Tampilkan postingan dengan label Khutbah Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

1/17/2014

Keteladanan Rasulullah Muhammad SAW Dalam Hal Makan dan Minum



Makan dan minum adalah salah satu sifat jaiz Rasulullah yang merupakan sifat-sifat basyariyah. Rasul berpedoman bahwa makan dan minum terdapat aturan-aturan tertentu yang harus dilaksanakan. Seperti makan makanan yang halal dan thayyib serta tidak berlebih-lebihan.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ ونفسى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.


Sesungguhnya didalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang baik, sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Keteladanan Rasulullah ini telah disampaikan oleh Allah SWT secara nyata di dalam kitabullah. Keteladanan ini dalam segala hal kehidupan manusia, dalam konsep aqidah dan keyakinan, beliau seorang yang paling kuat imannya telah teruji baik dalam keadaan suka maupun duka, dalam kesendirian maupun dalam kelompok umatnya. Dalam hal akhlaqnya beliau diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq”. Dalam hal kepemimpinan beliau telah terbukti menjadi pemimpin yang tegas, sederhana, dihormati oleh umatnya dan disegani oleh para musuhnya. Dalam bidang sosial kemasyarakatan beliau adalah pembela dan pelindung para dhu’afa’, fakir- miskin dan beliau mencintai anak-anak yatim.

Keteladanan yang disampaikan oleh Allah, kemudian waktulah yang membuktikan bahwa Rasulullah adalah pribadi yang sempurna. Karena itu dalam kesempatan yang singkat ini khatib hanya akan menyampaikan keteladanan Rasulullah dalam hal makan dan minum. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kita mempunyai kebiasaan makan dan minum yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Karena itu bila kita mengakui sebagai umat Islam umatnya Rasulullah berupayalah untuk berittiba’ kepada rasul.

Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)
Ada beberapa tuntunan yang diberikan oleh Rasulullah SAW dalam hal makan dan minum:
1. Berdo’a, dan bila lupa tidak berdo’a dan ingat pada tengah-tengahnya maka bacalah basmalah.

من نسي أن يذكر الله في أول طعامه فليقل حين يذكر : باسم الله في أوله وآخره


“barangsiapa lupa bahwa menyebut nama Allah pada awal makannya, maka hendaklah dia berkata ketika ingat “dengan Nama Allah pada awalnya dan akhirnya”
2. Mencuci tangan sebelum makan
3. Sambil duduk

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم مقعياً يأكل تمراً

“Aku melihat Nabi SAW dalam keadaan duduk ketika makan buah kurma”

4. Tidak banyak bicara
5. Dengan tangan kanan

إذا كان أحدكم فليأكل بيمينه ، فإن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله

“Apabila seseorang kamu makan, maka hendaklah dia menggunakan tangan kanannya. Ini karena, Syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”
6. Mengambil yang terdekat
7. Tidak mencela makanan

مَا عَابَ رسول صلى الله عليه وسلم طَعَامًا قَطُّ ، اِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Nabi SAW tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Sekiranya nabi berminat, pasti baginda akan memakannya. Dan jika baginda tidak menyukainya, baginda akan meninggalkannya”
8. Tidak berlebih-lebihan.
Ditegaskan oleh Allah dalam Alquran Surat Al A’rof ayat 31:

.......makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan..

مَامَلَأَبْنُ اَدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ, حَسْبُ ابنِ اَدَمَ اَكْلَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ, فَاِنْ كَانَ فَاعِلًا لَامَحَالَةَ, فَثُلُوْثٌ لِطَعَامِهِ, وَثُلُوْثٌ لِشَرَابِهِ, وَثُلُوْثٌ لِنَفْسِهِ (رواه النساء والترمذى)

“ Tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya sendiri. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya. Kalau ia memang harus melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.

Menurut Ibnul Qoyyim Al Jauziah dalam kitab Tibbun Nabawi bahwa kelebihan makanan akan menimbulkan penyakit, karena mengkonsumsi makanan sebelum makanan dalam tubuh tercerna, atau mengkonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuh, atau karena mengkonsumsi beraneka macam makanan yang sulit dicerna. Demikian pula menurut Imam Syafii bahwa perut yang penuh dengan makanan akan dapat membahayakan fngsi hati dan tubuh, karena kekenyangen akan mengakibatkan tubuh menjadi berat, hati keras, mengurangi kecerdasan, membuat ngantuk, serta melemahkan pelakunya untuk beribadah.

Rasulullah menghentikan makan sebelum merasa kenyang, dan cara makan Rasul adalah dengan menggunakan tiga jarinya:

رايت رسول الله صلى الله عليه وسلم يَأْكُلُ بِثُلَاثِ أَصَابِعَ ، وَاِذَا فَرَغَ لَعِقَهَا (رواه مسلم

Maksudnya;
“saya melihat Rulullah SAW makan dengan dengan menggunakan tiga jarinya, dan bila sudah selesai makan maka beliau memakan sisa makanan yang menempel pada jari-jarinya ”

9. Makan secara bersama-sama
10. Tidak mengeluarkan suara ketika mengunyah
11. Tidak memperhatikan orang yang sedang makan
12. Tidak menyisakan makanan
13. Membaca hamdalah.

بارك الله لى ولكم فى القران الكريم ونفعنى واياكم بما فيه من الايت والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلا وته انه هو السميع العليم

1/15/2014

Khutbah Kedua Tiap Jum'at

Khutbah Jum'at adalah salah satu rukun menegakkan shalat Jum'at. Karena itu bila shalat Jum'at ditegakkan tanpa khutbah maka shalatnya tidak syah. Dan Khutbah Jum'at ada khutbah pertama dan kedua, Khutbah pertama biasanya terdiri dari uraian-uraian singkat tentang pesan-pesan iman dan taqwa kepada Allah dan nasehat-nasehat lainnya yang berkaitan dengan aqidah, syari'ah, akhlaq, fadhailul a'mal dan juga peristiwa-peristiwa aktual. Misalnya tentang Hari Besar Islam, Hari Libur Nasional, persitiwa alam dan lain sebagainya. Adapun khutbah kedua sebagai penutup khutbah, kadang khatib masih melanjutkan materi khutbah pertama yang berupa kesimpulan, namun ada juga yang berbeda karena khutbah kedua hanya mengucapkan pujian, membaca shalawat, wasiat iman dan taqwa dan kemudian berdo'a.
 

الخطبة الثانى

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

1/09/2014

Tujuan Hidup Manusia Untuk Mencari Ridha Allah


Manusia diciptakan oleh Allah dalam wujud sebaik-baik bentuk. Manusia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda sehingga menimbulkan perilaku yang berbeda-beda pula. Dari perilaku tersebut ada segolongan orang yang tekun dalam melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Ada yang sebaliknya perintah Allah ditinggalkan larangan Allah dilaksanakan. Dan ada lagi yang tidak membedakan anatara perintah dan larangan, asalkan diri dan kelompoknya merasa diuntungkan tetap dilaksanakan.

Karena itu untuk meluruskan tentang hakekat diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Untuk lebih jelasnya secara garis besar kami tulis dalam khutbah Jum'at


ألْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى أَلَّفَ بِالْاِسْلَامِ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَالَّذِى اَوْجَبَ بِالْاِتِّحَادِ وَحَرَّمَ التَّفَرُّقَ فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ هَدٰى مَنْ شَآءَ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُدَاعٍ اِلَى الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, yaitu dengan berupaya untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena dengan ketaatan inilah, kita akan dikelompokkan dalam golongan orang-orang yang akan mendapat syafa’at dari Allah SWT.

Bila kita mengikuti sejarah perjuangan hidup manusia, para ilmuan menganalisis tentang hakekat dan tujuan hidup manusia, ada faham yang berpendapat bahwa hidup ini hanya didunia saja, tidak ada kehidupan akherat dengan demikian maka tujuan hidup manusia hanya bersifat keduniawian, seperti faham materialisme, sosialisme, hedonisme. Dan kehidupan dunia hanya untuk mendapatkan kesenangan didunia saja.

Namun bagi orang yang beragama berkeyakinan, bahwa setelah kehidupan dunia akan ada kehidupan lagi, yaitu alam barzah dan alam akhirat yang merupakan hakekat kehidupan dunia. Dengan demikian Islam sebagai agama samawi menegaskan bahwa kehidupan manusia adalah untuk beribadah untuk mendapatkan ridha Allah. Allah SWT memberikan petunjuk bahwa kehidupan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa penciptaan menusia mempunyai tujuan agar manusia menyembah kepada-Nya. Beribadah kepada Allah bukan berarti meninggalkan kehidupan duniawi, tetapi yang hendaknya diperhatikan bahwa kehidupan duniawi bukanlah menjadi tujuan hakiki kehidupan manusia. Karena tujuan hakikinya adalah untuk mencapai keridhaan Allah. Jadi segala bentuk amal perbuatan manusia yang didasarkan pada Alquran dan hadits nabi Muhammad SAW adalah merupakan ibadah.

Allah memerintahkan untuk menyembah kepadan-Nya, sekalipun Allah memerintahkan untuk menyembah kapada-Nya. Akan tetapi hubungan antara hamba dengan khaliq bukanlah seperti hubungan antara majikan dengan para buruhnya. Dimana majikan yang menggaji para buruhnya dan majikan membutuhkan bantuannya. Dengan kata lain antara majikan dan buruh terjadi hubungan saling memberi dan menerima. Majikan memberikan gaji dan karyawan memberikan jasa. Majikan menerima hasil, karyawan menerima gaji dan seterusnya. Tetepi Allah memberi tidak akan meminta bantuan mereka untuk suatu kemanfaatan atau kemudharatan dan tidak pula menghendaki rizki. Dalam ayat selanjutnya Allah SWT menerangkan:
“Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”. (QS. Azd-Dzariyat: 57-58)

Bahkan dalam hadits disebutkan sakalipun seluruh alam menyembah dan memuji keagungan Allah, niscaya tidak akan menambah keagungan Allah, sebaliknya seluruh alam berpaling dari Allah tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan Allah. Allah memberikan peringatan bahwa tujuan Allah menciptakan adalah agar manusia beribadah dan menyembah kepadanya. Dan dalam kehidupan dunia manusia diberikan pilihan untuk taat terhadap perintah Allah atau ingkar terhadap perintah Allah. Segala amal baik akan menerima balasan kebaikan di dunia dan di akhirat, sebaliknya amal buruk akan menerima siksa baik di dunia maupun diakhirat.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Berkaitan dengan amal perbuatan manusia Allah berfirman yang disebutkan dalam hadits Qutsi:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلَأُ صَدْرَكَ غِنَى وَأَسُدُّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ (رواه أحمد)

Artinya:
Rasulullah bersabda: "Allah SWT berfirman: "Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadah kepada-Ku niscaya Ku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Ku tutupi kefakiran, dan jika engkau tidak berbuat (menyediakan waktu) untuk beribadat kepada Ku niscaya akan Ku penuhi dadamu dengan kesibukan (keruwetan) dan tak akan Ku tutupi kebutuhanmu (kefakiran)". (HR. Ahmad)

Rasa ketergantungan setiap makhluk akan menentukan jalan hidupnya, tentu saja ketergantungan yang diikuti dengan sikap ketundukan, kepatuhan, berserah diri kepada Allah. Tunduk terhadap perintah Allah diikuti dengan amal shalih. Karena itu sikap khusu’, tawadhu’. qona’ah, ridha dan ikhlas dalam menjalan perintah Allah akan meningkatkan kesadaran beragama yang diawali dengan pengalaman beragama. Karena itu mengapa dengan menjalankan ketaatan kepada Allah ada sebagian orang yang merasakan diberikan kelapangan dalam meraih kebahagiaan hidup, rizkinya banyak, anak-anaknya shalih dan shalihah, dapat membina keluarga sakinah. Namun ada juga yang merasa biasa-biasa saja, nyaris tidak ada bedanya antara melaksanakan ketaatn dengan tidak. Hal ini tentulah perlu dievaluasi, karena pengamalan agama hendaknya secara kaffah, bukan setengah-setengah, sebagian kecil saja.
Karena itu untuk meraih kebahagian hidup tiada pilihan lain kecuali kita selalu berupaya untuk menyempurnakan tata cara melaksanakan ibadah, jauhkan sifat riya’, ujub, kibir dalam menjalankan ibadah. Karena sifat-sfat ini menjadi virus yang akan menggerogoti amal shalih kita.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

12/20/2013

Amal Perbuatan Manusia dan Kesaksian Setiap Anggota Tubuh


Dinamika dan romantika kehidupan dunia sangat berfariasi. Allah telah memberikan aturan kepada manusia, bagaimanakah seharusnya bertindak. Manusia hidup berdampingan dengan manusia yang lain, sehingga setiap tindakan hendaknya berhati-hati agar tidak merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Namun sekalipun aturan sudah ada, ancaman dan balasan sudah ada. Ada orang yang dapat memahami hakekat dirinya sebagai makhluk yang berfungsi ganda, sebagai khalifatullah dan 'abdullah. Orang yang demikian ini insya-Allah dapat mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil "alamain.
Namun banyak juga orang yang tidak pernah mengiraukan aturan, yang penting dirinya beruntung, bahagia, puas. Orang yang demikian ini sekalipun beragama, namun hanya sekedar sebagai label, tameng dan untuk meraih tujuan pendek didunia saja. Didalam agama apaun orang yang seperti ini tidak diharapkan. Karena sekalipun beragama namun masih gemar malnggar aturan agama dengan melakukan perbuatan-perbutan yang diatur didalam agama maupun negara. Oleh karena itu kehadiran mereka sering membuat bencana, bahkan kadang tidak diharapkan oleh orang lain. Khutbah Jum'at merupakan media untuk mencerahkan umat agar lebih baik.

ألْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى أَلَّفَ بِالْاِسْلَامِ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَالَّذِى اَوْجَبَ بِالْاِتِّحَادِ وَحَرَّمَ التَّفَرُّقَ فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ هَدٰى مَنْ شَآءَ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُدَاعٍ اِلَى الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah SWT telah berjanji didalam Alquran kepada yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya akan diberikan kemudahan dalam segala hal, sebagaimana firman-Nya:
“ Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Kebalikan dari firman tersebut, barang siapa yang ingkar, kufur dan fasiq terhadap perintah Allah. Perintah Allah ditinggalkan, larangan Allah dilaksanakan maka hamba Allah yang demikian ini akan diberikan kesulitan, bahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi seakan-akan tidak ada solusinya, satu kesulitan belum selesai sudah timbul kesulitan yang lain. Seandainya dengan kekufuran itu tetap dalam kejayaan dan kemuliaan didunia, sesungguhnya Allah sedang menguji hamba-Nya untuk berbuat sesuai dengan kemauannya, sehingga suatu saat akan terjerumus dalam kehidupan yang penuh dengan kehinaan, tidak ada teman yang dapat diajak untuk bercengkrama. Teman, sahabat, saudara yang dahulu sering berkunjung, kini mereka menjauh karena malu atau menjaga perasaan orang yang sedang dihinakan oleh Allah tersebut.

Bila kita menyaksikan fenomena perilaku kehidupan manusia yang tidak memperdulikan mana yang halal dan haram. Banyaknya kasus pencurian mulai dari pencurian atas kotak amal di masjid atau musholla, pencurian ternak, kayu, sepeda motor, sampai pada pencurian terhadap mesin ATM, perampokan toko mas bahkan disertai dengan tindak kekerasan dan pembunuhan. Adalagi kasus judi, minum-minuman keras, Narkoba dan sejenisnya bahkan minum miras oplosan. Walaupun sempat merenggut jiwa, namun tindakan ini selalu ada, dengan tempat yang berpindah-pindah. Ada lagi perbuatan jual beli anak dan orang, dan tentunya masih banyak lagi perbuatan-perbuatan kriminal yang merugikan kehidupan manusia.

Melihat fenomena yang demikian ini, mengapa orang tega merampas hak orang lain, hingga menghilangkan nyawa orang. Apakah yang mereka cari? Rata-rata motifnya adalah uang dan balas dendam. Sekarang yang menjadi pertanyaaan apakah dengan uang dapat menyelesaikan permasalahan, apakah dengan balas dendam akan menyelesaikan masalah. Dua hal ini nyaris akan mendatangkan permasalahan berkelanjutan. Seandainya di dunia ini mereka dapat selamat, namun sesungguhnya mereka itu tidak akan meraih kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya. Setiap orang dilahirkan telah mempunyai jiwa Tauhid, sehingga sekejam-kejamnya orang, seburuk-buruknya akhlaq dan perilaku manusia didalam hati kecil masih tersimpan rasa kasih sayang.

Ada suatu kisah, bahawa orang kaya sedang berlibur bersama keluarganya keluar kota, dalam perjalanan mereka melewati persawahan, sambil menikmati pemandangan, laju kendaraan dikurangi kecepatannya, sambil sesekali mengabadikan pemandangan alam dengan mendokumentasikan. Para petani sedang menggarap sawah dibawah terik matahari, pekerjaan ini mereka jalani dengan ikhlas, demi untuk mewujudkan rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga dengan bayaran tidak lebih dari Rp 20.000,- per hari.

Ditempat lainnya terlihat kelompok kaum wanita dan kelompok lainnya kaum pria sedang bergerombol, duduk-duduk di pematang sawah, mereka sedang beristirahat sambil makan dan minum. Nampak kelelahan tertebus sudah, terkurasnya energi kembali terisi dengan makanan yang telah disantapnya. Wajah lelah kembali bugar, canda, tawa, tiada beban dalam pikirannya kecuali kembali berkarya untuk menyelesaikan pekerjaannya menurut kemampuannya.

Salah satu dari keluarga kaya dalam kendaraan itu berkata “alangkah bahagianya para petani itu, nampak begitu nikmatnya mereka makan minum di pematang sawah, dibawah pohon pisang, pikirannya nampak lepas, tiada beban”. Itulah gambaran bahwa orang yang kaya dan bergelimpang dengan kemewahan masih mengira bahwa para petani itu lebih nikmat dan bahagia. Yang jadi persoalan apakah orang kaya itu sedang tidak bahagia atau dengan kekayan itu dia tidak bahagia.

Itulah bahwa keberkahan yang akan menjamin hidup menjadi bahagia. Banyak tidak berarti cukup dan sedikit tidak berarti kurang, tetapi selalu merasa cukup atas semua anugrah Allah akan membentuk pribadi muslim yang pandai bersyukur. Dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatannya:


“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Karena itu dengan banyaknya perbuatan-perbuatan yang melawan perintah Allah dan malaksanakan larangan-Nya. Ingatlah bahwa seluruh perbuatan manusia tidak akan pernah lepas dari pengawasan Allah. Segala amal baik dan buruk telah dicatat oleh Allah melalui karya Malaikat Raqib dan Atid. Tak ada seorang hambapun yang teraniaya, namun manusia akan menerima balasan sekecil apapun perbuatan yang telah dilakukan didunia ini.

Ingat pula bahwa setelah kehidupan dunia ini seluruh hamba Allah akan memasuki alam Barzah dan alam Akhirat. Di dua alam ini tidak akan ada kebohongan, Allah akan mewujudkan keadilan atas hambanya. Karena seluruh anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas perbuatannya.
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al Baqarah: 281)

Allah telah mengatakan didalam Alquran bahwa kelak di hari Qiamat, semua anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas perbuatannya:
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yasin: 65)


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Qs. Al Isra’: 36)


Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. Annur: 24)


Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya.
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan". (QS. Al Fussilat: 19-21)

Demikianlah bahwa di dunia ini manusia bebas untuk berbuat, namun ingatlah bahwa seluruh amal perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Tidak akan dirugikan, dan tidak dapat meminta pertolongan orang lain untuk menanggung dosa yang telah dilakukan. Karena setiap orang akan sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

وَلَا تَزِرُوَازِرَةٌوِّزْرَ اُخْرَى وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

9/30/2013

Ningkataken Zakat Infaq Shadaqah


Zakat punika salah setunggalipun rukun Islam, zakat dipun wajibaken dhateng tiyang-tiyang Islam ingkang sampun ngghadhahi kasil setunggal nishab, kapitang ing dalem setunggal tahun. Zakat punika kangge ngresiki dhateng bandha utawi kasil. Zakat punika ibadah ingkang langsung saget dipun raosaken dening sedherek-sedherek kita ingkang tasih kekirangan utawi para mustahiq. Kanthi mekaten minangka dados tiyang Islam ampun eman-eman kaoian bandhanipun ingkang sampun kedah dipun dalaken zakatipun.
Infaq lan shadaqah ugi dados kewajibanipun tiyang Islam,sinaosa boten dipun tentukaken dening nishab lan haul. Sinten kemawon ingkang sampun ngedalaken zakat inggih tasih gadhahi tanggelan ngedalaken infaq lan shadaqah. Malah infaq lan shadaqah ingkang dipun dalaken kadang langking kathah katimbang zakat. Mekaten punika amargi raos syukuripun dhateng Allah. Perlu kita enget menawi kita dados tiyang ingkang syukur mila badhe dipun tambah kenikmatanipun dening Allah SWT.
اَلْحَمْدُلِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. نَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ الْفَضْلِ وَالْاِنْعَامِ وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا اَوْلَاهُ مِنَ التَّوْفِيْقِ وَالْاِلْهَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mangga sesarengan kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah SWT, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sedaya awisanipun. Tiyang Islam wajib hukumipun nindakaken gangsal rukun Islam inggih punika sahadat, shalat, zakat, puasa lan haji. Dipun melai kanthi ngucapaken ikrar Syahadat minangka wujud saking pengakuan kanthi lisan ingkang dipun landasi kalian keyakinan:
أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مَحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Kawula nyekseni lan ngyakini satuhunipun boten wonten pengeran ingkang wajib dipun sembah kejawi namung Gusti Allah, lan kawula nyekseni lan ngyakini bilih nabi Muhammad punika utusanipun Allah”.

Sasampunipun kita ngikraraken syahadatain saterasipun kita tindakaken bukti saking ikrar punika kanthi jumenengaken shalat gangsal wekdal, ngedalaken zakat, nindakaken shiyam lan haji kagem tiyang Islam ingkang sampun mampu. Gangsal pilar punika dados setunggal lan manunggal ingkang kedah dipun tindakaken. Boten saget namung ngucapaken syahadatain mawon lajeng boten nindakaken shalat, zakat, puasa lan haji. Utawi nindakaken shalat nanging boten bayar zakat, boten nindakaken shiyam lan saterasipun.
Semanten ugi agami Islam inggih punika agami ingkang tansah berupaya mujudaken keseimbanganipun gesang, jasamani lan rohani, dunya lan akherat, sakral lan profan. Kanthi punika kangge neguhaken keyakinan banda saget dadosaken tiyang dados iman utawi kafir kados pengendikanipun sahabat Ali bi Abi Thalib:
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Kemiskinan iku isa dadekake kufur.

Pramila supados tiyang Islam dados umat ingkang kiyat ing iman, lan kadunyanipun, setunggal saking pilar agami Islam inggih punika zakat. Zakat salah satunggaling ibadah ingkang ngrembaka ing ibadah sosial. Jalaran zakat punika ibadah ingkang langsung sesambetan kalian banda. Zakat dados kewajiban kagem tiyang Islam ingkang ghadahi kasil sampun dumugi setunggal nishab lan dipun miliki dangunipun setunggal tahun. Kasil punika saking wujud hasil usaha selaku pegawai, pedagang, pengusaha lan sanesipun kedah ngedalaken zakatipun 2,5% kanthi nishab emas 94 gram emas, kagem para petani pantun lan jagung kanthi nishabipun 750 kg beras utawi 1.350 kg kabah ing saben panen dipun dalaken zakatipun 10 % sawah boten mawi irigasi lan 5% menawi ginakaken jasa irigasi. Semanten ugi kagem petani saking hasil usaha sayur-sayuran, kembang, palwija nisahab zakatipun kanthi nishab pantun.
Zakat punika dados kewajiban kagem tiyang Islam ingkang kedah dipun tindakaken. Ing dalem Alquran wonten 30 ayat ingkang nyebataken dhawuh ngedalaken zakat lan 27 ayat dhawuh punika sesarengen kalian dhawuh jumenengeken shalat. Tegesipun bilih ngedalaken zakat hukumipun sami kalian jumenengaken shalat, lan boten bayar zakat hukumipun inggih sami kados ninggalaken shalat. Pramila kangge mujudaken tiyang Islam ingkang kiyat iman, amal lan bandanipun, sesami tiyang Islam kedah dipun kembangaken sikap mong tinemong, lan tulung tinulung, kanthi kita tindakaken kewajiban bayar zakat. Jalaran ing sedaya kasil kita, satemah wonten hak-hakipun kagem para fuqara lan masakin. Kanthi ngedalaken hakipun ateges sampun ngresiki dhateng bandanipun, lan insya-Allah badhe pikantuk kaberkahan saking ngarsa dalem Allah SWT. Allah SWT paring dhawuh:



“ Munduta sira (Muhammad) zakat saperangan saka bandhane dheweke kabeh. Kanthi zakat kuwi sira ngresikake lan nyucikake dheweke kabeh” (QS. Attaubah: 103)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Zakat badhe nuwuhaken pasederekan ingkang harmonis antawis para aghniya’ lan fara fuqara’, jalaran para aghniya’ netepi kewajiban tiyang Islam inggih punika ngedalaken zakat, infaq lan shadaqahipun. Tumunten para fuqara’ rumaos dipun gatosaken, dipun welasi sahingga sifat, iri, dengki saget dipun kirangi, semanten ugi sifat bakhil, tamak, loba ugi badhe ical. Kanthi punika kangge mujudaken tiyang Islam ingkang kaffah, gangsal pilar punika minangka dasaripun agami, lan kangge mujudaken kasempurnaning pribadi muslim punika kedah dipun kantheni kalian amal-amal shalih sanenipun, utaminipun amal-amal sunnah dan amal ingkang mengku kautaman.
Satuhunipun zakat punika boten badhe ngurangi dhateng rizki, malah Allah badhe nambahi rizki, malah dipun tikel-matikelaken ngantos para muzakki lan munfiq boten saget ngitung amargi kathah lan agengipun piwales saking ngarsa dalem Allah SWT:





“ Patuladhan (sedekah kang kawetokake) wong-wong kang padha nyedekahake bandhane ing dalan Allah iku pada kaya patuladhane sagagang wineh kang nukulake pitung ulen-ulen, kang saben-saben ulenan ana satus wiji. Allah nikel-nikelake (ganjaran) tumrap sapa wae kang dikersakake Allah. Lan Allah maha jembar (kanugrahane) tur maha ngudanani”. (QS. Al Baqarah: 261)

Saterasipun Rasulullah SAW nate ngendika:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّٰهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللّٰهُ )رواه مسلم)

“Shadaqah ora bakal ngurangi rizki, lan Allah ora bakal nambah pangapura marang sawijining wong kejaba kamulyan, lan ora tawadhuk salah sawijing wong maring Allah kejaba Allah bakal ngangkat (derajate)” (HR. Muslim).

Allah sampun dhawuhaken dhateng para muslim supados ngedalaken zakat, infaq lan shadaqah. Rasulullah paring kabar sae, bilih zakat infaq lan shadaqah punika dados tabungan deposito ingkang badhe dipun paringaken benjang ing dinten qiyamat. Lan saperangan para muslim sampun buktikakaen bilih ngedalaken zakat infaq lan shadaqah, dadosaken rizkinipun tambah, gampil, malah tambah kathah lan berkah. Kanthi punika menawi kita kepingin ngraosaken kados mekaten punika, boten wonten cara malih kejawi, melai nglatih dhateng pribadi kanthi ngedalaken zakat, infaq lan shadaqahipun. Insya-Allah raos tenang, gampil punika badhe dipun raosaken, mekaten punika margi rahmat lan barokahipun Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


9/23/2013

Hikmah Ibadah Qurban, Khutbah Shalat Idul Adha


Idul Adha adalah peristiwa bersejarah dalam kehidupan umat Islam, dimana Idul Adha diawali dari peristiwa ketaatan nabi Ibrahim Khalilullah didalam menjalankan perintah Allah. Beliau seorang rasul karena ketaatannya sehingga ketika Allah memerintahkan untuk memisahkan dengan anak dan istrinya pada suatu lembah yang teramat tandus samapai beliau diperintahkan untuk menyembelih putra yang selalu dinanti-nantikan, maka beliaupun dengan segera menjalankan perintah Allah.
Ibrahim mendoakan kepada anak turunnya yang telah ditinggal dilembah yang amat tandus, agar menjadi generasi yang selalu menyembah Allah, dengan menjadikan lingkungan sekitarnya yang makmar, rizki yang melimpah dan banyak orang yang cenderung kepadanya. Orang-orang mencintainya dan berlomba dalam melakukan ketaatan untuk menegakkan syari'at Allah. Untuk mengetahui secara garis besar kita sampaikan melalui teks khutbah Idul Adha, semoga bermanfaat.

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ -أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ -اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ,كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ, نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَلَّذِى جَعَلَ الْخَلِيْلَ إِبْرَاهِيْمَ إِمَامًالَنَا وَلِسآئِرِالْبَشَرِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعاَلَمِيْنَ . أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Pada bulan ini kita masuk pada bulan akbar, yaitu bulan bersejarah bagi umat Islam, sebab pada bulan ini seluruh kaum muslimin diingatkan dengan peristiwa besar, yaitu ibadah qurban dan ibadah haji. Qurban sebagai ibadah yang berawal dari perintah Allah SWT terhadap nabi Ibrahim agar menyembelih putranya yang ditunggu-tunggu kelahiranya, bahkan baru saja dikaruniai anak pada usia yang sudah lanjut.
Sebagai rasul pilihan, Ibrahim senantiasa melaksanakan perintah Allah SWT, tidak hanya harta benda namun sampai pada anaknya yang amat dicintai apabila diminta oleh Allah maka pasti akan diberikan dengan penuh keikhlasan. Hal yang demikian ini karena kualitas iman dan taqwanya yang sudah kuat, sehingga dalam dirinya terdapat kesadaran bahwa manusia ciptaan Allah, dan Allah pula yang memberikan kesempurnaan pada manusia. Dan sewaktu-waktu, kapan saja, dan dimanapun berada apapun yang diberikan Allah akan diambil maka akan diserahkan dengan hati yang tulus ikhlas.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah

Sebelum Ibrahim melaksanakan perintah Allah, yaitu untuk menyembelih putranya, terlebih dahulu beliau meminta pendapat dan pertimbangan dari putranya:
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu"? (QS. Ash Shaffat: 102)

Untuk selanjutnya Ismail menjawab:
" Hai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya-Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar ". (QS. Ash Shaffat: 102)

Ismail, selalu taat dan patuh terhadap perintah Allah, sebab tekad yang demikian ini, Ibrahim hanya menjalankan perintah Allah. Bukan atas kemauannya tetapi Allah yang menghendaki. Maka ketika antara ayah dan anak sudah sama-sama pasrah dalam ketaatan, yaitu akan melaksanakan perintah Allah yaitu Ibrahim menyembelih putranya ternyata Allah mempunyai maksud yang bebeda yang sama sekali, tidak diketahui oleh hambanya:
“ Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Ash-Shaffat: 103-106)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Dari peristiwa tersebut maka untuk mewujudakan rasa syukur terhadap Allah, kemudian Ibrahim dalam setiap tahun selalu melaksanakan qurban yaitu memotong hewan ternah pada hari tasyrik. Hal yang demikian ini selaras dengan perintah Allah SWT:
" Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesunggihnya orang-orang yang membenci dialah yang terputus. (Al Kautsar: 1-3).

Kaum muslimin jema’ah shalat id Rahimakumullah.
Sesungguhnya ibadah Qurban mengandung hikmah:
1. Ibadah qurban sebagai salah satu perwujudan iman dan taqwa kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah:
" Daging-daging onta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. ". (Al Haj: 37).

Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, rasul bersabda bahwa tidak ada amal yang lebih bagus yang dicintai oleh Allah pada hari Idul Adha kecuali berqurban, sesungguhnya kelak pada hari qiamat akan datang dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, kuku-kukunya. Allah akan menerima ibadah qurban selagi darah hewan qurban belum menetes ke tanah. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang dapat melaksanakan qurban.

2. Ibadah qurban sebagai sarana untuk melaksanakan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, diawali dengan usaha untuk mengalahkan dorongan hawa nafsu.
Sesungguhnya didalam mengarungi kehidupan, terkadang timbul pemikiran bahwa banyak hal yang belum dilaksanakan dan banyak pula harapan yang belum terlaksana, kini sudah sampai lagi pada bulan Dzulhijjah, bulan dimana setiap muslim diperintahkan melaksanakan pemotongan hewan qurban. Dengan demikian hendaknya dapat menahan hawa nafsu, dengan menunda kebutuhan-kebutuhan yang tidak terlalu mendesak untuk diarahkan pada pelaksanaan qurban. Sesungguhnya qurban yang diwujudkan dengan pemotongan hewan qurban adalah sebagai lambang dari pemotongan nafsu hayawaniyah, sebagaimana sifat serigala yang merupakan simbol kekejaman dan suka menindas, sifat tikus sebagai lambang dari sifat keji dan kelicikannya, sifat anjing adalah sebagai sifat dari tipu muslihatnya, sifat domba adalah sifat manusia yang suka menghambakan pada manusia.
3. Ibadah qurban akan mewujudkan rasa persaudaraan, sikap suka menolong, saling asah asih dan asuh, sebab para aghniya’ akan melaksanakn qurban yang dagingnya diberikan pada para fakir miskin.
4. Setelah berqurban maka Allah akan melihat keimanan dan ketaqwaanya, dengan demikian Allah SWT akan memberikan rahmat kepada hambanya, sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Ath-Thalaq: 2-3:
... barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jemaa’ah shalat Id Rahimakumullah
Beruntunglah menjadi muslim yang setiap tahun dapat melaksanakan qurban. Begitu pula sangat beruntung bagi orang-orang Islam yang bisa melaksanakan ibadah haji. Marilah kita do’akan jama’ah haji Indonesia khususnya jama’ah haji kabupaten Wonosobo agar diberikan derajat kesehatan yang paripurna. Karena dengan sehat insya-Allah akan lebih mudah didalam menyempunakan pelaksanaan ibadah haji, syarat, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan aturan syari’at Islam sehingga kelak akan memperoleh derajat haji mabrur.
Dan kita do’akan pula mudah-mudahan mereka dapat menjaga dan melestarikan kemabrurannya. Yang karenanya hidupnya, kesehatannya, harta dan ilmunya digunakan untuk perjuangan dan kemajuan Islam. Akhirnya mereka dalam seluruh kehidupannya dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama serta dapat menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat.
Akhirnya marilah kita memohon kehadirat Allah agar qurban yang kita laksanakan dapat berkembang dan membuahkan semangat berqurban, suka menginfaqkan harta benda, ilmu dan tenaganya, waktu sehat, sempat dan seluruh hidupnya kita gunakan untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sekalian sebagaimana orang-orang yang telah diberikan kenikmatan, dan bukan jalannya orang-orang yang dimurkai, amin.
الخطبة الثنية لعيد الأضحى

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ -أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ -اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ,كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ أَمَرَناَبِالْإِتِّحاَدِ وَنَهَانَا عَنِ التَّفَرُّقِ وَالْفَساَدِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى َآلِهِ وَأَصْحَاِبِه الَّذِيْنَ سَلَكُواْ عَلَى سَبِيْلِ الْهُدَى وَالتَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِّى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيْماً. أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَضِىَ الْحاَجاَتِ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُناَدِىْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ أٰمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَأٰمَنَّا, رَبَّناَ فَاغْفِرْلَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّأَتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ الْأَبْرَارِ, رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

9/15/2013

Do'a Nabi Ibrahim Bagi Umat Islam, Khutbah Idul Adha


Idul Adha adalah hari raya akbar bagi umat Islam, hari raya ini diperingati pada tanggal 10 Zulhijjah yang ditandai dengan wukuf di Padang Arofah bagi jema'ah haji. dan peristiwa penyembelihan hewan qurban pada yaumun nahr.
Penyembelihan hewab qurban dilakukan setelah menegakkan shalat Id, adapun hewan yang dapat di gunakan untuk hewan qurban adalah onta, sapi, kerbau, kambing, domba. Quban bagi umat Islam dilakukan disamping untuk melaksanakan perintah Allah yaitu dengan meneladani nabi Ibrahim, qurban dilakukan juga karena sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Syukur atas kenikmatan yang telah di berikan oleh Allah. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya kami sampaikan pada teks khutbah shalat Idul Adha.

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ x كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ, نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَلَّذِى جَعَلَ الْخَلِيْلَ إِبْرَاهِيْمَ إِمَامًالَنَا وَلِسآئِرِالْبَشَرِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعاَلَمِيْنَ . أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu akbar 3x walillahil hamdu
Kaum muslimin jama’ah shalat Id Rahimakumulla
Mengawali khutbah ini marilah kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan-perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, karena dengan demikian kita akan menjadi hamba-Nya yang akan dimuliakan sejak di dunia maupun kelak di yaumil Qiyamah. Nabi Ibrahim Khalilullah salah seorang utusan Allah mendoakan khusus bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al Baqarah: 126)

Do’a nabi Ibahim di kabulkan oleh Allah SWT, namun karena sifat Rahman Allah yang juga memberikan kesenangan kepada seluruh hamba-Nya. Ibrahim mengkhususkan doanya kepada orang-orang yang beriman, tetapi rahmat Allah itu amat banyak dan tak terhingga diberikannya kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Allah SWT berfirman:

“Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”. (QS. Al Isra':20)

Yang dimaksud dengan "golongan ini" ialah orang-orang kafir yang lebih mengutamakan duniawi dan "golongan itu" ialah orang-orang yang lebih mengutamakan kehidupan ukhrawi dibanding dengan kehidupan duniawi. Kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah kesenangan yang sementara, didalam kehidupan dunia saja bahkan bisa jadi lebih senang dari orang yang beriman, kemudian di akhirat nanti mereka terpaksa masuk neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً وَأَرْسَلَ فِي خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الرَّحْمَةِ لَمْ يَيْئَسْ مِنْ الْجَنَّةِ وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الْعَذَابِ لَمْ يَأْمَنْ مِنْ النَّارِ (رواه البخارى)
"Sesungguhnya Allah SWT mencipatakan rahmat, pada hari penciptaannya Allah SWT menciptakan 100 rahmat, kemudian Dia menahan disisi-Nya 99 rahmat, dan melepeskan untuk seluruh ciptaannya satu rahmat. Jadi, jika orang kafir mengetahui seluruh rahmat yang ada pada sisi Allah SWT, maka dia tidak akan putus asa dari (mendapatkan) surga, dan Jika seorang yang beriman mengetahui seluruh bentuk azab yang ada pada sisi Allah SWT, maka dia tidak akan merasa aman dari neraka". (HR. Buchari)
Allahu Akbar 3x walillahil hamdu
Kaum muslimin jama’ah shalat Id Rahimakumullah.
Mengingat sejarah bahwa Jazirah Arab adalah merupakan daerah yang gersang, panas dan tandus, karena tidak adanya sumber air. Demikian pula Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan oleh Ibrahim dalam suatu lembah diantara dua bukit batu yang tidak ada sumber kehidupan, tidak ada pepohonan, tidak ada air. Inilah kesabaran dua insan didalam memegang teguh perintah Allah. Cinta harta, dunia, keluarga dibawah cintanya kepada Allah SWT, sebelum meninggalkan anak dan istrinya Ibrahim berdo’a:
“ Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim: 37)

Dalam ayat tersebut ada beberapa hikmah yang dapat kita teladhani:
• Perasaan dan kesadaran bahwa dirinya telah meninggalkan anak dan istrinya dalam suatu lembah yang tidak ada kehidupan. Tentunya ini menimbulkan perasaan bersalah dan keadaan tidak menentu. Dua pilihan yang sama-sama berat dan sulit, beliau bertawakal kepada Allah SWT.
• Beliau memohon kepada Allah agar mereka senantiasa menegakkan shalat
• Dengan shalat akan menjadikan hati orang-orang condong dan simpatik.
• Dengan shalat pula beliau memohon agar mereka diberikan rizki dari buah-buahan.
• Agar menjadikannya menjadi hamba-hambanya bersyukur.

Demikianlah bahwa doa nabi Ibrahim dikabulkan sehingga daerah yang gersang, panas dan tandus menjadi daerah yang subur dan makmur, tercukupi kesejahteraan hidup. Terkabulnya doa nabi Ibrahim berkesinambungan hingga akhir masa, bahkan menganugerahkan kepada penduduk dan pengunjungnya kemampuan untuk menjadikannya aman dan tenteram. Mekah menjadi kiblat seluruh umat Islam, dalam setiap tahun umat Islam dari segala penjuru dunia, menuju ke Mekah untuk melaksanakan rukun Islam yang lima yaitu melaksanakan ibadah haji. Dengan haji ini mereka membawa devisa bagi negara. Makanan, minuman, sayur-sayuran, buah-buahan serba ada yang didatangkan dari negara-negara lain.

Allahu Akbar 3x walillahil hamdu.
Do’a nabi Ibrahim ini menjadi contoh, bagaimanakah untuk membentuk seuatu negara yang baik, masyarakat yang baik, keluarga yang baik dan diri sendiri yang baik. Ibrahim adalah figur Rasulullah yang telah digembleng sejak lahir dengan aqidah yang kuat, sejak lahir dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat jahiliyah, demikian pula Rasulullah Muhammad SAW. Namun karena telah mempunyai fondasi aqidah yang kuat kemudian diimplementasikan dalam bentuk moral spiritual, sehingga terwujudlah keluarga yang baik. Menjadi dambaan setiap muslim untuk bisa membangun keluarga sakinah. Keluarga yang setiap pribadi menyadari dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Baik kewajiban yang besifat hablun minallah dan hablun minannas.
Berangkat dari keluarga ini maka terbentuk masyarakat yang baik dan dari masyarakat yang baik akhirnya terwujud negara yang baik, aman dan sejahtera yang ditandai dengan melimpahnya harta benda dan buah-buahan. Berawal dari keluarga yang baik, seluruh anggota keluarga yang meliputi anak, istri dan suami semuanya berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Karena itu bentuklah keluarga yang baik dengan senantiasa menegakkan shalat. Jadikan shalat sebagai dasar setiap aktifitas, karena sesungguhnya shalat yang baik akan menentukan baik- buruknya perbuatan manusia.
Dari khutbah tersebut diatas ada beberapa hal yang perlu kita teladani:
1. Jadilah orang tua sebagaimana nabi Ibrahim, dengan Tauhid yang kuat sehingga beliau mampu mengatasi segala macam cobaan yang telah di berikan Allah SWT.
2. Jadilah orang tua yang mempunyai akhlaq dan perilaku terpuji yang dilandasi dengan semangat Tauhid. Pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah menjadikannya selalu taat terhadap perintah Allah. Mendahulukan untuk mewujudkan ketaatan kepada Allah dari pada memenuhi ambisi pribadi, kelompok atau golongan.
3. Jadilah keluarga, sebagaimana keluarganya Ibrahim. Sebagai kepala keluarga dapat mendidik dan mengarahkan istri serta putranya agar senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Saling menghormati dan saling menghargai.
4. Jadilah istri sebagaimana Siti Hajar, menjadi wanita dan istri yang kuat dalam menghadapi cobaan, sabar, ikhlas, mandiri, hormat kepada suami dan cinta kepada keluarga.
5. Jadilah anak sebagaimana Ismail, beliau senantiasa hormat kepada orang tuanya, mendahulukan kewajibannya dari pada menuntut hak. Sehingga ketika ayahnya mengatakan akan menyembelihnya, Dia berkata:
“ Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


الخطبة الثنية لعيد الأضحى

اَللهُ أَكْبَرُ x كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ أَمَرَناَبِالْإِتِّحاَدِ وَنَهَانَا عَنِ التَّفَرُّقِ وَالْفَساَدِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى َآلِهِ وَأَصْحَاِبِه الَّذِيْنَ سَلَكُواْ عَلَى سَبِيْلِ الْهُدَى وَالتَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِّى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيْماً. أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَضِىَ الْحاَجاَتِ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُناَدِىْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ أٰمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَأٰمَنَّا, رَبَّناَ فَاغْفِرْلَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّأَتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ الْأَبْرَارِ, رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

8/28/2013

Lezatnya Iman, Khutbah Jum'at


Iman adalah keyakinan didalam hati, iman akan terwujud manakala sudah menjadi amal ibadah. Amal ibadah yang baik menunjukkan imannya yang baik. Karena itu kita dapat mengukur diri, bila umur, kesehatan, kesempatan, pangkat, jabatan, harta, anak, suami atau istri,  ilmu yang kita miliki bermanfaat maka itulah indikator iman yang sudah memancar menjadi amal perbuatan. Karena itu iman adalah merupakan hidayah dan anugerah Allah yang tidak ternilai, karena dengan iman akan menjadi sumber kehidupan, inspirasi, pengharapan, tujuan dan sebagainya.
Ujian bagi orang-orang yang beriman sangat banyak, ibarat pohon yang tinggi maka akan semakin dahsyat didalam menghadapi gangguan, terpaan angin topan, hujan, petir, panas. Allah SWT tidak akan membiarkan orang-orang yang mengaku telah beriman, tetapi orang-orang tersebut akan diuji oleh Allah. Namun sesungguhnya iman yang sudah diaplikasikan dalam bentuk amal perbuatan akan mendatangkan kenikmatan dan kelezatan hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam teks khutbah berikut.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ يَهْدِىْ مَنْ يَشَاءُ اِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ نَحْمَدُهُ سُبحَانَهُ وَهُوَ الْبَرُّالرَّحِيْمُ, أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْـدَهُ لاَشَـرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدُ.فَيَا عِبَادَ اللهِ, اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Imam Buchari menggambarkan iman atau kalimat tauhid dengan perumpamaan pohon yang baik. Pohon yang baik adalah kalimat “la ilaha illallah” tidak ada Tuhan kecuali Allah. Cabangnya adalah ruku Islam, dahannya adalah semua yang difardhukan termasuk yang disunnahkan. Dedaunannya adalah bentuk ketaatan. Manfaatnya adalah apa yang dilakukan oleh perbuatan ketaatan dari buah yang baik lagi indah itu. Adapun rasa manisnya adalah setelah berlangsung waktu yang cukup lama dalam mengerjakannya.
Buah dari keimanan adalah rasanya yang manis, oleh karena itu untuk dapat merasakan lezatnya iman ada tiga hal:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّٰهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخارى)
"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"

Dalam hadits tersebut ada tiga hal:
Pertama: Hendaknya lebih mencintai Allah dan rasul-Nya dari pada selain keduanya. Adapun upaya yang bisa dilakukan adalah:
1. Senantiasa memelihara semua yang difardhukan, sebab hal yang difardhukan adalah kunci pertama dan jalan yang paling utama menuju Allah SWT. Oleh karena itu barang siapa yang mengerjakan shalat dengan mendatangi masjid serta menunaikan semua amal lahiriyah yang di fardhukan lengkap dengan rukun, wajib bahkan sunnah-sunnahnya.

وَمَاتَقَرَّبَ اِلَىيَّ عَبْدِىْ بِشَيْئٍ اَحَبَّ اِلَيَّى مِمَّا اِفْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

"Tidaklah sekali-kali seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan suatu amal yang lebih aku sukai, dari hal-hal yang aku fardhukan atas dirinya”. (HR. Buchari)

2. Membaca Alquran dan merenungi maknanya, karena Alquran adalah Kalamullah yang ada di bumi dan menjadi barometer bagi seorang hamba untuk dapat mengetahui dimanakah kadar keimanannya.
3. Selalu berdzikir kepada Allah, karena dzikir kepada Allah adalah menjadi sarana pengusir syetan, menambah kesetiaan, ketaatan, dan keridhaan kepada Allah, serta menjauhkan diri dari segala hal yang menyebabkan kemurkaan Allah.
4. Memperbanyak amal sunnah yang mendekatkan diri kepada Allah.
Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah:
1. Mengenal anugerah Allah dengan diutusnya para rasul
2. Mengkaji budi pekerti rasul yang tercantum dalam Alquran dan hadits nabi Muhammad SAW.
3. Penghambaan diri kepada Allah belum sempurna bila belum mempunyai sikap mahabbah kepada Rasulullah SAW.

Kedua: Bila mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah.
Pengertian seseorang dalam hadits ini adalah kaum muslimin, karena sesungguhnya kita dianjurkan untuk mengambil teman setia dari orang-orang yang berasal dari kaum muslimin secara keseluruhan. Dalam hadits riwayat Muslim:
إِنَّ اللّٰهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّيْ
"Sesungguhnya Allah ta'ala berfirman pada hari kiamat kelak: "Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku."
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللّٰهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
“ dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (Buchari)

Hal yang diwajibkan bagi seorang muslim ialah hendaknya tidak menyukai seseorang kecuali orang yang bertaqwa dan tidak membenci seseorang kecuali orang yang durhaka meskipun dia adalah saudaranya sendiri, ayah, atau ibunya. Tetapi tentu saja tidak membenci secara keseluruhan. Misalnya seseorang yang sepak terjangnya tidak baik, misalnya keras, kasar, kurang bersahabat. Sifat-sifat inilah yang kita benci bukan sebaliknya seluruh yang ada pada dirinya di benci. Namun yang lebih baik kita turut serta untuk memberikan nasehat.

Ketiga: Hendaknya dia tidak suka untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana tidak suka dicampakkan kedalam neraka.
Diantara penyebab kesesatan dan kembali pada kekafiran adalah kecenderungan manusia untuk menyukai kesesatan, karena ada sebagian orang yang karena kesukaannya kepada kerusakan dan senang melakukannya, akhirnya dia ditinggalkan oleh Allah dan dibiarkan oleh hawa nafsunya ke dalam kehinaan.
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (Ash-Shaf: 5)

Karena itu sebaik-baik baik hamba Allah senantiasa menjaga kualitas ketaatannya kepada Allah sehingga setelah melakukan kesalahan selalu menyadari kesalahannya. Karena itu Allah memuji kepada kaum muslimin yang mengatakan dalam do’anya.
“ (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Al Imran: 8).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

8/09/2013

Implementasi Puasa Ramadhan


Puasa Ramadhan 1424 H telah berakhir yang ditandai dengan 1 Syawal 1434 H/ Idul Fitri. Momen ini dinantikan kedatangannya, namun sisi lain juga dinantikan kedatangan bulan Ramadhan lagi. Karena bila hamba Allah mengerahui, menyadari dan menghayati akan keutamaan bulan Ramadhan niscaya mengharapkan agar seluruh bulan dalam setahun dijadikan bulan Ramadhan. Karena itu untuk mengimplemtasikan bulan Ramadhan kami tuangkan dalam bentuk teks khutbah Jum'at.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Pada hari ini, masih dalam nuansa Idul Fitri 1434 H, penentuan 1 Ramadhan terjadi perbedaan pendapat, namun Alhamdulilah perbedaan ini tidaklah menimbulkan perpecahan, namun justru sikap saling menghormati. Allah menentukan perbedaan namun juga menentukan persamaan, 1 Syawal pada hari Kamis sungguh mewujudkan persatuan dikalangan umat Islam pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Setelah selama sebulan berupaya menjalankan kewajiban untuk melaksanakan puasa Ramadhan dan berupaya untuk meraih keutamaannya. Diantara keutamaan itu bagaimana untuk meraih rahmat dan maghfirah dari Allah SWT. Aspek hablun minallah diraihnya sehingga pada sebagian umat Islam untuk meningkatkan ibadah-ibadah sunnah pada bulan Ramadhan. Kini kita masuk pada bulan Syawal, untuk mewujudkan kesempurnaan diri sebagai hamba Allah, maka diantara sesama umat Islam berupaya untuk menyadari segala kesalahan dan kekhilafannya. Karena dengan kesadaran yang penuh, bahwa dalam melakukan kegiatan interaksi dan sosialisasi sering melakukan hal-hal yang menimbulkan ketidaknyamanan diantara sesamanya. Karena itu, masih dalam suasana Idul Fitri ini kamipun menyampaikan “ja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin, taqabbalallahu, minna waminkum taqabbal ya karim”. Inti dari ungkapan ini adalah kita saling mendoakan agar dikembalikan kepada kesucian dan kemenangan, serta dikembalikan untuk memperoleh ampunan dari Allah. Dan biasanya ditambahkan dengan ucapan “mohon maaf lahir dan batin”.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Setiap pengamalan ajaran Islam pasti ada endingnya, hasil akhir dari setiap amal perbuatan. Karena sangatlah mustahil bila Allah mewajibkan suatu perintah namun tidak ditemukan hasilnya. Karena secara umum bahwa tidaklah Allah menurunkan syari’at Islam kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam “Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamin”. Sesungguhnya Islam adalah merupakan aturan dan norma yang akan berdampak pada kehidupan bermasyarakat. Namun sesungguhnya hamba Allah yang dapat mengimplentasikan syari’at Islam. Khususnya bagi umat Islam, walaupun kadang umat non muslim juga mengimplementasikan syari’at Islam terutama tentang konsep cinta kasih dan ukhuwahnya.

Karena itu bila kita cermati bahwa syari’at Islam terangkum dalam rukun Islam syahadat, shalat, zakat, puasa, haji. Syahadat adalah merupakan keyakinan didalam hati yang kemudian diucapkan dengan lisan. Yaitu meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah. Selanjutnya dari keyakinan ini diimplemantasikan dalam bentuk ibadah maghdhah dan gahairu maghdhah. Ibadhah maghdhah adalah ibadah yang sudah ditentukan waktu dan tempat pelaksanaannya dan ghairu maghdhah tidak ditentukan waktunya, kapan saja dimana saja dan berapapun tergantung dari kekuatan keimanan seseorang.

Karena itu hasil yang dapat dirasakan seorang muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat adalah keyakinannya menjadi mantap. Sehingga dari keyakinan ini akan membuahkan kesadaran untuk menjalankan perintah-perintah Allah.
“ Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran: 31)

Perintah Allah dalam konteks ibadah rukun Islam yang kedua adalah menegakkan shalat. Shalat adalah wujud jati diri seorang muslim, karena dengan shalat akan menentukan baik-buruknya perbuatan manusia. Bahkan disinyalir bila shalat yang baik maka ibadah yang lain akan menjadi lebih baik. Karena dengan shalat itulah akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini tentu saja bila shalat dapat dilaksanakan dengan khusuk, karena dengan khusuk ini setiap muslim akan merasakan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan Allah. Setiap amal bani Adam seberat apapun akan dimintai pertanggungjawaban. Karena itu dengan shalat yang khusuk akan menimbulkan kehati-hatian dalam bertindak. Karena sesungguhnya implementasi dari shalat yang khusuk selalu merasa dalam pengawasan Allah.

Rukun Islam ketiga adalah membayar zakat. Zakat adalah ibadah untuk mensucikan harta bagi zakat mal dan mensucikan jiwa bagi zakat fitrah. Khusus tentang zakat mal bahwa dari sebagian kecil harta yang dimiliki adalah merupakan haknya para faqir-miskin. Sehingga bila dari sebagian harta dan penghasilan yang dikeluarkan zakatnya, dari sebagian kecil itulah yang akan mendatangkan keberkahan. Karena bila yang kecil itu dicampur dengan yang banyak, maka seluruh hartanya menjadi harta yang riba. Ingatlah bahwa harta yang mendatangkan keberkahan akan mendatangkan kemaslahatan bagi diri sendiri dan keluarga dan orang lain. Bila zakat dapat merasakan adanya keberkahan maka setiap muslim akan berhati-hati terhadap harta yang dimiliki, karena sesungguhnya harta adalah amanah, bila amanah dapat ditempatkan sesuai dengan proporsinya akan mendatangkan keberkahan.

Dengan keberkahan ini maka kewajiban zakat akan ditingkatkan lagi yaitu gemar untuk berinfaq dan bershadaqah.
 Rukun Islam ketiga  puasa. Puasa adalah ibadah sirri, ibadah yang diupayakan untuk melatih kesabaran dan mengendalikan hawa nafsu. Karena itu hasil yang dapat diperoleh yaitu derajat sebagai muttaqin. Derajat ini menunjukkan peningkatan dari seluruh amal ibadah. Semua bentuk ibadah pada bulan Ramadhan berupaya untuk dilaksankan. Misalnya ibadah shalat berjama’ahnya, shalat sunnahnya, infaq dan shadaqahnya, tadarus dan kajian Alquran, majlis taklimnya, menyantuni fakir miskin, kedekatannya dengan tempat ibadah. Pelatihan dan pembiasaan selama satu bulan berupaya untuk ditingkatkan menjadi lebih baik.

Rukun Islam kelima haji. Haji merupakan kesempurnaan rukun Islam, karena hanya dilaksankan bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat istitho’ah. Karena sesungguhnya ibadah haji hanya dilaksanakan bagi orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi, hal ini tidak menafikan, ada orang yang secara ekonomi tidak mampu namun ternyata dapat menunaikan ibadah haji. Hal ini tidak lain adalah fadhilah orang yang berupaya untuk dapat memenuhi panggilan Allah.

Dengan berbekal istitho’ah itu tidak ada harapan bagi para hujjaj selain predikat haji yang mabrur. Dan haji mabrur tidak lain balasannya adalah surga. Indikator dari haji yang mambrur juga mengalami peningkatan dalam beribadah kepada Allah baik ibadah secara kuantitatif maupun kualitatif.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dari pelaksanaan rukun Islam yang diharapkan adalah mengalami peningkatan. Sebagai contoh adalah puasa Ramadhan yang telah dilkasanakan, segala kegiatan ibadah pada bulan tersebut menjadi kegiatan ibadah yang dilaksanakan secara terus-menerus serta berkesinambungan. Diibaratkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan training atau pelatihan. Jadi bila pelataihan tersebut berhasil dibuktikan dengan aplikasi dari seluruh program kegiatan. Karena itu Rasulullah pernah bersabda:  Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari yang kemarin maka termasuk orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan yang kemarin maka dia orang yang rugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari yang kemarin maka dia orang yang dilaknat (Hadits).

Demikian pula bahwa setiap ibadah dilihat dari hasil akhir, betapa sulitnya untuk mengakhiri hidupnya dengan khusnul khatimah. Karena itu Allah mengingatkan manusia, Allah bersumpah dengan waktu, bahwa setiap manusia dalam kondisi merugi kecuali orang yang beriman dan beramal shalih.

Karena itu setelah mangakhiri bulan Ramadhan, marilah kita raih nilai ibadah sepanjang masa dengan melaksanakan puasa Syawal:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa melaksanakan puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari pada bulan Syawal maka (pahalanya) seperti berpuasa sepanjang masa” (HR. Muslim)

Dengan memohon ridha dan bimbingan Allah SWT, semoga kita diberikan kekuatan, kemampuan dan kemampuan untuk mengaplikasikan nilai-nilai Ramadhan pada bulan-bulan yang akan datang.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


7/21/2013

Fitrah dan Keyakinan menuju Kemenangan


Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 1 Syawal 1434 H, sebentar lagi akan kita rayakan. Dengan datangnya Idul Fitri kita harus selalu waspada dan berhati-hati terhadap dorongan hawa nafsu dan bujukan syetan yang mengajak pada jalan kesesatan. Selama sebulan kita sudah digembleng mental spiritual untuk berupaya membersihkan diri, namun ketika datang bulan Syawal yang seharusnya menjadi bulan peningkatan atas segala amal ibadah. Namun justru sebaliknya tempat ibadah menjadi sepi kembali, Alquran kembali dimasukkan dalam rak buku. Kegitan kajian Islam terhenti dan akan dilaksanakan pada tahun yang akan datang. Maka bila demikian adanya alanglah ruginya orang-orang yang beriman, yang seharusnya hari esok lebih baik dari hari sekarang, namun hal ini hanya menjadi slogan yang tidak diupayakan untuk diimplementasikan. Oleh karena itu dalam khutbah Id ini akan kami sampaikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan bulan Syawal.

َللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ .

Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Disaat kita sedang merasakan kebahagiaan karena telah dapat menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan 1434 H, pada hari ini kita masuk tangga 1 Syawal 1434 H. Dengan kebahagiaan itu, marilah kita wujudkan dengan rasa syukur kepada Allah untuk selalu berupaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya, sebagai wujud bahwa kita telah maraih kesuksesan dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yaitu dapat memperoleh gelar “ la’allakum tattaqun, semoga menjadi orang yang bertaqwa.

Bersamaan dengan perayaan Idul Fitri, baru saja kita warga negara Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun ke- 68 kemerdekaan negara Republik Indonesia. Ini artinya bahwa bangsa Indonesia telah memperoleh kedaulatan sebagai negara yang merdeka selama 68 tahun. Kemerdekaan yang sedang kita nikmati ini adalah merupakan perjuangan dari para pendahulu kita, para pahlawan kusuma bangsa yang telah dengan ikhlas mengorbankan harta, jiwa dan raga demi untuk meraih kemerdekaan. Selama 350 tahun bangsa Indonesia hidup dalam suasana penjajahan, harta benda dirampas, tenaga diperas, mental selalu ditekan. Sehingga penderitaannya semakin lengkap karena meliputi siksaan lahir dan batin.

Rakyat Indonesia pada waktu itu tidak dapat menjalankan agama Islam dengan bebas, karena itu bila diketahui oleh para penjajah maka akan disiksa bahkan akan dibunuh. Namun karena keyakinan yang sudah merasuk ke dalam hati dan pikiran dan direalisasikan dalam bentuk amal perbuatan, tekad, semangat dan akhlaqul karimah sudah bulat dalam keyakinan kepada Allah, nabi Muhammad adalah nabi dan utusan Allah yang terakhir, Alquran menjadi kitab suci dan pedoman hidupnya. Maka dalam situasi dan kondisi apapun selalu berupaya menegakkan perintah Allah. Karena itu rakyat Indonesia dengan sembunyi-sembunyi dalam menjalankan perintah Allah. Ibadah shalat yang menjadi ibadah pokok dalam Islam selalu ditegakkan, dengan mencari tempat yang sepi dan aman dari perhatian para penjajah.

Tekad dan semangat dalam menegakkan syaria’t Islam inilah akhirnya dapat membuahkan hasil, tidaklah mungkin para penjajah yang mempunyai perlengkapan lengkap, pengusaan wilayah dan tenaga yang terlatih, hanya dilawan dengan kekuatan masyarakat Indonesia yang sudah dirampas kekuatan dan kekayaannya. Maka muncullah dorongan perlunya mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, seluruh kompenen masyarakat Indonesia bahu-membahu, memikirkan agar negeri ini bebas dari cengkeraman para penjajah. Maka akhirnya dengan semangat inilah pada tanggal 17 Agustus 1945 pekik kemerdekaan dapat diwujudkan dengan pembacaan naskah proklamasi oleh presiden Republik Indonesia Soekarno Hatta.
Dari peristiwa sejarah ini kita dapat memetik hasilnya bahwa kemajuan suatu bangsa dan masyarakat akan dapat terwujud bila terjalin rasa kebersamaan, persaudaraan, hilangkan perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip. Sebaliknya suatu kaum yang hanya mementingkan kelompok dan golongannya, bersikap inklusif maka akan terjadi perpecahan umat, dengan demikian akan dijauhkan dari rahmat Allah.

“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali Imran: 103)

Karena itu dengan semangat Idul Fitri yang berarti kita kembali ke Fitrah, umat Islam yang telah melaksanakan puasa Ramadhan dan ditutup dengan membayar zakat fitrah maka pada hari ini kondisinya seperti bayi yang baru lahir, disucikan oleh Allah SWT. Dengan semangat 1 Syawal umat Islam senantiasa berupaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya kepada Allah SWT, sebagaimana sabda rasul” barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari yang kemarin maka di termasuk golongan orang yang beruntung”. Demikian pula hari yang akan datang menjadi lebih baik, maka hamba Allah yang demikian ini akan lebih dicintai oleh Allah sehingga dalam setiap langkah dan perbuatannya selalu mendapat petunjuk Allah SWT.
Hari ini adalah hari kemenangan dimana, setiap muslim telah berhasil menundukkan kemauan dan dorongan hawa nafsu yang selalu menjerumuskan pada jurang kesesatan, selama satu bulan kita sudah dilatih untuk berbuat sabar dan jujur untuk tidak makan, minum, dan berhubungan suami istri pada siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari atau sejak waktu imsyak hingga saat berbuka puasa. Maka kemenangan ini kita rayakan dalam suasana Idul Fitri, marilah kita awali dengan suasana saling memaafkan, kita eratkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah bashariyah dan ukhuwah imaniyah.
Karena sesungguhnya sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial dan makhluk Tuhan manusia dieratkan hubungan persaudaraanya pertama karena hubungan kekeluargaan atau keturunan, kedua karena agama karena kita mempunyai persamaan dan kepentingan yang sama dalam menganut agama, ketiga karena lingkungan dimana kita hidup semua yang ada disekitar kita adalah saudara.

Allahu Akbar 3X walillahil hamdu,
Ketika kita telah masuk pada hari kesucian, peningkatan amal ibadah dan hari kemenangan hendaknya kita waspada dengan tipu daya syetan sebagaimana sabda rasul:

اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ يَصِيْحُ فِى كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا سَيِّدَنَا مَنْ اَغْضَبَكَ اِنَّانَكْسُرُهُ فَيَقُوْلُ لَا شَىْءَ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ غَفَرَ لِهَذِهِ الْاَمَّةِ فِى هَذَاالْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ تَشْغُلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حتَّى يَبْغَضَهُمُ اللهُ

" Sungguh, iblis yang terlaknat berteriak-teriak saat Idul Fitri tiba. Lalu berkumpullah anak buahnya dan bertanya, wahai tuanku, siapa gerangan yang membuat paduka marah-marah akan kami pecahkan kepalanya. Iblis menjawab, tidak ada apa-apa. Hanya saja Tuhan telah memberi ampun kepada umat manusia hari ini. Maka kalian harus menjadikan mereka sibuk dengan kesenangan, nafsu syahwat dan mabuk-mabukan, agar Tuhan murka".

Dan didalam Alquran Allah SWT mengingatkan:

" Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khomr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)". (QS. Al Maidah: 91)

Allahu Akbar 3X walillahil hamdu,
kaum muslimin jema’ah Shalat Id Rahimakumullah
Karena itu agar kita selalu dikelompokkan dalam golongan orang-orang yang bertaqwa, marilah kita awali pada pada bulan Syawal ini dengan melaksanakan puasa sunnah, yang mempunyaه pahala amat besar.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa melaksanakan puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari pada bulan Syawal maka (pahalanya) seperti berpuasa sepanjang masa” (HR. Muslim)

Hidup di negara yang merdeka dan dalam suasana fitrah, semoga kita dapat memegang teguh ajaran agama Islam, tentu saja selalu berupaya untuk menyempurnakan pelaksanaan dan pengamalan agama Islam dengan selalu meningkatkan keilmuan kita. Kita tingkatkan pemahaman Islam dengan kajian Islam, kita wujudkan rasa persaudaraan kita. Ini semua akan mengarah pada kemenangan yang akhirnya keberkahan akan dilimpahkan kepada kita sekalian.

جعلنا الله من العائدين والفائزين تقبل الله منا ومنكم تقبل ياكريم. أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم وقل رب غفر ورحم وانت خير راحمين


الخطبة الثنية

اَللهُ اَكْبَرُ ×٧ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ و الله اكبر. الله اكبر ولله الحمد. الحمدلله الذى جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُؤْمِنِيْنَ وَخَتَمَ بِهِ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُخْلِصِيْنَ . اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله الْمَشْهُوْرُ بِفَطَانَتِهِ وَاَمَانَتِهِ وَصِدْقِهِ وَتَبْلِيْغِهِ وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَاداللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَرَ. فَقَاَلَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ