9/29/2020

Problematika Kehidupan, Atasi Dengan Istiqomah Dan Sabar

Setiap orang hidup pasti mempunyai tugas, tanggung jawab dan masalah. Setiap tugas dan tanggung jawab bila dilakukan dengan baik dan berdisiplin maka akan menuai kebaikan dan kelancaran. Namun ternyata tidak semua tugas dan tanggung jawab dapat diselesaikan dengan baik, hal ini karena kemampuan dan dan kurangnya perhatian, maka bila tugas dan tanggung jawab tidak dapat diselesaikan maka akan menjadi masalah. 

Setiap masalah harus dicari solusinya, karena hidup adalah masalah, tanpa ada masalah maka tidak akan ada kehidupan. Jadikan masalah sebagai mitra, sebagai upaya untuk berpikir lebih maju, sehingga setiap masalah akan dicarikan solusinya. Sesungguhnya dari berbagai masalah maka kehidupan akan semakin dinamis. 

Para pelajar yang akan menyelesaikan tugas akhir harus membuat karya tulis ilmiah, demikian juga para mahasiswa yang akan menyusun skripsi, tesis atau disertasi bahwa setiap tema yang diajukan akan mempunyai permasalahan. Tanpa adanya permasalahan maka tidak akan terwujud karya tulis ilmiah. Karena itu harus pintar dalam merumuskan permasalahan dan mencari solusinya, semakin kompleks permasalahan maka solusinya semakin pelik dan karya tulis akan semakin berbobot.

Tetap istiqomah dan sabar mengumpulkan mengambil dan mengumpulkan pasir.
 
Mencari solusi 
Peribahasa Indonesia mengatakan sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, yang mengandung maksud bahwa setiap pekerjaan bila dilakukan sedikit demi sedikit maka akan dapat diselesaikan. Demikian pula dalam pepatah Jawa mengatakan “alon-alon waton kelakon” pelan-pelan asal tercapai. Melihat peribahasa dan pepatah Jawa ini mungkinkah pada zaman millennial dapat diterapkan. Bukankah sekarang zaman serba instan, siapa cepat maka akan dapat. Tentulah hal ini tergantung pada situasi dan kondisi. 
 
Suatu pekerjaan mudah dan ringan bila segera diselesaikan dan tidak menjadi beban. Tetapi pada kenyataannya sering ditunda-tunda, sehingga menjadi pekerjaan yang menumpuk. Sebenarnya telah sadar bahwa menumpuk- numpuk pekerjaan, menganggap enteng suatu pekerjaan akan menjadikan pekerjaan yang ringan menjadi berat, karena akan menjadi tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu yang sama. 
 
Setiap orang pada dasarnya telah sadar dengan kebiasaan buruk dan kesalahan dirinya, namun ternyata terus diulang-ulang. Sehingga kesalahan akan selalu terulang, kekurangan tidak disiasati menjadi kesempatan. Sebaliknya bila kesadaran diri menjadi sikap untuk berubah, tentu akan menjadi kebaikan. Jika dapat menerapkan perilaku dan tindakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, bahkan pepatah Jawa alon-alon waton kelakon. Ternyata bukan hanya pekerjaan ringan yang dapat diselesaikan namun pekerjaan yang berat pun akan dapat diatasi. 
 
Dalam konteks agama dengan menerapkan konsep istiqomah yaitu tetap dalam pendirian, keteguhan hati untuk melakukan dan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang baik atau berketetapan hati, tekun dan terus menerus untuk melakukan suatu pekerjaan. Niscaya pekerjaan yang berat dan sulit karena itu perintah dan kewajiban maka berusaha untuk tetap dilaksanakan. Cepat atau lambat haraus diselesaikan, semakin cepat makin baik, sebaliknya semakin menunda-nunda maka akan menjadi beban dan tanggung jawab yang menumpuk. Bisa jadi akan berkumpul dengan tugas dan tanggung jawab yang lain, jadilah problem dan kesulitan yang harus diselesaikan. 
 
Suatu saat sahabat nabi meminta pelajaran, wahai rasul berilah petunjuk kepadaku suatu perbuatan baik, yang karenanya akau tidak akan bertanya kepada yang lain, rasul menjawab beriman kepada Allah lalu beristiqomah. Iman bukan hanya ucapan dan kata-kata indah. Iman adalah suatu keyakinan didalam hati yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi iman adalah sinkronisasi antara hati, lisan dan perbuatan yang baik. Karena itu amal perbuatan yang dilaksanakan secara terus-menerus walaupun sedikit demi sedikit akan menjadi perbuatan yang mulia dan akan mendorong untuk melakukan perbuatan besar dengan ikhlas. 
 
Banyak orang yang dapat melaksanakan shalat lima waktu dengan ringan dan tenang, bila belum melaksanakan merasakan ada sesuatu yang hilang dan kurang sempurna, merasakan gelisah, mengapa demikian? Karena ibadah shalat telah dilaksanakan dengan istiqomah, bahkan shalat sunah pun dilakukan secara terus-menerus. Sehingga dari ibadah sunnah ini akan membuat ringan, mudah dan tenang dalam menegakkan shalat fardhu. 
 
Istiqomah dan sabar 
Ketika berupaya untuk tetap teguh dan konsekwen dalam melaksanakan perintah Allah, ternyata disana juga terdapat tantangan, gangguan dan rintangan baik yang disebabkan oleh diri sendiri atau atas perilaku orang lain dan lingkungan. Istiqomah dan sabar adalah dua hal yang saling melengkapi. Istiqomah akan diperoleh bila dapat mengelola setiap masalah sehingga dihadapi dengan kesabaran. Dan bila bisa meraih kesabaran maka setiap tugas dan tanggung jawab akan dilaksanakan dengan istiqomah. Tidak akan mudah menyerah dengan situasi dan kondisi. Karena antara sabar dan istiqomah teah menjadi ruh dalam bertindak. 
 
Bahwa untuk tetap teguh dan konsekwen melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya hendaknya selalu istiqomah dan sabar menjalankannya. Karena sesungguhnya sikap sabar dapat dilakukan ketika menjalankan perintah Allah, sabar meninggalkan larangan Allah, sabar dalam menghadapi musibah, bencana dan malapetaka, sabar atas perilaku dan perbuatan orang lain. 
 
Seorang mukmin sangat berhajat dengan sifat sabar, terutama ketika menghadapi balak dan bencana, kesulitan dan kesusahan dan segala macam penganiayaan. Ketika ditimpa suatu musibah bahkan tidak boleh berputus-asa. Malah harus tenang dan berlapang dada, tidak merasa kesempitan dan bosan, mengadu kesana-kemari, tetapi harus selalu berusaha, ikhtiar dan memohon kepada Allah dengan khusu’ dan khudhu’, memohon dengan merendahkan diri kepadanya serta menjauhkan dari persangkaan yang buruk kepada Allah. 
 
Seorang mukmin butuh banyak kesabaran di dalam mengerjakan ketaatan yakni hendaklah tidak bermalas-malasan di dalam menunaikan dan menyempurnakannya dengan menghadirkan hati ketika menghadap Allah. Dengan keikhlasan yang penuh, tidak ria’, tidak berpura-pura atau mengada-adakannya dihadapan orang. Memang sudah menjadi tabiat seseorang bila bermalas-malasan dan merasa berat hati untuk mengerjakan amal ibadah lantaran ia harus memaksakan dirinya untuk melawan segala hambatan ini dengan perasaan penuh sabar dan hati yang teguh. 
 
Seorang mukmin senantiasa butuh kesabaran yang banyak dalam upaya merintangi diri dari melakukan maksiat dan melanggar larangan-larangan Allah, sebab hawa nafsu sering mengajak melakukan dosa dan mengangan-angankan maksiat. Karena itu hendaklah kita menahan diri dengan penuh kesabaran dari melakukan maksiat secara lahir dan batin dan menggambarkan secara batin. 
 
Seorang mukmin juga butuh kesabaran yang banyak dalam mengekang diri dari keinginan hawa nafsu terhadap perkara-perkara yang diperbolehkan yang kebanyakan manusia amat menggemarinya, seperti bermewah-mewahan dengan kelezatan dan perhiasan dunia sebab mengikuti secara berlebihan akan menjerumuskan manusia ke dalam perkara-perkara yang syubhat dan seterusnya kepada haram pula. Demikian secara berlebihan hingga akhirnya akan mengutamakan dunia di atas segalanya ia tidak lagi memperhatikan urusan akhiratnya juga segala usaha yang mengarahkan diri kepadanya. 
 
Karena itu tugas dan tanggung jawab akan menjadi lebih baik bila segera dilaksanakan, namun tidaklah demikian, karena usia, keilmuan, ketrampilan dan keahlian menjadi penyebab manusia mempunyai aktifitas yang banyak. Sehingga tugas dan tanggung jawab tertindih dengan aktifitas dan kegiatan. Karena itu dalam setiap aktifitas dan kesibukan dapat meluangkan waktu guna meniti tugas dan tanggung jawab secara pelan namun pasti. Sekalipun hanya sedikit akan menjadi kebaikan, bila yang sedikit terus dilakukan dalam melakukan aktifitas kehidupan yang lain. Insya-Allah hati dan fikiran dan bekerja secara sinkron, demikian pula kondisi fisik, mental spiritual dapat terjadi keseimbangan.