9/26/2013

Ujian Keimanan Melalui Ibadah Qurban


Qurban adalah ibadah yang disyari'atkan kepada nabi Ibrahim, tetapi syari'at tersebut terus dilestarikan dalam syari'at Islam. Karena Islam sebagai agama paripurna kadang menghapus, melestarikan, menyempurnakan atau hukum baru yang belum disyari'atkan pada rasul sebeluim diutusnya nabi Muhammad.
Qurban berasal dari kata qoroba yang berarti mendekatkan, maka bagi mereka yang mampu melaksanakan qurban hanya rasa dekatnya dengan Allah yang diharapkan.





Artinya:
Daging-daging onta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Hajj: 37)
Ibadah Qurban bagi umat Islam dibagi menjadi dua:
1. Bagi orang yang sedang menunaikan ibadah Haji melaksanakan qurban hukumnya wajib yang dilaksanakan di Mina.
2. Bagi umat Islam yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji hukumnya adalah sunnah muakkad yang dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dhulhijjah.


Perintah qurban ditegaskan dalam Alquran surat Al Kautsar: 





Artinya:
Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat dan berqurbanlah. Sesunguhnya orang-orang yang membenci dialah yang terputus. (Al Kaustar: 1-3)
Nabi Muhammad SAW bersabda:

عن ابى هريرة قال رسول الله صلىالله عليه وسلم من وجد سعة فلم يضح فلا يقربن مصلانا (رواه احمد و ترمذى)
Artinya:
Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia dekat-dekat dengan tempat shalat kami. (HR. Ahmad dan Turmudzi).

Antara shalat dan qurban mempunyai ikatan yang erat, shalat merupakan bentuk hubungan langsung dengan Allah, hubungan ini akan terpancar dalam akhlaq dan perilakunya dengan sesama manusia bahkan terhadap sesama makhluk hidup dan terhadap lingkungannya apabila shalat dilakukan dengan khusuk. Khusuk bermakna kesesuaian antara bacaan dengan hati, hati yang bersih yang terlepas dari bisikan-bisikan hawa nafsu. Hal ini memerlukan pengorbanan yaitu dengan bersunguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT. Maka pengorbanan ini akan membawa pengaruh terhadap perilaku yang sesuai dengan Sunnatullah. Maka hakekat berqurban adalah memotong nafsu hayawaniyah yang senantiasa melekat pada diri manusia untuk dikendalikan dan selanjutnya untuk diarahkan pada jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT.

Jenis binatang yang bisa dijadikan untuk berqurban adalah binatang yang tidak cacat, seperti pincang, kurus, sakit telinganya, kurang ekornya. Sebagaimana hadits rasul yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi: Empat macam hewan yang tidak boleh digunakan qurban, yaitu buta sebelah matanya lagi nyata butanya, sakit lagi nyata sakitnya, pincang lagi nyata pincangnya dan tua yang tidak mempunyai sumsum.
Jadi binatang yang syah digunakan untuk qurban adalah:
1. Binatang yang sehat.
2. Qurban kambing, domba yang sudah berumur satu tahun lebih, tandanya gigi depannya telah berganti.
ضحوا بالجذع من الضأن فانه جائز
Artinya:
Berqurbanlah dengan kambing jadz'ah (berumur setahun lebih) karena dia sudah mencukupi. (HR. Ahmad dan Thabrani)

3. Kambing biasa yang berumur dua tahun lebih.
4. Sapi atau kerbau yang sudah berumur dua tahun lebih
5. Onta yang telah berumur lima tahun lebih.
Bagi yang berqurban sebaiknya tidak memakan daging dari binatang yang diqurbankan, tetapi bila tidak bisa maka dia diperbolehkan memakannya dengan tidak lebih dari 1/3 nya.
Dalam berqurban dibolehkan untuk bergabung, jika sapi atau onta maka 1 ekor untuk tujuh orang. Daging qurban dibagikan kepada fakir miskin, kaum kerabat dan tidak boleh dijual.
Sunnah waktu berqurban:
1. membaca basmalah.
2. Membaca shalawat nabi
3. Membaca takbir.
4. membaca do'a qurban:
بسم الله اللهم تقبل من محمد وال محمد ومن امة محمد
5. Binatang yang disembelih dihadapkan kiblat.
Pelaksanaan qurban tidak hanya terbatas pada penyembelihan binatang qurban pada hari nahr yang dilaksanakan satu tahun sekali atau kewajiban satu kali seumur hidup. Akan tetapi qurban yang dilakukan setiap tahun adalah merupakan i’tibar agar kita mau berqurban untuk orang lain pada hari-hari yang lain. Sehingga qurban dalam pengertian yang lebih luas menegakkan syi’ar Islam misalnya dengan memelihara peradaban Islam agar tidak pudar, memelihara keseimbangan hidup bermasyarakat, saling menghormati dan berupaya menegakkan keadilan dan kejujuran.
Ibadah qurban menjadi sarana untuk menguji kekuatan iman dan Islam, karena iman bisa membuahkan akhlaq dan perilaku yang terpuji. Ditengah kehidupan bermasyarakat dengan tingkat ekonomi sosial yang berbeda akan memunculkan watak dan karakter yang berbeda. Ditambah lagi dengan imbas dari kenaikan harga BBM tetapi niat untuk senantiasa mengamalkan syari’at Islam tiada pernah kendor.
Sehingga walaupun sudah pernah berqurban, tetapi tidak ada larangan untuk melaksanakan qurban dalam setiap tahunnya. Ibadahnya semata-mata untuk memperoleh ridha dari Allah, karena sesungguhnya pengorbanan kita tidak sebanding bila dibanding dengan pengorbanan yang dilaksanakan oleh nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, demikian pula keikhlasan Ismail setelah mendengar perihal perintah Allah yang telah disampaikan kepada ayahnya untuk menyembelih dirinya.
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. Asshoffat: 102)

9/23/2013

Hikmah Ibadah Qurban, Khutbah Shalat Idul Adha


Idul Adha adalah peristiwa bersejarah dalam kehidupan umat Islam, dimana Idul Adha diawali dari peristiwa ketaatan nabi Ibrahim Khalilullah didalam menjalankan perintah Allah. Beliau seorang rasul karena ketaatannya sehingga ketika Allah memerintahkan untuk memisahkan dengan anak dan istrinya pada suatu lembah yang teramat tandus samapai beliau diperintahkan untuk menyembelih putra yang selalu dinanti-nantikan, maka beliaupun dengan segera menjalankan perintah Allah.
Ibrahim mendoakan kepada anak turunnya yang telah ditinggal dilembah yang amat tandus, agar menjadi generasi yang selalu menyembah Allah, dengan menjadikan lingkungan sekitarnya yang makmar, rizki yang melimpah dan banyak orang yang cenderung kepadanya. Orang-orang mencintainya dan berlomba dalam melakukan ketaatan untuk menegakkan syari'at Allah. Untuk mengetahui secara garis besar kita sampaikan melalui teks khutbah Idul Adha, semoga bermanfaat.

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ -أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ -اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ,كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ, نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَلَّذِى جَعَلَ الْخَلِيْلَ إِبْرَاهِيْمَ إِمَامًالَنَا وَلِسآئِرِالْبَشَرِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعاَلَمِيْنَ . أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Pada bulan ini kita masuk pada bulan akbar, yaitu bulan bersejarah bagi umat Islam, sebab pada bulan ini seluruh kaum muslimin diingatkan dengan peristiwa besar, yaitu ibadah qurban dan ibadah haji. Qurban sebagai ibadah yang berawal dari perintah Allah SWT terhadap nabi Ibrahim agar menyembelih putranya yang ditunggu-tunggu kelahiranya, bahkan baru saja dikaruniai anak pada usia yang sudah lanjut.
Sebagai rasul pilihan, Ibrahim senantiasa melaksanakan perintah Allah SWT, tidak hanya harta benda namun sampai pada anaknya yang amat dicintai apabila diminta oleh Allah maka pasti akan diberikan dengan penuh keikhlasan. Hal yang demikian ini karena kualitas iman dan taqwanya yang sudah kuat, sehingga dalam dirinya terdapat kesadaran bahwa manusia ciptaan Allah, dan Allah pula yang memberikan kesempurnaan pada manusia. Dan sewaktu-waktu, kapan saja, dan dimanapun berada apapun yang diberikan Allah akan diambil maka akan diserahkan dengan hati yang tulus ikhlas.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah

Sebelum Ibrahim melaksanakan perintah Allah, yaitu untuk menyembelih putranya, terlebih dahulu beliau meminta pendapat dan pertimbangan dari putranya:
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu"? (QS. Ash Shaffat: 102)

Untuk selanjutnya Ismail menjawab:
" Hai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya-Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar ". (QS. Ash Shaffat: 102)

Ismail, selalu taat dan patuh terhadap perintah Allah, sebab tekad yang demikian ini, Ibrahim hanya menjalankan perintah Allah. Bukan atas kemauannya tetapi Allah yang menghendaki. Maka ketika antara ayah dan anak sudah sama-sama pasrah dalam ketaatan, yaitu akan melaksanakan perintah Allah yaitu Ibrahim menyembelih putranya ternyata Allah mempunyai maksud yang bebeda yang sama sekali, tidak diketahui oleh hambanya:
“ Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Ash-Shaffat: 103-106)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Dari peristiwa tersebut maka untuk mewujudakan rasa syukur terhadap Allah, kemudian Ibrahim dalam setiap tahun selalu melaksanakan qurban yaitu memotong hewan ternah pada hari tasyrik. Hal yang demikian ini selaras dengan perintah Allah SWT:
" Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesunggihnya orang-orang yang membenci dialah yang terputus. (Al Kautsar: 1-3).

Kaum muslimin jema’ah shalat id Rahimakumullah.
Sesungguhnya ibadah Qurban mengandung hikmah:
1. Ibadah qurban sebagai salah satu perwujudan iman dan taqwa kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah:
" Daging-daging onta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. ". (Al Haj: 37).

Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, rasul bersabda bahwa tidak ada amal yang lebih bagus yang dicintai oleh Allah pada hari Idul Adha kecuali berqurban, sesungguhnya kelak pada hari qiamat akan datang dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, kuku-kukunya. Allah akan menerima ibadah qurban selagi darah hewan qurban belum menetes ke tanah. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang dapat melaksanakan qurban.

2. Ibadah qurban sebagai sarana untuk melaksanakan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, diawali dengan usaha untuk mengalahkan dorongan hawa nafsu.
Sesungguhnya didalam mengarungi kehidupan, terkadang timbul pemikiran bahwa banyak hal yang belum dilaksanakan dan banyak pula harapan yang belum terlaksana, kini sudah sampai lagi pada bulan Dzulhijjah, bulan dimana setiap muslim diperintahkan melaksanakan pemotongan hewan qurban. Dengan demikian hendaknya dapat menahan hawa nafsu, dengan menunda kebutuhan-kebutuhan yang tidak terlalu mendesak untuk diarahkan pada pelaksanaan qurban. Sesungguhnya qurban yang diwujudkan dengan pemotongan hewan qurban adalah sebagai lambang dari pemotongan nafsu hayawaniyah, sebagaimana sifat serigala yang merupakan simbol kekejaman dan suka menindas, sifat tikus sebagai lambang dari sifat keji dan kelicikannya, sifat anjing adalah sebagai sifat dari tipu muslihatnya, sifat domba adalah sifat manusia yang suka menghambakan pada manusia.
3. Ibadah qurban akan mewujudkan rasa persaudaraan, sikap suka menolong, saling asah asih dan asuh, sebab para aghniya’ akan melaksanakn qurban yang dagingnya diberikan pada para fakir miskin.
4. Setelah berqurban maka Allah akan melihat keimanan dan ketaqwaanya, dengan demikian Allah SWT akan memberikan rahmat kepada hambanya, sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Ath-Thalaq: 2-3:
... barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Beruntunglah menjadi muslim yang setiap tahun dapat melaksanakan qurban. Begitu pula sangat beruntung bagi orang-orang Islam yang bisa melaksanakan ibadah haji. Marilah kita do’akan jama’ah haji Indonesia khususnya jama’ah haji kabupaten Wonosobo agar diberikan derajat kesehatan yang paripurna. Karena dengan sehat insya-Allah akan lebih mudah didalam menyempunakan pelaksanaan ibadah haji, syarat, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan aturan syari’at Islam sehingga kelak akan memperoleh derajat haji mabrur.
Dan kita do’akan pula mudah-mudahan mereka dapat menjaga dan melestarikan kemabrurannya. Yang karenanya hidupnya, kesehatannya, harta dan ilmunya digunakan untuk perjuangan dan kemajuan Islam. Akhirnya mereka dalam seluruh kehidupannya dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama serta dapat menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat.
Akhirnya marilah kita memohon kehadirat Allah agar qurban yang kita laksanakan dapat berkembang dan membuahkan semangat berqurban, suka menginfaqkan harta benda, ilmu dan tenaganya, waktu sehat, sempat dan seluruh hidupnya kita gunakan untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sekalian sebagaimana orang-orang yang telah diberikan kenikmatan, dan bukan jalannya orang-orang yang dimurkai, amin.
الخطبة الثنية لعيد الأضحى

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ -أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ -اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ,كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ أَمَرَناَبِالْإِتِّحاَدِ وَنَهَانَا عَنِ التَّفَرُّقِ وَالْفَساَدِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى َآلِهِ وَأَصْحَاِبِه الَّذِيْنَ سَلَكُواْ عَلَى سَبِيْلِ الْهُدَى وَالتَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِّى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيْماً. أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَضِىَ الْحاَجاَتِ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُناَدِىْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ أٰمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَأٰمَنَّا, رَبَّناَ فَاغْفِرْلَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّأَتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ الْأَبْرَارِ, رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

9/19/2013

Hikmah Ibadah Qurban, Khutbah Basa Jawa


Ibadah Qurban salah setunggalipun ibadah ingkang dipun tindakaken dening nabi Ibrahim Khalilullah, piyambakipun dipun paringi kanugrahan kathah dening Allah ananging piyambakipun ugi dipun uji dening Allah kanthi ujian ingkang awrat. Nyembelih dhateng putranipun kinasih ingkang dipun tenggo lahiripun. Ananging nalika putranipun inggih nabi Ismail sampun dumugi yuswa remaja Allah paring dhawuh supatos nyembelih dhateng putranipun. Nanging margi taatipun dhateng Allah sedaya dhawuhipun Allah dipun tindakaken, Allah nggantos Ismail kanthi domba.Sasampunipun kedadosan punika Ibrahim ing saben tahunipun nindakaken qurban.

Qurban minangka wujud raos syukur dhateng Allah SWT, syukur amargi manungsa sampun dipun paringi kanugrahan ingkang kathah. Ibadah qurban mengku hikmah ingkang kathah, saterasipun kita aturaken mawi seratan khutbah Jum'at.



Kaum muslimin jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Wulan punika kita sampun mlebet ing wulan akbar, wulan bersejarah kagem tiyang Islam, amargi ing wulan punika sedaya kaum muslimin dipun engetaken malih kalian peristiwa bersejarah, inggih punika ibadah qurban lan ibadah haji. Qurban minangka ibadah ingkang dipun melai saking dhawuhipun Allah dhumateng nabi Ibrahim supados nyembelih dhateng putranipun ingkang sampun dipun tengggo-tenggo lahiripun.
Ibrahim rasul pilihan sahingga sedaya dhawuhipun Allah dipun tindakaken, boten namung bandha donya ngantos putra kinasihipun menawi dipun kersakaken dening Allah yektos dipun paringaken kanthi ikhlas. Mekaten punika amargi iman lan taqwanipun sampun kiyat, sahingga ngrumaosi bilih manungsa punika makhlukipun Allah, manungsa dipun paringi kesempurnaan dening Allah. Lan sak wekdal-wekdal peparingipun Allah punika dipun suwun malih inggih badhe dipun aturaken kanthi penggalih ingkang legawa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Saderengipun nindakaken dhawuhipun Allah, inggih punika motong dhateng jangganipun Ismail (putranipun), langkung rumiyin piyambakipun paring kabar dhateng putranipun lan nyuwun pemanggihipun:“He putraningsun, ngger satemene ingsun mirsani sajrone sare, menawa ingsung nyembelih marang kang salira. Mula coba pikiren kepriye mungguh kang salira? (QS. Ash Shaffat: 102)

Kanthi pangendikanipun Ibrahim punika, Ismail ngendika:

“ Dhuh rama, rama kawula aturi nindakaken punapa ingkang dipun dhawuhaken dhumateng panjenengan. Insya-Allah panjenenngan badhe manggihi ingkang putra kalebet tiyang-tiyang ingkang sabar”. (QS. Ash Shaffat: 102)

Ismail, manut lan mituhu dhateng pangandikanipun ingkang rama. Kanthi i’tikat bilih ramanipun namung nindakaken dhawuhipun Allah. Pramila nalika antawis rama lan putra badhe nindakaken dhawuhipun Gusti Allah, Ibrahim sampun siap-siap badhe motong jangganipun Ismail, Allah SWT gadhahi kersa ingkang boten dipun mangertosi dening kawulanipun.

“Rikala saklorone (Ibrahim lan putrane) wus padha pasrah lan Ibrahim bubukake miring putrane kanthi meteg pilingan, (kanyata pancen saklorone padha sabar). Lan Ingsun undang dheweke: He Ibrahim, satemene sliramu wis ambeberake impenira iku, sejatine hiya mengkono iku Ingsun paring piwales marang wong-wong kang padha tumindak bagus, sajatine iki pancen temenan pacoban kang cetha”. (QS. Ash-Shaffat: 103-106)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Saking kedadosan punika sahingga minangka mujudaken raos syukur dhateng Allah tumuli Ibrahim nindakaken qurban ing saben tahunipun ing salebetipun dinten-dinten tasyrik. Jalaran ingkang mekaten punika sampun jelas dhawuhipun Allah SWT:


" Satemene Ingsun wus maringake marang sira kenikmatan kang akeh, mangka tindakna shalat lan qurbana, satemene sapa kang serik marang dheweke iku kang dipedhot (saka rahmate Allah)". (Al Kautsar: 1-3).

Kaum muslimin jema’ah shalat id Rahimakumullah.
Ibadah Qurban mungguhipun tiyang Islam mengku gati:
1. Qurban mujudaken raos iman lan taqwanipun dhateng Allah, sampun jelas pangendikanipun Allah:

" Daging-daging lan getihe hewan qurban iku ora bakal nggayuh karidhane Allah. Nanging kang bisa mahanani kagayuhe karidhane Allah iku taqwanira marang Allah SWT". (Al Haj: 37).

Wonten ing dalem hadits ingkang dipun riwayataken dening imam Tirmudzi rasul ngendika bilih ora ana amal ing riyaya qurban kang luwih didhemeni Allah kejaba nyembelih kewan qurban. Satuhune sisuk ing dina qiyamat bakal teka kelawan sungu-sungune, wulu-wulune, kuku-kune. Satuhune Allah bakal nampa ibadah qurban sadurunge getihe kewan qurban durung netes ing lemah. Mangka beja kanggo wong kang nindakake qurban.

2. Ibadah qurban minangka sarana kangge dhedhepe (taqarrub) dhateng Allah ingkang dipun melai kanthi usaha ngalahaken hawa nafsu.
Satuhunipun ing salebetipun makarya, umumipun sami gadhah pemanggih bilih kebetahanipun gesang tambah kathah lan dereng kacekapan, ananging pranyata sampun dumugi malih ing wulan dzulhijjah, wulan kangge nindakaken qurban. Sekedhik kedah saget ngeker dhateng sedaya kabetahanipun, saperlu dipun tanjakaken kangge nindakaken qurban. Sabar sawetawis anggenipun ngumbar dhateng hawa nafsu, dipun pangkas kalian simbol motong dhateng hewan qurban. Minangka pralambang nebihaken saking sifat-sifat hayawaniyah, kodos sifat saking serigala simbol saking sifat kejem lan dhemen nindes, sifat saking tikus pralambang sifat licikipun, sifat saking segawon pralambang saking sifat tipu muslihat, sifatipun domba pralambang saking sifat manembah dhateng makhluk.
3. Ibadah qurban badhe mujudaken pasedherekan, tulung tinulung lan mong-tinemong, amargi kanthi ibadhah qurban para aghniyak saget nindakaken qurban. Sak terasipun dagingipun qurban dipun bagi-bagikaken dhateng para fakir miskin.
4. Amargi qurban punika ingkang dipun tingali dening Allah inggih punika iman lan taqwanipun, sahingga Allah badhe paring karohmatan dhateng kawulanipun kasebat ing dalem Alquran surat Ath-Thalaq: 2-3:

...sapa wonge kang taqwa marang Allah mesthi Panjenengane bakal dadekake kajembaran kanggo dheweke, lan maringi rizki saking jurusan kang ora den kira-kirakaken. Lan sapa wonge kang tawakal marang Allah, mesthi Allah bakal nyukupi (keperluwane) dhewekne.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Pramila beja sanget dhateng kaum muslimin ingkang saget nindakaken qurban ing saben tahunipun. Semanten ugi beja sanget dhateng kaum muslimin ingkang sampun saget nindakekan ibadah haji. Lan kita do’a- aken sedaya kaum muslimin khusipun jama’ah haji Indonesia lan langkung utami dhateng jama’ah haji kabupaten Wonosobo, mugi-mugi tansah pinaringan derajat kesehatan paripurna.
Kanthi sehat insya-Allah badhe gampil anggenipun nindakaken sedaya syarat, rukun, wajib lan sedaya amalan-amalan sunnah haji, akhiripun pikantuk derajad haji ingkang mabrur. Sahingga gesangipun, sehatipun, bandanipun, ilmunipun saget dipun ginakeken kangge kemajengan agami Islam, sahingga tansah paring manfaat dhateng masyarakat, bangsa lan agami, saget dados teladhan ing salebetipun masyarakat.
Akhiripun kita nyuwun dhateng Allah mugi-mugi ibadah qurban ingkang dipun tindakaken dening sedaya umat Islam badhe nuwuhaken semangat berkorban ing sak dangunipun gesang. Dhemen nginfakaken bandha, tenaga, ilmu, malah wekdal sehat lan gesangipun dipun ginakaken kangge nyempurnakaken anggenipun ngibadah dhateng Allah.
Mugi-mugi Allah tansah paring pitedah dhateng kita sedaya, kados pitedah ingkang dipun paringaken dhateng tiyang-tiyang ingkang dipun paringi mapinten-pinten nikmat lan sanes marginipun tiyang-tiyang ingkang dipun bendoni.

9/15/2013

Do'a Nabi Ibrahim Bagi Umat Islam, Khutbah Idul Adha


Idul Adha adalah hari raya akbar bagi umat Islam, hari raya ini diperingati pada tanggal 10 Zulhijjah yang ditandai dengan wukuf di Padang Arofah bagi jema'ah haji. dan peristiwa penyembelihan hewan qurban pada yaumun nahr.
Penyembelihan hewab qurban dilakukan setelah menegakkan shalat Id, adapun hewan yang dapat di gunakan untuk hewan qurban adalah onta, sapi, kerbau, kambing, domba. Quban bagi umat Islam dilakukan disamping untuk melaksanakan perintah Allah yaitu dengan meneladani nabi Ibrahim, qurban dilakukan juga karena sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Syukur atas kenikmatan yang telah di berikan oleh Allah. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya kami sampaikan pada teks khutbah shalat Idul Adha.

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ x كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ, نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَلَّذِى جَعَلَ الْخَلِيْلَ إِبْرَاهِيْمَ إِمَامًالَنَا وَلِسآئِرِالْبَشَرِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعاَلَمِيْنَ . أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu akbar 3x walillahil hamdu
Kaum muslimin jama’ah shalat Id Rahimakumulla
Mengawali khutbah ini marilah kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan-perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, karena dengan demikian kita akan menjadi hamba-Nya yang akan dimuliakan sejak di dunia maupun kelak di yaumil Qiyamah. Nabi Ibrahim Khalilullah salah seorang utusan Allah mendoakan khusus bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al Baqarah: 126)

Do’a nabi Ibahim di kabulkan oleh Allah SWT, namun karena sifat Rahman Allah yang juga memberikan kesenangan kepada seluruh hamba-Nya. Ibrahim mengkhususkan doanya kepada orang-orang yang beriman, tetapi rahmat Allah itu amat banyak dan tak terhingga diberikannya kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Allah SWT berfirman:

“Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”. (QS. Al Isra':20)

Yang dimaksud dengan "golongan ini" ialah orang-orang kafir yang lebih mengutamakan duniawi dan "golongan itu" ialah orang-orang yang lebih mengutamakan kehidupan ukhrawi dibanding dengan kehidupan duniawi. Kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah kesenangan yang sementara, didalam kehidupan dunia saja bahkan bisa jadi lebih senang dari orang yang beriman, kemudian di akhirat nanti mereka terpaksa masuk neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً وَأَرْسَلَ فِي خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الرَّحْمَةِ لَمْ يَيْئَسْ مِنْ الْجَنَّةِ وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الْعَذَابِ لَمْ يَأْمَنْ مِنْ النَّارِ (رواه البخارى)
"Sesungguhnya Allah SWT mencipatakan rahmat, pada hari penciptaannya Allah SWT menciptakan 100 rahmat, kemudian Dia menahan disisi-Nya 99 rahmat, dan melepeskan untuk seluruh ciptaannya satu rahmat. Jadi, jika orang kafir mengetahui seluruh rahmat yang ada pada sisi Allah SWT, maka dia tidak akan putus asa dari (mendapatkan) surga, dan Jika seorang yang beriman mengetahui seluruh bentuk azab yang ada pada sisi Allah SWT, maka dia tidak akan merasa aman dari neraka". (HR. Buchari)
Allahu Akbar 3x walillahil hamdu
Kaum muslimin jama’ah shalat Id Rahimakumullah.
Mengingat sejarah bahwa Jazirah Arab adalah merupakan daerah yang gersang, panas dan tandus, karena tidak adanya sumber air. Demikian pula Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan oleh Ibrahim dalam suatu lembah diantara dua bukit batu yang tidak ada sumber kehidupan, tidak ada pepohonan, tidak ada air. Inilah kesabaran dua insan didalam memegang teguh perintah Allah. Cinta harta, dunia, keluarga dibawah cintanya kepada Allah SWT, sebelum meninggalkan anak dan istrinya Ibrahim berdo’a:
“ Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim: 37)

Dalam ayat tersebut ada beberapa hikmah yang dapat kita teladhani:
• Perasaan dan kesadaran bahwa dirinya telah meninggalkan anak dan istrinya dalam suatu lembah yang tidak ada kehidupan. Tentunya ini menimbulkan perasaan bersalah dan keadaan tidak menentu. Dua pilihan yang sama-sama berat dan sulit, beliau bertawakal kepada Allah SWT.
• Beliau memohon kepada Allah agar mereka senantiasa menegakkan shalat
• Dengan shalat akan menjadikan hati orang-orang condong dan simpatik.
• Dengan shalat pula beliau memohon agar mereka diberikan rizki dari buah-buahan.
• Agar menjadikannya menjadi hamba-hambanya bersyukur.

Demikianlah bahwa doa nabi Ibrahim dikabulkan sehingga daerah yang gersang, panas dan tandus menjadi daerah yang subur dan makmur, tercukupi kesejahteraan hidup. Terkabulnya doa nabi Ibrahim berkesinambungan hingga akhir masa, bahkan menganugerahkan kepada penduduk dan pengunjungnya kemampuan untuk menjadikannya aman dan tenteram. Mekah menjadi kiblat seluruh umat Islam, dalam setiap tahun umat Islam dari segala penjuru dunia, menuju ke Mekah untuk melaksanakan rukun Islam yang lima yaitu melaksanakan ibadah haji. Dengan haji ini mereka membawa devisa bagi negara. Makanan, minuman, sayur-sayuran, buah-buahan serba ada yang didatangkan dari negara-negara lain.

Allahu Akbar 3x walillahil hamdu.
Do’a nabi Ibrahim ini menjadi contoh, bagaimanakah untuk membentuk seuatu negara yang baik, masyarakat yang baik, keluarga yang baik dan diri sendiri yang baik. Ibrahim adalah figur Rasulullah yang telah digembleng sejak lahir dengan aqidah yang kuat, sejak lahir dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat jahiliyah, demikian pula Rasulullah Muhammad SAW. Namun karena telah mempunyai fondasi aqidah yang kuat kemudian diimplementasikan dalam bentuk moral spiritual, sehingga terwujudlah keluarga yang baik. Menjadi dambaan setiap muslim untuk bisa membangun keluarga sakinah. Keluarga yang setiap pribadi menyadari dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Baik kewajiban yang besifat hablun minallah dan hablun minannas.
Berangkat dari keluarga ini maka terbentuk masyarakat yang baik dan dari masyarakat yang baik akhirnya terwujud negara yang baik, aman dan sejahtera yang ditandai dengan melimpahnya harta benda dan buah-buahan. Berawal dari keluarga yang baik, seluruh anggota keluarga yang meliputi anak, istri dan suami semuanya berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Karena itu bentuklah keluarga yang baik dengan senantiasa menegakkan shalat. Jadikan shalat sebagai dasar setiap aktifitas, karena sesungguhnya shalat yang baik akan menentukan baik- buruknya perbuatan manusia.
Dari khutbah tersebut diatas ada beberapa hal yang perlu kita teladani:
1. Jadilah orang tua sebagaimana nabi Ibrahim, dengan Tauhid yang kuat sehingga beliau mampu mengatasi segala macam cobaan yang telah di berikan Allah SWT.
2. Jadilah orang tua yang mempunyai akhlaq dan perilaku terpuji yang dilandasi dengan semangat Tauhid. Pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah menjadikannya selalu taat terhadap perintah Allah. Mendahulukan untuk mewujudkan ketaatan kepada Allah dari pada memenuhi ambisi pribadi, kelompok atau golongan.
3. Jadilah keluarga, sebagaimana keluarganya Ibrahim. Sebagai kepala keluarga dapat mendidik dan mengarahkan istri serta putranya agar senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Saling menghormati dan saling menghargai.
4. Jadilah istri sebagaimana Siti Hajar, menjadi wanita dan istri yang kuat dalam menghadapi cobaan, sabar, ikhlas, mandiri, hormat kepada suami dan cinta kepada keluarga.
5. Jadilah anak sebagaimana Ismail, beliau senantiasa hormat kepada orang tuanya, mendahulukan kewajibannya dari pada menuntut hak. Sehingga ketika ayahnya mengatakan akan menyembelihnya, Dia berkata:
“ Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


الخطبة الثنية لعيد الأضحى

اَللهُ أَكْبَرُ x كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ أَمَرَناَبِالْإِتِّحاَدِ وَنَهَانَا عَنِ التَّفَرُّقِ وَالْفَساَدِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى َآلِهِ وَأَصْحَاِبِه الَّذِيْنَ سَلَكُواْ عَلَى سَبِيْلِ الْهُدَى وَالتَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِّى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيْماً. أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَضِىَ الْحاَجاَتِ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُناَدِىْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ أٰمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَأٰمَنَّا, رَبَّناَ فَاغْفِرْلَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّأَتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ الْأَبْرَارِ, رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

9/06/2013

Do'a Pelepasan Jama'ah Haji


Haji adalah rukun Islam kelima, haji di wajibkan bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat istitho'ah. Secara materiil memang jelas bagi orang-orang yang mempunyai kecukupan dan kemampuan ekonomi. Misalnya pemerintah Indonesia telah memutuskan biaya pendaftaran haji untuk mendapatkan porsi haji sebesar Rp. 25.000.000,- yang disetorkan ke bank-bank yang telah ditunjuk.Disamping itu ada keistimewaan orang miskin tapi bisa memenuhi panggilan Allah untuk melaksanakan ibadah haji, bisa karena ketekunan, keuletan, kesabaran, keikhlasan, keistiqomahan dan sebagainya, sehingga Allah memberikan jalan orang tersebut melaksanakan ibadah haji.
Pelepasan calon jama'ah haji biasanya diselenggarakan walimatussafar, tidak lain untuk meminta do'a kepada masyarakat sekitar, teman dan saudaranya yang dikemas dalam acara khusus. Berikut contoh do'a

ﺍﻠﺤﻤﺪ ﷲ ﺮﺐﺍﻠﻌﺎﻠﻤﻴﻦ ﺤﻤﺪﺍ ﻴﻮﺍ ﻓﻰ ﻧﻌﻤﻪ ﻮﻴﻜﺎ ﻓﺊ ﻤﺰﻴﺪ ﻩ ﻴﺎ ﺮﺒﻧﺎ ﻠﻚ ﺍﻠﺤﻤﺪ ﻜﻤﺎ ﻴﻧﺒﻐﻰ ﻠﺠﻼ ﻞ ﻮﺠﻬﻚ ﺍﻠﻜﺭﻴﻢ ﻮﻋﻇﻴﻢ ﺴﻠطا ﻧﻚ ﺍﻠﻟﻬﻢ ﺼل ﻮﺴﻟﻢ ﻋﻠﻰ ﺴﻴﺪﻧﺎ ﻤﺤﻤﺪ ﻮﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻮﺍﺼحاﺑﻪ ﺍﺠﻤﻌﻴﻦ

Ya Allah , puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiratmu, dengan segala kenikmatan dan karunia Engkau pertemukan kami dalam majlis yang mulia ini, dalam kegiatan pelepasan Bapak/ Ibu…………………………………….yang akan memenuhi panggilan-Mu, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu melaksanakan ibadah haji.

Ya Allah ya Aziz, berikanlah kesehatan, kemudahan dan kesejahteraan dalam melakukan perjalanan dari tanah air sampai ke Mekah dan Madinah. Dan berilah pula kemudahan dan kelapangan untuk melaksanakan segara rukun, wajib dan sunnah ibadah haji. Dengan kuasa-Mu ya Allah segala yang sulit menjadi mudah, segala yang menakutkan menjadi menggemberikan, segala yang sempit menjadi lapang, segala harapan menjadi kenyataan. Karena itu ya Allah hanya kepada-Mu kami memohon dan hanya kepada-Mu kami berserah diri, Engkaulah Tuhan yang Maha Agung.

Ya, Allah jadikanlah ibadah di tanah suci menjadi landasan mental spiritual untuk senantiasa ingin dekat dengan-Mu. Karena itu segala daya upaya yang telah di upayakan untuk mewujudkan rasa cinta kepada-Mu. Karena itu ya Allah mudahkanlah beliau untuk beradaptasi di tanah suci, sehingga karenanya ibadahnya akan mencapai kesempurnaan sehingga dapat kembali ke tanah air dalam kondisi yang baik, dengan memperoleh predikat haji yang mabrur.

اللهم اجعل حجا مبرورا وسعيا مشكورا وذنبا مغفورا وعملا مقبولا وتجارة لن تبور ياعالم ما فى الصدور أخرجنى يا الله من الظلمات الى النور.
ﺮﺑﻧﺎﺁ ﺗﻧﺎ ﻓﻰ ﺍﻠﺪ ﻧﻴﺎ ﺣﺴﻧﺔ ﻮفى الاﺧﺮﺓ ﺣﺴﻧﺔ ﻮﻗﻧﺎ ﻋﺫ ب ﺍﻠﻧﺎ ﺮ وصل الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ﻮﺍﻠﺣﻤﺪ ﷲ رب العلمين

9/05/2013

Orang Miskin Raih Derajat Kemuliaan


Tugas sebagai Khalifatullah dan sebagai Hamba Allah, merupakan dua macam tugas manusia yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Karena itu didalam setiap kesibukan melaksanakan dua tugas itu, pernahkan merenungkan diri, bahwa bila dalam urusan keduniawian agar melihat kepada orang yang dibawahnya dan bila dalam urusan keagamaan agar melihat kepada orang yang diatasnya. Dari sabda rasul tersebut apakah mengisyaratkan, bahwa Islam mendorong umatnya menjadi umat yang miskin dan lemah, karena mendorong umat untuk merasa puas dengan yang dimiliki dan tidak meraih yang diatasnya?
Islam menganjurkan untuk menjadi umat yang kuat, namun bila dianjurkan untuk melihat pada yang dibawahnya, hal ini dalam batas-batas tertentu, agar umat Islam selalu bersyukur, karena sesungguhnya dengan bersyukur itu, Allah akan menambahkan kenikmatannya, akan dibukakan pintu rezkinya. Karena syukur adalah bahasa hati, menunjukkan kebeningan hati yang akan membukakan pintu akal, sehingga menumbuhkan perilaku baik dan positif. Sebaliknya Islam menganjurkan dalam urusan agama agar melihat kepada orang yang diatas-Nya, karena sesungguhnya ilmu agama itu tidak akan pernah selesai untuk dikaji. Karena ilmu Allah diibaratkan air yang berada di lautan sedangkan ilmunya manusia ibarat setetes air di lautan. Maka bila dalam urusan ilmu dan agama melihat kepada orang yang dibawahnya, maka ilmu Allah akan semakin jauh dari jangkauan, sehingga akan menjadi pribadi yang amat dangkal dalam bidang ilmu, hatinya gersang dan perilakunya akan mengarah pada perilaku yang tidak terpuji. Semakin luas ilmu agama maka akan bijaksana, memiliki kecerdasan emosi, spiritual, intelektual dan sosial.
Pernah suatu saat pada zaman rasul ada seorang hamba Allah yang merasa iri terhadap amal ibadah orang-orang kaya. Mengapa, hal ini tidak lain karena didalam menjalankan perintah Allah, bila orang miskin menegahkkan shalat maka orang kayapun juga menegakkan shalat, orang miskin puasa orang kayapun juga puasa. Namun bedanya ketika orang kaya bersedekah, maka orang miskin tidak bisa meraih pahala sedekah. Orang miskin demikian ini yang sadar dengan kemiskinannya, namun tidak pernah mau ketinggalan untuk meraih keutamaan yang diberikan oleh Allah SWT.
Banyak yang terjadi ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, tahu bahwa dirinya miskin, tidak bisa memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang-orang kaya, namun berupaya untuk meniru kebiasaan orang-orang kaya. Dalam hal berpakaian, makan, minum, gaya hidup konsumtif dan sebagainya. Kalau hal ini dilakukan maka sudah menjadi orang yang miskin yang masih jauh dengan Allah. Maka bila orang miskin yang sadar dengan kemiskinannya akan dekat dengan Allah, akan mudah menjalankan perintah-perintah Allah. Rasul pernah bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوْا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَيتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُواْ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ . [رواه مسلم
Dari Abu Dzar Radhiallahuanhu: Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam) bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya: Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang di antara kami yang menyalurkan syahwatnya? Beliau bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan di jalan yang haram, bukankah baginya dosa? Demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala. (Riwayat Muslim)
Sesungguhnya orang miskin akan meraih keutamaan bersedekah dengan memperbanyak zikir. Baik zikir dalam hati, lisan bahkan dilaksanakan dalam bentuk amal perbuatan. Zikir dalam hati selalau ingat Allah dalam kondisi dimanapun berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Ketika sedang sendiri atau bersama-sama selalu ingat Allah, dalam kondisi sibuk atau luang, dalam kondisi miskin atau kaya, dalam kondisi tua atau muda, sehat atau sakit. Orang yang demikian ini selalu merasakan kehadiran Allah, sehingga walaupun tidak dapat melihat Allah tetapi yakin bahwa Allah selalu melihatnya, mengawasi dan mencatat segala perbuatannya yang kelak akan diintai pertanggungjawaban.
Zikir dengan lisan adalah dampak dari keyakinan tersebut, misalnya mengucapkan kalimat takbir, tasbih, tahlil dan tahmid baik dengan hitungan tertentu maupun menurut kemampuannya. Namun sebaiknya untuk menekan kemauan hawa nafsu dengan hitungan, misalnya setelah selesai shalat membaca subhanannal 33 kali, alhamdulillah 33 kali, Allahu akbar 33 kali, la ilaha illallah wahdahu lasyari kalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumitu wahuwa ‘ala kulli syai-in qadir 100 kali.
Kalau berzikir tidak dengan hitungan maka akan melaksanakan semaunya, padahal pikiran masih kusut, hati keruh, perbuatan yang amburadul, nafsu membara. Kondisi yang demikian ini harus meneguhkan hati dan keimanan dengan berzikir. Allah telah menyatakan bahwa dengan berzikir hati akan menjadi tenang (ala bizikralli tathmainnul quluub). Kemantapan, konsisitensi dan istiqomah pada umumnya harus dilakukan dengan keterpaksaan, contohnya para sufi, melakukan langkah-langkah untuk menjernihkan qalbu dengan takhalli, tahalli dan tajalli (3T). Kegiatan ini sering dilakukan oleh umat Islam yaitu dengan menyelenggarakan mujahadah (bersungguh-sungguh). Apa yang dilakukan dalam mujahadah, tidak lain adalah membaca wirid, zikir yang berpedoman pada Rasulullah (zikir ma’surat) atau amalan-amalan para sufi atau para shalih dan shalihin.
Dari bentuk keterpaksaan ini, akhirnya merasakan ketenangan, kedamaian, keikhlasan, tawadhu’, ridha dan sifat-sifat terpuji lainnya. Maka para mujahid merasa ketagihan, sehingga akan mengulang-ulang kegiatan tersebut. Dan buah dari kegiatan tersebut akan dirasakan oleh pribadi yang bersangkutan, karena itu pengalaman spiritual hanya diri sendiri yang merasakan, sehingga akan ikhlas dan penuh kesadaran akan melakukan hal-hal yang kadang menurut orang lain tidak bisa dilaksanakan. Disamping berpengaruh pada diri sendiri juga akan berdampak pada lingkungannya, dimana akan menjadi pribadi yang memberikan manfaat bagi orang lain. Sehingga terwujudnya Islam sebagai agama menjadi rahmat bagi sekalian alam, karena dapat diamalkan oleh orang-orang Islam.
Ketiga berzikir dengan amal perbuatan, bila hati sudah tenang dan tertata, artinya telah dapat menata hati nurani, akibatnya setiap perbuatan akan dilakukan dengan sikap tenang. Bahkan setiap perbuatan selalu direncanakan dan mempunyai visi dan misi yang jelas. Sehingga setiap perbuatan selalu mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bersama. Kegiatan ini bila dapat diterapkan secara total akan menjadi bentuk shadaqah. Sehingga terangkatlah derajat kemuliaan orang-orang miskin.

8/31/2013

Usaha Nyegah Faham Komunis, Khutbah Bahasa Jawa


Pancasila minangka azas tunggal negari Republik Indonesi, sampun dipun uji kanthi badhe dipun gantosipun dasar negari Pancasila kanthi dasar komunis. Ingkang jumbuh malah paten pinaten sesami warga negari Indonesia,benten kalian Pancasila ingkang dados pemersatu bangsa. Penduduk Indonesia kanthi maneka warna seni, budaya, ras, agama sami paring pikuramatan. Malah ing perkawis agami wonten stilah inggih punika tholeransi antawis umat beragama.
Faham komunis  boten selaras kalian aturan agami lan aturan pemerintah. Kanthi mekaten faham punika kedah dipun cegah supatos boten sumebar ing negari Indonesia. Nyegah dhateng faham komunis punika dipun tindakaken dening sedaya masyarakat, leres saking pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat lan sedaya masyarakat umumipun. Kangge gamblangipun kita aturaken mawi seratan khutbah Jum'at.

َلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِى أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin jema’ah shalat Jum’ah Rahimakumullah.
Sasampunipun kita tingkas anggenipun nindakaken shiyam Ramadhan, tumuli kita mlebet ing wulan Syawal, wulan kangge buktikaken ketaatan kita dhateng Gusti Allah. Bilih akhir saking ibadah puasa inggih punika kita badhe dipun angkat derajatipun dados tiyang-tiyang ingkang taqwa (la’allakum tattaqun). Tiyang taqwa inggih punika ingkang saestu anggenipun nindakaken dhawuhipun Gusti Allah lan nilar sedaya ingkang dipun awisi dening Allah SWT.
Kanthi punika nalika kita nindakaken puasa Ramadhan yektos kita tansah budidaya ngreksa manah kita, lisan kita, badan kita, talingan kita, soca kita, malah berusaha njejegaken hawa nafsu kita saperlu supados nderek anggenipun nindakaken ngibadah dhateng Gusti Allah. Kanthi mekaten nalika mlebet ing wulan Syawal tiyang-tiyang Islam dipun konduraken dados fitrah, kados bayi ingkang nembe lahir, dipun ngapura sedaya kalepatanipun dening Gusti Allah amargi kita sampun menang anggenipun njejegaken lan ngluhuraken asma dalem Allah SWT.
Kanthi mekaten sasampunipun kita mlebet ing wulan Syawal ngantos dinten sapunika punapa peningkatan ibadah sasampunipun Ramadhan. Kasunyatanipun menawi kita gatosaken wonten ingkang biasa-biasa mawon, malah wonten ingkang mandhap. Midherek saking pengendikanipun Rasulullah SAW sak sae-saenipun tiyang ingkang iman inggih punika ingkang langkung sae. Dinten ingkang badhe dhateng langkung sae tinimbang dinten sapunika.
Kanthi mekaten kangge mujudaken kasempurnaning ngibadah lan kangge njagi fitrahing qalbu tiyang-tiyang ingkang taqwa wonten gangsal perkawis ingkang kedah kita tindakaken:
1. Netepaken shalat gangsal wekdal, lan langkung utami dipun tindakaken kanthi jama’ah. Setunggal wulan kita sampun nglatih dhateng pribadi kita piyambak. Shalat gangsal wekdal punika dados pokokipun ibadah, kedah dipun tindakaken ing pundi papan lan panggenan. Leres nalika mukim punapa dados musyafir. Shalat gangsal wekdal inggih kedah dipun tindakaken ing kawontenan punapa mawon, leres nalika tasih sehat lan ugi nalika sakit, nalika ribet punapa malih nalika gadhahi wekdal longgar. Ampun ngantos shalat gangsal wekdal punika dipun tilaraken, amargi nalika kita shalat artosipun kita nembe ngadhep dhateng Allah, zat ingkang Maha Agung, Maha Welas Asih, Maha Kuwaos, maha Ngudanani sedaya seja kawulanipun gusti Allah lan saterasipun.

“Kalamun dheweke kabeh padha mertobat lan jumenengake shalat serta padha bayar zakat, mula awehana kebebasan dalan mlaku marang dheweke kabeh. Satemene Allah iku Agung Pangapurane lan Agung Welase”. (QS: Attaubah: 5)

اِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
“Satuhune antarane wong lanang lan antarane syirik lan kufur iku ninggalake shalat (lamun shalat ditinggalake mangka dadi kufur) (HR. Muslim).

2. Nglanggengaken anggenipun maos Alquran, setunggal wulan kita sampun unggul-unggulan anggenipun maos Alquran. Mangga dipun terasaken maosipun, mangkaji maksud lan kandunganipun Alquran. Kanthi Maos lan mirengaken tiyang maos Alquran Allah badhe ngluberaken rahmatipun. Kanthi Rahmatipun Allah sedaya badhe tuwuh raos asih kinasihan, dipun ibarataken kewan ingkang galak boten badhe nedhi dhateng anakipun. Punapa malih manungsa ingkang ghadahi akal lan pitedah agami.

اِقْرَؤُاالْقُرْآنَ فَاِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِاَصْحَابِهِ
“Wacanen Alquran! Satemene dheweke bakal teka ing dina Qiyamat kanggo aweh syafaat maring wong-wong kang maca” (HR. Muslim)

3. Nglanggengaken anggenipun nindakaken qiyamul lail, lan shalat-shalat sunnah sanesipun. Tiyang Islam ampun rumaos sampun sempurna anggenipun nindakaken ibadah, ampun rumaos sampun cekap anggenipun nindakaken ibadah. Kanthi mekaten raos lembah manah punika kita wujudaken kanthi ngestokaken sunnahipun rasul inggih punika nindaken shalat sunnah. Shalat sunnah kathah jenisnipun kanthi fadhilah boten sami. Kanthi mekaten tiyang Islam badhe pikantuk fadhilah menawi dhawuh rasul dipun tindakaken. Yentos badhe ngghadahi raos caket dhateng Allah. Rasul ngendika bilih shalat sunnah punika minangka kangge nyempurnakaken shalat fardhu.

4. Dipun tindakaken zakat, infaq lan shadaqahipun. Sasampunipun ngedalaken zakat mal lan zakat fitrah, mangga infaq lan shadaqahipun dipun giyataken. Zakat Infaq lan shadaqah punika minangka wujud welas asih dhateng para fakir miskin. Rasululah SAW ngendika:
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمٰنُ وَمَنْ لَا يَرْحَمُ لَايُرْحَمُ
“Wong-wong kang paring welas asih (maring liyan) bakal di welasi dening Gusti kang Maha Murah. Lan sapa wonge ora welas asih (marang liyan) ora bakal di welasi dening Allah”.

Allah badhe paring welas asih dhateng kawulanipun menawi kawulanipun welas asih dhateng sesaminipun.

5. Nindakaken ta’lim/ pengaosan, mulang utawi dipun wulang. Kanthi sregep anggenipun nindakaken pengaosan yakin qalbu badhe tansah kajagi fitrahipun. Kanthi sregep nindakaken taklim kita badhe mangertosi kekiranganipun piyambak. Punapa malih kesalahan anggenipun nindakaken ibadah, ngingingi ibadah hablun minallah lan hablun minannas. Yakin kanthi sregep nindakaken taklim badhe jembar penggalihipun, kathah pangertosanipun lan wicaksana ngadhepi sedaya perkawis. Lan akhiripun badhe dados tiyang Islam ingkang iman, taqwa lan caket dhateng Allah SWT. Malah para alim paring pangendika bilih “tiyang ingkang purun ngudi ilmu badhe dados tiyang bodho” tegesipun bilih bodho amargi kathah ilmu lan pengertosan ingkang dereng dipun mangertosi. Punapa malih dipun bandingaken kalian ilmunipun Allah kasebat ing dalem surat Al Kahfi. Toya segara dipun ginakeken kangge nulis ilmunipun Allah lan dipun tambah malih yektos ilmunipun Allah boten badhe telas. Lan ilmu kita ibaratipun setunggal tetes toya wonten ing seganten. Allah ghadahi ilmu ingkang boten winates nanging Allah tansah welas asih, sinaosa sedaya makhlukipun Allah sami ingkar dhateng Allah yektos boten badhe ngirangi dhateng kawicaksananipun Allah. Lan sedaya makhluk sami sami taat lan mituhu dhateng dhawuhipun Allah inggih boten badhe nambah luhuripun Allah. Allah boten gumantung kalian makhlukipun. Kosok wangsulipun makhluk ingkang gumantung dhateng Allah. Kanthi mekaten mangga kita dandosi anggen kita manembah lan ngabekti dhateng Allah. Mugi ingkang kita tindakaken pikantuk ridha saking ngarsa dalem Allah SWT, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

8/30/2013

Mujudaken Masyarakat Beragama, Khutbah Bahasa Jawa


Pancasila dados dasaripun negari Indonesia, senaosa mekaten negari Indonesia ngakeni wontenipun agami lan tansah paring perlindungan kagem masyarakatipun nidakaken agami. Kanthi punika kangge mujudaken katentremanipun masyarakat prayogi menawi sedaya tiyang tansah taat lan mituhi dhateng agami ingkang dipun anut. Jalaran menawi kita gatosaken boten wonten agami Ingkang nedahaken dhateng margi ingkang sasar, sedaya agami nedahaken kesaenan.
Agamai Islam tansah paring pitedah dhateng kesaenan, menawi wonten tiyang Islam ingkang dhemen damel kerisakan, amargi tiyang punika dereng saget nindakaken dhawuhipun Allah kanthi saestu lan leres. Contonipun shalat punika kangge nemtukaken tiyang punika sae utawi boten sae. Pramila kangge gamblangipun kita aturaken mawi seratan khutbah Jum'at mawi basa Jawa.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُوْدُوْا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Negara Indonesia dipun wujudaken dening para pemimpin ingkang tansah ngugemi piugeranipun agami. Sahingga wiwit saking usaha perang nglawan dhateng para penjajah tansah dipun lembari kanthi kalimat takbir “Allahu Akbar”. Kanthi mekaten boten selak malih, pengakenan punika dipun cathet wonten ing salebetipun Pembukaan Undang-undang dasar 1945. “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Kanthi dasar punika nedahaken, bilih negari Indonesia tansah ngakeni wontenipun agami, lan para penganutipun dipun lindungi dening undang-undang. Ananging negari Indonesia sanes nagara agama, ananging Pancasila minangka dasar negara Indonesia. Kanthi Pancasila sedaya agama dipun jamin lan dipun lindungi dening pemerintah. Kosok wangsulipun negari Indonesia boten marengaken dasar negara komunis, inggih punika ingkang boten ngakeni wontenipun agami. Mangga kita tansah ngudi ningkataken anggenipun ngamalaken agama. Jalaran sampun jelas bilih komunis boten cocok kalian iman lan budayanipun masyarakat Indonesia, ingkang tansah yakin wontenipun Allah SWT.
Semanten ugi anggenipun mujudaken sedaya maksud lan tujuan, ngagem cara-cara ingkang dipun garisaken dening Allah lan rasulipun, kanthi langsung utawi mawi undang-undang ingkang dipun tetepaken dening para umaro’. Cara-cara ingkang dipun tindakaken dening para komunis inggih punika ingkang marengaken sedaya cara kangge mujudaken tujuanipun. Cara mekaten punika boten dipun parengaken dening agami, kados pangandikanipun rasul:
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ (رواه البخاري ومسلم(

“ Satuhune perkara kang halal iku wus jelas lan kang haram uga wus jelas. Ing antarane lorone ana perkara-perkara kang subhat (remeng-remeng) kang ora dingerteni wong akeh. Mangka sapa wonge kang njaga awake seka perkara kang syubhat ateges dheweke wus nylametake agama lan kinurmatane. Lan sapa wonge keplosot ing perkara kang subhat ateges keplosot ing perkara kang diharamake”. (HR. Buchari Muslim)

Kanthi mekaten sedaya tumindak ingkang boten pikantuk karidhan saking ngarsa dalem Allah SWT, yektos sawekdal-wekdal badhe damel cilaka malah badhe hancur. Mekaten punika sampun kabukten nalika faham komunis badhe katancepaken ing negara Indonesia, malah badhe nggantos dasaripun negari inggih Pancasila kanthi dasar komunis, akhiripun inggih hancur. Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia akhiripun hancur, sahingga ing tanggal 1 Oktober 1965 Pancasila tetep dados dasaripun negari Indonesia. Lan ing saben tanggal 1 Oktober dipun pengeti Hari Kesaktian Pancasila.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Satuhunipun hukum halal lan haram punika dipun tetepaken dening Allah, supados tumindakipun manungsa punika wonten piugeranipun. Kanthi halal lan haram punika ateges wonten tumindak ingkang kedah dipun tindakaken lan wonten tumindak ingkang kedah dipun tilar. Tiyang ingkang sampun yakin dhateng Allah badhe pitados bilih sedaya tumindak manungsa punika dipun mangertosi dening Allah. Jalaran Allah punika zat ingkang Maha Pirsa, kasebat ing dalem Alquran:
Allah badhe pitados bilih sedaya tumindak manungsa punika dipun mangertosi dening Allah. Jalaran Allah punika zat ingkang Maha Pirsa, kasebat ing dalem Alquran:
“ Lan wong-wong kafir padha ngucap: “dinane tangi saka kubur iku ora bakal teka marang kita”. Dhawuha sira (Muhammad): “mesthi teka, dhemi Pangeran Ingsun kang nguningani kang samar, sejatine kiyamat iku mesthi teka marang sira kabeh. Ora bakal diilangake saka Panjenengane sabobot semut pudhak (paribasane) kang ana ing langit lan bumi, lan (uga) ora ana kang luwih cilik saka iku lan kang luwih gedhe, kejaba kasebut ing sajrone kitab kang cetha (Lauhul Mahfuz)”. (QS. Saba’: 3)

Sasampunipun Allah mangertosi sedaya amal pedamelanipun para manungsa, Allah badhe paring piwales kanthi ganjaran suwarga utawi neraka, kasebat ing dalem Alquran surat Al Bayyinah ayat 6-9 ingkang jawinipun:

“ Sejatine wong-wong kafir saka ahli kitab lan wong-wong musyrik iku tetep manggon ana ing jero neraka Jahannam, dheweke kabeh pada langgeng ing jero neraka kana. Dheweke iku sak ala-alane makhluk.
Sejatine wong-wong kang padha iman lan nglakoni amal kang shalih, hiya iku dheweke sak apik-apike makhluk.
Piwalese dheweke kabeh ing ngersane Pangerane yaiku suwarga “Adn kang mili ing sangisore suwarga, kali-kali,dheweke kabeh padha langgeng ing jero suwarga kana sak lawas-lawase, Allah rila marang dheweke kabeh, lan dheweke kabeh uga rila marang Panjenengane (Gusti Allah). Hiya kang mengkana iku (wujude piwales) tumrap wong kang wedi marang Pangerane”.

Kanthi mekaten, menawi tumindakipun tiyang Islam ghadhahi tujuan ingkang panjang, inggih punika supados bahagia gesang ing dunya lan akherat. Ananging tiyang-tiyang komunis, namung ghadhahi tujuan bahagia gesang ing dunya kemawon. Wontenipun Gusti Allah, para malaikat, siksa kubur, ara-ara mahsyar, hisab, suwarga lan neraka piyambakipun boten pitados, sahingga tiyang komunis saget ngalalaken ingkang haram. Jalaran hukum namung wonten ing dunya kemawon ingkang dipun damel dening manungsa.
Kanthi mekaten perjuangan lan pengorbananipun para pahlawan kita ingkang tansah ngugemi agami, mangga kita uri-uri kita teladhani, supados negari Indonesia dados negarai ingkang aman, sentaosa, tata, titi, tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, kanthi pikantuk ridha saking ngarsa dalem Allah SWT, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

8/28/2013

Lezatnya Iman, Khutbah Jum'at


Iman adalah keyakinan didalam hati, iman akan terwujud manakala sudah menjadi amal ibadah. Amal ibadah yang baik menunjukkan imannya yang baik. Karena itu kita dapat mengukur diri, bila umur, kesehatan, kesempatan, pangkat, jabatan, harta, anak, suami atau istri,  ilmu yang kita miliki bermanfaat maka itulah indikator iman yang sudah memancar menjadi amal perbuatan. Karena itu iman adalah merupakan hidayah dan anugerah Allah yang tidak ternilai, karena dengan iman akan menjadi sumber kehidupan, inspirasi, pengharapan, tujuan dan sebagainya.
Ujian bagi orang-orang yang beriman sangat banyak, ibarat pohon yang tinggi maka akan semakin dahsyat didalam menghadapi gangguan, terpaan angin topan, hujan, petir, panas. Allah SWT tidak akan membiarkan orang-orang yang mengaku telah beriman, tetapi orang-orang tersebut akan diuji oleh Allah. Namun sesungguhnya iman yang sudah diaplikasikan dalam bentuk amal perbuatan akan mendatangkan kenikmatan dan kelezatan hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam teks khutbah berikut.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ يَهْدِىْ مَنْ يَشَاءُ اِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ نَحْمَدُهُ سُبحَانَهُ وَهُوَ الْبَرُّالرَّحِيْمُ, أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْـدَهُ لاَشَـرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدُ.فَيَا عِبَادَ اللهِ, اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Imam Buchari menggambarkan iman atau kalimat tauhid dengan perumpamaan pohon yang baik. Pohon yang baik adalah kalimat “la ilaha illallah” tidak ada Tuhan kecuali Allah. Cabangnya adalah ruku Islam, dahannya adalah semua yang difardhukan termasuk yang disunnahkan. Dedaunannya adalah bentuk ketaatan. Manfaatnya adalah apa yang dilakukan oleh perbuatan ketaatan dari buah yang baik lagi indah itu. Adapun rasa manisnya adalah setelah berlangsung waktu yang cukup lama dalam mengerjakannya.
Buah dari keimanan adalah rasanya yang manis, oleh karena itu untuk dapat merasakan lezatnya iman ada tiga hal:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّٰهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخارى)
"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"

Dalam hadits tersebut ada tiga hal:
Pertama: Hendaknya lebih mencintai Allah dan rasul-Nya dari pada selain keduanya. Adapun upaya yang bisa dilakukan adalah:
1. Senantiasa memelihara semua yang difardhukan, sebab hal yang difardhukan adalah kunci pertama dan jalan yang paling utama menuju Allah SWT. Oleh karena itu barang siapa yang mengerjakan shalat dengan mendatangi masjid serta menunaikan semua amal lahiriyah yang di fardhukan lengkap dengan rukun, wajib bahkan sunnah-sunnahnya.

وَمَاتَقَرَّبَ اِلَىيَّ عَبْدِىْ بِشَيْئٍ اَحَبَّ اِلَيَّى مِمَّا اِفْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

"Tidaklah sekali-kali seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan suatu amal yang lebih aku sukai, dari hal-hal yang aku fardhukan atas dirinya”. (HR. Buchari)

2. Membaca Alquran dan merenungi maknanya, karena Alquran adalah Kalamullah yang ada di bumi dan menjadi barometer bagi seorang hamba untuk dapat mengetahui dimanakah kadar keimanannya.
3. Selalu berdzikir kepada Allah, karena dzikir kepada Allah adalah menjadi sarana pengusir syetan, menambah kesetiaan, ketaatan, dan keridhaan kepada Allah, serta menjauhkan diri dari segala hal yang menyebabkan kemurkaan Allah.
4. Memperbanyak amal sunnah yang mendekatkan diri kepada Allah.
Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah:
1. Mengenal anugerah Allah dengan diutusnya para rasul
2. Mengkaji budi pekerti rasul yang tercantum dalam Alquran dan hadits nabi Muhammad SAW.
3. Penghambaan diri kepada Allah belum sempurna bila belum mempunyai sikap mahabbah kepada Rasulullah SAW.

Kedua: Bila mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah.
Pengertian seseorang dalam hadits ini adalah kaum muslimin, karena sesungguhnya kita dianjurkan untuk mengambil teman setia dari orang-orang yang berasal dari kaum muslimin secara keseluruhan. Dalam hadits riwayat Muslim:
إِنَّ اللّٰهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّيْ
"Sesungguhnya Allah ta'ala berfirman pada hari kiamat kelak: "Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku."
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللّٰهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
“ dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (Buchari)

Hal yang diwajibkan bagi seorang muslim ialah hendaknya tidak menyukai seseorang kecuali orang yang bertaqwa dan tidak membenci seseorang kecuali orang yang durhaka meskipun dia adalah saudaranya sendiri, ayah, atau ibunya. Tetapi tentu saja tidak membenci secara keseluruhan. Misalnya seseorang yang sepak terjangnya tidak baik, misalnya keras, kasar, kurang bersahabat. Sifat-sifat inilah yang kita benci bukan sebaliknya seluruh yang ada pada dirinya di benci. Namun yang lebih baik kita turut serta untuk memberikan nasehat.

Ketiga: Hendaknya dia tidak suka untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana tidak suka dicampakkan kedalam neraka.
Diantara penyebab kesesatan dan kembali pada kekafiran adalah kecenderungan manusia untuk menyukai kesesatan, karena ada sebagian orang yang karena kesukaannya kepada kerusakan dan senang melakukannya, akhirnya dia ditinggalkan oleh Allah dan dibiarkan oleh hawa nafsunya ke dalam kehinaan.
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (Ash-Shaf: 5)

Karena itu sebaik-baik baik hamba Allah senantiasa menjaga kualitas ketaatannya kepada Allah sehingga setelah melakukan kesalahan selalu menyadari kesalahannya. Karena itu Allah memuji kepada kaum muslimin yang mengatakan dalam do’anya.
“ (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Al Imran: 8).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.