Tampilkan postingan dengan label Khutbah Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

11/24/2017

Hikmah Kelahiran Nabi Muhammad SAW - khutbah Jum'at

Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, 14 abad yang lalu umat manusia hidup dalam zaman jahiliyah. Zaman dimana budaya masyarakat berkembang pesat namun peradaban mengalami kemerosotan. Karena Allah SWT sebagai pencipta, pengatur dan pemelihara alam semesta justru disisihkan. Karena berhala yang tidak mempunyai kekuatan justru yang disembah dan dipuja-puja. Karena itu dengan diutusnya nabi Muhammad, memperjelas siapa pencipta alam semesta dan kepada siapa kita menyembah dan memujanya.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Pada bulan ini sudah masuk tanggal 5 Rabiul Awal, dengan ini kita diingatkan kembali dengan sejarah kelahiran nabi Muhammad SAW, dimana beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah. Dengan kelahiran beliau dan diangkatnya menjadi Rasullulah dan sekaligus sebagai khatamul anbiyak, memberikan penerangan pada jalan yang benar, jalan yang diridhai Allah serta pribadi yang dapat dijadikan teladan, sebagaimana firman Allah:



“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Allah SWT sebagai Sang Khaliq telah mewartakan kepada umat manusia, bahwa pada diri nabi Muhammad SAW terdapat suri tauladan yang baik. Sesungguhnya keteladanan Rasulullah ini telah terbina dan terjaga sejak beliau masih kecil. Dimana beliau dilahirkan sebagai seorang anak yang yatim kemudian pada usia 6 tahun ibunya (Siti Aminah) meninggal, lalu diasuh oleh kakeknya (Abdul Muthalib) hingga beliau berusia 8 tahun, karena kakeknya meninggal, dan mengasuh cucunya hanya 2 tahun saja. Yang akhirnya beliau diasuh oleh pamannya (Abu Thalib). Keadaan Rasulullah yang demikian ini telah menerpa jiwa dan kepribadiannya sebagai pribadi yang tangguh.

Sejak kecil beliau tidak pernah ikut-ikutan dalam pergaulan teman-temannya yang tidak bermanfaat seperti menyembah berhala, membuat sesaji, meminum-minuman keras dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Di lingkungan pergaulan teman-temannya beliau terkenal sebagai pribadi yang jujur sehingga oleh masyarakat diberi gelar Al Amin, gelar yang mulia dan hanya diberikan kepada orang-orang yang melakukan kebaikan pada orang lain.

Bahkan ketika beliau menginjak usia dewasa, melihat kondisi masyarakat yang penuh dengan kemaksiatan beliau beruzlah di gua hira’. Sehingga disanalah beliau menerima wahyu yang pertama yang menandai beliau diangkatnya menjadi Rasulullah. Rasul terakhir penutup para rasul, penyempurna ajaran rasul, dan pembawa rahmat bagi sekalian alam.

Kaum muslimin Jema’ah Jum’at Rahimakumullah.
Nabi Muhammad SAW mempunyai sifat:

  1. Siddiq maknanya Benar. Apa yang disabdakan oleh Rasul/Nabi adalah benar dan dibenarkan kata-katanya. (Siddiq dan sadiqul masduq). Rasul/Nabi tidak berkata-kata melainkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KIZZIB (Dusta). Mustahil Rasul/Nabi mengatakan sesuatu yang tidak dia ketahui dan tidak diwahyukan Allah kepadanya.


“ Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (An-Najm: 3-4).

2. Amanah ialah Rasul akan melakukan sesuatu serta melaksanakan hukum-hukum Allah dengan benar dan tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah SWT. Dan juga Rasul/Nabi tidak memungkiri janji.
من كذب عليا متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
“Barangsiapa yang berdusta atas nama ku, siapkanlah tempatnya di dalam api neraka “ (Bukhari, Muslim )

Maka mustahil Rasul bersifat KHIANAT iaitu tidak amanah dan mungkir janji.

3. TABLIGH yaitu menyampaikan. Rasul/Nabi menyampaikan kepada umatnya apa yang Allah wahyukan kepadanya. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KITMAN yaitu menyembunyikan.

4. FATANAH yaitu bijaksana. Rasul/Nabi mampu memahami perintah-perintah Allah dengan betul dan tepat. Mampu pula berhadapan dengan penentang-penentangnya dengan bijaksana dengan bukti-bukti yang kukuh. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat Jahlun yaitu bebal.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Sungguh empat sifat rasul bila dapat diimplementasikan oleh setiap muslim niscaya akan ditemukan kedahsyatan, perubahan yang signifikan dalam tata aturan kehidupan, yang pada akhirnya akan dapat diwujudkan kehidupan yang bahagia didunia maupun diakherat.

Seringkali kita bingung dan dibingungkan oleh pemberitaan media masa dan elektronik yang menyempaikan berita tentang seseorang atau kelompok orang yang dituduh sebagai pihak yang salah. Ternyata yang terduduh juga menyampaikan kepada media bahwa dia tidak bersalah. Seandainya pihak terdakwa, penuntut dan penegak hukum dapat mewarisi sifat-sifat rasul sebagaimana diatas niscaya tidak akan ada dusta yang pada akhirnya tidak akan ada permusuhan. Jika hal yang demikian ini dapat diwujudkan, sejak 14 abad yang lalu melalui berita didalam Alquran, Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya.



“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)

Sekarang tugas siapa, ketika antara kebaikan dan keburukan, yang makruf dan yang munkar, yang benar dan yang salah saling berhadapan, saling menyerang, saling mengalahkan. Tidak lain adalah merupakan tugas dari masing-masing pribadi muslim, pembinaan terhadap dirinya sendiri dengan jalan mengarahkan hawa nafsu yang mengajak pada perbuatan kemungkaran menuju pada perbuatan menurut panggilan hati nurani dan petunjuk agama. Setelah pembinaan diri dapat diwujudkan sehingga menjadi pribadi yang menjadi teladan, maka tularkanlah keteladanan pada keluarganya. Karena keluarga adalah negara dalam lingkup paling kecil. Maka suatu negara akan diawali dari keluarga. Pembinaan yang baik terhadap keluarga akan menunjang perwujudan negara yang baik.
Kurang apalagi ketika Allah mengutus nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah dari kaumnya sendiri yang sudah dikenal pribadinya sejak kecil, keluarga dan kebiasaanya. Sehingga kebaikan dan kemulyaananya memang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.



“ Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (QS. Attaubah: 128-129)

Akhirnya, dengan mengenang sejarah kelahiran nabi Muhammad kita dapat meneladaninya sehingga menjadi muslim yang senantiasa mendapat petunjuk selama hidup di dunia dan mendapat syafaat di hari qiamat, amin.

بارك الله لى ولكم فى القران الكريم ونفعنى واياكم بما فيه من الايت والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلا وته انه هو السميع العليم.


1/06/2017

Tadzkirah di Tahun Baru 2017-Khutbah Jum'at Terbaru



Setiap pergantian tahun, banyak orang yang bersuka cita, bergembira dengan berbagai macam cara. Pada tahun baru 2017 sebagimana pada tahun-tahun sebelumnya disambut dan dimeriahkan dengan berbagai macam cara. Ada yang berpesta, menonton pertunjukankatkan, menyalahan kembang api, meinium terompet, travelling dan lainnya.

Pernahkan terbersit dalam sanubari, bahwa setiap pergantian tahun berarti usia manusia menjadi berkurang dan semakin mendekati pada ajal atau kematian. Keyakinan yang dalam semua agama bahwa setelah kematiaan akan ada kebangkitan kembali. Di waktu kebangkitan setiap manusia akan menikmati setiap amal yang pernah dilakukan. Alam akhirat adalah abadi, sudahkah menyiapkan diri untuk memcari bekal menghadapi hari akhir?


اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita berupaya meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam Kondisi apapun dan dimanapun kita senanatiasa berupaya untuk menegakkan perintah Allah, tak lupa senantiasa berhati-hati agar segala tindakan bisa selaras dengan perintah Allah, jangan memandang banyak orang yang melaksanakan adalah suatu kebaikan, kemudian tergiur dan mengikuti mereka. Karena Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَنْ عَمِلَ عمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُو ردٌّ

"Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu amalan yang atasnya itu tidak ada perintah kami - maksudnya perintah agama, maka amalan itu wajib ditolak." (HR. Muslim)

Baru saja kita menyaksikan pergantian tahun baru masehi sungguh berbeda dengan tahun baru Hijriyah, dimana pada tahun baru masehi orang-orang lebih cenderung pada perilaku hura-hura, bersuka-cita, terbukti bahwa pada malam tersebut sering diselenggarakan pentas hiburan, membunyikan terompet dan petasan, kembang api, tempat hiburan, wisata, hotel dan home stay selalu penuh. Karena kebanyakan orang ingin menghabiskan dalam kondisi yang demikian sekalipun mereka muslim. Lain sekali dengan tahun baru Muharram, kaum muslimin lebih terfokus pada tempat ibadah, yang diawali dengan membaca doa akhir tahun dan awal tahun, kemudian pada malam hari diselenggarakan renungan, pengajian dan pemberian santuan.
Karena itu Allah SWT mengingatkan:



“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS. Ali Imran: 190)

Sesungguhnya dengan perputarannya malam dan siang sehingga menjadikan hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya. Dalam kehidupan manusia tidak akan bisa lepas dari waktu, karena dengan waktu itu manusia akan menjadi manusia yang beruntung atau merugi, bahagia atau sengsara karena itu sekalipun Allah telah memberikan waktu yang sama kepada semua hambanya, namun dengana waktu itu manusia tidak sama, saling berbeda tergantung dari tingkat produktifitas dan kinerjanya.
Karena itu Allah telah bersumpah dengan waktu sebagaimana firmannya:



“ Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al Ashrs: 1-3).

Sesungguhnya Allah memberikan waktu kepada manusia ada tiga:

  1. Waktu yang telah berlalu, adalah waktu yang sudah tidak akan bisa kembali. Karena itu orang yang sudah tua tidak akan bisa menjadi muda lagi, orang yang sudah berusia 40 tahun tidak akan bisa kembali menjadi 20 tahun. Setiap orang mempunyai masa lalu. Orang yang bijak akan mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi pada masa lalu, yang baik dilanjutkan atau ditingkatkan dan yang tidak baik ditinggalkan untuk beralih pada kebaikan.
  2. Masa sekarang, adalah masa yang sedang dijalankan, seandainya masa sekarang kondisinya lebih baik maka termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Baik buruknya manusia dihadapan Allah adalah masa sekarang, karena itu Allah menentukan orang yang mati dalam kondisi khusnul khatimah adalah yang di akhir hayat sedang mengingat Allah. Rasulullah pernah bersabda “man kana akhiru kalamihi la ilaha illallah dakholal jannah”. Barang siapa yang di akhir hayat mengucapkan la ilaha illahha maka masuk surga. Akhir hayat lidah kaku, mulut dikunci, mata dibutakan, telinga ditutup. Maka kalau tidak membiasakan diri dalam setiap saat beribadah dan beramal shalih akan sulit mengucapkan kalaimat thayyibah.
  3. Masa yang akan datang, adalah masa yang penuh dengan harapan dan cita-cita. Para pelajar dan mahasiswa rajin menuntut ilmu dengan harapan di hari esok akan meraih kesejahteraan dan kebahagiaan. Setiap orang bekerja untuk keperluan hari esok. Hal ini selaras dengan firman Allah:



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18)

Setiap orang menginginkan hari esok dalam kehidupan dunia menjadi lebih baik, demikian pula kehidupan di alam akhirat kelak. Karena itu kebahagian hidup di dua alam itu akan dapat diraih manakala kita mempunyai bekal, adapun bekal yang harus di bawa adalah:


  1. Attuqa: taqwa, landasan mental spiritual setiap muslim, bahwa dalam setiap saat dirinya selalu dalam pengawasan Allah. Setiap amal perbuatan akan dikembalikan kepada dirinya. Karena itu setiap muslim selalu menyadari bahwa dalam kondisi apapun dan dimanapun senantiasa ingat kepada Allah. Dirinya merasa dalam pengawasan Allah, Allah mengetahui apa yang nyata dan yang ghaib, yang lahir dan yang ada di dalam hati.
  2. Al ilm: ilmu, Rasulullah maengatakan bahwa al ilm annur, ilmu adalah cahaya, ilmu yang akan menerangi. Dengan ilmu sesuatu akan menjadi mudah, dengan ilmu sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Karena itu Rasulullah memerintahkan pada umatnya untuk mencari dan mengkaji ilmu. Semakin banyak ilmu yang diperoleh maka akan merasa semakin bodoh. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan merasakan semakin banyak ilmu uyang belum didapat, bahakan akan timbul kesadaraan bahwa ilmunya Allah maha luas, seluas langit dan bumi.
  3. Adabin/ akhlaq, berkorelasi dengan al ilmu, karena semakin banyak mengenyam ilmu, bagi orang-orang yang bertaqwa akan menunjukkan perilaku yang terpuji, akan lebih bijaksana, mudah untuk menghargai pendapat orang, karena dirinya menyadari bahwa penghargaan terhadap orang lain akan menjadikan dirinya lebih berharga. Sebagaimana fakta dan falsafah buah padi, ketika sudah berisi akan menunduk.
  4. Zuhdun/ zuhud. Dengan kelimuan yang telah diraih, seakan semua bisa diraihnya, namun bagi muslim yang mempunyai landasan taqwa tidak akan mudah tergiur dengan kemegahan dan kemewahan dunia. Karena sesungguhnya dunia bersifat fana.


“ dan tidaklah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’am: 32)


“ Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak”. (QS. Al Hadid:20)

Akhirnya dengan memasuki tahun baru ini, semangat, kinerja dan amal ibadah menjadi lebih baik dan meningkat. Agar kita menjadi golongan orang-oarang yang beruntung, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


12/01/2016

Fadhilah Ibadah Menambah Pahala



Beribadah kepada Allah hendaknya melihat kepada para ulama’ dan para ‘abid. Jadilah pribadi yang selalu haus dengan amal shalih, selalu loba pada ahli ibadah. Dan jadilah pribadi yang selalu kukuh untuk meneladani pribadi Rasulullah. Berupayalah untuk meraih keutamaan ibadah, jauhkan sifat hanya sekedar mendengar, berbicara tanpa amal. Wujudkan setiap tarikan nafas dan detak jantung sebagai ibadah.


اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

 Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita berupaya meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bentuk ketaatan orang-orang yang beriman sesungguhnya merupakan ungkapan rasa syukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah. Pernahkah kita membayangkan sungguh besar dan banyaknya karunia Allah. Pernahkah kita memikirkan dan menyadari bahwa kita diberikan panjang umur, kesehatan dan kesempatan adalah merupakan kenikmatan? Ataukah segala pemberian Allah dipandang sebagai suatu yang dibiarkan berlalu tanpa makna?

Karena itu dalam kesempatan khutbah ini sejenak marilah kita renungkan firman Allah:


….dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim: 34)

Allah sebagai Al Khaliq, telah menciptakan makhluk termasuk manusia dengan diberikan segala kebutuhan yang diperlukan. Bahkan ketika kita disuruh untuk menghitung nikmat Allah niscaya kita tidak akan dapat menghitungnya. Karena itu dengan banyaknya nikmat Allah kita berupaya untuk menjadi orang-orang yang pandai bersyukur, karena sesungguhnya dengan bersyukur niscaya Allah akan menambahkan nikmatnya kepada kita. Kenikmatan yang akan diberikan Allah baik di alam dunia maupun di akherat kelak.

Sebagai contoh ibadah shalat, yang menjadi salah satu kewajiban utama bagi umat Islam. Bagaimanakah Allah memerintahkan, dan Rasulullah menegaskan bahwa shalat menjadi tiang agama, bahkan shalat menjadi barometer setiap amal perbuatan orang-orang yang beriman. Shalat yang berkualitas akan dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Di akherat kelak akan menjadi ibadah yang pertama kali akan ditanyakan. Bila shalatnya baik maka ibadah yang lain akan menjadi baik.

Ketika Allah memerintahkan untuk menegakkan shalat, Allah akan melipatgandakan pahala shalat dengan beberapa macam cara:
1. Bila dilaksanakan dengan berjamaah maka Allah akan melipatgandakan menjadi 27 derajat:

"صَلاةُ الجَمَاعَةِ أَفضَلُ مِنْ صَلاةِ الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ درَجَةً " متفقٌ عليه
"Shalat jamaah adalah lebih utama dari shalat fadz yakni sendirian dengan kelebihan dua puluh tujuh derajat." (HR. Buchari Muslim).

2. Bila setiap saat berjamaah di masjid (pagi dan petang) maka Allah akan memberikan hidangan layaknya ahli jannah.
" مَنْ غَدا إِلى المسْجِدِ أَوْ رَاحَ ، أَعَدَّ اللَّه لهُ في الجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ " متفق عليه .
"Barangsiapa pergi ke masjid pada waktu pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan makanan yang lezat di surga, setiap ia pergi pada waktu pagi atau sore hari." (HR. Buchari Muslim)

3. Bila rajin shalat jama’ah di masjid maka dosanya akan berkurang dan akan dinaikkan derajadnya oleh Allah.
" مَنْ تَطَهَّرَ في بَيْتِهِ ، ثُمَّ مَضى إِلى بيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ ، لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرائِضِ اللَّهِ كانَتْ خُطُواتُهُ إِحْدَاها تَحُطُّ خَطِيئَةً ، والأُخْرى تَرْفَعُ دَرَجَةً " رواه مسلم .
" Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia pergi ke salah satu dari beberapa rumah Allah yakni masjid untuk menyelesaikan salah satu shalat wajib dari beberapa shalat yang diwajibkan oleh Allah, maka langkah-langkahnya itu yang selangkah dapat menghapuskan satu kesalahan sedang langkah yang lainnya dapat menaikkan satu derajat." (HR. Muslim) 

4. Menegakkan shalat-shalat tertentu di masjid maka akan diberikan keutamaan tertentu pula.
يَتَعَاقَبُونَ فِيكم مَلائِكَةٌ بِاللَّيْلِ، وملائِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيجْتَمِعُونَ في صَلاةِ الصُّبْحِ وصلاةِ العصْرِ، ثُمَّ يعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكم، فيسْأَلُهُمُ اللَّه وهُو أَعْلمُ بهِمْ: كَيفَ تَرَكتمْ عِبادِي؟ فَيقُولُونَ : تَركنَاهُمْ وهُمْ يُصَلُّونَ، وأَتيناهُمْ وهُمْ يُصلُّون " . متفقٌ عليه .

"Berganti-gantilah untuk menyertai engkau semua beberapa malaikat di waktu malam dan beberapa malaikat di waktu siang. Mereka berkumpul dalam shalat Subuh dan shalat Asar. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam denganmu semua itu, lalu Allah bertanya kepada mereka, padahal sebenarnya Allah adalah lebih Maha Mengetahui tentang hal ihwal hamba-hamba-Nya, Allah bertanya: "Bagaimanakah engkau semua meninggalkan hamba-hamba-Ku?" lalu para malaikat itu menjawab: "Kita meninggalkan mereka dan mereka sedang melakukan shalat dan sewaktu kita mendatangi mereka itu, juga di waktu mereka melakukan shalat." (HR. Buchari Muslim) 

"مَنْ صَلَّى العِشَاءَ في جَمَاعَةٍ ، فَكَأَنَّما قامَ نِصْف اللَّيْل وَمَنْ صَلَّى الصبْح في جَمَاعَةٍ ، فَكَأَنَّما صَلَّى اللَّيْل كُلَّهُ " رواه مسلم .

"Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dengan jamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat separuh malam dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Subuh dengan jamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat semalam suntuk." (HR. Muslim)

Begitu besarnya karunia Allah yang kelak akan kepada orang-orang yang beriman. Maka Rasullah mengandai-andai.

" وَلَوْ يعْلَمُونَ مَا في العَتَمَةِ والصُّبْحِ لأَتَوْهُما وَلَو حبْوًا " متفقٌ عليه . وقد سبق بطوِلهِ .
"Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besar pahalanya mengerjakan shalat Isya' dan Subuh dengan berjamaah, niscayalah mereka akan mendatangi kedua shalat itu, sekalipun dengan berjalan merangkak." (HR. Buchari Muslim)

Begitulah cara Allah melipatgandakan pahala kepada orang-orang yang beriman, walaupun umat nabi Muhammad usianya pendek-pendek berkisar maksimal antara 60-70 tahun sangat jauh berbeda dengan umat yang lain yang lebih lama. Namun sekalipun pendek bila dapat memaksimalkan perintah Allah beserta usaha untuk meraih keutamaan ibadah niscaya bobot pahalanya akan menjadi lebih banyak. Sekalipun usia pendek mudah-mudahan selalu istiqomah dalam menjalankan ketaatan sehingga akan meraih keutamaan yang lebih banyak, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

6/09/2016

Puasa Ramadhan Wujudkan Kesalihan Ritual, Spiritual dan Sosial



             Ibadah puasa adalah ibadah sirri, siapa yang mengetahui bahwa si Fulan sedang puasa. Karena kebetulan si Fulan biasa melaksanakan puasa sehingga setiap aktifitasnya tidak mengalami penurunan. Ibadah puasa dilakukan dengan ikhlas, sehingga dengan keikhlasan itu bisa mengalahkan rasa lapar, haus dan lemas. Sebaliknya siapa yang mengetahui bahwa si Fulan 2 baru saja makan dan minum dengan kenyang sehingga kemudian mengantuk dan tidur. Sulit untuk dibedakan antara si Fulan dan si Fulan 2. Karena ketika bersama dengan teman-temannya tidak makan, minum atau merokok. Inilah ibadah puasa hanya diri sendirilah yang tahu, dan tentu saja Allah Maha Tahu.


اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مبَارَكًا كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الْاُ مَمِ الْمَاضِيَةِ وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
           Pertama dan yang paling utama kami mengajak Jemaah sekalian marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Tentu saja kita laksanakan secara pelan namun pasti, istiqomah dan ikhlas agar ibadah yang kita laksanakan akan mencapai pada kesempurnaaan.

           Demikian pula pada saat ini kita sedang melaksanakan puasa Ramadhan, dimana puasa ini merupakan perintah Allah yang dikhususkan bagi orang-orang yang beriman:


“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. (QS. Al Baqarah; 183-184)

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
            Sejak usia aqil baligh, sudah berapa kali kita melaksanakan puasa Ramadan, disini bukan bermaksud mendorong untuk menghitung-hitung amal ibadah dan kesalihan yang pernah dilakukan, yang justru terkadang akan menimbulkan sikap ujub, namun ini sebagai media evaluasi, sejauh mana ibadah puasa yang telah dilakukan itu dapat mencapai derajat muttaqin. Karena sesungguhnya pribadi yang muttaqin akan terpancar pada sikap dan perilaku yang akan membentuk kesalihan ritual, spiritual dan sosial.
            Puasa Ramadhan adalah ibadah sirri, untuk menguji sejauhmana kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Bagi orang yang bertaqwa menyadari bahwa bulan Ramadhan adalah pesta ibadah. Dimana nilai ibadah puasa akan langsung diterima oleh Allah, dan ibadah-ibadah yang lain akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW pernah berkata:
كُلُّ عَملِ ابنِ آدَمَ يُضَاعفُ الحسَنَةُ بِعشْر أَمْثَالِهَا إِلى سَبْعِمِائة ضِعْفٍ . قال اللَّه تعالى : " إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وأَنا أَجْزي بِهِ : يدعُ شَهْوتَهُ وَطَعامَهُ مِنْ أَجْلي .
“Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya hingga tujuhratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintah-Ku”. (HR. Muslim)

            Begitu besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sehingga ibadah sunnah pada bulan Ramadhan dinilai seperti ibadah yang fi fardhukan/ diwajibkan. Demikian pula ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah. Karena itu untuk memperoleh predikat menjadi orang muttaqin disamping dapat menjaga dari segala yang membatalkan puasa secara lahir, seperti makan minum dan melakukan hubungan suami isteri pada siang hari, hendaknya juga dapat menjaga sikap ruhaniyah sehingga ibadah puasa berdimensi ibadah lahir dana batin. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan:

1. Memelihara lidah untuk tidak berdusta, mencaci orang, mencampuri urusan orang lain, mengekang mata telinga dari melihat atau mendengar sesuatu yang tidak baik.
والصِّيام جُنَّةٌ فَإِذا كَانَ يوْمُ صوْمِ أَحدِكُمْ فلا يرْفُثْ ولا يَصْخَبْ، فَإِنْ سابَّهُ أَحدٌ أَوْ قاتَلَهُ ، فَلْيقُلْ : إِنِّي صَائمٌ
“Puasa adalah sebagai perisai, maka orang yang berpuasa, janganlah ia berkata kotor atau melakukan perbuatan yang jelek, atau apabila ada orang yang menyakiti atau bertengkar dengannya atau memakinya, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah berpuasa."

2. Menahan perutnya dari dari makanan-makanan yang haram, subhat, karena perlunya mengusahakan makanan yang halal dari segi zatnya sifat maupun af’alnya.

3. Menjaga seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan yang tidak bermafaat yang tidak ada hubungannya dengan dirinya secara langsung. Karena bila hal ini dilakukan maka ibadah puasa yang dilakukan hanya memperoleh lapar dan dahaga saja.
كم من صائم ليس له من صيامه الاالجوع والعطش
“Banyak orang berpuasa, tetapi puasanya tiada berarti kecuali hanya menahan lapar dan dahaga saja”.

4. Meninggalkan perbuatan maksiat, ini menjadi kewajiban baik baik orang yang berpuasa atau tidak, sedang melaksanakan puasa atau tidak. Namun bagi yang sedang berpuasa dituntut untuk lebih berhati-hati.

5. Orang yang berpuasa hendaknya jangan terlalu banyak tidur di siang hari, dan terlalu banyak makan di malam hari. Hendaknya selalu bersahaja dalam kedua hal, agar dapat merasakan pedihnya lapar dan dahaga. Dengan demikian jiwanya akan terdidik, nafsu syahwatnya terkendali dan hatinya bercahaya.

6. Kesibukan urusan duniawi hendaknya lebih diarahkan pada kegiatan beribadah sebanyak-banyaknya dan berzikir kepada Allah.

Mudah-mudahan ibadah puasa dan semua amal shalih yang telah kita lakukan tercatat sebagai amal shalih yang diterima oleh Allah, dan yang belum kita laksanakan semoga senantisa diberikan kemampuan dan kesempaan untuk menjalankannya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

9/04/2015

Haji Cukup Sekali dan Qurban Untuk Selama Berkemampuan



Rasulullah Muhammad SAW pernah berkata dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa dalam suatu khutbah belia bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah mewajibkan atasmu semua akan beribadat haji, maka kerjakanlah ibadat haji itu." Kemudian ada seorang lelaki bertanya: "Apakah itu untuk setiap tahun, ya Rasulullah?" Rsul SAW berdiam saja, yakni tidak menjawab pertanyaannya tadi, kemudian orang itu menanyakannya sampai tiga kali. Rasulullah SAW lalu bersabda: "Jikalau saya menjawab: "Ya," niscayalah beribadat haji akan menjadi wajib setiap tahun sekali, dan tentu engkau semua tidak akan kuasa mengerjakannya." Selanjutnya Rasul SAW bersabda: "Tinggalkanlah aku, yakni janganlah menanyakan padaku, apa-apa yang saya tinggalkan untukmu semua, yakni apa-apa yang tidak saya sebutkan. Karena yang menyebabkan rusaknya orang-orang yang sebelummu semua itu ialah karena mereka terlampau banyak bertanya dan senantiasa menyalahi pada nabi-nabi mereka. Maka dari itu, apabila saya memerintahkan kepadanmu semua dengan sesuatu perkara, lakukanlah itu sekuat tenaga yang ada padamu semua dan jikalau saya melarang engkau semua dari sesuatu perkara, maka tinggalkanlah itu”.

Berbeda dengan qurban, selagi masih ada kemampuan dan mendapatkan kenikmatan dari Allah, maka wujudkan rasa syukur itu diantaranya dengan melaksanakan qurban. Haji da qurban adalah perintah Allah kepada nabi Ibrahim yang tetap dilestarikan pada syariat nabi Muhammad SAW.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dua hari yang lalu kita menyaksikan kebahagiaan dan kesedihan yang bercampur manjadi satu, pertama kebahagiaan orang-orang yang dipanggil oleh Allah untuk mengunjungi Baitullah, melaksanakan ibadah haji, menyempurnakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu melaksanakan rukun Islam yang kelima. Penantian yang cukup lama ternyata pada akhirnya sampai pada urutannya. Sehingga harapanya untuk sampai ke tanah suci yang selama ini hanya mendengar cerita orang dan melihat di televisi namun pada akhirnya akan disaksikan dan dirasakan secara langsung.

Dibalik kebahagian itu ternyata bercampur dengan kesedihan, betapa banyak para isteri, orang tua dan anak-anaknya bersedih, menenteskan air mata, bahkan kadang para sahabat, tetangga dan saudara-sauara muslim yang lain ikut merasakan kesedihan sehingga tanpa disadari air mata berlinang dan merasakan kesedihan. Kesedihan ini dirasakan karena akan segera ditinggal oleh orang yang dicintai, walaupun hanya beberapa saat namun tidak menutup kemungkinan ada perasaan lain yang kadang mendahului qodrat dan irodat Allah. Karena ini melalui mimbar khutbah ini marilah kita doakan saudara-sauara kita yang sedang melaksanakan ibadah haji senantiasa diberikan kesehatan, kesabaran, kelapangan, kesempatan dan kemampuan untuk menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji. Seluruh rukun, wajib dan sunnah-sunnah haji dapat dilaksanakan dengan baik sehingga kelak kembali ke tanah air tetap sehat dan memperoleh predikat haji mabrur.

Ibadah haji adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah diperintahkan Allah SWT:



“….mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran: 97)

Salah satu syarat mengerjakan haji adalah istitha’ah, para ulama’ berbeda pendapat dalam penanfsirannya, sebagian mereka mengatakan kemampuan dalam hal bekal dan kendaraan disertai amannya dalam perjalanan. Sebagian mereka mengartikan sehat jasmani dan mampu berjalan. Sebagian lagi mengatakan lagi sehat badannya, merasa aman dari gangguan musuh dan binatang buas, disertai dengan kemampuan membekali diri dengan harta untuk perbekalan dan ongkos perjalanan, serta dilunansi semua hutang orang yang bersangkutan, diserahkan semua titipan dan mampu membekali nafkah orang-orang yang menjadi tanggungannya selama menunaikan ibadah haji. Karena itu istitho’ah (kemampuan) yang perwujudannya saling berbeda antara seorang dengan orang lain dan dari masa- kemasa. (terj. Tafsir Al Maraghi, hal: 15)

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam, sebagaimana sabda rasul:

بُنِيَ الإسْلامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهادَةِ أَنْ لا إله إلا اللَّه وأَنَّ مُحَمَّداً رسولُ اللَّهِ ، وإقَامِ الصَّلاةِ وإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وحَجِّ البيْتِ ، وصَوْمِ رَمَضَانَ " متفقٌ عليهِ 

"Islam didirikan atas lima perkara, yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." (Muttafaq ‘alaih)

Karena itu haji adalah merupakan ibadah yang paling utama sebagaimana ketika sahabat bertanya pada rasul:

أَيُّ العَمَلِ أَفضَلُ ؟ قال: " إيمانٌ بِاللَّهِ ورَسُولِهِ" قيل: ثُمَّ ماذَا؟ قال: " الجِهَادُ في سَبِيلِ اللَّهِ " قيل: ثمَّ ماذَا؟ قَال: " حَجٌ مَبرُورٌ " متفقٌ عليهِ.

"Amalan manakah yang lebih utama?" Rasul SAW. menjawab: "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Ditanya lagi: "Kemudian apakah?" Rasul SAW menjawab: "Jihad fi-sabilillah." Ditanya pula: "Kemudian apakah?" Rasul SAW. menjawab: "Haji yang mabrur." (Muttafaq 'alaih)

Di Tanah Suci para jemaah haji berupaya untuk melakukan rangkaian ibadah haji, diantaranya ihram, wukuf di Arafah, thawaf ifadhah, sa'i, mencukur rambut di kepala atau memotongnya sebagian, melontar jumrah, mabit (menginap) di Mudzdalifah, mabit di Mina, thawaf wada' (tawaf perpisahan), dan amalan-amalan sunnah lainnya. Para jemaah haji akan fokus seluruh waktunya digunakan untuk ibadah, mereka lupakan hiruk-pikuk kesibukan di tanah air, semuanya hanya tercurah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu Allah kelak akan memberikan balasan bagi mereka:

" العُمْرَة إلى العُمْرِة كَفَّارةٌ لما بيْنهُما، والحجُّ المَبرُورُ لَيس لهُ جزَاءٌ إلاَّ الجَنَّةَ ". متفقٌ عليهِ

"Umrah ke umrah yang berikutnya adalah menjadi penutup dosa dalam waktu antara dua kali umrah itu, sedang haji mabrur maka tidak ada balasan bagi yang melakukannya itu melainkan syurga." (Muttafaq 'alaih)

Ketika para jemaah haji sedang berlomba-lomba untuk meraih ridha Allah, karena itu bagi kaum muslimin yang berada di tanah air diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban, sebagaimana firman Allah:



“ Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar:1-3)

Qurban adalah salah satu ibadah yang utama, karena qurban merupakan impelentasi dari iman dan taqwa kepada Allah, iman bukan semata-mata hanya perkataan di lisan, tetapi keyakinan didalam hati, dari iman itu terus dikuatkan sehingga menjadi bentuk amal perbuatan. Iman bukan hanya menjadi cita-cita dan perhiasan saja. Karena itu dengan keimanan pula tergerak hatinya untuk menusuri jejak sejarah nabi Ibrahim sebagai rasul yang kaya dan dermawan dan keimanannya benar-benar telah teruji. Hal ini terbukti ketika Allah menguji dengan memerintahkan untuk menyembelih putra kesayangan yang dinanti-nantikan kelahirannya. Beliaupun taat, dan dengan ketaatan inilah Allah mengganti dengan qurban seekor binatang. Karena itu ketaqwaanlah yang akan sampai kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah:


“ Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. (QS. Al Haj:37)

Dengan berqurban, orang akan merasa dekat dengan Allah, akan diberikan kecukupan oleh Allah dan dengan berqurban akan menjadi hamba Allah yang bersabar dan bersyukur.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



5/22/2015

Implementasi Syukur - Khutbah Bahasa Indonesia



Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.


اِنَّ الْحَمْدَلِلّٰهِ الَّذِىْ فَضَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى سَائِرِ الْاَيَّامِ الْمُتَعَدِّدَةِ وَجَعَلَ فِيْهِ سَاعَةً مُسْتَجَابَةً لِمَنْ دَعَاهُ بِخُلُوْصِ النِّيَّةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ تُنْجِيْنَا مِنْ جَمِيْعِ الْاَهْوَالِ وَالْمَشَاكِلَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ اللهُ بِالرَّحْمَةِ وَالرَّأْفَةِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini tak lupa saya berwasiat untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesungguhya segala perintah dan larangan Allah akan membawa konsekwensi, baik dalam suasana kehidupan dunia dan di akhira kelak. Seorang hamba Alah yang senantiasa merasa dalam kondisi ketaatan kepada Allah maka dia akan memperoleh ketenangan, kebahagiaan bahkan kesejahteraan dalam hidup, demikian pula di akhirat akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Sebaliknya hamba Allah yang senantiasa berada pada jalan kesesatan atau kefasikan maka akan dijauhkan dari kebahagiaan, ketenangan dan kesejahteraan. Namun seandainya sedang berada dalam kejayaan sesungguhnya Allah sedang menguji hambanya.
Karena itu sebaik-baik hamba Allah adalah yang senantiasa meningkatkan rasa syukur dalam dirinya, Allah SWT telah berfirman:


“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Didalam ayat Alquran tersebut Allah SWT telah memaklumkan yaitu memberi tahu tentang janjinya. Dalam tafisr Ibnu Katsir ayat tersebut bisa bermakna bahwa Allah telah bersumpah dengan keperkasaan, keagungan dan kebesaran-Nya. Jika kamu bersyukur maka Allah akan menambah kenikmtannya dan jika kamu mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya azab-Ku (Allah) sangat pedih.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Ada sementara orang yang memaknai kenikmatan Allah adalah berupa harta yang banyak, pangkat dan jabatan yang menggiurkan. Kebanyakan bila memperolehnya segera bersyukur, dengan melakukan sujud syukur atau mengucapkan hamdalah. Bagi yang berpendapat seperti ini memang tidak salah namun tidak sepenuhnya benar. Bagaimanakah dengan kepemilikan yang telah diraihnya itu namun tiba-tiba dirinya jatuh sakit.

Bagaimanakah bila hari-harinya selalu dihabiskan untuk mempertahankan harta, pangkat dan jabatan. Seluruh waktu, fikiran dan tenaga difokuskan pada karier dan harta sehinga melalaikan tugas dalam keluarga dan dalam masyarakat. Kebahagiaan, kesejaheraan dan ketenangan yang baru saja dirasakan berbalik menjadi musibah dan bencana yang datang silih berganti nyaris tidak ada ujung pangkalnya.

Karena itu sesungguhnya kesehatan adalah kenikmatan, umur yang panjang adalah kenikmatan, kesempatan adalah kenikmatan. Dan semua ini harus disyukuri dan dengan kesyukuran itulah Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya. Betapa besarnya faedah dan keuntungan yang akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah rahmat-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Mensyukuri rahmat Allah, pertama ialah dengan ucapan yang setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin atau pun sengsara, bahkan sebaliknya rezekinya senantiasa bertambah dan kekayaannya makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat bertambah bahkan lekas menyusut. Dalam pada itu ia senantiasa dibenci dan dikutuki orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أُعْطِيَ فَشَكَرَ, وَابْتُلِيَ فَصَبَرَ,وَظُلِمَ فَغَفَرَ,وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ,ثُمَّ سَكَتَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ, فَقَالُواْ: مَا لَهُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اُولٰۤئِكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْن (رواه ابوداود

“Barang siapa diberi karunia lalu bersyukur (berterima kasih), diuji lalu bersabar, dianiaya lalu memafkan, dan bila mendhalimi ia meminta maaf, kemudian beliau berdiam diri. Lalu para sahabat bertanya, “Mangapa wahai Rasululah? Beliau menjawab, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka juga mendapa hidayah”.(HR. Abu Dawud)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Sudahkan kita termasuk orang-orang yang bersyukur? Ada beberapa tanda-tanda pribadi yang besyukur diantaranya:
  1. Adanya perasaan gembira terhadap keberadaan nikmat itu yang untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peningkatan amal ibadah dan pendekatan diri kepada-Nya.
  2. Memperbanyak ucapan syukur dan berterimakasih kepada Allah dengan memuji-Nya, karena hanya Allah tempat segala pujian.
  3. Mengerjakan ketaatan kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah diberikan, seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan ketaatan itu.
  4. Menggunakan segala kenikmatan pada tempat-tempat yang diridhai, dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti takabur, ujub, tamak, menganiaya, melampui batas dan memusuhi orang lain.
  5. Senantiasa memandang besar suatu nikmat, sekalipun nikmat itu terasa kecil, karena nikmat Allah teramat besar dan tidak dapat dihitung.


“ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Annahl: 18)

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, agar termasuk golongan orang-orang yang pandai mensyukuri atas segala kenikmatan yang telah diterimanya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

3/27/2015

Usaha Mewujudkan Masjid Dicintai Jema'ah



Masjid adalah suatu bangunan tempat suci, tempat untuk bersujud bagi orang-orang Islam, dan masjid merupakan benda mati yang tergantung pada orang-orang Islam untuk menjadikan masjid menjadi tempat yang dicintai oleh jema’ahnya. Bagaimanakah masjid akan dicintai jema’ahnya, hal ini arti peran pentingnya takmir masjid untuk mengupayakan agar masjid dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang Islam. Mengapa orang-orang Islam terdorong pergi ke masjid, mengapa ada suatu masjid yang tidak pernah sepi dari jema’ah, baik itu untuk kepentingan menegakkan shalat atau untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Namun sebaliknya ada juga masjid yang sepi dari jema’ah, bahkan lingkungannya terkesan kumuh dan kotor.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, saya berwasiat khususnya pada diri sendiri dan umumnya kepada jema’ah sekalian, marilah bersama-sama kita berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena segala perintah Allah akan mendatangkan kemaslahatan hidup manusia baik dunia mapun akhirat dan setiap larangan Allah akan mendatangkan musibah dan bencana. Karena itu suatu anugerah yang tiada tara, bahwa hingga saat ini kita sekalian masih diberikan kesempatan panjang umur, kesehatan dan kesempatan sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jum’at di masjid ini.
Masjid dan tempat ibadah lainnya adalah merupakan ladang beramal dan beribadah, baik dalam mewujudkan bangunan fisik maupun upaya pemeliharaan, perawatan dan penggunaannya untuk peningkatan iman, ilmu dan amaliyah. Allah telah berfirman:


“ Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (QS. Attaubah: 108)

Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَنْ بَنَى للهُ مَسْجِدًا يَبْتَغِيْ بِهِ وَجْهِ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسلم)
“Barang siapa membangun masjid bagi Allah untuk mengharapkan keridhaan-Nya, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah dalam Surga”. (HR.Buchari Muslim)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Masjid adalah suatu bangunan tempat suci, tempat untuk bersujud bagi orang-orang Islam, dan masjid merupakan benda mati yang tergantung pada orang-orang Islam untuk menjadikan masjid menjadi tempat yang dicintai oleh jema’ahnya. Bagaimanakah masjid akan dicintai jema’ahnya, hal ini arti peran pentingnya takmir masjid untuk mengupayakan agar masjid dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang Islam. Mengapa orang-orang Islam terdorong pergi ke masjid, mengapa ada suatu masjid yang tidak pernah sepi dari jema’ah, baik itu untuk kepentingan menegakkan shalat atau untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Namun sebaliknya ada juga masjid yang sepi dari jema’ah, bahkan lingkungannya terkesan kumuh dan kotor. Karena itu bila kita amati mengapa suatu masjid dicintai jema’ah, tentunya ada sebab-sebab yang dapat mendorong jema’ah mencintai masjid diantaranya:

  1. Adanya perasaan damai dan merasa dekat dengan Allah, ibadahnya terasa lebih khusuk, karena itu setiap mukmin akan berbondong-bondong shalat berjama’ah didalam masjid. Masjid yang selalu terjaga kebersihannya, karpetnya selalu bersih dan wangi, lantainya selalu bersih, penerangannya cukup, sound sistemnya sangat nyaman. Ornament dan fentilasi yang bagus, imamnya fasih, khutbahnya selalu aktual untukmembimbing dan memberikan penerangan kepada umat..
  2. Jema’ah ketika berada di masjid merasa memperoleh pelayanan dalam bidang pembinaan mental spiritual, karena di masjid senantiasa diselenggarakan majlis taklim, TPQ, Madrasah Diniyah dan sebagainya. Takmir masjid yang selalu memperhatikan orang-orang miskin dan anak yatim untuk diberikan santunan, demikian pula juga diselenggarakan pengobatan pada orang-orang yang sakit. Koprasi masjid untuk memberikan bantuan modal.
  3. Demikian pula dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan juga memperoleh pelayanan, karena dengan pemberdayaan zakat, infaq dan shadaqah dapat menopang keperluan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemberian zakat konsumtif untuk waktu yang singkat dan zakat produktif yang disertai dengan pembinaan untuk merubah status mustahiq menjadi muzakki.
  4. Suasana lingkungan masjid mulai dari tempat bersujud, serambi masjid, wc, tempat wudhu, serambi dan halaman masjid senanatiasa terjaga kebersihannya. Perlu diperhatikan bahwa tempat wudhu dan wc hendaknya dibuat yang bagus, leluasa dan terpisah antara laki-laki dan perempuan. Karena tempat wudhu adalah langkah awal untuk memasuki masjid, bila ditempat wudhu dan wc senantiasa terjaga kebersihan dan kesuciannya niscaya didalam masjid juga akan terjaga kebersihan dan kesuciannya, sehingga akan yakin ibadahnya diterima Allah SWT. Lain halnya bila wc dan tempat wudhunya kotor, berbau pesing, banyak lumutnya niscaya kesuciannya sulit untuk dijaga, sehingga tidak menutup kemungkinan ibadah shalat yang seharusnya suci dari hadas dan najis namun ternyata najis tidak bisa lepas darinya.
  5. Di masjid tersedia taman bacaan, perpustakaan, majalah dinding,papan informasi tempat para Jemaah masjid mencari informasi dan untuk menambah keilmuan.
  6. Lingkungan sekitar masjid yang nampak rindang dan sejuk, karena itu perlunya pemeliharaan taman masjid.
  7. Masjid yang terjaga keamannya, sehingga para jama’ah merasa nyaman dan aman ketika sedang melaksanakan ibadah.
Hal-hal tersebut diatas yang menjadi motivasi, jema’ah untuk berkunjung ke masjid. Misalnya masjid yang menjadi tempat persinggahan para musafir, meraka sering singgah di masjid tersebut karena merasa aman, nyaman dan menyenangkan.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Untuk selanjutnya siapakah yang melayani dan siapakah yang dilayani, masjid adalah bangunan atau tempat ibadah yang bersifat umum, dibangun dan dipergunakan untuk kepentingan orang-orang Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah. Melayani kepentingan jema’ah adalah pahala yang dijanjikan Allah, konsekwensi dari pahala adalah anugerah dari Allah, orang akan merasa tenang, damai, bahkan merasa selalu merasa cukup dan diberikan kecukupan oleh Allah SWT terutama dalam kehidupan di dunia ini. Dan di alam akhirat akan diberikan balasan berupa Surga. Karena itu melayani jemaa’ah dapat dilakukan sesuai dengan bidang, keahlian dan kemampuannya masing-masing. Bisa dengan tenaga, pikiran atau hartanya. Rasulullah SAW bersabda:

أَنَّ امْرَأَةً كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ أَيْ تَكْنِسُهُ فَمَاتَتْ فَسَأَلَ عَنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيْلَ لَهُ: مَاتَتْ، أَفَلَا كُنْتُمْ آذَنْتُمُوْنِيْ بِهَا لِأُصَلِّيَ عَلَيْهَا؟ دُلُّوْنِيْ عَلَى قَبْرِهَا، فَأَتَى قَبْرَهَا فَصَلِّى عَلَيْهَا

“Sesungguhnya ada seorang perempuan yang biasa menyapu mesjid lalu meninggal dunia, Rasulullah SAW menanyakannya dan tatkala dikatakan kepadanya bahwa perempuan itu sudah meninggal, Rasulullah berkata: "Mengapa kamu tidak memberitahukan kepada saya agar saya salatkan ia? Tunjukkanlah kepadaku di mana kuburnya." Maka Rasulullah mendatangi kuburan itu lalu beliau salat atasnya”. (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
 
مَنْ أَسْرَجَ سِرَاجًا فِيْ مَسْجِدٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةِ وَحَمَلَةُ الْعَرْشِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ مَادَامَ فِيْ ذَلِكَ الْمَسْجِدِ ضَوْءُهُ (رواه سالم الراز عن أنس

“Barang siapa yang menyalakan penerangan dalam mesjid, niscaya para malaikat dan pemikul-pemikul Arasy senantiasa memohon ampun kepada Allah agar diampuni dosanya selama lampu itu bercahaya dalam masjid”. (H.R. Salim Ar Razi dari Anas RA.)

Adalah suatu kemuliaan bagi umat Islam, dimanapun tempatnya telah tersebar tempat ibadahyang dibangun oleh masyarakat sekitar, sekalipun tidak ikut membangun tetapi yang membangun merasa senang bila masjidnya digunakan untuk beribadah. Karena itu ketika berada di lingkungan masjid atau tempat ibadah lainnya jadilah pelayan untuk dirinya sendiri, jangan minta dilayani tetapi berusahalah untuk memberikan pelayanan kepada orang lain. Misalnya disekita masjid telah disediakan tempat sampah, maka buanglah sampah pada tempatnya. Jangan meninggalkan bau air seni atau tinja setelah memasuki wc, karena itu turutlah menjaga kebersihan. Gunakanlah air secukupnya, jangan berbuat gaduh didalam masjid, dan yang tak kalah penting sebelum meninggalkan masjid sisihkan sedikit harta, berinfaq guna membantu kegiatan operasional masjid.

Begitulah bahwa masjid agar dicintai jema’ah adalah tergantung pada kepedulian umat Islam untuk menjaga, merawat dan mempergunakan masjid sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
 فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.