Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

5/26/2020

Lockdown dan silaturahmi Atasi Kejenuhan


Sebelum masuk 1 Syawal 1441 H setiap daerah semakin mencekam, lockdown banyak diberlakukan hampir semua daerah, akses pada setiap perkampungan ditutup. Pada tanggal 1 Syawal lockdown benar-benar telah dilaksanakan. Ada dua hal dalam terkait berkaitan berakhirnya bulan Ramadhan, yaitu pelaksanan shalat Idul Fitri dan shilaturahmi.


  1. Dengan jiwa besar tetap tenang dengan wabah pandemi Covid-19, tetapi selalu waspada bahwa musibah dan bencana kadang datangnya tidak dikehendaki dan secara tiba-tiba. Virus adalah makhluk Allah yang sangat kecil, bahkan orang yang terkena virus corona kadang tanpa gejala karena itu orang dalam kelompok ini menerapkan kewaspadaan dini dengan melaksanakan salat Idul Fitri di rumah atau di keluarga kecil mereka.
  2. Bersikap gusar dalam melaksanakan himbauan pemerintah himbauan, untuk memakai masker, melaksanakan sosial distencing, lockdown ternyata khawatir tidak bisa melaksanakan ibadah sebagaimana biasanya, kelompok ini kadang tidak mempedulikan untuk memakai masker, melaksanakan sosial distancing, lockdown, karena mereka berprinsip bahwa sehat, hidup dan mati adalah kehendak Allah.
  3. Tidak mempedulikan himbauan pemerintah, tetap melaksanakan jamaah salat tarawih, majelis taklim, shalat Idul Fitri, silaturrahmi adalah perintah Allah. Allah adalah Pemilik, pencipta dan pengatur segala yang ada di alam semesta, maka bila Dia telah memerintahkan mengapa harus takut? Hidup dan mati adalah di tangan Allah, bila sedang melaksanakan ibadah tersebut kemudian dipanggil oleh Allah lalu meninggal, maka mereka berkeyakinan matinya adalah mati syahid.
  4. Pada kegiatan silaturahmi, masyarakat nampak sudah taat pada himbauan pemerintah. Pada umumnya tidak melaksanakan kunjungan dari rumah ke rumah, kepada saudara, teman dan kerabat kecuali hanya sebagian kecil yang tetap mengadakan kunjungan. Terutama anak kepada orang tua atau kepada orang yang dipandang yang dihormati, kesepuan dan tokoh agama, maka mereka tetap melaksanakan silaturahim. Namun karena akses dari kampung ke kampung bahkan tiap gang sudah dipasang portal sehingga lebaran pada tahun 1441 H lebih dominan berdiam di rumah atau beraktivitas tetapi berupaya menghindari kerumunan.


Jenuh dengan aksi
Kebanyakan orang merasa jenuh untuk tinggal di rumah, apalagi anak-anak kecil, para pelajar yang menginginkan hal-hal baru. Hampir dua bulan mereka berdiam di rumah, belajar di rumah, dan semua aktifitas dikerjakan di rumah. Kata jenuh yang merupakan ungkapan dari hati, perlu disikapi dengan tindakan aksi, yaitu dengan berdiam diri. Perlunya meningkatkan pemahaman dan kesadaran diri.

Ada yang menanyakan, sampai kapankah pandemi virus corona akan berakhir? Penelitian dan uji materi vaksin corona ternyata belum ada yang dapat memastikan, karena ada ahli juga yang menyatakan bahwa virus corona tidak akan bisa dihilangkan. Bahkan bila ada ungkapan untuk berdamai dengan virus corona itupun juga tidak akan bisa, karena perdamaian melibatkan dua belah pihak, bila satu pihak mau berdamai dan yang satu pihak tidak mau berdamai, maka akan terjadi persekongkolan terus atau terjadi permusuhan secara terus menerus. Saling menyerang, berusaha mencari kelemahannya untuk saling mengalahkan.

Karena itu bila untuk mematikan pandemi virus corona dengan cara berdiam, tidak ada kerumunan. Ini adalah merupakan suatu pilihan yang harus dilaksanakan oleh semua pihak. Untuk melaksanakan hal itu ada hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan lockdown

Masalah lockdown
Tidak semua orang mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama, apalagi tentang keyakinan. Takutlah pada Allah jangan takut kepada selain Allah. Yang kedua adalah pemenuhan kebutuhan hidup. Kebutuhan pangan menjadi kebutuhan terbesar dalam hidup manusia, oleh karena itu perlu adanya pemenuhan dua hal tersebut. Sebelum pelaksanaan tentu telah menyediakan kebutuhan selama waktu yang tekah ditentukan.

Bukanlah dunia bila tidak ada perbedaan pemahaman dan keyakinan, karena itu berangkat dari berbagai fakta yang terjadi seperti kerumunan massa, berawal dari daerah yang tekena pandemic Covid-19 ternyata mudah menyebar pada wilayah yang lain. Kasus Jamaah Tabligh dari Gowa Sulawesi Selatan menjadi bukti bahwa pada awal-awal virus telah menyebar vidio youtube jamaah tabligh yang menentang penutupan tempat-tempat ibadah mereka mengatakan bahwa “Takutlah pada Allah, jangan takut pada virus corona atau virus corona takut pada jamaah. Ternyata dari persebaran virus corona dari mereka yang pulang dari kegiatan tabligh, setelah dicek ternyata mereka positif PDP.

Dari kasus itu, kemudian daerah yang tadinya hijau setelah kedatangan Jamaah Tabligh tersebut maka kemudian menjadi daerah yang merah. Dengan kasus tersebut setiap orang untuk saling mengingatkan, tentang pentingnya menjaga kewaspadaan dini. Setiap muslim telah melaksanakan lockdown selama sebulan, menjaga hati lisan dan perbuatan dan hal-hal yang tidak baik dan sebelum mengakhiri bulan Ramadhan telah membersihkan hati dengan membayar zakat fitrah. Maka pada umumnya telah siap untuk menerima himbauan kebaikan.

Demikian pula orang-orang miskin merasa diperhatikan orang-orang kaya, dengan zakat fitrah yang diterima dapat memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan pokok. Nuansa kekeluargaan, kebersamaan, tidak diperlukan dokumentasi yang kemudian di upload ke media sosial. Karena itu untuk mewujudkan menghilangkan rasa jenuh itu dengan melaksanakan lockdown semoga kejenuhan akan segera berakhir.

5/24/2020

Merasa Bersalah, Mohon Maaf



Di hari yang fitri ini, hari kemenangan bagi umat Islam setelah selesai menuntaskan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan, semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT. Sebagai insan yang lemah, dalam setiap saat berinteraksi sosial, disana ada hal-hal yang selaras dengan pandangan dan pemikiran namun ada juga yang berbeda, sehingga manusia berpotensi untuk berbuat benar, salah dan dosa.

Karena itu mohon berkenan penulis untuk menyampaikan permohonan maaf atas segala salah dan khilaf dalam setiap tulisan kami. Saya hanya berharap semoga dapat memberikan manfaat bagi semua, ingin kami turut membangun masyarakat, bangsa dan negara. Dengan segala kemampuan yang kami miliki, kami berusaha menyampaikan pandangan, pemikiran dan hasil perenungan. Sebaliknya dengan keterbatasan yang ada, karena kurangnya pengetahuan dan pemikiran, kami selalu berusaha untuk meminimalisir kekurangan, kami akan berusaha memperbaharui setiap kekurangan.

Kami bukan orang yang benar tetapi kami berusaha untuk menjadi benar, kami tidak sempurna tetapi kami berupaya untuk meraih kesempurnaan, Allah telah menciptakan alam semesta bagi kepentingan manusia, dengan alam (ciptaan Allah) tersebut kita bisa belajar, dan alam mengajarkan kepada kita apa yang telah, sedang dan akan terjadi.

Karena itu semua hasil pemikiran dan perenungan yang tertuang dalam tulisan dimungkinkan ada suatu yang tidak sesuai dengan pandangan dan pemikiran para pembaca. Karena itu dengan kerendahan hati kami memohon maaf yang setulus-tulusnya.

تقبل الله منا ومنكم وجعلناالله منالعائدين والفائزين

Semoga Allah menerima (puasa) kita dan menjadikan kita kembali (dalam keadaan suci) dan termasuk orang-orang yang mendapat kemenangan.

Selamat hari raya Idul Fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan batin.

5/23/2020

Istana di Surga, Pahala Shalat Dua Belas Rekaat


Mendengar kata istana yang terbayang di benak kita adalah sebuah bangunan yang megah, tinggi, besar, luas, mewah dan dengan segala perlengkapan di dalam bangunan tersebut. Mulai dari perlengkapan dalam bangunan tersebut sampai hal-hal yang terkait dengan perlengkapan bangunan. Seperti adanya pelayan, penjaga, pegawai dan semua yang telah siap untuk melayani bagi penghuni istana tersebut.

Saya kira persepsi yang demikian ini tidak terlalu melenceng, karena bila melihat seperti istana presiden, di sana nampak bangunan yang megah, disediakan segala macam perlengkapan semua yang diperlukan, didukung dengan luas tanah dan bangunan yang memadai sehingga memungkinkan untuk mengadakan sesuatu yang memang dibutuhkan. Lapangan, kolam renang, kebun binatang, taman, kebun untuk bertanam, ruang istirahat, ruang santai semuanya sudah serba tersedia di tempat tersebut.

Kemudian setelah mempunyai bayangan tentang istana yang demikian itu, maka kemudian membayangkan anggaran biaya untuk membangun istana, berapa biaya yang diperlukan untuk perawatan istana, berapa biaya untuk membayar tenaga perawatan kebersihan pelayan, penjaga, pengawal di istana tersebut. Tentu saja sangat banyak dan bagi kalangan orang-orang biasa tidaklah mungkin bisa memiliki istana yang demikian megah itu.

Bayangan dan impian untuk bisa menempati istana tersebut tentu diharapkan semua orang, tetapi tidak semua orang bisa memiliki tempat tersebut, tidak mempunyai kemampuan untuk membangun tempat tersebut. Janganlah berputus asa bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, kelak akan dibuatkan istana oleh Allah di surga.

Surga adalah suatu tempat mulia yang diidam-idamkan oleh setiap muslim, orang yang beriman dan bertakwa dia akan dimasukkan ke dalam surga. Di dalam surga itu akan dibuatkan istana, yang lebih bagus daripada istana yang ada dunia ini. Siapakah orang-orang yang beriman dan bertakwa tersebut yang akan dibangunkan oleh Allah istana di surga.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, bahwa orang-orang yang bertakwa adalah senantiasa menegakkan salat, karena tidaklah mungkin bagi orang yang tidak bertakwa mau menegakkan salat. Sedangkan banyak orang yang mengaku beriman dan bertakwa kepada Allah tetapi tidak menegakkan salat atau kalau menegakkan salat tetapi tidak lengkap baik dari syarat dan rukunnya, tidak sempurna atau memang lima waktu tidak dilaksanakan secara penuh. Nabi Muhammad SAW menjanjikan kepada orang yang beriman bertakwa, dia mau menegakkan salat kemudian diikuti dengan melaksanakan ibadah salat sunah yang jumlahnya ada 12 rekaat. disebutkan adalam hadits sebagai berikut:
1. Riwayat Imam Turmudzi, hadits nomor 379.

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ


"Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunnah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, yaitu empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelah Zhuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya` dan dua rakaat sebelum Subuh."

2. Riwayat Imam Nasa’i, hadits nomor 1772.

مَنْ ثَابَرَ عَلَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

"Barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat secara kontinyu, maka Allah Azza wa Jalla akan membangunkan rumah untuknya di dalam surga. Empat rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat sesudah Zhuhur, dua rakaat setelah Maghrib dan dua rakaat setelah Isya, serta dua rakaat sebelum Fajar.'

3. Riwayat Imam Ibnu Majah, hadits nomor 1130.

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْ السُّنَّةِ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

"Barangsiapa menjaga dua belas raka'at shalat sunnah maka akan dibangunkan baginya rumah di surga; empat raka'at sebelum Zhuhur, dua raka'at setelah Zhuhur, dua raka'at setelah Maghrib, dua raka'at setelah Isya dan dua raka'at sebelum Fajar. "

Atas dasar hadits-hadits tersebut, bahwa barang siapa yang menegakkan shalat sunnah dua belas rekaat akan dibangunkan istana di surga. Dua belas rekaat tersebut meliputi:
1. Empat raka'at sebelum Zhuhur
2. Dua raka'at setelah Zhuhur.
3. Dua raka'at setelah Maghrib.
4. Dua raka'at setelah Isya
5. Dua raka'at sebelum Fajar. "

Kalau ada orang yang mengatakan bahwa untuk memiliki sesuatu harus bayar, tidak ada yang gratis. Ingin memiliki rumah harus mempunyai uang untuk pengadaan material dan membayar tenaga kerja. Dengan mengerahkan segala daya upaya, susah, senang akhirnya terkumpullah uang yang cukup untuk membangun rumah. Di surga akan dibangunkan istana dengan syarat selalu menegakkan shalat sunnah 12 rekaat, yang tentu saja shalat fardhunya ditegakkan dengan senantiasa menyempurnakan pelaksanaan ibadah shalat.

5/22/2020

Lebaran di Rumah Silaturahim dari Rumah


Silaturahim berasal dari kata kata shilah yang artinya menyambung, rahim artinya kasih sayang jadi shilaturahim berarti menyambung menyambung kasih sayang, persaudaraan dan kerabatan. Silaturahim diselenggarakan di samping itu merupakan perintah agama, juga merupakan upaya bagi umat Islam untuk melepaskan dosa-dosa yang telah dilakukan. Hal ini karena manusia dilengkapi panca indra dan nafsu yang berpotensi untuk melakukan perbuatan salah dan dosa, baik dilaksanakan secara siri atau jahr.

Dosa merupakan akibat dari perbuatan yang merugikan orang lain, baik berupa perkataan, perbuatan, disengaja atau tidak disengaja. Di dalam hidup hal yang demikian ini tidak bisa dilepaskan, karena manusia hidup selalu berhubungan dengan orang lain, terjadinya interaksi sosial, dimana masing-masing orang mempunyai sikap dan perilaku yang bei Rrbeda. Sikap dan perilaku orang lain ini ini kadang salah ada yang benar, ada yang sesuai dengan kehendak kita atau ada yang bertentangan dengan kehendak kita. Atau bisa jadi perbuatan orang lain bertentangan dengan hukum yang telah ada, namun ada juga perbuatan orang lain selalu selaras dengan peraturan hukum.

Dengan demikian, apabila terjadi kesesuaian perbuatan orang lain dengan kehendak diri atau perbuatan orang lain yang sesuaian dengan kaidah hukum maka hal ini akan terjadi keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan. Sebaliknya bila perbuatan orang lain itu bertentangan dengan peraturan hukum yang ada sehingga menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan bagi orang lain, maka hal ini akan menimbulkan disharmoni (ketidak selarasan) dalam kehidupan bermasyarakat.

Demikian pula kata-kata, perbuatan dan sikap diri sendiri kadangkala juga tidak sesuai dengan harapan orang lain atau karena kekhilafan diri sendiri, maka perbuatannya akan bertentangan dengan hukum yang telah ada, dengan demikian, baik secara pribadi maupun secara kelompok, tiap orang hidup mempunyai kesalahan yang berbeda-beda. Karena itu Idul Fitri, tanggal 1 Syawal yang diawali dengan kegiatan berbuka, kemudian dilanjutkan dengan salat Idul Fitri dan silaturahim merupakan momen yang sangat penting bagi umat Islam, dimana pada hari tersebut biasanya setiap orang akan mengakui kesalahannya sendiri, tidak ada orang yang merasa benar tetapi semuanya merasa salah.

Dengan kesadaran ini maka orang itu pun juga dengan ikhlas memohon maaf kepada orang lain dan diri sendiri pun juga dengan ikhlas memohon maaf kepada orang lain. Dengan permohonan maaf, saling mengakui kesalahan, kemudian saling memaafkan maka akan terwujud kembali keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

Silaturahim biasanya diselenggarakan dengan kegiatan saling mengunjungi antar teman, sahabat, tetangga, saudara dan tentu saja diawali dengan silaturahim kepada orang tua. Pada bulan Syawal sudah menjadi tradisi khususnya di Indonesia, bahwa setiap orang menyempatkan diri untuk mengunjungi temannya, saudaranya atau siapapun yang dianggap sudah saling mengenal.
Meskipun kunjungan tersebut sudah cukup untuk saling memaafkan, namun ternyata tradisi mengatakan belumlah lengkap sebelum diadakan kegiatan seremonial, yaitu kegiatan tabligh, kegiatan pengajian, halal bihalal atau kegiatan yang lainnya yang tujuannya agar orang-orang bisa kumpul dalam satu majelis. Kemudian menyaksikan dan mendengarkan tausiyah kyai atau ustadz, kemudian saling memaafkan. Ini adalah kegiatan silaturahim yang sudah sering diselenggarakan, sehingga nuansanya menjadi halal bihalal. Jadi intinya bahwa antara satu orang dengan yang lainnya itu saling memaafkan. Dengan saling memaafkan itu diharapkan sudah tidak ada permasalahan antara satu orang dengan yang lainnya.

Sikap saling memaafkan ini merupakan perilaku yang telah dicontohkan oleh rasul dan kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam disamping melaksanakan perintah ternyata bisa memberikan keutamaan bagi umat Islam. Misalnya akan dipanjangkan umurnya, akan di dipermudah urusannya, akan dibuka pintu rezeki dan akan diberikan kesehatan.
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi."

Pada Idul Fitri 1441 H atau tahun 2020 kegiatan silaturahim dalam bentuk saling mengunjungi, pengajian umum, kumpul-kumpul, halal bihalal berdasarkan instruksi pemerintah, lembaga keagamaan, agar kegiatan tersebut untuk ditinggalkan atau untuk tidak dilaksanakan. Hal ini sebagai upaya dan ikhtiar untuk memutus mata rantai virus Corona atau Covid- 19 yang semakin merajalela. Oleh karena itu peran serta dari semua pihak, kesadaran dari semua pihak, pemahaman dari semua pihak, bahwa silaturahim pada tahun ini tidak dilaksanakan secara saling mengunjungi, tabligh, halal bihalal dan sejenisnya.

Silaturahmi tetap dilaksanakan dan dilestarikan dengan cara:
1. Diselenggarakan dengan cara online, bisa media sosial WhatsApp, instagram, SMS, video call dan lainnya.
2. Saling bertemu tidak dilaksanakan, masing-masing bisa memahami kondisi dan juga bisa melaksanakan. Bahwa sekalipun silaturahim tidak dilaksanakan dengan tatap muka tetapi persaudaraan, kekeluargaan tetap terjalin dengan baik .
3. Silaturrahim adalah media yang sangat bagus dan ini merupakan perintah Allah SWT, karena itu semua orang hendaknya bisa memahami, mengapa pada tahun 2020 ini tidak ada orang yang berkunjung ke rumahnya. Hal ini semata-mata adalah untuk memupus kesenangan sementara yang diarahkan untuk mendapatkan kebahagiaan kesenangan pada beberapa tahun yang akan datang.

Ada orang yang pada awalnya hidup bersama dalam satu keluarga, berkumpul dalam satu rumah, bisa saling bertemu, bertatap muka, bertegur sapa, apa yang dilakukan secara langsung. Bagaimana bila dari keluarga yang anggotanya semula berkumpul dalam satu rumah, tetapi karena salah satu atau beberapa mempunyai kepentingan lain, misalnya bekerja, sekolah, kuliah atau kegiatan yang lainnya yang mengharuskan dirinya untuk berpisah kepada keluarganya.

5/20/2020

Tinggalkan Kesenangan Sesaat, Raih Kebahagiaan Selamanya



Tradisi menyambut Idul Fitri dengan persiapan makanan, pakaian, perhiasan berlangsung secara turun-temurun. Padahal yang seharusnya Idul Fitri adalah kembali pada kesucian, untuk mendapat ampunan Allah. Idul Fitri mulai menapaki hidup dan suasana yang baru, dapat melanjutkan ibadah puasa Ramadhan dan segala amaliah untuk dilaksanakan diluar bulan Ramadhan.

Setelah selesai puasa Ramadan, mulai bergegas untuk puasa tanggal 2-7 Syawal, dengan melaksanakan puasa sunah, puasa Senin Kamis, puasa Dawud, puasa tengah bulan. Shalat tarawih dilanjutkan dengan shalat hajad, tahajud, istikharah dan lainnya. Tadarus Alquran untuk dibiasakan, pengelolaan zakat fitrah dengan meningkatkan infaq dan shadaqah. Sehingga Idul Fitri bukan menjadi bar-baran (semuanya sudah selesai), puasanya sudah bar, tadarus nya sudah bar, infaq shadaqahnya sudah bar, semua amal ibadah menjadi bar atau berakhir dan akan kembali pada tahun yang akan datang.

Puasa Ramadhan dengan segala amaliyahnya menjadi kegiatan-kegiatan ibadah yang belum dikondisikan kelanjutannya, kadang organ tubuh belum siap menerima keadaan. Shalat tarawih biasanya ramai pada minggu pertama, tadarus Alquran hanya pada bulan Ramadhan, infaq shadaqah hanya pada bulan Ramadhan dan semua amaliah yang baik hanya tinggal kenangan saja. Setelah selesai puasa Ramadhan diawali dengan memasuki 1 Syawal perilaku israf dipupuk kembali.

Sikap Frontal
Ibadah puasa Ramadhan pada tahun 1441 H/2020 M sangat berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana gema dan gebyar Ramadhan terjadi dimana-mana, shalat tarawih, tadarus Alquran, majelis taklim, nuzulul Qur’an, salat berjamaah, pada tahun tersebut dan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun ini menjadi tahun berbeda, dimana setiap ibadah biasanya dipusatkan di masjid/ musholla tetapi pada tahun ini dihimbau untuk dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing.

Pemerintah dan lembaga keagamaan telah memberikan himbauan namun ternyata masih banyak umat Islam yang tidak menghiraukan himbauan tersebut. Perkumpulan orang-orang tetap dilaksanakan, shalat Jum’at, tarowih, tadarus Alquran dilaksanakan secara bergerombol, majlis taklim. Pada umumnya mereka tidak mau meninggalkan momentum penting pada bulan Ramadhan. Ibadah yang penuh berkah tetap dilaksanakan seakan-akan tidak ada wabah pandemi Covid-19.

Keyakinanpun menjadi sikap frontal, tidak mau mengikuti himbauan dari pemerintah dan MUI, memang banyak orang yang menyayangkan meninggalkan amaliyah ibadah di bulan Ramadhan. Namun satu sisi berusaha melakukan kebaikan dan amal shalih, tetapi idak menghiraukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, tidak menghiraukan seruan amaliah di bulan Ramadhan.

Kenangan Sesaat
Lebaran tahun ini berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana aktivitas dan gerak dibatasi karena adanya wabah pandemi virus corona/ Covid- 19. Untuk melawan dan menghentikan penyebarannya dengan pengurangan aktivitas kegiatan sosial, perkumpulan, sosial distancing, PSBB bahkan lock down. Pembatasan ini juga harus dengan kesadaran diri untuk meninggalkan kesenangan sesaat yang bisa jadi akan menimbulkan musibah, bencana pada masa yang akan datang. Demikian pula Idul Fitri hendaknya dirayakan dengan kondisi yang sederhana. Mulai dari makan, minum, pakaian, perhiasan dengan yang sudah ada atau apa adanya. Tidak perlu terlalu fokus pada kegiatan pesta, makan-makan, minum dan saling berkunjung.

Ada pesan Idul Fitri yang disampaikan lewat lagu lama yang dinyanyikan oleh Dea Ananda:

Baju baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama

Sepatu baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada sepatu yang lama

Potong ayam Alhamdulillah
Untuk dimakan di hari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada telur ayamnya

Bikin kue alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak bikin pun tak apa-apa
Masih ada singkong goreng nya

Ref:
Hari raya Idul Fitri
Bukan untuk berpesta- pesta
Yang penting maafnya lahir batinnya

Untuk apa berpesta-pesta
Kalau kalah puasanya
Malu kita kepada Allah yang esa.

Kupat sayur alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada nasi uduknya

Pembatasan dan pengendalian diri sebagai hasil dari pelaksanaan ibadah puasa, dimana puasa merupakan tameng dari perbuatan yang tidak baik, puasa melatih berbuat sabar dan ikhlas, puasa mewujudkan kepedulian sosial dan empati, puasa untuk pensucian rohani dari hawa nafsu yang tidak baik. Selama 1 bulan umat Islam telah dilatih atau melatih diri, menerpa diri dengan akhlak dan perilaku yang terpuji dengan landasan iman dan taqwa kepada Allah.

Kesederhanaan dalam makan, minum, pakaian dan penampilan bukan karena menghadapi pandemi, tetapi seungguhnya merupakan perintah agama. Sederhana bukan berarti bahil tetapi untuk selalu memupuk kedermawanan, jiwa sosial, empati dan ukhuwah bersama. Kita tidak tahu sampai kapan wabah pandemic Covid-19 akan berakhir. Ilmuan dunia belum menemukan vaksin, semua orang hanya bisa antisipati, jaga diri dengan mengikuti himbauan ulama’ dan umara’.

Memang kadang tidak ikhlas untuk meninggalkan atau mengalihkan kebiasaan yang sudah berjalan dengan baik, shalat Jum’at, shalat berjamaah di masjid/ musholla, shalat tarorih, pemberian kupon infaq sedekah, shalad Id di masjid dan lapangan terbuka, shilaturahim, halal bihalal. Semua ini adalah ibadah yang sudah mentradisi dan tradisi yang sudah membudaya. Tak aneh bila melihat selebaran dan himbauan untuk tidak menyelenggarakan kegiatan atau mendengar himbauan, banyak orang yang menanggapi dengan sinis. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya semua orang untuk dapat menerima dengan ikhlas. Ingat bahwa pengorbanan ini untuk kepentingan jangka panjang dan kepentingan orang banyak. Masih banyak jalan untuk mendapat kebaikan dan masih banyak cara untuk membuat kebaikan.

Tidak shalat Jumat tetapi menegakkan shalat dhuhur, tidah shalat bejamaah di masjid/ musholla tetapi selalu menjaga shalat jamaah di keluarga, tidak shalat tarowih di masjid/ musholla tetapi selalu menegakkan shalat tarowih bersama anggota keluarga, zakat, infaq dan sedekah diamanatkan kepada lembaga amil zakat, shalat Idul Fitri dilaksanakan di keluarga, shilaturahim untuk dibatasi, halal bihalal secara on line.

Sesungguhnya yang membedakan hanyalah ibadah yang bernuansa sosial, sekalipun tidak ada shilaturahim semoga shilaturahim tetap terjaga. Jaga diri dan keluarga tingkatkan peduli pada orang lain. Tinggalkan kesenangan sesaat untuk meraih kebahagiaan masa depan lebih baik. Jangan anggap enteng sesuatu yang sudah jelas berbahaya, tidak ada yang dapat mencegah musibah dan bahaya kecuali kita diwajibkan untuk berusaha, berikhtiar dan tawakal. Semoga pandemic segera berakhir.

5/13/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II



Manusia adalah makhluk dengan dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia adalah makhluk Allah yang diberi taklif, tanggung jawab untuk menjaga, melestarikan, memanfaatkan sumber daya alam, karena itu manusia disebut sebagai khalifah, wakil Allah dimuka bumi. Disamping itu manusia adalah hamba Allah yang mempunyai tugas untuk menyembah beribadah kepada Allah, manusia diberikan tugas sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah. Dua hal ini ini Allah kelak akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan oleh manusia.

Sangat penting untuk menerapkan prinsip keseimbangan, urusan dunia dan juga urusan akhirat diseimbangkan. Rasul pernah bersabda “berbuatlah duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhirat, seakan-akan engkau akan mati besok pagi”. Dari hadits ini jelas sekali bahwa kita diberikan kewenangan untuk mencari karunia Allah dalam kehidupan dunia juga mencari karunia untuk kehidupan akhirat, mengapa? Dunia ini sementara, dunia hanyalah permainan, panggung sandiwara, dunia ini adalah seperti orang yang berpergian suatu saat akan kembali.

Manusia hidup di dunia tidak akan lama, tetapi hidup di akhirat adalah untuk selama-lamanya. Sebelum masuk ke alam akhirat kelak, manusia akan hidup di alam barzah atau alam kubur sampai batas waktu yang hanya Allah yang mengetahui. Setiap orang kelak di hari Qiamat akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatan yang sudah dilakukan. Amal baik akan mendapatkan pahala yang kelak akan dimasukkan ke dalam surga nya Allah. Amal yang buruk maka akan mendapatkan dosa dan kelak akan dimasukkan ke dalam neraka. Pada dasarnya surga dan neraka adalah merupakan pilihan.

Dunia adalah ladang untuk menanam kebaikan sebagai bekal besok di hari Qiamat. Agar menjadi orang-orang yang lebih baik maka carilah suatu keteladanan didalam hidup ini, agar kehidupan kita itu bisa menjadi lebih baik. Dalam urusan akhirat maka lihatlah kepada orang yang lebih alim, orang yang lebih taat, giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Misalnya ada orang yang rajin membaca Alquran, lihatlah dia, tirulah dia. Ada orang yang rajin menegakkan shalat degan berjamah, lihatlah dia, contoh lah. Ada orang gemar berderma, membantu pada orang-orang yang fakir miskin dan yang membutuhkan, lihatlah dia maka dalam hatinya akan muncul rasa kepedulian untuk mebreikan bantuan. Jangan melihat kepada orang yang dibawahnya, bila dalam hal ibadah melihat kepada orang yang dibawahnya, maka dia akan susah untuk mencapai pada tingkat kesempurnaan dalam pengamalan ajaran agama Islam. Sebaliknya dalam urusan dunia maka lihatlah kepada orang yang di bawahnya Rasulullah SAW pernah bersabda:

خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ لَمْ تَكُونَا فِيهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا مَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ وَمَنْ نَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ مِنْهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا


"Ada dua perkara yang barangsiapa memilikinya maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar, dan barangsiapa yang tidak memiliki keduanya maka Allah tidak mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan penyabar, yaitu barangsiapa yang melihat (mengukur) agamanya dengan orang yang lebih tinggi darinya lalu dia mengikutinya, dan barangsiapa yang melihat (mengukur) dunianya dengan orang yang paling rendah darinya lalu dia memuji Allah atas karunia yang diberikan kepadanya, maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar, namun barangsiapa yang melihat agamanya dengan orang yang lebih rendah darinya dan melihat dunianya dengan orang yang lebih tinggi darinya dan dia bersedih atas dunia yang tidak didapatkannya, maka Allah tidak mencatatnya sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar." (HR. Tirmidzi: 2436)

Allah akan melihat orang yang bersyukur dan bersabar adalah orang yang melihat orang lain dalam hal ibadahnya kepada orang yang di atasnya dan orang yang melihat orang lain dalam hal keduniawiannya kepada orang yang di bawahnya. Maka visualisasi dalam mencari keteladanan adalah dengan melihat orang-orang yang baik dalam hal ibadahnya pada orang yang di atasnya. Dengan ini orang akan mnghitung- menghitung, menyadari kekurangan yang ada pada dirinya, dia akan menjauhkan diri dari sifat kibir, ujub, riak dan perilaku-perilaku lainnya. Dengan demikian akan menjadi orang yang lemah lembut, berperilaku baik, pandai dalam mensyukuri dan menghormati orang lain, tidak mudah untuk menyalahkan orang lain, karena bila melihat orang lain dalam hal ibadah, kepada orang yang diatasnya, maka sungguh kecil dirinya alangkah dhaifnya.

Demikian pula dalam urusan duniawi, lihatlah kepada yang di bawahnya, niscaya akan menjadi orang yang bersyukur. Misalnya ada orang yang mempunyai mobil dan mobilnya sudah mobil yang tua, bila sedang berbincang dengan teman-temannya yang mempunyai mobil baru maka dirinya merasa iri dan bersedih kenapa tidak bisa memiliki mobil yang baru. Karena itu hendaknya melihat kepada orang yang di bawahnya, bersyukur dirinya mempunyai mobil, walaupun mobilnya tua, tapi masih bisa digunakan untuk beraktivitas. Waktu hujan tidak kehujanan, waktu panas tidak kepanasan dan mobilnya tidak macetan, ini masih sangat beruntung, coba kalau melihat temannya atau saudaranya tidak mempunyai mobil dan hanya mengendarai sepeda motor, kalau hujan kehujanan, panas juga kepanasan, kena debu, kena angin.
Demikian juga orang yang mempunyai sepeda motor bersyukur, karena mendingan punya sepeda motor daripada saudaranya atau temannya atau orang lain yang tidak mempunyai sepeda motor, sehingga kemana-mana menggunakan sepeda ontel untuk beraktivitas, untuk bekerja menggunakan sepeda ontel. Orang yang punya sepeda ontel pun itu hendaknya bersyukur, karena apa, beruntung karena ada temannya, saudaranya yang tidak mampu membeli sepeda ontel sehingga kemana-mana dia dengan berjalan kaki, membawa barang, berjalan kaki ke mana.

Orang yang masih bisa berjalan itu juga sangat bersyukur, karena diberikan kesehatan oleh Allah sehingga ke mana-mana bisa berjalan beraktivitas dengan kedua kakinya. Sementara ada saudaranya atau temannya atau siapapun yang sakit ternyata dia sudah tidak bisa berjalan, kakinya sakit, lumpuh, semua aktivitas butuh pelayanan orang lain, makan minum sampai membersihkan diri tidak mampu tapi harus melalui bantuan orang lain. Maka orang yang masih bisa berjalan itu sangat bersyukur bila dibandingkan dengan orang yang sama sekali sudah tidak bisa berjalan tetapi orang yang sudah lumpuh misalnya di tempat tidur, tidak bisa beraktivitas. Pada orang yang teakhir inipun juga hendaknya tetap bersyukur, karena apa masih diberi kesempatan untuk bertobat memperbarui kesalahan-kesalahannya karena sakit itu adalah merupakan penebus dari dosa dan kesalahan yang sudah dilakukan bersyukur.

Coba kalau dilihat ada temannya atau saudaranya atau siapapun yang mati dalam kondisi yang mendadak, padahal dia dalam keadaan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, sedang melakukan kemaksiatan kemudian dia dipanggil oleh Allah, maka sudah tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki amal-amal, maka masih diberikan panjang umur, walaupun dalam kondisi apapun tetap bersyukur bahwa semuanya itu adalah pemberian Allah, maka dalam urusan keduniawian lihatlah kepada orang yang dibawahnya niscaya akan menjadi orang pandai bersyukur, mensyukuri segala nikmat karunia yang telah diberikan Allah kepada dirinya.
Carilah keteladanan kepada siapa pun yang melakukan perbuatan yang baik, karena Rasulullah juga pernah mengatakan bahwa “lihatlah pada apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan”. Jelas bahwa sumber kebenaran, keteladanan bisa datang dari siapa saja, dari orang miskin, anak kecil, orang kaya, orang cantik, orang gagah. Kalau mereka mempunyai perilaku yang baik, maka sebaiknya kita contoh. Tidak usah membedakan tidak usah memisahkan dia itu siapa, tetapi kalau memang mempunyai akhlak dan perilaku yang baik, maka jadikanlah teladan.
Keteladanan itu tidak tidak sentral pada seseorang, Karena manusia itu adalah makhluk yang tidak sempurna manusia makhluk yang perilakunya itu kadang berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, kecuali pada orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, dimanapun dan kapanpun selalu merasa dirinya dalam pengawasan Allah.

5/12/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral?

Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti contoh, dalam bahasa Arab adalah uswah. Nabi Muhammad adalah figur dijadikan contoh.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

Dalam ayat itu Allah sebagai Sang Khalik atau pencipta, kata yang Maha Mengetahui perihal segala hal ciptaan-Nya, bila Allah yang mengatakan, maka tidak dapat dipungkiri karena firman Allah adalah suatu kebenaran hakiki yang harus diyakini. Bagi yang mengingkari kebenaran firman Allah maka dia orang bukan orang yang beriman. Perihal ciptaan Allah tentang manusia pilihan yang patut dijadikan contoh yaitu Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya dalam pribadi Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik

Keteladanan Rasulullah
Menjadi teladan tentu harus mengetahui kelebihan dan kebaikannya. Jadi jangan sampai bisa mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad figur uswatun hasanah tapi tidak mengetahui sisi-sisi keteladanan beliau. Ada beberapa ciri rasul yang bisa dijadikan teladan:

  1. Al Amanah yaitu terjaga lahir dan batinnya dari segala macam perbuatan maksiat, dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu khianat. beliau terjaga dari perzinaan, minuman khamr dan sejenisnya, berdusta dan perbuatan dosa lainnya yang kasat mata juga terjaga dari kemaksiatan lainnya. Yang bersifat batiniah seperti dengki, sombong, iri, ria’ dan perbuatan dosa lainnya yang dilarang oleh Allah. Maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan untuk memiliki sifat tersebut sebab kita diperintahkan untuk meneladani Rasul dan secara tidak langsung kita pun dilarang memiliki sifat sebaliknya yaitu kiamat
  2. Shidiq berarti jujur. Berkata dengan jujur dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu al kizzib atau dusta sebab jika Rasul berdusta maka pemberitaan dari Allah pun dusta, padahal mustahil Allah bersifat berdusta jika mustahil rasul berdusta maka shidiq bagi beliau adalah wajib.
  3. Al Fathonah berarti cerdas dan waspada dan mustahil bagi rasul pelupa dan tidak waspada sebab jika rasul tidak cerdas, maka tidaklah mungkin mampu memberikan argumentasi terhadap lawan-lawannya tentang kebenaran yang dibawanya, dan bertentangan dengan tugas Rasul yaitu menunjukkan kepada kebenaran bagi seluruh manusia. Maka jelaslah bahwa Rasul bersifat Fathonah.
  4. Tabligh berarti menyampaikan perintah Allah kepada manusia dan mustahil sebaliknya yaitu menyembunyikan perintah Allah sedikitpun, sebab jika rasul menyembunyikan perintah Allah, maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan menyembunyikannya. Sebab kita wajib meneladani rasul, maka wajiblah rasul menyampaikan kepada manusia semua perintah Allah.


Adapun sifat yang Jaiz ialah semua sifat manusia yang tidak mengurangi martabat kemanusiaan seperti makan minum beristri dan penyakit yang tidak menjadikannya tercela dan tidak menjadikan manusia menjauh dari Rasul. Adapun penyakit yang menjadikannya manusia menjauh darinya seperti gila kusta Ayan utamakan penyakit jenis ini tidaklah Jaiz
Bila mencermati dalam sejarah dan hadits rasul, banyak sekali yang memvisualisasikan sikap dan kepribadian Rasulullah, sebagi contoh:
1. Nabi Muhammad adalah pribadi yang mempunyai keyakinan yang teguh, mantap. Dengan keyakinan yang mantap ini tidak tergoyahkan karena harta pangkat dan jabatan. Nabi Muhammad pernah kedatangan tamu-tamu orang kafir Quraisy mereka berusaha mempengaruhi nabi Muhammad dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi orang paling kaya di kota Mekah, mereka juga menawarkan kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki, hal tersebut mereka sampaikan kepada beliau seraya berkata “Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad dengan syarat engkau jangan memaki-maki Tuhan- Tuhan kami dan menjelek-jelekkannya atau sembahlah Tuhan Tuhan kami selama setahun. Nabi menjawab “Aku akan menunggu wahyu dari Rab-Ku. Kemudian turun surat Al Kafirun ayat 1-6 turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Walid Bin Al Mughirah, Al Ashi bin Wail, Al Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah, mereka mengajak nabi Muhammad untuk bersekutu dan menyembah. Dengan tegas rasul menyampaikan firman Allah.

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. 109: 1-6)

2. Beliau pribadi yang selalu konsisten taat beribadah, walaupun Allah telah menjadikan Muhammad pribadi yang maksum, dijaga dari perbuatan dosa. Sehingga dijamin masuk ke dalam surga, tetapi nabi Muhammad tetap giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Pada suatu saat Siti Fatimah yang tidak lain adalah istri beliau menyatakan kepada Rasulullah wahai Rasul kenapa engkau setiap malam masih bersimpuh kepada Allah, sujud kepada Allah, melaksanakan shalat lail hingga kakimu bengkak, tepat sujudmu basah, memohon ampun kepada Allah? Bukankah Allah telah menjaga-Mu, menjadikan-Mu pribadi yang maksum dan di jamin masuk surge? Rasulullah hanya menjawab apakah aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang bersyukur? Maka Rasulullah melaksanakan ibadah shalat, beribadah semata-mata sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, jadi bukan karena takut masuk ke dalam neraka dan ingin masuk ke dalam surga, tidak, tapi semuanya itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.

Disampaing keteladanan setelah mengetahui hal-hal kebaikan dan keutamaan Rasulullah, namun kehidupan manusia berada di tengah-tengah masyarakat, tentu setiap orang mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda, manusia mempunyai pengamalan dan kebiasaan yang berbeda sehingga akan menimbulkan kesadaran dan pengalaman yang berbeda pula.

Ada seorang atasan menegur pada bawahannya yang mempunya kebiasaan buruk, datangnya selalu telat, ada pekerjaan tidak segera di lakukan, suka ngobrol hingga melakukan gosip atau menyebar gosip, sehingga setiap akhir bulan dimintai laporan kegiatan selalu mengelak. Lalu atasan memberikan visualisasi untuk meniru temannya yang disiplin, rajin, ulet sehingga nampak ada kedamaian di dalam dirinya.

Ketika memberikan visualisasi ternyata dia juga mempunyai kekuarangan, walau mempnyai kelebihan di bidang yang lain. Kondisi yang demikian ini, ternyata jauh hari Rasululah Muhammad SAW telah memberikan kunci visualisasinya, yaitu jadilah pribadi yang pandai bersyukur dan bersabar. Bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan Allah, syukur dengan lisan yaitu mengucapkan hamdalah dengan memuji kepada Allah, syukur dalam hati selalu berupaya untuk memantapkan aqidah Islam yang telah tertanam di dalam hati. Syukur dengan perbuatan adalah senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, bahkan merasa kurang dalam melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan Allah, sehingga dirinya selalu berupaya untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.

Orang yang sabar adalah orang yang dapat menjaga diri dan hati dengan ikhlas menerima qada dan qadar Allah. Wujud dari rasa sabar adalah:
1. Sabar terhadap perintah Allah.
Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah, tunduk patuh dan taat kepada perintahnya, sebagai hamba berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa raga kepada kehendak Allah, tiada pilihan lain baginya, selain ketaatan dan kepatuhan. Untuk mencapainya manusia harus terus-menerus menyadari dirinya, kedudukannya sebagai makhluk Allah, ini merupakan upaya untuk mencapai kesabaran yaitu menerima dengan sepenuh hati terhadap perintah Allah.

2. Sabar terhadap larangan Allah.
Sabar terhadap larangan Allah adalah mengendalikan hawa nafsu yang mendorong untuk melanggar larangan. Nafsu sesuai dengan sifatnya adalah kekuatan besar yang mendorong manusia bergerak untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan, sabar di sini berarti mengendalikan dan menekan perasaan dan keinginan sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah harus dihindari.

3. Sabar terhadap perbuatan orang manusia.
Sebagai makhluk sosial berada di tengah-tengah pergaulan dengan manusia lainnya, setiap saat dihadapkan kepada sikap dan perbuatan orang lain terhadap dirinya. Islam mengajarkan pergaulan dan sikap yang baik dalam menghadapi orang lain, termasuk sikap terhadap orang yang membenci atau memusuhinya maka sabar bentuknya sabar terhadap perilaku orang lain bisa berupa 1). Tidak melayani ajakan permusuhan atau pertengkaran, yaitu dengan cara diam atau tidak meladeni atau dengan cara pindah. 2) Menerima konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan dan menyikapinya dengan bijaksana tanpa emosi., erbuatan yang baik tidak selalu ditanggapi baik oleh pihak lain.

Oleh karena itu teguh pada keyakinan akan perbuatan yang dilakukan dan menyadari sifat manusia yang merupakan dasar untuk bersikap bijaksana, terkadang perilaku orang lain tidak memahami tujuan dari kebaikan, tidak menyebabkan meluapnya emosi yang melahirkan keburukan dan dosa sabar memaafkan atau memaafkan perilaku orang lain. Perbuatan baik yang dilakukan seorang muslim kadang-kadang ditanggapi orang lain dengan reaksi yang tidak baik akibat orang itu tidak memahami tujuan kebaikan yang terdapat dalam kebaikan itu. Di sini sikap sabar yang ditampakkan dalam bentuk bijaksana yaitu membuka perasaan untuk memaafkan orang lain, ini suatu perbuatan yang paling utama dalam pandangan Allah.

4. Sabar memerangi musuh
Sabar bagi seorang muslim dalam bentuknya yang lain adalah menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi dan memeranginya. Ia akan bicara lantang terhadap kebenaran, bahkan ia akan maju ke medan pertempuran dengan gagah berani dan penuh percaya diri mempertahankan keyakinan. Ia akan berdiri dengan tegak dan optimis akan kemenangan yang akan diraih nya, karena keyakinannya yang kuat dan kokoh bahwa pertolongan Allah akan datang membela orang-orang yang benar

5. Sabar menerima musibah.
Dalam kehidupan sehari-hari adanya musibah yang menimpa seseorang adalah merupakan Sunnatullah. Karena itu merupakan konsekuensi dari kehidupan dunia, dan musibah yang disebabkan alam maupun karena kelalaian manusia.

Rasulullah telah memberikan pesan tentang orang yang ingin mencari figur keteladanan Allah akan mencatat orang-orang yang bersyukur dan bersabar.
……………bersambung, Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II

5/10/2020

Lalai Sebabkan Celaka dan Masuk Neraka



Lalai atau teledor adalah salah satu perilaku yang tidak baik. Perilaku tersebut bisa merugikan bagi diri sendiri dan juga orang lain. Lalai dari tugas, lalai dari tanggung jawab. Lalai dari tugas akan merugikan dirinya sendiri, tugas adalah amanah, kewajiban yang harus dilaksanakan. Cepat atau lambat harus diselesaikan. Bila tidak diselesaikan maka akan ditanyakan oleh yang memberi tugas. Setiap tugas tentu ada date linenya, kapan harus diselesaikan.

Untuk menyelesaikan tugas ini biasanya berdalih besok-besok saja kalau sudah ada waktu luang, besok-besok saja karena masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan. Keadaan ini yang membuat terkadang tugas semakin menumpuk, tugas yang ringan dan yang berat, yang mendesak diselesaikan atau yang lama menjadi menjadi tugas-tugas menumpuk yang tidak terselesaikan .

Makin cepat semakin baik
Sesungguhnya tugas-tugas bila diklasifikasikan menjadi:

  1. Tugas ringan akan terasa ringan bila segera diselesaikan dan menjadi berat bila ditunda-tunda untuk penyelesaiannya.
  2. Tugas berat akan menjadi ringan bila dilaksanakan step by step, pada dasarnya tidak ada tugas yang berat bila segera dilaksanakan.
  3. Tugas yang mudah akan semakin mudah bila segera diselesaikan dan tidak akan mempersulit.
  4. Tugas yang sulit akan berubah menjadi mudah bila selalu beruapaya, sesungguhnya sulit karena belummengerti cara penyelesaiannya.
  5. Tugas yang bersifat mendesak akan dapat diselesaikan bila dihadapi dengan sikap tenang.
  6. Tugas-tugas rutin akan membantu menyelesaikan, sikap istiqomah, ulet dan sabar, karena itu tugas rutin agar dijaga kontinuitasnya.


Akibat sifat lalai
Setiap perbuatan dan sktifitas pasti ada akibatnya, demikian pula sikap lalai berakibat:
  1. Pekerjaan kadang tidak bisa diselesaikan dengan tuntas dan baik, karena setiap tugas dan pekerjaan harus diselesaikan dengan rasa senang dan tenang. Dengan demikian akan memunculkan inspirasi, inovasi dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas.
  2. Lalai akan merasakan siksa neraka, ada orang yang ingin merasakan siksa api neraka, maka jadilah orang yang lalai. Setiap tugas, tanggungjawab menuntut penyelesaian dengan tenaga, pikiran dan uang. Tenaga yang ada pada diri sendiri mempunyai kapasitas kemampuan. Bila masih di ambang batas maka akan merasakan kenyamanan, namun bila sudah melampaui ambang batas akan menjadi perilaku memforsir diri, tenaganya dipaksakan sehingga akan mengganggu metabolisme organ tubuh. Memforsir akan menyebabkan kurang nafsu makan, sehingga pekerjaan yang seharusnya ditopang dengan nutrisi yang cukup tapi justru mengalami kekurangan asupan nutrisi. 
  3. Untuk menyelesaikan tugas dengan tenaga dan fikiran yang melibatkan orang lain, perlu disadari bahwa orang lain juga mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan sendiri, sehingga tenaga dan fikiran bantuan orang lain bisa memberikan kontribusi menyelesaikan masalah sesuai dengan kehendaknya, namun bisa tidak sesuai dengan harapannya. Akibatnya penyelesaian masalah justru akan terkatung-katung bukan menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah.
  4. Menyelesaikan tugas karena lalai membuat tubuh terasa remuk, untuk duduk tidak enak tidur tidak nyaman karena itu akibat dari menumpuk pekerjaan yang menyebabkan terforsir nya tenaga dan pikiran. Sesungguhnya berat dan ringannya siksa neraka karena akumulasi dari dosa -dosa yang dilakukan, setiap orang setiap saat berpotensi untuk melakukan dosa. Dosa-dosa yang menumpuk akan memperberat sisksaan, karena itu untuk menguranginya dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, bertobat kepada Allah dan juga memperbanyak istighfar.
  5. Dari aspek humanisme lalai akan menyebabkan hubungan disharmoni karena tugas yang diamanatkan seakan tidak dihiraukan, pemeri tugas akan merasa dilecehkan.
  6. Menyebabkan carut-marutnya interaksi sosial, karena pikiran kusut, hati yang tidak tenang akan berpengaruh terhadap perilaku. Perilaku aneh interaksi social akan terganggu.
  7. Dari aspek religi atau keagamaan bahwa lalai akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang celaka.
Karena itu tidak ada pilihan “tinggalkanlah perilaku lalai dan segera beranjak untuk menyelesaikan tugas” agar segera beranjak pada kegiatan yang lain. “ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al Insyirah: 7). Tak lupa, untuk bersikaplah optimis bahwa setiap tugas pasti bisa dilaksanakan karena “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. “ (QS. Albaqarah: 286)

Sebagai penguat menyelesaikan tugas, mintalah pertolongan kepada Allah, dengan doa sebagai berikut:

  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
  • Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
  • Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.