9/15/2013

Do'a Nabi Ibrahim Bagi Umat Islam, Khutbah Idul Adha


Idul Adha adalah hari raya akbar bagi umat Islam, hari raya ini diperingati pada tanggal 10 Zulhijjah yang ditandai dengan wukuf di Padang Arofah bagi jema'ah haji. dan peristiwa penyembelihan hewan qurban pada yaumun nahr.
Penyembelihan hewab qurban dilakukan setelah menegakkan shalat Id, adapun hewan yang dapat di gunakan untuk hewan qurban adalah onta, sapi, kerbau, kambing, domba. Quban bagi umat Islam dilakukan disamping untuk melaksanakan perintah Allah yaitu dengan meneladani nabi Ibrahim, qurban dilakukan juga karena sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Syukur atas kenikmatan yang telah di berikan oleh Allah. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya kami sampaikan pada teks khutbah shalat Idul Adha.

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ x كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ, نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَلَّذِى جَعَلَ الْخَلِيْلَ إِبْرَاهِيْمَ إِمَامًالَنَا وَلِسآئِرِالْبَشَرِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعاَلَمِيْنَ . أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu akbar 3x walillahil hamdu
Kaum muslimin jama’ah shalat Id Rahimakumulla
Mengawali khutbah ini marilah kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan-perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, karena dengan demikian kita akan menjadi hamba-Nya yang akan dimuliakan sejak di dunia maupun kelak di yaumil Qiyamah. Nabi Ibrahim Khalilullah salah seorang utusan Allah mendoakan khusus bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al Baqarah: 126)

Do’a nabi Ibahim di kabulkan oleh Allah SWT, namun karena sifat Rahman Allah yang juga memberikan kesenangan kepada seluruh hamba-Nya. Ibrahim mengkhususkan doanya kepada orang-orang yang beriman, tetapi rahmat Allah itu amat banyak dan tak terhingga diberikannya kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Allah SWT berfirman:

“Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”. (QS. Al Isra':20)

Yang dimaksud dengan "golongan ini" ialah orang-orang kafir yang lebih mengutamakan duniawi dan "golongan itu" ialah orang-orang yang lebih mengutamakan kehidupan ukhrawi dibanding dengan kehidupan duniawi. Kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah kesenangan yang sementara, didalam kehidupan dunia saja bahkan bisa jadi lebih senang dari orang yang beriman, kemudian di akhirat nanti mereka terpaksa masuk neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً وَأَرْسَلَ فِي خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الرَّحْمَةِ لَمْ يَيْئَسْ مِنْ الْجَنَّةِ وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الْعَذَابِ لَمْ يَأْمَنْ مِنْ النَّارِ (رواه البخارى)
"Sesungguhnya Allah SWT mencipatakan rahmat, pada hari penciptaannya Allah SWT menciptakan 100 rahmat, kemudian Dia menahan disisi-Nya 99 rahmat, dan melepeskan untuk seluruh ciptaannya satu rahmat. Jadi, jika orang kafir mengetahui seluruh rahmat yang ada pada sisi Allah SWT, maka dia tidak akan putus asa dari (mendapatkan) surga, dan Jika seorang yang beriman mengetahui seluruh bentuk azab yang ada pada sisi Allah SWT, maka dia tidak akan merasa aman dari neraka". (HR. Buchari)
Allahu Akbar 3x walillahil hamdu
Kaum muslimin jama’ah shalat Id Rahimakumullah.
Mengingat sejarah bahwa Jazirah Arab adalah merupakan daerah yang gersang, panas dan tandus, karena tidak adanya sumber air. Demikian pula Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan oleh Ibrahim dalam suatu lembah diantara dua bukit batu yang tidak ada sumber kehidupan, tidak ada pepohonan, tidak ada air. Inilah kesabaran dua insan didalam memegang teguh perintah Allah. Cinta harta, dunia, keluarga dibawah cintanya kepada Allah SWT, sebelum meninggalkan anak dan istrinya Ibrahim berdo’a:
“ Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim: 37)

Dalam ayat tersebut ada beberapa hikmah yang dapat kita teladhani:
• Perasaan dan kesadaran bahwa dirinya telah meninggalkan anak dan istrinya dalam suatu lembah yang tidak ada kehidupan. Tentunya ini menimbulkan perasaan bersalah dan keadaan tidak menentu. Dua pilihan yang sama-sama berat dan sulit, beliau bertawakal kepada Allah SWT.
• Beliau memohon kepada Allah agar mereka senantiasa menegakkan shalat
• Dengan shalat akan menjadikan hati orang-orang condong dan simpatik.
• Dengan shalat pula beliau memohon agar mereka diberikan rizki dari buah-buahan.
• Agar menjadikannya menjadi hamba-hambanya bersyukur.

Demikianlah bahwa doa nabi Ibrahim dikabulkan sehingga daerah yang gersang, panas dan tandus menjadi daerah yang subur dan makmur, tercukupi kesejahteraan hidup. Terkabulnya doa nabi Ibrahim berkesinambungan hingga akhir masa, bahkan menganugerahkan kepada penduduk dan pengunjungnya kemampuan untuk menjadikannya aman dan tenteram. Mekah menjadi kiblat seluruh umat Islam, dalam setiap tahun umat Islam dari segala penjuru dunia, menuju ke Mekah untuk melaksanakan rukun Islam yang lima yaitu melaksanakan ibadah haji. Dengan haji ini mereka membawa devisa bagi negara. Makanan, minuman, sayur-sayuran, buah-buahan serba ada yang didatangkan dari negara-negara lain.

Allahu Akbar 3x walillahil hamdu.
Do’a nabi Ibrahim ini menjadi contoh, bagaimanakah untuk membentuk seuatu negara yang baik, masyarakat yang baik, keluarga yang baik dan diri sendiri yang baik. Ibrahim adalah figur Rasulullah yang telah digembleng sejak lahir dengan aqidah yang kuat, sejak lahir dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat jahiliyah, demikian pula Rasulullah Muhammad SAW. Namun karena telah mempunyai fondasi aqidah yang kuat kemudian diimplementasikan dalam bentuk moral spiritual, sehingga terwujudlah keluarga yang baik. Menjadi dambaan setiap muslim untuk bisa membangun keluarga sakinah. Keluarga yang setiap pribadi menyadari dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Baik kewajiban yang besifat hablun minallah dan hablun minannas.
Berangkat dari keluarga ini maka terbentuk masyarakat yang baik dan dari masyarakat yang baik akhirnya terwujud negara yang baik, aman dan sejahtera yang ditandai dengan melimpahnya harta benda dan buah-buahan. Berawal dari keluarga yang baik, seluruh anggota keluarga yang meliputi anak, istri dan suami semuanya berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Karena itu bentuklah keluarga yang baik dengan senantiasa menegakkan shalat. Jadikan shalat sebagai dasar setiap aktifitas, karena sesungguhnya shalat yang baik akan menentukan baik- buruknya perbuatan manusia.
Dari khutbah tersebut diatas ada beberapa hal yang perlu kita teladani:
1. Jadilah orang tua sebagaimana nabi Ibrahim, dengan Tauhid yang kuat sehingga beliau mampu mengatasi segala macam cobaan yang telah di berikan Allah SWT.
2. Jadilah orang tua yang mempunyai akhlaq dan perilaku terpuji yang dilandasi dengan semangat Tauhid. Pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah menjadikannya selalu taat terhadap perintah Allah. Mendahulukan untuk mewujudkan ketaatan kepada Allah dari pada memenuhi ambisi pribadi, kelompok atau golongan.
3. Jadilah keluarga, sebagaimana keluarganya Ibrahim. Sebagai kepala keluarga dapat mendidik dan mengarahkan istri serta putranya agar senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Saling menghormati dan saling menghargai.
4. Jadilah istri sebagaimana Siti Hajar, menjadi wanita dan istri yang kuat dalam menghadapi cobaan, sabar, ikhlas, mandiri, hormat kepada suami dan cinta kepada keluarga.
5. Jadilah anak sebagaimana Ismail, beliau senantiasa hormat kepada orang tuanya, mendahulukan kewajibannya dari pada menuntut hak. Sehingga ketika ayahnya mengatakan akan menyembelihnya, Dia berkata:
“ Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


الخطبة الثنية لعيد الأضحى

اَللهُ أَكْبَرُ x كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ أَمَرَناَبِالْإِتِّحاَدِ وَنَهَانَا عَنِ التَّفَرُّقِ وَالْفَساَدِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى َآلِهِ وَأَصْحَاِبِه الَّذِيْنَ سَلَكُواْ عَلَى سَبِيْلِ الْهُدَى وَالتَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِّى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيْماً. أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَضِىَ الْحاَجاَتِ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُناَدِىْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ أٰمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَأٰمَنَّا, رَبَّناَ فَاغْفِرْلَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّأَتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ الْأَبْرَارِ, رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

9/06/2013

Do'a Pelepasan Jama'ah Haji


Haji adalah rukun Islam kelima, haji di wajibkan bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat istitho'ah. Secara materiil memang jelas bagi orang-orang yang mempunyai kecukupan dan kemampuan ekonomi. Misalnya pemerintah Indonesia telah memutuskan biaya pendaftaran haji untuk mendapatkan porsi haji sebesar Rp. 25.000.000,- yang disetorkan ke bank-bank yang telah ditunjuk.Disamping itu ada keistimewaan orang miskin tapi bisa memenuhi panggilan Allah untuk melaksanakan ibadah haji, bisa karena ketekunan, keuletan, kesabaran, keikhlasan, keistiqomahan dan sebagainya, sehingga Allah memberikan jalan orang tersebut melaksanakan ibadah haji.
Pelepasan calon jama'ah haji biasanya diselenggarakan walimatussafar, tidak lain untuk meminta do'a kepada masyarakat sekitar, teman dan saudaranya yang dikemas dalam acara khusus. Berikut contoh do'a

ﺍﻠﺤﻤﺪ ﷲ ﺮﺐﺍﻠﻌﺎﻠﻤﻴﻦ ﺤﻤﺪﺍ ﻴﻮﺍ ﻓﻰ ﻧﻌﻤﻪ ﻮﻴﻜﺎ ﻓﺊ ﻤﺰﻴﺪ ﻩ ﻴﺎ ﺮﺒﻧﺎ ﻠﻚ ﺍﻠﺤﻤﺪ ﻜﻤﺎ ﻴﻧﺒﻐﻰ ﻠﺠﻼ ﻞ ﻮﺠﻬﻚ ﺍﻠﻜﺭﻴﻢ ﻮﻋﻇﻴﻢ ﺴﻠطا ﻧﻚ ﺍﻠﻟﻬﻢ ﺼل ﻮﺴﻟﻢ ﻋﻠﻰ ﺴﻴﺪﻧﺎ ﻤﺤﻤﺪ ﻮﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻮﺍﺼحاﺑﻪ ﺍﺠﻤﻌﻴﻦ

Ya Allah , puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiratmu, dengan segala kenikmatan dan karunia Engkau pertemukan kami dalam majlis yang mulia ini, dalam kegiatan pelepasan Bapak/ Ibu…………………………………….yang akan memenuhi panggilan-Mu, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu melaksanakan ibadah haji.

Ya Allah ya Aziz, berikanlah kesehatan, kemudahan dan kesejahteraan dalam melakukan perjalanan dari tanah air sampai ke Mekah dan Madinah. Dan berilah pula kemudahan dan kelapangan untuk melaksanakan segara rukun, wajib dan sunnah ibadah haji. Dengan kuasa-Mu ya Allah segala yang sulit menjadi mudah, segala yang menakutkan menjadi menggemberikan, segala yang sempit menjadi lapang, segala harapan menjadi kenyataan. Karena itu ya Allah hanya kepada-Mu kami memohon dan hanya kepada-Mu kami berserah diri, Engkaulah Tuhan yang Maha Agung.

Ya, Allah jadikanlah ibadah di tanah suci menjadi landasan mental spiritual untuk senantiasa ingin dekat dengan-Mu. Karena itu segala daya upaya yang telah di upayakan untuk mewujudkan rasa cinta kepada-Mu. Karena itu ya Allah mudahkanlah beliau untuk beradaptasi di tanah suci, sehingga karenanya ibadahnya akan mencapai kesempurnaan sehingga dapat kembali ke tanah air dalam kondisi yang baik, dengan memperoleh predikat haji yang mabrur.

اللهم اجعل حجا مبرورا وسعيا مشكورا وذنبا مغفورا وعملا مقبولا وتجارة لن تبور ياعالم ما فى الصدور أخرجنى يا الله من الظلمات الى النور.
ﺮﺑﻧﺎﺁ ﺗﻧﺎ ﻓﻰ ﺍﻠﺪ ﻧﻴﺎ ﺣﺴﻧﺔ ﻮفى الاﺧﺮﺓ ﺣﺴﻧﺔ ﻮﻗﻧﺎ ﻋﺫ ب ﺍﻠﻧﺎ ﺮ وصل الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ﻮﺍﻠﺣﻤﺪ ﷲ رب العلمين

9/05/2013

Orang Miskin Raih Derajat Kemuliaan


Tugas sebagai Khalifatullah dan sebagai Hamba Allah, merupakan dua macam tugas manusia yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Karena itu didalam setiap kesibukan melaksanakan dua tugas itu, pernahkan merenungkan diri, bahwa bila dalam urusan keduniawian agar melihat kepada orang yang dibawahnya dan bila dalam urusan keagamaan agar melihat kepada orang yang diatasnya. Dari sabda rasul tersebut apakah mengisyaratkan, bahwa Islam mendorong umatnya menjadi umat yang miskin dan lemah, karena mendorong umat untuk merasa puas dengan yang dimiliki dan tidak meraih yang diatasnya?
Islam menganjurkan untuk menjadi umat yang kuat, namun bila dianjurkan untuk melihat pada yang dibawahnya, hal ini dalam batas-batas tertentu, agar umat Islam selalu bersyukur, karena sesungguhnya dengan bersyukur itu, Allah akan menambahkan kenikmatannya, akan dibukakan pintu rezkinya. Karena syukur adalah bahasa hati, menunjukkan kebeningan hati yang akan membukakan pintu akal, sehingga menumbuhkan perilaku baik dan positif. Sebaliknya Islam menganjurkan dalam urusan agama agar melihat kepada orang yang diatas-Nya, karena sesungguhnya ilmu agama itu tidak akan pernah selesai untuk dikaji. Karena ilmu Allah diibaratkan air yang berada di lautan sedangkan ilmunya manusia ibarat setetes air di lautan. Maka bila dalam urusan ilmu dan agama melihat kepada orang yang dibawahnya, maka ilmu Allah akan semakin jauh dari jangkauan, sehingga akan menjadi pribadi yang amat dangkal dalam bidang ilmu, hatinya gersang dan perilakunya akan mengarah pada perilaku yang tidak terpuji. Semakin luas ilmu agama maka akan bijaksana, memiliki kecerdasan emosi, spiritual, intelektual dan sosial.
Pernah suatu saat pada zaman rasul ada seorang hamba Allah yang merasa iri terhadap amal ibadah orang-orang kaya. Mengapa, hal ini tidak lain karena didalam menjalankan perintah Allah, bila orang miskin menegahkkan shalat maka orang kayapun juga menegakkan shalat, orang miskin puasa orang kayapun juga puasa. Namun bedanya ketika orang kaya bersedekah, maka orang miskin tidak bisa meraih pahala sedekah. Orang miskin demikian ini yang sadar dengan kemiskinannya, namun tidak pernah mau ketinggalan untuk meraih keutamaan yang diberikan oleh Allah SWT.
Banyak yang terjadi ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, tahu bahwa dirinya miskin, tidak bisa memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang-orang kaya, namun berupaya untuk meniru kebiasaan orang-orang kaya. Dalam hal berpakaian, makan, minum, gaya hidup konsumtif dan sebagainya. Kalau hal ini dilakukan maka sudah menjadi orang yang miskin yang masih jauh dengan Allah. Maka bila orang miskin yang sadar dengan kemiskinannya akan dekat dengan Allah, akan mudah menjalankan perintah-perintah Allah. Rasul pernah bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوْا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَيتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُواْ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ . [رواه مسلم
Dari Abu Dzar Radhiallahuanhu: Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam) bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya: Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang di antara kami yang menyalurkan syahwatnya? Beliau bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan di jalan yang haram, bukankah baginya dosa? Demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala. (Riwayat Muslim)
Sesungguhnya orang miskin akan meraih keutamaan bersedekah dengan memperbanyak zikir. Baik zikir dalam hati, lisan bahkan dilaksanakan dalam bentuk amal perbuatan. Zikir dalam hati selalau ingat Allah dalam kondisi dimanapun berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Ketika sedang sendiri atau bersama-sama selalu ingat Allah, dalam kondisi sibuk atau luang, dalam kondisi miskin atau kaya, dalam kondisi tua atau muda, sehat atau sakit. Orang yang demikian ini selalu merasakan kehadiran Allah, sehingga walaupun tidak dapat melihat Allah tetapi yakin bahwa Allah selalu melihatnya, mengawasi dan mencatat segala perbuatannya yang kelak akan diintai pertanggungjawaban.
Zikir dengan lisan adalah dampak dari keyakinan tersebut, misalnya mengucapkan kalimat takbir, tasbih, tahlil dan tahmid baik dengan hitungan tertentu maupun menurut kemampuannya. Namun sebaiknya untuk menekan kemauan hawa nafsu dengan hitungan, misalnya setelah selesai shalat membaca subhanannal 33 kali, alhamdulillah 33 kali, Allahu akbar 33 kali, la ilaha illallah wahdahu lasyari kalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumitu wahuwa ‘ala kulli syai-in qadir 100 kali.
Kalau berzikir tidak dengan hitungan maka akan melaksanakan semaunya, padahal pikiran masih kusut, hati keruh, perbuatan yang amburadul, nafsu membara. Kondisi yang demikian ini harus meneguhkan hati dan keimanan dengan berzikir. Allah telah menyatakan bahwa dengan berzikir hati akan menjadi tenang (ala bizikralli tathmainnul quluub). Kemantapan, konsisitensi dan istiqomah pada umumnya harus dilakukan dengan keterpaksaan, contohnya para sufi, melakukan langkah-langkah untuk menjernihkan qalbu dengan takhalli, tahalli dan tajalli (3T). Kegiatan ini sering dilakukan oleh umat Islam yaitu dengan menyelenggarakan mujahadah (bersungguh-sungguh). Apa yang dilakukan dalam mujahadah, tidak lain adalah membaca wirid, zikir yang berpedoman pada Rasulullah (zikir ma’surat) atau amalan-amalan para sufi atau para shalih dan shalihin.
Dari bentuk keterpaksaan ini, akhirnya merasakan ketenangan, kedamaian, keikhlasan, tawadhu’, ridha dan sifat-sifat terpuji lainnya. Maka para mujahid merasa ketagihan, sehingga akan mengulang-ulang kegiatan tersebut. Dan buah dari kegiatan tersebut akan dirasakan oleh pribadi yang bersangkutan, karena itu pengalaman spiritual hanya diri sendiri yang merasakan, sehingga akan ikhlas dan penuh kesadaran akan melakukan hal-hal yang kadang menurut orang lain tidak bisa dilaksanakan. Disamping berpengaruh pada diri sendiri juga akan berdampak pada lingkungannya, dimana akan menjadi pribadi yang memberikan manfaat bagi orang lain. Sehingga terwujudnya Islam sebagai agama menjadi rahmat bagi sekalian alam, karena dapat diamalkan oleh orang-orang Islam.
Ketiga berzikir dengan amal perbuatan, bila hati sudah tenang dan tertata, artinya telah dapat menata hati nurani, akibatnya setiap perbuatan akan dilakukan dengan sikap tenang. Bahkan setiap perbuatan selalu direncanakan dan mempunyai visi dan misi yang jelas. Sehingga setiap perbuatan selalu mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bersama. Kegiatan ini bila dapat diterapkan secara total akan menjadi bentuk shadaqah. Sehingga terangkatlah derajat kemuliaan orang-orang miskin.

8/31/2013

Usaha Nyegah Faham Komunis, Khutbah Bahasa Jawa


Pancasila minangka azas tunggal negari Republik Indonesi, sampun dipun uji kanthi badhe dipun gantosipun dasar negari Pancasila kanthi dasar komunis. Ingkang jumbuh malah paten pinaten sesami warga negari Indonesia,benten kalian Pancasila ingkang dados pemersatu bangsa. Penduduk Indonesia kanthi maneka warna seni, budaya, ras, agama sami paring pikuramatan. Malah ing perkawis agami wonten stilah inggih punika tholeransi antawis umat beragama.
Faham komunis  boten selaras kalian aturan agami lan aturan pemerintah. Kanthi mekaten faham punika kedah dipun cegah supatos boten sumebar ing negari Indonesia. Nyegah dhateng faham komunis punika dipun tindakaken dening sedaya masyarakat, leres saking pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat lan sedaya masyarakat umumipun. Kangge gamblangipun kita aturaken mawi seratan khutbah Jum'at.

َلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِى أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin jema’ah shalat Jum’ah Rahimakumullah.
Sasampunipun kita tingkas anggenipun nindakaken shiyam Ramadhan, tumuli kita mlebet ing wulan Syawal, wulan kangge buktikaken ketaatan kita dhateng Gusti Allah. Bilih akhir saking ibadah puasa inggih punika kita badhe dipun angkat derajatipun dados tiyang-tiyang ingkang taqwa (la’allakum tattaqun). Tiyang taqwa inggih punika ingkang saestu anggenipun nindakaken dhawuhipun Gusti Allah lan nilar sedaya ingkang dipun awisi dening Allah SWT.
Kanthi punika nalika kita nindakaken puasa Ramadhan yektos kita tansah budidaya ngreksa manah kita, lisan kita, badan kita, talingan kita, soca kita, malah berusaha njejegaken hawa nafsu kita saperlu supados nderek anggenipun nindakaken ngibadah dhateng Gusti Allah. Kanthi mekaten nalika mlebet ing wulan Syawal tiyang-tiyang Islam dipun konduraken dados fitrah, kados bayi ingkang nembe lahir, dipun ngapura sedaya kalepatanipun dening Gusti Allah amargi kita sampun menang anggenipun njejegaken lan ngluhuraken asma dalem Allah SWT.
Kanthi mekaten sasampunipun kita mlebet ing wulan Syawal ngantos dinten sapunika punapa peningkatan ibadah sasampunipun Ramadhan. Kasunyatanipun menawi kita gatosaken wonten ingkang biasa-biasa mawon, malah wonten ingkang mandhap. Midherek saking pengendikanipun Rasulullah SAW sak sae-saenipun tiyang ingkang iman inggih punika ingkang langkung sae. Dinten ingkang badhe dhateng langkung sae tinimbang dinten sapunika.
Kanthi mekaten kangge mujudaken kasempurnaning ngibadah lan kangge njagi fitrahing qalbu tiyang-tiyang ingkang taqwa wonten gangsal perkawis ingkang kedah kita tindakaken:
1. Netepaken shalat gangsal wekdal, lan langkung utami dipun tindakaken kanthi jama’ah. Setunggal wulan kita sampun nglatih dhateng pribadi kita piyambak. Shalat gangsal wekdal punika dados pokokipun ibadah, kedah dipun tindakaken ing pundi papan lan panggenan. Leres nalika mukim punapa dados musyafir. Shalat gangsal wekdal inggih kedah dipun tindakaken ing kawontenan punapa mawon, leres nalika tasih sehat lan ugi nalika sakit, nalika ribet punapa malih nalika gadhahi wekdal longgar. Ampun ngantos shalat gangsal wekdal punika dipun tilaraken, amargi nalika kita shalat artosipun kita nembe ngadhep dhateng Allah, zat ingkang Maha Agung, Maha Welas Asih, Maha Kuwaos, maha Ngudanani sedaya seja kawulanipun gusti Allah lan saterasipun.

“Kalamun dheweke kabeh padha mertobat lan jumenengake shalat serta padha bayar zakat, mula awehana kebebasan dalan mlaku marang dheweke kabeh. Satemene Allah iku Agung Pangapurane lan Agung Welase”. (QS: Attaubah: 5)

اِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
“Satuhune antarane wong lanang lan antarane syirik lan kufur iku ninggalake shalat (lamun shalat ditinggalake mangka dadi kufur) (HR. Muslim).

2. Nglanggengaken anggenipun maos Alquran, setunggal wulan kita sampun unggul-unggulan anggenipun maos Alquran. Mangga dipun terasaken maosipun, mangkaji maksud lan kandunganipun Alquran. Kanthi Maos lan mirengaken tiyang maos Alquran Allah badhe ngluberaken rahmatipun. Kanthi Rahmatipun Allah sedaya badhe tuwuh raos asih kinasihan, dipun ibarataken kewan ingkang galak boten badhe nedhi dhateng anakipun. Punapa malih manungsa ingkang ghadahi akal lan pitedah agami.

اِقْرَؤُاالْقُرْآنَ فَاِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِاَصْحَابِهِ
“Wacanen Alquran! Satemene dheweke bakal teka ing dina Qiyamat kanggo aweh syafaat maring wong-wong kang maca” (HR. Muslim)

3. Nglanggengaken anggenipun nindakaken qiyamul lail, lan shalat-shalat sunnah sanesipun. Tiyang Islam ampun rumaos sampun sempurna anggenipun nindakaken ibadah, ampun rumaos sampun cekap anggenipun nindakaken ibadah. Kanthi mekaten raos lembah manah punika kita wujudaken kanthi ngestokaken sunnahipun rasul inggih punika nindaken shalat sunnah. Shalat sunnah kathah jenisnipun kanthi fadhilah boten sami. Kanthi mekaten tiyang Islam badhe pikantuk fadhilah menawi dhawuh rasul dipun tindakaken. Yentos badhe ngghadahi raos caket dhateng Allah. Rasul ngendika bilih shalat sunnah punika minangka kangge nyempurnakaken shalat fardhu.

4. Dipun tindakaken zakat, infaq lan shadaqahipun. Sasampunipun ngedalaken zakat mal lan zakat fitrah, mangga infaq lan shadaqahipun dipun giyataken. Zakat Infaq lan shadaqah punika minangka wujud welas asih dhateng para fakir miskin. Rasululah SAW ngendika:
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمٰنُ وَمَنْ لَا يَرْحَمُ لَايُرْحَمُ
“Wong-wong kang paring welas asih (maring liyan) bakal di welasi dening Gusti kang Maha Murah. Lan sapa wonge ora welas asih (marang liyan) ora bakal di welasi dening Allah”.

Allah badhe paring welas asih dhateng kawulanipun menawi kawulanipun welas asih dhateng sesaminipun.

5. Nindakaken ta’lim/ pengaosan, mulang utawi dipun wulang. Kanthi sregep anggenipun nindakaken pengaosan yakin qalbu badhe tansah kajagi fitrahipun. Kanthi sregep nindakaken taklim kita badhe mangertosi kekiranganipun piyambak. Punapa malih kesalahan anggenipun nindakaken ibadah, ngingingi ibadah hablun minallah lan hablun minannas. Yakin kanthi sregep nindakaken taklim badhe jembar penggalihipun, kathah pangertosanipun lan wicaksana ngadhepi sedaya perkawis. Lan akhiripun badhe dados tiyang Islam ingkang iman, taqwa lan caket dhateng Allah SWT. Malah para alim paring pangendika bilih “tiyang ingkang purun ngudi ilmu badhe dados tiyang bodho” tegesipun bilih bodho amargi kathah ilmu lan pengertosan ingkang dereng dipun mangertosi. Punapa malih dipun bandingaken kalian ilmunipun Allah kasebat ing dalem surat Al Kahfi. Toya segara dipun ginakeken kangge nulis ilmunipun Allah lan dipun tambah malih yektos ilmunipun Allah boten badhe telas. Lan ilmu kita ibaratipun setunggal tetes toya wonten ing seganten. Allah ghadahi ilmu ingkang boten winates nanging Allah tansah welas asih, sinaosa sedaya makhlukipun Allah sami ingkar dhateng Allah yektos boten badhe ngirangi dhateng kawicaksananipun Allah. Lan sedaya makhluk sami sami taat lan mituhu dhateng dhawuhipun Allah inggih boten badhe nambah luhuripun Allah. Allah boten gumantung kalian makhlukipun. Kosok wangsulipun makhluk ingkang gumantung dhateng Allah. Kanthi mekaten mangga kita dandosi anggen kita manembah lan ngabekti dhateng Allah. Mugi ingkang kita tindakaken pikantuk ridha saking ngarsa dalem Allah SWT, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

8/30/2013

Mujudaken Masyarakat Beragama, Khutbah Bahasa Jawa


Pancasila dados dasaripun negari Indonesia, senaosa mekaten negari Indonesia ngakeni wontenipun agami lan tansah paring perlindungan kagem masyarakatipun nidakaken agami. Kanthi punika kangge mujudaken katentremanipun masyarakat prayogi menawi sedaya tiyang tansah taat lan mituhi dhateng agami ingkang dipun anut. Jalaran menawi kita gatosaken boten wonten agami Ingkang nedahaken dhateng margi ingkang sasar, sedaya agami nedahaken kesaenan.
Agamai Islam tansah paring pitedah dhateng kesaenan, menawi wonten tiyang Islam ingkang dhemen damel kerisakan, amargi tiyang punika dereng saget nindakaken dhawuhipun Allah kanthi saestu lan leres. Contonipun shalat punika kangge nemtukaken tiyang punika sae utawi boten sae. Pramila kangge gamblangipun kita aturaken mawi seratan khutbah Jum'at mawi basa Jawa.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُوْدُوْا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Negara Indonesia dipun wujudaken dening para pemimpin ingkang tansah ngugemi piugeranipun agami. Sahingga wiwit saking usaha perang nglawan dhateng para penjajah tansah dipun lembari kanthi kalimat takbir “Allahu Akbar”. Kanthi mekaten boten selak malih, pengakenan punika dipun cathet wonten ing salebetipun Pembukaan Undang-undang dasar 1945. “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Kanthi dasar punika nedahaken, bilih negari Indonesia tansah ngakeni wontenipun agami, lan para penganutipun dipun lindungi dening undang-undang. Ananging negari Indonesia sanes nagara agama, ananging Pancasila minangka dasar negara Indonesia. Kanthi Pancasila sedaya agama dipun jamin lan dipun lindungi dening pemerintah. Kosok wangsulipun negari Indonesia boten marengaken dasar negara komunis, inggih punika ingkang boten ngakeni wontenipun agami. Mangga kita tansah ngudi ningkataken anggenipun ngamalaken agama. Jalaran sampun jelas bilih komunis boten cocok kalian iman lan budayanipun masyarakat Indonesia, ingkang tansah yakin wontenipun Allah SWT.
Semanten ugi anggenipun mujudaken sedaya maksud lan tujuan, ngagem cara-cara ingkang dipun garisaken dening Allah lan rasulipun, kanthi langsung utawi mawi undang-undang ingkang dipun tetepaken dening para umaro’. Cara-cara ingkang dipun tindakaken dening para komunis inggih punika ingkang marengaken sedaya cara kangge mujudaken tujuanipun. Cara mekaten punika boten dipun parengaken dening agami, kados pangandikanipun rasul:
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ (رواه البخاري ومسلم(

“ Satuhune perkara kang halal iku wus jelas lan kang haram uga wus jelas. Ing antarane lorone ana perkara-perkara kang subhat (remeng-remeng) kang ora dingerteni wong akeh. Mangka sapa wonge kang njaga awake seka perkara kang syubhat ateges dheweke wus nylametake agama lan kinurmatane. Lan sapa wonge keplosot ing perkara kang subhat ateges keplosot ing perkara kang diharamake”. (HR. Buchari Muslim)

Kanthi mekaten sedaya tumindak ingkang boten pikantuk karidhan saking ngarsa dalem Allah SWT, yektos sawekdal-wekdal badhe damel cilaka malah badhe hancur. Mekaten punika sampun kabukten nalika faham komunis badhe katancepaken ing negara Indonesia, malah badhe nggantos dasaripun negari inggih Pancasila kanthi dasar komunis, akhiripun inggih hancur. Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia akhiripun hancur, sahingga ing tanggal 1 Oktober 1965 Pancasila tetep dados dasaripun negari Indonesia. Lan ing saben tanggal 1 Oktober dipun pengeti Hari Kesaktian Pancasila.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Satuhunipun hukum halal lan haram punika dipun tetepaken dening Allah, supados tumindakipun manungsa punika wonten piugeranipun. Kanthi halal lan haram punika ateges wonten tumindak ingkang kedah dipun tindakaken lan wonten tumindak ingkang kedah dipun tilar. Tiyang ingkang sampun yakin dhateng Allah badhe pitados bilih sedaya tumindak manungsa punika dipun mangertosi dening Allah. Jalaran Allah punika zat ingkang Maha Pirsa, kasebat ing dalem Alquran:
Allah badhe pitados bilih sedaya tumindak manungsa punika dipun mangertosi dening Allah. Jalaran Allah punika zat ingkang Maha Pirsa, kasebat ing dalem Alquran:
“ Lan wong-wong kafir padha ngucap: “dinane tangi saka kubur iku ora bakal teka marang kita”. Dhawuha sira (Muhammad): “mesthi teka, dhemi Pangeran Ingsun kang nguningani kang samar, sejatine kiyamat iku mesthi teka marang sira kabeh. Ora bakal diilangake saka Panjenengane sabobot semut pudhak (paribasane) kang ana ing langit lan bumi, lan (uga) ora ana kang luwih cilik saka iku lan kang luwih gedhe, kejaba kasebut ing sajrone kitab kang cetha (Lauhul Mahfuz)”. (QS. Saba’: 3)

Sasampunipun Allah mangertosi sedaya amal pedamelanipun para manungsa, Allah badhe paring piwales kanthi ganjaran suwarga utawi neraka, kasebat ing dalem Alquran surat Al Bayyinah ayat 6-9 ingkang jawinipun:

“ Sejatine wong-wong kafir saka ahli kitab lan wong-wong musyrik iku tetep manggon ana ing jero neraka Jahannam, dheweke kabeh pada langgeng ing jero neraka kana. Dheweke iku sak ala-alane makhluk.
Sejatine wong-wong kang padha iman lan nglakoni amal kang shalih, hiya iku dheweke sak apik-apike makhluk.
Piwalese dheweke kabeh ing ngersane Pangerane yaiku suwarga “Adn kang mili ing sangisore suwarga, kali-kali,dheweke kabeh padha langgeng ing jero suwarga kana sak lawas-lawase, Allah rila marang dheweke kabeh, lan dheweke kabeh uga rila marang Panjenengane (Gusti Allah). Hiya kang mengkana iku (wujude piwales) tumrap wong kang wedi marang Pangerane”.

Kanthi mekaten, menawi tumindakipun tiyang Islam ghadhahi tujuan ingkang panjang, inggih punika supados bahagia gesang ing dunya lan akherat. Ananging tiyang-tiyang komunis, namung ghadhahi tujuan bahagia gesang ing dunya kemawon. Wontenipun Gusti Allah, para malaikat, siksa kubur, ara-ara mahsyar, hisab, suwarga lan neraka piyambakipun boten pitados, sahingga tiyang komunis saget ngalalaken ingkang haram. Jalaran hukum namung wonten ing dunya kemawon ingkang dipun damel dening manungsa.
Kanthi mekaten perjuangan lan pengorbananipun para pahlawan kita ingkang tansah ngugemi agami, mangga kita uri-uri kita teladhani, supados negari Indonesia dados negarai ingkang aman, sentaosa, tata, titi, tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, kanthi pikantuk ridha saking ngarsa dalem Allah SWT, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

8/28/2013

Lezatnya Iman, Khutbah Jum'at


Iman adalah keyakinan didalam hati, iman akan terwujud manakala sudah menjadi amal ibadah. Amal ibadah yang baik menunjukkan imannya yang baik. Karena itu kita dapat mengukur diri, bila umur, kesehatan, kesempatan, pangkat, jabatan, harta, anak, suami atau istri,  ilmu yang kita miliki bermanfaat maka itulah indikator iman yang sudah memancar menjadi amal perbuatan. Karena itu iman adalah merupakan hidayah dan anugerah Allah yang tidak ternilai, karena dengan iman akan menjadi sumber kehidupan, inspirasi, pengharapan, tujuan dan sebagainya.
Ujian bagi orang-orang yang beriman sangat banyak, ibarat pohon yang tinggi maka akan semakin dahsyat didalam menghadapi gangguan, terpaan angin topan, hujan, petir, panas. Allah SWT tidak akan membiarkan orang-orang yang mengaku telah beriman, tetapi orang-orang tersebut akan diuji oleh Allah. Namun sesungguhnya iman yang sudah diaplikasikan dalam bentuk amal perbuatan akan mendatangkan kenikmatan dan kelezatan hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam teks khutbah berikut.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ يَهْدِىْ مَنْ يَشَاءُ اِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ نَحْمَدُهُ سُبحَانَهُ وَهُوَ الْبَرُّالرَّحِيْمُ, أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْـدَهُ لاَشَـرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدُ.فَيَا عِبَادَ اللهِ, اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Imam Buchari menggambarkan iman atau kalimat tauhid dengan perumpamaan pohon yang baik. Pohon yang baik adalah kalimat “la ilaha illallah” tidak ada Tuhan kecuali Allah. Cabangnya adalah ruku Islam, dahannya adalah semua yang difardhukan termasuk yang disunnahkan. Dedaunannya adalah bentuk ketaatan. Manfaatnya adalah apa yang dilakukan oleh perbuatan ketaatan dari buah yang baik lagi indah itu. Adapun rasa manisnya adalah setelah berlangsung waktu yang cukup lama dalam mengerjakannya.
Buah dari keimanan adalah rasanya yang manis, oleh karena itu untuk dapat merasakan lezatnya iman ada tiga hal:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّٰهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخارى)
"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"

Dalam hadits tersebut ada tiga hal:
Pertama: Hendaknya lebih mencintai Allah dan rasul-Nya dari pada selain keduanya. Adapun upaya yang bisa dilakukan adalah:
1. Senantiasa memelihara semua yang difardhukan, sebab hal yang difardhukan adalah kunci pertama dan jalan yang paling utama menuju Allah SWT. Oleh karena itu barang siapa yang mengerjakan shalat dengan mendatangi masjid serta menunaikan semua amal lahiriyah yang di fardhukan lengkap dengan rukun, wajib bahkan sunnah-sunnahnya.

وَمَاتَقَرَّبَ اِلَىيَّ عَبْدِىْ بِشَيْئٍ اَحَبَّ اِلَيَّى مِمَّا اِفْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

"Tidaklah sekali-kali seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan suatu amal yang lebih aku sukai, dari hal-hal yang aku fardhukan atas dirinya”. (HR. Buchari)

2. Membaca Alquran dan merenungi maknanya, karena Alquran adalah Kalamullah yang ada di bumi dan menjadi barometer bagi seorang hamba untuk dapat mengetahui dimanakah kadar keimanannya.
3. Selalu berdzikir kepada Allah, karena dzikir kepada Allah adalah menjadi sarana pengusir syetan, menambah kesetiaan, ketaatan, dan keridhaan kepada Allah, serta menjauhkan diri dari segala hal yang menyebabkan kemurkaan Allah.
4. Memperbanyak amal sunnah yang mendekatkan diri kepada Allah.
Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah:
1. Mengenal anugerah Allah dengan diutusnya para rasul
2. Mengkaji budi pekerti rasul yang tercantum dalam Alquran dan hadits nabi Muhammad SAW.
3. Penghambaan diri kepada Allah belum sempurna bila belum mempunyai sikap mahabbah kepada Rasulullah SAW.

Kedua: Bila mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah.
Pengertian seseorang dalam hadits ini adalah kaum muslimin, karena sesungguhnya kita dianjurkan untuk mengambil teman setia dari orang-orang yang berasal dari kaum muslimin secara keseluruhan. Dalam hadits riwayat Muslim:
إِنَّ اللّٰهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّيْ
"Sesungguhnya Allah ta'ala berfirman pada hari kiamat kelak: "Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku."
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللّٰهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
“ dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (Buchari)

Hal yang diwajibkan bagi seorang muslim ialah hendaknya tidak menyukai seseorang kecuali orang yang bertaqwa dan tidak membenci seseorang kecuali orang yang durhaka meskipun dia adalah saudaranya sendiri, ayah, atau ibunya. Tetapi tentu saja tidak membenci secara keseluruhan. Misalnya seseorang yang sepak terjangnya tidak baik, misalnya keras, kasar, kurang bersahabat. Sifat-sifat inilah yang kita benci bukan sebaliknya seluruh yang ada pada dirinya di benci. Namun yang lebih baik kita turut serta untuk memberikan nasehat.

Ketiga: Hendaknya dia tidak suka untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana tidak suka dicampakkan kedalam neraka.
Diantara penyebab kesesatan dan kembali pada kekafiran adalah kecenderungan manusia untuk menyukai kesesatan, karena ada sebagian orang yang karena kesukaannya kepada kerusakan dan senang melakukannya, akhirnya dia ditinggalkan oleh Allah dan dibiarkan oleh hawa nafsunya ke dalam kehinaan.
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (Ash-Shaf: 5)

Karena itu sebaik-baik baik hamba Allah senantiasa menjaga kualitas ketaatannya kepada Allah sehingga setelah melakukan kesalahan selalu menyadari kesalahannya. Karena itu Allah memuji kepada kaum muslimin yang mengatakan dalam do’anya.
“ (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Al Imran: 8).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

8/24/2013

Istighfar, Memohon Kepada Allah Akan di Mudahkan Segala Urusan


Istighfar adalah akhlaq mulia yang hendaknya selalu diucapkan dan dilaksanakan. Karena istighfar merupakan rasa penyesalan setelah melakukan perbuatan dosa. Sebagai hamba Allah manusia pasti mempunyai dosa, karena setiap perbuatan manusia tidak bisa lepas dari keinginan dan harapan . Demikian pula dorongan hawa nafsu yang memang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dosa. Tidak selamanya pengharapan yang demikain ini dapat diperoleh dengan mudah, namun kadang harus memelalui jalan berliku bagaikan benang kusut yang sulit dicari ujung dan pangkalnya.
Rasulullah Muhammad senantiasa beristighfar, walaupun beliau telah dijamin oleh Allah menjadi penghuni surga, tidak mempunyai dosa. Dalam sehari beliau senantiasa beristighfar tidak kurang dari 70 kali, hal ioni berdasarkan hadits rasul:
وعنْ أَبي هُريْرة رضِي اللَّه عنْهُ قَال : سمِعْتُ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ : " واللَّهِ إِنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللَّه وأَتُوبُ إِلَيْهِ في الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سبْعِينَ مَرَّةً " رواه البخاري .
Dari Abu Hurairah RA berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Demi Allah, sesungguhnya saya ini niscayalah beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam seharinya lebih dari tujuhpuluh kali." (Riwayat Bukhari)
وعَنِ ابْنِ عُمر رضِي اللَّه عَنْهُما قَال : كُنَّا نَعُدُّ لِرَسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في المجلِس الْواحِدِ مائَةَ مرَّةٍ : " ربِّ اغْفِرْ لي ، وتُبْ عليَ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيمُ " رواه أبو داود ، والترمذي ، وقال : حديث صحيح .
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, berkata: "Kita semua pernah menghitung Rasulullah SAW dalam sekali majlis mengucapkan istighfar sebanyak seratus kali, yaitu: Rabbighfir li wa tub 'alayya, innaka antat tawwabur rahim." Artinya: Ya Tuhan, ampunilah saya serta terimalah taubat saya, sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat lagi Penyayang. Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Memohon ampun kepada Allah, mungkin hal ini sangat mudah, namun meminta maaf kepada sesamanya, tentu hal yang demikian ini bukan sembarang orang yang mau. Karena kebanyakan orang merasa dirinya benar dan orang lain yang salah. Contoh kongkrit adalah bila ada suatu kecelakaan di jalan raya antara motor dengan motor atau mobil dengan mobil, misalnya tabrakan atau senggolan. Bisanya tidak ada yang merasa bersalah, semuanya saling kukuh dalam pendirian sebagai pihak yang benar dan menuntut ganti rugi dan sebagainya. Maka hal ini tentu akan menjadi masalah yang berkepanjangan. Karena itu Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita sekalian:
وعنْهُ رَضِي اللَّه عنْهُ قَال : قَال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " والَّذي نَفْسِي بِيدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا ، لَذَهَب اللَّه تَعَالى بِكُمْ ، ولجاءَ بقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّه تَعالى فَيغْفِرُ لهمْ " رواه مسلم .
Dari Abu Hurairah RA pula, berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, jikalau engkau semua tidak melakukan apa-apa yang berdosa niscayalah Allah Ta'ala melenyapkan engkau semua dan niscayalah akan mendatangkan lagi sesuatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka itu beristighfar kepada Allah, kemudian Allah memberikan pengampunan kepada mereka itu." (Riwayat Muslim)
Sesungguhnya bila ada salah satu pihak yang bersalah mengaku bersalah maka masalahnya akan segera terselesaikan, apalagi semuanya merasa bersalah dan saling memaafkan tentu menjadi keharmonisan dalam hidup. Rasullah SAW bersabda:
وعنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضِي اللَّه عنْهُما قَال : قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " منْ لَزِم الاسْتِغْفَار ، جعل اللَّه لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مخْرجاً ، ومنْ كُلِّ هَمٍّ فَرجاً ، وَرَزَقَهُ مِنْ حيْثُ لا يَحْتَسِبُ " رواه أبو داود .
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, berkata: "Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang tetap secara langsung beristighfar kepada Allah, maka Allah menjadikan untuknya suatu jalan keluar dari setiap kesempitan atau kesukaran yang ditemuinya, juga diberi kelapangan dari setiap kesusahan yang dirasakannya, serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak pernah dikira-kira olehnya." (Riwayat Abu Dawud)
Setiap orang hidup pasti mempunya masalah, walaupun masalah ini tidak diharapkan namun sesungguhnya akan datang juga dan hal ini merupakan tantangan hidup yang harus diselesaikan. Ternyata kunci untuk membuka masalah adalah dengan beristighfar, bahkan seorang pengecutpun juga akan diampuni oleh Allah SWT.
وعنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رضِي اللَّه عنْهُ قال : قال رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : " منْ قال : أَسْتَغْفِرُ اللَّه الذي لا إِلَهَ إِلاَّ هُو الحيَّ الْقَيُّومَ وأَتُوبُ إِلَيهِ ، غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ وإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ " رواه أبو داود والترمذي والحاكِمُ ، وقال : حدِيثٌ صحيحٌ على شَرْطِ البُخَارِيِّ ومُسلمٍ .
Dari Ibnu Mas'ud RA, berkata:"Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan: Astaghfirullahal-ladzi lailaha illa huwal hayyal qayyuma wa atubu ilaih artinya: Saya beristighfar kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri dan saya bertaubat kepadaNya, maka diampunkanlah semua dosanya sekalipun ia benar-benar pernah melarikan diri dari barisan yang sedang berperang." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud, Termidzi dan Hakim dan Hakim berkata bahwa ini adalah Hadis menurut syarat Imam-imam Bukhari dan Muslim
وَعَنْ أَنسٍ رضِي اللَّه عنْهُ قالَ : سمِعْتُ رسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : " قالَ اللَّه تَعَالى : يا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ ما دَعَوْتَني ورجوْتَني غفرتُ لَكَ على ما كَانَ منْكَ وَلا أُبَالِي ، يا ابْنَ آدم لَوْ بلَغَتْ ذُنُوبُك عَنَانَ السَّماءِ ثُم اسْتَغْفَرْتَني غَفرْتُ لَكَ وَلا أُبالي ، يا ابْنَ آدم إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَني بِقُرابٍ الأَرْضِ خطايَا ، ثُمَّ لَقِيتَني لا تُشْرِكُ بي شَيْئاً ، لأَتَيْتُكَ بِقُرابِها مَغْفِرَةً " رواه الترمذي وقَالَ : حَدِيثٌ حَسَنٌ .
" عنان السَّمَاءِ " بِفَتْحِ العيْنِ : قِيل : هُو السَّحَابُ ، وقِيل : هُوَ مَا عنَّ لَكَ مِنْها ، أَيْ: ظَهَرَ ، و " قُرَابُ الأَرْضِ " بِضَمِّ القافِ ، ورُويَ بِكَسْرِهَا ، والضَّمُّ أَشْهَرُ ، وهُو ما يُقَاربُ مِلْئَهَا .
Dari Anas RA katanya: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Allah Ta'ala berfirman dalam Hadis qudsi: "Hai anak Adam -yakni manusia, sesungguhnya engkau itu, selama masih suka berdoa dan berharap kepadaKu, pastilah Aku mengampuni engkau semua atas dosa apa saja yang ada pada dirimu dan Aku tidak memperdulikan banyaknya. Hai anak Adam, jikalau dosa-dosamu itu sampai mencapai mega di langit, kemudian engkau beristighfar kepadaKu pastilah Aku mengampuni engkau dan Aku tidak mem-perdulikan banyaknya. Hai anak Adam, sesungguhnya engkau itu, jikalau datang kepadaKu dengan membawa berbagai kesalahan hampir sepenuh isi bumi, kemudian engkau menemui Aku, asalkan engkau tidak menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscayalah Aku akan datang kepadamu dengan pengampunan hampir sepenuh isi bumi itu pula." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Karena itu untuk mendapat garansi dari Allah untuk dijadikan ahli surga, maka bacalah syayyidul Istighfar sebagaimana hadits dibawah ini:
وعنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رضي اللَّه عنْهُ عن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : " سيِّدُ الاسْتِغْفار أَنْ يقُول الْعبْدُ : اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي ، لا إِلَه إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَني وأَنَا عَبْدُكَ ، وأَنَا على عهْدِكَ ووعْدِكَ ما اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ ما صنَعْتُ ، أَبوءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ علَيَ ، وأَبُوءُ بذَنْبي فَاغْفِرْ لي ، فَإِنَّهُ لا يغْفِرُ الذُّنُوبِ إِلاَّ أَنْتَ . منْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِناً بِهَا ، فَماتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الجنَّةِ ، ومَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وهُو مُوقِنٌ بها فَمَاتَ قَبل أَنْ يُصْبِح ، فهُو مِنْ أَهْلِ الجنَّةِ " رواه البخاري .
" أَبُوءُ " : بباءٍ مضْمومةٍ ثُمَّ واوٍ وهمزَةٍ مضمومة ، ومَعْنَاهُ : أَقِرُّ وَأَعترِفُ .
Dari Syaddad bin Aus RA dari Nabi SAW bersabda: "Penghulu semua bacaan istighfar itu ialah apabila seseorang hamba mengucapkan yang artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku. Saya menetapi perjanjian dan ketentuan yang saya ikrarkan kepadaMu - yakni berupa kebaktian, keimanan dan keikhlasan, sedapat yang saya lakukan. Saya mohon perlindungan kepadaMu daripada keburukannya apa yang saya lakukan. Saya mengakui akan kenikmatan yang Engkau limpahkan pada diriku dan saya mengakui pula akan dosaku. Maka dari itu, berilah pengampunan padaku, karena sesungguhnya saja tidak ada yang dapat mengampuni semua dosa kecuali Engkau sendiri. Barangsiapa yang mengucapkan istighfar di atas itu pada waktu siang dengan penuh kepercayaan akan isi kandungannya, kemudian meninggal dunia pada harinya itu sebelum sore harinya, maka ia adalah termasuk golongan ahli syurga. Selanjutnya barangsiapa yang mengucapkannya di waktu malam dan ia mempunyai kepercayaan penuh akan isi kandungannya, lalu meninggal dunia sebelum pagi harinya, maka ia adalah termasuk golongan ahli syurga." (Riwayat Bukhari)

8/22/2013

Mewaspadai Tingkatan-Tingkatan Stres Sebagai Wujud Gangguan Kejiwaan


Stres merupakan gangguan kejiwaan yang terjadi karena tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan beban atasnya yang bersifat non spesifik. Stres juga bisa menjadi pencetus timbulnya beraneka macam penyakit. Manakala tuntutan yang ada pada seseorang melebihi kemampuan yang dimiliki. Dalam kehidupan, stres adalah suatu keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Yang menjadi tugas adalah bagaimana menyadarkan bahwa dirinya sedang stres namun tanpa harus mengalami distres.
Gangguan stres biasanya terjadi sangat lambat, kadang tidak di sadari. Oleh karena itu kewaspadaan terhadap stres ini juga perlu sinergitas dengan orang lain. Karena sesungguhnya bila seseorang menderita penyakit batin, maka yang lebih tahu adalah orang lain, namun bila penyakit lahir diri yang bersangkutan adalah yang lebih tahu. Stres ini merupakan indikator penyaikit batin atau jiwa, walaupun sudah sampai pada tahapan tertentu akan muncul penyakit lahir, misalnya sakit perut, maag, kepala. Berikut pendapat Dr. Robert J. Van Amberg, Psikiater sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari. Psikiater dalam buku Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, bahwa stres mempunyai tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
1. Stres tingkat I.
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut;
a. Semangat besar.
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
Tahapan ini bisannya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tidak disadari sebenarnya cadangan energinya semakin menipis.
2. Stres tingkat II.
Dalam tahapan ini dampak dari stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan tersebut diantaranya:
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi.
b. Merasa lelah setelah makan siang.
c. Merasa lelah menjelang sore hari
d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang jantung berdebar-denar.
e. Perasan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
f. Persaan tidak bisa santai.
3. Stres tingkat III.
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertaai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ke belakang).
b. Otot-otot terasa lebih tegang.
c. Perasaan tegang yang semakin meningkat.
d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi).
e. Badan terasa oyong, rasa mau pingsan.
Gangguan-gangguan ini akan berkurang bila beban-beban mulai dikurangi.
4. Stres tingkat IV.
Tahapan ini menunjukkan tanda yang lebih buruk, hal ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari tersa sangat sulit.
b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegaiatan-kegiatan rutin terasa berat.
d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering kali bangun dini hari.
e. Perasan selalu negatif.
f. Kemampuan berkonsentrasi semakin menurun.
g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa dan apa sebabnya.

5. Stres tingkat V.
Pada tahapan ini mengalami keadaan yang lebih memprihatinkan:
a. Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion).
b. Untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana saja tersa kurang mampu.
c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang.
d. Perasaan takut semakin menjadi, mirip panik.

6. Stres tingkat VI.
Penderita pada tahapan ini, menunjukkan gawat darurat atau dikatakan keadaan yang mengerikan:
a. Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
b. Nafas sesak, megap-megap.
c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.
d. Tangan untuk yang ringan-ringan saja tidak mampu, pingsan atau collaps.
Dari enam tingkatan ini, maka kita perlu waspada, karena stres dalam kondisi tertentu bisa menunjukkan hal-hal yang menyenangkan. Oleh karena didalam menjalani kehidupan ini perlu adanya kewajaran. Namun karena mempunyai tntutan-tuntutan kebutuhan tertentu sehingga menjadikan sesuatau yang wajar menjadi sesuatu yang luar biasa. Oleh karena itu waspadalah dan berhati-hatilah.

8/20/2013

Do'a Fasilitasi Kegiatan Unit Pelayanan Sosial


Manusia adalah makhluk Allah yang ciptakan dalam sebaik-baik bentuk. Namun dari kesempurnaan itu dalam menempuh perjalanan hidup, manusia dihadapkan dengan cobaan, godaan dan rayuan. Sehingga dari hal yang demikian ini manusia menjadi tidak sempurna lagi, hatinya menjadi keruh, pikirannya semrawut, muka kusut dengan perilaku yang jauh dari tuntunan Ilahi. Bahkan dalam bebarapa hal terkadang kalah dengan penyandang disabilitas.
Disabilitas adalah ketidaknormalan seseorang baik karena pembawaan sejak lahir atau karena kecelakaan. Disabilitas bisa karena cacat fisik atau mental, sehingga dengan kondisi ini terkadang mereka menjadi beban hidup bagi yang lain. Oleh karena itu pemerintah memberikan bekal ilmu dan ketrampilan agar mereka dapat hidup mandiri layaknya orang yang normal. Sebelum diselenggarakan kegiatan fasilitasi bagi penyandang disabilitas diawali dengan kegiatan ceremonial yang ditutup dengan pembacaan do’a.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ
Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, segala puji bagi-Mu, hanya kepada-Mu kami mengucapkan pujian dan menumpahkan rasa syukur. Atas kenikmatan itu ya Allah, pada hari ini kami dapat mengikuti kegiatan fasilitasi Unit Pelayanan Sosial Keliling bagi penyandang disabilitas tahun 2013.

Ya Allah ya ‘Alimu ya Azis, Engkau Maha Mengetahui segala yang terjadi pada semua hamba-Mu, Engkau berkuasa namun kami yakin Engkau tidak sewenang-wenang terhadap semua ciptaan-Mu, karena Engkau Maha Pengasih dan Penyayang.

Kami yakin ya Allah, Engkau telah menciptakan manusia dalam wujud yang paling sempurna. Namun kami tidak mengetahui rahasia di balik ciptaan-Mu. Karena itu ya Allah atas segala kedhaifan yang ada pada diri hamba-Mu. Bimbinglah kami ya Allah, ke jalan yang Engkau ridhai. Bukakanlah hati dan fikiran kami dengan nur hidayah-Mu, kuatkanlah tekad dan semangat kami, agar setiap detak jantung dan tarikan nafas dapat mendatangkan kemanfaatan, dalam cipta, rasa dan karsa. Menuju hari esok yang lebih baik.

Ya Allah berikanlah ketahanan hati dan kuatkanlah iman kami, agar kami tetap berjalan lurus sesuai dengan sunnah-Mu. Jauhkanlah kami dari segala bujukan syetan terkutuk, yang akan menjerumuskan hamba-Mu ke jalan yang Engkau murkai. Hanya kepada-Mu kami berlindung, hanya kepada-Mu kami bertawakal dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Tunjukkanlah kami ya Allah, ke jalan yang benar, sebagaimana jalannya orang-orang yang telah Engkau berikan kenikmatan.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
"Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Ya Allah ya ghoffar, ampunilah dosa kami, orang tua kami, para pemimpin kami, kabulkanlah permohonan kami, amin.
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الا خرة حسنة وقنا عذاب النار, والحمد لله رب العالمين

8/18/2013

Stres, Depresi dan Macam-Macam Stresor Psikososial


Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan dalam sebaik-baik bentuk. Karena manusia diciptakan oleh Allah dengan mempunyai peran ganda yaitu sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah. Dengan dua peran fungsi ganda tersebut, maka Allah memberikan kelengkapan kepada manusia dengan panca indra yang sempurna, akal, hati, nafsu dan agama.
Implementasi dua peran ganda ini ternyata bukan merupakan hal yang mudah, karena membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, hal ini karena, dalam beraktifitas dan berkarya manusia dihadapkan dengan cobaan dan ujian baik berupa harta, anak dan sebagainya.
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah: 155)
Untuk meminimalisir adanya kegagalan, maka manusia mengadakan penelitian, bahwa setiap kegiatan hendaknya dibuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Namun walaupun sudah dibuat perencanaan yang matang ternyata tidak semua perencanaan sesuai dengan harapan. Ada yang lebih baik, ada yang seimbang namun ada yang sama sekali jauh dari harapan. Dari hal ini maka kemudian memunculkan ketegangan yang disebut dengan stres.
Bila mendengar kata-kata stres, kadang yang muncul pada pikiran kita adalah kondisi tubuh yang linglung, tidak bisa berfikir secara obyektif bahkan dalam bertindakpun kadang tidak normal, sehingga banyak orang yang mengatakan bahwa stres itu identik dengan gila. Stres disebabkan karena kondisi yang tidak sesuai dengan kehendak dirinya dan hal ini terus akan memunculkan permasalahan. Dan sesungguhnya setiap permasalahan yang menimpa pada diri seseorang disebut stresor psikososial. Reaksi tubuh ini dinamakan stres dan bila sampai mengganggu fungsi organ tubuh maka disebut distres. Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. Reaksi kejiwaan lainnya yang erat hubungannya dengan stres adalah kecemasan (anxiety). Kecemasan dan depresi merupakan dua gangguan kejiwaan yang satu dengan lainya saling berkaitan.

Macam-macam psikososial:
1. Perkawinan.
Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami seseorang, misalnya kondisi pada masa ta’aruf (berpacaran) dengan masa pernikahan yang sangat jauh berbeda, baik dari kehangatan, perhatian, kerapian, kewangian dan sebagainya. Berbeda dengan kondisi yang setelah pernikahan dari kepalsuan menjadi kenyataan. Hal ini bisa menjadi biang ketegangan sehingga menimbulkan stres. Demikian pula adanya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan.
2. Problem orang tua.
Permasalahan yang dihadapi orang tua, misalnya tidak mempunyai anak, kebanyak anak, kenakalan anak, anak sakit hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lainnya.
3. Hubungan interpesonal (antar pribadi).
Hubungan ini berkaitan dengan kawan dekat yang mempunyai konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dengan bawahan, dengan teman sejawat yang diterima dengan tidak baik. Perhatian, tutur kata dan perbuatan yang selalu dianggap salah, tidak ada benarnya. Hal ini akan menimbulkan depresi dan kekecewaan, baik bagi dirinya maupun temannya. Karena sesungguhnya setiap penilaian terhadap orang lain akan banyak menguras energi. Apalagi menilai teman, namun yang lebih ditonjolkan kekurangan dan keburukannya maka depresi akan semikin nampak.
4. Pekerjaan.
Pekerjaan juga bisa menjadi sebab stres, maka setelah pernikahan pekerjaan menjadi penyebab stres, hal ini bila dilihat bahwa pekerjaannya sangat banyak, pekerjaan terllau banyak, pekerjaan yang tidak cocok dengan dirinya. Baik dari gaji yang tidak setarap atau pekerjaan yang tidak sesuai tingkat pendidikan dan keahliannya. Mutasi, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
5. Lingkungan hidup
Lingkungan yang buruk, kotor, banyaknya tumpukan sampah sehingga bayak lalat dan nyamuk. Lingkungan yang buruk ini secara langsung atau tidak langsung akan mnimbulkan kecemasan. Demikian pula dengan lingkungan hidup yang kotor ini menjadi penyebab timbulnya penyakit.
6. Keuangan.
Setiap pekerjaan tentu mengharapkan untuk memperoleh penghasilan (uang). Pekerjaan dengan gaji yang sedikit, atau diberikan rizki yang melebihi ukurannya. Karena bila gaji sedikit akan merasa kurang, namun bila gaji besar, bingung bagaimana cara membelanjakannya. Bahkan kadang takut bila suatu saat gajinya akan hilang.
7. Hukum.
Penegakan hukum atas suatu kejadian, misalnya tuntutan hukum pengadilan, masuk penjara, denda dan sebagainya akan menimbulkan ketegangan dan kecamasan.
8. Perkembangan.
Perkembangan perubahan diri dan sikap mental, dari anak-anak menjadi remaja, masa dewasa, tua maupun menopause, masa tua.
9. Penyakit fisik dan cidera.
Penyakit ini disebabkan karena kecelakaan, operasi atau pembedahan, aborsi dan sebagainya.
10. Faktor keluarga.
Seorang anak yang dilahirkan dan dibesarkan pada lingkungan keluarga yang kurang baik, misalnya:
• Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, acuh tak acuh.
• Orang tua yang jarang di rumah, sehingga tidak ada waktu untuk anak-anak.
• Komunikasi antara anak yang tidak baik.
• Kedua orang tua yang berpisah atau cerai.
• Salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa.
• Sikap orang tua yang tidak sabar, pemarah, keras, otoriter dalam mendidik anak-anak.
11. Musibah dan bencana.
Musibah dan bencana yang disebabkan karena peristiwa alam, seperti gunung melerus, banjir, tanah longsor. Maupun bencana karena perbuatan manusia sendiri, seperti perkosaan, kehamilan diluar nikah.

Macam-macam kejadian stresor psikososial tersebut akan menimbulkan depresi dan kecemasan. Sehingga hal-hal tersebut bila tidak segera ditanggapi dengan baik, maka akan menimbilkan stres, baik dalam kategori yang ringan, misalnya dengan indikasi dapat menyelesaikan pekerjaan tidak seperti biasanya, maupun sampai yang berat yaitu harus di rawat di ruang ICCU.
Secara umum bahwa penyebab dari stresor psikososial ini adalah sikap manusia yang tidak bisa bersyukur, “ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh- kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”.

Karena itu untuk meminimalisir adanya gangguan stresor psikososial maka dalam melakukan tugas fungsi ganda sebagai khalifatullah dan sebagai abdullah hendaknya dapat memfungsikan peran akal, hati dan rasa secara seimbang. Jadikanlah Allah yang dekat dengan manusia benar-benar dirasakan kehadirannya dalam setiap insan. Sehingga dalam situasi dan kondisi apapun, manusia selalu berada dalam pengawasan, perlindungan dan bimbingan Allah.
“ Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. Al Baqarah: 38)

8/15/2013

Ashoring Manungsa, Khutbah Bahasa Jawa

Ashoring derajatipun mangungsa satuhunipun dipun temtukaken dening manungsa punika piyambak. Jalaran Gusti Allah sampun paring derajat bilih manungsa punika dipun ciptakaken dening Allah saking sak bagus-bagusipun wujud. Ananging mergi manungsa punika dipun paringi hawa nasfu sahingga qalbu ingkang suci dados kotor. Kanthi punika sak lajengipun ewet anggenipun sesambetan kalian Gusti Allah. Prasasat sinaosa Gusti Allah punika caket ananging raosipun tebih, manungsa donga nanging donganipun kados boten dipun mireng dening Allah.
Kanthi punika kamulyaning manungsa, tentu dipun ajeng-ajeng dening sedaya manungsa, utaminipun tiyang Islam, satuhunipun sampun dipun gembleng ing dalem setunggal wulan ing wulan Ramadhan. Kangge gamblangipun kula aturaken mawi seratan khutbah Jum'at.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ حَمْدًاكَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كُلَّ حَالٍ اَلَّذِى قَدْ اَوْجَبَ مِنْ نُوْرِهِ نُوْرًابِهِ عَمَّ الْهُدَى, اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُهُ لَا نَبِىَّ بَعْدَهُ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِﻥ النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ أَحْيٰى سُنَّتَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. فَيَآأَيُّهَالْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mangga kita tansah budidaya ningkataken iman lan taqwa kita dhateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar saha nebihi sedaya awisanipun Allah, jalaran kanthi mekaten kita badhe pikantuk kabekjan wiwit dunya dumugining akherat samangke.
Ing dinten punika kita sampun nilaraken wulan ingkang kathah rahmat lan maghirahipun Allah inggih punika wulan suci Ramadhan. Wulan ingkang mungguhipun Allah kangge nguji dhateng kawulanipun Allah anggenipun mujudaken kesabaran, kejujuran lan keikhlasan inggih punika kanthi nindakaken shiyam Ramadhan. Kanthi punika tiyang Islam ingkang kasil anggenipun nindakaken shiyam inggih punika ingkang pikantuk derajat taqwa, la’allakum tattaqun.
Sahingga ing tanggal setunggal Syawal kawastanan Idul Fitri dinten ingkang fitrah jalaran ing dinten punika Allah sampun paring pangapunten dhateng sedaya dosa-dosa kawulanipun, sahingga melai setunggal Syawal tiyang-tiyang Islam melai nanem lan makarya, nindakekan ngibadah dhateng Gusti Allah kanthi ingkang langkung sae. Wulan syawal ugi kawastanan wulan peningkatan sedaya amal ibadahipun dhateng Allah.
Shalat fardhunipun dipun sempunakaken, shalat sunnahipun dipun tindakaken lan shalat jamaahipun dipun giyataken. Majlis taklim dipun jumbuhaken, masjid, langgar lan mushala dipun makmuraken. Alquran dipun kaji, dipun udari makna lan kandunganipun kangge pedomanipun gesang. Infaq lan shadaqahipun dipun giyataken, shilaturakhimipun dipun lestantunaken, sahingga tansah rumaos rumaos andhap ashor lan prasoja, gedhe athi lan cilik ing pamrih. Mekaten punika mujudaken pikantuk kasil la’allakum tattaqun. Amargi taqwa boten namung lelamisan ing lathi lan boten namung pengangen-angen, ananging iktiqad ingkang sampun manggen ing athi dipun ucapaken kanthi lisanipun lan dipun tindakaken kanthi amal ibadah. Mekaten punika pangerosan ideal wulan Syawal.
Ananging ingkang dados keprihatinan bilih wulan Syawal dados dinten lebaran, inggih punika sampun lebar anggenipun nglerem hawa nafsu, sampun lebar anggenipun nindaken shalat fardhu kanthi jam’ah, sampun bibar angggenipun tindak ing majlis taklim, sampun bibar anggenipun tadarus Alquran, sampun bibar anggenipun jihad, berjuang kangge jumbuhaken Islam minangka rahmatan lil alamin kangge kemajengan umat Islam. Sahingga prasast sasampunipun mlebet ing wulan Syawal sedaya tumindak sae dipun tilaraken sahingga masjid, langgar, musholla dipun tilar dening umatipun, Alquran dipun tinggalaken, rukuh sajadah dipun canthelaken lan sakterasipun.

Mangga kita muhasabah, ngitung-ngitung dhateng awak kita piyambak-piyambak, sasampunipun kita tingkas nindakaken shiyam Ramadhan kados pundi anggen kita ngabekti dhateng Gusti Allah nindakaken amal ibadah. Menawi akhir saking wulan Ramadhan boten ningkat amal ibadahipun ananging malah mandhap, pramila tiyang-tiyang dipun umpamikaken kados kewan ingon-ingon malah langkung asor malih.
“ Lan satemene Ingsun dadekake kanggo isine neraka Jahannam akeh-akehe sangka jin lan manungsa, dheweke padha duweni ati, ananging ora digunakake kanggo mahami (ayat-ayate Allah) lan dheweke padha duweni mata nanging ora digunakake kanggo ningali lan dheweke padha duweni kuping ananging ora digunakake kanggo ngrungokake (marang ayat-ayate Allah). Dheweke iku kaya dene kewan ingon-ingon malah dheweke luwih ashor, dheweke iku wong-wong kang padha lali”. (QS. Al A’rof: 179)

Hikmah saking ayat punika:
1. Akeh-akehe jin lan manungsa badhe mlebet ing neraka jahannam margi boten saget ginakaken fungsi ati, mripat lan telingan kangge ningali perkawis ingkang leres.
2. Manungsa ingkang boten saget ginakaken fungsi ati, mripat lan telingan dipun umpamakaken kados kewan ingon-ingon, malah langkung asor malih.

Sajatosipun ngibadah dhateng Allah punika kedah dipun tindaken kanthi istiqomah, inggih punika tansah ajeg syukur ningkat, kaleres ing wekdal piyambak punapa sareng tiyang sanes, leres ing wekdal sela utawi wekdal sumpek, leres ing wekdal sugih utawi miskin, leres ing wekdal sehat utawi sakit, leres ing wekdal nem utawi sepuh. Islam punika agami terkhir ingkang dipun turunaken Allah dhateng nabi Muhammad SAW.
Tiyang Jawi mastani agama inggih punika ageman, ageman ingkang resik, syukur dipun gosok lan dipun paringi minyak wangi. Yektos badhe sekeca dipun agem tur ambetipun ingkang wangi, luwes dipun pirsani. Kanthi mekaten punika agami Islam menawi dipun tindakaken kanthi saestu yektos badhe dhatengaken kemaslahatan dhateng pribadi, keluarga lan masyarakatipun. Ngibadah ugi kedah dipun tindakaen kanthi ikhlas, inggih punika namung ngajeng-ajeng ridhanipun Gusti Allah. Ngibadah dhateng Allah ugi kedah dipun tindakaken kanthi sabar, amargi sedaya tumindak manungsa mesthi wonten godha lan rubidanipun.
Tiyang Islam ingkang ngibadah kanthi istiqomah, ikhlas, sabar lan tawakal, yektos badhe dipun paringi katentreman ing ati, rumaos pikantuk perlindungan saking Gusti Allah, piyambakipun rumaos caket dhateng Allah. Sahinga tiyang ingkang mekaten punika badhe dipun paringi kanugrahan tanpa upami, boten saget dipun etang. Sahingga tiyang punika boten badhe supe tansah ngunjukaken raos syukur, kanthi tansah ningataken amal ibadahipun dhateng Allah.
Jalaran midherek ngendikanipun Rasulullah SAW, sinaosa sedaya gesangipun manungsa punika dipun ginakaken kangge ngibadah yektos dereng saget kangge bayar kanugrahanipun Allah SWT. Pramila mangga kita tansah ningkataken ibadah kita dhateng Allah SWT, kaleres ibadah maghdhah lan ghairu maghdhaipun. Mugi-mugi Allah tansah paring pitedah dhateng kita sedaya, lan mugi-mugi Gusti Allah kersa bikak manah dhateng kawulanipun ingkang dereng insaf.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ تَعَالَى لِىْ وَلَكُمْ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

8/13/2013

Hisab Ibadah Dilihat Diakhirnya


Setiap ibadah dilihat dari akhirnya, karena itu orang yang sebaik apapun, dan setaat apapun dalam menjalankan ibadah, ketika akhir hayatnya berpaling dari Allah maka tidak akan masuk ke dalam Surga. Sebaliknya sejahat apapun orangnya, perintah Allah tidak pernah dijalankan, larangan Allah justru yang dilaksanakan bila diakhir hayat berada dalam iman dan tauhid kepada Allah, maka dia dijamin masuk ke dalam Surganya Allah SWT.
Ibadah yang bertahun-tahun menjadi sia-sia, tentu ini tidak diharapkan oleh siapapun. Karena itu sebaik-baik hamba Allah adalah yang senantiasa teguh dalam menjalankan perintah Allah, beristiqomah dalam iman dan taqwa kepada Allah tak pernah pupus dalam menjalnkan perintah Allah.
Jangan berharap ahli ibadah mati dalam kondisi khusnul khatimah apalagi yang ahli maksiat. Namun berbeda ahli ibadah doa’nya menjadi mustajabah, agar diberikan hidup yang istiqomah dan mati dalam kondisi khusnul khatimah.
Kepada siapa ahli maksiat memohon ketika para thaghut telah berpaling. Harta, tahta, jabatan tiada berguna untuk menebus dosa-dosanya.
Kapan manusia akan mati?
Kematian pasti akan datang, kematian akan dirasakan semua makhluk Allah.
Kematian menghampiri hamba Allah, bisa ketika masih muda, atau sudah tua,
Masih jaya atau dalam kondisi bangkrut.
Masih gagah atau sudah lemah
Masih cantik atau sudah keriput, ompong peot. Semua adalah hak Allah untuk memanjangkan atau memperpendek umur setiap hambanya.
Manusia hanya berusaha agar bisa hidup sehat dan bermanfaat
Panjang umur bisa beramal shalih.
Namun kematian datangnya setiap saat karena itu waspadalah, gunakanlah setiap waktu yang diberikan Allah untuk menambah iman, taqwa dan amal shalih.

8/12/2013

Do'a HUT Kemerdekaan RI ke-68


Pada tahun 2013 Bangsa Indonesia akan memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-68. Proklamasi Kemerdekaan adalah momen yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena pada tahun tersebut bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan. Dimana bangsa Indonesia hidup dalam suasana penjajahan selama 350 tahun. Oleh karena itu pada tahun 2013 ini bangsa Indonesia akan memperingati HUT Kemerdekaan ke-68.

Ungkapan kegembiraan sekaligus untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme diselenggarakan berbagai macam kegiatan, misalnya mengibarkan bendera merah putih, menghias gedung-gedung dengan nuansa merah putih, perlombaan, kegiatan sosial, ziarah makam pahlawan dan sebagainya. Kegiatan ini diselenggarakan mulai dari tingkat RT sampai tingkat nasional, di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi serta di semua lembaga pemerintah maupun swasta.

Puncak acara HUT Kemerdekaan adalah upacara bendera untuk mengenang detik-detik proklamasi. Upacara bendera ditutup dengan pembacaan do’a, adapun teks kami sampaikan berikut.

الحمد لله رب العالمين حمدا يوافى نعمه ويكافئ مزيدة يا ربنا لك الحمد كما ينبغى لجلال وجهك وعظيم سلطانك اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين



Alhamdulillahi Robbil 'alamain hamdan yuwafi ni'amahu wayukafi-u mazidah ya Robbana lakalhamdu kamaa yanbaghi lijalali wajhika wa'adzimi sulthonik Allohuma shalli wasallim 'alaa sayyidina Muhammadin wa'ala alihi wa-ash-habihi ajma'in.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Sesungguhnya kami telah yakin dengan sepenuh hati, bahwa Engkau senantiasa melimpahkan kasih-sayang-Mu kepada hamba-Mu. Karena itu kami dapat mengikuti upacara bendera dalam rangka memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-68. Karena sembah sujud kami haturkan kehadirat-Mu.

Ya Allah Tuhan yang Maha Kuasa, Engkau telah menganugerahkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Kemerdekaan dari para penjajah, karena itu ya Allah kuatkanlah semangat nasionalisme dan patriotisme kepada seluruh waraga Negara Indonesia. Satukanlah Bangsa Indonesia dengan semangat Bhineka Tungal Eka, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Ya Allah Tuhan yang Maha Kuasa
Wariskanlah semangat patriotisme dari para pahlawan kusuma bangsa dan dari para pendahulu kami, yang telah dengan ikhlas dan tekad yang kuat, rela mengorbankan harta, jiwa dan raga mereka. Cucuran keringat, tetesan darah demi untuk meraih kemerdekaan.

Kini Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sedang membangun, kuatkanlah ya Allah idiologi bangsa kami, agar seluruh arah pembangunan berlandaskan pada etika dan moralitas, sehingga pembangunan dapat mewujudkan masyarakat adil makmur, materiil spiritual berdasarkan pancasaila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia..

Bersihkanlah ya Allah, hati dan fikiran kami dari perilaku buruk, yang akan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jauhkanlah perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, berdikari, bermartabat dan sejajar dengan negara-negara yang telah maju.

Ya Allah berikanlah petunjuk pada para pemimpin kami, didalam mengawal dan mengarahkan pembangunan nasional menuju pada tatanan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, materiil dan spirituil dalam keridaan-Mu. Karena itu ya Allah hanya kepada-Mu kami berlindung dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Ya Allah ya Ghaffar, ampunilah dosa kami, orang tua kami, dosa para pemimpin kami, muliakanlah ya Allah kedatangan mereka disisi-Mu, amin.

ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار, وادخلنا الجنة مع الابرار يا عزيز يا غفار يا رب العالمين وصل الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم والحمدلله رب العالمين

Robbana atina fiddun-ya hasanah wafil akhirati hasanah waqina 'adza bannar, wa adhilnal jannata ma'al abror ya 'azizu ya ghoffar ya Robbal 'alamin, wa shollallohu 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi washohbihi wasallam  wal hamdulillahi robbil 'alamin.

8/11/2013

Mengingat Nikmat Allah


Sesungguhnya nikmat Allah sangat banyak, bahkan karena begitu banyaknya sehingga bila kita disuruh untuk menghitung nikmat Allah niscaya tidak akan bisa menghitungnya. Karena kenikmatan Allah sudah biasa kita nikmati sehingga kadang menjadi lupa bahwa apapun yang sedang dinikmati itu adalah merupakan kenikmatan yang diberikan Allah yang hendaknya kita syukuri.

Bagaimanakah cara mensyukuri nikmat yang teah diberikan Allah tersebut, hal yang paling mudah untuk dikatakan adalah berupaya untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi dan atau mencegah segala yang dilarang oleh Allah. Lalu bagaimanakah implementasinya. Perintah dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga dalam melaksanakan perintah hendaknya mengarah pada perbaikan secara terus- menerus, hari ini hendaknya lebih baik dari pada hari yang lalu, dan hari esok hendaknya lebih baik dari hari yang sekarang. Rasulullah bernah berpesan "Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari yang kemarin maka termasuk golongan orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama denga hari yang kemarin maka termasuk golongan orang yang rugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari yang kemarin maka termasuk golongan orang-orang yang dilaknat".

Mari kita renungkan kenikmtan yang telah diberikan Allah kepada kita sekalian:
Ya Allah, dahulu aku kecil, lantas Engkau besarkan aku
Dahulunya aku hina, lantas Engkau muliakan aku
Dahulunya aku bodoh, lantas Engkau pandaikan aku
Dahulunya aku lapar, lantas Engkau kenyangkan aku
Dahulunya aku sesat, lantas Engkau beri petunjuk aku
Dahulunya aku miskin, lantas Engkau cukupi aku
Dahulunya aku sakit lantas Engkau sembuhkan aku.
Aku berdosa lantas Engkau tutupi aku.

Dan tentu saja masih banyak lagi kondisi-kondisi yang dirasakan sekarang lebih baik dari masa yang lalu, coba kita renungkan.

Siapakah yang membuat manusia menjadi lebih baik, lebih mulia baik dari makhluk jenis yang lain maupun dari sesama manusia. Tentu saya yang menentukan dan memutuskan adalah Allah, sedang manusia hanya berkuasa, memilih, berusaha, berikhtiar dan tawakal kepada Allah.

8/10/2013

Shilaturahmi Saat Berlebaran


Sudah menjadi tradisi umat Islam khususnya di Indonesia, bahwa setiap selesainya ibadah puasa, maka tiba saatnya waktu berlebaran. Idul Fitri yang menandakan kembalinya jiwa manusia pada kondisi fitrah. Sehingga setiap kali berjumpa dan menemui saudara, teman atau siapa saja sering mengucapkan kata:

تقبل الله منا ومنكم جعلنا الله واياكم من العائدين و الفائزين

“Taqabbalallahu minna waminkum, ja’alanallahu minna waminkum minal ‘aidin wal faizin”. Semoga Allah SWT menerima amalku dan kamu semua, dan Allah mengembalikan kita semua kedalam kesucian dan keberuntungan. Atau kadang menggunakn bahasa campuran sugeng riyadi, minal ‘aidin wal faizin. Inilah ungkapan ketulusan yang muncul dari lubuk hati, bahkan kadang dengan keikhlasan besimpuh didepan para sesepuh, menyadari bahwa masing-masing diri adalah berasal dari satu keturunan, masing-masing diantara kita adalah bersaudara, dan keterikatan oleh tali shilaturahim atau persaudaraan ini, maka khusus persaudaraan sesama muslim digambarkan seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan, bila salah satu anggota tubuh sakit maka yang lain juga akan ikut merasakan sakit.

Proses interaksi sosial antara sesama anggota masyarakat, baik itu dilingkungan masyarakat, sekolah, kantor, atau dimana saja, sering kali manusia melakukan perbuatan kesalahan yang bisa jadi akan menyinggung orang lain, baik orang lain mengetahuinya atau mereka tidak mengetahui, maka merupakan kesempatan ketika lebaran sudah menjadi tradisi untuk saling berkunjung. Yang muda mengunjungi pada yang tua, pagawai pada atasannya dan sebagainya. Namun satu hal yang sering dilupakan siapakah yang paling utama untuk dikunjungi, siapa yang paling utama untuk dimintai maaf:
1. Kedua orang tua adalah prioritas utama kemudian kepada kakek atau neneknya.
2. Saudara dekat baik itu pak de, pak lik, bu de, bulik, mas, mbak dan para tetangga terdekat.
3. Para guru, saudara yang bertempat jauh begitu juga teman yang jauh.

Mengapa kita harus menentukan prioritas, hal ini karena dalam pergaulan dimasyarakat orang terdekatlah yang sering bersinggungan, setiap hari saling tegur sapa, berkata dan bercakap-cakap dengannya, melihat, semua bentuk aktifitas panca indra manusia sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan. Tidak selamanya manusia mempunyai waktu dan kesempatan yang luang, hati yang lapang untuk menerima orang lain, sehingga sangat wajar bila orang terdekat itulah yang prioritas untuk kita mintai maaf.
Saat hari Raya Idul Fitri, kebanyakan diantara kita menjadi tamu atau menerima tamu, kedua hal tersebut mempunyai posisi yang strategis. Hak bagi tamu adalah untuk diterima dengan baik dan kewajiban bagi tuan rumah untuk memulyakan tamu. Rasulullah SAW pernah bersabda:

من كان يؤمن بالله واليومالاخر فليكرم ضيفه ومن كانيؤمن بالله واليومالاخر فليصل رحمه ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيرا اوليسمت (متفق عليه)

“ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamu, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka sambunglah tali persaudaraan, barang siapa beriman kepada Allah dan hari kemudian maka berkatalah yang baik (bila tidak bisa) lebih baik diam”. (HR. Buchari Muslim)

Bagaimanakah cara memuliakan tamu:
1. Sambutlah mereka dengan ramah, bila mereka berniat baik maka terimalah dengan baik. Sambutlah dengan perkaaan, mimik yang baik, syukur disuguhi dengan minuman atau makanan.
Kita dapat meneladani para rasul sebelum nabi Muhammad SAW:
• Nabi Ibrahim ketika menerima tamu yang belum dikenal:
• Nabi Luth ketika menerima kunjungan para malaikat.

2. Berilah pada semua tamu dengan hak yang sama, terutama pada hari lebaran, banyak sekali tamu yang datang, bahkan kadang lupa siapakah tamunya tersebut. Karena bila dahulu kala ketika bertamu masih kecil dan bersama dengan orang tuanya, namun sekarang sudah menjadi anak yang dewasa, hal ini memungkinkan bagi orang tua sudah lupa. Berilah kesempataan kepada mereka untuk memperkenalkan diri, bila perlu kita juga mengenalkan anak,istri atau cucu kepada tamunya, sehingga akan terjalin rasa persaudaraan, dan menyadari bahwa kita adalah saudara. Sehingga dengan meruntut saudara inipun juga akan menambah iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita yang berasal dari satu keturunan, sekarang sudah tersebar luas diseluruh penjuru dunia, dibedakan oleh batas teritorial, suku, bangsa dan agama, namun sesungguhnya semua itu berasal dari satu keturunan yaitu nabi Adam. Nabi Adam berasal dari zat yang Maha Satu, yang tidak diadakan oleh zat yang lain. Zat yang satu itu adalah Allah SWT yang berdiri sendiri, tidak diadakan oleh yang lain.

3. Prioritaskan para tamu dari segala jenis entertainmen, kita menyadari bahwa ketika lebaran tiba maka TV menampilkan tayangan yang begitu memikat, sehingga kadangkala para tamu ditemani dengan tayangan TV. Sehingga percakapan dan dialog tertuju pada para artis, bintang film, politikus. Sehingga lupa menanyakan asal-usul para tamu, bahkan yang lebih ngeri lagi pembicaraan akan mengarah pada tindakan menghibah orang lain. Sehingga di hari fitri itu bagi kita akan menjadi noda karena langkah para syetan untuk menjerat bani Adam bisa terwujud, dendamnya selama bulan Ramadhan di belenggu kembali terlampiaskan. Kita ingatkan dengan sabda Rasul Bahwa ketika datang satu Syawal para iblis berkata:

ان ابليس عليه اللعنة يصيح فى كل يوم عيد فيجتمع اهله عنده فيقولون: يا سيدنا من اغضبك انانكسره فيقول لا شىء واكن الله تعالى قد غفر لهذه الامة فى هذااليوم فعليكم ان تشغلوهم باللذات والثهوات وشرب الخمر حتى يبغضهم الله


" Sungguh, iblis yang terlaknat berteriak-teriak saat Idul Fitri tiba. Lalu berkumpullah anak buahnya dan bertanya, wahai tuanku, siapa gerangan yang membuat paduka marah-marah akan kami pecahkan kepalanya. Iblis menjawab, tidak ada apa-apa. Hanya saja Tuhan telah memberi ampun kepada umat manusia hari ini. Maka kalian harus menjadikan mereka sibuk dengan kesenangan, nafsu syahwat dan mabuk-mabukan, agar Tuhan murka".


Oleh karena itu ketika menyambut tamu saat lebaran lebih baik TV untuk dimatikan, karena amat disayangkan bila kesempatan satu tahun sekali disia-siakan. Kita ketemu dengan saudara, teman, kerabat yang sekian lama tidak ketemu.
Disamping hak bagi tuan rumah terhadap para tamu, perlu juga diketahui etika para tamu yaitu untuk tidak berbuat kegaduhan ditempat saudaranya, rasul bersabda:

ولا يحل مسلم ان يقيم عند اخيه حتى يؤثمه, قالوا: يارسول الله, وكيف يؤثمه؟ قال يقيم عنده ولا شيئ له يقريه به (روا مسلم


“ Orang Islam tidak halal bertempat dirumah saudaranya (teman yang muslim) sehingga melakukan perbuatan dosa. Para (sahabat yang mendengar) mengatakan: Ya Rasul apa yang dimaksud dengan berbuat dosa? Rasul menjawab, orang tersebut menginap di rumah saudara dan saudaranya tidak mempunyai makanan. (HR. Muslim).

والضيافة ثلاثة ايام فما كان وراء ذالك فهو صدقة عليه (متفق عليه


“ Menyuguh tamu itu hanya tiga hari, lebih dari tiga hari termasuk shadaqah baginya (Bukhari Muslim).


Sesungguhnya Allah SWT tidak mengutamakan seseorang dari keturunan, ras, suku bangsa, bahasa namun Allah hanya melihat dari ketaqwaannya. Hal ini tersebut didalam Alquran surat Al Hujurat ayat 13:

ياايها الناس انا خلقناكم من ذ كر او انثى وجعلناكم شعوبا وقباالى لتعارفوا, ان اكرمكم عند الله اتقاكم ان الله عليم خبير

“ Wahai sekalian manusia sesunggunya, Aku menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan berseuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha mengetahui dan maha waspada.”