Tampilkan postingan dengan label Penyuluh Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyuluh Agama. Tampilkan semua postingan

6/16/2021

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo H. Ahmad Farid Menyapa Penyuluh Agama

Rapat koordinasi Pokjaluh Kabupaten Wonosobo, Selasa 15 Juni 2021 pukul 20.00 WIB dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo Drs. H Ahmad Farid, M.SI dalam masa tugas pada bulan ke lima, beliau menyapa para Penyuluh Agama Islam. Pertemuan ini digagas oleh Kapokjaluh Drs. H. Ambyah sekaligus sebagai tuan rumah penyelenggaraan Rakor dan shilaturahmi. Dengan nuansa kekeluargaan, rilek, tidak terburu-buru dengan tugas lain sehingga sampai pukul 23.00 WIB. 

 

Kakankemenag Drs. H. Ahmad Farid, M. SI memberikan sambutan, pengarahan dan bimbingan.

 

Dalam kesempatan tersebut, Kakankemenag menyampaikan bahwa penyuluh agama adalah mitra kerjanya, sehingga perlu membangun relasi, sinergitas kinerja yang harmonis dan saling keterbukaan untuk melaksanakan pembangunan dengan bahasa agama. Penyuluh agama kabupaten Wonosobo berjumlah 136 orang yang terbagi 120 merupakan penyuluh agama non PNS dan 16 orang merupakan penyuluh agama fungsional. Jumlah penyuluh ditunjang dengan semangat generasi muda menjadi kekuatan yang strategis untuk mengawal masyarakat dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam. 

 

Pada era digital hendaknya para penyuluh agama agar lebih inovatif didalam melaksanakan kegiatan bimbingan, penyuluhan dan pembangunan dengan bahasa agama. Penyuluh berinovasi dalam upaya memenuhi kebutuhan para audien, media sosial yang tidak terbatas pada ruang dan waktu, sehingga para penyuluh agama bisa mengidentifikasi kebutuhan dari kelompok sasaran. Kegiatan dakwah billisan ditingkatkan dengan dakwah bil mal, bil kitabah dan dengan memanfaatkan media sosial. 

 

Penyuluh jangan berhenti pada kegiatan dahwah billisan karena itu dengan dana dari UPZ Kankemenag, H. Ahmad Farid memberikan terobosan dengan pentasyarufan zakat produktif yang akan diberikan setiap triwulan dan pada tahun ini telah dilakukan tahap pertama diberikan kepada 45 mustahiq dari kalangan para usahawan skala kecil. Sehingga dalam setahun akan 180 orang. Disinilah kesempatan para penyuluh untuk meningkatkan jejaring guna membangun relasi dengan kelompok sasaran. 

 

Kakankemenag juga berpesan agar para penyuluh agama mempunyai data yang valid. Hal ini bermanfaat ganda yaitu pertama sebagai instrumen untuk melakukan kegiatan bimbingan, penyuluhan dan pembangunan bisa tepat sasaran sesuai dengan yang diharapkan. Kedua bila sewaktu-waktu ada permohonan data maka akan mudah memberikan pelayanan dan masyarakat merasa puas.

Suasana rilek, santai namun mengena sehingga Rakor terlaksana hingga pukul 23.00 WIB.

 

Untuk mewujudkan hal ini penyuluh agama Islam diharapkan dapat menguasai bidang garapan penyuluh yang telah ditetapkan dalam keputusan oleh Dirjen Bimas Islam nomor 298 tahun 2017 tentang Pedoman Penyuluh Agama Islam non Pegawai Negeri Sipil. Penyuluh agama disamping menguasai keilmuan Islam secara utuh yang meliputi bidang aqidah, syariah, akhlak, fadhoil a’mal. Penyuluh Agama Islam secara spesifik dapat memperdalam delapan bidang spesifikasi kepenyuluhan yang meliputi 1)pengentasan buta huruf Alquran, 2)keluarga sakinah, 3)pengelolaan zakat, 4)pemberdayaan wakaf, 5)produk halal, 6)kerukunan umat beragama 7)radikalisme dan aliran sempalan, 8)NAFZA dan HIV AIDS.

10/28/2014

Pangkas Jam Karet Dari Keterlambatan Menuju Kesuksesan

Jam karet bukanlah merupakan hasil perkembangan teknologi, karena teknologi merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia untuk memecahkan problematika kehidupan. Coba sejenak kita renungkan, ketika pada zaman tahun 1970 an atau zaman sebelum itu, bagaimanakah umat Islam Indonesia yang akan melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji ke Mekah dan Madinah. Untuk bisa sampai ke tanah suci mereka melakukan perjalanan darat dan laut selama berbulan-bulan. Tetapi pada saat ini cukup bisa ditempuh pada tempo sehari atau dua hari. Mengapa demikian, karena manusia telah dapat menciptakan teknologi, yaitu perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang. Dan tentunya dari hasil teknologi ini ada yang berdampak positif dan juga negative. Yang positif bila hasil teknologi digunakan untuk mewujudkan keamanan, kedamaian dan kesejahteraan manusia. Namun bila teknologi itu disalahgunakan maka akan terjadi kehancuran dan akan menimbulkan malapetaka dan penderitaan umat manusia.

Jam karet merupakan kebiasaan yang sudah membudaya, adanya kebiasaan yang tidak menepati waktu yang telah ditentukan. Baik itu dalam kegiatan, rapat, diskusi, musyawarah, muktamar, upacara, peringatan hari besar Islam dan lain-lain. Misalnya kegiatan rapat dari panitia sudah mengantisipasi bahwa bila undangan jam 09.00, maka rapat akan dimulai jam 09.30-10.30. Dari panitia penyelenggarapun sudah mengatisipasi bahwa undangannya ada 2 macam, pertama untuk peserta umum dan kedua untuk para pejabat. Dengan kebiasaan ini, maka setiap orang ketika menerima undangan akan hadir melebihi dari waktub yang telah ditentukan. Bisa jadi seandainya rapat dimulai jam 09.00 maka berangkat dari rumah atau dari tempat kerja jam 09.00, jadi sampai tujuan pasti akan terlambat. Yang lebih aneh lagi ketika sudah sampai tujuanpun peserta yang lain juga belum hadir.

Inilah bahwa jam karet itu adalah budaya untuk mengulur-ulur waktu dan tidak menepati waktu yang telah ditentukan. Mengapa hal ini terus membudaya, apakah manfaatnya dan madharatnya? Untuk menjawab ini, pernah suatu saat ada rapat di suatu kantor pemerintahan, dimana peserta rapat adalah para pimpinan unit satuan kerja. Termasuk diundang pula seorang dokter kandungan, yang biasanya melakukan proses operasi, sudah berapa bayi dan ibunya yang diselamatkan dari maut. Pada waktu itu undangan rapat dimulai jam 09.00, pak dokter datang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dan menunggu hingga jam 09.30 ternyata rapat belum ada tanda-tanda akan dimulai. Dokter bilang kepada peserta disebelahnya, “Bila operasi seperti ini maka sudah berapa nyawa melayang, berapa ibu dan anaknya yang tidak tertolong”.

Selain pak dokter ternyata masih ada keluh kesah peserta rapat yang lain, dia berkata “waktu menunggu ini seandainya saya gunakan untuk mengerjakan tugas saya yang lain tentu akan berkuranglah tugas saya, atau tugas saya yang hampir selesai jadi terbengkelai karena menunggu rapat ini”. Dan tentu saja masih banyak kisah-kisah yang lainnya. Memang dengan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan ini maka pekerjaan lain akan terbengkelai, pekerjaan akan sulit untuk diselesaikan sesuai dengan waktu yang tekah ditentukan.

Ternyata bahwa mengulur-ulur waktu menjadikan rapat tidak efektif lagi, karena undangan yang diharapkan para pimpinan satuan unit kerja, namun kemudian menugaskan kepada stafnya untuk mewakili. Bila jam karet banyak mendatangkan kerugian mengapa tetap dibudayakan. Karena itu sistemlah yang harus dirubah, disetiap pemerintahan atau swasta, kantor, dinas, instansi, badan dan lembaga serta satuan unit kerja memerlukan keteladanan. Maka kunci pokok penggerak system adalah para pimpinan itulah.

Pernah ada seorang pejabat pemerintah, seorang birokrat, beliau merupakan pribadi yang konsisiten terhadap waktu. Sehingga beliau selalu hadir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ternyata para pejabat yang di bawahnya dan juga para staf memahami kebiasan pejabat tersebut sehingga bisa mengikuti. Disinilah bahwa figur pemimpin yang dapat menjadi teladan bagi diri sendiri dan orang lain.

Imam Ghozali pernah menyampaikan 6 pesan kepada murid muridnya:

  1. Di dunia ini apa yang paling dekat dengan diri kita, murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman dan kerabatnya. Imam Ghozali membenarkan tatapi sesungguhnya yang paling dekat adalah kematian. Kematian adalah rahasia Ilahi, tak seoarang makhlukpun yang bisa mengetahui kapan ajalnya itu tiba. Karena itu sebaik-baik manusia yang siap dengan datangnya kematian dengan mencari bekal akherat yaitu dengan memperbanyak amal ibadah kepada Allah SWT.
  2. Di dunia ini apakah yang paling jauh dengan diri kita. Para muridnya ada yang menjawab negeri cina, bulan, matahari dan bintang bintang. Beliaupun membenarkan, tetapi sesungguhnya yang paling jauh dari diri kita adalah masa lalu. Karena masa lalu adalah masa yang tidak akan dapat kembali semakin lama maka akan semakin jauh. Karena itu apapun yang telah diukir pada masa sekarang dan waktu kemarin adalah masa yang amat jauh. Masa yang tidak akan dapat diraihnya kembali.
  3. Di dunia ini apakah yang paling besar. Para muridnya ada yang menjawab gunung, bumi dan matahari. Beliau membenarkan tetapi sesungguhnya yang paling besar adalah hawa nafsu. Hawa nafsu yang tidak bisa dikendalikan maka akan menjerumuskan dirinya ke azab siksa api neraka. Hawa nafsu ibarat api yang membakar kayu bakar, semakin lama dibiarkan maka akan semakin memabara dan akan mengabiskan seluruh kayu bahkan yang ada disekelilingnya akan menjadi rusak bahkan bisa menjadi musnah.
  4. Di dunia ini apakah yang paling berat. Para murusnya ada yang menjawab baja, besi dan gajah. Beliau membenarkan tetapi sesungguhnya yang paling berat adalah mengemban amanah. Mengapa karena amanat adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan.
  5. Di dunia ini apakah yang paling ringan. Para muridnya menjawab kapas, angin, debu dan dedaunan. Beliau membenarkan tetapi sesungguhnya yang paling ringan adalah meninggalkan shalat. Karena sedikit mempunyai kesibukan, sedikit menirima nikmat, sedikit menerima cobaan lalu lupa dengan kewajiban menegakkan shalat. Pada shalat adalah penentu segala amal perbuatan manusia, bila shalatnya baik maka yang lain akan menjadi baik, bahakan amal yang kelak akan ditanyakan oleh Allah di hari qiyamat adalah amal shalatnya.
  6. Di dunia ini apakah yang paling tajam. Para muridnya serentak menjawab pedang. Beliau membenarkan tetapi sesungguhnya yang paling tajam adalah lidah. Pepatah mengatakan lidah lebih tajam daripada pedang. Sekali salah bicara maka akan terjadi mala petaka. Ada adu domba, hasat, fitnah adalah pekerjaan lidah yang tidak bisa terkendali.
Jadi jelaslah bahwa bila mengingat pesan Imam Ghazali ini amanat adalah sesuatu yang berat. Menjadi pemimpin berkaitan erat dengan amanat dan setiap amanat akan dimintai pertanggungjawaban, baik oleh yang memberikan amanat di dunia maupun besok di hari qiyamat. Karena itu bila ingin menjadi pemimpin maka siaplah untuk menjadi contoh dan di contoh. Siapa yang akan merubah sistem kalau bukan komitmen bersama yang diawali dari keteladanan para pemimpin.

Sebenarnya pengharagaan terhadap waktu adalah karena motivasi yang teramat besar untuk meraih kesuksesan, pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang lain akan berakses positif bila semua kegiatan dapat dilaksanakan secara sistematis. Karena begitu pentingnya penghargaan terhadap waktu, maka Allah SWT sebagai pencipta, pemelihara, pengatur, penguasa seluruh alam bersumpah dengan waktu.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al Ashr: 1-3)

Pernahkah kita merenungkan bahwa semua makhluk Allah diberikan waktu yang sama sehari semalam 24 jam. Mengapa kondisinya berbeda-beda, ada yang sangat menghargai waktu sehingga kehidupannya Nampak lebih sejahtera dan bahagia. Namun ada juga yang membiarkan waktu berlalu begitu saja sehingga kondisi kehidupannya amat memprihatinkan, jangankan untuk makan besok untuk hari ini saja merasa kesulitan untuk memperolehnya. Mengapa bisa demikian, diantaranya karena waktu yang tidak diefektifkan.

10/08/2014

Waspada Terhadap Musibah dan Cobaan Duniawi

Musibah adalah suatu kejadian yang menimpa pada diri manusia yang tidak pernah dikehendaki. Dengan musibah,orang akan menjadi bersedih, namun musibah bagi orang-orang yang beriman akan menjadikan kadar keimanan semakin meningkat.

Orang yang beriman menyadari dengan sepenuh hati bahwa musibah itu terjadi atas qadha dan qadar Allah. Ketika bersabar dalam menerima musibah maka akan muncul keyakinan bahwa Allah SWT akan menggantikan dengan yang lebih baik.

عجبا للمؤمن لا يقضى الله له قضاء الا كان خيرا له ان أصابته ضراء صبر فكان خيرا له وان اصابته سراء شكر فكان خيراله وليس ذالك لاحد الا للمؤمن (متفق عليه)
Artinya:
Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu adalah lebih baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorangpun kecuali orang mukmin. (Muttafaqun “Alaihi)

Musibah yang menimpa manusia bisa bewujud kekurangan harta, kehilangan kesempatan, kehilangan jiwa. Sudah banyak terjadi ketika banyak orang sedang terlena dalam kesenangan dan kebahagian dunia yang penuh tipuan, berfoya-foya dengan mobil mewah, gadget canggih dan bermerk yang saat ini harganya mencapai jutaan rupiah atau sebaliknya, sedang murung karena keputusasaan. Disaat ini musibah datang, rumah, harta, jiwa bahkan keluarganya terpendam oleh longsoran tanah karena bendungan yang jebol. Atau tertimbun tanah yang longsor akibat lahan yang kritis.
Bisa jadi kehilangan jiwa, karena tertimbun reruntuhan bangunan akibat gempa bumi seperti yang belum lama ini dialami oleh saudara-saudara kita di Sumatera Barat. Akankah nyawa meninggalkan raga ketika diri kita jauh dari Allah, hanya Allah Maha Tahu, dan kita hanya berusaha selalu dalam keimanan.

Karena itu ketika musibah datang dan menghampiri kita sehingga mengakibatkan kematian, maka tiada lagi kesempatan untuk menambah amal ibadah. Karena itu kesempatan untuk melakukan amal ibadah mulailah dari sekarang, mulailah dari hal yang kecil dan mulailah dari diri sendiri.

10/05/2014

Rahasia Dibalik Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

Peringatan Hari Islam adalah suatu peringatan yang tidak asing lagi, baik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Negara memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut, terbukti bahwa Negara menetapkan PBHI menjadi hari libur nasional. Sebagaimana hari besar nasional dan juga hari besar agama non Islam. Bagi umat Islam PHBI mempunyai peran yang strategis untuk meng-up grade kebiasaan pengamalan ajaran Islam yang kadang sudah mengalami kelesuan.

Kegiatan pembinaan dan penyuluhan agama Islam yang telah diselenggarakan secara rutin dan terjadwal serta sudah menjadi komitmen bersama ternyata dalam pelaksanaannya masih kurang istiqomah dan kurang ikhlas, kegiatan keagamaan masih kalah dengan program-program televisi, infotainment, berita olahraga seperti motogp atau berita  sepak bola. Ditandai dengan pasang surutnya jama’ah yang kadang membuat acara bertepatan dengan agenda taklim yang sudah berlangsung. Atau lebih memilih untuk melakukan kegiatan yang tidak begitu penting dan tidak terlalu mendesak untuk dilaksanakan. Apalagi kegiatan taklim yang dihubungkan dengan sikap dan perilaku serta urusan keduniawian. Mengikuti pengajian kok kelakuannya seperti ini dan seperti itu, atau ada yang menyingkat menjadi STMJ shalatnya terus maksiatnya tetap jalan.

Demikian pula bila dikaitkan dengan urusan keduniawian, sudah mengikuti pengajian secara rutin, ibadahnya juga menurut dirinya lebih baik dari yang lain, tetapi mengapa urusan perut saja susah untuk di cukupi, apalagi ketika sedang merenung seperti ini kemudian setan menghampiri, urusan menjadi semakin runyam, karena bisa jadi ahli ibadah akan berbalik menjadi ahli maksiat , bahkan berusaha untuk mempengaruhi yang lain. Sikap tepa slira akan berbalik menjadi sikap masa bodoh, semangat sosial berbalik menjadi rasa kedirian, sikap dermawan berbalik menjadi bakhil, rasa ikhlas manjadi tamak dan sebagainya. Hal seperti ini adalah menjadi problematika didalam menyampaikan syiar Islam di tengah-tengah masyarakat.

Penyelenggaraan PBHI walaupun untuk beberapa orang yang tidak begitu peduli terhadap PHBI berdampak positif dalam meng-up grade ghirah keagamaan. Secara swadaya dalam masyarakat, mereka dengan keikhlasan untuk mengeluarkan biaya penyelenggaraan PBHI apalagi bila telah di putuskan untuk mengahdirkan kyai yang tersohor demikian pula dengan menghadirkan kelopok kesenian tertentu. Tentulah biaya amat besar, namun mansyarakat sangat antusias. Bahkan kadang ide ini justru muncul dari jema’ah yang tidak pernah atau hanya kadang-kadang saja mengikuti kegiatan taklim yang telah diselenggarakan dengan rutin. Mereka tidak peduli soal tuasyiahnya dilaksanakan atau tidak, yang penting kyainya dapat membuat jema’ah menjadi takjub, lucu dan pengunjungnya banyak. Memang ada juga orang yang bersikap apriori bahkan skeptic, buat apa mengundang kyai jauh-jauh dengan biaya yang mahal, toh materinya sama dengan kyai-kyai lokal, bahkan sama saja dengan tausyi’ah ustadz yang sudah sering disampaikan. Demikian pula apalah artinya mengundang kyai yang jau-jauh dengan biaya yang banyak bila taushiyahnya tidak dilaksanakan.

Hikmah penyelenggaraan PHBI
Dibalik penyelenggaraan ini semangat ukhuwah, kedermawanan masyarakat mulai terasah kembali, rasa kebersamaan mendirikan panggung, menyiapkan perlengkapan semua merasa andharbeni. Berat sama di pikul ringan sama dijinjing. Pergaulan yang terasa kaku menjadi cair, bahkan kadang ada celetuk dari salah satu warga masyarakat, yang menyindir warga yang lain, namun karena yang menyampaikan teman sendiri atau ketika mengucapkan dengan canda. Mereka tidak marah bahkan kadang mereka secara sepontan menuturkan isi hatinya yang selama ini tidak pernah tersalurkan.
Maka segala ucapan, dan celetuk warga yang kadang disampaikan secara spontan, ini adalah aspirasi mereka yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk menyusun rencana kegiatan yang akan datang demi kemanjuan dan meningkatnya syi’ar agama Islam. Skat-skat primordial dalam pengamalan ajaran agama Islam berbalik menjadi sikap ukhuwah. Demikian pula tumbuh kepeduliannya terhadap tempat ibadah. Sikap kedermawanan dari waga masyarakat juga meningkat terbukti bahwa disamping dengan iuran mereka juga dibebani untuk menyediakan konsumsi. Bahkan di rumahnya juga telah disiapkan aneka hidangan bagi tamu-tamu yang kemungkinan akan datang, baik itu teman, saudara, atau siapa saja yang mau mampir.

Di tengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat desa setiap kegiatan PBHI, bagi semua jema’ah disediakan konsumsi, disamping snach juga makan besar yang di hidangkan dalam bentuk takir yang biasanya di bawa pulang. Bisa jadi ada jema’ah yang memperoleh takir lebih dari satu, bisa jadi mereka mintanya doble atau persediaan dari panitia yang lebih atau di beri oleh jema’ah yang lain. Karena ada saja jema’ah yang tidak mau membawa pulang biasanya karena malu atau bisa juga di rumah sudah ada, sehingga lebih baik diberikan pada orang lain yang mungkin lebih membutuhkan dan lebih bermanfaat.

Memang kadang bagi tuan rumah tidak akan bisa jenak untuk mengikuti taushiyah pengajian karena mereka sibuk untuk mengatur jema’ah, menjadi penerima tamu, menyediakan dan menyajikan konsumsi dan juga kadang menemani dan menjamu tamu di rumahnya. Semua anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan ini. Bahkan sebelum pelaksanaan menjadi tradisi di masyarakat adanya punjung memunjung kepada orang tua, saudara yang berada di desa yang lain. Sehingga hal inipun dapat mengeratkan rasa ukhuwah dan dapat mengikis sifat bachil dan tak acuh terhadap orang lain.
Keramaian pasarpun menjadi meningkat, karena tingkat kebutuhan dalam masyarakat untuk berbelanja kebutuhan pokok, beras, minyak, sayuran dan lauk-pauk, walauapun harganya berbeda dari bulan sebelumnya mereka biasanya hanya mengikuti saja. Karena mereka sudah menyadari bahwa pada setiap bulan yang ada hari besarnya biasanya harga barang menjadi naik yang oleh pedagang dengan bahasa yang halus yaitu harganya berubah. Hari Besar Islam 1 Muharram yang pada tempo dulu belum mendapatkan tempat di masyarakat, sekarang sudah mulai gemanya. Dimana pada tanggal pergantian tahun digunakan untuk kegiatan, khatmil Qur’an, karnaval, pawai, pentas seni dan sebagainya.

Kuasa Allah
Dalam menyelanggarakan kegiatan PHBI misalnya maulid nabi Muhammad SAW, intinya adalah bagaimanakah untuk meneladhani nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah, sebagai pembawa risalah rahmatan lil ‘alamin, sebagai penerang ke jalan kebenaran. Riwayat beliau ketika masih kecil terkenal sebagai anak yang selalu jujur sehingga di sekitar teman-temanya di sebut sebagai Al Amin, setelah beliau dewasa dan diangkat menjadi rasul beliau mempunysi sifat-sifat terpuji shidiq, amanah, tabligh, fathanah. Sehingga dengan sifat-sifat ini beliau menjadi pribadi terhormat pada kaumnya dan pribadi yang disegani di kalangan musuhnya. Beliau adalah pribadi yang sempurna karena beliau adalah pemimpin Negara, pemimpin Negara, panglima perang, namun beliau selalu arif dan bijaksana, santun dan tegas (Lih. QS 48: 29), akhlaq beliau adalah Alquran.
Idul Adha 10 Zulhijah, ada moment untuk mengenang perjuangan, pengorbanan, ketaatan, ketawakalan, dan keikhlasan Bapak, Ibu dan anak. Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail, demi menjalankan perintah Allah apapun dijalankan. Sehingga pada bulan Zulhijjah ini ada dua moment besar yaitu Ibadah Haji yang dilaksanakan bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat untuk memenuhi panggilan Allah, ibadah ini hanya dilaksanakan di tanahsuci. Sedang yang kedua adalah udhiyyah/qurban yang dilaksanakan di tanah air, bagi orang yang tidak berhaji dan mempunyai kemampuan untuk berqurban.

Haji merupakan ibadah yang terasa sangat istimewa, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melaksanakan, secara umum bagi orang kaya tetapi ternyata tidak menjamin dengan kekayaannya akan dipanggil oleh Allah. Banyak orang dari kalangan ekonomi biasa-biasa saja namun mempunyai niat dan tekat yang kuat sehingga dapat memenuhi panggilan Allah. Begitu bahagia dan istimewanya akan melaksanakan haji sehingga setiap jama’ah biasanya menyelEnggarakan kegiatan walimatussafar atau muwadaah. Layaknya penyelenggaraan Hari Besar Islam yang lain, penyelenggaraan pengajian dengan susunan acara seperti penyelenggaraan pengajian akbar. Dengan mengundang qori’, da’i yang tersohor.

Seberapa jauhkan mau’idzah hasanah yang disampaikan oleh mubalih dalam memberikan taushiyah dapat memenuhi harapan jema’ah dan dapat memenuhi harapan dari panitia penyelenggara. Idealisme dari penyelenggara dan juga dari para tokoh agama dan masyarakat, taushiyah itu dapat mengisi relung kalbu, sehingga dapat merubah kebiasaan buruk masyarakat menjadi hal yang lebih baik. Tempat ibadah semakin ramai dengan kegiatan ke-Islaman, majlis taklim dan majlis zikir semakin semarak dan bergairah. Sejauh itu harapan adalah suatu hal yang diperbolehkan, namun kenyataan akan berbicara lain karena manusia tidak kuasa untuk merubah, manusia hanya mampu memberikan peringatan, menyampaikan kebenaran dan memberikan petunjuk untuk memperoleh hidayah dan rahmat Allah.(QS 2: 6, Shad 38:70)
Tetapi yakinlah bahwa walaupun hanya sedikit pasti ada yang dapat ditangkap dan dapat dilaksanakan. Jangan berharap untuk mendapatkan yang banyak tentang perubahan sikap dan perilaku karena berkaitan dengan pribadi masing-masing orang, tingkat kematangan jiwa, apalagi sifat pengajian umum yang harus melayani jemaah yang berbeda baik dari jenis kelamin, taraf pendidikan, pekerjaan, usianya.

Namun ketika kuasa Allah telah ditampakkan makan segala kesulitan menjadi kemudahan, dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bagaimanakah tipe masyarakat yang kadang menilai pribadi orang perorang, bahwa dia adalah orang yang introfet, dia bakhil, dia munafiq, kaburo maqtan, indiviadualistis namun dengan lantaran penyelenggaran PBHI kesulitan dan keruwetan dalam kehidupan masyarakat menjadi terbuka, semuanya dapat saling memahami. Menyadari bahwa masing-masing orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semangat gotong- royong, tolong menolong, ta’awun, ta’aruf secara langsung dapat diaplikasikan. Mubaligh atau kyai yang memberikan taushiyah secara tidak langsung masyarakat telah meneladhani akhlaq Rasulullah SAW.
Rangkaian penyelenggaraan Hari Besar Islam, dari pembentukan panitia adalah azas kebersamaan dan kepemimpinan yang diajarkan oleh Rasulullah. Mengundang kyai, mubaligh, ulama’, umarok adalah sesuatu yang mulia. Karena kejayaan negara sangat tergantung pada bersatuanya ulama’, umaro serta rakyat. Menyambut dan memuliakan tamau dan undangan adalah perintah Allah. Gotong-royong bersih-bersih lingkungan, tempat ibadah juga merupakan perintah Allah. Mengeluarkan infaq dan shadaqah untuk kegiatan syi’ar Islam adalah kegiatan mulia. Bertemu dan berkumpulnya orang-orang akan menambah keeratan tali shilarahim.

Inilah bahwa Penyelenggaraan Hari Besar Islam termasuk kegiatan majlis taklim hendaknya jangan menuntut taushiyah dari pembicara akan diterima seratus persen dan kemudian dilaksanakan. Namun yakinlah bahwa walaupun hanya sedikit pasti ada yang membekas dan pelan-pelan akan menjadi fondasi dalam menjaga dan meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT. Bila dibalik musibah dan bencana pasti ada hikmahnya, maka dibalik kegiatan mulia ada rahmat dan kasih sayang Allah.
Untuk wujud kasih sayang Allah akan kita sampaikan pada materi selanjutnya. Terima Kasih

2/06/2014

Rapat atau Debat



Bila kita lihat dari akar kata bahwa rapat bermakna sempit lawan dari kata longgar. Namun justru sebaliknya ketika mengadakan rapat sesuatu yeng terasa sempit kemudian menjadi longgar. Beban pikiran yang seakan tertumpu hanya pada satu atau dua orang kemudian merata pada semua orang, sehingga beban dan tanggung jawab akan menjadin ringan. Rapat biasanya diselengarakan dalam suatu kelompok, organisasi tentu. Kita sering mendengar bahkan sering pula mengikuti acara rapat. Walaupun kadang ada orang yang selalu disibukkan dengan kegiatan rapat-rapat yang tidak ada ujung pangkalnya.

Rapat berfungsi sebagai arena urun rembug atau tempat diadakannya tukar pikiran dalam menyelesaikan suatu persoalan. Dengan kata lain bahwa rapat bukan arena untuk mencari kalah dan menang atau adu pendapat (debat) akan tetapi sebagai ajang musyawarah untukmencari mufakat. Sebagai konsekwensinya hasil suatu rapat adalah merupakan keputusan bersama yang mengikat seluruh anggota dalam suatu kelompok atau organisasi. Bila anggota dalam suatu kelompok atau organisasi melanggar maka dikenai sangsi.

Adapun diselenggarakan rapat mengandung maksud dan tujuan tertentu, adapun untuk mendapatkan hasil sesui dengan tujuan rapat maka ditentukan etika rapat sebagai berikut:
1. Suasana rapat terbuka.
Suasana rapat hendaknya diawali dengan sikap keterbukaan, dihindari dari sikap saling mencurigai. Setiap peserta harus bicara dengan obyektif, jujur, jangan berprasangka kepada peserta lainnya. Suasana rapat terbuka sehingga akan menumbuhkan rasa cinta kasih, saling menghargai, menghormati. Rapat dapat berjalan dengan luwes, tidak kaku dan dapat memberikan motivasi kepada peserta yang lain.
2. Tiap peserta rapat hendaknya berpartisipasi aktif.
Setiap rapat dikatakan hidup bila para pesertanya ikut aktif, ambil bagian dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.
3. Selalu mendapat bimbingan dan pengawasan.
Pimpinan rapat hendaknya dapat memberikan bimbingan, arahan dan kemudahan terhadap para peserta rapat. Pemimpin ratat juga dapat memberika pengawasan terhadap jalannya rapat sejauhmana peseta rapat ikut aktif. Pembicaraan harus diawasi oleh pemimpin rapat, agar pembicaraan tidak melenceng dari agenda rapat.
4. Hidari perdebatan.
Suatu rapat tidak akan berjalan dengan sukses bila terjadi perdebatan yang berkepanjangan, tanpa arah, masin-gmasing berupaya mempertahankan pendapatnya. Suasana rapat menjadi tegang, panas dan kaku. Akhirnya pebicaaraan hanya dimonopoli oleh peserta yang terlibat dalam perdebatan dan peserta lainnya pasif.
5. Pertayaan singkat dan jelas.
Pertanyaan yang diajukan hendaknya singkat dan jelas agar mudah dipahami oleh peserta lainnya, demikian pula menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta lainnya.
6. Hindari terjadinya monopoli.
Pembicaaran jangan hanya dimonopoli oleh salah seorang saja, apalag oleh pemimpin rapat. Berilah kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapatnya.

Jika kondisi rapat telah terbina seperti diatas maka tujuan rapat akan mudah dicapai, hal ini karena rapat mempunyai tujuan yang mulai. Adapun tujuannya antara lain:
1. Rapat penjelasan ialah rapat yang bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada anggota, tentang kebijkan yang diambil oleh pimpinan organisasi tentang prosedur kerja baru, untuk mendapat keseragaman kerja.
2. Rapat pemecahan masalah: bertujuan untuk mencari pemecahan suatu masalah, dikatakan sebagai problem solving apabila masalah itu pemecahannya berhubungan dengan masalah-masalah yang lain yang saling berkaitan. Masalah itu demikian sulitnya karena keputusan yang akan diambil mempunyai pengaruh atau akibat terhadap masalah yang lain.
3. Rapat perundingan: yaitu rapat yang bertujuan menghindari timbulnya suatu perselisihan, mecari jalan tengah agar tidak merugikan kedua belah pihak. (Basrah Lubis, Drs. H, Retorika Da’wah, CV Primadinar, Jakarta, 1993: 30-35)

Belajar dari kegiatan rapat akan membimbingan menjadi pemimpin yang bijak. Menghargai setiap pembicaraan, belajar santun dalam bersikap, tutur kata yang baik. Belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Kebaikan bersumber dari segala arah demikian pula keburukan. Anak kecil bisa saja menampilkan kata dan perbuatan yang bijak. Orang dewasa tidak selamanya mengeluarkan kata dan perbuatan yang baik.

Kata dan perbuatan yang bijak tidak selamanya disikapi dengan baik, apalagi yang jelas tidak baik tentu akan menimbulkan problematika yang tidak akan pernah berakhir. Biasakan untuk memahami orang lain dengan memahami dirinya sendiri. Setiap diri ingin dipuja, dihargai dan tidak ingin dipojokkan, dihina dan disakiti. Memahami diri sendiri dengan baik akan membimbing dapat memahami orang lain.

7/14/2013

Aneka Perilaku Mentalitas Manusia II


Alquran adalah Kalamullah, firman Allah, Alquran adalah mukjizat terbesar bagi Rasulullah Muhammad SAW. Didalam alquran terkandung segala aturan bagi kehidupan manusia, bila setiap muslim dapat menjadikan Alquran sebagai pedoman hidupnya, maka dia akan termasuk dalam golongan yang selamat sejak didunia sampai di akherat kelak. Karena itu begitu pentingnya Alquran, setiap muslim hendaknya dapat mempelajari membaca, Alquran, menghayati dan mengamalkannya. Rasulullah SAW pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خيركم من تعلم القران وعلمه (وراه البخاري والترمذى عن على)

Artinya: Rasulullah SAW bersabda:”Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.”.(HR.Bukhari dan Turmudzi,dari Ali).

Hadits ini walaupun singkat tapi padat, berbobot dan luas maknanya, hal ini mengandung pengertian sbb:
1. Rasulullah SAW memberitahukan betapa amat pentingnya pembelajaran/ mempelajari Alquran. Karena dengan membaca dan mempelajari Alquran, orang akan memperoleh ilmu, petunjuk hidup, jalan yang lurus dan berbagai manfaat yang membahagiakan.

2. Secara tersirat, hadits tersebut menunjukkan bahwa orang yang lebih baik/ sebaik-baiknya orang ialah orang yang memperoleh ilmu dari Alquran lalu mengajarkannya/ mengamalkannya, memperjuangkannya/ mentablighkannya/ mendakwahkannya sesuai dengan kemampuannya dan ikhlas demi hanya mengharap ridha dari Allah SWT semata.

3. Berdasarkan hadits di atas, muslim yang mempelajari Alquran serta memahami dan mengamalkannya/ memperjuangkannya itu termasuk muslim yang berperilaku mentalitas Islami.

4. Dalam konteks ilmu Allah SWT berfirman:

ولا تقف ما ليس لك به علم, ان السمع والبصر والفؤاد كل اولئك كان عنه مسئولا (الاسراء: 36

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS Al-Israa’:36).

Ayat tersebut melarang manusia beramal/ berbuat tanpa ilmu, sebab pendengaran (telinga), penglihatan (mata) dan hati kelak di akhirat akan diminta pertanggungjawaban. Maka dalam konteks tanpa ilmu, Rasulullah saw bersabda:

هلك امتى فى شيئين ترك العلم وجمع المال (وراه البخاري

Artinya: Kerusakan ummatku dalam (karena) dua perkara: meninggalkan ilmu dan menimbun harta.(HR Bukhari).

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berbuat tanpa ilmu dan orang yang materialistis (mata duwitan) itu pasti menimbulkan bahaya/ kerusakan.

5. Menurut Muhammad Rasyid Ridha: ”Islam itu agama ilmu (Al Wahyu Muhammady:184). Berarti semua ajaran Islam itu disebut sebagai ilmu dari Allah SWT. Dan disebut pula sebagai kalimat Tuhan yang luas tak terbatas. Firmannya:

قل لوكان البحر مدادالكلمت ربى لنفدالبحر قبل ان تنفد كلمت ربى ولو جئنا بمثله مددا (الكهف: 109

Artinya: Katakanlah:”Kalau sekiranya lautan menjadi tinta umtuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku,meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(QS Al-Kahfi:109).

ويسئلونك عن الرح, قل الروح من امر ربى ومااوتيتم من العلم الا قليلا (الاسراء: 85

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi ilmu kecuali sedikit. (QS Al Israa’:85)".

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT memberi manusia ilmu sedikit sekali.. Kalau ada orang-orang merasa ilmunya banyak dengan sederet gelar kesarjanaan, maka berarti melanggar ketentuan Allah SWT. Akibatnya ia bersikap kibir/ sombang mudah menghina/ melecehkan orang lain yang dianggap ilmunya sedikit atau dibawahnya. Untuk itu dia harus merasa ilmunya sedikit dan suka menuntut ilmu.
Hadits tersebut menunjukkan perintah halus terhadap muslim yang telah mempelajari Alquran terus menambah ilmu dari Alquran semampunya agar makin menjadi muslim yang lebih baik menurut Alquran. Rasulullah SAW juga diperintahkan supaya menambah ilmu (QS. Thaha:144).

6. Untuk memperoleh ilmu, manusia diperintahkan untuk membaca dan memikir. Dalam konteks perintah membaca untuk mendapat ilmu, AllahSWT berfirman:

اقرأ باسم ربك الذى خلق (العلق: 1

" Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang mencipta (QS Al Alaq:1)"

Ayat pertama dari surat yang pertama kali diturunkan Alquran menerangkan demikian:
1. Ketika Rasulullah SAW dimohon oleh Malaikat Jibril supaya mengucapkan “Iqra”, Rasulullah SAW menjawab: Maa anaa bi-qoori-in sampai tiga kali. Setelah tiga kali, lalu Rasulullah SAW membaca (menirukan apa yang dibaca Jibril) ayat pertam tersebut. (HR Bukhari).

2. Rasulullah SAW mengucapkan Maa anaa biqoori-in (saya tidak bisa membaca) sampai tiga kali itu menunjukkan bahwa beliau jujur,memang tidak bisa membaca dan sekaligus Rasulullah SAW memerintahkan umatnya supaya bermental jujur dalam hidup. Jujur adalah perilaku mentalitas yang tinggi.

3. Ayat pertama itu menunjukkan perintah kepada manusia supaya berilmu, beriman, ikhlas dan beribadah/ beramal saleh/ berjihad fii sabilillah dalam hidup didunia yang fana ini.

4. Praktik pengamalan/ pelaksanaan empat perintah tersebut itu tidak boleh pisahkan, sebab kalau terpisah/ tertinggal satu saja, maka akibatnya fatal sekali sampai bisa masuk neraka. Misalnya tidak beriman, berarti kufur yang mengakibatkan masuk neraka. Tidak ikhlas berarti amal tidak diterima.

5. Ayat yang menegaskan empat perintah tersebut sebagai kewajiban bagi manusia ialah kewajiban berilmu dalam arti luas sekaligus kewajiban beriman bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah (QS. Muhammad:19); kewajiban berikhlas sekaligus beribadah (QS Al-Bayyinah:5); kewajiban beramal saleh (QS Al Kahfi:110) dan kewajiban berjihad fii sabilillah dengan harta dan diri baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat (QS At Taubah:41).

6. Muslim yang melaksanakan empat perintah tersebut dengan kesadaran itu adalah orang yang berperilaku mentalitas Islami yang fundamental.
7. Pelaksanaan empat perintah tersebut bisa menjadi solusi persoalan.

انما المؤمنون الذين امنوا بالله ورسوله ثم لم يرتابوا وجهدوا بامولهم وانفسهم فى سبيل اللهو اولئك هم الصدقون (الحجرات: 15

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.Mereka itulah orang-orang yang benar".(QS Al Hujuraat:15).

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang didalam iman mereka tidak ada keragu-raguan, bahkan dengan harta dan jiwa/ diri mereka berjihad/ berjuang pada jalan Allah, Yaitu menegakkan agama Allah SWT. Dan mereka itulah orang-orang yang jujur, benar dan berperilaku mentalitas Islami yang prima.

انما المؤمنون الذين اذا ذكر الله وجلت قلوبهم واذاتليت عليهم ايته زادتهم ايمانا وعلى ربهم يتوكلون

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. .(QS. Al Anfal:2,)

Oleh karena itu mukmin yang imannya berfungsi bila nama Allah SWT disebut, maka hatinya tergetar/ gemetar takut kepada-Nya, bila ayat-ayat-Nya dibacakan kepadanya, maka imannya bertambah kokoh dan sempurna, dalam beribadah/ beramal/ berjihad fii sabilillah, bekerja/ berusaha dia tentu bertawakal/ berserah diri dan menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT, mendirikan shalat dengan khusyu’ lagi tertib dan menginfakkan sebagian dari rizki pemberian Allah SWT. Mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya beriman,mendapat derajat/kedudukan tinggi di sisi Allah SWT dan mendapatkan ampunan dan rizki yang mulia serta bermanfaat.

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya,dan orang-orang yang menjauhkan diri (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,dan orang-orang yang menunaikan zakat,dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki,maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.(QS Al Mukminuun:1-6).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT memberitahu kepada umat manusia tentang orang-orang yang beruntung dan bahagia dalam hidup mereka.Mereka itu adalah orang yang imannya sempurna dan berfungsi, mereka itu orang-orang yang shalatnya khusyu’ dan baik, mereka itu orang-orang yang menghindari/ menjauhi apa yang tidak berguna,,mereka itu orang-orang yang menunaikan zakat serta apa yang bersifat sosial atau kepentingan masyarakat dan mereka itu orang-orang menjaga diri dalam hubungan seksual kecuali dengan istri mereka.Mereka semua itu adalah orang-orang yang berperilaku mentalitas Islami yang tinggi.






7/07/2013

Sabar Jalan Meraih Derajad Taqwa


Sabar adalah suatu kata yang mudah untuk dikatakan, namun sangat sulit untuk diterapkan. Bahkan kesabaran bukan datang dengan tiba-tiba, namun sesungguhnya kesabaran itu membutuhkan pelatihan, bahkan perlu ujian. Semakin banyak ujian, tantangan dan gangguan maka akan menjadi pribadi yang tangguh, sabar, dan siap untuk mencari solusi.

Banyak orang yang mendapat ujian namun justru hanya bisa menyalahkan orang lain, pikiran kalut, hati kusut sehingga semakin banyak masalah. Lain halnya orang yang sudah berulang kali mendapatkan musibah maka hatinya tetap tenang sehingga dengan demikian setiap menghadapi masalah seberat apapun akan dapat diselesaikan. Karena Allah telah mengatakan bahwa tiadalah disebut sebagai orang yang beriman kecuali pasti akan diuji.

Sabar berarti menahan yang bermakna tahan mendertita untuk tidak lekas marah, tidak mudah patah hati, tidak mudah putus asa. Bulan puasa adalah bulan untuk menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dan juga segala hal yang dapat merusak kualitas ibadah puasa. Setelah waktu imsa’ sampai waktu maghrib harus bisa menahan untuk tidak makan, minum, hubungan suami istri dan juga menahan diri dari perilaku marah-marah, ghadzab, adu-domba, memfitnah, ghibah, namimah, suudhan (berburuk sangka) dan perilaku-perilaku buruk lainnya. Bila ingin meraih derajad taqwa, mau atau tidak mau harus bisa menahan diri dari hal-hal tersebut diatas.

Menurut KH. Bahaudin Mudharary dan buku Esensi Puasa Kajian Metafisika menyampaikan bahwa bahwa segala sesuatu yang ditangkap oleh panca indra, berupa benda dan kejadian disekitar akan menjadi gambaran-gambaran materialistis. Gambaran-gambaran ini dipangkal otak akan menjadi nafsu-nafsu. Maka pikiran yang materialistis itu akan berbaur lagi menjadi nafsu keinginan, kebencian, kemurkaan dan sebagainya. Kemudian mengalir lagi kepusat kemauan dengan melalui urat syaraf menuju otak untuk melakukan perbuatan. Karena daya pikir bercampur dengan daya nafsu, maka dinamai roh hewani. Jika nafsu ini tidak dikendalikan maka akan terus bergelora didalam jiwa, laksana api yang menjilat-jilat tanpa ada pemadamnya. Nafsu yang demikian ini saling bergetar atau beresonansi dengan yang sejenis serupa jin/ iblis.
Dari sinilah pangkal dari segala perbuatan keji, sadis dan semacamnya semakin merajalela. Bagi orang yang melaksankan ibadah puasa dengan seluruh amalan-amalannya tentu dapat mencegah daya syetaniyah yang mempengaruhi panca indera, sekaligus dapat mengendalikan gerakan-gerakan perbuatan jasmani.

Karena itu agar ibadah puasa menjadi ibadah puasa yang dapat membentuk pribadi yang taqwa, alangkah baiknya untuk mengetahui hal-hal yang harus ditahan atau dikendalikan. Untuk lebih jelasnya dalam hal apa saja kesabaran itu sering ditemukan. Secara syari’at sabar menahan diri dari tiga hal:
1. Sabar untuk taat kepada Allah.
Taat kepada Allah adalah sangat berat dan sulit, membutuhkan kesiapan tenaga, pikiran bahkan berupa harta benda seperti zakat dan haji. Yang lebih penting lagi bahwa ketaatan didalamnya ada kesulitan terhadap jiwa dan raga sehingga diperlukan kesabaran dan ketabahan.

"Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Ali Imran: 200)

2. Sabar dari hal-hal yang diharamkan.
Manusia harus menahan diri dari dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, hal ini karena sifat dan dorongan manusia untuk melakukan perbuatan tercela, maka manusia harus menahan diri dari kebohongan, penipuan, interaksi, memakan harta yang batil, berzina, minum khamr, pencurian, kemaksiatan. Semua ini membutuhkan ketabahan, kesabaran, kekuatan untuk menahan diri dari dorongan hawa nafsu.
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Azzumar: 10)

3. Sabar terhadap takdir Allah. Takdir Allah ada yang disukai dan ada yang tidak disukai, bila hal yang disukai maka kita harus bersyukur, takdir yang tidak disukai seperti terkena musibah pada badan, harta, keluarga dan masyarakat diperlukan kesabaran dan ketabahan. Manusia harus sabar dari musibah yang menimpanya, mereka tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti keluh kesah baik dengan lisan, hati maupun anggota badan.

4. Sabar terhadap perbuatan orang lain:
• Tidak melayani permusuhan/ pertengkaran.

" Dan Bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." (Al Muzammil: 10)
• Menerima akibat perbuatan.

"Maka Bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Al Ahqaf: 35)

• Memaafkan perilaku orang lain.
" Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (Assyura: 43)

Inilah tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang beriman, sekalipun bulan Ramadhan para syetan dibelenggu, namun sesungguhnya yang dapat membelenggu syetan hanyalah dirinya sendiri. Karena ketika setiap muslim telah menyadari bulan puasa penuh dengan rahmat dan maghfirah dari Allah, Allah akan melipatgandakan pahalanya sampai 700 tingkatan. Setiap muslim termotivasi untuk menggapai keutamaan itu maka para syetan menjadi takut untuk menggoda manusia. Berupaya menjalankan perintah Allah membutuhkan kesabaran, meninggalkanpun juga membutuhkan kesabaran. Bahakan karena puasa adalah ibadah sirri tentu lebih banyak godaannya. Semoga kita akan dapat menjalankan ibadah puasa dengan kesabaran yang akhirnya akan terwujud sebagi pribadi muslim yang bertaqwa.