7/31/2014

Melestarikan Budaya Halal Bihalal



Di dalam agama Islam bagi orang yang merasa bersalah hendaknya cepat-cepat meminta maaf, tanpa menunggu datangnya Idul Fitri, begitu juga bagi orang yang dimintai maaf hendaknya mau memaafkan dan tidak merasa dendam, hal ini dilakukan untuk menjaga keutuhan persaudaraan dalam masyarakat, pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, demikianlah perumpamaan keadaan manusia yang tak pernah luput dari salah dan dosa. Meskipun demikian, janganlah kesalahan dan dosa itu dijadikan hal yang wajar bahkan merupakan suatu kebiasaan.

Agar suatu kesalahan tidak berkepanjaangan dan tidak menimbulkan rasa dendam pada diri orang lain, di Negara Indonesia setiap hari raya Idul Fitri  terdapat budaya halal-bihalal. Biasanya dalam perayaan halal bihalal tidak hanya umat Islam saja yang memperingatinya/ mengadakannnya, tetapi umat yang lain juga ikut berpartisipasi dengan cara saling bersalam-salaman sebagi tanda saling memafkan.

Walaupun sudah ada tradisis halal bihalal tetapi alangkah baiknya bagi orang yang merasa bersalah hendaknya cepat-cepat meminta maaf tanpa menunggu datangnya Idul Fitri, sedangkan bagi orang yang dimintai maaf hendaknya mau memaafkan dan tidak merasa dendam, hal ini dilakukan untuk menjaga keutuhan persaudaraan dalam bermasyarakat sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat An-Nuur ayat 22:


Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar, bahwa beliau tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.

Pemaaf adalah sifat yang terpuji dengan saling memaafkan akan melatih diri kita untuk menahan hawa nafsu dan amarah, serta mengingatkan diri kita terhadap kesalahan yang telah kita perbuat, sehingga kita tidak mengulanginya lagi demikian pula orang yang dimintai maaf jangan sampai tinggi hati, keras hati dan dendam sehingga tidak mau memaafkan, sebab orang yang saling memaafkan akan di senangi oleh Allah sedangkan orang yang tidak mau memaafkan kesalahan saudaranya akan cenderung timbul sifat sombong, orang yang sombong akan di benci oleh Allah, sombong merupakan sebagian sikap orang-orang bodoh sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 199 yang berbunyi :


"Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh".

Perintah Allah di atas menganjurkan kepada kita untuk selalu berbuat kebajikan dengan cara suka memberi maaf dan berlapang dada.

Dua ayat di atas memberi pelajaran, bahwa sifat pemaaf  dianjurkan oleh agama, sedangkan sifat-sifat sombong harus ditinggalkan. Karena sifat sombong dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Firman Allah dalam surat Ali ‘Imran ayat 134 yang berbunyi :


"....(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".

Begitu pula orang yang dapat menahan amarahnya, dan suka memaafkan kesalahan orang lain sangat terpuji di sisi Allah. Karena mereka termasuk orang yang suka berbuat kebajikan dan memaati perintah Allah SWT. Karena itu hendaklah kita memberi maaf dan meminta maaf kepada orang lain.

Saling memaafkan antar manusia memiliki peranan yang sangat penting. Apabila terjadi kesalahan antara satu orang dengan orang yang lainya, maka hubungan antara mereka akan menjadi rengang dan tidak harmonis
Untuk memulihkan keadaan yang demikian, maaf-memaafkan sangat besar peranannya, baik bagi yang berbuat kesalahan maupun bagi orang yang merasa disalahi.
Bagi orang yang merasa bersalah, jika ia sudah meminta maaf, maka ia akan mendapat beberapa manfaat antara lain sebagai berikut :
1. Hati akan menjadi tenang. Sebab ia merasa tidak punya beban berbuat salah pada orang lain.
2. Tidak akan merasa takut atau canggung apabila bertemu pada orang yang bersangkutan.
3. Sebagai peringatan bagi dirinya, untuk tidak lagi melakukan kesalahan pada orang lain.

Adapun bagi orang yang merasa disalahi atau disakiti, sikap memaafkan itu akan berperan sebagai berikut.
1. Menghilangkan rasa jengkel dan perasaan dendam.
2. Menyadari bahwa manusia itu tidak dapat lepas dari kesalahan dan dosa.
3. Melatih diri untuk menahan hawa nafsu yaitu amarah.
4. Merupakan pelajaran bagi diri sendiri untuk tidak mengikuti perbuatan salah yang telah dilakukan orang lain.Sebab bagaimanapun yang namanya kesalahan itu akan membawa kerugian pada orang lain.

Rasulullah SAW bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِىْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخارى


“Bukan seorang yang kuat itu, yang kuat bergulat. Tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah.” (H.R.Bukhari dan Muslim)

Apabila terjadi khianat, maka seseorang harus segera maminta maaf kepada orang yang dikhianati. Caranya bisa langsung di hadapan orang yang dikhianati, maupun lewat media seperti telpon, SMS, email dan surat. Permintaan maaf hendaknya dilakukan dengan sopan dan berjanji tidak mengulangi kesalahannya lagi di waktu yang lain.

Setiap manusia hendaknya selalu terbebas dari kesalahan dengan sesamanya. Sesungguhnya Allah tidak akan memaafkan kesalahan seseorang kepada sesamanya sebelum sesamanya member maaf kepadanya. Jadi permohonan maaf kepada Allah harus dilakukan setelah meminta maaf kepada manusia terlebih dahulu.
Permohonan Maaf  kepada Allah SWT

Setelah berhubungan dengan sesamanya,manusia juga berhubungan dengan Allah sebagai zat pencipta dan penguasa. Dalam berhubungan dengan Allah ini, manusia tidak akan terlepas dari perbuatan salah dan dosa.
Penyebab salah dan dosa kita kepada Allah itu adakalanya kita tidak menjalankan perintah-Nya, akan tetapi kita tahu bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang terhadap hamba-Nya yang mau bertaubat. Oleh karena itu Islam menganjurkan bagi setiap orang yang lalai sehingga ia berbuat dosa pada Allah agar cepat bertaubat. Maka hendaklah segera memohon ampunan kepada- Nya,niscaya Allah akan mengampuninya.

Semoga budaya halal bihalal yang merupakan ungkapan saling memafkan selalu menjadi kepribadian setiap muslim, hal ini  karena perintah agama yang sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia. Untuk menciptakan keharmonisan dan kedinamisan hidup.