1/31/2013

Menjernihkan Emosi

MENJERNIHKAN EMOSI
Tidak terasa bahwa pada hari ini kita telah memasuki bulan yang pertama yaitu bulan Januari 2013. Tidak terasa pula pada pagi hari ini kita memasuki minggu yang ke-5 pada bulan Januari. Tidak terasa pula bahwa kita masuk pada bulan kedua 2013. Dan masih terasa bahwa nuansa pada pagi hari ini adalah nuansa hari libur setelah dua hari, Sabtu dan Ahad terlah sibuk dengan urusan keluarga. Entah masih banyak agenda keluarga yang belum tuntas sehingga masih terngiang-ngiang dalam benak, kapan pekerjaan itu akan selesai, kapan ambisi itu akan terwujud.
Dipagi ini pula kita akan membuka kembali tumpukan dokumen yang kemarin telah ditinggalkan. Sampai dimanakah, telah siapkah dengan lembaran baru atau harus membuka kembali lembaran lama yang telah tertunda karena kesulitan menurut akal sulit untuk dipecahkan.
Menurut Erbe Sentanu dalam buku Quantum Ikhlas, bahwa sesungguhnya dalam menjalani aktifitas hidup dan kehidupan ternyata kebanyakan manusia hanya menggunakan otak sadar yang kadarnya hanya 12 % sedangkan yang 88% adalah bawah sadar yang secara umum hanya muncul dalam bentuk perasaan (hal. 87). Otak sadar yang 12% berasal dari akal pikiran dan bawah sadar yang 88% bersumber dari perasaan. Contoh “saya ingin sukses” ini didalam otak tetapi dalam hati yang muncul adalah perasaan takut, stress, bingung, ragu, tergesa tak terarah, trauma, hopeless, kompulsif, kebiasaan buruk, nafsu. Jadi mana mungkin akan dapat berfikir positif bila senantiaasa dipengaruhi dengan perasaan yang negatif. Yang selanjutnya berimplikasi pada kegagalan dalam melaksanakan tugas sebagai khalifatul ard dan sebagai ‘abdullah. Maka pada kesempatan pagi hari ini saya mengajak pada hadirin sekalian marilah kita berupaya untuk menjernihkan emosi kita, dari sikap negatif feeling.
Marilah kita mulai dengan posisi duduk yang rilek, kendorkan semua urat saraf dengan mengambil nafas dalam-dalam, lalu keluarkanlah, terus diulangi lagi. Kita mengingat siapakah diri kita sesungguhnya, bagaimanakah keadaan kita dahulu, samakah dengan kehidupan para fakir miskin yang hidup serba kekurangan. Kesana-kemarin mencari sesuap nasi, kadang satu hari kenyang satu hari harus menahan lapar bukan karena puasa tetapi karena tidak ada yang dimakan. Mau kemanakah kita, sampai kapan kita akan berjaya dalam gemilang harta benda, sampai kapan akan berjaya dalam singgasana kekuasaan.
Allah SWT telah menakdirkan kita bekerja dalam ladang ibadah untuk berdakwah, menyampaikan syariat Islam bagi seluruh alam. Yang diseksi Penamas dengan ladang amal melalui penyiaran agama Islam, yang di Urais dengan Urusan Agama Islam, yang di Mapenda dengan pendidikan berbasis Islam, yang di Zawa dengana ladang aplikasi zakat sebagai pilar ajaran Islam, yang di Haji dengan ladang penyempurnaan ajaran Islam rukun Islam yang kelima. Yang di sekretariat mengurusi ketenagaan dan penggajian semua merupakan ladang amal. Untuk selanjutnya apakah yang kita cari dalam kehidupan ini, marilah kita luruskan niat kita, semata-mata untuk mencari rida Allah SWT.
Sejenak kita memuji terhadap kemahasucian Allah dengan ucapan Subhanallah, marilah kita memuji tentang kemahasempurnaan Allah yang tiada banding dan tiada bandingannya dengan ucapan Alhamdulillah dan marilah kita mengaungkan kemahabesaran Allah dengan ucapan Allahu Akbar.