12/11/2014

Naik Dihujat Turun Membuat Iba



Perubahan musim dari musim kemarau menjadi musim hujan, dimana-mana menimbulkan musibah dan bencana. Musibah dan bencana itu diantaranya adalah banjir dan tanah longsor, semua ini disebabkan karena luapan air hujan yang berlebihan. Tanah yang sudah lama tidak tersiram air hujan, menyebabkan tanah menjadi kering dan pecah-pecah, hingga ketika turun hujan tanah langsung menyerap air hujan.

Bila serapan air ini berada ditanah yang lapang tentu tidak menimbulkan masalah, namun bila serapan itu berada pada tebing dan tanah yang berbukit-bukit maka mudah sekali terjadi banjir dan tanah longsong. Apalagi bila pohon-pohon ditebang dan diganti dengan tanaman yang bersifat musiman maka akan terjadi tanah longsor dan banjir. Apalagi kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah disembarang tempat, sampah organik maupun yang anorganik kadang menjadi biang terjadinya banjir. Bagaimana tidak, bantaran, sungai dan selokan yang seharusnya steril dari sampah, namun tempat tersebut dipenuhi dengan sampah atau tersumbat oleh sampah maka akan terjadi sumbatan yang menyebabkan banjir.

Sekalipun pemerintah telah menyediakan TPA namun ternyata kebiasaan masyarakat yang kurang baik. Ketika naik kendaraan dengan bebas membuang plastik dan botol aqua disembarang tempat. Sungai sebagai tempat mengalirnya air tetapi kadang sungai dijadikan sebagai tempat untuk menghanyutkan sampah. Membuang limbah pabrik, limbah rumah tangga dan limbah-limbah yang lain.

Dampak tanah longsor
Bagi para pengendara kendaraan bermotor akan menimbulkan kemacetan, dari kemacetan ini akan menimbulkan keterlambatan menuju ketempat kerja. Parjalanan yang seharusnya ditempuh 30 menit, maka akan menjadi 1 jam sampai 2 jam. Ketika terjadi kemacetan, semua orang ingin melaju lebih cepat, mendahului yang lain. Maka bila terdapat celah untuk melaju ternyata kendaraan yang berada didepannya macet. Maka orang yang di belakang akan terus membunyikan klakson.

Pernah terjadi ketika ada seorang pengendaraan kendaraan motor, dia berjalan disamping bus yang cukup besar, disana ada celah untuk melaju namun dia nampaknya ragu. Dan dibalik keraguan itu tersembunyi perasaan takut dan malu. Satu sisi ketika akan melaju takut terjatuh dan bila tetap berhenti dibelakang banyak kendaraan yang mengantri, seakan dari kemacetan itu dirinya juga menambah sebab kemacetan tersebut.

Para pengendara yang dibelakang, seakan-akan menghujat kenapa tidak mau menyalip, pengendara motor berupaya untuk mencoba, dengan menarik gas namun dia tetap ragu tidak mau berjalan. Dalam keraguan itu dia kemudian mengambil keputusan. Sungguh amat terkejutnya para pengendara yang berada di belakangnya, ternyata pengendara kendaraan bermotor itu memboncengkan istri dan dua orang anak seusia kelas 5 SD. Semua berlindung dalam mantol jas hujan yang ketulan saat itu baru saja hujan lebat. Pengendara bermotor berupaya untuk manjalankan motornya, istri dan dua anaknya berjalan karena jalannya cukup terjal dan licin, seorang anak terpeleset kemudian jatuh.

Orang-orang yang di belakang yang tadinya menghujat, mengklakson, dan berkata yang macam-macam kemudian terdiam dan melaju dengan menunjukkan kehati-hatian. Selamat-selamat semoga tetap selamat.