Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

9/29/2020

Problematika Kehidupan, Atasi Dengan Istiqomah Dan Sabar

Setiap orang hidup pasti mempunyai tugas, tanggung jawab dan masalah. Setiap tugas dan tanggung jawab bila dilakukan dengan baik dan berdisiplin maka akan menuai kebaikan dan kelancaran. Namun ternyata tidak semua tugas dan tanggung jawab dapat diselesaikan dengan baik, hal ini karena kemampuan dan dan kurangnya perhatian, maka bila tugas dan tanggung jawab tidak dapat diselesaikan maka akan menjadi masalah. 

Setiap masalah harus dicari solusinya, karena hidup adalah masalah, tanpa ada masalah maka tidak akan ada kehidupan. Jadikan masalah sebagai mitra, sebagai upaya untuk berpikir lebih maju, sehingga setiap masalah akan dicarikan solusinya. Sesungguhnya dari berbagai masalah maka kehidupan akan semakin dinamis. 

Para pelajar yang akan menyelesaikan tugas akhir harus membuat karya tulis ilmiah, demikian juga para mahasiswa yang akan menyusun skripsi, tesis atau disertasi bahwa setiap tema yang diajukan akan mempunyai permasalahan. Tanpa adanya permasalahan maka tidak akan terwujud karya tulis ilmiah. Karena itu harus pintar dalam merumuskan permasalahan dan mencari solusinya, semakin kompleks permasalahan maka solusinya semakin pelik dan karya tulis akan semakin berbobot.

Tetap istiqomah dan sabar mengumpulkan mengambil dan mengumpulkan pasir.
 
Mencari solusi 
Peribahasa Indonesia mengatakan sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, yang mengandung maksud bahwa setiap pekerjaan bila dilakukan sedikit demi sedikit maka akan dapat diselesaikan. Demikian pula dalam pepatah Jawa mengatakan “alon-alon waton kelakon” pelan-pelan asal tercapai. Melihat peribahasa dan pepatah Jawa ini mungkinkah pada zaman millennial dapat diterapkan. Bukankah sekarang zaman serba instan, siapa cepat maka akan dapat. Tentulah hal ini tergantung pada situasi dan kondisi. 
 
Suatu pekerjaan mudah dan ringan bila segera diselesaikan dan tidak menjadi beban. Tetapi pada kenyataannya sering ditunda-tunda, sehingga menjadi pekerjaan yang menumpuk. Sebenarnya telah sadar bahwa menumpuk- numpuk pekerjaan, menganggap enteng suatu pekerjaan akan menjadikan pekerjaan yang ringan menjadi berat, karena akan menjadi tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu yang sama. 
 
Setiap orang pada dasarnya telah sadar dengan kebiasaan buruk dan kesalahan dirinya, namun ternyata terus diulang-ulang. Sehingga kesalahan akan selalu terulang, kekurangan tidak disiasati menjadi kesempatan. Sebaliknya bila kesadaran diri menjadi sikap untuk berubah, tentu akan menjadi kebaikan. Jika dapat menerapkan perilaku dan tindakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, bahkan pepatah Jawa alon-alon waton kelakon. Ternyata bukan hanya pekerjaan ringan yang dapat diselesaikan namun pekerjaan yang berat pun akan dapat diatasi. 
 
Dalam konteks agama dengan menerapkan konsep istiqomah yaitu tetap dalam pendirian, keteguhan hati untuk melakukan dan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang baik atau berketetapan hati, tekun dan terus menerus untuk melakukan suatu pekerjaan. Niscaya pekerjaan yang berat dan sulit karena itu perintah dan kewajiban maka berusaha untuk tetap dilaksanakan. Cepat atau lambat haraus diselesaikan, semakin cepat makin baik, sebaliknya semakin menunda-nunda maka akan menjadi beban dan tanggung jawab yang menumpuk. Bisa jadi akan berkumpul dengan tugas dan tanggung jawab yang lain, jadilah problem dan kesulitan yang harus diselesaikan. 
 
Suatu saat sahabat nabi meminta pelajaran, wahai rasul berilah petunjuk kepadaku suatu perbuatan baik, yang karenanya akau tidak akan bertanya kepada yang lain, rasul menjawab beriman kepada Allah lalu beristiqomah. Iman bukan hanya ucapan dan kata-kata indah. Iman adalah suatu keyakinan didalam hati yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi iman adalah sinkronisasi antara hati, lisan dan perbuatan yang baik. Karena itu amal perbuatan yang dilaksanakan secara terus-menerus walaupun sedikit demi sedikit akan menjadi perbuatan yang mulia dan akan mendorong untuk melakukan perbuatan besar dengan ikhlas. 
 
Banyak orang yang dapat melaksanakan shalat lima waktu dengan ringan dan tenang, bila belum melaksanakan merasakan ada sesuatu yang hilang dan kurang sempurna, merasakan gelisah, mengapa demikian? Karena ibadah shalat telah dilaksanakan dengan istiqomah, bahkan shalat sunah pun dilakukan secara terus-menerus. Sehingga dari ibadah sunnah ini akan membuat ringan, mudah dan tenang dalam menegakkan shalat fardhu. 
 
Istiqomah dan sabar 
Ketika berupaya untuk tetap teguh dan konsekwen dalam melaksanakan perintah Allah, ternyata disana juga terdapat tantangan, gangguan dan rintangan baik yang disebabkan oleh diri sendiri atau atas perilaku orang lain dan lingkungan. Istiqomah dan sabar adalah dua hal yang saling melengkapi. Istiqomah akan diperoleh bila dapat mengelola setiap masalah sehingga dihadapi dengan kesabaran. Dan bila bisa meraih kesabaran maka setiap tugas dan tanggung jawab akan dilaksanakan dengan istiqomah. Tidak akan mudah menyerah dengan situasi dan kondisi. Karena antara sabar dan istiqomah teah menjadi ruh dalam bertindak. 
 
Bahwa untuk tetap teguh dan konsekwen melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya hendaknya selalu istiqomah dan sabar menjalankannya. Karena sesungguhnya sikap sabar dapat dilakukan ketika menjalankan perintah Allah, sabar meninggalkan larangan Allah, sabar dalam menghadapi musibah, bencana dan malapetaka, sabar atas perilaku dan perbuatan orang lain. 
 
Seorang mukmin sangat berhajat dengan sifat sabar, terutama ketika menghadapi balak dan bencana, kesulitan dan kesusahan dan segala macam penganiayaan. Ketika ditimpa suatu musibah bahkan tidak boleh berputus-asa. Malah harus tenang dan berlapang dada, tidak merasa kesempitan dan bosan, mengadu kesana-kemari, tetapi harus selalu berusaha, ikhtiar dan memohon kepada Allah dengan khusu’ dan khudhu’, memohon dengan merendahkan diri kepadanya serta menjauhkan dari persangkaan yang buruk kepada Allah. 
 
Seorang mukmin butuh banyak kesabaran di dalam mengerjakan ketaatan yakni hendaklah tidak bermalas-malasan di dalam menunaikan dan menyempurnakannya dengan menghadirkan hati ketika menghadap Allah. Dengan keikhlasan yang penuh, tidak ria’, tidak berpura-pura atau mengada-adakannya dihadapan orang. Memang sudah menjadi tabiat seseorang bila bermalas-malasan dan merasa berat hati untuk mengerjakan amal ibadah lantaran ia harus memaksakan dirinya untuk melawan segala hambatan ini dengan perasaan penuh sabar dan hati yang teguh. 
 
Seorang mukmin senantiasa butuh kesabaran yang banyak dalam upaya merintangi diri dari melakukan maksiat dan melanggar larangan-larangan Allah, sebab hawa nafsu sering mengajak melakukan dosa dan mengangan-angankan maksiat. Karena itu hendaklah kita menahan diri dengan penuh kesabaran dari melakukan maksiat secara lahir dan batin dan menggambarkan secara batin. 
 
Seorang mukmin juga butuh kesabaran yang banyak dalam mengekang diri dari keinginan hawa nafsu terhadap perkara-perkara yang diperbolehkan yang kebanyakan manusia amat menggemarinya, seperti bermewah-mewahan dengan kelezatan dan perhiasan dunia sebab mengikuti secara berlebihan akan menjerumuskan manusia ke dalam perkara-perkara yang syubhat dan seterusnya kepada haram pula. Demikian secara berlebihan hingga akhirnya akan mengutamakan dunia di atas segalanya ia tidak lagi memperhatikan urusan akhiratnya juga segala usaha yang mengarahkan diri kepadanya. 
 
Karena itu tugas dan tanggung jawab akan menjadi lebih baik bila segera dilaksanakan, namun tidaklah demikian, karena usia, keilmuan, ketrampilan dan keahlian menjadi penyebab manusia mempunyai aktifitas yang banyak. Sehingga tugas dan tanggung jawab tertindih dengan aktifitas dan kegiatan. Karena itu dalam setiap aktifitas dan kesibukan dapat meluangkan waktu guna meniti tugas dan tanggung jawab secara pelan namun pasti. Sekalipun hanya sedikit akan menjadi kebaikan, bila yang sedikit terus dilakukan dalam melakukan aktifitas kehidupan yang lain. Insya-Allah hati dan fikiran dan bekerja secara sinkron, demikian pula kondisi fisik, mental spiritual dapat terjadi keseimbangan.

8/31/2020

Ujian Dalam Berkarya Dan Memberi Keteladanan, Antara Harapan Dan Kenyataan

Ujian dan pujian adalah dua hal yang berbeda, ujian adalah hak manusia sedang pujian adalah hak Allah. Allah sebagai pemilik dari semua yang ada di alam semesta, tiada sesuatupun yang menyekutukan-Nya, tidak ada tandingan karena Dialah yang maha segalanya. Siapa yang menciptakan alam semesta, Dialah Zat yang tidak diciptakan oleh siapapun dan tidak bergantung pada siapa pun, karena Dia adalah Zat yang berdiri sendiri dan tidak sama dengan makhluk-Nya. Dia zat Yang Maha Kaya, karena Dialah pemilik seluruh yang ada dialam semesta, ketika hamba-Nya meminta pasti akan diberi, bahkan tanpa diminta pun Allah telah menyediakan segala yang dibutuhkan manusia.


Dia Maha pengasih dan Penyayang, Dia Maha Pengampun, sehingga dengan kekuasaanya, Allah bisa menjadikan seluruh yang ada di alam semesta semua hidup dalam satu tatanan, adil makmur dan perselisihan dan pertengkaran. Namun bukan seperti itu bahwa di alam dunia disamping manusia Allah juga menciptakan makhluk yang lain baik makhluk yang kelihatan maupun yang tidak nampak. Masing-masing mempunyai watak dan karakteristik yang berbeda. Seperti malaikat diciptakan oleh Allah menjadi makluk yang tak pernah salah, sebaliknya iblis dan anak buahnya diciptakan tak pernah berbuat benar. Sedang manusia dalam penciptaannya, manusia adalah makhluk yang paling sempurna, karena manusia telah direncanakan untuk menjadi wakil Allah di muka bumi. Namun manusia bisa menjadi salah atau benar, baik atau buruk sehingga menjadi pilihan untuk menentukan dirinya.

Selama hidup di alam dunia, manusia tidak akan bisa lepas dari ujian, baik yang disebabkan oleh perilaku orang lain atau akibat dari perilaku diri sendiri. Ujian yang diakibatkan atas perilaku orang lain, karena adanya perbedaan persepsi, kepentingan sehingga menimbulkan konflik. Sering ditemukan antara harapan dan kenyataan sangat berbeda. Ada orang yang selalu berbuat baik pada orang lain, tak ingin menyakiti dan disakiti, tak ingin mengganggu dan diganggu, selalu membantu dan menghormati orang lain. Namun hal yang dirasakan tidak sesuai dengan yang dilakaukan disinilah timbul konflik, baik terhadap diri sendiri maupu terhadap orang lain.

Sebaik-baik perbuatan yang dilakukan tidak seratus persen diterima dengan senang hati oleh orang lain. Karena itu akan muncul ujian berupa kebencian, fitnah, adu domba, iri, dengki, tamak dan perilaku lainnya, menjadi ujian bagaimana menyikapi hal-hal tersebut. Karena itu bila membahas hal yang demikian tentu akan menjadi kajian yang amat panjang. Karena berkaitan dengan perilaku manusia sehingga berkembanag beraneka macam ilmu yang membahas tentang manusia dan upaya untuk mengembalikan fitrah insaniyahnya.

Kisah hidup
Di topic yang singkat ini penulis akan menyampaikan ujian yang diterima manusia akibat perlaku diri sendiri. Hal ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh pak Markun (bukan nama sebenarnya). Pak Markun adalah salah seorang aparatur pemerintah, dia adalah salah seorang ASN pada suatu lembaga pemerintah. Bila dihitung pendapatannya sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Apalagi didukung oleh istrinya yang juga sebagai ASN. Mungkin bila melihat keluarga pak Markun adalah keluarga yang sakinah, bahagia dan sejahtera. Berlatar belakang dari keluarga seorang petani maka sangatlah bersyukur pak Markun bisa menjadi ASN. Disamping sebagai ASN beliau juga aktif di berbagai organisasi keagamaan dan takmir masjid. Dan kegiatan ini dilakuakan dengan senang dan berusaha untuk bisa memberikan kontribusi dan manfaat.

Pak Markun mempunyai kebiasaan yang unik, ketika liburan beliau selalu aktif, entah hobi atau ada maksud yang lain. Mengapa beliau sangat bersahabat dengan alam, suka memelihara tanaman, baik tanaman hias atau konsumsi, bahkan juga suka memelihara ikan dan beberapa jenis unggas. Padahal waktu libur enakan di rumah, tinggal duduk manis, nonton tv sambil sruput kopi atau teh, jalan-jalan, nongkrong dan ngrobrol. Ternyata pada suatu saat ketika ditanyakan langsung, kebetulan dia sedang menyiangi tanamannya. Dia mengatakan bahwa 1) Apa yang dilakukan karena ingin memberikan contoh pada orang lain bahwa ketika orang mau berkarya atau berusaha pasti akan mendapatkan hasil. 2) Ketika bekerja atau berkarya hendaknya jangan semata-mata mengandalkan pada kemampuannya tetapi harus ingat pada Allah, sehingga ketika menjelang datang waktu shalat selalu berhenti bekerja dan segera bersiap-siap untuk melaksanakan shalat, 3) Memanfaatkan waktu libur untuk mencintai alam, dengan mengolah, memelihara, menjaga dan marawatnya dengan baik pasti kan mendapatkan hasil. Kalau bukan hasil dari proses produksi juga dirasa ada kepuasan sendiri. 4) perrsiapan bila kelak sudah purna tugas tidak akan bingung dengan kegiatan dan aktifitas, karena itu sejak dini telah menyiapkan mental maupun sarana penunjang.

Menjempu rizqi yang kadang dilalaikan yaitu bangun pagi sebelum Subuh dan melaksanakan Shalat Subuh dengan berjamaah. Demikian penuturan pak Makun, yang mana setelah melaksanakan shalat Subuh dilanjutkan dengan membacaa Alquran dan membaca-baca buku guna menambah pengetahuan. Di rumah beliau tersedia beraneka macam koleksi buku, baik buku keagamaan, ekonomi, kesehatan, pertanian, perkebunan, peternakan, resep masakan dan lainnya. Bahkan beliau masih aktif menjadi anggota perpustakaan daerah. Hal ini sebagai upaya untuk menambah wawasan, karena koleksi buku yang dimiliki belum sebanding dengan yang ada di Perpustakaan Daerah. Ternyata dengan keanggotaan ini juga menambah saudara dan motivasi untuk terus belajar dengan membaca.

Kebiasaan untuk menambah pengetahuan dengan teori beliau juga sangat rajin untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam beraneka mcama tanaman, baik bunga, sayuran dan buah-buahan. Pada hari Ahad, 30 Agustus 2020 sejak pagi beliau telah membenahi pekarangan dan kebunnya. Walaupun pada musim kemarau namun kebunnya nampak hijau dan masih menghasilkan walaupun untuk kebutuhan keluarga. Nampaknya dia tidak tega ketika melihat lahan kosong tidak dimanfaatkan. Pada waktu itu pukul 15.45 sudah waktunya shalat Asar beliau membawa gabah ke tempat penggilingan padi. Melihat ada sekam beliau bermaksud hendak mengambil sekam tersebut sebagai media tanam di polybag. Ketika hendak memasukkan sekam ke dalam karung, tiba-tiba pada pinggangnya ada sesuatu yang lepas sehingga kehilangan tenaga, dia bilang tidak bisa berjalan, karung dan sekam ditinggalkan sambil merangkak mendekati motor dan dengan berdiri sambil menahan sakit motor dihidupkan lalu pulang. Dengan kondisi menahan sakit berupaya melepas pakaian segera mandi dan melaksanakan shalat Asar.

Begitulah kisah yang diterima dari penuturan pak Markun. Teranyata beliau terkilir yang dalam bahasa Jawa kecetit. Kecetit menjadi ujian yang cukup berat, karena segala aktifitas mejadi sangat terbatas, untuk berjalan saja sakit apalagi berlari, membawa beban tubuh saja sudah sulit apalagi bila membawa barang, alat kerja kantor atau alat-alat pertanian dan perkebunan. Bahkan kegiatan kantor pun terpaksa tidak bisa dilaksanakan. Upaya pak Markun adalah sangat mulia, namun ternyata Allah tetap memberikan ujian, memang ujian ini adalah hak manusia dan dalam kondisi mendapatkan ujian manusia hendaknya tetap memuji Allah yang berkehendak menguji hamba-Nya dengan menggeser salah satu sel dalam tubuh sehingga menjadi sakit.

Inilah salah satu kekuasaan Allah sedikit dari ciptaannya menjadikan manusia harus terus bersabar. Sabar menerima ujian. Ternyata ketika mendapatkan ujian maka manusia menjadi makluk yang sangat lemah dan sangat bergantung pada orang lain, bagaimanakah untuk membenarkan urat syarat memerlukan tukang pijit, untuk menghilangkan rasa sakit harus memerlukan dokter. Berapun biaya yang diperlukan tidak diperhitungkan. Asalkan menjadi sehat kembali. Jangan anggap enteng terhadap sakit dan jangan menyepelekan pada orang yang sedang sakit, menganggap lebay. Karena ketika sakit akan terjadi berbagai kemungkinan. Tak ingin sakit dan bila sakit ingin segera sehat, dan harus tetap yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.

Karena itu dalam kondisi apapun setiap muslim hendaknya bersyukur dan bersabar, seberapapun ujian yang diterima bila senantiasa bersabar dan bersyukur maka menjadi pribadi yang tangguh yang bisa mengelola diri sendiri untuk menjadi insan yang bermanfaat. Semoga kisah tentang pak Markun dapat menjadi i’tibar bahwa niat dan berbuatan baik tidak selamanya mendatangkan kesenangan, tapi karena yakin terhadap qadha dan qadar Allah maka akan tetap ikhlas dan istiqomah dalam melaksanakan tugas sebagai Abdullah dan sebagai khalifatul ard.

8/19/2020

Renungan Tahun Baru Hijriyah, Evaluasi Tahun 1441 H Menuju 1442 H

Pada hari Rabu 19 Agustus 2020 umat Islam  meninggalkan kalender hijriyah 1441 menuju pada tahun baru 1442 H. Pergantian tahun yang tidak pernah dilakukan dengan kegiatan pesta, uvoria dan bersenang-senang. Pergantian tahun yang selalu diselenggarakan dengan kegiatan perenungan, muhasabah atas apa yang telah dilakukan, berapa banyak dan berapa besar dosa-dosa yang telah dilakukan. Terasa kecil dan hina manusia dihadapan Allah yang Maha Suci, Maha Sempurna, Maha Besar dan tiada sekutu bagi Allah.
Matahari tenggelam, menandakan pergantian masa.
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, diberi kelengkapan panca indra, hati, akal, agama sehingga menambah kesempurnaannya. Bahkan Allah telah menyediakan segala hal yang diperlukan manusia, alam semesta telah diamanatkan kepada manusia untuk menjaga, melestarikan, mengelola dan memanfaatkannya. Manusia tersungkur dihadapan Allah, apa yang telah dilakukan, sudahkah beramal, berkarya sesuai dengan petunjuknya, sudahkah manusia memberikan manfaat bagi yang lain. Atau justru dosa yang telah dilakukan, tanpa disadari atau dengan kesadaran menentang perintah Allah dan dengan bangganya melaksanakan larangan Allah.

Inilah tahun baru hijriyah, umat Islam bermuhasabah, sehingga pada tahun baru berusaha memikirkan terhadap amal ibadah yang telah dilakukan. Tiada kesempatan untuk berhura-hura, bersenang-senang dan melakukan aktifitas yang tidak bermanfaat. Tahun 1441 H telah berlalu, segala yang telah terjadi tidak akan kembali lagi, susah senang tidak akan kembali, bahkan usiapun semakin meninggalkan, tubuh yang molek wajah yang cantik termakan usia sehingga tak cantik lagi, tubuh yang tegak, tampan, gagah pun juga termakan usia. Bahkan tubuh yang sehat terasa semakin rapuh, terkena air hujan sedikit saja meriang, dingin sedikit-pun jugamenjadi kurang sehat.

Aroma tubuh yang harum karena besutan minyak wangi berubah menjadi aroma minyak angin yang selalu membalur tubuhnya. Menghangatkan, mengilangkan pening, perut kembung dan sakit-sakit lainnya. Rambut yang hitam pun juga lambat laun memutih, rambut kepala, hidung, kumis, jambang, alis dan bulu mata, bertambah hari berganti bulan dan tahun berubah putih. Gigi-gigipun juga ikut rapuh, satu persatu tanggal. Pandangan mata yang tajam menjadi buram, kaca mata yang dipakai kadang harus berganti, minus, plus, silindris dan sebagainya. Pendengaranpun juga semakin berkurang, dahulu waktu muda ada bisikan suara terdengar dengan jelas, namun tahun berganti, untuk mendengar harus mencari sumber suara. Kulit yang dahulu halus, kencang menjadi keriput. Kaki yang dahulu kuat untuk menopang tubuh, kini menjadi gemetar dan sering kesemutan, untuk berjalan apalagi berlari nafas terengah-engah.

Proses perjalanan hidup manusia, terus berjalan, mausia tidak akan bisa menolak Sunnatullah. Karena itu kecantikan, ketampanan, kekayaan, harta, tahta adalah suatu yang fana dan suatu saat akan sirna. Tidak ada yang dapat dibanggakan dihadapan Ilahi, kecuali iman, taqwa dan amal ibadah. Segal hal yang dilakukan manusia tertata rapi dalam buku catatan amal Malaikat Raqib dan Atid. Baik buruk, besar kecil tidak akan pernah tertinggal dari catatan amal perbuatan manusia.

Tahun 1441 H telah berlalu, entah kapan akan kembali, ketika Rasulullah ditanyakan tentang ruh dan hari qiyamat, rasul hanya bisa menjawab, itu urusan Tuhan-mu. Hari qiyamat adalah suatu yang pasti, alam akhirat suatu yang pasti dan terjadi untuk selamanya. Bisa saja orang merasakaan kehidupan yang bahagia dengan kebahagiaan yang belum pernah dirasakan di dunia. Di akhirat juga banyak orang yang hidup dalam penderitaan, siksaan yang tidak akan pernah berhenti. Disanalah manusia akan merasakan buah dari amal ibadaah selama hidup didunia. Dunia yang fana seakan akan selamanya, akhirat yang dijanjikan untuk selamnya namun banyak ditinggalkan.

Tahun 1441 H sudah berlalu, kini kita masuk di tahun 1442 H, tahun yang hendaknya dihadapi dengan rasa optimis, namun ternyata manusia tidak bisa menolak takdir bahwa tahun baru hijriyah dihadapi dengan peningkatan perenungan dan muhasabah, dengan wabah pandemi Covid-19. Mengapa Allah menimpakan wabah itu, apakah ini ujian, cobaan atau azab Allah. Dosa apakah yang telah dilakukan, sampai kapan wabah itu akan berakhir.

Banyak ditemukan bahwa new normal dipahami bahwa manusia bebas untuk beraktifitas. Ketika dahulu orang berdisiplin memakai masker, sekarang sering ditemukan aktifitas manusia yang tanpa masker. Sosialisasi pelaksanaan protokol kesehatan terus dilaksanakan, namun di beberapa daerah ODP, PDP dan yang positif terkena Covid-19 meningkat. Siapa yang salah dan siapa yang benar? Semua mempunyai dalih yang berbeda-beda. Desakan ekonomi sehingga menuntut untuk kembali beraktifitas, rasa risih, ingin bebas maka tidak lagi memaki masker, jaga jarak, membiasakan cuci tangan. Tuntutan pendidikan putra-putri, rasa jenuh putra-putri dalam keluarga ingin kembali berkumpul dengan teman-teman-temannya.

Karena itu bagaimana menyikapi pandemi Covid-19, tahun 1442 kita harus optimis dapat kembali menjalani kehidupan yang normal. Usaha lahir dan batin, saling bahu membahu, saling mengingatkan, saling menolong, saling menghormati, agar suasana hati tetap tenang. Jauhi fitnah, kebencian, permusuhaan, pertikaian dan perbuatan buruk lainnya yang akan menambah noktah pada hati hamba Allah. Bersihkanlah hati dengan beristighfar, memohon ampun kepada Allah, bertobat, memperbanyak dzikir.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وأَتُوْبُ إِلَيْهِ, رَبِّ اغْفِرْ لِيْ ، وتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَابُ الرَّحِيْمُ, سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, خَلَقْتَنِي, وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ, أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

8/07/2020

Pesona Alun-alun Wonosobo, Kota ASRI

Alun-alun Wonosobo yang berada di pusat kota, menjadi tujuan bagi setiap orang. Mereka datang dengan tujuan yang berbeda-beda, namun sungguh pesona alun-alun Wonosobo yang mempunyai daya pikat bagi warga, baik bagi kalangan orang tua, dewasa remaja, anak-anak, laki-laki dan perempuan.
Pohon beringin di tengah-tengah alun-alun, kiri kanan rumput hijau
Alun-alun Wonosobo tempat yang tepat untuk berolah raga, senam, jalan kaki, lari-lari, bersepeda, sepak bola, bola voli, sepak takraw dan lainnya. Jalan melingkar dengan tatanan batu alam yang indah mengelilingi alun-alun, di dalam alun-alun yang tumbuh rumput hijau padang rumput yang menambah kesejukan. Demikian pula pohon beringin yang rindang mengelilingi alun-alun, menambah kesejukan dan suasana nyaman.
Batu alam berwarna-warni menghiasi dan melingkari alun-alun
Namun walaupun sudah berkeliling ke lapangan hingga beberapa kali, bisa saja tidak mengeluarkan keringat, karena udara dingin kota ASRI Wonosobo. Alun-alun Wonosobo juga menjadi tempat rekreasi keluarga, tempat yang nyaman untuk bersantai karena tempat tersebut bebas dari pedagang asongan. Bahkan karena menjadi tempat yang favorit untuk olahraga jalan kaki, maka di Wonosobo ada komunitas Jakilun yaitu jalan kaki alun-alun.

Di tengah alun-alun juga tumbuh pohon beringin yang semakin menambah rindang dan kesejukan. Angin bertiup berhembus sepoi-sepoi, menambah kesejukan dan ingin berlama-lama di dalam alun-alun Wonosobo. Di alun-alun Wonosobo juga menjadi tempat yang bagus untuk berselfie dengan background alam. Diambil dari posisi mana pun, akan nampak indah dan elok.

Untuk menambah keindahan dan keelokan alun-alun maka disebelah utara terdapat dua Gasibu dan di sebelah barat terdapat perlengkapan olahraga dengan berbagai macam gaya dan gerakan, di sebelah selatan terdapat air mancur yang semakin menambah kelengkapan kenyamanan keelokan alun-alun.

Hidup manusia harus ada keseimbangan, dalam setiap aktivitas, bekerja kadang mengalami kejenuhan dan ketegangan maka perlu direfresh kembali agar menjadi segar kembali. Refreshing, olahraga, rekreasi adalah suatu cara untuk mewujudkan keseimbangan setiap organ tubuh. Setiap organ tubuh mempunyai keperluan masing-masing. Karena itu lebih baik menjaga dari pada mengobati, lebih baik sehat daripada sakit karena itu sehat harus diusahakan.

Alun-alun Wonosobo telah menyediakan perlengkapan dan warga bisa mewujudkan keinginannya, baik sebagai arena untuk berolahraga, berekreasi, refreshing dan kegiatan-kegiatan lainnya, Selamat menikmati pesona alun-alun Wonosobo

Rumput hijau, arena berolah raga

Arena bermain bola voli

Air mancur yang menambah keindahan

7/24/2020

Pemenuhan Kebutuhan Keluarga, Bimwin Calon Pengantin

Pernikahan bukan hanya aktifitas yang dilaksanakan demi pemenuhan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial belaka, tapi juga merupakan bagian dari aktifitas ibadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Dengan demikian, pernikahan adalah aktifitas yang memiliki dimensi ganda: dimensi duniawi yang berkaitan dengan manusia sebagai mahluk sosial, dan dimensi ukhrawi yang berkaitan dengan Sang Pencipta dengan menjadikannya sebagai bagian dari ibadah
Kegiatan Bimwin bagi calon pengantin

7/15/2020

Balasan Setiap Amal Perbuatan, Sikap Peduli dan Empati, Khutbah Jum’at

Setiap perbuatan akan dikembalikan kepadanya, cepat atau lambat, dunia atau akhirat, diberikan kepada dirinya atau dilimpahkan pada keluarganya, pasti manusia akan merasakan balasannya. Allah Maha Adil, tak ada manusia yang akan dirugikan karena telah berbuat baik, dan tidak akan dapat berlari dari siksa akibat perbuatan yang telah dilakukan.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِقِيَامِ الْاُخُوَّةِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَامُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ . فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَأَصْلِحُواْبَيْنَ أَخَوَيْكُمْ, وَاتَّقُوااللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ


Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
Pada kesempatan khutbah Jum’at ini, saya mengingatkan, marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah SWT akan memberikan balasan setiap perintah dan larangan.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Annahl: 97)

Dalam ayat tersebut menerangkan bahwa balasan Allah jauh lebih baik dan lebih banyak dari yang dilakukan hamba-Nya. Hal ini karena sifat Rahman dan Rahim Allah. Demikian pula jika balasan perbuatan baik tidak dilipatgandakan oleh Allah, manusia akan menjadi makhluk yang hina, hal ini karena hawa nafsu manusia yang selalu membisikkan pada perbuatan yang tidak baik. Dalam Aluqran surat Fushshilat ayat 46 Allah berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shalih maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya”.
Itulah bahwa setiap perbuatan akan dikembalikan kepadanya, cepat atau lambat, dunia atau akhirat, diberikan kepada dirinya atau dilimpahkan pada keluarganya, pasti manusia akan merasakan balasannya. Allah Maha Adil, tak ada manusia yang akan dirugikan karena telah berbuat baik, dan tidak akan dapat berlari dari siksa akibat perbuatan yang telah dilakukan.

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam kondisi pandemi Covid-19, sungguh telah merubah tatanan kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan beragama. Segala sumber daya manusia dan ekonomi sosial dikerahkan untuk menanggulangi virus corona, disi lain masih ada sekelompok orang yang tidak mempercayai, karena itu dalam bidang ekonomi terjadi terjadi penurunan, di bidang sosial kadang terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan rapuhnya ukhuwah. Karena itu dalam kesempatan khutbah ini marilah kita bersama-sama selalu merajut ukhuwah, agar kehidupan masyarakat tetap harmonis. Sehingga wabah yang melanda dapat diatasi secara bersama-sama.

Dalam kondisi wabah pandemi Covid-19 disamping di dalam beraktifitas untuk selalu mamatuhi protokol kesehatan. Ada bebarapa hal yang dapat dilakukan, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan imam Muslim dalam hadits nomor 4867.

  1.  Menolong orang lain dari kesulitan

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat”.
2.Memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan.

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat.

3. Menutup aib dan kekurangan orang lain

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَ“

Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat”.

4. Menolong saudaranya yang muslim.

وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim”.

5. Suka menuntut ilmu.

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya”.

6. Mengkaji Alquran di masjid.

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Alqur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang lamban dalam berbuat kebaikan, maka nasabnya tidak cepat mengangkat derajatnya”.

Dalam hadits tersebut Rasulullah Muhammad SAW menerangkan bahwa setiap amal kebaikan pasti akan mendatangkan akibat. Akibat tersebut berupa balasan yang akan diberikan Allah. Karena itu ketika seorang hamba bermunajat, dengan penuh keyakinan dan tawakal maka Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


7/06/2020

Tobat, Hapus Dosa dan Kesalahan Untuk Wujudkan Kebeningan Hati

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dalam sebaik-baik bentuk. Karena sangat mustahil, bila Allah menciptakan manusia dengan tidak sempurna lalu diberi mandat untuk menjadi khalifatul ard (wakil Allah di muka bumi). Dengan kesempurnaan penciptaan tidaklah cukup, karena manusia harus diuji dalam beberapa tingkatan. Lalu Allah memberikan kelengkapan sebagai penunjang bagi kesempurnaan manusia.

Kelengkapan dan kesempurnaan panca indra dan fungsinya, lalu diberi akal, hati dan agama. Bila hilang salah satu fungsi tersebut, maka kesempurnaan manusia akan menjadi berkurang. Bahkan kekurangan itu sampai pada level yang lebih rendah daripada binatang ternak.
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai’. (QS. Al A’rof: 179

Apakah yang menjadikan kekurangan dari kesempurnaan itu? Hal ini karena disamping hati yang akan selalu merenung, mengakui kebesaran Allah. Namun Allah menciptakan hawa nafsu. Hawa nafsu harus dikendalikan, sehingga ketika hawa nafsu tidak terkendali akan menimbulkan perbuatan tercela sehingga berbuat salah dan menimbulkan dosa baik dosa kecil maupun dosa besar.

Upaya menghapus dosa
Kategori dosa ada dua yaitu dosa kecil dan dosa besar. Bentuk dosa kecil tidak terhitung jumlahnya, berbeda dengan dosa besar sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

"Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan." Para sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah, apa saja tujuh dosa besar yang membinasakan itu? ' Nabi menjawab; "menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan tanpa alasan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh wanita mukmin baik-baik melakukan perzinahan." (HR. Buchari Muslim)

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْكَبَائِرِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang kaba'ir (dosa-dosa besar). Maka Beliau bersabda: "Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua, membunuh orang dan bersumpah palsu". (HR. Buchari Muslim)

Dosa besar menjadi penghalang untuk meraih rahmat dan ampunan Allah. Bila dosa kecil sangatlah mudah untuk dihapuskan, misalnya dengan berjabat tangan, mengucapkan istighfar, berwudu. Namun karena dosa kecil jumlahnya sangat banyak maka potensi manusia untuk berbuat dosa juga semakin banyak, sehingga jangan sepelekan ketika sudah melakukan dosa kecil.

Sebagai ilustrasi, ada sebuah kaca jendela yang baru saja dipasang dan masih nampak bersih, sehingga dengan kaca itu bisa menerangi ruangan terutama pada siang hari tanpa menggunakan lampu atau penerangan. Namun karena kaca tersebut sering terkena debu, dari sedikit demi sedikit, debu tersebut menempel pada kaca. Karena tidak pernah dibersihkan maka dari debu tersebut akan terus menempel sehingga menjadi hitam dan menutupi kaca tersebut. Sehingga walaupun pada siang hari ruangan tetap gelap dan harus mendapatkan penerangan atau lampu karena itu sekalipun dalam ruangan itu ada jendela, namun karena kaca tersebut penuh dengan kotoran. Pada awalnya adalah merupakan debu yang ringan dan disepelekan, namun lama-kelamaan menjadi kotoran yang berat sehingga menutupi sinar yang akan masuk ke dalam ruangan itu. Karena itu dosa kecil bila dibiarkan secara terus menerus akan semakin berkumpul dan akumulasi dosa kecil seakan menjadi dosa besar.

Karena itu sekalipun dosa kecil hendaknya selalu dibersihkan agar hati tetap bening sehingga mudah menerima petunjuk Allah, dengan memperbanyak istighfar menyempurnakan wudhu . Adapun untuk yang dosa besar hanya bisa dilakukan dengan melakukan tobat, permohonan ampun kepada Allah.


“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (QS. Attahrim: 8)

Dalam Tafsir Alquran terbitan Departemen Agama, bahwa orang yang percaya kepada Allah dan rasulnya diperintahkan untuk bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. Adapun ciri-ciri taubatan nasuha adalah 1) berhenti dari perbuatan maksiat yang telah dilakukan, 2) menyesali perbuatan buruk yang telah dilakukan atau perbuatan tercela yang telah dilakukan, 3) tidak akan mengulangi perbuatan maksiat yang telah dilakukan.

Bila dosa yang berkaitan dengan haqqul Adam, misalnya mencuri atau merampok maka hasil jurian, rampokan dan jarahan agar dikembalikan kepada pemiliknya. Kemudian bila menuduh orang berbuat zina dan tuduhan itu adalah tuduhan palsu, maka agar menyerahkan diri dan dilanjutkan dengan permohonan maaf kepada orang yang telah dituduh. Bila melakukan perbuatan menggunjing yang mengarah pada perbuatan fitnah maka agar meminta maaf kepada orang yang telah digunjingkan atau difitnah. Karena sesungguhnya pergunjingan adalah perbuatan tercela, bila nyata maka itu adalah termasuk ghibah dan apabila tidak nyata maka itu termasuk kategori fitnah.


“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan,” (QS. Al Baqarah; 191)

“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh”. (QS. Al Baqarah: 217)

Bila telah melakukan kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan haq Adam, maka agar diselesaikan terlebih dahulu, baru meminta maaf kepada Allah dan selanjutnya bertobat mudah-mudahan dengan bertobat itu akan bisa menghapuskan dosa-dosa yang sudah dilakukan. Nabi Muhammad sekalipun pribadi yang maksum, sudah dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa, namun beliau selalu melakukan istighfar bertaubat kepada Allah dalam sehari tidak kurang dari 100 kali. Bagaimanakah dengan umatnya?