2/26/2016

Pahami dan Laksanakan Islam dengan Kaffah, Hikmah Mimbar Jum'at



Baru-baru ini kita terusik dengan aktifitas gerakan ISIS, Gafatar dan gerakan Islam yang lain, bahkan pada saat ini kita juga sedang disibukkan oleh aktifitas untuk memerangi berbagai macam jenis Narkoba, minuman keras, perilaku buruk akibat bobroknya mentalitas umat manusia. Sungguh sangat memprihatinkan bagi umat Islam, bila para pemakai, pengedar, penyimpan minuman keras, pelaku perampokan, pelaku perbuatan amoral dan tindak kejahatan lain adalah orang Islam, sedang Islam adalah agama yang sudah sempurna, Muhammad adalah penutup para rasul.

Karena itu perlu dipahami bahwa Islam adalah agama Allah, sedang muslim adalah orangnya. Islam akan terwujud sebagai agama yang sempurna bila setiap muslim dapat melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, jangan memahami Islam secara sepotong-sepotong. Maka agar umat Islam menjadi khairu ummah/ sebaik-baik umat, maka Allah memerintahkan kepada kita:


“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah: 208)

Kata silmi diterjemahkan dengan kedamaian atau Islam, makna dasarnya adalah damai dan tidak mengganggu. Kedamaian dalam ayat ini diibaratkan berada dalam suatu wadah yang di pahami dari kata fi yakni dalam. Orang yang beriman diminta untuk memasukkan totalitas dirinya ke dalam wadah itu secara menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah atau koridor kedamaian. Ia damai dengan dirinya, keluarganya, seluruh manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta alam raya.

Ayat ini menuntut kepada umat Islam untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam, jangan hanya percaya dan mengamalkan sebagaian ajarannya dan menolak atau mengabaikan sebagian yang lain. Ia dapat pula bermakna masuklah kamu semua kaffah tanpa kecuali, jangan seorangpun diantara kamu yang tidak masuk ke dalam kedamaian/ Islam. (Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, volume 1, hal 449)
Umat Islam diperintahkan untuk mengerjakan semua cabang iman dan syari’at Islam yang jumlahnya sangat banyak sesuai dengan kemampuan. Sedangkan kata


Dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan. Laksanakan segala ketaatan dan hindarilah apa yang diperintahkan syaitan, karena syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia. Dan dalam ayat yang lain:


Sesungguhnya syaitan itu Hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah: 169) (Tafsir Imnu Katsir)

Ayat ini menekankan kepada orang-orang mukmin, baik yang baru masuk Islam seperti orang Yahudi yang bernama Abdullah bin Salam, maupun orang munafik yang masih melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam agar mereka taat melaksanakan ajaran Islam sepenuhnya, jangan setengah-setengah, jangan seperti orang yang melaksanakan puasa Ramadhan tetapi tidak menegakkan shalat. (Kementerian Agama RI, Alquran dan Tafsir, hal 305)

Dan jangan bersifat seperti yang digambarkan di dalam Alquran:


Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (QS. Al Baqarah: 85)

Upaya untuk mewujudkan muslim yang kaffah ada tiga hal yang hendaknya menjadi pedoman bagi setiap muslim yaitu Islam, iman dan ihsan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa ketika Rasulullah Muhammad SAW sedang duduk-duduk bersama dengan para sahabat tiba-tiba datang seorang laki-laki yang berpakaian serba putih dan rambutnya sangat hitam, laki-laki tersebut duduk berhadapan dengan Rasullulah, lalu bertanya:

يا محمَّدُ أَخبِرْنِي عن الإسلام فقالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : الإِسلامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وأَنَّ مُحَمَّداً رسولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ ، وَتُؤتِيَ الزَّكاةَ ، وتصُومَ رَمضَانَ ، وتحُجَّ الْبيْتَ إِنِ استَطَعتَ إِلَيْهِ سَبيلاً.


Ada lima syarat untuk bisa di sebut sebagai orang Islam pertama mengucapkan dua kalimat syahadat, kesaksian dan keimanan bahwa Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Untuk selanjutnya bukti dari keimanan itu menegakkan shalat, membayar zakat, melaksanakan puasa Ramadhan dan melaksanakan haji.

Islam memerlukan landasan keimanan, karena itu laki-laki bertanya lagi:

فَأَخْبِرْنِي عن الإِيمانِ . قَالَ: أَنْ تُؤْمِن بِاللَّهِ وملائِكَتِهِ ، وكُتُبِهِ ورُسُلِهِ ، والْيومِ الآخِرِ ، وتُؤمِنَ بالْقَدَرِ خَيْرِهِ وشَرِّهِ


Maka beritahukanlah kepadaku tentang iman, rasul menjawab iman kepada Allah, Malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari qiamat dan iman kepada qadha dan qadar.

Untuk selanjutnya laki-laki tersebut yang tidak lain adalah malaikat Jibril yang sedang memberi pengajaran kepada Rasulullah bertanya tentang ihsan:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّه كَأَنَّكَ تَراهُ . فإِنْ لَمْ تَكُنْ تَراهُ فإِنَّهُ يَراكَ


“Engkau menyembah Allah, seakan-akan Engkau melihat-Nya, bila kamu tidak dapat melihat Allah maka yakinlah bahwa sesungguhnya Allah mengetahui kamu”.

Mudah-mudahan dinamika kehidupan dunia ini menjadikan umat Islam kuat dalam iman dan taqwa, giat berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan, bermanfaat bagi diri-sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara, selamat dunia dan akhirat, amin.