4/01/2015

Enaknya Orang Sakit, Kesempatan Bermuhasabah



Ketika judul tulisan ini muncul pada benak, kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata, bukan sesuatu yang diada-adakan, tetapi itulah suatu kenyataan yang sulit untuk diterima dengan akal. Karena orang sakit organ tubuhnya sedang ada gangguan dengan gangguan itu akan menimbulkan rasa yang tidak enak. Seperti contoh penyakit yang nampaknya ringan-ringan saja, misalnya sariawan. Maka makan minum menjadi tidak enak, untuk berbicara sulit, badan terasa panas dan sebagainya. Apalagi bila menderita penyakit kronis, seperti jantung, paru-paru, liver, kangker, struk, diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya, semua penyakit itu akan menimbulkan rasa yang tidak enak.

Bila menderita sakit yang tergolong penyakit ringan mungkin untuk makan dan minuman tidak ada yang berpantang, hanya perlu dikurangi ketika sedang sakit saja, tetapi setelah sembuh makanan dan minuman apapun bisa disantap kembali. Lain halnya bila itu adalah penyakit kronis, misalnya diabetes maka setelah dinyatakan sehat oleh dokter harus selalu menghindari segala jenis makanan dan minuman yang dapat memicu naiknya kembali kadar glukosa, bahkan kadang harus melakukan diet ketat, semua jenis makanan, nasi, air minum, sayuran, goreng-gorengan yang masuk ke dalam perut harus sesuai dengan takaran atau menurut petunjuk dokter.

Bagaimanakah bila sedang berada dalam suasana pesta, dimana semua jenis makanan dan minuman yang serba enak telah tersedia, dan orang-orang yang berada disekelilingnya makan dengan lahabnya. Disinilah peran pengendalian diri untuk tidak larut dalam suka-cita dan isrof bersama teman-temannya. Karena bisa jadi kenikmatan yang hanya sementara akan mendatangkan penderitaan yang lama, sangatlah tidak sebanding. Karena penyakit kronis ini akan memicu timbulnya penyakit yang lainya, misalnya akan terjadi kebutaan, struk, luka yang kemudian membusuk dan harus diamputasi, lantas bila membaca paparan dan diskripsi orang yang sakit demikian mengerikan, amit-amit sakit seperti itu? Lalu apakah enaknya orang sakit itu?

Banyak orang yang baru sadar bahwa sesungguhnya sehat itu sangat indah, nikmat dan menyenangkan, keadaan ini baru dapat dirasakan ketika dalam kondisi sakit, sungguh besarnya nikmat sehat. Karena itu senantiasa bersyukur ketika diberikan kesehatan, bersyukur karena penyakitnya hanya ini dan itu saja, bersyukur bukan merupakan penyakit yang bersifat komplikasi. Bila ternyata sudah komplikasi, masih bersyukur segera tertangani dan bersyukur lagi bahwa Allah sedang mengujinya dan memberikan cobaan, sehingga dalam kondisi ini mereka menjadi hamba yang hina, hamba yang tidak patut menerima apapun kepada Allah, karena dirinya merasa sadar dengan dosa-dosa yang telah dilakukan atau dirinya sadar bahwa sebagai orang yang beragama belum dapat menjalankan syari’at agama secara sempurna, perintah Allah sering ditinggalkan larangan Allah banyak dijalankan.

Kesadaran ini terbangun ketika sedang merasakan sakit, sehingga dengan kondisi yang di alami akan membangkitkan rasa syukur kepada Allah. Dan sesungguhnya dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya.


“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Dengan bersyukur hati akan menjadi tenang, sikap psimis, khawatir dan takut akan beralih menjadi sikap optimis, bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Setiap Allah menurunkan penyakit Allah juga menurunkan obatnya. Hanya saja untuk memperoleh kesembuhan adalah menjadi proses yang harus dijalankan. Rasa ikhlas dan sabar akan menjadi energy positif, terapi diri, inilah obat yang tidak akan ditemukan di dunia kedokteran, kondisi dan kedaran diri akan mendominasi pada proses kesembuhan’

Demikian pula ketika sakit akan insaf dan sadar atas kebiasaan buruk dalam hidup yang sering dijalankan. Misalnya makan dan minum yang berlebihan menjadi sebab pemicu timbulnya penyakit, karena itu makan dan minum hendaknya memenuhi syarat yang halal dan thayyib, hendaknya dijauhkan dari sifat isrof, berlebih-lebihan. Karena didalam tubuh manusia (perut) terdapat tiga ruang untuk air, makanan dan udara. Sehingga bila makanan yang melebihi 1/3 akan terjadi gangguan, dalam jarak pendek atau dalam waktu yang lama. Makan yang berlebihan akan mengurangi aktifitas dan kinerja, mengantuk, kalori yang seharusnya terbakar akan menumpuk dalam tubuh menjadi lemak yang selanjutnya akan terjadi obessitas, kolesterol naik, glokosa yang tidak terkontrol, sehingga akan menimbulkan beraneka macam penyakit.

Karena itu jangan terlalu bahagia bila sedang mendapat kenikmatan dan jangan terlalu sedih bila sedanag mendapat cobaan dan ujian. Ciptakanlah keseimbangan hidup, agar hidup terasa indah, sakinah, mawaddah dan rahmat. Semua orang bisa, bila niat yang ada didalam hati senantiasa diteguhkan dan dilaksanakan secara konsisten.


3/31/2015

Kiat Menjadikan Rumahku Surgaku-Baiti Jannati



Rumah adalah suatu bangunan yang digunakan sebagai sarana untuk berlindung, berteduh dari segala sesuatu yang akan mengancam kehidupan manusia. Karena itu rumah dibangun sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Rumah juga menjadi simbol kebanggaan, kemegahan, kesejahteraan, bahkan kekuatan. Karena itu di dalam rumah juga dilengkapi sarana-sarana pendukung. Didalam rumah dibuat kamar-kamar, ada kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, ruang belajar, tempat shalat, ruang keluarga, ruang dapur, garasi, gudang dan lainnya.

Megah atau tidaknya suatu rumah tidak menjadi jaminan anggota keluarganya betah tinggal dirumah. Banyak terjadi kasus ketika suami istri berangkat kerja, anak-anak diasuh oleh para pembantu dan tv, akhirnya komunikasi orang tua dengan anak semakin jauh, berangkat dari hal ini anak-anaknya berkembang sesuai dengan pergaulannya. Pengaruh teman sangat dominan, sehingga tidak terjadi keharmonisan dalam keluarga. Demikian pula banyak terjadi suami bermain selingkuh dengan pembantunya, atau seorang istri juga mempunyai pria idaman lain. Dengan demikian hubungan mereka menjadi kaku, komunikasi yang dibangun hanya bersifat lahiriyah, adapun hatinya berpaling pada orang lain.

Ada lagi rumah tangga yang salah satu anggota keluarganya bekerja dan yang lain tinggal dirumah, katakan saja misalnya suami yang bekerja dan istri yang berada di rumah. Ternyata setiap kali suami pulang kerja di rumah tidak ada makanan, bahkan kadang istri sedang ngrumpi dengan tetangganya.
Dengan demikian rasa letih dan capek yang seharusnya mendapat sambutan ternyata tidak ada yang menyambut. Maka jadilah percekcokan. Satu sama lain sama-sama egoisnya mempertahankan pendapatnya dengan mengumbar nafsu. Demikian pula dalam keluarga yang selalu memandang harta kekayaan masih kurang bila dibandingkan dengan yang lain, sehingga muncul keinginan untuk mencukupi kebutuhaanya dengan cara-cara yang tidak wajar, misalnya mencari pinjaman dengan melebihi dari panghasilan yang diperoleh tiap bulannya, atau yang lebih parah lagi melakukan kegiatan tindak penipuan, perampokan, bahkan mengedarkan uang palsu atau menjadi Bandar Narkoba. Bahagiakah keluarga yang dibangun dengan cara yang demikian ini?

Ada suatu kisah keluarga besar di masyarakat pedesaan, antara keluarga terjalin komunikasi yang baik, dengan tetangga saling menolong, saling menghurmati, bahkan pendidikan anak berlangsung secara alami. Rumah mereka dari bangunan yang sederhana, beratapkan rumbia, berdindingkan dari bambo, tidak memakai eternity, rumah mereka hanya dipisahkan kamar tidur yang merupakan tempat privasi suami istri. Sekalipun penghasilannya pas-pasan, makan dan minum hanya sekedarnya saja, bahkan makanan hanya sekedar untuk menegakkan punggung namun kehidupannya nampak bahagia.

Pada zaman Rasulullah SAW pernah ada seorang wanita tua yang bernama Ibu Muti’ah. Suatu saat Rasulullah SAW memerintahkan kepada putrinya Siti Fatimah, bila ingin menjadi wanita yang mulia belajarlah kepada Muti’ah, dia tinggal dikampung yang cukup jauh. Segeralah Siti Fatimah berangkat dengan ditemani putranya Hasan, setelah berjalan cukup jauh sampailah pada rumah yang dimaksud, lalu dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah disambut, dipersilahkan Fatimah untuk masuk ke dalam rumah, dan Hasan disuruh untuk tetap tinggal diluar, karena didalam rumah tidak ada orang laki-laki.

Setelah dipersilahkan duduk, Fatimah menengok sisi kanan, kiri, atas bawah. Dalam hati berkata, apa kelebihan wanita ini hingga ayahandanya menyuruh berguru kepadanya. Dilihatnya di pojok ruangan terdapat baskom berisi air, lalu kain lap dan cemeti. Fatimah bertanya, untuk apakah benda-benda tersebut. lalu dijelaskan bahwa ketika suaminya pulang kerja, suaminya lalu disambut, karena melihat nampak kusut, maka dibilaslah muka, tubuh, tangan dan kakinya. Setelah itu di lap dengan kain yang telah tersedia. Kemudian suaminya beristirahat sejenak sambil menyantap hidangan yang telah disediakan oleh istrinya. Setelah itu suaminya mandi dan menegakkan shalat. Setelah selesai sambil duduk dan hilang rasa capeknya, saya ambilkan cemeti untuk suami sambil saya berkata. Wahai kanda, jika pelayanan saya kepadamu masih kurang saya mohon, kanda untuk menyambuk saya sebagai tebusan atas kelalaian saya.

Siti Fatimah terkejut lalu bertanya lagi, bagaimanakah sikap suamimu? Dia menerima cemeti lalu diletakkan di sebelah tempat duduknya, dan dia menarik tanganku lalu memelukku dengan penuh kasih sayang. Dari kejadian tersebut barulah Siti Fatimah mengetahui, mengapa rasul memerintahkan untuk belajar kepada Ibu Muti’ah.

Karena itu bersyukur bila kita diberikan kemampuan untuk membangun rumah sesuai dengan perkembangan zaman, dan wujud syukurnya hendaknya keindahan dan kemegahan rumah diimbangi dengan keikhlasan dalam menegakkan syariat Allah, dan semangatnya didalam malaksanakan amar makruf nahi munkar. Keluarga merupakan bangunan suatu negara yang paling kecil, agar banguan tersebut tetap menjadi keluarga idaman, rumah yang mendatangkan kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan penghuninya dapat melakukan kiat-kiat sebagai berikut:

1. Menjaga dan melaksanakan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga.


“…. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf, akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Al Baqarah: 228)

2. Saling menasehati di dalam melaksanakan kebenaran, kesabaran dan keikhlasan atas dasar kasih sayang dengan cara yang baik.



“ Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 2-3)


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)

3. Seluruh anggota keluarga yang meliputi suami, istri anak-anak dan anggota yang lain saling berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mewujudkan surga dunia dan akhirat.



“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 133-135)

4. Selalu bertolong-menolong dan bekerja sama dalam melelaksanakan kebajikan dan taqwa. Mereka akan senantiasa mengerjakan keburukan, permusuhan dan perbuatan dosa lainnya.


“… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al Maidah: 2)

Keluarga merupakan bangunan negara yang paling kecil, sehingga untuk mewujudkan bangunan rumah tangga yang kokoh tiada pilihan kecuali setiap anggota keluarga untuk menyibukkan diri pada hal-hal yang baik. Membiasakan diri melakukan yang baik untuk memberi dan menjadi teladhan dalam keluarga. Walaupun suami adalah merupakan kepala keluarga, namun bisa jadi akan mencontoh pada istri dan anak-anaknya dalam ketaatan kepada Allah. Sesungguhnya rapuhnya bangunan rumah tangga sering dipicu oleh pihak ketiga, yaitu syetan yang mengajak dan membisikkan hawa nafsunya sehingga melakukan hal-hal yang tidak baik. Ketika nilai-nilai kebaikan dalam keluarga senantiasa menjadi kebiasaan hidup niscaya bisikan hembusan nafsu syetan akan sirna. Namun karena syetan selalu menciptakan tipu muslihat maka setiap anggota keluarga agar mengaca pada orang-orang shalih. Lihatlah kepada orang yang lebih tinggi dalam hal kesalihannya nsicaya akan menjadi hamba yang selalu istiqomah dalam menegakkan syari’at Allah.

3/27/2015

Usaha Mewujudkan Masjid Dicintai Jema'ah



Masjid adalah suatu bangunan tempat suci, tempat untuk bersujud bagi orang-orang Islam, dan masjid merupakan benda mati yang tergantung pada orang-orang Islam untuk menjadikan masjid menjadi tempat yang dicintai oleh jema’ahnya. Bagaimanakah masjid akan dicintai jema’ahnya, hal ini arti peran pentingnya takmir masjid untuk mengupayakan agar masjid dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang Islam. Mengapa orang-orang Islam terdorong pergi ke masjid, mengapa ada suatu masjid yang tidak pernah sepi dari jema’ah, baik itu untuk kepentingan menegakkan shalat atau untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Namun sebaliknya ada juga masjid yang sepi dari jema’ah, bahkan lingkungannya terkesan kumuh dan kotor.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, saya berwasiat khususnya pada diri sendiri dan umumnya kepada jema’ah sekalian, marilah bersama-sama kita berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena segala perintah Allah akan mendatangkan kemaslahatan hidup manusia baik dunia mapun akhirat dan setiap larangan Allah akan mendatangkan musibah dan bencana. Karena itu suatu anugerah yang tiada tara, bahwa hingga saat ini kita sekalian masih diberikan kesempatan panjang umur, kesehatan dan kesempatan sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jum’at di masjid ini.
Masjid dan tempat ibadah lainnya adalah merupakan ladang beramal dan beribadah, baik dalam mewujudkan bangunan fisik maupun upaya pemeliharaan, perawatan dan penggunaannya untuk peningkatan iman, ilmu dan amaliyah. Allah telah berfirman:


“ Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (QS. Attaubah: 108)

Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَنْ بَنَى للهُ مَسْجِدًا يَبْتَغِيْ بِهِ وَجْهِ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسلم)
“Barang siapa membangun masjid bagi Allah untuk mengharapkan keridhaan-Nya, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah dalam Surga”. (HR.Buchari Muslim)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Masjid adalah suatu bangunan tempat suci, tempat untuk bersujud bagi orang-orang Islam, dan masjid merupakan benda mati yang tergantung pada orang-orang Islam untuk menjadikan masjid menjadi tempat yang dicintai oleh jema’ahnya. Bagaimanakah masjid akan dicintai jema’ahnya, hal ini arti peran pentingnya takmir masjid untuk mengupayakan agar masjid dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang Islam. Mengapa orang-orang Islam terdorong pergi ke masjid, mengapa ada suatu masjid yang tidak pernah sepi dari jema’ah, baik itu untuk kepentingan menegakkan shalat atau untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Namun sebaliknya ada juga masjid yang sepi dari jema’ah, bahkan lingkungannya terkesan kumuh dan kotor. Karena itu bila kita amati mengapa suatu masjid dicintai jema’ah, tentunya ada sebab-sebab yang dapat mendorong jema’ah mencintai masjid diantaranya:

  1. Adanya perasaan damai dan merasa dekat dengan Allah, ibadahnya terasa lebih khusuk, karena itu setiap mukmin akan berbondong-bondong shalat berjama’ah didalam masjid. Masjid yang selalu terjaga kebersihannya, karpetnya selalu bersih dan wangi, lantainya selalu bersih, penerangannya cukup, sound sistemnya sangat nyaman. Ornament dan fentilasi yang bagus, imamnya fasih, khutbahnya selalu aktual untukmembimbing dan memberikan penerangan kepada umat..
  2. Jema’ah ketika berada di masjid merasa memperoleh pelayanan dalam bidang pembinaan mental spiritual, karena di masjid senantiasa diselenggarakan majlis taklim, TPQ, Madrasah Diniyah dan sebagainya. Takmir masjid yang selalu memperhatikan orang-orang miskin dan anak yatim untuk diberikan santunan, demikian pula juga diselenggarakan pengobatan pada orang-orang yang sakit. Koprasi masjid untuk memberikan bantuan modal.
  3. Demikian pula dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan juga memperoleh pelayanan, karena dengan pemberdayaan zakat, infaq dan shadaqah dapat menopang keperluan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemberian zakat konsumtif untuk waktu yang singkat dan zakat produktif yang disertai dengan pembinaan untuk merubah status mustahiq menjadi muzakki.
  4. Suasana lingkungan masjid mulai dari tempat bersujud, serambi masjid, wc, tempat wudhu, serambi dan halaman masjid senanatiasa terjaga kebersihannya. Perlu diperhatikan bahwa tempat wudhu dan wc hendaknya dibuat yang bagus, leluasa dan terpisah antara laki-laki dan perempuan. Karena tempat wudhu adalah langkah awal untuk memasuki masjid, bila ditempat wudhu dan wc senantiasa terjaga kebersihan dan kesuciannya niscaya didalam masjid juga akan terjaga kebersihan dan kesuciannya, sehingga akan yakin ibadahnya diterima Allah SWT. Lain halnya bila wc dan tempat wudhunya kotor, berbau pesing, banyak lumutnya niscaya kesuciannya sulit untuk dijaga, sehingga tidak menutup kemungkinan ibadah shalat yang seharusnya suci dari hadas dan najis namun ternyata najis tidak bisa lepas darinya.
  5. Di masjid tersedia taman bacaan, perpustakaan, majalah dinding,papan informasi tempat para Jemaah masjid mencari informasi dan untuk menambah keilmuan.
  6. Lingkungan sekitar masjid yang nampak rindang dan sejuk, karena itu perlunya pemeliharaan taman masjid.
  7. Masjid yang terjaga keamannya, sehingga para jama’ah merasa nyaman dan aman ketika sedang melaksanakan ibadah.
Hal-hal tersebut diatas yang menjadi motivasi, jema’ah untuk berkunjung ke masjid. Misalnya masjid yang menjadi tempat persinggahan para musafir, meraka sering singgah di masjid tersebut karena merasa aman, nyaman dan menyenangkan.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Untuk selanjutnya siapakah yang melayani dan siapakah yang dilayani, masjid adalah bangunan atau tempat ibadah yang bersifat umum, dibangun dan dipergunakan untuk kepentingan orang-orang Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah. Melayani kepentingan jema’ah adalah pahala yang dijanjikan Allah, konsekwensi dari pahala adalah anugerah dari Allah, orang akan merasa tenang, damai, bahkan merasa selalu merasa cukup dan diberikan kecukupan oleh Allah SWT terutama dalam kehidupan di dunia ini. Dan di alam akhirat akan diberikan balasan berupa Surga. Karena itu melayani jemaa’ah dapat dilakukan sesuai dengan bidang, keahlian dan kemampuannya masing-masing. Bisa dengan tenaga, pikiran atau hartanya. Rasulullah SAW bersabda:

أَنَّ امْرَأَةً كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ أَيْ تَكْنِسُهُ فَمَاتَتْ فَسَأَلَ عَنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيْلَ لَهُ: مَاتَتْ، أَفَلَا كُنْتُمْ آذَنْتُمُوْنِيْ بِهَا لِأُصَلِّيَ عَلَيْهَا؟ دُلُّوْنِيْ عَلَى قَبْرِهَا، فَأَتَى قَبْرَهَا فَصَلِّى عَلَيْهَا

“Sesungguhnya ada seorang perempuan yang biasa menyapu mesjid lalu meninggal dunia, Rasulullah SAW menanyakannya dan tatkala dikatakan kepadanya bahwa perempuan itu sudah meninggal, Rasulullah berkata: "Mengapa kamu tidak memberitahukan kepada saya agar saya salatkan ia? Tunjukkanlah kepadaku di mana kuburnya." Maka Rasulullah mendatangi kuburan itu lalu beliau salat atasnya”. (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
 
مَنْ أَسْرَجَ سِرَاجًا فِيْ مَسْجِدٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةِ وَحَمَلَةُ الْعَرْشِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ مَادَامَ فِيْ ذَلِكَ الْمَسْجِدِ ضَوْءُهُ (رواه سالم الراز عن أنس

“Barang siapa yang menyalakan penerangan dalam mesjid, niscaya para malaikat dan pemikul-pemikul Arasy senantiasa memohon ampun kepada Allah agar diampuni dosanya selama lampu itu bercahaya dalam masjid”. (H.R. Salim Ar Razi dari Anas RA.)

Adalah suatu kemuliaan bagi umat Islam, dimanapun tempatnya telah tersebar tempat ibadahyang dibangun oleh masyarakat sekitar, sekalipun tidak ikut membangun tetapi yang membangun merasa senang bila masjidnya digunakan untuk beribadah. Karena itu ketika berada di lingkungan masjid atau tempat ibadah lainnya jadilah pelayan untuk dirinya sendiri, jangan minta dilayani tetapi berusahalah untuk memberikan pelayanan kepada orang lain. Misalnya disekita masjid telah disediakan tempat sampah, maka buanglah sampah pada tempatnya. Jangan meninggalkan bau air seni atau tinja setelah memasuki wc, karena itu turutlah menjaga kebersihan. Gunakanlah air secukupnya, jangan berbuat gaduh didalam masjid, dan yang tak kalah penting sebelum meninggalkan masjid sisihkan sedikit harta, berinfaq guna membantu kegiatan operasional masjid.

Begitulah bahwa masjid agar dicintai jema’ah adalah tergantung pada kepedulian umat Islam untuk menjaga, merawat dan mempergunakan masjid sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
 فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

3/26/2015

Usaha Memberdayakan Masjid, Ketakmiran Bidang Idaroh, Imaroh dan Riayah




Masjid, Langgar dan Musholla adalah salah satu bangunan monumental dan lambang kebanggaaan dan semangat beragama bagi umat Islam. Setiap muslim bersemangat bila dimintai bantuan untuk pembangunan tempat ibadah tersebut, motivasinya tidak lain adalah merupakan shadaqah jariyah, dimana pahalanya tidak akan pernah putus selagi tempat ibadah tersebut masih digunakan. Namun amat disayangkan bila fungsi masjid menjadi sempit karena hanya digunakan untuk shalat saja, bila kondisi ini terus dibiarkan maka tempat ibadah akan semakin dijauhi oleh jama'ahnya. Karena itu perlunya penataan masjid yang diawali dengan pembentukan takmir masjid, dimana masing-masing bidang dan seksi agar melaksanakan amanat dengan landasan ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah SWT.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى أَلَّفَ بِالْاِسْلَامِ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَالَّذِى اَوْجَبَ بِالْاِتِّحَادِ وَحَرَّمَ التَّفَرُّقَ فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ هَدٰى مَنْ شَآءَ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُدَاعٍ اِلَى الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum Muslimin Jemaa’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita senantiasa berupaya meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Kita berharap dengan melaksanakan ketaatan tersebut, maka kita akan tergolong sebagai orang yang beruntung dan akan dimuliakan oleh Allah mulai di alam dunia hingga alam akhirat nanti.

Salah satu wujud ketaatan kepada Allah yang merupakan rukun Islam yang kedua adalah menegakkan shalat. Shalat berjamaah yang dilaksanakan baik di masjid, langgar dan musholla. Kita sudah memaklumi dan mengetahui bahwa menegakkan shalat secara berjamaa’ah mempunyai keutamaan dua puluh tujuh derajad dibandingkan shalat secara munfarid. Karena itu keutamaan ini hanya akan diperoleh orang Islam yang bisa melaksanakan perintah Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW.

Begitu semangatnya umat Islam mendirikan bangunan untuk menegakkan shalat secara berjamaa’ah, baik itu masjid, langgar atau musholla. Pada masa Rasulullah SAW pembangunan masjid disamping untuk menegakkan shalat, beriktikaf, tempat musyawarah, tempat berkonsultasi, tempat membina keutuhan jama’ah, tempat meningkatkan kecerdasan umat, menyusun siasat perang, tempat menerima tamu dan sebagainya. Fenomena yang berkembang pada saat ini, bahwa pembangunan tempat ibadah setelah selesai ditinggalkan oleh jamaahnya, masjid terkesan ramai hanya pada waktu shalat Jum’at, bulan Ramadhan dan pada pelaksanaan shalat Idul Adha dan Idul Fitri.

Mengingat kondisi ini, setiap muslim diperintahkan untuk memakmurkan masjid, sebagaimana firman Allah:



“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Attaubah: 18)

Didalam ayat tersebut Allah SWT mengatakan bahwa untuk mendapat petunjuk Allah SWT adalah memakmurkan masjid dengan mendirikan shalat, menunaikan zakat dan hanya takut kepada Allah SWT. Apalagi dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa setiap langkah perjalanan dari rumah ke masjid maka akan menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan.

وَعَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قَالَ : " مَنْ تَطَهَّرَ في بَيْتِهِ ، ثُمَّ مَضَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ ، لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرائِضِ اللهِ كانَتْ خُطُوَاتُهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيْئَةً ، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً " رواه مسلم .

Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda: " Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia pergi ke salah satu dari beberapa rumah Allah, yakni masjid, untuk menegakkan salah satu shalat wajib dari beberapa shalat yang diwajibkan oleh Allah, maka langkah-langkahnya itu yang selangkah dapat menghapuskan satu kesalahan sedang langkah yang lainnya dapat menaikkan satu derajat." (HR. Muslim)

Kaum Muslimin Jemaa’ah Jum’ah Rahimakumullah
Karena itu untuk memberdayakan masjid meliputi bidang idaroh, imaroh dan riayah. Pertama bidang idaroh bagaimanakah masjid yang telah dibangun dengan megah dapat dikelola secara jam’iyah atau secara kolektif, karena fungsi masjid yang demikian luasnya, tidak mungkin dikelola oleh satu atau dua orang saja. Karena bila pengelolaan yang bergantung pada satu atau dua orang saja maka fungsi masjid akan menjadi sempit. Karena itu masjid hanya digunakan untuk shalat saja, setelah pelaksanan shalat selesai masjid dikunci khawatir masjid akan menjadi kotor dan untuk bermain-main anak-anak kecil.

Agar pengelolaan masjid dapat berjalan dengan baik maka dibentuklah takmir masjid. Dimulai dari ketua hingga seksi-seksi hendaknya dapat menjalankan amanat sesuai dengan bidangnya masing-masing. Setiap pengurus hendaknya saling berlomba dalam melaksanakan kebaikan dengan semangat perjuangan yang ikhlas, segala amal ibadahnya semata-mata untuk meraih ridha Allah SWT.

Banyak terjadi bahwa setiap orang yang dengan ikhlas dan semangat untuk memakmurkan masjid, mereka itu akan diberikan kemuliaan oleh Allah, dimudahkan segala urusannya, bahkan Allah akan mencurahkan rahmat-Nya berupa rizki yang tidak pernah disangka-sangka kedatangannya. Keluarganya menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, dan didalam kehidupan masyarakatpun akan terjamin sikap saling menghormati, bertolong menolong dalam kebaikan dan juga saling berwasiat untuk menjalankan kebajikan.

Kedua bidang imaroh yaitu memberdayakan masjid dengan berbagai macam kegiatan, yang meliputi gerakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan shalat sunnah lainnya, kegiatan majlis taklim, madrasah diniyah, TPQ, Peringatan Hari Besar Islam, Koprasi, Balai Pengobatan, Pemberdayaan Lembaga Amil Zakat dan lainnya. Kegiatan-kegiatan ini didalam ketakmiran di bagi rata berdasakkan ketua bidang dan seksi-seksi yang telah dibentuknya.

Ketiga bidang riayah, yaitu suatu bidang yang meliputi pembangunan masjid, rehab dan pemeliharaan masjid. Dengan demikian masjid yang telah dibangun dapat dijaga kemegahan, keindahan, kesucian, kebersihannya. Sehingga setiap orang akan merasa aman, nyaman damai ketika berada di masjid. Demikian pula lingkungan disekitar masjid nampak hijau dan sejuk karena dipenuhi dengan beaneka macam tanaman, baik berupa pohon ayoman atau tanaman produktif dengan menggunakan polybag.

Karena itu jadilah pribadi yang mencintai masjid yaitu dengan melakukan kegiatan apapun sesuai dengan kemampuannya untuk kepentingan masjid. Bisa dengan pikirannya, tenaganya, hartanya. Insya-Allah amal ini akan menjadi saksi kelak di hari qiyamat, dimana pada hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah SWT. Dan salah seoarang yang akan mendapat perlindungan adalah yaitu orang yang hatinya selalu bersandar pada masjid. Semoga Allah senantiasa meridhai kita sekalian, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Belajar Dari Jempol, Menjadi Yang Terbesar Dan Terbaik



Manusia yang normal mempunyai jari berjumlah 10 dari dua tangan, jadi masing-masing lengan mempunyai 5 jari. Pada umumnya jempol adalah jari yang paling besar, karena itu dinamakan ibu jari, walaupun kadang seorang ibu tidak lebih besar dari ayah, tetapi hanya ibu yang bisa membesar karena didalam rahimnya tumbuh zygote yang bisa tumbuh kembang untuk selanjutnya menjadi bayi.

Jempol menjadi simbol kebenaran, kebesaran dan kesuksesan, karena bila melihat kesuksesan, keberhasilan terhadap orang lain maka yanga akan di acungkan adalah jempol, bukan dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis atau jari kelingking. Sebaliknya jempol tidak pernah atau jarang digunakan untuk melakukan aktifitas yang tidak baik atau menghilangkan kotoran.

Karena itu beberapa dominasi jempol yang bagus demikian pula fungsinya:
  1. Jempol tidak pernah digunakan untuk menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain, karena yang biasa melakukan adalah jari telunjuk.
  2. Jempol tidak pernah digunakan untuk ngupil ( membuang kotoran di dalam hidung) karena yang biasa melakukan adalah jari telunjuk.
  3. Jempol tidak pernah digunakan untuk menghilangkan kotoran di dalam telinga, karena yang biasa melakukan adalah jari kelingking.
  4. Jempol tidak pernah mengenakan cincin, karena yang biasa memakai adalah jari manis, oleh karena itu walaupun besar, tetapi jempol tidak pernah membesarkan dirinya sendiri, bahkan suka mengakui kebesaran orang lain.
  5. Jempol tidak pernah menggaruk-garukkan kepala, karena yang biasa melakukan adalah jari telunjuk dan jari tengah.
  6. Jempol tidak pernah digunakan untuk membersihkan kotoran setelah buang air besar karena yang biasa melakukan adalah jari telunjuk, tengah dan jari manis.
  7. Jempol hanya kadang-kadang saja untuk membersihkan kemaluan setelah buang air kecil khususnya bagi kaum adam, dan inipun bersama dengan jari telunjuk.
  8. Jempol dapat menggantikan tanda tangan, terutama bagi orang-orang yang buta huruf.
  9. Dominasi jempol untuk menekan hand phone dengan peralihan android maka beralih pada jari telunjuk. Sehingga penyalahgunaan penggunaan hand phone tidak sepenuhnya dilakukan oleh jempol.
Karena jempol tidak pernah digunakan untuk hal-hal yang tidak baik, maka belajarlah dari jempol, untuk menjadi orang yang baik, benar, jujur dan mau mengakui kesuksesan orang lain.