Tampilkan postingan dengan label Hidup Sehat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hidup Sehat. Tampilkan semua postingan

8/19/2020

Renungan Tahun Baru Hijriyah, Evaluasi Tahun 1441 H Menuju 1442 H

Pada hari Rabu 19 Agustus 2020 umat Islam  meninggalkan kalender hijriyah 1441 menuju pada tahun baru 1442 H. Pergantian tahun yang tidak pernah dilakukan dengan kegiatan pesta, uvoria dan bersenang-senang. Pergantian tahun yang selalu diselenggarakan dengan kegiatan perenungan, muhasabah atas apa yang telah dilakukan, berapa banyak dan berapa besar dosa-dosa yang telah dilakukan. Terasa kecil dan hina manusia dihadapan Allah yang Maha Suci, Maha Sempurna, Maha Besar dan tiada sekutu bagi Allah.
Matahari tenggelam, menandakan pergantian masa.
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, diberi kelengkapan panca indra, hati, akal, agama sehingga menambah kesempurnaannya. Bahkan Allah telah menyediakan segala hal yang diperlukan manusia, alam semesta telah diamanatkan kepada manusia untuk menjaga, melestarikan, mengelola dan memanfaatkannya. Manusia tersungkur dihadapan Allah, apa yang telah dilakukan, sudahkah beramal, berkarya sesuai dengan petunjuknya, sudahkah manusia memberikan manfaat bagi yang lain. Atau justru dosa yang telah dilakukan, tanpa disadari atau dengan kesadaran menentang perintah Allah dan dengan bangganya melaksanakan larangan Allah.

Inilah tahun baru hijriyah, umat Islam bermuhasabah, sehingga pada tahun baru berusaha memikirkan terhadap amal ibadah yang telah dilakukan. Tiada kesempatan untuk berhura-hura, bersenang-senang dan melakukan aktifitas yang tidak bermanfaat. Tahun 1441 H telah berlalu, segala yang telah terjadi tidak akan kembali lagi, susah senang tidak akan kembali, bahkan usiapun semakin meninggalkan, tubuh yang molek wajah yang cantik termakan usia sehingga tak cantik lagi, tubuh yang tegak, tampan, gagah pun juga termakan usia. Bahkan tubuh yang sehat terasa semakin rapuh, terkena air hujan sedikit saja meriang, dingin sedikit-pun jugamenjadi kurang sehat.

Aroma tubuh yang harum karena besutan minyak wangi berubah menjadi aroma minyak angin yang selalu membalur tubuhnya. Menghangatkan, mengilangkan pening, perut kembung dan sakit-sakit lainnya. Rambut yang hitam pun juga lambat laun memutih, rambut kepala, hidung, kumis, jambang, alis dan bulu mata, bertambah hari berganti bulan dan tahun berubah putih. Gigi-gigipun juga ikut rapuh, satu persatu tanggal. Pandangan mata yang tajam menjadi buram, kaca mata yang dipakai kadang harus berganti, minus, plus, silindris dan sebagainya. Pendengaranpun juga semakin berkurang, dahulu waktu muda ada bisikan suara terdengar dengan jelas, namun tahun berganti, untuk mendengar harus mencari sumber suara. Kulit yang dahulu halus, kencang menjadi keriput. Kaki yang dahulu kuat untuk menopang tubuh, kini menjadi gemetar dan sering kesemutan, untuk berjalan apalagi berlari nafas terengah-engah.

Proses perjalanan hidup manusia, terus berjalan, mausia tidak akan bisa menolak Sunnatullah. Karena itu kecantikan, ketampanan, kekayaan, harta, tahta adalah suatu yang fana dan suatu saat akan sirna. Tidak ada yang dapat dibanggakan dihadapan Ilahi, kecuali iman, taqwa dan amal ibadah. Segal hal yang dilakukan manusia tertata rapi dalam buku catatan amal Malaikat Raqib dan Atid. Baik buruk, besar kecil tidak akan pernah tertinggal dari catatan amal perbuatan manusia.

Tahun 1441 H telah berlalu, entah kapan akan kembali, ketika Rasulullah ditanyakan tentang ruh dan hari qiyamat, rasul hanya bisa menjawab, itu urusan Tuhan-mu. Hari qiyamat adalah suatu yang pasti, alam akhirat suatu yang pasti dan terjadi untuk selamanya. Bisa saja orang merasakaan kehidupan yang bahagia dengan kebahagiaan yang belum pernah dirasakan di dunia. Di akhirat juga banyak orang yang hidup dalam penderitaan, siksaan yang tidak akan pernah berhenti. Disanalah manusia akan merasakan buah dari amal ibadaah selama hidup didunia. Dunia yang fana seakan akan selamanya, akhirat yang dijanjikan untuk selamnya namun banyak ditinggalkan.

Tahun 1441 H sudah berlalu, kini kita masuk di tahun 1442 H, tahun yang hendaknya dihadapi dengan rasa optimis, namun ternyata manusia tidak bisa menolak takdir bahwa tahun baru hijriyah dihadapi dengan peningkatan perenungan dan muhasabah, dengan wabah pandemi Covid-19. Mengapa Allah menimpakan wabah itu, apakah ini ujian, cobaan atau azab Allah. Dosa apakah yang telah dilakukan, sampai kapan wabah itu akan berakhir.

Banyak ditemukan bahwa new normal dipahami bahwa manusia bebas untuk beraktifitas. Ketika dahulu orang berdisiplin memakai masker, sekarang sering ditemukan aktifitas manusia yang tanpa masker. Sosialisasi pelaksanaan protokol kesehatan terus dilaksanakan, namun di beberapa daerah ODP, PDP dan yang positif terkena Covid-19 meningkat. Siapa yang salah dan siapa yang benar? Semua mempunyai dalih yang berbeda-beda. Desakan ekonomi sehingga menuntut untuk kembali beraktifitas, rasa risih, ingin bebas maka tidak lagi memaki masker, jaga jarak, membiasakan cuci tangan. Tuntutan pendidikan putra-putri, rasa jenuh putra-putri dalam keluarga ingin kembali berkumpul dengan teman-teman-temannya.

Karena itu bagaimana menyikapi pandemi Covid-19, tahun 1442 kita harus optimis dapat kembali menjalani kehidupan yang normal. Usaha lahir dan batin, saling bahu membahu, saling mengingatkan, saling menolong, saling menghormati, agar suasana hati tetap tenang. Jauhi fitnah, kebencian, permusuhaan, pertikaian dan perbuatan buruk lainnya yang akan menambah noktah pada hati hamba Allah. Bersihkanlah hati dengan beristighfar, memohon ampun kepada Allah, bertobat, memperbanyak dzikir.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وأَتُوْبُ إِلَيْهِ, رَبِّ اغْفِرْ لِيْ ، وتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَابُ الرَّحِيْمُ, سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, خَلَقْتَنِي, وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ, أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

7/24/2020

Pemenuhan Kebutuhan Keluarga, Bimwin Calon Pengantin

Pernikahan bukan hanya aktifitas yang dilaksanakan demi pemenuhan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial belaka, tapi juga merupakan bagian dari aktifitas ibadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Dengan demikian, pernikahan adalah aktifitas yang memiliki dimensi ganda: dimensi duniawi yang berkaitan dengan manusia sebagai mahluk sosial, dan dimensi ukhrawi yang berkaitan dengan Sang Pencipta dengan menjadikannya sebagai bagian dari ibadah
Kegiatan Bimwin bagi calon pengantin

6/24/2020

Shaf Shalat Di Masjid Abu Dardiri Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo, Saat Pandemi Covid-19

Sejak terjadinya pandemi Covid-19 pada bulan Februari 2020 tatanan beribadah di masjid, langgar, mushola berubah shafnya. Shalat berjamaah yang diutamakan untuk rapat kemudian menjadi renggang, Nasihat para alim ulama’ rapatkanlah barisan karena ketidak tidak rapat akan diisi oleh setan. Tetapi dalam kondisi pandemi Covid- 19 protokol kesehatan menyatakan untuk melakukan sosial distancing, sehingga shalat pun harus menjaga jarak demi untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
Masjid Abu Dardiri Kantor kementerian Agama Kabupaten Wonosobo

Masjid Abu Dardiri Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo yang berada di lingkungan perkantoran dan berada di tepi jalan raya, sehingga menjadi tempat yang strategis bagi para musafir untuk melaksanakan shalat di Masjid Abu. Bahkan kadang menjadi tempat persinggahan untuk melepaska penat. Bangunan masjid yang megah dan antik, ornamen klasik dan menarik dengan lantai kayu jati semakin menambah keindahannya.

Nampaknya masjid ini sejak awal di desain untuk tidak menggunakan tikar, namun karena kebutuhan zaman walaupun lantai terbuat dari kayu jati tetapi masih tetap memakai kemudian memakai tikar agar jemaah tidak dingin dan perutnya kembung. Dalam kondisi pandemi Covid-19 takmir juga mengikuti himbauan pemerintah untuk melakukan protokol kesehatan yaitu menggulung tikar yang sudah ada, bahkan di sela-sela barisan atau shaf para jemaah di beri tanda silang sebagai tanda bahwa jemaah untuk selalu menjaga jarak.
Shaf shalat berjamaah

Masjid Abu Dardiri menyediakan beraneka macam kebutuhan para jamaah seperti air minum, makanan pada hari Jum’at setelah sahalat Jum’at, hidangan berbuka puasa pada bulan puasa. Kemudian pada kondisi ini pandemic Covid-19 pengurus berinovasi untuk menyediakan hand sanitizer, sabun cuci, cek suhu tubuh dengan thermogun, masker bagi para jemaah yang tidak membawa. Hal ini diilakukan sebagai upaya takmir masjid untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada para jemaah untuk melakukan salat di masjid tersebut. Karena takmir selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para Jemaah.

Masjid yang berada di lingkungan pemerintah tentu saja menjadi tolok ukur bagi masjid-masjid yang lain. Dalam kondisi pandemi covid-19 pernah tidak menyelenggarakan shalat Jum’at dan shalat berjama’ah, shalat tarowih berjeamaah, tadsrus Alquran bersama-sama. Hal ini sebagai upaya dari takmir untuk merealisasikan himbauan dari pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sehingga ibadah yang sudah menjadi rutinitas untuk tidak dilaksanakan. Setelah pemerintah menetapkan new normal maka masjid ini pun kemudian dibuka kembali, untuk melaksanakan shalat berjamaah dan shalat Jum’at tentu saja dengan mengikuti protokol pemerintah senantiasa untuk mewujudkan sosial distancing, Jemaah memakai masker, cuci tangan dan dicek suhu tubuhnya dengan thermogun.
Jamaah shalat Jum'at dicek suhu tubuhnya

6/21/2020

Surat Edaran Nomor 31 Tahun 2020, Panduan Pemotongan Hewan Qurban Di Masa Covid- 19

Pemotongan hewan kurban adalah ibadah yang mengikuti tuntunan syariat nabi Ibrahim, ibadah dari tahun ke tahun senentiasa menyedot perhatian masyarakat. Setelah melaksanakan salat Idul Adha jamaah pun secara berbondong-bondong menyaksikan pemotongan hewan qurban kemudian dilanjutkan pembagiannya.

Kegiatan ini bisa menghadirkan massa yang cukup besar, apalagi prinsip hidup masyarakat Indonesia yang suka bergotong-royong. Jadi ketika ada suatu hal yang bersifat kolektif dan ditangani secara bersama-sama maka mereka secara sukarela untuk melakukan secara bersama-sama. Demikian pula pemotongan hewan qurban juga dilaksanakan secara bersama-sama. Walaupun sudah disusun kepanitiaan, namun dalam prakteknya kadang ada orang yang dengan sukarela ikut bergabung, panitia yang inti kadangkala tidak sampai hati untuk menegur agar tidak ikut mengurusi.

Kondisi yang demikian ini tidak akan menimbulkan masalah jika dalam kondisi aman, bahkan kadangkala menimbulkan rasa sukacita dari segenap panitia karena berarti sudah tertanam rasa kebersamaan. Namun dalam kondisi pandemi Covid-19, hal yang demikian dihimbau untuk tidak terjadi, karena itu pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran nomor 31 tahun 2020 tentang pelaksanaan kegiatan penyembelihan hewan dan kehalalan daging qurban dalam situasi Covid-19.

Ada beberapa hal yang perlu dicermati ketika melaksanakan pemotongan hewan qurban:

  1. Jaga jarak (physical distancing) yaitu mengatur kepadatan dengan membatasi jumlah panitia dalam pelaksanaan pemotongan hewan Qurban.
  2. Penetapan higiene personal yaitu setiap orang harus menggunakan alat pelindung diri (APD) paling kurang menggunakan masker sejak perjalanan dari ke rumah dan selama di fasilitas pemotongan.
  3. Pemeriksaan kesehatan awal (screening) yaitu melakukan pengukuran suhu tubuh (screening) di setiap pintu masuk tempat pemotongan dengan alat pengukur suhu non kontan (thermogun) oleh petugas/ pekerja dengan memakai alat pelindung diri (masker dan faceshield).
  4. Penetapan hygiene dan sanitasi yaitu menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun cair atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol paling kurang 70% di setiap akses masuk tempat yang mudah dijangkau. Disamping itu juga melakukan pembersihan dan disinfeksi terhadap peralatan sebelum dan setelah digunakan serta selalu memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis.


Dengan mematuhi himbauan pemerintah diharapkan pelaksanaan ibadah senantiasa akan membuahkan rasa aman, tenteram, damai dan sejahtera, sejak di dunia sampai besok di alam akhirat.

5/26/2020

Lockdown dan silaturahmi Atasi Kejenuhan


Sebelum masuk 1 Syawal 1441 H setiap daerah semakin mencekam, lockdown banyak diberlakukan hampir semua daerah, akses pada setiap perkampungan ditutup. Pada tanggal 1 Syawal lockdown benar-benar telah dilaksanakan. Ada dua hal dalam terkait berkaitan berakhirnya bulan Ramadhan, yaitu pelaksanan shalat Idul Fitri dan shilaturahmi.


  1. Dengan jiwa besar tetap tenang dengan wabah pandemi Covid-19, tetapi selalu waspada bahwa musibah dan bencana kadang datangnya tidak dikehendaki dan secara tiba-tiba. Virus adalah makhluk Allah yang sangat kecil, bahkan orang yang terkena virus corona kadang tanpa gejala karena itu orang dalam kelompok ini menerapkan kewaspadaan dini dengan melaksanakan salat Idul Fitri di rumah atau di keluarga kecil mereka.
  2. Bersikap gusar dalam melaksanakan himbauan pemerintah himbauan, untuk memakai masker, melaksanakan sosial distencing, lockdown ternyata khawatir tidak bisa melaksanakan ibadah sebagaimana biasanya, kelompok ini kadang tidak mempedulikan untuk memakai masker, melaksanakan sosial distancing, lockdown, karena mereka berprinsip bahwa sehat, hidup dan mati adalah kehendak Allah.
  3. Tidak mempedulikan himbauan pemerintah, tetap melaksanakan jamaah salat tarawih, majelis taklim, shalat Idul Fitri, silaturrahmi adalah perintah Allah. Allah adalah Pemilik, pencipta dan pengatur segala yang ada di alam semesta, maka bila Dia telah memerintahkan mengapa harus takut? Hidup dan mati adalah di tangan Allah, bila sedang melaksanakan ibadah tersebut kemudian dipanggil oleh Allah lalu meninggal, maka mereka berkeyakinan matinya adalah mati syahid.
  4. Pada kegiatan silaturahmi, masyarakat nampak sudah taat pada himbauan pemerintah. Pada umumnya tidak melaksanakan kunjungan dari rumah ke rumah, kepada saudara, teman dan kerabat kecuali hanya sebagian kecil yang tetap mengadakan kunjungan. Terutama anak kepada orang tua atau kepada orang yang dipandang yang dihormati, kesepuan dan tokoh agama, maka mereka tetap melaksanakan silaturahim. Namun karena akses dari kampung ke kampung bahkan tiap gang sudah dipasang portal sehingga lebaran pada tahun 1441 H lebih dominan berdiam di rumah atau beraktivitas tetapi berupaya menghindari kerumunan.


Jenuh dengan aksi
Kebanyakan orang merasa jenuh untuk tinggal di rumah, apalagi anak-anak kecil, para pelajar yang menginginkan hal-hal baru. Hampir dua bulan mereka berdiam di rumah, belajar di rumah, dan semua aktifitas dikerjakan di rumah. Kata jenuh yang merupakan ungkapan dari hati, perlu disikapi dengan tindakan aksi, yaitu dengan berdiam diri. Perlunya meningkatkan pemahaman dan kesadaran diri.

Ada yang menanyakan, sampai kapankah pandemi virus corona akan berakhir? Penelitian dan uji materi vaksin corona ternyata belum ada yang dapat memastikan, karena ada ahli juga yang menyatakan bahwa virus corona tidak akan bisa dihilangkan. Bahkan bila ada ungkapan untuk berdamai dengan virus corona itupun juga tidak akan bisa, karena perdamaian melibatkan dua belah pihak, bila satu pihak mau berdamai dan yang satu pihak tidak mau berdamai, maka akan terjadi persekongkolan terus atau terjadi permusuhan secara terus menerus. Saling menyerang, berusaha mencari kelemahannya untuk saling mengalahkan.

Karena itu bila untuk mematikan pandemi virus corona dengan cara berdiam, tidak ada kerumunan. Ini adalah merupakan suatu pilihan yang harus dilaksanakan oleh semua pihak. Untuk melaksanakan hal itu ada hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan lockdown

Masalah lockdown
Tidak semua orang mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama, apalagi tentang keyakinan. Takutlah pada Allah jangan takut kepada selain Allah. Yang kedua adalah pemenuhan kebutuhan hidup. Kebutuhan pangan menjadi kebutuhan terbesar dalam hidup manusia, oleh karena itu perlu adanya pemenuhan dua hal tersebut. Sebelum pelaksanaan tentu telah menyediakan kebutuhan selama waktu yang tekah ditentukan.

Bukanlah dunia bila tidak ada perbedaan pemahaman dan keyakinan, karena itu berangkat dari berbagai fakta yang terjadi seperti kerumunan massa, berawal dari daerah yang tekena pandemic Covid-19 ternyata mudah menyebar pada wilayah yang lain. Kasus Jamaah Tabligh dari Gowa Sulawesi Selatan menjadi bukti bahwa pada awal-awal virus telah menyebar vidio youtube jamaah tabligh yang menentang penutupan tempat-tempat ibadah mereka mengatakan bahwa “Takutlah pada Allah, jangan takut pada virus corona atau virus corona takut pada jamaah. Ternyata dari persebaran virus corona dari mereka yang pulang dari kegiatan tabligh, setelah dicek ternyata mereka positif PDP.

Dari kasus itu, kemudian daerah yang tadinya hijau setelah kedatangan Jamaah Tabligh tersebut maka kemudian menjadi daerah yang merah. Dengan kasus tersebut setiap orang untuk saling mengingatkan, tentang pentingnya menjaga kewaspadaan dini. Setiap muslim telah melaksanakan lockdown selama sebulan, menjaga hati lisan dan perbuatan dan hal-hal yang tidak baik dan sebelum mengakhiri bulan Ramadhan telah membersihkan hati dengan membayar zakat fitrah. Maka pada umumnya telah siap untuk menerima himbauan kebaikan.

Demikian pula orang-orang miskin merasa diperhatikan orang-orang kaya, dengan zakat fitrah yang diterima dapat memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan pokok. Nuansa kekeluargaan, kebersamaan, tidak diperlukan dokumentasi yang kemudian di upload ke media sosial. Karena itu untuk mewujudkan menghilangkan rasa jenuh itu dengan melaksanakan lockdown semoga kejenuhan akan segera berakhir.

5/24/2020

Merasa Bersalah, Mohon Maaf



Di hari yang fitri ini, hari kemenangan bagi umat Islam setelah selesai menuntaskan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan, semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT. Sebagai insan yang lemah, dalam setiap saat berinteraksi sosial, disana ada hal-hal yang selaras dengan pandangan dan pemikiran namun ada juga yang berbeda, sehingga manusia berpotensi untuk berbuat benar, salah dan dosa.

Karena itu mohon berkenan penulis untuk menyampaikan permohonan maaf atas segala salah dan khilaf dalam setiap tulisan kami. Saya hanya berharap semoga dapat memberikan manfaat bagi semua, ingin kami turut membangun masyarakat, bangsa dan negara. Dengan segala kemampuan yang kami miliki, kami berusaha menyampaikan pandangan, pemikiran dan hasil perenungan. Sebaliknya dengan keterbatasan yang ada, karena kurangnya pengetahuan dan pemikiran, kami selalu berusaha untuk meminimalisir kekurangan, kami akan berusaha memperbaharui setiap kekurangan.

Kami bukan orang yang benar tetapi kami berusaha untuk menjadi benar, kami tidak sempurna tetapi kami berupaya untuk meraih kesempurnaan, Allah telah menciptakan alam semesta bagi kepentingan manusia, dengan alam (ciptaan Allah) tersebut kita bisa belajar, dan alam mengajarkan kepada kita apa yang telah, sedang dan akan terjadi.

Karena itu semua hasil pemikiran dan perenungan yang tertuang dalam tulisan dimungkinkan ada suatu yang tidak sesuai dengan pandangan dan pemikiran para pembaca. Karena itu dengan kerendahan hati kami memohon maaf yang setulus-tulusnya.

تقبل الله منا ومنكم وجعلناالله منالعائدين والفائزين

Semoga Allah menerima (puasa) kita dan menjadikan kita kembali (dalam keadaan suci) dan termasuk orang-orang yang mendapat kemenangan.

Selamat hari raya Idul Fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan batin.

5/20/2020

Tinggalkan Kesenangan Sesaat, Raih Kebahagiaan Selamanya



Tradisi menyambut Idul Fitri dengan persiapan makanan, pakaian, perhiasan berlangsung secara turun-temurun. Padahal yang seharusnya Idul Fitri adalah kembali pada kesucian, untuk mendapat ampunan Allah. Idul Fitri mulai menapaki hidup dan suasana yang baru, dapat melanjutkan ibadah puasa Ramadhan dan segala amaliah untuk dilaksanakan diluar bulan Ramadhan.

Setelah selesai puasa Ramadan, mulai bergegas untuk puasa tanggal 2-7 Syawal, dengan melaksanakan puasa sunah, puasa Senin Kamis, puasa Dawud, puasa tengah bulan. Shalat tarawih dilanjutkan dengan shalat hajad, tahajud, istikharah dan lainnya. Tadarus Alquran untuk dibiasakan, pengelolaan zakat fitrah dengan meningkatkan infaq dan shadaqah. Sehingga Idul Fitri bukan menjadi bar-baran (semuanya sudah selesai), puasanya sudah bar, tadarus nya sudah bar, infaq shadaqahnya sudah bar, semua amal ibadah menjadi bar atau berakhir dan akan kembali pada tahun yang akan datang.

Puasa Ramadhan dengan segala amaliyahnya menjadi kegiatan-kegiatan ibadah yang belum dikondisikan kelanjutannya, kadang organ tubuh belum siap menerima keadaan. Shalat tarawih biasanya ramai pada minggu pertama, tadarus Alquran hanya pada bulan Ramadhan, infaq shadaqah hanya pada bulan Ramadhan dan semua amaliah yang baik hanya tinggal kenangan saja. Setelah selesai puasa Ramadhan diawali dengan memasuki 1 Syawal perilaku israf dipupuk kembali.

Sikap Frontal
Ibadah puasa Ramadhan pada tahun 1441 H/2020 M sangat berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana gema dan gebyar Ramadhan terjadi dimana-mana, shalat tarawih, tadarus Alquran, majelis taklim, nuzulul Qur’an, salat berjamaah, pada tahun tersebut dan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun ini menjadi tahun berbeda, dimana setiap ibadah biasanya dipusatkan di masjid/ musholla tetapi pada tahun ini dihimbau untuk dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing.

Pemerintah dan lembaga keagamaan telah memberikan himbauan namun ternyata masih banyak umat Islam yang tidak menghiraukan himbauan tersebut. Perkumpulan orang-orang tetap dilaksanakan, shalat Jum’at, tarowih, tadarus Alquran dilaksanakan secara bergerombol, majlis taklim. Pada umumnya mereka tidak mau meninggalkan momentum penting pada bulan Ramadhan. Ibadah yang penuh berkah tetap dilaksanakan seakan-akan tidak ada wabah pandemi Covid-19.

Keyakinanpun menjadi sikap frontal, tidak mau mengikuti himbauan dari pemerintah dan MUI, memang banyak orang yang menyayangkan meninggalkan amaliyah ibadah di bulan Ramadhan. Namun satu sisi berusaha melakukan kebaikan dan amal shalih, tetapi idak menghiraukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, tidak menghiraukan seruan amaliah di bulan Ramadhan.

Kenangan Sesaat
Lebaran tahun ini berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana aktivitas dan gerak dibatasi karena adanya wabah pandemi virus corona/ Covid- 19. Untuk melawan dan menghentikan penyebarannya dengan pengurangan aktivitas kegiatan sosial, perkumpulan, sosial distancing, PSBB bahkan lock down. Pembatasan ini juga harus dengan kesadaran diri untuk meninggalkan kesenangan sesaat yang bisa jadi akan menimbulkan musibah, bencana pada masa yang akan datang. Demikian pula Idul Fitri hendaknya dirayakan dengan kondisi yang sederhana. Mulai dari makan, minum, pakaian, perhiasan dengan yang sudah ada atau apa adanya. Tidak perlu terlalu fokus pada kegiatan pesta, makan-makan, minum dan saling berkunjung.

Ada pesan Idul Fitri yang disampaikan lewat lagu lama yang dinyanyikan oleh Dea Ananda:

Baju baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama

Sepatu baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada sepatu yang lama

Potong ayam Alhamdulillah
Untuk dimakan di hari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada telur ayamnya

Bikin kue alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak bikin pun tak apa-apa
Masih ada singkong goreng nya

Ref:
Hari raya Idul Fitri
Bukan untuk berpesta- pesta
Yang penting maafnya lahir batinnya

Untuk apa berpesta-pesta
Kalau kalah puasanya
Malu kita kepada Allah yang esa.

Kupat sayur alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada nasi uduknya

Pembatasan dan pengendalian diri sebagai hasil dari pelaksanaan ibadah puasa, dimana puasa merupakan tameng dari perbuatan yang tidak baik, puasa melatih berbuat sabar dan ikhlas, puasa mewujudkan kepedulian sosial dan empati, puasa untuk pensucian rohani dari hawa nafsu yang tidak baik. Selama 1 bulan umat Islam telah dilatih atau melatih diri, menerpa diri dengan akhlak dan perilaku yang terpuji dengan landasan iman dan taqwa kepada Allah.

Kesederhanaan dalam makan, minum, pakaian dan penampilan bukan karena menghadapi pandemi, tetapi seungguhnya merupakan perintah agama. Sederhana bukan berarti bahil tetapi untuk selalu memupuk kedermawanan, jiwa sosial, empati dan ukhuwah bersama. Kita tidak tahu sampai kapan wabah pandemic Covid-19 akan berakhir. Ilmuan dunia belum menemukan vaksin, semua orang hanya bisa antisipati, jaga diri dengan mengikuti himbauan ulama’ dan umara’.

Memang kadang tidak ikhlas untuk meninggalkan atau mengalihkan kebiasaan yang sudah berjalan dengan baik, shalat Jum’at, shalat berjamaah di masjid/ musholla, shalat tarorih, pemberian kupon infaq sedekah, shalad Id di masjid dan lapangan terbuka, shilaturahim, halal bihalal. Semua ini adalah ibadah yang sudah mentradisi dan tradisi yang sudah membudaya. Tak aneh bila melihat selebaran dan himbauan untuk tidak menyelenggarakan kegiatan atau mendengar himbauan, banyak orang yang menanggapi dengan sinis. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya semua orang untuk dapat menerima dengan ikhlas. Ingat bahwa pengorbanan ini untuk kepentingan jangka panjang dan kepentingan orang banyak. Masih banyak jalan untuk mendapat kebaikan dan masih banyak cara untuk membuat kebaikan.

Tidak shalat Jumat tetapi menegakkan shalat dhuhur, tidah shalat bejamaah di masjid/ musholla tetapi selalu menjaga shalat jamaah di keluarga, tidak shalat tarowih di masjid/ musholla tetapi selalu menegakkan shalat tarowih bersama anggota keluarga, zakat, infaq dan sedekah diamanatkan kepada lembaga amil zakat, shalat Idul Fitri dilaksanakan di keluarga, shilaturahim untuk dibatasi, halal bihalal secara on line.

Sesungguhnya yang membedakan hanyalah ibadah yang bernuansa sosial, sekalipun tidak ada shilaturahim semoga shilaturahim tetap terjaga. Jaga diri dan keluarga tingkatkan peduli pada orang lain. Tinggalkan kesenangan sesaat untuk meraih kebahagiaan masa depan lebih baik. Jangan anggap enteng sesuatu yang sudah jelas berbahaya, tidak ada yang dapat mencegah musibah dan bahaya kecuali kita diwajibkan untuk berusaha, berikhtiar dan tawakal. Semoga pandemic segera berakhir.

5/18/2020

Karena Malas Jadi Ambyar


Kata malas sering diungkapkan atau diucapkan oleh siapapun yang kadang tanpa disengaja. Kata yang mudah keluar dari mulut secara reflek, tanpa disadari bahwa efek dari ucapan itu dirasa sangat berat. Malas adalah salah satu sifat buruk yang ada pada manusia. Rajin adalah kebalikan dari malas. Waktu belajar di sekolah dasar di sana dikenalkan dengan peribahasa, rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh, hemat pangkal kaya. Kalimat itu masih membekas dan kadang bisa menjadi sumber inspirasi dan nasihat bagi anak-anak.

Kata ini sangat penting untuk dicermati, ketika sedang menghadapi permasalahan, sedang menerima tugas, akan menjawab malas, capek. Ada anak sekolah, setelah pulang sekolah disuruh oleh orang tuanya untuk segera berganti pakaian dan membantu orang tuanya, anak menjawab, malas, capek. Orang yang sudah hidup berumah tangga pagi hari enak-enakan tidur di tempat tidur atau duduk- duduk, santai sambil nonton TV dan lain sebagainya sehingga ketika diingatkan untuk beraktifitas, jawabnya malas. Jawaban ini sangat mudah untuk diucapkan, tanpa disadari bahwa sebenarnya apa yang diucapkan itu menjadi doa yang bisa jadi akan menjadi kenyataan.

Hendaknya ketika sedang capek, bagaimanakah dari sikap apatis menjadi dinamis, pesimis menjadi optimis, negative menjadi positif. Dengan maksud bahwa kata-kata dan ucapan akan menjadi sumber kebaikan dan keberkahan. Setelah istirahat nanti akan saya kerjakan, atau sebentar, saya relaksasi dulu biar tambah fres dan dapat inspirasi. Jadi sekalipun terasa capek, malas namun tetap ada dorongan untuk menyelesaikan tugas. Karena biasanya bila sudah keluar kata capek, malas maka kekuatan akan hilang.

Efek dari sikap malas.
Ucapan malas ini pun juga akan menjadi di doa, karena sikap malas sebenarnya akan menjadikan suatu permasalahan semakin menumpuk, pekerjaan akan tertunda, tugas akan ditunda, apapun akan tertunda, padahal tugas dan pekerjaan ini adalah suatu kewajiban yang harus diselesaikan. Kalau sudah sampai date linenya padahal belum ada realisasi atau tindakan untuk menyelesaikan. Maka akan memunculkan masalah-maslah baru, tugas-tugas baru sehingga membutuhkan waktu, tenaga, fikiran, biaya yang ekstra untuk menyelesaikannya. Dengan demikian akan berefek kesehatan, hubungan sosial dan kinerja.

Terlalu banyak pikiran maka akan mengganggu metabolisme tubuh. Contohnya akan terkena masuk angin, sakit maag, asam lambungnya naik, akan terkena hipertensi, diabetes, jantung dan sebagainya. Kemudian dari segi social, karena sibuk dengan urusan untuk menyelesaikan masalah, maka hubungan sosial menjadi renggang. Bahkan ketika bertemu dengan teman, sahabat, kerabat, saudara dengan siapapun. Raut muka Nampak carut-marut, tidak ada wajah ceria, yang ada adalah wajah serius, tegang menghadapi masalah untuk segera diselesaikan. Kemudian dari segi biaya pun orang yang seperti itu akan mengeluarkan biaya semakin banyak, karena untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk tentu membutuhkan suplemen makanan, agar kondisinya tetap fit.

Bita lihat kesuksesan seseorang, sesunggunya sukses itu bukan hanya di hayalkan dan direnungkan, tetapi butuh usaha, ikhtiar yang sungguh-sungguh, dilaksanakan dengan kedisplinan. Suatu kesulitan atau suatu hal yang seakan tidak bisa diatasi, apadahal itu hanyalah suatu bayangan fatamorgana. Ada seoarang sarjana S1 dia ternyata bisa bekerja pada bidang yang tidak dipelajari waktu sekolah dan kuliah, jauh melenceng dari disiplin ilmu yang dipelajari. Namun justru dari bangku sekolah dan kuliah itulah bisa merubah mind set, bahwa selagi mau mencoba, mau berusaha dengan sungguh-sungguh pasti bisa. Tidak ada yang tidak bisa terhadap sesuatu yang kelihatan. Yakinlah bahwa suatu yang nampak bisa dipelajari dan bisa dilakukan. Semamin sulit maka disitulah ujian bagi orang-orang yang berilmu.

Seorang professor, dia menjadi profesor bukan dengan serta-merta memperoleh gelar, tapi harus melalui proses, bagaimana mengelola diri terhadap waktu, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Allah itu menciptakan waktu bagi makhluk-Nya itu sama, sehari semalam 24 jam. Tetapi dari waktu 24 jam itu ada yang bisa mengelola waktu bisa memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang baik. Contoh selalu membiasakan diri untuk bangun tidur lebih awal. Sebelum melaksanakan salat subuh selalu membiasakan diri untuk memanfaatkan waktu sepertiga malam yang terakhir untuk bermunajat kepada Allah, melakukan salat lail, berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk, kemudahan dalam segala urusan, diberikan petunjuk di dalam menjalani kehidupan di dunia, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun untuk orang lain.

Setelah salat subuh dilakukan secara berjamaah, kemudian melaksanakan tadarus Alquran, membaca buku membaca kitab atau mengikuti kajian jadi antara waktu subuh sampai matahari terbit selalu digunakan untuk merenungi diri, untuk mengasah otak pikiran, menjauhkan diri dari tempat tidur. Coba kalau dihitung dari segi waktu, berapa jam orang tersebut tidur dalam sehari semalam, mungkin hanya 3 sampai 6 jam sudah cukup, mengapa? Karena tidur yang berkualitas, tidur yang memang dilandasi dengan sunnah rasul. Banyak orang yang yang menggunakan waktu 24 jam waktu yang diberikan Allah, tetapi lebih banyak digunakan untuk tidur, untuk bermalas-malasan, maka yang terjadi mendapat kesulitan untuk bisa meraih cita-cita yang diharapkan.

Sesungguhnya malas itu merupakan penyakit hati yang harus diperangi, memang malas itu berkaitan dengan vitalitas tubuh, penyakit yang menyertai adalah mengantuk. Kalau mengantuk memang kurang istirahat obatnya untuk beristirahat, ngantuknya karena terlalu kenyang maka kurangi makannya, bila mengantuk tanpa sebab maka dicari sebab-sebabnya. Agar waktu yang dimiliki dapat lebih bermanfaat, karena malas bisa membuat rencana, cita-cita harapan menjadi ambyar. Untuk membalikkan sikap malas senantiasa bersyukur atas segala yang telah diberikan Allah.
Syukur diberikan kehidupan, hidup di dunia adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah yang harus disyukuri, karena sesungguhnya dunia adalah ladang bagi orang-orang yang beriman untuk menanam dan besok di akhirat adalah tempatnya untuk memanen. Diberikan kesehatan juga bersyukur, maka jangan malas untuk menjaga kesehatan. Karena kalau bermalas-malasan dengan kondisi yang ada, akan menjadikan tubuh menjadi kurang sehat, maka jangan malas untuk beraktifitas, jangan malas untuk bergerak, jangan malas untuk berolahraga, semua itu adalah upaya untuk mensyukuri nikmat kesehatan. Diberikan panjang umur kita renungkan, bahwa kita diberikan umur yang panjang oleh Allah merupakan kenikmatan. Wujud rasa syukur kita adalah dengan meningkatkan ibadah kepada Allah, maka agar menjadi orang yang bersyukur jangan malas melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh karena dalam setiap ibadah pasti ada tantangan ada gangguannya ada hambatannya. Bersyukur diberikan kesempatan untuk melakukan perintah-perintah Allah, karena itu jangan malas untuk memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah. Sempatkan waktu untuk belajar, membaca, beribadah, untuk menolong sesame, melakukan kebaikan-kebaikan yang bermakna, sempatkan waktu untuk menggunakan waktu tenaga pikiran untuk kemaslahatan kepentingan bersama.

Malas belajar maka akan menjadi orang yang bodoh, malas bekerja maka akan menjadi orang yang miskin. Malas beribadah maka dia akan menjadi orang yang jumud orang yang susah berkembang orang yang susah menerima mendapat masukan dari orang lain. Malas dalam berdzikir, maka dia hatinya akan kosong dan berdampak pada amaliyahnya. Malas adalah penyakit rohani dan harus diobati.

5/13/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II



Manusia adalah makhluk dengan dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia adalah makhluk Allah yang diberi taklif, tanggung jawab untuk menjaga, melestarikan, memanfaatkan sumber daya alam, karena itu manusia disebut sebagai khalifah, wakil Allah dimuka bumi. Disamping itu manusia adalah hamba Allah yang mempunyai tugas untuk menyembah beribadah kepada Allah, manusia diberikan tugas sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah. Dua hal ini ini Allah kelak akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan oleh manusia.

Sangat penting untuk menerapkan prinsip keseimbangan, urusan dunia dan juga urusan akhirat diseimbangkan. Rasul pernah bersabda “berbuatlah duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhirat, seakan-akan engkau akan mati besok pagi”. Dari hadits ini jelas sekali bahwa kita diberikan kewenangan untuk mencari karunia Allah dalam kehidupan dunia juga mencari karunia untuk kehidupan akhirat, mengapa? Dunia ini sementara, dunia hanyalah permainan, panggung sandiwara, dunia ini adalah seperti orang yang berpergian suatu saat akan kembali.

Manusia hidup di dunia tidak akan lama, tetapi hidup di akhirat adalah untuk selama-lamanya. Sebelum masuk ke alam akhirat kelak, manusia akan hidup di alam barzah atau alam kubur sampai batas waktu yang hanya Allah yang mengetahui. Setiap orang kelak di hari Qiamat akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatan yang sudah dilakukan. Amal baik akan mendapatkan pahala yang kelak akan dimasukkan ke dalam surga nya Allah. Amal yang buruk maka akan mendapatkan dosa dan kelak akan dimasukkan ke dalam neraka. Pada dasarnya surga dan neraka adalah merupakan pilihan.

Dunia adalah ladang untuk menanam kebaikan sebagai bekal besok di hari Qiamat. Agar menjadi orang-orang yang lebih baik maka carilah suatu keteladanan didalam hidup ini, agar kehidupan kita itu bisa menjadi lebih baik. Dalam urusan akhirat maka lihatlah kepada orang yang lebih alim, orang yang lebih taat, giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Misalnya ada orang yang rajin membaca Alquran, lihatlah dia, tirulah dia. Ada orang yang rajin menegakkan shalat degan berjamah, lihatlah dia, contoh lah. Ada orang gemar berderma, membantu pada orang-orang yang fakir miskin dan yang membutuhkan, lihatlah dia maka dalam hatinya akan muncul rasa kepedulian untuk mebreikan bantuan. Jangan melihat kepada orang yang dibawahnya, bila dalam hal ibadah melihat kepada orang yang dibawahnya, maka dia akan susah untuk mencapai pada tingkat kesempurnaan dalam pengamalan ajaran agama Islam. Sebaliknya dalam urusan dunia maka lihatlah kepada orang yang di bawahnya Rasulullah SAW pernah bersabda:

خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ لَمْ تَكُونَا فِيهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا مَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ وَمَنْ نَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ مِنْهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا


"Ada dua perkara yang barangsiapa memilikinya maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar, dan barangsiapa yang tidak memiliki keduanya maka Allah tidak mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan penyabar, yaitu barangsiapa yang melihat (mengukur) agamanya dengan orang yang lebih tinggi darinya lalu dia mengikutinya, dan barangsiapa yang melihat (mengukur) dunianya dengan orang yang paling rendah darinya lalu dia memuji Allah atas karunia yang diberikan kepadanya, maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar, namun barangsiapa yang melihat agamanya dengan orang yang lebih rendah darinya dan melihat dunianya dengan orang yang lebih tinggi darinya dan dia bersedih atas dunia yang tidak didapatkannya, maka Allah tidak mencatatnya sebagai seorang yang pandai bersyukur dan bersabar." (HR. Tirmidzi: 2436)

Allah akan melihat orang yang bersyukur dan bersabar adalah orang yang melihat orang lain dalam hal ibadahnya kepada orang yang di atasnya dan orang yang melihat orang lain dalam hal keduniawiannya kepada orang yang di bawahnya. Maka visualisasi dalam mencari keteladanan adalah dengan melihat orang-orang yang baik dalam hal ibadahnya pada orang yang di atasnya. Dengan ini orang akan mnghitung- menghitung, menyadari kekurangan yang ada pada dirinya, dia akan menjauhkan diri dari sifat kibir, ujub, riak dan perilaku-perilaku lainnya. Dengan demikian akan menjadi orang yang lemah lembut, berperilaku baik, pandai dalam mensyukuri dan menghormati orang lain, tidak mudah untuk menyalahkan orang lain, karena bila melihat orang lain dalam hal ibadah, kepada orang yang diatasnya, maka sungguh kecil dirinya alangkah dhaifnya.

Demikian pula dalam urusan duniawi, lihatlah kepada yang di bawahnya, niscaya akan menjadi orang yang bersyukur. Misalnya ada orang yang mempunyai mobil dan mobilnya sudah mobil yang tua, bila sedang berbincang dengan teman-temannya yang mempunyai mobil baru maka dirinya merasa iri dan bersedih kenapa tidak bisa memiliki mobil yang baru. Karena itu hendaknya melihat kepada orang yang di bawahnya, bersyukur dirinya mempunyai mobil, walaupun mobilnya tua, tapi masih bisa digunakan untuk beraktivitas. Waktu hujan tidak kehujanan, waktu panas tidak kepanasan dan mobilnya tidak macetan, ini masih sangat beruntung, coba kalau melihat temannya atau saudaranya tidak mempunyai mobil dan hanya mengendarai sepeda motor, kalau hujan kehujanan, panas juga kepanasan, kena debu, kena angin.
Demikian juga orang yang mempunyai sepeda motor bersyukur, karena mendingan punya sepeda motor daripada saudaranya atau temannya atau orang lain yang tidak mempunyai sepeda motor, sehingga kemana-mana menggunakan sepeda ontel untuk beraktivitas, untuk bekerja menggunakan sepeda ontel. Orang yang punya sepeda ontel pun itu hendaknya bersyukur, karena apa, beruntung karena ada temannya, saudaranya yang tidak mampu membeli sepeda ontel sehingga kemana-mana dia dengan berjalan kaki, membawa barang, berjalan kaki ke mana.

Orang yang masih bisa berjalan itu juga sangat bersyukur, karena diberikan kesehatan oleh Allah sehingga ke mana-mana bisa berjalan beraktivitas dengan kedua kakinya. Sementara ada saudaranya atau temannya atau siapapun yang sakit ternyata dia sudah tidak bisa berjalan, kakinya sakit, lumpuh, semua aktivitas butuh pelayanan orang lain, makan minum sampai membersihkan diri tidak mampu tapi harus melalui bantuan orang lain. Maka orang yang masih bisa berjalan itu sangat bersyukur bila dibandingkan dengan orang yang sama sekali sudah tidak bisa berjalan tetapi orang yang sudah lumpuh misalnya di tempat tidur, tidak bisa beraktivitas. Pada orang yang teakhir inipun juga hendaknya tetap bersyukur, karena apa masih diberi kesempatan untuk bertobat memperbarui kesalahan-kesalahannya karena sakit itu adalah merupakan penebus dari dosa dan kesalahan yang sudah dilakukan bersyukur.

Coba kalau dilihat ada temannya atau saudaranya atau siapapun yang mati dalam kondisi yang mendadak, padahal dia dalam keadaan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, sedang melakukan kemaksiatan kemudian dia dipanggil oleh Allah, maka sudah tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki amal-amal, maka masih diberikan panjang umur, walaupun dalam kondisi apapun tetap bersyukur bahwa semuanya itu adalah pemberian Allah, maka dalam urusan keduniawian lihatlah kepada orang yang dibawahnya niscaya akan menjadi orang pandai bersyukur, mensyukuri segala nikmat karunia yang telah diberikan Allah kepada dirinya.
Carilah keteladanan kepada siapa pun yang melakukan perbuatan yang baik, karena Rasulullah juga pernah mengatakan bahwa “lihatlah pada apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan”. Jelas bahwa sumber kebenaran, keteladanan bisa datang dari siapa saja, dari orang miskin, anak kecil, orang kaya, orang cantik, orang gagah. Kalau mereka mempunyai perilaku yang baik, maka sebaiknya kita contoh. Tidak usah membedakan tidak usah memisahkan dia itu siapa, tetapi kalau memang mempunyai akhlak dan perilaku yang baik, maka jadikanlah teladan.
Keteladanan itu tidak tidak sentral pada seseorang, Karena manusia itu adalah makhluk yang tidak sempurna manusia makhluk yang perilakunya itu kadang berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, kecuali pada orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, dimanapun dan kapanpun selalu merasa dirinya dalam pengawasan Allah.

5/10/2020

Lalai Sebabkan Celaka dan Masuk Neraka



Lalai atau teledor adalah salah satu perilaku yang tidak baik. Perilaku tersebut bisa merugikan bagi diri sendiri dan juga orang lain. Lalai dari tugas, lalai dari tanggung jawab. Lalai dari tugas akan merugikan dirinya sendiri, tugas adalah amanah, kewajiban yang harus dilaksanakan. Cepat atau lambat harus diselesaikan. Bila tidak diselesaikan maka akan ditanyakan oleh yang memberi tugas. Setiap tugas tentu ada date linenya, kapan harus diselesaikan.

Untuk menyelesaikan tugas ini biasanya berdalih besok-besok saja kalau sudah ada waktu luang, besok-besok saja karena masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan. Keadaan ini yang membuat terkadang tugas semakin menumpuk, tugas yang ringan dan yang berat, yang mendesak diselesaikan atau yang lama menjadi menjadi tugas-tugas menumpuk yang tidak terselesaikan .

Makin cepat semakin baik
Sesungguhnya tugas-tugas bila diklasifikasikan menjadi:

  1. Tugas ringan akan terasa ringan bila segera diselesaikan dan menjadi berat bila ditunda-tunda untuk penyelesaiannya.
  2. Tugas berat akan menjadi ringan bila dilaksanakan step by step, pada dasarnya tidak ada tugas yang berat bila segera dilaksanakan.
  3. Tugas yang mudah akan semakin mudah bila segera diselesaikan dan tidak akan mempersulit.
  4. Tugas yang sulit akan berubah menjadi mudah bila selalu beruapaya, sesungguhnya sulit karena belummengerti cara penyelesaiannya.
  5. Tugas yang bersifat mendesak akan dapat diselesaikan bila dihadapi dengan sikap tenang.
  6. Tugas-tugas rutin akan membantu menyelesaikan, sikap istiqomah, ulet dan sabar, karena itu tugas rutin agar dijaga kontinuitasnya.


Akibat sifat lalai
Setiap perbuatan dan sktifitas pasti ada akibatnya, demikian pula sikap lalai berakibat:
  1. Pekerjaan kadang tidak bisa diselesaikan dengan tuntas dan baik, karena setiap tugas dan pekerjaan harus diselesaikan dengan rasa senang dan tenang. Dengan demikian akan memunculkan inspirasi, inovasi dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas.
  2. Lalai akan merasakan siksa neraka, ada orang yang ingin merasakan siksa api neraka, maka jadilah orang yang lalai. Setiap tugas, tanggungjawab menuntut penyelesaian dengan tenaga, pikiran dan uang. Tenaga yang ada pada diri sendiri mempunyai kapasitas kemampuan. Bila masih di ambang batas maka akan merasakan kenyamanan, namun bila sudah melampaui ambang batas akan menjadi perilaku memforsir diri, tenaganya dipaksakan sehingga akan mengganggu metabolisme organ tubuh. Memforsir akan menyebabkan kurang nafsu makan, sehingga pekerjaan yang seharusnya ditopang dengan nutrisi yang cukup tapi justru mengalami kekurangan asupan nutrisi. 
  3. Untuk menyelesaikan tugas dengan tenaga dan fikiran yang melibatkan orang lain, perlu disadari bahwa orang lain juga mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan sendiri, sehingga tenaga dan fikiran bantuan orang lain bisa memberikan kontribusi menyelesaikan masalah sesuai dengan kehendaknya, namun bisa tidak sesuai dengan harapannya. Akibatnya penyelesaian masalah justru akan terkatung-katung bukan menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah.
  4. Menyelesaikan tugas karena lalai membuat tubuh terasa remuk, untuk duduk tidak enak tidur tidak nyaman karena itu akibat dari menumpuk pekerjaan yang menyebabkan terforsir nya tenaga dan pikiran. Sesungguhnya berat dan ringannya siksa neraka karena akumulasi dari dosa -dosa yang dilakukan, setiap orang setiap saat berpotensi untuk melakukan dosa. Dosa-dosa yang menumpuk akan memperberat sisksaan, karena itu untuk menguranginya dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, bertobat kepada Allah dan juga memperbanyak istighfar.
  5. Dari aspek humanisme lalai akan menyebabkan hubungan disharmoni karena tugas yang diamanatkan seakan tidak dihiraukan, pemeri tugas akan merasa dilecehkan.
  6. Menyebabkan carut-marutnya interaksi sosial, karena pikiran kusut, hati yang tidak tenang akan berpengaruh terhadap perilaku. Perilaku aneh interaksi social akan terganggu.
  7. Dari aspek religi atau keagamaan bahwa lalai akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang celaka.
Karena itu tidak ada pilihan “tinggalkanlah perilaku lalai dan segera beranjak untuk menyelesaikan tugas” agar segera beranjak pada kegiatan yang lain. “ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al Insyirah: 7). Tak lupa, untuk bersikaplah optimis bahwa setiap tugas pasti bisa dilaksanakan karena “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. “ (QS. Albaqarah: 286)

Sebagai penguat menyelesaikan tugas, mintalah pertolongan kepada Allah, dengan doa sebagai berikut:

  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
  • Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
  • Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.




5/05/2020

Sebaik-Baik dan Seburuk-Buruk Manusia, Perenungan Terhadap Umur



Allah menciptakan makhluk, ada manusia hewan, tumbuhan dan juga ada makhluk lain yang tidak nampak seperti golongan malaikat dan jin. Dari makhluk ciptaan Allah ini, siapakah makhluk yang paling sempurna? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS. 95: 4). Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna, karena manusia mempunyai dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin. Manusia berbeda dengan golongan hewan, manusia berjalan dengan dua kaki ternyata manusia bisa berjalan melebihi kecepatan melebihi kecepatan seekor kijang, manusia tidak mempunyai taring tetapi manusia mempunyai kekuatan untuk mengalahkan harimau, manusia tidak mempunyai sayap tetapi manusia bisa melintas di udara melebihi kecepatan burung, manusia tidak tidak mempunyai mata yang tajam tetapi penglihatannya bisa melebihi pandangan burung elang, manusia tidak mempunyai pendengaran infrasonik seperti jengkerik tetapi manusia bisa mendengarkan suara yang sangat lembut.

Mengapa ini semuanya bisa dilampaui oleh manusia, tidak lain karena manusia diberikan akal yang sempurna oleh Allah, disamping itu manusia juga diberikan hati untuk merenungkan kebesaran Allah, manusia juga diberikan nafsu seperti hewan sehingga manusia bisa melanjutkan keturunan, bisa melakukan aktivitas dan sebagainya. Manusia diberikan panca indra yang sempurna, manusia diberikan agama untuk mewujudkan kesempurnaan hidup sebagai pedoman hidup di dunia untuk mencapai keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, bahagia di dunia dan akhrat kelak.

Tetapi dengan kesempurnaan ini, manusia juga diberikan nafsu, bahkan hawa nafsu, sehingga dengan hawa nafsu itulah kesempurnaan manusia kadang menjadi ternoda. Hati manusia menjadi keruh, pikiran manusia tidak teratur, sehingga perbuatannya akan melenceng dari ketentuan syariat Allah, karena itu sebaik-baik manusia adalah yang selalu merenungi kebesaran Allah, mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya, karena itu menyadari bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan kemanfaatan bagi yang lainnya. Untuk selanjutnya setelah menyadari tentang nikmat yang diberikan oleh Allah, lalu mensyukuri nikmat panjang umur yang telah diberikan. Hidup itu adalah merupakan kepastian, perbuatan baik dan buruk adalah suatu pilihan, Rasulullah Muhammad SAW, pernah mengatakan bersabda:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ


Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang ya ng panjang umurnya dan baik amalnya." Ia bertanya: Lalu siapa orang yang terburuk itu? Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya. (HR. Tirmidzi: 2252, Ahmad: 19519)

Kadangkala kita tidak pernah merenungkan bahwa usia yang yang sudah dijalani dengan yang belum dijalani ternyata sudah banyak yang dijalani, tetapi pikiran dan perasaan seakan-akan kita masih akan hidup seribu tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian soal perbuatan baik atau buruk itu kadangkala tidak dipertimbangkan. Untuk melakukan perbuatan baik hanya sekedarnya saja atau mengikuti naluri saja dan orang melaksanakan perbuatan buruk itu dipandang sebagai suatu yang biasa saja. Karena itu, kita renungkan bahwa ternyata alokasi umur yang diberikan oleh Allah kepada kita semakin hari itu akan semakin berkurang, karena itu dengan berkurangnya usia, hendaknya bisa memanfaatkan sisa usia yang diberikan Allah untuk melakukan perbuatan baik, sehingga akan menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lainnya. Rasulullah juga pernah bersabda:


أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ

"Maukah kalian aku beritahu orang yang paling baik di antara kalian dari orang yang paling buruk di antara kalian?" Abu Hurairah berkata: Para sahabat diam, beliau mengatakan demikian sampai tiga kali, kemudian salah seorang berkata: Ya, wahai Rasulullah, beritahukan kepada kami orang yang paling baik di antara kami dari orang yang paling buruk, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan orang yang paling buruk di antara kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya." (HR. Tirmidzi: 2189)

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ فَسَكَتَ الْقَوْمُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ


"Apakah kalian mau aku kabarkan tentang sebaik-baik kalian dari sejelek jelek kalian, " maka orang-orang diam hingga beliau mengulanginya tiga kali, lalu seorang laki-laki dari mereka berkata; "Tentu wahai Rasulullah!, " maka beliau bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang dinanti-nanti kebaikannya dan merasa aman dari kejelekannya, dan sejelek-jelek kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak merasa aman dari kejelekannya." (HR. Ahmad: 8456)

Rasulullah mengatakan tentang orang yang paling baik dan orang yang paling buruk bahwa orang yang paling baik adalah orang yang yang masih bisa diharapkan kebaikannya dan orang tersebut bisa menahan dari keburukannya. Jadi perbuatan baik menjadi motivasi untuk untuk selalu ditingkatkan dan bisa menahan atau mengendalikan diri untuk tidak melakukan keburukan. Kedua, seburuk-buruk orang adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan tidak di bisa ditahan atau tidak bisa menahan keburukannya, jadi setiap hari setiap saat orang ini selalu mempunyai kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.

Orang yang yang mempunyai dorongan dalam dirinya untuk melakukan perbuatan baik, sehingga dengan kebaikan ini akan bisa memberikan kemanfaatan bagi dirinya, bagi orang lain, lingkungannya, bahkan bagi seluruh makhluk Allah. Kemudian dari segi keburukannya tidak ada dorongan bagi dirinya untuk melakukan perbuatan yang baik sehingga setiap saat ini selalu melakukan perbuatan yang melanggar larangan Allah, sehingga derajat manusia dari makhluk yang paling sempurna, kemudian diturunkan derajat martabatnya menjadi seburuk-buruk makhluk, “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. 95:5-6)

Setelah jatuh dijerumuskan oleh Allah dalam tempat seburuk buruk tempat maka derajat martabatnya akan lebih rendah bila dibandingkan dengan hewan ternak nauzubillahminzalik, mudah-mudahan kita sekalian dijauhkan dari perilaku yang tidak baik dan agar kita bisa terhindar tiada lain kita berpegang teguh kepada ada nashnya Allah, Alquran dan hadis Nabi Muhammad ahallallahu alaihi wasallam

5/02/2020

Menu dan Kompleksitas Hidangan Puasa Ramadhan





Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima, di mana diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala bagi setiap muslim yang telah mencapai pada usia akil baligh, karena itu ibadah puasa tidak boleh ditinggalkan kecuali bagi orang-orang yang memang diberikan rukhsah atau keringanan untuk tidak melaksanakan puasa. Tidak melaksanakannya puasa itu karena ada halangan atas kehendak manusia atau karena Sunatullah atau fitrah. Keringanan untuk tidak puasa karena kehendak manusia diantaranya adalah musafir, dia boleh meninggalkan puasa dengan diqadha pada waktu yang lain. Perjalanan musafir ini karena dikehendaki.

Yang kedua ruhshah karena tidak dikehendaki atau karena Sunatullah seperti orang sakit yang dimungkinkan sakitnya itu tidak bisa sembuh lagi, maka dia tidak wajib mengqadha puasa, tetapi diganti dengan membayar Fidyah. Adapun bagi orang yang sakit, tetapi suatu saat kemungkinannya bisa sembuh maka dia tetap wajib mengqadha puasa Ramadhan. Kemudian yang tidak dikehendaki tapi dia mendapatkan rukhsah adalah wanita yang melahirkan, menyusui, haid, atau nifas maka bagi wanita yang demikian ini bisa membayar Fidyah dan kemudian melaksanakan Qadha puasa bila sudah ada kesempatan.

Dalam perkembangannya, bahwa untuk memberikan pendidikan dan pelatihan puasa, ternyata anak-anak pun itu perlu di latih untuk melaksanakan puasa, di samping untuk mendidik agar anak mempunya sifat-sifat dan akhlakul karimah, dengan puasa itu, kelak setelah menginjak usia remaja sampai pada usia baligh dia akan mempunyai kesadaran, ketahanan untuk melaksanakan puasa Ramadhan, walaupun pada dasarnya anak-anak yang belum mencapai usia akil baligh itu tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa. Karena sering ditemukan banyak orang yang sudah dewasa tidak kuat untuk melaksanakan puasa. Hal ini dikarenakan mereka waktu kecil tidak dilatih melaksanakan puasa.

Usia anak-anak adalah usia menanamkan keimanan, ilmu dan akhlakul karimah, karena di dalam keluarga, sekolah, Pondok Pesantren dan di manapun anak memerlukan keteladanan yang kelak bisa menjadi rujukan bagi anak-anak untuk berbuat yang baik. Karena itu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada anak diperlukan kesabaran, keuletan, ketekunan dan keikhlasan, hal ini bisa kita saksikan di dalam kehidupan rumah tangga. Kalau kita bertanya kepada para ibu, di mana dari beliaulah biasanya yang menyiapkan hidangan untuk berbuka dan makan sahur, kalau dihitung-hitung secara materi antara bulan puasa dengan bukan bulan puasa lebih banyak yang manakah belanja untuk keperluan konsumsi.

Mungkin sebagian diantara kita akan mengatakan, bahwa kebutuhan konsumsi di bulan Ramadhan lebih banyak bila dibanding dengana kebutuhan konsumsi di luar bulan puasa. Mengapa demikian, karena dilihat dari rutinitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi, bila di luar bulan puasa biasanya orang makan sehari sebanyak 3 kali belum lagi dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain, termasuk yang biasa dengan kuliner. Tentu bila dikalkulasi menjadi banyak.

Benarkah demikian? Ternyata kalau diamati ternyata bulan puasa itu kebutuhan konsumsinya jauh lebih besar. Karena apa? Di samping kebutuhan makanan pokok yaitu makanan berat yang berwujud nasi dan lauk- pauk. Biasanya diikuti dengan hidangan pembuka dan penutup, seperti minuman, sup buah, juz, kelapa muda, buah-buahan, kolak, makanan kecil, snack dan lain sebagainya. Bila hidangan itu apa adanya artinya orang tua belum bisa memenuhi harapan dan kebutuhan putra-putrinya.

Karena itu banyak pula di kalangan para ibu, sejak siang hari atau sehabis melaksanakan salat zuhur sudah mulai sibuk mempersiapkan hidangan berbuka puasa, berwarna-warni bentuk hidangannya dengan harapan bahwa makan buka puasanya akan terasa enak. Demikian pula Ketika nanti akan melaksanakan makan sahur juga akan merasakan enak. Tentu saja dalam batas-batas kewajaran.

Sesungguhnya makanan akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh, jadi bagaimanakah pada bulan Ramadhan agar bisa menjaga pola makan:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’rof: 31)

Kebiasaan makanan makan minum yang berlebihan, porsi yang banyak, sekalipun bervariasi, namun justru akan terjadi kelebihan sehingga kandungan makanan dan minuman yang berlebih sehingga menyebabkan kurang bersemangat dalam melaksanakan ibadah. Hendaknya puasa Ramadhan itu dijadikan sebagai bulan pemusatan pelatihan agar jiwa mempunyai sifat disiplin, kuat mental, terbina, mapan dan rohani yang murni. Sewaktu perut kenyang banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan, selagi puasa ketika perut kosong volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluan lain terutama untuk melayani otak. Zat makanan yang telah tersaring bersih dari usus panjang lalu ke jantung tersalurkan ke seluruh tubuh dan saat itulah sel-sel menerima makanan. Itulah sebabnya meski manusia memerlukan makanan, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai sehingga kerja sel tersebut berjalan lancar demikian juga kemampuan otak selaras.

Namun apabila perut manusia selalu dipenuhi makan dan berlebihan maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makanan akibatnya urat saraf menjadi lemah dalam bekerja, otak terhambat dan mundur. Sebaliknya kalau kita memberikan waktu perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim di dalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat, sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih, cara berpikir yang energik. Dengan puasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman kuman ke dalam lambung. Para ahli bidang kedokteran mengakui bahwa perut sumber asal penyakit:

اَلْبَطْنُ اَصْلُ الدَّائِنِ وَالْحِمْيَةُ اَصْلُ الدَّوَائِنِ

“Perut adalah sumber penyakit, dan pemeliharaannya merupakan obat yang paling utama”.

Orang yang terlalu kenyang, mudah terserang ngantuk, malas, letih dan konsentrasi kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasulullah memberikan peringatan kepada umatnya ilmu dan akal tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh, dengan makanan nabi bersabda perut semisal kolam air, dalam badan manusia dan pembuluh pergi ke sana untuk diisi. Kalau perut itu sehat maka kesehatan yang dibawa kembali oleh pembuluh darah, sebaliknya kalau perut itu sakit, penyakit lah yang dibawa otak.

Otak adalah titik sentral di dalam organ tubuh manusia untuk berpikir,belajar dan bekerja. Ini berarti bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir lebih cemerlang. Jadikan puasa kita yang lengkap fisik, psikis dan kejiwaan melatih ketenangan batin, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress , menghilangkanmencernakan iri, dengki, hasud dan lainnya .


4/27/2020

Hikmah Ibadah Puasa Ramadhan, Suatu Kepastian Bukan Rekayasa



Setiap kejadian di dunia ini pasti ada hikmahnya, setiap musibah, bencana, wabah pasti ada hikmahnya. Demikian pula semua yang diperintahkan Allah pasti ada hikmahnya, sebagaimana puasa Ramadhan juga mempunyai hikmah, Rasulullah pernah bersabda:

اوله رحمة واو سطه مغفرة واخره عتق من النار

“Puasa Ramadhan yang pertama adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”.

Awal Ramadhan adalah rahmat pertengahannya ampunan dan akhirnya kemerdekaan dari api neraka. Setiap muslim diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan, karena puasa merupakan salah satu rukun Islam. Seorang muslim yang tidak berpuasa berarti keislamannya tidak sempurna. Perintah puasa diturunkan pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijriyah ketika nabi mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru (Departemen Agama, Alquran dan Tafsirnya: halaman 270)

Puasa Ramadhan bertujuan meraih ketakwaan, bila ayat tentang puasa itu telah dipahami dalam hubungannya dengan ayat-ayat lainnya, sebelum dan sesudahnya misalnya dari ayat 172 sampai 188 implementasi ketakwaan itu tercermin dalam pencarian nafkah yang halal dan baik membantu mereka yang kekurangan dan tidak mau mengambil milik orang lain.

Kata puasa dalam bahasa Arab artinya menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak waktu imsak hingga terbenamnya matahari. Maka berdasarkan asal katanya, nabi meletakkan nilai yang sebenarnya tentang puasa, beliau bersabda bukanlah puasa itu sekedar menahan diri dari makan dan minum, sesungguhnya puasa itu mencegah dari segala perbuatan yang sia-sia atau tidak bermanfaat dan menjauhi perkataan kotor dan keji, sebab itu jika ada orang yang mengajak kamu berbuat sia-sia dan berkata kotor, maka hendaknya berkata “saya sedang puasa”.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

"Puasa itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang puasa (ia mengulang ucapannya dua kali). rupa". (HR. Buchari: 1761)

Menurut hadis rasul, orang yang berpuasa selain harus menahan diri dari makan minum, juga wajib baginya menahan diri untuk tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat yang sia-sia. Yang dimaksudkan dengan perkataan kotor adalah segala perkataan negative, berbahaya dan merugikan, misalnya mengumpat, memfitnah, menipu, berbohong, caci maki, kata-kata porno, mengadu domba dan sebagainya. Perbuatan sia-sia ialah segala perbuatan haram yang merugikan, tidak punya daya guna dan sebagainya. Dari segi pendidikan lainnya puasa menumbuhkan disiplin, jiwa yang bersih, moral yang baik dan semangat sosial yang kuat. Puasa memberikan dasar latihan untuk menahan untuk tidak makan, minum dan bersenggama yang bersifat jasmaniah, kemudian puasa membentuk kesadaran hidup manusia yang tinggi menuju pada kehidupan rohani.

Melakukan kewajiban puasa dengan ikhlas berarti telah membuktikan imannya kepada Allah, karena iman itu bukan saja diucapkan dengan lidah tetapi harus diikrarkan dengan qalbu kemudian dibuktikan dengan perbuatan. Maka seorang muslim ialah seorang yang memiliki integritas berbicara. Efek puasa bila diuji dari segi ilmu pengetahuan, puasa selain merupakan ibadah semata-mata kepada Allah, hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan memperlihatkan dukungannya terhadap ibadah puasa. Pengetahuan psikologi, pedagogi, sosiologi, ekonomi, kesehatan jasmani, termasuk juga ilmu hitung dan ilmu Falak, ilmu jiwa dan sebagainya semuanya.

Hikmah puasa
Ibadah puasa mengandung beberapa hikmah diantaranya:

  1. Tanda terima kasih kepada Allah Karena semua ibadah mengandung arti terima kasih kepada Allah atas nikmat pemberiannya yang tidak terbatas banyaknya dan tidak ternilai harganya dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggap kan nya QS Ibrahim 34
  2. Dijadikan kepercayaan, seseorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta yang halal kepunyaannya sendiri karena ingat kepada perintah Allah sudah tentu tidak akan meninggalkan segala perintah Allah dan tidak akan berani melanggar larangannya.
  3. Didikan belas kasihan terhadap fakir miskin, karena seseorang yang telah merasa sakit dan pedihnya perut yang kosong akan dapat mengukur kesedihan dan kesusahan orang sepanjang masa, merasakan ngilunya perut yang kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian akan menimbulkan perasaan belas kasihan dan suka menolong fakir miskin.
  4. Untuk mempertinggi budi pekerti menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani menambah kesehatan dan lainnya.
  5. Guna menjaga kesehatan. Doktor Ahmad Ramli menulis tentang puasa ini bagi higgiene pun ada arti dan kepentingan puasa. Istirahat yang diberikan kepada alat-alat pencernaan tiap-tiap siang hari sebulan lamanya akan menambah tenaga, seperti tanah ladang yang dibiarkan beberapa lamanya, supaya kesuburannya memberi hasil. Timbul kembali sebab alat-alat tubuh manusia itu sudah dijadikan demikian, hingga istirahat baginya, akan menambah tenaga bekerja dan kekuatan. Nabi Muhammad bersabda “berpuasalah agar kamu sehat” pada kesempatan lain nabi pernah bersabda, bahwa manusia yang banyak makan akan menjadi pemalas dan suka ngantuk, ini sejalan dengan ilmu kesehatan karena kebiasaan yang demikian dapat merusak onderdil perut atau alat pencernaan. Dengan puasa, alat pencernaan disuruh istirahat sebentar, ada dapat diistilahkan turun mesin pada ilmu montir, agar dapat dikontrol pada bagian-bagian atau onderdil onderdil yang rusak atau aus. Dengan memberikan kesempatan pada perut untuk istirahat juga sebagaimana memberikan kesempatan kepada mesin mobil untuk istirahat agar tidak cepat rusak.
  6. Perlu diketahui bahwa orang yang hidupnya untuk makan, artinya banyak makan, selalu makan yang enak-enak dan tidak teratur akan mengundang penyakit penyakit, seperti kencing manis, darah tinggi, disentri dan sebagainya. Maka penyakit yang menyerang perut, obatnya dari perut pula, artinya orang itu harus mengatur pola makan.
  7. Mendidik manusia berjiwa sabar, sanggup mengatasi segala kesulitan dan cobaan hidup ia menumbuhkan sifat sabar yang hebat pada manusia sabar untuk menderita apabila bentuk hidup itu harus dihadapkan kepadanya dan tidak boleh putus asa.
  8. Tahan menghadapi musim pancaroba dalam kehidupan ia pun melatih manusia berjuang mengalahkan hawa nafsu mengendalikan mengarahkannya karena dasar hawa nafsu adalah jahat bertujuan membinasakan manusia sebagaimana hawa nafsu yang ada pada binatang tujuannya untuk pemenuhan kepuasan perut dan seksual semata untuk mencapai pemenuhan itu binatang tidak mempunyai norma-norma.


Referensi:
Alquran dan Tafsirnya, Kementerian Agama RI, 2012
Bahaudin Mudhary, KH, Esensi Puasa Kajian Metafisika, Pustaka Progresif, Surabaya, 1993
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, PT Thoha Putra Semarang, 2001
Nasruddin Razak, Drs. KH, Deinul Islam, PT Al Ma’arif, Bandung, 1971
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, PT Al Ma’arif, Bandung, 1978
Sulaiman Rasjid, H, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung, 2014

4/16/2020

Menjaga Kebersihan Jasmani dan Rohani sebagai Syarat Terkabulnya Doa



Virus Corona (Covid-19) telah mengajarkan kepada manusia untuk membiasakan hidup bersih, walaupun efek yang ditimbulkan menjadi berbagai macam musibah. Dari suatu yang sama sekali tidak diperkirakan ternyata terjadi, dimana-mana timbul rasa ketakutan dan kekhawatiran. Dari menyebarnya penyakit hingga menimbulkan kematian. Karena memang kadang manusia itu bersikap keterlaluan didalam memanfaatkan potensi alam yang diberikan Allah. Didalam Islam telah digariskan bahwa bersuci yang paling bagus adalah menggunakan air, baru setelah air bisa menggunakan debu atau benda-benda kering yang menyerap kotoran (untuk istinjak).

Bersuci dengan menggunakan selain air tentu ada sebab-sebabnya, sebagaimana Sayid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah menyebutkan karena 1) Tidak menemukan air atau ada air tapi tidak mencukupi, 2) Sedang menderita sakit sehingga bila menggunakan air maka sakitnya akan bertambah parah, 3) Jika air sangat dingin dan keras sehingga bisa membahayakan, 4) Air yang berada dekat dengan seseorang tetapi khawatir terhadap keselamatan diri, kehormatan harta, kehilangan teman, terhalang oleh musuh, 5) Air hanya cukup untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, makan, minum, 6) Bisa menggunakan air tapi khawatir tidak bisa melaksanakan kewajiban khususnya shalat. Maka disinilah Allah memberikan ruhshah atau keringanan. Hal ini adalah ketentuan syariat yang harus ditempuh. Sehingga bila ternyata ada air dan tidak ada penghalang untuk menggunakan air sebagai sarana bersuci, maka bila menggunakan selain air tidak dibenarkan.

Dengan memperhatikan hasil penelitian bahwa virus tidak suka dengan sesuatu yang bersih, tidak suka dengan detergen, maka dari kebiasaan manusia yang tidak bersih kemudian berupaya untuk menciptakan kebersihan. Sehinga di tempat-tempat pelayanan masyarakat, masjid, sekolah, perkantoran dan tempat-tempat umum disediakan tempat bercuci tangan atau kadang berupa hand saniteser. Ketika kita diingatkan dengan upaya untuk menggalakan hidup bersih, maka tangan yang banyak menjadi perantara sampainya virus lalu dibersihakan.

Disamping menjaga kebersihan adalah merupakan perintah Allah bahwa Allah itu bersih dan menyukai sesuatu yang bersih. Demikian pula dalam semboyan bahwa menjaga kebersihan itu sebagian dari iman. Karena itu orang yang beriman harus mencintai dan melakukan hidup bersih. Dalam suatu waktu Rasulullah pernah bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ


" Ketahuilah bahwa didalam tubuh tedapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh, itulah yang dinamakan hati". (HR. Buchari:50)

Dari hadits itu dipahami bahwa bersih itu meliputi bersih jasmani dan ruhani, karena manusia terdiri dari jasad dan hati atau nafs. Dalam diri manusia nafs memegang peran yang sangat penting. Karena hati yang bersih akan menjamin setiap perilaku menjadi bersih dan sehat. Namun bila hatinya kotor maka semuanya akan menjadi gelap. Kotornya hati bisa karena pengaruh hawa nafsu atau karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan. Sehingga hati yang kotor ini akan merasa jauh kepada Allah. Walaupun sesungguhnya Allah itu dekat namun menurut dirinya Allah itu jauh. Perasaan jauh ini karena dirinya merasakan setiap doa dan permohonannya tidak didengar Allah, merasa hidupnya selalu dalam kondisi susah.

Karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan hati yang nutrisinya adalah senantiasa memperbanyak zikir kepada Allah. Zikir menjadi alternative penyembuhan segala macam penyakit. Termasuk metode penyembuhan sakit dengan zikir, Allah telah memerintahkan di dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 41:

" Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya".
Banyak orang yang menaruh harapan dan keyakinan bahwa dengan memperbanyak zikir segala penyakit akan hilang, benarkah demikian. Untuk memberikan jawaban ini tidak bisa lepas dari pengalaman masing-masing individu setelah melakukan zikir. Sebagaimana penulis rasakan sendiri bahwa didalam organ tubuh, yaitu tepatnya jantung yang merupakan organ vital dari manusia mengalami kerusakan, yang karenannya tidak dapat menjalankan fungsinya secara baik, di dalam memompa darah untuk ditransfusikan ke seluruh tubuh. Sehingga yang terjadi badan sangat kurus, cepat lelah, tidak ada gairah, bahkan ketika bangun tidur sekalian badan terasa lemas, emosi mudah memuncak karena tekanan darah yang tidak normal. Belum lagi penyakit-penyakit lain yang sering ikut mendompleng, misalnya flu pilek yang tak kunjung sembuh, sariyawan, sering masuk angin.


" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".
Tepat sekali dengan warta dari Rasulullah SAW:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

"Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari." (HR. Buchari: 6856)

Dengan memperbanyak zikir dan berdo'a memohon pertolongan Allah, insya-Allah akan menjadi muslim yang akan selalu optimis dan bersikap khusnudhan terhadap qodrat, irodat dan keadilan Allah SWT. Hatinya di jauhkan dari sikap apatis, prasangka buruk kepada Allah dan sifat-sifat buruk lainnya. Nampak pada raut mukanya yang sejuk, teduh, optimis.
Dalam kondisi apapun hendaknya selalu mengupayakan kebersihan, bersih lahir dan batin. Bersih lahir sebagai syarat untuk melaksanakan perintah Allah, bersih batin menjadi syarat untuk merasa dekat kepada Allah. Dan sesungguhnya Allah memang dekat sehingga tidak ada pengahalang bagai Allah untuk mewujudkan doa dan harapan dari hamba-Nya.

4/14/2020

Membuat Ramuan Herbal Untuk Kesehatan, Atasi Radang Paru



Banyak cara untuk menjaga kesehatan, salah satu diantaranya adalah dengan mengkonsumsi ramuan herbal. Herbal adalah suatu pengobatan alternative, herbal berarti tumbuhan yang tidak berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Tanaman tersebut dapat digunakan sebagai obat baik sebagian atau seluruh tanamannya ((Putra Winkanda Satria, Sehat tanpa dokter dengan ramuan herbal, Citra Media, Yogyakarta, 2013:1). Ramuan herbal bisa dalam bentuk tincture atau ekstrak cair, kapsul, tablet, kompres, teh, krims dan lainnya (Wijayanti Daru, Sehat dengan pengobatan alami, Venus, Yogyakarta, 2009: 166). Ada lagi dengan model direbus, seperti jamu godok yang mempunyai banyak varian. Presiden Jokowi telah mempratekkan dan membiasakan diri untuk menjaga kebugaran dengan meminum ramuan herbal.

Ramuan herbal kadang terasa tidak enak, pahid, asam, sengir, pengar dan bermacam-macam, demikan pula aromanya yang kadang tidak enak. Tetapi sesungguhnya rasa itu hanyalah di mulut, hanya beberapa saat namun khasiatnya bisa dirasakan sepanjang hari bahkan bisa jadi selama hidup akan mempunyai tubuh yang sehat dan kuat. Pernah ada seoarang wanita desa dia bilang tentang sakit perut, karena ada orang yang mendengar dan kebetuan orang tersebut terbiasa dengan obat-obatan kimia, dengan menyebutkan beberapa macam obat sakit perut. Namun ternyata wanita desa tersebut mengatakan bahwa bila perutnya sakit dia cukup mengambil kunyit lalu diparut, diperas dan diminm sarinya, tidak menunggu berlama-lama perutnya kemudian sembuh.

Inilah bahwa sesungguhnya ramuan herbal itu sudah diperkenalkan nenek moyang sejak zaman dahulu. Para leluhur telah mengajari kepada kita agar bersahabat dengan alam, menjaga dan melestarikan. Digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Pada saat ini dunia sedang sibuk dengan kegiatan untuk memerangi Covid-19. Virus ini menyerang saluran pernafasan, sehingga sebagai langkah antisipasi kita gunakan ramuan untuk mengatasi dan menjaga agar tidak terkena radang paru-paru:

Bahan:
• 1 sendok the kopi murni
• 1 sendok makan tepung irut.
• ½ gelas air panas.
• 1 sendok makan madu.
Caranya:
Kopi dan tepung diseduh dengan air panas, aduk sampai rata lalu campurkan madu. Aduk lagi hingga benar-benar bercampur.
Diminum 3 kali sehari, tiap minum buat ramuan yang baru.


Bahan:
• 5 sendok blimbing manis.
• 2 sendok makan madu murni.
Caranya:
Blimbing diparut lalu diperas untuk diambil airnya. Air perasan dicampur dengan madu lalu diaduk sampai merata.
Pemakaian:
Diminum 2 kali sehari 2 sendok makan (Rahumsyah. AR, MB, Penyembuhan alamiyah dengan pijat urut dan obat kuno, Apollo, Surabaya , Tth: 111-112).

Selamat mencoba, jangan putus asa, tetaplah berusaha, berikhtiar dan tawakal, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kemaslahatan hidup manusia.

4/12/2020

Hidup Sehat Tanpa Obat, suatu kepastian dan pilihan



Ada seorang pasien pada sebuah rumah sakit ternama di Yogyakarta, nampaknya pasien tersebut sudah menjadi pasien tetap. Pasien yang demikian ini karena mempunyai penyakit kronis, sehingga dalam setiap bulan harus kontrol ulang. Cukup lama pasien tersebut menunggu antrian obat, setelah dipanggil oleh petugas, dia menerima obat, apa yang terjadi. Dia berkata “kok obatnya hanya sedikit padahal bulan yang lalu dua kali ini”, dia nampak menggerutu, dia kembali ke loket obat menanyakan pada petugas, dia tidak percaya dengan jumlah obat yang diterima. Petugas hanya bisa menjawab bahwa didalam resep hanya tertulis itu saja.

Dari kisah diatas tergambar bahwa banyak pasien rumah sakit sudah ketergantungan pada obat, sehingga khawatir sakitnya akan kambuh bila obatnya kurang. Padahal dokter memberi resep tentu sudah berdasar pada hasil observasi dan pemeriksaan. Bila pasien sakitnya sudah berkurang maka dosisnya dikurangi, namun bila terjadi komplikasi maka obatnya ditambah kadang jenisnya juga bertambah. Banyak pula pasien rumah sakit berusaha untuk mencari obat yang non medis yaitu dengan herbal. Dr. Zaidul Akbar memberikan konsep hidup sehat dengan menghindari makanan yang berasal dari tepung, minyak, gula pasir, susu. Beda lagi dengan Dewi Hughes yang semula 150 kg bisa turun 75 kg dalam waktu 10 bulan, dengan diet kenyang yang dijalani. Dari kebiasaan makan-makanan yang berkalori tinggi beralih mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, terbukti selain berat badannya bisa turun juga kesehatannya menjadi meningkat.

Ada seloroh orang yang peduli pada kesehatan, kebetulan dia berat badannya ideal, ada orang yang melakukan konsultasi padanya, bagaimana agar mempunyai berat badan yang ideal, bukankah tubuh yang gemuk itu adalah simbol suatu kemakmuran. Sehingga ketika ada dua orang yang baru turun dari mobil maka sepontan orang akan mengatakan bahwa bosnya adalah yang bertubuh gendut. Inilah sekilas suatu kisah sebelum orang tersebut membahas tentang program kesehatan yang telah dijalankan. Dia masih melanjutkan percakapan, sesungguhnya orang gendut itu ibarat orang kemana-mana membawa minyak dan gula. Bila minyak dan gula berlebihan di dalam tubuh maka tidak efektif dan tidak produktif. Kesehatan semakin menurun demikian pula kinerja, karena cepat lelah dan mengantuk.

Ada suatu pepatah mengatakan bahwa kesehatan itu bukan segala-galanya, tetapi bila tidak sehat segala-galanya tidak berarti. Kebutuhan hidup manusia meliputi sandang, pangan, papan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti kendaraan, perhiasan, pendidikan, kesehatan, hiburan dan masih ada kebutuhan-kebutuhan lain. Ada kebutuhan yang penting ada yang kurang penting, ada yang mendesak ada yang longgar, namun penempatan kadang yang tumpang tindih, yang tidak terlalu penting dan mendesak lalu didahulukan. Hal ini tidak lepas dari tuntutan dan dorongan hawa nafsu manusia.

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, dengan kondisi sehat maka akan bisa menikmati apapun yang dimiliki, rumah mewah, sofa, dipan, televise, hp, bahkan beraneka macam makanan dan minuman akan dapat dinikmati bila sehat. Bila sakit maka semua menjadi tidak enak, makan minum terasa tidak enak, seandainya merasakan enak namun ada pantangan untuk menyantap makan dan minuman tertentu. Untuk selanjutnya harus ditambah atau diganti dengan berenaka macam obat-obatan. Dapatkah menjadi solusi untuk meraih taraf kesehatan dan kehidupan yang lebih baik? Memang untuk obat-obtan farmasi modern memiliki khasiat yang mengagumkan dan memenuhi kebutuhan untuk kasus-kasus tertentu, namun obat-obatan tersebut mempunyai efek samping, karena kode genetis tubuh manusia tidak dirancang untuk sesuai dengan obat-obatan sintetis buatan manusia (Wijaya Danu, Sehat dengan pengobatan alami, Venus, Yogjakarta, 2009: 6). Manusia berasal dari alam maka disanalah alam menjadi sahabat, sahabat yang baik adalah yang mempunyai kepekaan bila temannya kurang baik. Maka alam telah menyediakan apapun yang menjadi kebutuhan hidup manusia.

Tubuh manusia sangat unik, setiap satu organ tubuh yang sakit maka akan merembet dan dirasakan oleh organ-organ yang lain. Karena itu kondisi organ tubuh manusia yang tidak sehat cara pengobatan dikembalikan kepada alam, karena itu banyak orang yang tertarik untuk menggunakan obat-obatan herbal, disamping harganya murah ternyata bahan-bahannya ada disekitar lingkungan hidup manusia. Pendekatan pengobatan secara holistik, bahwa dalam tubuh manusia mempunyai sistem harmoni yang selalu seimbang. Tidak berfungsinya salah satu organ tubuh manusia akan berpengaruh terhadap anggota tubuh yang lain. Bila anggota tubuh tidak mampu melakukan penyeimbangan kembali seperti keadaan semula, maka akan timbul suatu penyakit.

Penggunaan obat-obatan herbal sebenarnya sudah dikenalkan secara turun-menurun, pada zaman dahulu. Contoh pak tani yang sedang menyabit di sawah ternyata tangannya tergores oleh sabit, terluka dan berdarah. Maka obatnya adalah dengan daun lantoro, dikunyah atau ditumbuk terus ditempelkan pada luka, agar tidak lepas diikat dengan daun alang-alang. Ajaib ternyata lukanya cepat sembuh. Ada orang diare maka mengunyak daun jambu biji menjadi sembuh, anak kecil yang panas maka dikompres dengan daun dadap, perut melilit dengan menyeduh perasan kunyit, tubuh terasa demam maka merebus jahe, pagagan, hipertensi dengan banyak makan mentimun dan sebagainya. Inilah beberapa konsep penyembuhan penyakit tanpa obat

Pengobatan secara herbal memiliki bebarapa macam kelebihan diantaranya:
• Menggunakan bahan alamiah/ organic.
• Kandungannya lebih banyak diserap tubuh dari pada obat sintetis.
• Meningkatkan sistem imun.
• Holistis/ mengobati sumber penyakit.
• Minim efek samping bila digunakan dengan benar.
• Halal karena murni dari tumbuhan. (Putra Winkanda Satria, SEhat tanpa dokter dengan ramuan herbal, Citra Media, Yogyakarta, 2013:2).

Pengobatan dengan mengambil sari alam secara langsung tidak selamanya langsung menjadi sembuh, namun kadang harus melalui proses yang lama, karena itu diperlukan ketekunan, kesabaran, kedisiplinan. Demikian pula sistem imun pada masing-masing orang berbeda-beda, sehingga tingkat kebutuhannya juga berbeda-beda. Karena itu kadang cocok untuk seseorang tidak cocok untuk orang lain, keyakinan harus selalu dipupuk sebagai nutrisi untuk meraih kesembuhan.

4/10/2020

Istiqomah beribadah di tengah Wabah Corona Virus Desease



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi, kondisi demikian harus disikapi secara serius. Maka Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden RI Nomor 11 tahun 2020 menetapkan 1) Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) sebagai jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. 2) Menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) di Indonesia yang wajib dilakukan dengan upaya penaggulangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Status darurat Corona Virus ini hampir merata di seluruh dunia, persebaran yang sangat cepat karena melalui kontak dengan sesama manusia, sehingga beberapa negara menetapkan lock down guna memutus mata rantai persebaran virus ini. Namun ada juga negara yang masih memberi kelonggaran, termasuk di Indonesia. Sekalipun demikian pemerintah tetap memberikan perhatian yang sangat besar, sehinga upaya penanggulangan juga dilakukan secara terpadu. Oleh Kementerian Kesehatan, Perhubungan, Kepolisian, Kementerian Agama, Pendidikan dan juga Lembaga Keagamaan.

Bahkan untuk mempercepat penangan Virus Corona Presiden RI juga menetapkan Keputusan Presiden nomor 7 tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang bertujuan 1) Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan. 2) Mempercepat penanganan Covid-19 melalui sinergi antar kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah. 3) Meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran Covid-19. 4) Meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional. 5) Meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi dan merespon terhadap Covid-19. (www.kominfo.go.id)

Sinergitas antar kementerian/ lembaga terus digalakkan, karena pandemi ini harus diatasi secara terpadu, sebagai contoh Dewan Masjid Indonesia menghimbau untuk rajin membersihkan lokasi masjid dan sekitarnya dengan disinfectan, menggulung karpet. Majlis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa nomor 14 tahun 2020 tentang penyelenggaran ibadah dalam situasi terjadi wabah Covid-19. Bahwa dalam kondisi penyebaran Covid-19 yang tidak terkendali disuatu kawasan yang mengancam jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan shalat Jum’at dikawasan tersebut, samapai keadaan normal kembali dan wajib menggantinya dengan shalat dhuhur. Demikian pula aktifitas ibadah yang melibatkan orang banyak, seperti shalat berjamaah, tarowih, Id, pengajian umum dan majlis taklim.

Dari himbauan, fatwa kemudian disusul Surat Edaran Menteri Agama Nomor 6 tahun 2020 tentang panduan ibadah di bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1414 H di tengah pandemi Covid-19. Secara garis besar memberikan batasan-batasan untuk tidak melaksanakan ibadah secara bersama-sama, shalat tarowih agar di rumah, tidak menyelenggarakan shalat berjamaah, tidak menyelenggarakan shalat Jum’at, shalat Id, Tarudrus Alquran bersama-sama, tidak menyelenggarakan tarowih keliling, tidak meyelenggraakan takbir keliling, shilaturahim dan meminimalkan pengumpukan zakat melalui kontak langsung.

Kegiatan-kegiatan ini sudah mentradsisi ditengah-tengah masyarakat, tuntunan agama yang sudah menjadi kebiasaan akan menimbulkan gejolak di masyarakat. Seakan-akan umat Islam diarahkan untuk jauh dari tempat ibadah, dijauhkan dari rutinitas ibadah, jauh dari saudara-saudaranya. Hal yangdemikian tentu perlu digalakkan sosialisasi kepada masyarakat karena ada saja anggota masyarakat yang kurang peduli terhadap dirinya sendiri, yang berdampak pada kepentingan orang banyak. Mereka berkeyakinan bahwa sehat, sakit, hidup dan mati adalah sudah menjadi takdir, dengan demikian kadang tidak menghiraukan himbauan dari pemerintah.

Karena itu dengan himbuan tersebute sebagai umat Isam hendaknya selalu berusaha dan berikhtiar agar kesehatan mendaji miliknya, sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan kemudharatan untuk dihindari. Pada saat wabah Covid-19 ini setiap orang dikembalikan kepada keluarganya masing-masing, untuk peduli terhadap keluarganya dan juga peduli terhadap orang lain. Setiap muslim tertu sudah merencanakan kegiatan pada bulan Ramadhan yang kadang melibatkan anggota masyarakat dan jemaah masjid. Walaupun perencanaan ini merupakan pengulangan pada tahun yang lalu. Sekalipun demikian tetap ada nilai tambah bahkan kadang nuansanya berbeda.

Pada tahun ini walaupun telah ada Surat Edaran yang mempersempit aktifitas ibadah yang melibakan orang banyak. Namun hendaknya dikembalikan pada keluarga, yang merupakan satuan kecil dalam negara. Buatlah jadwal kegiatan pada bulan Ramadhan yang lebih bernuansa keluarga. Tetap disipilin dan istiqomah dalam melaksanakan ibadah, bahwa dengan tidak adanya shalat jamaah di masjid tetapi shalat lima waktu, tarowih, tadarus Alquran, kajian Islam tetap dilaksanakan karena itu adalah perintah Allah. Hanya satu ibadah yang diganti yaitu shalat Jum’at diganti dengan shalat dhuhur.

Ibadah dalam sekala keluarga ini bisa jadi ini menjadi kesempatan untuk memperkokoh ketahanan keluarga dalam kualitas iman, taqwa dan amaliyahnya. Tidak adanya ibadah secara bersama-sama bukan berarti secara pribadi tidak diwajibkan. Shalat yang tadinya berjamaah di masjid, menjadi shalat berjamaah di rumah masing-masing. Semoga Covid-19 segera berlalu agar segala aktifitas kegiatan bisa pulih kembali, kualitas iman dan amaliyah semakin meningkat.