Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

8/04/2020

Raih Kedudukan dan Kenikmatan Abadi Dengan Shadaqah

Siapa yang tidak ingin kedudukan dan siapa yang tidak menginginkan kenikmatan yang abadi? Dengan kedudukan yang tinggi maka orang akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan, bahkan kadang dengan kedudukan akan bisa mendapatkan sesuatu harapan yang sulit untuk diraihnya. Sehingga antara kedudukan dan kenikmatan biasanya saling berhubungan. Dengan kedudukan akan mendapatkan kenikmatan.

Kenikmatan dunia adalah fana, karena manusia bersifat dinamis, sesuatu yang pada awalnya nikmat namun karena dilakukan secara terus menerus maka akan berkurang atau bisa hilang kenikmatannya, baik karena obyek atau karena subyeknya. Rasululah Muhammad menjajikan kenikmatan yang abadi. Sekalipun sifat manusia yang dinamis namun kenikmatannya akan bervariasi dan tidak membosankan. Rasulullah Muhammad SAW memberikan tips untuk meraih kedudukan dan kenikmatan abadi dengan bershadaqah.

Ketika mendengar kata shadaqah maka yang terbersit dalam benak adalah dengan harta benda, karena itu kadang banyak orang yang sudah merasa jenuh dengan kata-kata shadaqah. Karena pemikirannya jangankan untuk memberikan orang lain untuk dirinya sendiri masih kekurangan. Atau ada yang berfikir, telah bersusah payah bekerja mencari dan mengumpulkan harta, malam jadi siang dan siang tak pernah berhenti bekerja, memeras otak, pikiran, membanting tulang memeras keringat. Mengapa setelah terkumpul harus dikeluarkan untuk infaq dan shadaqah? Sehingga pada suatu saat Rasulullah SAW kedatangan tamu orang-orang miskin yang mengadu kepada Rasulullah:

ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنْ الْأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَا وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا وَيَعْتَمِرُونَ وَيُجَاهِدُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ

“Orang-orang kaya, dengan harta benda mereka itu, mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi, juga kenikmatan yang abadi. Karena mereka melaksanakan shalat seperti juga kami melaksanakan shalat. Mereka puasa sebagaimana kami juga puasa. Namun mereka memiliki kelebihan disebabkan harta mereka, sehingga mereka dapat menunaikan 'ibadah haji dengan harta tersebut, juga dapat melaksnakan 'umrah bahkan dapat berjihad dan bersedekah."

Dari hadits tersebut, jelas kalimat pengaduan dari para fuqara’, karena kewajiban maghdhah seperti shalat, puasa yang telah dijalankan, tetapi juga dilaksanakan oleh para aghniya’. Maka derajat dan kemuliaan para fuqara’ jelas lebih rendah dan tidak mempunyai kelebihan amal dibanding yang dilakukan orang-orang kaya. Bila melihat amaliyah ibadah para aghniya’ semakin jelas kelemahan dan kekurangan para fuqara’, semakin terpuruk ketika dirinya tidak bisa berinfaq dan shadaqah, padahal hal ini telah dilakukan oleh para aghniya’ melalui zakat, infaq dan shadaqah. Dan tidak sampai disitu bahwa para aghniya’ dapat melaksanakan haji, umrah dan berjihad dengan hartanya.

Dari hadits tersebut jelas begitu sulitnya bagi para fuqara’ untuk mendapatkan kedudukan dan kemuliaan, karena semua telah diambil oleh orang-orang kaya. Namun demikian Rasululah memberikan jalan kemudahan untuk meraih kedudukan dan kemuliaan. Suatu amalan bila dilakukan maka orang-orang faqir dapat meraih keutamaan sebagaimana yang didapatkan oleh orang-orang yang kaya. Karena itu Rasululah melanjutkan sabdanya:

أَلَا أُحَدِّثُكُمْ إِنْ أَخَذْتُمْ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ إِلَّا مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ

"Maukah aku sampaikan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian ambil (sebagai amal ibadah) kalian akan dapat melampaui (derajat) orang-orang yang sudah mengalahkan kalian tersebut, dan tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian dengan amal ini sehingga kalian menjadi yang terbaik di antara kalian dan di tengah-tengah mereka kecuali bila ada orang yang mengerjakan seperti yang kalian amalkan ini. Yaitu kalian membaca tasbih (Subhaanallah), membaca tahmid (Alhamdulillah) dan membaca takbir (Allahu Akbar) setiap selesai dari shalat sebanyak tiga puluh tiga kali." (HR. Buchari: 798)


Hadits tentang keutamaan berzikir dengan membaca tasbih, tahmid, takbir sesudah shalat dengan redaksi yang hamper sama juga terdapat dalam Shahih Buchari nomor 5854,Shahih Muslim nomor 936,1674, 2050 dan Musnad Ahmad nomor 20508)

Demikian cintanya Allah kepada hamba-Nya dan begitu cintanya Rasulullah terhadap umatnya memberikan kemudahan untuk beribadah, guna meraih derajad dan kemuliaan yang lebih tinggi. Bahwa shadaqah menjadi kunci untuk meraihnya. Dan shadaqah tidak harus menggunakan uang dan harta benda. Allah telah memberikan potensi, kekuatan dan kemampuan untuk bershadaqah. Allah telah menyampaikan bahwa perkataan yang bagus adalah shadaqah dari pada memberikan tetapi dengan menyakiti,

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”. (QS. Al Baqarah: 263)

Perkataan yang baik yang dimaksud bila menolak dengan cara yang baik, tidak menghina atau mencela, demikian pula bila orang meminta kurang sopan juga dengan lapang dada untuk memaafkannya. Hal ini sering dialami ketika sedang berkendaraan ada orang yang meminta-minta, sedang dia nampak sehat dan masih muda, tidak ada yang menghalangi untuk bekerja dan berusaha secara wajar, biasanya akan muncul kata-kata yang tidak enak. Karena itu bila berkenaan diberi dengan ikhlas dan bila tidak berkenan ditolak dengan cara yang halus.

Shadaqah tidak harus menggunakan uang dan harta, senyumpun menjadi ibadah. Senyuman yang tulus dari lubuk hati terdalam, senyuman bukan cibiran dan sinis. Ada bebarapa pedoman yangteramsuk shadaqah tetapi tidak dengan uang dan harta. Rasulullah SAW dalam hadit yang diriwayatkan At Tirmidzi hadits nomor 1679 menyebutkan:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ.

Rasulullah SAW bersabda: "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, engkau berbuat ma'ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah, engkau menuntun orang yang berpenglihatan kabur juga sedekah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah."

Begitu luas cakupan tentang shadaqah, beberapa kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan orang . Dimana manusia selain sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.

7/31/2020

Seleksi Keimanan Dalam Menghadapi Cobaan, Musibah, Bencana dan Wabah, Khutbah Jum’at

Sesungguhnya musibah, bencana, wabah akan terus terjadi selagi dunia masih berputar, dan bagi masing masing orang musibah, bencana, wabah masih akan dialami didunia selagi masih diberikan kehidupan. Bahkan setelah berakhirnya kehidupan akan memasuki kehidupan yang lain dimana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatannya.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ


Kaum muslimin jemaah jum’ah Rahimakumulah
Pada hari ini kita sekalian memperingati hari raya Idul Adha 1441 Hijriah atau tahun 2020 Masehi. Idul Adha pada tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana pada tahun sebelum ini. Umat Islam yang berada di tanah air ujian keimanannya untuk melakukan penyembelihan hewan qurban. Dan saudara-saudara kita yang seharusnya pada tahun ini telah mendapat kuota untuk melaksanakan ibadah haji ke tanah suci, akan tetapi pada tahun ini ibadah haji pada tahun ini terpaksa harus ditunda atau tidak dilaksanakan pada tahun ini. Hal ini karena dunia sedang yang mengalami pandemi atau wabah pandemi Covid- 19, suatu wabah penyakit yang belum pernah kita rasakan dan belum pernah kita alami, tetapi hal ini terjadi pada tahun ini. Karena itu pada tahun ini kita sekalian umat Islam khususnya benar-benar sedang diuji oleh Allah dengan berbagai macam musibah dan wabah. Allah menguji kesabaran kita dan mudah-mudahan dengan kesabaran itulah kita sekalian akan dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT, amin.

Pandemi Covid- 19 sungguh merupakan wabah yang mengkhawatirkan seluruh umat manusia, dan sampai hari ini para ilmuan belum menemukan vaksin untuk menangkal adanya wabah tersebut dan berdasarkan protokol kesehatan kita hanya bisa menghindari mencegah agar tidak terkena wabah penyakit tersebut. Wabah penyakit yang bisa menyerang saluran pernafasan, sehingga nafas kemudian menjadi sesak dan akhirnya bila tidak bisa tertolong akan terjadi kematian.

Corona adalah suatu virus yang tidak bisa disaksikan dengan mata kepala, akan tetapi wujudnya ada dan siap untuk ke mana-mana. Oleh karena itu pada hari Raya Idul Adha tahun ini, marilah kita menyatukan persepsi dan melakukan tindakan bersama untuk menangkal adanya virus tersebut agar tidak merajalela.

gambar

Sesungguhnya musibah, bencana, wabah akan terus terjadi selagi dunia masih berputar, dan bagi masing masing orang musibah, bencana, wabah masih akan dialami didunia selagi masih diberikan kehidupan. Bahkan setelah berakhirnya kehidupan akan memasuki kehidupan yang lain dimana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatannya. Allah SWT berfirman:
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 155-156)

Cobaan, musibah, bencana, wabah senantiasa datang silih berganti, baik yang disebabkan karena alam maupun karena ulah tangan manusia, mengapa orang beriman senantiasa mendapat cobaan, musibah dan bencana? Dr. Yusuf Qardhawi menjawab minimal ada tiga hal:
1. Bentuk seleksi bagi orang-orang yang beriman. Hanyalah orang yang beriman yang dapat lolos dari proses seleksi itu, sedangkan orang yang dalam hatinya ada penyakit maka tidak akan bisa terpilih dari seleksi itu.



“dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah, dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya Kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik”. (QS. Al Ankabut: 10-11)

2. Cobaan dari Allah, untuk membersihkan hati dari kotoran dan menyembuhkan jiwa mereka dari penyakit.


“jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran: 140-141)

3. Menambah bekal dan kedudukan mereka disisi Allah, karena hal ini dapat mengangkat derajat dan menambah kebaikan-kebaikan mereka.


مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حَزَن وَلاَ أَذًى وَلاَ غمٍّ ، حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُها إِلاَّ كفَّر اللَّه بهَامِنْ خطَايَاه"متفقٌ عليه.

Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim sebagai musibah, baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti, yakni sesuatu yang tidak cocok dengan kehendak hatinya, ataupun kesedihan, segala macam dan segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya, yakni sesuai dengan mushibah yang diperolehnya itu." (Muttafaq 'alaih)

"مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} اللَّهُمَّ أجُرني في مصيبتي واخلف لي خيرا منها، إلا آجَرَهُ اللَّهُ مِنْ مُصِيبَتِهِ، وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا"

Tidak sekali-kali seorang hamba tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan, "Inna lillahi wainna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nyalah dikembalikan). Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini, dan gantikanlah kepadaku yang lebih baik daripadanya," melainkan Allah akan memberinya pahala dalam musibahnya itu dan menggantikan kepadanya apa yang lebih baik daripadanya." (HR. Muslim)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


7/24/2020

Pemenuhan Kebutuhan Keluarga, Bimwin Calon Pengantin

Pernikahan bukan hanya aktifitas yang dilaksanakan demi pemenuhan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial belaka, tapi juga merupakan bagian dari aktifitas ibadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Dengan demikian, pernikahan adalah aktifitas yang memiliki dimensi ganda: dimensi duniawi yang berkaitan dengan manusia sebagai mahluk sosial, dan dimensi ukhrawi yang berkaitan dengan Sang Pencipta dengan menjadikannya sebagai bagian dari ibadah
Kegiatan Bimwin bagi calon pengantin

7/20/2020

Fungsi Masjid Di Masyarakat Dan Manajemennya Menuju Masjid Paripurna

Masjid merupakan salah satu bangunan monumental bagi umat Islam, kebanggaan dan menjadi simbol kekuatan bagi umat Islam. Masyarakat sangat berantusias untuk mendirikan tempat ibadah, sehingga karena bersemangatnya dalam satu desa kadang terdapat masjid lebih dari satu, bahkan kadang pada setiap RT juga terdapat tempat ibadah yang berupa musholla/ langgar.
Masjid dengan aktifitas pelayanan umat
Perkembangan tempat ibadah banyak yang belum diimbangi dengan upaya pengelolaan masjid. Bagaimanakah masjid dapat dijaga dan dipergunakan bukan hanya sebagai tempat shalat saja, namun masjid dapat dikembangkan pada fungsi-fungsi yang lain sehingga keberadaan masjid dapat menjadi pusat kegiatan bagi umat Islam. Bahkan muncul suatu upaya untuk memberdayakan masjid menjadi masjid yang paripurna.

Karena itu dalam perjalanan sejarah, masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir bisa dikatakan, dimana ada komunitas muslim, pasti disitu ada masjid. Di samping menjadi salah satu tempat yang suci untuk beribadah bagi umat Islam, masjid juga menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah, kepentingan sosial dan kegiatan lainnya.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa setiap masjid di tanah air sudah dikelola dan dimanfaatkan dengan maksimal oleh para pengurus. Masih terdapat beberapa masjid yang pengelolaannya masih memprihatinkan bahkan sepi dan ditinggalkan oleh para jemaahnya. Tugas siapakah untuk mengembangkan fungsi masjid dan bagaimana cara mengelola masjid agar bisa makmur dalam manajemen kepengurusannya. Karena itu dalam makalah ini akan disampaikan, bagaimanakah memenej masjid agar lebih berdaya guna sehingga menuju pada masjid paripurna.


7/17/2020

Adab bersedekah menurut Alquran Al Baqarah Ayat 262, 263

Ada pepatah Jawa yang mengatakan “bandha mung titipan nyawa mung gadhuhan” harta hanya titipan, nyawa hanya pinjaman. Setiap suku bangsa mempunyai para lelulur yang meningggalkan kata bijak dan patut untuk dijadikan teladan. Salah satunya orang Jawa mempunyai perhitungan dan mengingat setiap kejadian dari sebab dan akibat. Sesuatu yang terjadi pada kehidupan manusia senantiasa dicatat dan diingat-ingat sehingga menjadi landasan dalam berbuat dan kehati-hatian dalam bertindak. Para tokoh diantaranya Frans Magnis Suseno menulis dalam buku Etika Jawa, menggambarkan tentang sikap dan kehati-hatian orang Jawa.

7/14/2020

Mujudaken Masyarakat Adil Lan Makmur, Khutbah Bahasa Jawa


Mlebet Islam kanthi sampurna tegesipun ngamalaken kanthi konsekwen sedaya syari’at agami Islam, ing sekawan bidang inggih punika 1) bidang Aqidah, 2). bidang ibadah, 3). bidang Akhlak lan 4). bidang muamalah duniawiyah.


أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى وَفَّقَ مَنْ شَاءَ لِطَاعَتِهِ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ كَتَبَ شَهَادَةً لِمَنْ عَمِلَ بِشَرْعِهِ الْقَوِيْمِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الْاَمِيْنُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اهْتَدَواْ بِهَدْيِهِ وَاتَّبَعُواالنُّوْرَ الَّذِىْ اُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ, أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Para sedherek kaum muslimin ingkang kula mulyaaken
Wonten kesempatan khutbah Jum’at punika kawula wasiat dhateng para jamaah, manga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sedaya awisanipun. Allah SWT ngendika wonten salebetipun kitab suci Alquran surat An Nahl ayat : 90 makaten :







“ Saktemene Allah iku dhawuh marang sira kabeh supaya tumindak adil lan supaya gawe kebecikan, menehi pitulung marang ahli kerabat. Lan Allah nglarang marang sira kabeh saka tumindak jahat lan mungkar lan memungsuhan. Allah paring pepeling marang sira kabeh, supaya sira tansah eling lan ngerti “

Ayat punika nerangaken saperangan saking sifatipun tiyang ingkang taqwa dhumateng Allah. Inggih punika tiyang ingkang tansah negakaken dhateng sipat adil, remen damel sewarnining kesaenan lan remen asung pambiyantu utawi remen tetulung dhateng sanak sedherek, kosok wangsulipun dhemen tumindak jahat, mungkar lan boten remen memengsahan. Makaten ing antawisipun sifat-sifatipun tiyang taqwa. Mangga kita sedaya sami ngudi murih dados tiyang- tiyang ingkang taqwa kados ingkang dipun dhawuhaken Allah :

“ E wong wong kang Iman ! sira kabeh pada taqwa-a marang Allah kanthi sabener-benere taqwa. Lan sira kabeh aja pisan – pisan mati kejaba tetepa dadi wong Islam “ (QS. Ali Imran: 102)

Para sedherek kaum muslimin ingkang kula mulyaaken
Supados tumindak kita waget dados tiyang Islam ingkang sak leres-leresipun, kita kedah nindakaken syari’at Islam kanthi kaffah, kasebat ing dalem Alquran:

“ E Wong-wong kang Iman ! sira kabeh padha mlebua ana sajrone agama Islam kanthi sampurna. Lan sira kabeh aja padha manut tingkah-langkahe syetan. Awit satemene syetan iku mungsuh kang terang tumrape sira “ ( QS. Al Baqarah : 208 )

Mlebet Islam kanthi sampurna tegesipun ngamalaken kanthi konsekwen sedaya syari’at agami Islam, ing sekawan bidang inggih punika 1) bidang Aqidah, 2). bidang ibadah, 3). bidang Akhlak lan 4). bidang muamalah duniawiyah.

Para sedherek, sak terasipun kados pundi cara anggenipun kita mujudaken masyarakat ingkang adil lan makmur, kados resep ingkang dipun dhawuhaken dening Sayyidina Ali bin Abi Thalib, inggih punika:

يَاجَابِرُ قَوَامُ الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ بِأَرْبَعَةٍ: عاَلِمٌ مُسْتَعْمَلٌ عِلْمُهُ، وَجَاهِلٌ لَا يَسْتَنْكِفُ أَنْ يَتَعَلَّمَ، وَجَوَادٌ لَا يَبْخَلُ بِمَعْرُوْفِهِ، وَفَقِيْرُ لَا يَبِيْعُ أٰخِرَتَهُ بِدُنْيَاهُ فَإِذَا ضَيَّعَ اْلعَالِمُ عِلْمَهُ اِسْتَنْكَفَ الْجَاهِلُ أَنْ يَتَعَلَّمَ، وَإِذَا بَخِلَ الْغَنِيُّ بِمَاِلهِ بَاعَ اْلفَقِيْرُ أٰخِرَتَهُ بِدُنْيَاهُ .

“ Wahai Jabir, tegake agama lan dunia iku kelawan sekawan perkawis, tiyang alim ingkang ngamalaken ilmune, tiyang bodho ingkang boten keset ngaos, dermawan ingkang boten medit ngamalaken kesaenan, tiyang ingkang miskin ingkang boten nyade akhiratipun kelawan dunya, mila menawi tiyang alim nyia-nyiaken ilmunipun, tiyang bodoh boten purun ngaos lan bilih tiyang sugih medit nglampahi kesaenan, tiyang miskin badhe nyade akhiratipun kelawan dunyanipun. “

Dhawuhipun Sayidina Ali bin Abi Thalib punika selaras kalian perkawis ingkang sampun dipun dhawuhaken dening Rasulullah SAW:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ قَوَامَ الدُّنْياَ بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ أَوَّلُهَا بِعِلْمِ الْعُلَمَاءِ وَثَانِيْهَا بِعَدْلِ اْلاُمَرَاءِ وَثَالِثُهَا بِسَخَاوَةِ اْلاَغْنِيَاءِ وَرَابِعُهَا بِدَعَاءِ الُفُقَرَاءِ.

“ Rasulullah SAW ngendika: Ngertia sira kabeh, satuhune tegake donya (negara) kelawan patang perkara: sepisan ilmune para ulama’, kapindo adile para penguasa, telu lomane wong-wong sugih, papat dongane wong-wong fakir”

Sarana dhawuhipun Sayidina Ali bin Abi Thalib lan dipun kiataken dening dhawuhipun Rasulullah SAW punika, kita saged pikantuk gambaran lan pedoman bilih dunya utawi negari ing pundi kemawon saget tegak, adil lan makmur, menawi dipun tunjang kaliyan sekawan perkawis, inggih punika;
1. Ilmunipun para ulama, ingkang dipun sebaraken kanthi purun maringi pawulangan dhateng tiyang ingkang bodho supados saget mangertos dhateng punapa tugas lan kewajibanipun salami gesang wonten ing alam dunia. Mangertos tata caranipun ibadah, mangertos aturan pergaulan utawi akhlak ingkang mulya, mangertos hukum agami, mangertos masalah halal lan haram lan aturan lintunipun sahingga benjang dados tiyang ingkang manfaat migunani kangge agaminipun, nusa lan bangsanipun. Lantaran perjuanganipun para alim ulama punika, ing akhiripun badhe nglahiraken para pemimpin, sarjana, cerdik cendekiawan ingkang badhe saget majengaken negarinipun tumuju dhateng masyarakat ingkang adil lan makmur.

Ngengingi pentingipun ilmu kangge modal kemajengan bangsa lan negari, pramila mangga para generasi muda penerus perjuanganipun bangsa sami cancut taliwandha ngudi ilmu ingkang sak kathah-kathanipun kangge sangu gesang kita, ingkang kathah sanget hambatan, rintangan lan tantanganipun. Sak terasipun ilmu pengetahuan lan ilmu agami ingkang paling penting inggih punika ingkang gegayutan kaliyan masalah akhlakul karimah, amargi menawi generasi muda boten nggadhahi pendidikan akhlakul karimah akibatipun negari punika badhe hancur, kita gatosaken bilih risakipun negari punika gumantung risakipun akhlak, kados ingkang sampun diaturaken dening penyair ingkang masyhur, Syauqi Bey;

اِنَّماَ الْاُمَمُ الْاَخْلَاقِ مَابَقِيَتْ* فَاِذَا هُمُّوْا ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوْا

“Langgenge setunggaling bangsa inggih punika salami akhlaqipun langgeng, menawi akhlakipun ical, musnah ugi bangsa punika “ ( Syauqi Bey )

2. Kejujuranipun para pejabat pemerintah, anggenipun ngatur lan nata negari, hukum lan aturan ditegakaken kanthi adil lan bijaksana, perjalanan roda ekonomi diatur kanthi rata lan ningkataken sumberdayane rakyat, boten namung wonten lingkungane para pejabat, bebas saking korupsi, kolusi lan nepotisme. Ketentraman lan keamanan negari dipun jagi kanthi sae, kemakmuran saget dipun raosaken rakyat secara nyata, boten wonten ketimpangan sosial, ingkang sugih tambah sugih ingkang mlarat tambah mlarat, pokokipun menawi pemerintah saget berbuat kanthi adil insya Allah negari punika badhe ngalami kemakmuran, aman, rukun, damai sejahtera jaya lan sentosa.

3. Lomanipun tiyang ingkang sugih. Para hartawan punika supados purun ngurbanaken dunya lan bandhanipun kangge kepentingan umum, purun bantu dhateng para fakir miskin ingkang tansah nandang sengsara lan kekirangan, kanthi zakat utawi sedekah langkung- langkung kangge kepentingan umum kados dene bangun panggenan ibadah lan pendidikan ugi sarana lan prasarana lintunipun, sebab menawi boten wonten lomanipun tiyang sugih, nalika tiyang fakir miskin sami betahaken pambiyantu kemungkinan badhe timbul kecemburuan social, kados dhene perampokan, penjarahan, perampasan, pembakaran lan lintu- lintunipun . Menawi tiyang sugih boten loman negari badhe kenging bala’ utawi musibah ingkang boten kita ajengaken, cara ingkang ampuh kangge nyegah bala’ utawi musibah boten sanes kejawi tiyang-tiyang sugih sami purun ngedalaken zakat lan shodaqoh dhateng para fuqoro lan masakin. Malahan kanthi purun ngedalaken zakat lan shodaqoh boten namung saged nolak bala’ utawi musibah nanging ugi saged nyuburaken, nambah lan ningkataken rizki lan kemakmuranipun negari.

4. Donganipun para fuqara lan masakin, artosipun para fuqara lan masakin badhe tunduk dhateng sedaya aturan agami lan negari, malah kersa dongaaken dhateng para pemimpin, para ulama lan para aghniya. Sedaya kalawau badhe kasembadan menawi para ulama kersa berjuang maringi piwulang dhateng tiyang ingkang bodho, para pejabat sami tumindak ingkang adil dhateng rakyatipun, para tiyang sugih purun bantu dhateng para fuqara lan masakin. Insya -Allah para fuqara lan masakin badhe purun dongaaken dhateng sedaya para ulama, para pemimpin lan para aghniya. Sehingga akhiripun saged kawujud masyarakat ingkang adil, makmur, gemah ripah loh jinawi karta raharja. Amargi sedaya komponen bangsa kalawau saged nyadari lan nindakaken fungsi lan tugasipun piyambak- piyambak.

Menawi sekawan unsur kalawau saget dipun tindakaken kanthi sadar fungsi lan tugasipun insya -Allah badhe mujudaken masyarakat ingkang adil lan makmur, inggih masyarakat Khairu Ummah, kados ingkang sampun dipun isyarataken kaliyan Alquran surat Ali Imran : 110

“ Sira kabeh iku umat ingkang paling bagus kang di lahiraken kangge manungso, mrintah marang kebagusan lan nyegah marang kemungkaran lan iman marang Allah..” ( QS. Ali Imron : 110 )
Wujud masyarakat kados mekaten punika ingkang dipun idam-idamaken Islam, masyarakat punika minangka dambaan sedaya manungsa, sedaya warga negara, sedaya generasi ing sepanjang zaman. Mugi-mugi masyarat kita badhe dados masyarakat ingkang utama kados ingkang sampun diisyarataken Alquran. Amin ya Rabbal alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ