7/29/2014

Makna Lebaran, Idul Fitri, Syawal



Ada tiga nama yang sering kita dengar, ketika orang-orang merayakan kemenangan setelah mengakhiri puasa Ramadhan, tiga nama itu adalah Lebaran, Idul Fitri dan Syawal. Apakah makna yang terkandung didalam kata tersebut:

1. Lebaran.
Lebaran merupakan ungkapan yang berasal dari bahasa jawa, yaitu kata lebar dan berakhiran an. Lebar berarti telah berakhir dan lebaran berarti berakhir dari. Kata lebaran ini sering digunakan karena telah mengakhiri ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan. Sehingga umat Islam memasuki hari kemenangan. Menang dapat melawan godaan hawa nafsu demikian pula dapat menyelesaikan ibadah puasa selama satu bulan. Dalam kontek pengamalan ajaran agama Islam, bahwa pada bulan Ramadan terlihat semaraknya kehidupan beragama. Di masjid, mushola dan langgar, perkantoran dan di lingkungan masyarakat. Alquran menjadi bacaan rutin setiap hari, kajian Islam. Bahkan di lingkungan masyarakat bacaan Alquran/ tadarus Alquran dipancarkan lewat pengeras suara, sehingga setiap malam bulan Ramadhan terdengar bacaan Alquran secara bersahutan.

Kini telah memasuki hari berlebaran, tidak terdengar lagi bacaan Alquran, masjid, langgar musholla mulai ditinggalkan jama’ahnya. Nampaknya kesemarakan kehidupan umat beragama mulai berganti dengan aktifitas makan, minum, merokok, sepuasnya, menyalakan mercon dan kembang api, bahkan untuk daerah-daerah tertentu seperti di Kabupaten Wonosobo beramai-ramai membuat balon udara yang dibuat dari bahan kertas atau plastik yang dinaikkan dengan sumbu api.

Pesta kemenangan ini biasanya dilakukan selama satu minggu. Kegiatan shilaturahimpun dilakukan, saling berkunjung kesesama sanak-famili, handai taulan. Ini adalah kegiatan positif. Namun setiap aktifitas tahunan tentu terdapat dampak negative, capek, lelah, ngantuk. Hal ini bisa dimaklumi karena perjalanan yang cukup jauh kemudian menyantap setiap hidangan yang disuguhkan oleh tuan rumah. Dengan kondisi ini maka nampaknya lebaran benar-benar telah bar-baran, telah berakhir waktu pelatihan selama satu bulan. Makan dan minum yang teratur kembali menjadi tak beraturan, pengendalian hawa nafsu menjadi nafsu yang tidak terkendali. Maka bila lebaran dimaknai demikian ini maka celaka dan merugilah manusia itu.

2. Idul fitri
Idul Fitri berarti kembali kepada kesucian, hal ini karena prestasi yang telah diperoleh dari puasa selama satu bulan. "Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan atas dasar iman dan taqwa, Allah mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan”. (HR. Buchari Muslim). Pada hari raya Idul Fitri ini Allah telah mengampuni dosa-dosa hambanya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Pada bulan Ramadhan umat Islam telah melakuan kegiatan takholli, tahalli dan tajalli.

Takholli yang merupakan metode para sufi didalam melepaskan dan mengeluarkan segala bentuk perilaku dan akhlaq yang tidak terpuji. Segala perilaku yang sangat merugikan karena semakin menjauhkan diri dirinya dari petunjuk Allah. Seperti ghadhab, ujub, kibir, riya’, tamak, su’udhan, suka memfitnah, adu domba, sum’ah dan segala perilaku buruk dikeluarkan.

Setelah melakukan proses pelatihan ini kemudian berupaya untuk menggantinya dengan akhlaqul karimah, mengisi dan menghiasi dengan perilaku terpuji, ini merupkan tahapan tahalli, seperti membiasakan diri untuk membaca Alquran/ tadarus Alquran, banyak melakukan shadakah, mengikuti kajian Islam, malakukan shalat tarowih dan shalat-shalat sunnah dan melakukan kegitan-kegitan sosial lainnya. Bila umat Islam berhasil merubah segala perilaku yang tidak baik menjadi perbuatan baik, sehingga pada hari raya Idul Fitri umat Islam benar-benar fitrah, semangat cinta-kasih, rasa bersaudara ini menunjukkan keberhasilan ibadah pada bulan Ramadhan. Setelah kondisi kejiwaannya menjadi fitrah tinggallah mengisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Ibarat kertas putih, akan diberi bentuk apa lagi tergantung pribadi muslim sendiri.

Baik dan buruknya perbuatan manusia, diri sendirilah yang akan menentukan. Baik buruknya akan kembali kepada dirinya sendiri. Karena itu surga dan neraka adalah ciptaan Allah, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya. Surga menjadi tempat bagi orang-orang yang menaati dan menjalankan perintah Allah bukan orang-orang yang semena-mena terhadap perintah dan larangan Allah. Bila aktifitas tahalli terus dilakukan maka tidak akan ada halangan untuk mencapai ridha Allah. Karena manusia akan merasakan tajalli, yaitu kondisi kejiwaan yang telah dinaungi oleh petunjuk Allah SWT. Segala aktifitasnnya merasakan selalu berada dalam bimbingan pertolongan dan pengawasan Allah.

3. Syawal
Syawal berarti meningkat, yaitu meningkat ibadah dan amaliyah-Nya kepada Allah. Bila selama saatu bulan umat Islam telah dilatih berjuang mengendalikan hawa nafsu. Jiwa yang telah fitrah tidak disia-siakan lagi, namun berupaya untuk ditingkatkan. Tadarus Alquran, kajian Islam, gemar bershadaqah, shalat berjama’ahnya, shalat lailnya, pengendalian hawa nafsunya. Maka disinilah bahwa bulan Syawal menjadi bulan peningkatan seluruh amal-ibadah-Nya kepada Allah SWT. Kehidupan setiap muslim ternyata berbeda beda, ada yang diberikan kesempatan hidup lebih lama atau pendek. Sehingga dengan demikian setiap orang akan dihadapkan dengan kondisi alam yang berbeda-beda, dengan demikian akan berdampak pada perilaku hidup yang berbeda-beda pula.

Kondisi yang demikian inilah rasul pernah berkata “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari yang kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan hari yang kemarin maka dia termasuk golongan orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari yang kemarin maka dia termasuk golongan orang-orang yang dilaknat” (Hadits).

Manusia akan mengukir setiap amalnya dan setiap amal akan kembali kepada dirinya sendiri: “ Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (QS. Al Zalzalah: 6-8)