hari-hari penentuan dimana ketika sudah memperoleh ampunan Allah, sifat-sifat Allah mulai tertanam dalam dirinya. Segala perbuatan yang dilakukan semata-mata mengikuti Sunnatullah, inilah bagi kalangan ahli suffah maka telah mencapai tingkat tajalli. Ketika telah mencapai taraf ini maka akan dijauhkan dari api neraka. Inilah bahwa tahapan untuk menggapai surgawi melalui suatu proses yang cukup panjang, karena dalam setiap waktu manusia tidak akan lepas dari cobaan, musibah dan bencana. Dari ini derajat keimanan teruji yang dibuktikan dengan aktifitas ibadah. Karena iman kadang bertambah dan kadang berkurang “al imanau yazidu wa yankusu”. Setiap muslim pasti pernah atau sering merasakan sendiri, misalnya suatu saat menunggu waktu shalat namun suatu saat sudah ada panggilan shalat tetapi masih menyibukkan diri dengan urusan dunia. Bahkan kadang sampai meninggalkan waktu shalat.

Karena itu bulan Ramadhan adalah bulan suci, segala bentuk ibadah akan dilipatgandakan pahalanya, kecuali puasa yang pahalanya akan langsung diterima Allah SWT. Sesungguhnya hanya ibadah puasa yang ibadahnya langsung diterima Allah. Dengan ini dimana-mana nuansa Ramadhan, masjid, langgar, musholla, di rumah, kantor, sekolah dan pondok pesantren, siaran radio, TV, surat kabar, media sosial. Bahkan ditempat umum nuansa Ramadhan, banyak baliho, spanduk yang memberikan himbauan tentang puasa Ramadahan, di pasar dan di sepanjang jalan menyediakan aneka makanan untuk berbuka puasa. Dan pada siang hari banyak rumah makan, restoran yang ditutup, atau memberikan pelayanan secara terbatas.

Bulan Ramadhan bulan untuk mensucikan diri, dengan keutamaannya diharapkan bisa menghapus atau secara perlahan mengikis dosa-dosa yang telah menumpuk, bahkan bisa jadi dengan kemurahan Allah akan memberikan ampunan segala dosa yang telah dilakukan hamba-hamba-Nya. Apalagi bagi siapapun yang menjumpai malam lailatul qadar, niscaya dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah. Untuk selanjutnya menjadi aktifitas pasca Ramadhan akan meningkat atau justru akan kembalai kepada perbuadakan hawa nafsu kembali. Mudah-mudahan dengan berbuka tanggal 1 Syawal akan dilanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal.

9/22/2015

Holiday Yang Melelahkan



Holiday adalah hari yang membahagiakan, karena pada hari itu aktifitas dan rutinitas untuk sementara dihentikan. Saatnya untuk refressing, karena itu pada saat holiday kita sering mencari kegiatan, berlibur atau bertamasya ke tempat wisata, bershilaturahim ke tempat teman atau saudara diluar kota atau memenuhi undangan walimah atau resepsi. Ada lagi ketika hari libur digunakan untuk bersantai-santai, di rumah bersama keluarga, atau melakukan bersih-bersih rumah dan lingkungannya. Namun sekalipun hari libur namun senantiasa berupaya untuk mengoptimalkan waktu agar tidak terbuang dengan sia-sia. Sehingga walaupun libur namun mempunyai target-target suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.

Aktifitas di rumah dan sekitarnya akan ditentukan oleh dirinya sendiri, misalnya bersih-bersih lingkungan, berkebun, bercocok tanam, memancing atau bersih-bersih sangkar burung atau kandang hewan piaraannya. Biasanya bila merasa capek maka akan segera berhenti, beristirahat, minum atau makan dan istirahat kembali. Sehingga walaupun beraktifitas namun tidak terlalu memforsir tenaga. Lain halnya bila beraktifitas dengan menggunakan media transportasi kendaraan bermotor pribadi.

Pernahkah berfikir bahwa armada adalah benda mati yang mempunyai ukuran ketahanan, sehingga setiap membeli kendaran baru, disana sudah ada petunjuk sampai berapa lama sparepart harus diganti. Pihak perusahaan telah memberikan batas waktu, sehingga walaupan masih kelihatan bagus karena terawat namun bila digunakan secara terus-menerus benda mati tersebut mempunyai batas kekuatan. Bila sparepart tersebut suatu yang bisa aus, seperti ban, kampas kopling, kampas rem biasanya bila sudah menipis maka akan segera diganti dengan yang baru. Tetapi bila sparepart tersebut berupa per, shocbreaker, as mobil sudah terlalu lama, maka gantinya biasanya bila telah patah. Konsumen tidak mengetahui atau malalaikan batas waktu untuk diganti. Bagaimanakah bila dalam perjalanan as mobil atau per nya patah?

Ini menjadi problem, bila kejadian patah sedang berada ditempat ramai tentu akan menimbulkan kemacetan lalu lintas, karena bisa jadi kendaraan sedang berada ditengah-tengah jalan, tiba-tiba mogok, hal ini akan menimbulkan kepanikan pada dirinya dan kekesalahan bagi pengendara yang lain. Mau-tidak mau harus diderek dan dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Bila kejadian patah sedang berada ditempat yang sepi, maka akan kesulitan untuk mencari montir dan bantuan pada pihak lain. Ditambah lagi bila peristiwa ini terjadi pada hari libur, dimana para pemilik perusahaan dan toko meliburkan karyawan, karena mereka mempunyai hak untuk libur, sehingga tok-toko sparepart banyak yang tutup.

Ketika mengalami hal yang demikian, yang muncul dalam benaknya yang penting mobil bisa berjalan dan segera sampai tujuan. Untuk mewujudkan maka berupaya untuk mencari montir, namun ternyata montir banyak yang libur maka mencari informasi kepada masyarakat sekitar, siapa yang bekerja dibengkel. Bila sedang beruntung maka akan menemukan montir, setelah terjadi pembicaraan montir segera beraksi melepaskan per yang patah dan berupaya untuk mengganti dengan yang baru. Bila nasib sedang mujur dapat menemukan tukang per menyediakan per mobil yang dibutuhkan. Namun bila sedang tidak beruntung, ternyata mencari kesana-kemari tukang per tidak menjual per mobil yang dibutuhkan. Karena sudah ada tekat yang penting mobil bisa berjalan dan segera sampai ke tujuan, maka berupaya mencari tukang las. Ternyata lagi-lagi tukang las juga libur. Tidak patah semangat terus mencari tukang las yang membuka usahanya pada hari libur. Beruntung ada tukang las yang tidak mempunyai hari libur, karena mereka bekerja secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain, maka dia libur menurut seleranya. Maka disinilah terjadi saling menguntungkan, tukang las mendapat penghasilan dan pemilik mobil mendapatkan jasa pelayanan.

Dengan mengucapkan saling berterimakasih, pemilik mobil berterimakasih, tukang las juga berterima kasih. Sampailah pada tindakan selanjutnya untuk dipasang pada mobilnya, setelah selesai di pasangpun, pemilik mobil berterimakasih pada montir dan montirpun berterima kasih pada pemilik mobil. Nampaknya bukan hanya sekedar memberikan berapa ongkos bongkar pasang sparepart mobil, namun memberikan tips sebagai ungkapan rasa terima kasih. Setelah mobil siap untuk kendarai, rasa senang dan bersyukur telah selesai. Namun begitu melihat waktu, ternyata sampai sehari penuh menyelesaikan perbaikan atas kerusakan mobil.

Setelah sampai tujuan baru terasa capeknya, sungguh holiday yang melelahkan.

4/17/2015

Hebatnya Guru Untuk Digugu dan Ditiru



Kita jadi pintar menulis dan membaca karena siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu karena siapa
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru

Guru bak pelita
Penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara

Sair lagu “Jasamu guru” karya M, Isfahani, menggambarkan betapa hebatnya guru, walaupun dengan kehebatannya itu dia bergelar pahlawan tanpa tanda jasa. Maka siapakah orangnya bila dia seorang guru dia orang yang mulia dan hebat.

Pernah suatu saat ketika ketika ada seorang yang sedang bekerja sebut saja namanya Mas Amir, dia seorang pekerja keras, tiada waktu yang terluang dan tidak ada waktu yang dibiarkan berlalu saja. Bahkan di dalam keluarga dia tergolong sebagai orang yang terampil, cerdas dan cekatan. Waktu bekerja selalu berdisiplin namun tidak pernah melupakan aktifitas sosial, setiap ada kegiatan di kampung di selalu hadir dan berpartisipasi, bahkan dalam bidang keagamaan dia tergolong sebagai pribadi yang supel dan penggerak kegiatan keagamaan. Dan ketika sedang liburan dan berada di rumah tidak pernah berhenti kecuali untuk makan dan shalat saja. Dia suka berkebun, suka berternak dan terampil membuat beraneka macam kerajinan rumah.

Ketika mas Amir sedang bekerja, dia harus menghentikan pekerjaannya, karena mendengar suara yang diucapkan dengan berulang-ulang, hebat memang hebat, hebat memang hebat, memang hebat. Ternyata suara itu berasal dari temannya yang bernama Sani. Maka secara spontan terjadi percakapan:

Amir : hai Sani apa yang hebat.
Sani : itu lo mas, para guru itu memang hebat.
Amir : apanya yang hebat
Sani : itu lho mas kepedulian terhadap temannya, jiwa empati, kekeluargaan dan persatuannya sungguh luar    biasa, hebat, hebat. Memang patut ditiru dan saya salut, bukan satu jempol tapi dua jempol. Memang hebat.
Amir : O, itu? Apa tidak berlebihan pujianmu itu? Apa yang kamu saksikan sehingga kamu nampak kagum sekali.
Sani : itu lho mas, suami kakak saya kan baru saja sakit, bukan hanya teman-teman satu sekolah dengan kakak saya yang datang menjenguk dan mendoakan, turut berempati. Tetapi teman-teman dari sekolah yang lain juga lain juga turut berempati, sungguh luar biasa.

Ketika terjadi percakapan itu kemudian muncul istri mas Amir yang juga ikut berbicara.
Anis : benar itu mas, waktu saya menengok mbak Tanti (kakaknya dik Sani), teman-teman guru dari kakaknya mbak Tanti dan teman guru dari Pamannya mbak Tanti juga turut berempati.
Amir : masak ya, sampai begitu tha dik.
Anis : benar itu mas.
Sani : itulah mas mengapa saya katakana guru itu memang hebat.

Percakapan tiga orang manusia ini menunjukkan betapa mulianya guru, yang patut untuk digugu dan ditiru. Kekerabatan, kebersamaan yang senantiasa dipupuk tidak sebatas pada temannya yang kadang hanya terkesan formalitas saja, tapi kehadiran mereka sungguh menambah semangat dan menjadi obat bagi rekan guru atau keluarganya yang sedang mendapat ujian berupa sakit.

4/11/2015

Peran Zikir Untuk Menghidari Bangkrut



Bangkrut berarti menderita kerugian besar hingga jatuh biasanya berkaitan dengan usaha perusahaan atau toko misalnya belum sampai tiga tahun perusahaannya sudah bangkrut. Bangkrut juga berarti jatuh miskin, habis harta bendanya, gulung tikar, misalnya karena suka berjudi maka ia bangkrut (W.J. S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1976, hal. 86). Lawan dari bangkrut adalah sukses, berhasil, beruntung, misalnya karena dia berusaha dengan sungguh-sungguh maka akhirnya dia sukses.

Tak seorangpun yang mengharapkan menjadi bangkrut sebaliknya selalu berharap agar menjadi orang yang sukses. Tetapi sukses itu bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba atau kebetulan saja tetapi harus diusahakan secara total sacara lahir dan batin melalui pendidikan, pelatihan secara terus menerus. Karena kesuksesan diupayakan secara jasmani dan rohani maka kesuksesan juga berdimensi dunia dan akhirat. Sukses di dunia mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, sedangkan sukses di akhirat bisa menjadi penghuni surga.

Pada suatu saat Rasulullah Muhammad SAW menguji para sahabat tentang siapa yang dinamakan orang bangkrut itu, dalam sabdanya:

“أَتَدْرُوْنَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟” قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطٰى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”.

“Tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “orang yang bangkrut atau pailit yaitu orang yang jatuh bangkrut dagangannya hingga habis semua kekayaannya, baik uang maupun perkakasnya.
Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku yaitu orang yang datang pada hari qiyamat lengkap membawa (pahala) shalatnya, (pahala) puasanya, (pahala) zakatnya. Tetapi ia telah memaki seseorang, menuduh orang lain makan harta orang lain, membunuh orang lain dan memukul orang lain. Maka berikanlah kebaikan orang ini kepadanya dan kebaikan itu kepadanya. Jika telah habis kebaikannya, sedang belum terbayar semua tuntutan orang-orang lainnya, maka diambillah dosa-dosa dari orang yang pernah dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya, kemudian dari itu ia dilemparkan kedalam neraka. (HR. Muslim)

Dari hadits tersebut mengatakan bahwa ketika para sahabat ditanyakan tentang orang yang muflis/ bangkrut, jawabannya berorientasi pada kehidupan dunia, sebagaimana yang sudah disaksikan dan bisa jadi pernah dirasakan atau juga sering mendengar orang mengatakan muflis. Karena itu Rasulullah menekankan pada jawaban kehidupan sesudah mati yaitu alam akhirat. Alam akhirat menjadi alam yang penuh dengan keadilan karena seluruh organ tubuh manusia akan menjadi saksi atas semua yang telah dilakukan, mata, telinga, hati bahkan seluruh organ tubuhnya kelak menjadi saksi atas perbuatan yang telah dilakukan. Tidak ada yang bisa menyangkal atas perbuatan yang telah dilakukan, karena itu dosa-dosa yang pernah dilakukan seperti menghibah, memfitnah, menyakiti orang lain dan membunuh orang tanpa sebab perbuatan-perbuatan ini akan menggerogoti seluruh amal perbuatan baik yang telah dilakukan.

Sekalipun dia rajin menegakkan shalat, menunaikan puasa, membayar zakat dan amal ibadah-ibadah lainnya. Amal ini akan berkurang karena orang-orang yang pernah dirugikan oleh dirinya kelak di akhirat akan menuntut untuk kembalikan. Karena banyak orang yang menuntut akhirnya amal perbuatan baik yang telah dijalankan akan berkurang bahkan menjadi habis dan yang lebih mengenaskan lagi dosa dari orang-orang yang pernah disakiti dan dirugikan akan diberikan kepadanya.

Manusia sebagai makhluk pribadi hendaknya selalu menghiasi diri dengan akhlak terpuji, sebagai makhluk sosial bahwa segala aktifitasnya selalu berkaitan erat dengan orang lain, sehingga segala perilaku akan berpengaruh dan mempengaruhi orang lain. Tidak semua perbuatan baik yang dilakukan akan diterima dengan sepenuhnya oleh semua orang, apalagi bila melakukan hal-hal yang tidak baik. Sebagai makhluk Tuhan manusia diciptakan oleh Allah dengan tugas ganda sebagai khalifatul ard dan sebagai ‘abdullah. Dua fungsi ini hendaknya dapat dilaksankan dengan seimbang agar manusia selama hidup di dunia senantiasa mendapat petunjuknya dan di akhirat memperoleh syafa’at-Nya.

Karena itu agar tidak menjadi orang yang bangkrut belajarlah dan berlatihlah untuk menahan hawa nafsu yang senantiasa menjerumuskan manusia pada perbuatan tercela. Hawa nafsu itu bedemensi pada perilaku syetan yang selalu mencintai perbuatan tercela. Orang-orang yang beriman senantiasa waspada bahwa dalam setiap saat tidak lepas dari godaan syetan, dengan demikian selalu membentengi diri dengan memperbanyak zikir. Kesadaran diri bahwa apapun yang dilakukan tidak bisa lepas dari pengawasan Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

4/09/2015

Sulitnya Untuk Berbuat Jujur-Berdampak Pada Perilaku Buruk



Jujur adalah salah satu perbuatan terpuji yang sulit untuk di wujudkan. Seandainya dunia ini dihuni oleh orang-orang yang semua senantiasa menegakkan kejujuran, niscaya tidak akan ada permusuhan, kerusakan, pertikaian dan peperangan. Jujur terhadap dirinya sendiri, kepada orang lain dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan jujur kehidupan manusia akan istiqomah dan khusnul khatimah, jika menjadi pemimpin maka sejak dilantik hingga akhir masa jabatan dapat dilalui dengan baik, tidak pernah bersentuhan dengan para penegak hukum. Bahkan setelah selesai dengan masa jabatan, senantiasa istiqomah, karena pangkat dan jabatan adalah amanah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. Di dunia oleh yang mengangkat dan di akhirat oleh Allah SWT. Jika menjadi pedagang adalah pedagang yang jujur tidak pernah mengurangi timbangan, tidak suka mengoplos barang yang asli dengan imitasi, tidak suka menimbun barang dan sebagainya maka hasilnya akan lebih barakah sehingga hidupnya semakin tenang.

Jika menjadi petani tidak pernah mengambil tanah orang lain dengan cara yang tidak benar, menjadi pegawai, buruh, pelajar, mahasiswa, dokter, tentara, polisi, jaksa, hakim dan sebagainya. Jika semuanya senantiasa menegakkan kejujuran maka ditemukan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Tapi mungkinkah bahwa semua orang itu akan berbuat jujur? Orang mungkin akan melihat orang-orang yang tidak jujur melalui media masa, elektronik atau bisa juga secara langsung menyaksikan perbuatan ketidakjujuran.

Pernah suatu saat pada sebuah angkutan umum mikro bus yang padat dengan penumpang, terlihat kondektur bus maju mundur menarik ongkos para penumpangnya. Menurut sang kondektur semuanya telah dimintai ongkos, dan bila uangnya lebih maka uang pengembaliannya juga sudah dikembalikan. Ternyata ada seorang penumpang yang sudah mengeluarkan uang dan siap untuk dibayarkan, namun karena terhalang oleh penumpang yang lain akhirnya dia terlewatkan. Untuk sementara uang masih dipegang. Mungkin didalam hati ada perasaan senang karena uangnya bisa untuk kebutuhan yang lain namun bisa juga dia berjanji nanti akan membayar sambil turun. Ternyata orang tersebut lebih memilih yang pertama, uang dimasukkan kembali ke dalam saku celananya, dan dia turun dari bus seakan tidak membawa beban apapun.

Inilah kejujuran pada rakyat biasa saja juga sulit untuk diwujudkan, padahal nominalnya hanya sedikit. Bagaimanakah jika dia diberikan amanat untuk mengelola keuangan yang lebih besar, mungkin dia akan menjadi koruptor. Karena gaya hidup yang belum memenuhi standar, bila belum mempunyai mobil, rumah, tanah, dan sebagainya maka sesuatu yang belum ada akhirnya diada-adakan. Demikian pula pasangan hidup yang dimiliki akan merasa berkurang, sehingga terjadi nikah siri, perzinaan dan sebagainya. Tenangkah hidupnya? Walaupun kebutuhan materi terpenuhi? Semua akan kembali pada pribadinya masing-masing.

Sesungguhnya harta yang diperoleh dengan cara yang tidak wajar dan tidak benar maka maka menjadi rizki yang haram. Karena itu keharaman suatu barang tidak hanya dilihat dari wujudnya barang, namun sifat dan cara memperolehnya. Sebagai contoh dari segi zatnya Narkoba adalah haram, namun ternyata semua hal yang berkaitan dengan Narkoba dan sejenisnya adalah haram.

لَعِنَ اللهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَبَائِعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهَا (رواه ابوداوود وابن ماجه عن ابن عمر)

“Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya dan penerimanya”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

Akibat harta yang haram
Makanan yang haram akan menyebabkan do’anya ditolak atau tidak maqbul. Karena itu janganlah berprasangka buruk terhadap Allah, ketika merasa ujub bahwa ibadahnya sudah berlebihan namun penderitaan, musibah dan bencana senantiasa datang silih berganti.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى يَاَيُّهَالرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صٰلِحً

وَقاَلَ تَعَالَى:يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوُا كُلُوْامِنْ طَيِّبٰتِ مَارَزَقْنٰكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ. [رواه مسلم]

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya: Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu. Dia mengangkatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: ya Tuhanku, ya Tuhanku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan”. (Hadits riwayat Muslim).

Kemudian bila dikorelasikan mengapa doanya menjadi doa yang ditolak, karena kewajiban pokok yaitu shalat lima waktunya, sebagai wujud hablun minallah, ternyata selagi makanan haram yang masih mengalir pada darahnya maka shalatnya tidak diterima oleh Allah. Dan dia akhirat akan di masukkan ke dalam neraka:

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ حَرَامٍ فَالنَّارُ اَوْ لَى بِهِ (رواه الترمذى)

“Semua daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka adalah utama untuk menyiksanya (HR. Tirmidzi)

Demikian bahwa kejujuran itu akan menuntun pada berbuatan baik dan sebailiknya lacut atau ketidakjujuran akan berdampak untuk cenderung melakukan perbuatan yang tidaak baik. Karena itu kejujuran harus dibiasakan. Karena kebaikan dan kejujuran yang telah menjadi kebiasaannya tidak akan bersikap lacut. Sebaliknya kebiasaan lajut bila tidak lacut maka mulutnya terasa gatal. Falsafah Jawa mengatakan “Ngapusi sepisan sak lawase bakal dhepus” sekali berbohong maka selamanya akan menjadi pembohong.

4/07/2015

Apalagi ini Tuhan, Tuhan Embuh-Pembinaan Bagi Mualaf



Pada suatu bangsa di Rumah Sakit dr. Sardjito Jogjakarta, di bangsal kelas 2, yang satu ruang ditempati oleh dua orang pasien rawat inap. Di bangsal rumah sakit, pasien diperkenankan untuk ditemani oleh maksimal dua orang anggota keluarga, kecuali pada waktu bangsal dibersihkan, maka semua penunggu diharuskan untuk keluar ruangan.

Di bangsal kelas tersebut kebetulan ditempati oleh dua orang apsien yang mempunyai keyakinan berbeda, satu pasien beragama Islam dan yang satunya beragama Katholik. Didalam hubungan sosial tidak menjadi masalah, karena sebagai warga negara Indonesia menjunjung tingggi semangat kerukunan antar umat beragama, tholeransi umat beragama. Dalam bidang sosial bisa saling menolong, namun untuk bidang aqidah adalah urusannya masing-masing.

Dalam keluarga yang berbeda agama itu nampaknya merupakan keluarga yang taat beragama. Pada suatu saat pasien yang beragama Katholik menceritakan ada salah seorang yang baru saja memeluk agama Katholik. Sebut saja wanita tersebut bernama Marlita yang sebelumnya beragama Hindhu, pada suatu saat dia begitu mantap dengan agama Katholik, ketika mendapatkan anugerah dan kenikmatan, dengan segera mengucapkan Puji Tuhan. Dia yakin bahwa dalam setiap doanya didengarkan Tuhan dan Tuhanpun dengan segera mengabulkan doanya.

Babak ujian keimanan

Suatu saat orang tua Marlita sakit, Tuhan, ada apa ini? Kata singkat ini penuh dengan makna, dalam hatinya dia protes katanya Tuhan Maha Pengasih tetapi mengapa dia memberikan cobaan yang demikian, Marlita berdoa agar diri dan keluarganya selalu diberikan kesejahteraan, ternyata yang didapat orang tuanya sakit yang tak kunjung sembuh. Maka dia protes, Tuhan ada apa ini? Seakan dia tidak terima dengan kenyataan yang sedang terjadi.

Dalam perjalanan selanjutnya orang tuanya berangsur-angsur kesehatannya mulai pulih, diapun segera mengatakan, Puji Tuhan. Baru saja orang tuanya mulai sehat, anaknya mendadak sakit, demam panas, bahkan sekali-sekali sempat kejang-kejang, dalam hatinya panik, dan entah ucapan apa lagi yang akan diucapkan. Ketika hatinya sedang kalut, tiba- tiba hand phone-nya berdering, ternyata yang memanggil adalah suster yang membimbingnya hingga dia masuk agama Katholik sampai pada pembinaan mental rohaninya..

Dalam percakapan itu suster manyampaikan turut berbahagia karena orang tuanya sudah sehat kembali, ucapan dari suster ini ternyata tidak mengurangi rasa gelisah di dalam hati, karena anaknya sakit. Dia ingin menyampaikan kabar, bahwa anaknya sakit, tetapi tidak ada jeda dari ucapan suster, tentunya dia mendengarkan kata-kata suster namun tidak fokus, karena didalam hatinya berkata, mengapa dia bicara terus, kapan saya bicaranya? Setelah kata-kata manis dari suster yang berusaha untuk membersarkan hati, barulah ada jeda kata dari suster sehingga dia menyela pembicaraan. Dengan menyampaikan berita bahwa sekarang anaknya sakit dan sedang si rawat di rumah sakit.

Dengan spontan suster menanyakan, sakit apa, mulai kapan, mengapa sakit. Satu persatu pertanyaan di jawab, dan sampai pada pertanyaan “mengapa sakit”? ternyata kata kata yang muncul’ “Tuhan itu embuh, embuh itu adalah bahasa Jawa yang berarti masa bodoh, tidak mau tahu, tidak peduli dan ungkapan-ungkapan lain yang bermakna negative.

Mengapa pertanyaan mengapa sakit, jawabannya tidak wajar, karena didalam hatinya ada gejolak, protes pada Tuhan, mengapa setelah masuk agama Katholik cobaannya selalu datang silih berganti. Apakah ini ujian yang harus dilalui, sampai kapakah akan berakhir cobaan itu? Inilah pertanyaan pada umumnya orang-orang yang sedang mengalami cobaan, ujian. Yang kadang cobaan itu datang silih berganti, satu cobaan menyusul cobaan yang lain. Bila cobaan itu mengenai orang-orang yang sudah kuat imannya maka dia akan bersabar, tetapi bagi orang-orang yang keimanannya masih rapuh maka akan berkeluh kesah, berputus asa, apatis, psimistis dan sebagainya.

Pembinaan terhadap mualaf
Didalam Islampun seorang mualaf harus selalu dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar. Setiap orang pemeluk agama tertentu bila mendapat pengikut baru dari orang yang beragama lain kemudian masuk agama baru. Tak jarang ketika masuk agama baru karena mempunyai motive tertentu, bukan karena keyakinan yang muncul dan kemudian tumbuh. Motive memeluk agama baru karena uang, pekerjaan, syarat nikah, untuk memperoleh pengakuan dalam keluarga, karena politik dan sebagainya. Katakanlah seandainya ada seorang mualaf (orang yang baru masuk Islam) karena motive yang demikian maka keyakinannya sangat rapuh, tidak mempunyai pendirian, apalagi semangat memperjuangkan atau berjuang dalam agama barunya. Bahkan kadang agama hanya sebagai simbol saja. Karena itu orang yang demikian perlu selalu dibimbing dan dibina agar mempunyai religion experience. Pengalaman keagamaan ini akan didapat ketika secara konsisten melaksanakan ajaran Islam mulai dari hal-hal yang kecil dan dimulai dari saat ini, ada beberapa contoh pengalaman beragama seseorang yang semakin menggiatkan idiologi mereka:

  • Seorang muslim merasakan manfaat wudhu, dimana dapat menghilangkan rasa kantuk, dapat menjaga kebersihan, dapat menciptakan kesegaran, dapat menghilangkan dosa kecil dan sebagainya.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah menegakkan shalat, dimana dirinya senantiasa merasa diawasi, dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar, dimanapun dan kapanpun berada, dirinya akan berhati-hati dan berfikir ulang ketika akan melaksanakan hal-hal yang dimurkai Allah.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah melaksanakan zikir bilisan, lisan akan terjaga dari perkataaan yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
  • Seorang muslim ketika membaca atau mendengarkan ayat-ayat Alquran dibaca, didalam hatinya merasakan ketenangan. Demikian juga muncul keinginan untuk mengetahui isi kandunyan Alquran.
  • Orang muslim ingin selalu menegakkan shalat yang berkualitas yaitu shalat untuk mencapai derajat khusuk. Karena itu senantiasa menegakkan shalat-shalat sunnahnya dan meningkatkan bacaan zikir.
  • Seorang muslim akan merasakan indahnya dapat berzakat yang dapat membersihkan diri dan hartanya. Dan dapat meningkatkan shadaqah karena didalam dirinya merasa yakin bahwa dengan bersedekah rizkinya akan ditambah oleh Allah SWT.
  • Seorang muslim yang melaksanakan puasa akan merasakan dirinya sebagai orang yang berkecukupan, setiap hari dapat makan dan minum dengan kenyang, sekaliapun yang dimakan hanya sekedarnya saja. Karena didalam bulan puasa Allah tidak membedakan antara orang yang kaya dan miskin, semuanya pasti merasakan lapar dan dahaga. Karena itu setiap orang dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
  • Seorang muslim yang sedang melaksanakan ibadah haji, akan merasakan kedekatannya kepada Allah SWT.
Dari hal-hal kecil dapat dilaksanakan, sehingga akan menemukan sesuatu yang lain, sesuatu yang belum pernah diarasakan sebelumnya, sesuatu yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata dan disampaikan dengan lisan. Dan hanya diri sendiri yang merasakan ini. Artinya bahwa mualaf tersebut berupaya untuk meraih hidayah dan akhirnya Allah memberikan hidayah dengan keyakinan yang mantap dan keyakinan yang mantap ini kemudian tertanan, terucap dalam kata-kata dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.


“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al. An’am: 162-163)

Pengakuan seluruh ibadah semata-mata hanya ditujukan kepada Allah kemudian meningkat rasa syukur tan tawakalnya kepada Allah SWT:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَ بِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَ رَسُوْلاً

Aku rela Allah menjadi Tuhanku, Islam menjadi agamaku, abi Muhammad adalah nabi dan utusan Allah.

Lain halnya mualaf yang telah mempelajari Islam, dan menemukan kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna. Ketika mengikrarkan dua kalimah syahadah “Asyahaduanla ilaha illlallah wa asyhadu anla Muhammadan Rasulullah”, memang sudah mantap dengan agama Islam sebagai pilihannya. Orang yang demikian dapat membina kemampuannya, bahkan tak jarang, banyak yang menjadi mubaligh, ustadz, kyai dan motivator terhadap orang Islam yang lain dalam menjalankan syariat Islam.

Disamping itu ada pula yang masuk agama Islam karena hidayah Allah. Dari orang-orang yang membenci Islam dan orang-orang Islam. Hati dan pikirannya telah terdoktrin untuk membenci Islam, namun tiba-tiba hatinya bergetar setelah mendengarkan bacaan Alquran, ketika menyaksikan orang yang sedang berwudhu, menyaksikan orang shalat dan sebagainya. Rasa takjub ini kemudian menambah keyakinan yang akhirnya menjadi pembela Islam.

Karena itu keyakinan yang tumbuh senantiasa meyakini, bahwa hidup manusia kadang suka, kadang duka, bila sedang memperoleh anugerah agar bersyukur dan bila mendapat musibah agar bersabar, dengan syukur dan sabar Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya.

3/13/2015

Malware Pembuat Fitnah Pencipta Musibah dan Malapetaka, Segera Bertobatlah



Malware, seandainya kamu adalah manusia sungguh kamu telah berbuat dosa. Malware jika kamu suatu produk di dunia maya, virus internet tentu kamu ada yang menciptakan. Malware seandainya kamu bisa berbicara dan disuruh memilih untuk berbuat baik atau buruk, kamu akan memilih yang mana? Jika pilihannya jatuh pada pilihan untuk berbuat baik dan melakukan kemaslahatan sungguh kamu telah melakukan pilihan yang tepat, karena kamu memang berakal sehat dan mempunyai hati nurani. Karena sesungguhnya setiap perbuatan yang telah dilakukan akan kembali pada dirinya sendiri. Apalagi bila dirinya menyatakan sebagai orang yang beragama, semua agama meyakini bahwa semua perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban dari Sang Pencipta yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Malware, ternyata kamu lebih memilih pada jalur yang buruk, jalan yang tidak baik dan membuat kehidupan manusia menjadi tidak tenang, resah dan gelisah. Kamu telah membuat perbuatan dosa besar, kamu telah membuat fitnah. Apakah ini telah menjadi pilihan terbaik bagimu? Ingat bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan, fitnah lebih besar dampaknya dari pada pembunuhan. Membunuh adalah salah satu perbuatan dosa besar, apalagi membunuh pada orang yang tidak bersalah atau melakukan kesalahan terhadap dirinya.

Pencetus malware, kamu telah melakukan dosa besar, dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Apalagi kamu berbangga-bangga dengan hasil karyamu, kamu telah merusak dan mengganggu kredibiltas, integritas moral manusia yang lain. Orang yang tidak tahu menahu terhadap gambar dan video porno ternyata dimasuknya dalam tautannya melalui jaringan sosial facebook. Termasuk penulis sendiri juga merasakan kegelisahan yang demikian itu. Ada syarat bahwa kamu akan menjadi hamba yang diampuni oleh Allah, kamu segera bertobat dan memohon maaf kepada orang-orang yang telah kamu fitnah.

Di dalam agama Islam, sebesar apapun dan sebanyak apapun dosa yang telah dilakukan, selagi masih mau bertobat, maka dosa tersebut akan diampuni oleh Allah. Implementasi tobat adalah menyesali terhadap dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, tidak akan mengulangi perbuatan yang serupa pada kesempatan yang lain dan mau mengganti perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik. Saya yakin bahwa dengan bertobat maka hidup akan terasa lebih tenang, nyaman, damai, bahagia dan sejahtera. Seandainya sekarang sedang berbangga-bangga dalam perbuatan yang bertentangan dengan Sunnatullah, dalam titik klimak akan menuju pada anti klimaknya akan mengalami kejenuhan karena merasa jiwanya kosong, perbuatan yang dilakukan hanya fatamorgana dan kepalsuan, seandainya mempunyai teman maka temanya hanya sebatas karena kepentingan dunia semata, seberapa lama hidup di dunia. Semakin lama hidup di dunia akan semakin rapuh, badan yang pernah kekar hanyalah tinggal kenangan, wajah yang penuh dengan pesona , setiap orang yang memandang langsung terkesima, hanya berapa tahun dapat merasakan hal yang demikian.

Sesungguhnya potensi pribadi manusia yang demikian itu bila terus dipergunakan pada jalan yang tidak baik maka kelak akan ternjadi suatu penyesalan. Tidak ada penyesalan yang datang sebelum perbuatan dilakukan, penyesalan pasti kerena dampak dari suatu perbuatan. Penyesalan itu tidak ada gunanya. Kecuali penyesalan yang kemudian muncul tekad untuk tidak mengulangi lagi dan mengganti perbuatan yang serupa dengan perbuatan yang lebih baik. Banyak orang yang pernah menjadi jagoan, cantik, molek, manawan, seksi, gagah, perkasa namun pada anti klimak ketika dirinya sedang sakit atau pada usia senja hidupnya menjadi merana. Tidak ada teman, sahabat, keluarga yang setia kecuali hanya kenangan-kenangan manis yang pernah dilakukan. Kini menjadi manusia papa yang berbaring lemah tak berdaya dipembaringan.

Teman dekat yang dulu pernah bersamanya, anak-buahnya atau bawahannya yang datang menyambanginya, memandang dengan penuh iba sambil berkata “kasihan, kasihan, kasihan”. Bila orang-orang dekatnya hanya bisa berbuat demikian, apalgi orang-orang yang pernah di dhalimi, difitnah, dia hanya sekedar melihat dan berlalu begitu saja. Kadang ada yang mengucapkan “astaghfirullahal ‘adzim”, ada lagi yang mengatakan “amit-amit semoga tidak mengenai diriku dan anak cucuku”. Sedang dirinya hanya bisa menatap dengan pandangan kosong tak ada yang dapat diucapkan, kecuali didalam hatinya mengatakan, seandainya saya masih muda atau seandainya saya menjadi muda lagi. Namun harapan ini tinggal harapan yang sama sekali tidak akan dapat terbukti, kecuali detik -detik menunggu hembusan nafas terakhir. Jadilah jasad yang tidak mempunyai daya kekuatan, jasad akan diam mau diapakan dan mau dikemanakan. Jasad manusia akan dikebumikan, dan masuklah dia pada alam yang ketiga yaitu alam kubur.

Setelah manusia meninggal, manusia akan mengalami kehidupan yang ketiga. Di alam inipun manusia tidak akan abadi, karena alam kubur masih dibatasi dengan waktu hingga alam semesta dan seluruh isinya hancur dan dihancurkan oleh Allah, sehingga tidak akan ada kehidupan lagi. Setelah itu manusia akan di bangkitkan lagi, seluruh makhluk hidup yang pernah ada di alam dunia dibangkitkan lagi. Makhluk dari golongan jin dan manusia akan bangkit dan mempertanggungjawabkan seluruh amal ibadah yang pernah dilakukan di alam dunia sekarang ini. Amal yang baik akan menerima balasan kebaikan berupa surga dan amal yang buruk akan menerima balasan berupa siksa di dalam neraka.
Alam akhirat adalah alam yang penuh dengan keadilan, tidak ada kepalsuan dan kedustaan, seluruh anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas perbuatan yang pernah dilakukan.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan pertanggungan jawabnya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, Karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu. Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)”. (QS. Al Isra’: 36-39)

Dan pada hari itu semua amal akan memperoleh balasan yang setimpal.
1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Bagaimanakah dengan perbuatan dosa besar yang tidak bertobat, maka sisksanaya akan lebih berat dan sangat menyakitkan. Maka pencetus dan penyebar malware bertobatlah, selagi pintu tobat masih terbuka. Hidup manusia di dunia ini adalah merupakan pilihan, jalan yang baik atau yang buruk. Bila di dunia ini memilih jalan yang baik maka masuk di alam kubur dan alam akhirat akan menuai kebaikan, kenikmatan kebahagiaan dan kesejahteraan. Namun bila di dunia memilih jalan yang buruk, sekalipun didunia ini terkadang berada di atas angin dalam kondisi senang dan sejahtera, ingatlah ini adalah jalan yang buruk. Bahkan kadang merasa berbahagia berada diatas penderitaan orang lain.

Pencetus dan pengedar malware, agama telah memberikan jalan yang benar dan salah, baik dan buruk kepada manusia, tanpa agama kehidupan manusia akan mengalami kehancuran. Agama dengan syari’at didalamnya telah mengatur seluruh tata auturan kehidupan manusia. Karena itu bila kamu tidak beragama, maka belajarlah tentang agama, bila kamu sudah beragama, pelajarilah kitab sucinya dan jalankan perintah-perintahnya dan jauhi larangan-larangannya. Maka kamu akan selamat untuk selama-lamanya. Dicintai oleh semua orang, dan kamu akan dibanggakan oleh orang-orang yang membanggakan kamu. Semoga segera insaf., wassalam.

2/13/2015

Sehat Digaji Sakit Membayar, Bukan Aneh tapi Nyata



Dua kondisi tentang keadaan manusia, kadang sehat kadang sakit. Sehat adalah suatu harapan namun sakit sesuatu yang ingin dihindarkan. Harapan setiap manusia selalu dalam kondisi sehat namun keadaan yang kadang membuat imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan sakit. Sakit bisa terjadi karena beberapa sebab, bisa karena kecelakaan, faktor makanan, minuman, pikiran,lingkungan dan bisa karena faktor usia. Maka bila merasa dirinya selalu sehat, tidak pernah merasakan sakit, namum tiba-tiba sakit. Tentulah hal ini akan menjadi pemikiran dan merasa aneh bahakan orang lainpun juga akan menganggap aneh.

Bila dibiarkan maka sakitnya semakin menjadi-jadi, dan bila diobati penyakitnya menjadi sembuh, namun kadang kambuh lagi. Bila diobati segera sembuh maka pertanda bahwa organ tubuhnya cukup baik sehingga baru sekali berobat sudah langsung sembuh, tetapi bila sudah berulang kali berobat tidak kunjung sembuh, bahkan kadang penyakit yang diderita semakin manjadi-jadi, bahkan terasa semakin bertambah. Dengan ini maka perlunya bertanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi pada dirinya. Koreksilah terhadap faktor-faktor pemicu timbulnya suatu penyakit.

Salah satu upaya untuk mempeoleh derajat kesehatan, manusia harus bekerja dan berkarya, karena dengannya manusia akan memperoleh penghasilan atau gaji. Sehingga dengan gaji itulah manusia dapat memenuhi segala kebutuhan hidup sebagai makhluk pribadi, sosial dana makhluk Tuhan. Sebagai makhluk pribadi manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan, maka mustahil akan memperoleh bila tidak bekerja. Sandang dan papan suatu kebutuhan yang bersifat tahunan namun makan dan minum adalah kebutuhan harian. Tanpa makan dan minum manusia tidak akan hidup, bahkan makan dan minum dengan menu yang tidak seimbang maka tidak akan menjamin kondisi kesehatan selalu terjaga dengana baik. Karena itu makan bukan hanya sekedar untuk menghilangkan lapar, minum bukan hanya sekedar menghilangkan dahaga, tetapi diupayakan segala makanan dan minuman mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan sel-sel dalam tubuh manusia.

Makan dan minum adalah kebutuhan terbesar dalam hidup manusia. Berapa banyak sampah yang dibuang dalam setiap hari dari sisa-sisa makanan. Begitu besarnya kebutuhan hidup manusia, karena itu semakin giat dalam bekerja dan berkarya maka nutrisi yang dibutuhkan hendaknya semakin komplek. Karena beban kerja yang terlalu banyak bila tidak diimbangi dengan makan, minum, olah raga, istirahat yang cukup akan menimbulkan penyakit.

Karena itu setiap pegawai atau karyawan pada setiap lembaga dan institusi pemerintah maupun swasta selelu menggantungkan hidupnya. Dari situlah sumber utama pemenuhan kebutuhan hidup. Demikian pula lembaga pemerintah dan swasta membutuhkan pegawai dan karyawan yang handal, sehat, cakap, berintegritas, loyal agar dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban yang diamantakan kepadanya. Karena itu setiap institusi selalu memotivasi setiap karyawannya agar menjadi pribadi yang sehat secara total, sehat jasmani dan rohani. Karena itu untuk menciptakan itu mnimal dalam seminggu sekali pemerintah atau swasta memberikan kesempatan pada pegawai dan karyawannya agar berolah raga, bahkan alat-alat kesehatanpun disediakan dengan harapan pegawainya semua dalam kondisi sehat dan prima.

Demikian pula dalam lembaga pemerintah dan swasta tidak cukup memfasilitasi kegiatan olah raga saja, namun juga memberikan pembinaan mental rohani, misalanya diselenggarakan bimbingan rohani (pengajian) dan juga memberikan kebebasan pada setiap pegawai dan karyawannya untuk menjalankan ibadah pada waktu melaksanakan aibadah.

Karena itulah beruntunglah bagi setiap pegawai dan karyawan lembaga pemerintah atau swasta yang diberikan fasilitas tersebut. Karena kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan dengan kegiatan bekerja. Jadi pada dasarnya olah ragapun juga bekerja, mengikuti bimbingan rohani juga bekerja. Yang menjadi maslah mengapa setiap kegiatan itu berlangsung terlihat kurang bersemangat? Apakah sudah merasa sehat atau sudah merasa cukup atau malas atau sibuk dan sebagainya. Maka bila jawaban-jawaban ini secara spontan diucapkan sesunggunya bukan pribadi yang sehat. Karena seandainya merasa dirinya sehat, seberapa besar dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan. Seberapa besar dapat mempertanggungjawabkan seluruh tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya. Maka bila terjadi pekerjaan menumpuk ini menandakan bahwa stamina tubuh yang tidak memadai. Baru saja dihadapkan dengan pekerjaan, sudah merasa malas, ngantuk dan perasan-perasaan lainnya, hal ini karena sel-sel dalam tubuh tidak sehat, yang mestinya ketika tangan mau bekerja maka sel-sel dan organ tubuh lainnya ikut menopang untuk bekerja. Sehingga setiap pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan baik. Bila memang demikian, mengapa tidak menyadari, merasa sehat tapi sesungguhnya tidak sehat. Yang kedua hatinya sebenarnya tidak sehat, tidak bisa instrospeksi menandakan bahwa dirinyaa tidak sehat.

Rasululullah SAW mengatakan bahwa” ingatlah bahwa didalam jasad manusia terdapat segumpal daging, bila baik maka baiklah seluruh amal perbuatan mansia dan bila buruk maka buruklah seluruh amal perbauatan manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.

Hati yang sehat akan menjamin seluruh tubuh manusia menjadi sehat. Karena itu begitu banyaknya penyakit hati dan obatnya cukup lima hal pertama membaca Alquran dengan maknanya, kedua menegakkan shalat malam, ketiga memperpanjang dan memperbanyak dzikir, keempat makan dan minumlah secukupnya saja, kelima selalu berkumpul dengan orang-orang shalih”.

Demikian pula ketika tidak mau mengikuti bimbingan rohani, mengatakan bahwa dirinya sudah cukup dengan ilmu yang dimiliki. Bagaimanakah bila dikorelasikan dengan sabda Rasulullah Muhammad SAW bahwa dalam urusan agama hendaknya melihat kepada orang yang diatasnya. Sejauhmana keilmuan yang telah dimiliki, seberapa besar tingkat ibadah telah dijalankan, lihatlah kepada orang-orang shalih yang selalu giat dan teguh dalam menegakkan ajaran agama.

Karena itu bila sehat adalah suatu pilihan utama dalam hidup sebaliknya sakit bukan menjadi pilihan. Maka mungkin menjadi tanda tanya mengapa menjadi pribadi yang sehat justeru yang digaji namun bila sakit justru disuruh membayar. Bukankah orang sakit justru harus ditolong dan diberi bantuan bahkan dibebaskan dan kewajiban piutang. Tidaklah demikian karena ketika sehat maka gaji dan penghasilnya akan meningkat,namun bila sakit gaji dan penghasilannya akan berkurang, hal ini karena tingkat produktifitas kinerja yang berkurang dan adanya pengeluaran yang lain karena dampak dari sakit itu. Siapa yang mau menggunkan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sebagai pengobatan rawat jalan atau rawat inap.
Bila disuruh memilih tentu lebih baik membantu kepada orang lain, biarlah setiap bulan dimintai iuran untuk kesehatan, biarlah dana tersebut digunakan orang lain, karena sesungguhnya secara spiritual bahwa pemberian iuran pada dasarnya adalah upaya untuk mencegah dan menghindarkan balak karena sesungguhnya shadaqah dapat mencegah dari balak. Sakit adalah balak dan cobaan yang dapat dicegah dengan memperbanyak sadaqah.

Karena itu bila ingin sehat berusahalah agar menjadi pribadi yang sehat, makan, minum yang teratur dan seimbang, istirahat,olah raga secara teratur dan ibadah yang ikhlas dan istiqomah. Dengan demikian akan menjadi pribadi yang sehat secara paripurna, jasamani dan rohani, sehat ekonomi dan sosial. Satu hal yang perlu diingat bahwa sehat dan sakit adalah pilihan, dan setiap pribadi mempunyai hak untuk memperoleh derajat kesehatan. Sehat adalah milik pribadi dan akan berdampak luas, maka berusahalah untuk menjadi pribadi yang sehat.

2/06/2015

Kisah Sukses Manusia Yang Bersungguh-sungguh, Akan Berpacu Meraih Keinginan Yang Lain



Kisah sukses dua orang Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Zuama Dinal Maula. Pria kelahiran Kudus 5 Juni 1990, menjadi sarjana terbaik dengan predikat cum laude dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,93. Dia adalah salah seorang pribadi yang mandiri selama kuliah juga bekerja sebagai tenaga marketing motor. Kedua Siti Afidah, Gadis kelahiran Kendal, 3 Mei 1992 putri Bapak Baidhowi dan isterinya Aminah, warga Brangsong Kendal, Jawa Tengah. Sukses dengan mendapatkan gelar wisudawati cum laude dengan Indek Prestasi Komulatif 3,84.

Kesuksesan dua orang mahasiswa ini karena dapat menyelesaikan kuliah dengan predikat yang memuaskan dan mencengangkan semua orang. Ternyata kuliah dengan menanggung keterbatasan tetapi bisa meraih kesuksesan. Hal ini sangat berbeda dengan ratusan mahasiswa yang lain yang menyerahkan seluruh urusan perkuliahan kepada orang tuanya. Mulai uang kuliah, uang saku, uang kos, bahkan tak jarang untuk menentukan tempat kos, menentukan mata kuliah yang akan diambil diatur sepenuhnya oleh orang tuanya. Kebanggaan dua mahasiswa ini juga menorehkan sejarah padanya menjadi alumni pertama UIN Semarang dengan predikat terbaik.

Sejarah perjuangan dua mahasiswa UIN Semarang tersebut tentu juga ditemukan di Perguruan Tinggi yang lain. Seperti Raeni salah seorang wisudawati terbaik dari UNNES Semarang dengan IPK 3,96 adalah anak seorang pengayuh becak. Di salah satu Pergurunan Tinggi di Jogjakarta, mahasiswa yang berprofesi sebagai abang becak yang setiap hari mangkal di depan kampusnya tempat menimba ilmu. Dan tentunya masih banyak kisah hidup seorang pejuang dan seorang mujahid yang berupaya untuk melalui perjalanan hidupnya berakhir dengan kemulaiaan.

Jalan hidup adalah suatu proses yang harus ditempuh, bila selalu optimis menghadapi kehidupan maka akan berakhir dengan kebahagiaan. Allah tidak akan melupakan terhadap segala jerih payah hambanya:


“…barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Kesejahteraan dan kebahagian adalah sustu yang harus diupayakan, dalam kehidupan Jawa mempunyai peribahasa “adhigang adhigung adhiguna” yang maksudnya mengagungkan dan mengunggulkan kekayaan, jabatan, pangkat adalah tidak ada gunanya. Karena itu pembelajaran bahwa lebih baik menjadi dirinya sendiri dari pada menjadi orang tuanya atau orang lain. Boleh meraih cita-cita melebihi kemulian yang telah diperoleh oleh orang tuanya, namun saat ini dirinya adalah diri sendiri, seandainya orang tuanya adalah orang yang kaya, ibaratnya sebagai anak minta apapun akan diperolehnya karena orang tua amat sayangnya sehingga apapun yang diminta putra-putrinya akan dikabulkan.

Adalagi pribadi yang menjadi orang lain, hal ini karena tidak lepas dari pergaulan dengan teman-temannya yang nampak dari kalangan orang-orang kaya sehinga dirinya bersikap sebagai seorang perlente. Tidak tahunya bahwa gaya hidup selama kuliah menguras segala tenaga, fikiran orang tua bahkan harta yang dimiliki orang tua dijual hanya untuk menuruti kemamuannya. Hal ini berbalik dengan peribahasa Indonesia “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian” berbalik “menjadi berenang-renang ke hulu berakit-rakit ketepian”. Amatlah tragisnya bila kehidupannya demikian.

Memang sangat sulit untuk menjadi dirinya sendiri, karena dari sekian ribu atau juta civitas akademika hanya berapa orang yang dapat bertahan dengan dirinya sendiri. Orang jawa mengenal kata prihatin yaitu suatu sikap untuk menahan diri dari segala kemauan yang berlebihan. Seorang guru pernah bercerita tentang perjalanan hidup mencari ilmu di sebuah pesantren. Ternyata kebutuhan makan hanya sekedar dapat untuk menahan perut saja, sehingga kebutuhan makan hanya dengan menanak nasi diatas lampu teplok dengan panci yang digantungkan pada dinding padepokannya. Dan nasi yang dinanak hanya ditaburi sedikit garam sebagai lauknya.

Sungguh ajaib pada malam hari disaat semua santri sedang tidur, pada kegelapan malam karena belum ada listrik. Sang kyai melihat cahaya yang bersinar pada jasat yang sedang tidur, kyai tidak mau membangunkan dan ditariklah sarung santri tersebut kemudian disobek pada sisinya. Pada pagi harinya selesai menegakkan shalat subuh sang kyai bertanya pada santrinya siapakah diantara kalian yang sarungnya sobek, sungguh saya mohon maaf dan akan saya jahidkan kembali sarungnya. Ternyata sarungnya milik santri yang hidup dalam kekurangan dan keprihatinan. Ternyata memang benar bahwa santri tersebut mempunyai kepandaian yang lebih dibanding dengan para santri yang lain.

Kesuksesan adalah suatu proses meniti kehidupan, setelah menyelesaikaan satu pekerjaan segera beralih pada aktifitas yang lain. Setiap kesuksesan akan dihadapkan dengan beraneka macam cobaan, belum pasti setiap kesuksesan akan menyusul kesuksesan yang lain. Karena manusia hidup bergantung pula pada lingkungannya. Maka sejauh mana dapat berinteraksi kepada lingkungan dengan tetap memegang teguh pada prinsip moralitas maka akan menjadi pribadi yang beruntung.

Kesuksesan bagi pelajar bila dapat menyelesaikan proses pendidikan dengan baik dan prestasinya memuaskan. Setelah tamat dari pendidikan dasar dapat melanjutkan ke sekolah menengah menurut keiinginannya, setelah lulus sekolah menengah dapat melanjutkan ke sekolah menengah atas atau kejuruan sesuai dengan harapannya pula. Dan setelah lulus sekolah menengah atas atau kejuruan dapat melanjutkan ke jenjang Perguruana Tinggi atau bekerja sesuai dengan harapannya. Ketika menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dapat memalui seluruh proses pendidikan termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan lain, baik yang berhubungan dengan dunia kampus atau berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Kesuksesan di bangku kuliah salah satunya ditandai dapat menempuh seluruh mata kuliah dengan baik dan lulus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Lebih baik lagi bila mendapat IPK yang memuaskan. Dengan kesuksesan ini maka harapan untuk masuk pada bursa kerja akan terbuka luas, baik di perusahaan swasta atau di Instansi Pemerintah. Setelah bekerja tentu berharap dapat memperoleh penghasilan yang memuaskan, sehingga pada akhirnya akan menjadi insan mandiri untuk memasuki kehidupan berumah tangga.

Setelah masuk dalam kehidupan berumah tangga maka indikator kesuksesannya bila dapat membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga ini dapat mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga. Kesejahteraan lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fa’ali yaitu kebutuhan primer, skunder dan tertiernya. Sedangkan kebahagiaan adalah urusan hati bahwa dengan segala fasilitas dan prestasi yang diperolehnya apakah bisa mendatangkan kebahagiaan. Karena itu banyaknya harta, tingginya pangkat dan jabatan tidak menjamin akan menjadikan dirinya berbahagia. Seandainya menjadi pejabat namun setiap kebijakannya selalu diintervensi pihak lain tentu bukan kebahagiaan yang diperoleh.

Demikian bahwa kesuksesan itu adalah suatu proses dalam meraih suatu tujuan. Karena manusia mempunyai keinginan yang banyak, keinginannya tidak akan pernah berakhir, setelah memperoleh yang, ini ingin mendapatkan yang lain dan seterusnya. Selagi darah masih mengalir, masih bisa bernafas dan ruh masih menyatu dengan jasat hasrat dan keiinginan tidak akan pernah berakhir. Karena itu kesuksesan pribadi muslim adalah “fiddun ya hasanah wafil aakhirati hasanah waqina ‘adzabannar” memperoleh kebaikan didunia dan diakhirat dan dijauhkan dari azab neraka.

2/03/2015

Managemen Rumah Tangga Untuk Menciptkan Keluarga Sejahtera dan Bahagia




Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan yang indah, dimana antara dua orang laki-laki yang berbeda jenis kelamin, berbeda suku, nasab, bahasa bisa bersatu karena atas dasar cinta. Walaupun membina Rumah tangga kadang kala tidak didahului dengan cinta dengan sepenuh hati, hal ini kalau mengingat masa dahulu, orang tua sudah menjodohkan putra-putrinya kepada calon pendamping pilihannya yang dipandang akan menjamin kehidupan dikemudian hari menjadi bahagia dan sejahtera.

Budaya jawa pada zaman dahulu, sebagaimana contoh pada zaman RA Kartini, perempuan menjadi wanita yang harus dipingit bila sudah mencapai usia remaja. Sehingga soal pasangan hidup dan jodohnya sudah ditentukan oleh orang tuannya. Walaupaun pada zaman sekarang sudah terjadi pergeseran, namun tentu masih ada saja yang menjalankan hal seperti itu. Dengan zaman kebebasan laki-laki dan perempuan bebas untuk menentukan pilihannya. Namun kadang kala pilihannya tidak menjadi pilihan terakhir karena pilihannya tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan.

Rasulullah Muhammad pernah menyampaikan tentang kriteria wanita ideal sebagai pendamping hidup yaitu pertama wanita yang beragama dan mempunyai kesadaran melaksanakan ajaran agamanya. Perintah agama selalu berusaha untuk dilaksanakan dan larangannya berupaya untuk dihindarkan, kedua wanita yang berharta dalam arti telah mempunyai ketahanan ekonomi yang mapan, ketiga wanita yang berasal dari keturunan orang yang baik, ketiga wanita yang cantik. Hal ini bagi laki-laki yang hendak memilih pasangan hidup, demikian pula bagi wanita menharapkan laki-laki dengan kriterianya sama hanya saja yang terakhir laki-laki yang gagah atau tampan.

Dapatkah memilih pasangan sesuai dengan kriteria diatas, kemungkinan ada walaupun tidak sempurna, namun mendekati pada persamaan. Tak jarang bahwa kriteria tersebut sangat berbeda dengan harapan, sehingga setelah membangun rumah tangga selalu dihadapkan dengan upaya untuk membina rumah tangga. Berupaya mencari keselarasan, kesamaan, saling mengalah, saling melengkapi. Sehingga walaupun pada awal pernikahan terasa janggal namun dapat dilesatarikan hingga batas akhir kehidupan. Sebaliknya ada saja pasangan hidup yang sudah dipilih dan sesuai dengan harapan namun bangunan rumah tangga amat rapuh sehingga rumah tangga tidak bisa dibina. Bila dapat dipertahankan tak jarang kehidupannya selalu diwarnai dengan kedisharmonisan, percekcokan dan pertengkarang, bahkan salah satu atau kedua -duanya mencari kepuasaan diluar rumah.

Hendaknya setiap insan menyadari bahwa pasangan yang telah dipilihnya adalah merupakan jodoh dan itu adalah telah ditentukan oleh Allah SWT. Setelah bangunan rumah tangga dibangun maka setiap pribadi berupaya untuk membina kehidupan rumah tangga. Untuk mewujudkan hal ini maka perlunya manageman rumah tangga.

1. Perencanaan (planning) yaitu membuat rencana kerja, jalan dan usaha-usaha yang akan ditempuh serta menetapkan usaha yang akan dicapai.
2. Pengorganisasian (organizing) yaitu pengaturan dan tata kerja dalam melaksanakan rencana pekerjaan termasuk meresapi adanya tujuan bersama, adanya pola yang menetapkan pembagian tugas wewenang serta hubungan antara suatu posisi dengan posisi lainnya, hubungan antara kerja dengan petugas, menaati peraturan, disiplin dan hirarkhi dalam pekerjaan dan sebagainya.
3. Pengarahan (directing/ leading) artinya pemimpin atau kepemimpinan yang akan memimpin dan mengatur jalannya semua rencana.
4. Pengawasan (controlling) yaitu mengontrol dan mengendalikan apakah suatu rencana berjalan lancar atau apakah hasil pekerjaan sesuai dengan standar yang diinginkan ataukah ada halangan dan rintangan atau terhadap kelainan -kelainan yang harus diperbaiki.
5. Koordinasi yaitu kerjasama dengan pembagian tugas dan wewenag yang rapi harus terjalin dengan baik, tanpa koordinasi antara unsur-unsur yang berkepentingan semua rencana tak mungkin dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang nenjadi sasaran tak mungkin tercapai dengan baik. (Dirjen. Bimas Islam dan Urusan Haji, Modul Pelatihan Pelatih Pembina Keluarga Sakinah, hal: 113-114)

Disamping itu dengan pemikiran, setiap diri hendaknya peka terhadap rasa dan berperasaan, karena itu sikap saling menghargai hendaknya selalu dibina, dua insan yang telah menjadi satu akan menjadi kesempurnaan, setiap diri tidak menuruti hawa nafsu dan bersikap egois. Walaupun setiap diri secara fitrah berkarya sesuai dengan bidangnya namun anamun setiap diri hendaknya menyadari akan kekurangan dirinya sendiri.

1/22/2015

Maling Bernasib Apes Ketika Beroprasi di Masjid, Ingin Mujur Jadi Ajur



Masjid adalah salah satu bangunan monumental bagi umat Islam, masjid menjadi sarana untuk membersihkan diri dari penyakit hati, tempat bersujud, masjid menjadi sarana pendidikan, tempat konsultasi, pelayanan/ santunan bagi fakir miskin, tempat musyawarah, penerangan agama, tempat untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Pada umumnya orang ke masjid mempunyai maksud dan tujuan yang mulia walaupun ada saja orang yang mengunjungi masjid karena mempunyai tujuan yang berbeda.

Bila khatib, mubaligh, da’i atau kyai mengatakan “ambillah yang baik-baik dan tinggalkanlah yang buruk-buruk”. Ada maling yang selalu menggunakan dalih yang telah disampaikan oleh para ulama tersebut diatas. Mereka datang ke masjid karena usaha untuk mendapatkan rizki dengan cara yang tidak wajar, karena berusaha merampas milik orang lain, atau menukar suatu barang dengan milik orang lain. Kita sering mendengar bahwa ketika sedang berada di masjid untuk shalat atau keperluan lainnya namun ternyata ketika mau kembali barang miliknya hilang. Bisa berupa tas, sepatu, helm, sepeda motor dan barang-barang lainnya.

Maling yang sukses karena telah melancarkan aksinya tanpa mengalami kendala, mengambil barang milik orang lain dengan mudah dan tidak ada orang yang mencurigai. Tentu mereka merasa puas, dan kesuksesan ini akan terus ditingkatkan untuk mengambil barang milik orang lain dari segi kuantitas maupun kualitas barangnya. Maling yang sukses mengambil sepatu atau sandal di masjid, suatu saat akan mengambil dalam skala besar dan berkeliling dari masjid-ke masjid.

Setelah barang didapat tentu akan mempertimbangkan nilai barang yang telah diambil, bila tidak sesuai dengan resiko yang akan ditanggung tentu akan meningkatkan kadar pencurian dengan mengincar barang-barang yang lebih berharga, misalnya membobol mobil dengan memecah kacanya, mencuri kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Bahkan tidak sedikit maling yang mengincar kotak amal di dalam masjid.
Apakah maling tidak mempunyai perasaan, bagaimanakah rasanya bila barang miliknya hilang, apakah dia tidak akan merasa sedih, marah dan sebagainya. Saya yakin dia akan merasakan yang demikian itu. Tetapi mengapa dia mau melakukan suatu perbuatan yang membuat orang lain menjadi susah karena kehilangan barang berharga miliknya. Memang banyak faktor yang menjadi penyebabnya, bisa karena kebutuhan, tuntutan ekonomi, kebiasaan, hobi, menjadi profesi atau karena kecanduan minuman keras.

Pernah suatu saat ketika selesai menegakkan shalat dzuhur saya melihat orang telah kehilangan sepatu kesayangannya, suatu saat lagi ada jama’ah yang lain kehilangan sepeda motor, dalam waktu yang lain lagi mobilnya yang ditinggalkan untuk menegakkan shalat ternyata kacanya dipecah dan tas yang ada didalam mobil diambil. Mungkin maling tersebut merasa sangat beruntung karena didalam tas terdapat uang, laptop, kartu kredit dan barang berharga lainnya. Dan masih banyak kasus-kasus kehilangan lainnya di wilayah lokasi masjid.

Mengapa begitu seringnya terjadi pencurian di lokasi masjid, hal ini karena sifat mulianya umat Islam, tidak merasa curiga terhadap siapapun yang berdiam di lokasi masjid seakan-akan mereka adalah orang yang baik. Dengan demikian malingpun, seakan dia orang baik. Ketika dia sedang duduk dikiranya sedang istirahat, masuk ke masjid dikiranya sedang shalat atau sedang i’tikaf. Sehingga kebaikan orang terhadap pribadi maling, ternyata justru digunakan untuk melancarkan aksinya. Dia mencari kesempatan, bila pemilik barang lengah maka dengan segera akan diambilnya.

Pernah suatu saat ada seorang laki-laki, ketika waktunya shalat dzuhur dia duduk-duduk di teras masjid. Tak ada yang mencurigai bahwa dia seorang maling, namun terbukti suatu saat ada seorang sopir taksi yang pada waktu siang hari dia menegakkan shalat dzuhur, dia yakin bahwa sepatu baru yang baru saja dipakai akan aman. Namun ternyata sepatunya hilang diambil orang. Dia marah namun kepada siapa. Karena itu dia memutuskan setiap saat memasuki shalat dzuhur dia akan mengintainya dengan memarkir mobil di depan masjid. Entah sampai berapa kali dia mengintai. Ternyata usahanya membuahkan hasil, pada waktu kumandang shalat dzuhur dia memarkir kendaraan di depan masjid.

Pada waktu para jama’ah berbondong-bondong memasuki masjid, dia melihat seoarang laki-laki datang dengan mengendarai sepeda motor, laki-laki tersebut tanpa mengenakan sepatu atau sandal. Laki-laki tersebut kemudian memasuki masjid, ketika para jama’ah shalat dzuhur dua rekaat laki-laki tersebut keluar lalu mengambil sepatu, dibawanya sepatu lalu disimpan diantara semak-belukar. Dia beraksi tidak menyadari bahwa perbuatannya sedang diamati oleh seseorang. Sopir taksi keluar mobil lalu memanggil Satpam masjid. Sambil menunggu maling itu kembali, sepeda motornya dipindah dan ban sepeda motor digemboskan.

Tak begitu lama pemilik motor yang tidak lain adalah si maling, dia nampak bingung, dimanakah motornya. Ditanya oleh Satpam, “cari motor ya pak” dijawab “ya”. Lalu ditanya laki tidak pakai sandal ya? Dijawab “ tidak”. Lalu ditanya kamu maling ya? Dia menjawab “bukan”. Namun dia Nampak bingung dan gugup, lalu disuruh menunjukkan dimanakah menyimpan sepatu. Setelah ditujukkan dan diambil terbukti dia memang maling. Setalah mengaku dan ada bukti, maka orang-orang yang pernah dirugikan, tanpa pikir panjang menghantamkan bogem mentah, pada tubuh, kepala dan lehernya. Untung polisi segera datang dan mengamankan.

Begitu apesnya, seorang maling yang beraksi di siang bolong itu. Apesnya masih bertambah lagi ternyata yang dicuri sepatu milik seorang anggota polisi. Akhirnya maling yang sudah ditangkap diamankan di pos Satpam dan menjadi tontonan para jama’ah. O itu ya malingnya, ternyata sudah tua, kasihan ya. Itu diantara pembicaraan para jama’ah seusai menegakkan shalat, mereka menyaksikan kerumunan orang-orang yang menyaksikan maling tertangkap basah. Sering terjadi pencurian di lokasi masjid. Semoga dengan tertangkapnya maling itu akan membuat jera, dan maling-maling yang lain akan segera insaf untuk mencari rizki dengan cara yang baik.

Dan kiranya perlu diingat bahwa harta yang diperoleh dengan cara yang tidak benar, kelak akan mendatangkan bencana. Bila dalam waktu singkat mungkin akan biasa-biasa saja atau aman-aman saja namun sesungguhnya musibah dan bencana akan menanti. Kalau tidak mengenai dirinya maka akan mengenai suami/ istri, anak-anak dan keluarganya. Bila di dunia nampak selamat, maka diakhirat akan memperoleh balasan berupa siksa api neraka. Insaf dan sadarlah para maling, bertobatlah, Allah akan menerima tobatmu, teman, saudara dan orang-orang yang pernah kamu rugikan akan memaafkanmu. Kembalilah ke jalan yang benar, karena Allah akan memberikan keberkahan atas segala rizki yang kau dapatkan dengan cara yang benar. Astaghfirullahal ‘adzim , astaghfirullahal ‘adzim, astagfirullahal adzim, innallaha ghafururrahim.

1/20/2015

Menjaga dan Melestarikan Haji Mabrur, Dalam penegakan Syari'at Islam



Haji Mabrur adalah suatu predikat dan prestasi ibadah haji yang diidam-idamkan setiap muslim yang telah melaksanakan ibadah haji. Harapan dari haji yang mabrur adalah surga. Sudah tahukah surga yang diidam-idamkan bagi setiap muslim? Berdasarkan pengamatan panca indra tak seorangpun yang sudah mengetahui tentang surga. Surga kebalikannnya adalah neraka, surga menjadi tempat yang diharapkan bagi seluruh penganut agama dan neraka adalah suatu tempat yang tidak diharapkan. Tak seorangpun yang menginginkan menjadi penghuni neraka. Sekalipun orang belum pernah mengetahui surga dan neraka, namun agama telah mengajarkan tentang adanya surga dan neraka. Keduanya adalah merupakan ranah keyakinan yang tidak dapat dilogikakan. Walaupun demikian Allah memberikan akal kepada manusia untuk memahami tentang sesuatu yang bersifat gaib.

Orang yang melaksanakan ibadah haji berharap akan memperoleh balasan berupa surga, dan surga adalah suatu tempat yang diperuntukkan bagi orang yang mempunyai jiwa yang bersih. Karena itu setiap orang sebelum orang memasuki surga akan dibersihkan terlebih dahulu dosa-dosanya dalam siksaan api neraka. Sebelum habis dosanya maka tidak akan dimasukkan ke dalam surga, karena itu agar kelak tidak terlalu lama menjadi penghuni neraka maka diupayakan untuk selalu melaksanakan dan meningkatkan amal shalih.

Ada suatu lompatan peningkatan ibadah yaitu setelah menajalankan ibadah haji bila memperoleh predikat haji mabrur. Reflektifitas semangat spiritualitas religious akan mewarnai dalam setiap kehidupan. Selalu merindukan untuk menegakkan shalat dengan berjama’ah, gemar bersedekah, gemar menuntut ilmu dan mengajarkan, selalu berupaya untuk menjadi teladan, selalu bermuka manis kepada sesama, komunikatif dan kehadirannya selalu dirindukan bagi orang lain. Lompatan peningkatan kwalitas ibadah tidak selamanya berjalan dengan mulus dan lancar, karena akan selalu dihadapkan dengan kondisi kehidupan. Ada suka, ada duka, ada kesalihan ada kemaksiatan, ada suka ada benci, ada makruf ada munkar dan sebagainya. Dengan kondisi kehidupan manusia yang demikian ini maka memungkinkan kwalitas ibadah haji menjadi semakin surut.

Mempertahankan kesalihan menjadi pekerjaan yang berat dan harus selalu dipertahankan, karena “Al Imanu yazidu wayanqushu” iman kadang bertambah dan kadang berkurang. Ketika keimanan seorang hamba Allah sedang mengalami peningkatan bisa mengungguli kesalihan malaikat yang selalu taat kepada perintah Allah, namun ketika keimanannya sedang menurun atau hilang maka kualitas keimanannnya menjelma menjadi perilaku yang lebih rendah dari binatang ternak.

“ Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’rof: 44)

“ Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (QS. Al Furqon: 44)

Pernah suatu saat salah seorang teman pernah merasakan tentang kenikmatan ibadah di tanah suci, bagaimanakah dalam setiap hari ingin selalu memenuhi panggilan Allah. Setiap saat akan selalu mendatangi masjid, takut didahuli oleh orang lain. Apa yang dilakukan dalam setiap saat adalah ibadah. Setelah beberapa saat pulang ke tanah air dia masih merasakan kehidupan beragama seperti di tanah suci, tetapi keindahan kehidupan beragama yang demikian itu terasa semakin hari bukannya semakin meningkat tetapi justru merasakan adanya penurunan. Dia seoarang anak muda, usianya masih di bawah tiga puluh tahun. Mungkin diantara kita masih memaklumi, walaupun sesungguhnya Allah akan melebihkan bagi generasi muda yang taat beragama.

Bila orang tua taat beragama hal ini adalah hal yang wajar namun bila anak-anak muda senantiasa giat dan istiqomah didalam menjalankan perintah agama dialah pemuda yang luar biasa. Banyaknya godaan justru menyadarkan dirinya sedang diuji oleh Allah, semakin kuat iman dan semakin banyak ilmu, semakin tinggi pangkat dan jabatan, semakin banyak materi yang ditumpuk maka ujiannya akan semakin kuat. Satu masalah belum dapat diselesaikan sudah datang permasalahan yang lainnya. Bila adanya ujian dibiarkan, diberikan harta yang banyak dan melimpah bukannaya semakin dermawan namun semakin bakhil dan membiarkan kebakhilannya terus dikembangkan. Ketika mendengar seruan adzan tetap asik dengan aktifitas dan pekerjaaanya. Apalagi diwaktu pagi hari, udara yang dingin, rasa kantuk ingin tetap berleha-leha di tempat tidur. Mendatangi menjalis taklim semakin turun, apalagi mengajarkannya.

Bila kondisi ini dibiarkan secara tidak sadar sesungguhnya dirinya sedang membiarkan penguasaan hawa nafsu yang berusaha untuk menggerogoti keimananya. Sangat disayangkan bila keimanan yang dahulu telah tertancap didalam qalbu yang kemudian membuahkan amal shalih tidak diupayakan untuk ditancapkan lagi, dimanakah letak kesempurnaan manusia.

“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”? (QS. Ath-Thin: 4-8)

Upaya mengembalikan keimanan.
Keimanan bukan merupakan khayalan atau cita-cita atau sebagai perhiasaan saja, namun keimanan itu sesuatu yang telah tertanam di dalam hati diucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan amal perbuatan. Karena itu iman harus dengan amal shalih bahkan selalu berwasiat dalam perbuatan yang hak dan kesabaran. Mempertahankan, menjaga dan meningkatkan keimanan yang diantaranya untuk menjaga kemabruran haji hal yang harus selalu diupayakan:

1. Berupaya untuk memaksakan diri dalam menegakkan ajaran agama.
Tidak ada paksaan dalam beragama, orang tidak bisa memaksakan keyakinan kepada orang lain. Namun ketika dirinya telah beragama, berarti telah memperoleh hidayah (petunjuk). Maka agar beragama dapat mewujudkan keindahan, keharmonisan bahkan dapat mendatangkan rahmat bagi sekalian alam. Tidak ada keikhlasan, kesabaran dan istiqomah yang diperoleh dengan tiba-tiba. Semua ini harus dipupuk dan selalu diberdayakan. Bahkan ikhlas kadang harus dipaksakan, bagaimanakah orang akan merasakan indahnya shalat berjama’ah bila tidak membiasaakan diri meninggalkan segala aktifitas ketika mendengar seruan adzan dan segera menegakkan shalat. Bagaimanakah akan merasakan indahnya shalat lail, puasa sunnah bila tidak mau menjalankan. Sesungguhnya sesuatu yang berat akan menjadi ringan bila dilaksanakan secara terus menerus, keikhlasan akan tumbuh bila dilaksanakan secara terus menerus.

Seorang teman pernah bercerita bahawa dirinya dahulu selalu dapat bangun pagi, sebelum shalat subuh dia sudah bangun. Bahkan lebih hebatnya dia berkisah bahwa sekalipun pada malam hari dia tidur sampai larut malam, tetapi ketika didalam hati berikrar akan bangun pagi sebelum subuh, ternyata pada pagi hari seakan ada yang membangunkan. Hati yang bersih, ikhlas dan istiqomah, sabar membangunkan tubuh yang sedang berbaring dalam tidur yang nyenyak. Namun mengapa sekarang keadannya jauh berbeda, sudah beberapa bulan dirinya tidak mendengar panggilan shalat subuh. Malam hari berniat akan bangun pagi ternyata tidak bisa bangun pagi, sekalipun pada malam hari selelu tidur lebih awal dengan harapan dapat bangun lebih pagi, ternyata tidak bisa terlaksana. Walaupun dia seorang mubaligh, yang ditingkat kampung dia di sebut seorang ustadz, pada pergaulan dipanggil dengan sebutan haji, di tempat kerja ada beberapa teman yang memanggil dengan sebutan kyai. Gelar terhormat dalam bidang agama ini ternyata belum bisa mewarnai kepribadian seorang yang alim yang mempunyai jiwa integritas.

Sebenarnya dengan kondisi yang demikian dirinya merasa malu, mengapa bila disebut, ustadz, kyai, haji namun belum bisa menjadi teladan bagi orang lain? Ternyata dengan niat yang ikhlas, Allah memberikan petunjuk kepadanya, melalui perjalann hidup sebagai seorang ustadz. Ketika dirinya menyampaikan taushiyah keagamaan, ada salah seorang jama’ah yang minta diajari untuk belajar membaca Alquran. Niat ini sebenarnya telah disampaikan pada istrinya tentang keinginannya untuk mengajar iqro’ kepada jama’ah pada pagi hari, setelah shalat subuh, dia berharap agar bisa bangun pagi. Tetapi didaalm hatinya ada kekhawatiran kalau sudah merencanakan dan melaksanakan apakah dirinya bisa istiqomah. Kekhawatiran ini terjawab ketika justru ada jama’ah yang menginginkan. Maka dimulailah mengajar iqro’ pada pagi hari, yang tadinya dalam satu minggu sekali yaitu pada hari Ahad, kemudian berkembang dan dilaksanakan setiap pagi hari. Mengapa dapat dilaksanakan, ibadah kepada Allah dimulai dengan tuntutan kewajiban untuk melayani orang lain, rasa tanggung jawab terhadap manusia akan mendorong konsistensi dan aktifasi kegiatan.

2. Mengaca kepada orang yang lebih shalih.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi Rasulullah SAW pernah berkata bahwa Allah akan mencatat menjadi pribadi yang syukur dan sabar, bila didalam urusan agama senantiasa melihat kepada orang yang diatasnya, kebalikannya dalam urusan dunia melihat kepada orang yang dibawahnya. Setiap muslim dalam menegakkan dan menjalankan perintah agama mempunyai spesifikasi sendiri-sendiri, setelah menjalankan ibadah maghdhah, ibadah yang bersifat wajib dan fardhu ada yang lebih menekankan pada ibadah sosial misalnya infaq dan shadaqah, ada yang menekankan pada puasa sunnah, shalat sunnah, shalat berjama’ah, mencari ilmu, zikir dan amalan amalan Islam lainnya. Dengan demikian kesalihan akan terpancar pada pribadi masing-masing orang tersebut.

3. Mengajar adalah salah satu upaya untuk.
Mengajar adalah menjadi guru dan guru berarti digugu dan ditiru. Guru yang bijak adalah yang dapat menjadi teladan, dapat mencontohkan, memberi contoh dan dapat dicontoh. Sehingga seorang guru hendaknya mempunyai jiwa integritas dimana antara keyakinan, ucapan lisan dan keilmuannya membentuk suatu perilaku yang shalih. Maka dengan mengajar akan mengingatkan pada diri sendiri bahwa dalam setiap gerak-geriknya akan diawasi oleh orang lain, sehingga bila pada suatu saat mengajarkan untuk berbuat baik namun karena sedang khilaf sehingga terjerumus pada perilaku yang tidak baik, maka orang lain atau anak asuh atau para jamaahnya akan menjadi pengerem dalam perbuatan yang tidak baik.

4. Berupaya untuk mengamalkan ajaran agama dimulai dari dirinya bsendiri, dimulai dari hal-hal yang kecil dan dimulai dari sekarang.
Diri sendiri menjadi pangkal dan motivasi untuk mengajak pada orang lain, setiap hal yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil, dan waktu sekarang adalah pangkal untuk mengawali setiap perbuatan. Ingatlah bahwa orang akan melihat apa yang telah dilakukan bukan apa yang dikatakan. Perilaku akan mempunyai peran yang besar dari pada perkataan. Karena banyak orang yang pandai berkata namun sedikit karya. Bahkan dalam setiap hal dalam menyelesaikan masalah yang penting bicara, bukannya bicara yang penting-penting saja.

5. Selalu bergaul dengan orang-orang yang shalih.
Bila berada ditanah suci selalu termotivasi untuk beribadah karena tujuan utama adalah untuk beribadah. Begitu pula perkumpulannya bersama-sama orang yang sedang merindukan untuk beribadah secara maksimal. Maka bila ditanah air dapat berkumpul dengan orang shalaih niscara akan terdorong untuk meningkatkan ibadah.

Begitulah bahwa penyandang haji mabrur akan menjadi kenyataan bila dapat mengimplementasikan ajaran Islam secara kaffah. Imannya iman yang sudah tertanam senantiasa dihiasi dengan amal ibadah.

12/26/2014

Uang Bisa Membuat Orang Bahagia tapi Bukan Karena Uang Menjadi Bahagia



Dari judul di atas bila dicermati dan dibaca berulang-ulang, sekilas sama. Namun sesungguhnya mengandung pengertian yang berbeda. Bila mengatakan “uang bisa membuat orang bahagia”, mungkin setiap orang tidak ada yang menyangkalnya. Karena bisa berangkat kerja ke kantor atau berangkat ke sekolah, baik menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Semuanya memerlukan syarat yaitu harus membayar dengan uang. Jadi uang menjadi sarana untuk memperoleh sesuatu yang bisa menjadikannya bahagia.

Tapi bukan karena uang menjadi bahagia, dari ini terkandung makna bahwa kebahagiaan itu dapat diraih bukan karena uang semata, karena bila demikian akan terjadi pendewaan terhadap uang, “karena uang menjadi bahagia”. Sekalipun uang bukan segala-galanya, namun uang senantiasa dicari. Berbagai macam upaya ditempuh, untuk mengangkat prestise dan status sosial yang lebih baik.

Ada orang yang memandang orang lain, karena mempunyai pekerjaan yang mapan, jabatan yang tinggi, penghasilan yang banyak, tentu mereka sangat bahagia. Orang memandang yang demikian ini karena memandang bahwa apapun yang diinginkan bisa dibeli dengan uang. Rumah megah, kendaraan mewah, perhiasan dan accessoris rumah yang serba wah apapun bisa diperoleh. Berhentikah dia pada titik klimak telah bahagia?

Pernah salah seorang teman saya mengatakan, bahwa ketika anak-anaknya suka dengan makan telor asin maka dibelikan telur asin itu sebanyak-banyaknya, sehingga anak-anaknya tidak mau makan. Bahkan untuk melihatpun terasa sudah bosan. Pernah anak-anaknya suka makan pitza, maka dibelikan pitza sebanyak-banyaknya sampai hilang keniktannya. Ketika anak-anaknya ingin makan dengan ayam goreng maka dibelikan ayam goreng sebanyak-banyaknya hingga bosan dan tidak mau makan lagi.

Mengapa anak-anaknya bosan dan mengapa dibelikan sebanyak-banyaknya.karena orang tuanya adalah orang yang berada, punya banyak uang dan sangat cinta kepada anak-anaknya. Suatu saat teman saya ada pekerjaan di luar kota, sehingga sudah menjadi kebiasaan ketika mau pulang harus menyiapkan oleh-oleh bagi keluarganya yang ada di rumah. Biasa yang dibeli adalah makan yang menurut dirinya enak dan harganya mahal. Setelah sampai di rumah oleh-oleh diberikan kepada anak-anak ternyata hanya dibuka kemudian ditinggal pergi. Tidak ada yang mau makan. Bahagiakah dia?

Akhirnya sampai pada keputusan, bila suatu saat pergi keluar kota tidak akan membeli oleh-oleh lagi, percuma karena tidak ada yang mau makan. Bahagiakah dia? Ternyata teman saya ada pekerjaan di luar kota lagi, cukup lama 10 hari pisah dengan keluarganya, anak dan istri yang tercinta dan orang tua yang dimuliakan, saudara-saudara dan tetangga yang senantiasa berkumpul bersosialisasi dan berinteraksi bersama. Pada waktu ada kesempatan teman saya diajak berjalan-jalan ke super market oleh teman-temannya. Dia melihat teman-temannya ada yang memilihkan pakaian untuk anak dan istrinya, makanan untuk oleh-oleh keluarganya. Dia ingin seperti teman-temannya. Namun di dalam hati bertanya, bila anak dan istrinya dibelikan pakaian takut tidak cocok, dibelikan makanan tidak dimakan. Bahagiakah dia?

Bila teman-temannya berbelanja dengan uangnya dia merasa bahagia dan ingin membahagiakan keluarga yang ditinggalkan. Namun bagi teman saya ternyata uang tidak membuatnya bahagia, karena dengan uang kadang teman saya itu disalahkan, istrinya sering bilang “kalau beli mbok ya jangan seperti ini, jangan yang warna ini”, belum lagi istrinya mengatakan mahal, boros tidak bisa menawar dan lain-lain. Bahagiakah dia dengan yang dimiliki?

Teman saya itupun ketika pulang, ditengah perjalanan menyaksikan para petani yang sedang duduk-duduk di pematang sawah, berteduh pada beberapa lembar daun pisang. Nampak dari kejauhan makan dan minum dengan lahapnya. Berapa gaji yang diperoleh pada hari itu tidak ada seperlima gaji teman saya. Namun mengapa teman saya itu makan direstoran tapi ternyata tidak senikmat petani yang makan di pematang sawah tadi. Bahagiakah dia?

Tiada rasa malu, takut, ragu memungut sampah ditengah kerumunan

Kadang orang memandang hina pekerjaan yang menurut dirinya hina, seperti menjadi pemulung, mencari rumput, menanam padi, mencangkul, pengasong, kuli bangunan, pekerja pabrik, tukang tambal ban, tukang tambal baju dan sebagainya yang menurutnya pekerjaan hina dan rendahan dengan gaji yang sedikit. Tentu tidak membuatnya bahagia. Benarkah demikian?

Ada seorang laki-laki yang setiap hari berjalan tertatih-tatih mengais rizki, dengan mengumpulkan sampah. Tidak peduli dia sedang berada ditengah-tengah orang yang sedang bergembira-ria, dia tidak malu, tidak takut, semuanya dilakukan dengan biasa. Bahagiakah dia? Bisa saja dia lebih bahagia dari pada orang yang seperti sedang bahagia. Sesungguhnya kadang orang tidak jujur terhadap dirinya sendiri, sedang susah pura-pura bahagia, sedang menangis pura-pura tertawa. Namun sesungguhnya kebahagiaan itu tidak bisa dimanipulasi, kebahagiaan ada di dalam hati.

Karena itu jangan menunggu mempunyai uang yang banyak baru bahagia, namun berhagialah maka akan memperoleh uang yang diinginkan. Jangan menunggu ikhlas untuk bersedekah namun bersedekahlah maka akan menjadi ikhlas. Jangan mengaharapkan memperoleh rizki yang melimpah ketika tidak mau bersedekah.

Selagi nyawa masih melekat pada jasadnya, tak ada orang yang mengharapkan mendapat petaka sehingga hidupnya menjadi susah, setiap orang ingin hidupnya bahagia. Maka untuk mewujudkannya diperlukan usaha dan perjuangan secara terus-menerus. Kebahagiaan harus diupayakan. Maka bila bahagia itu jika ukuranya telah mempunyai hp terbaru, maka harus mencari uang untuk mendapatkannya. Tetapi sampai berapa saatkah akan merasa bahagia, karena, ternyata seiring berjalannya waktu akan merasa bosan. Demikian pula bila kebahagiaan itu bisa diraih setelah mempunyai mobil mewah dan rumah megah. Ternyata suatu yang pada awalnya dikagumi kemudian menjadi hal yang biasa.

Itulah bila kebagaian itu ukurannya jika telah terpenuhi hajat hidupnya dalam wujud materi, maka semakin lama bukannya semakin cinta namun justru akan usang dan tidak menarik lagi. Lain halnya bila kebahgaiaan itu, karena ingin semakin dekat dengan sang Khaliq, maka disinilah puncakkebahagiaan ketika telah merasakan kehadiran Allah pada dirinya, sehingga kecintaannya akan selalu tumbuh dan berkembang.
Ketika orang lain pada siang hari makan dan minum dengan sepuasnya, namun justru dirinya berupaya untuk menahan diri sehingga berpuasa. Ketika mendengar penggilan azan segera mendatangi tempat shalat dan menegakkan shalat dengan berjamaah, padahal orang-orang tetap sibuk dengan urusannya masing-masing. Ketika pada malam hari orang-orang tidur dengan nyenyaknya, namun dia senantiasa bangun malam, meninggalkan tempat tidur dan segera mengambil air wudhu kemudian menegakkan shalat lail. Ketika melihat orang-orang bekerja menumpuk harta untuk keperluannya, namun dirinya senantiasa menyisihkan haknya bagi fuqara’ masakin.

Segala tuntunan Allah bila senantiasa dilaksanakan, maka akan mendatangkan kebahagiaan. Dan kebahagiaan ini bersifat subyektif tergantung pada pengalaman spiritualnya masing-masing. Dalam agama Islam semua bentuk ibadah mempunyai keutamaan/ fadhilah. Siapakah yang akan mendapatkan fadhilah kecuali mereka yang mau melaksanakan. Akan memperoleh keutaman shalat malam bila mau menjalankan shalat malam. Maka bagi muslim yang menghabiskan waktu malam untuk tidur maka tidak akan memperoleh fadhilah shalat malam.

12/11/2014

Naik Dihujat Turun Membuat Iba



Perubahan musim dari musim kemarau menjadi musim hujan, dimana-mana menimbulkan musibah dan bencana. Musibah dan bencana itu diantaranya adalah banjir dan tanah longsor, semua ini disebabkan karena luapan air hujan yang berlebihan. Tanah yang sudah lama tidak tersiram air hujan, menyebabkan tanah menjadi kering dan pecah-pecah, hingga ketika turun hujan tanah langsung menyerap air hujan.

Bila serapan air ini berada ditanah yang lapang tentu tidak menimbulkan masalah, namun bila serapan itu berada pada tebing dan tanah yang berbukit-bukit maka mudah sekali terjadi banjir dan tanah longsong. Apalagi bila pohon-pohon ditebang dan diganti dengan tanaman yang bersifat musiman maka akan terjadi tanah longsor dan banjir. Apalagi kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah disembarang tempat, sampah organik maupun yang anorganik kadang menjadi biang terjadinya banjir. Bagaimana tidak, bantaran, sungai dan selokan yang seharusnya steril dari sampah, namun tempat tersebut dipenuhi dengan sampah atau tersumbat oleh sampah maka akan terjadi sumbatan yang menyebabkan banjir.

Sekalipun pemerintah telah menyediakan TPA namun ternyata kebiasaan masyarakat yang kurang baik. Ketika naik kendaraan dengan bebas membuang plastik dan botol aqua disembarang tempat. Sungai sebagai tempat mengalirnya air tetapi kadang sungai dijadikan sebagai tempat untuk menghanyutkan sampah. Membuang limbah pabrik, limbah rumah tangga dan limbah-limbah yang lain.

Dampak tanah longsor
Bagi para pengendara kendaraan bermotor akan menimbulkan kemacetan, dari kemacetan ini akan menimbulkan keterlambatan menuju ketempat kerja. Parjalanan yang seharusnya ditempuh 30 menit, maka akan menjadi 1 jam sampai 2 jam. Ketika terjadi kemacetan, semua orang ingin melaju lebih cepat, mendahului yang lain. Maka bila terdapat celah untuk melaju ternyata kendaraan yang berada didepannya macet. Maka orang yang di belakang akan terus membunyikan klakson.

Pernah terjadi ketika ada seorang pengendaraan kendaraan motor, dia berjalan disamping bus yang cukup besar, disana ada celah untuk melaju namun dia nampaknya ragu. Dan dibalik keraguan itu tersembunyi perasaan takut dan malu. Satu sisi ketika akan melaju takut terjatuh dan bila tetap berhenti dibelakang banyak kendaraan yang mengantri, seakan dari kemacetan itu dirinya juga menambah sebab kemacetan tersebut.

Para pengendara yang dibelakang, seakan-akan menghujat kenapa tidak mau menyalip, pengendara motor berupaya untuk mencoba, dengan menarik gas namun dia tetap ragu tidak mau berjalan. Dalam keraguan itu dia kemudian mengambil keputusan. Sungguh amat terkejutnya para pengendara yang berada di belakangnya, ternyata pengendara kendaraan bermotor itu memboncengkan istri dan dua orang anak seusia kelas 5 SD. Semua berlindung dalam mantol jas hujan yang ketulan saat itu baru saja hujan lebat. Pengendara bermotor berupaya untuk manjalankan motornya, istri dan dua anaknya berjalan karena jalannya cukup terjal dan licin, seorang anak terpeleset kemudian jatuh.

Orang-orang yang di belakang yang tadinya menghujat, mengklakson, dan berkata yang macam-macam kemudian terdiam dan melaju dengan menunjukkan kehati-hatian. Selamat-selamat semoga tetap selamat.