Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

4/25/2020

Pemberdayaan Fungsi Masjid, Bidang Idaroh, Riayah, Imaroh Saat Terjadi Wabah Virus Corona



Masjid adalah suatu bangungan monumental bagi umat Islam, simbol budaya dan kebanggaan bagi umat Islam. Hampir di setiap daerah berdiri bangunan masjid, karena animo masyarakat untuk memiliki bangunan monumental begitu besar,sehingga masjidpun di bangun menyesuaikan dengan arsitektur bangunan modern. Sebagian besar masjid dibangun secara swadaya, hal ini karena jiwa dan semangat spiritual, motivasi dan dorongan untuk mendirikan masjid memang mempunyai derajat yang tinggi, karena termasuk dalam kategori shadaqah jariyah. Bila anak adam meninggal maka terputus seluruh amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakan kepada kedua orang tuanya”. Membangun masjid adalah termasuk dalam kategori sahadaqah jariyah, dimana pahala orang yang melaksanakan shadaqah jariyah akan tetap mengalir selagi bangunan tersebut masih digunakan untuk menjalankan ibadah.

Perkembangan masjid yang begitu pesat sehingga masjid dikelompokkan menjadi masjid nasional berada di ibu kota negara yaitu masjid istiqlal, masjid raya yang berada di provinsi, masjid agung yang berada di kabupaten, masjid besar yang berada di kecamatan dan masjid jami’ yang ada di kelurahan/ desa. Karena Indonesai termasuk mayoritas beragam Islam sehingga jumlah masjidnya juga amat banyak, karena didalam lingkup RT/ RW di wilayah desa/ kelurahan juga berdiri banguan masjid.

Berdirinya masjid ada yang merupakan bentuk perluasan dari bangunan langgar/surau/ musholla. Namun kadang bisa juga berdirinya masjid karena kebutuhan jama’ah untuk lebih dekat dengan tempat ibadah sehingga ingin mendirikan jama’ah sendiri. Dan bisa juga karena tidak terakomodirnya kemauan dari jama’ah masjid. Sistem otoriter, monopoli dan kekeluuargaan dalam pengelolaan masjid akan mendorong timbulnya perselisihan dalam masyarakat.

Melihat fungsi masjid yang teramat banyak sehingga masjid tidak mungkin dikelola secara perorangan. Kita melihat bahwa setiap orang mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda, dalam bidang keilmuan, ketrampilan, kedermawanan yang berbeda. Sehingga semua potensi masyarakat ini hendaknya dapat satukan dalam sistem leadhership untuk dapat mewujudkan fungsi masjis sebagaimana pada zaman Rasulullah SAW.

Fungsi masjid pada masa Rasullah
Perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah di tandai dengan pembangunan masjid nabawi, masjid untuk menyatukan golongan anshar dan muhajirin. Dimana pernah terjadi perselisihan tentang siapakah diantara dua golongan itu yang paling utama. Masing-masing bersikukuh, bahwa golongan muhajirin merasa paling utama karena yang paling berjasa dalam menemani Rasulullah SAW hijrah dari Mekah ke Madinah. Sebaliknya golongan anshar juga merasa paling utama dan berjasa dalam melakukan penyambutan terhadap Rasulullah SAW dan memberikan perlindungan. Dengan kondisi yang demikian maka masjid menjadi tempat untuk menyatukan antara dua pendapat yang berbeda.

Karena itu masid pada zaman Rasulullah SAW adalah meliputi seluruh kepentingan dan kebutuhan umat Islam yang meliputi:
1. Tempat bersujud mendekatkan diri kepada Allah,
2. Tempat beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin sehingga terjaga keseimbangan dan keutuhan kepribadiannya,
3. Tempat bermusyawarah kaum muslimin memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat,
4. Tempat kaum muslimin berkonsultasi, menyampaikan permasalahan dan meminta bantuan pertolongan,
5. Tempat membina keutuhan jama’ah, mewujudkan gotong royong dan kesejahteraan jama’ah.
6. Tempat meningkatkan kecerdasan umat melalui majlis ta’lim, pendidikan dan pengajaran.
7. Tempat pembinaan dan pengembangan kader pimpinan umat,
8. Tempat melakukan pengaturan dan pengawasan keagamaan umat; dan
9. Tempat mengumpulkan , menyimpan dan mentasarrufkan dana amanah umat.
10. Tempat memobilasi umat.
11. Tempat mengatur pertahanan umat
12. Tempat menerima tamu

Himbauan Ibadah di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah rahmat dan maghfirah, pada bulan tersebut umat Islam sangat merindukan akan kedatangannya. Karena itu sebelum memasuki bulan suci Ramadhan umat Islam sudah mempersiapkan segala macam aktivitas sarana prasarana yang berkaitan dengan kegiatan puasa Ramadhan, baik itu di sektor pendidikan, keagamaan, ekonomi, sosial, budaya. Allah memberikan keberkahan bukan hanya bagi orang-orang Islam saja, tetapi juga kepada orang-orang non muslim semuanya mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi pada tahun 2020 masehi atau atau 1441 Hijriyah, umat Islam tidak bisa leluasa lagi untuk melaksanakan amaliyah ibadah Ramadhan sebagaimana pada tahun-tahun yang lalu, seperti pengajian, pesantren kilat, salat tarawih berjamaah di masjid, langgar atau mushola, kegiatan buka bersama, pengajian peringatan Nuzulul Quran dan kegiatan-kegiatan lain yang menghadirkan orang banyak.

Sebenarnya puasa kegiatan Ramadhan dari masa-ke masa telah diselenggarakan, kadang hanya merupakan pengulangan, namun dengan munculnya generasi baru ide dan kraatifitas lebih dinamis sehingga banyak mengalami peningkatan dalam beberapa sektor. Hal ini diharapkan bahwa puasa Ramadhan bisa dilaksanakan dengan senang, semarak dan penuh dengan semangat religi.
Upaya yang sudah dirancang, ternyata pada tahun ini dunia sedang dilanda wabah virus corona atau Covid- 19, di mana wabah ini belum pernah di rasakan oleh umat manusia seluruh dunia.

Penularannya yang begitu cepat dari manusia ke manusia, sehingga hal-hal yang keterkaitan dengan kegiatan pengumpulan masa akan bisa menjadi penyebab penyebaran virus corona. Karena itu agar jangan mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya pengumpulan masa, sebagaimana tausiahnya MUI nomor Kep-1065/DP-MUI/IV / 2020 di sana disebutkan bahwa umat Islam agar tidak melaksanakan ibadah yang melibatkan berkumpulnya orang banyak . Seperti shalat Jumat, jamaah rawatib shalat lima, waktu shalat tarawih, shalat Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta pengajian umum dan tabligh akbar. Ibadah tersebut dapat dilaksanakan di kediaman masing-masing dengan tanpa mengurangi kekhusyukan dan keikhlasan.

Dakwah Islam yang sudah dikembangkan oleh para kyai, mubaligh, ulama, ustadz yang mengajak kepada umat Islam agar melaksanakan salat secara berjamaah di tempat ibadah. Perjuangan para ulama ini sudah mendapatkan keberhasilan, dimana banyak sekali masjid dan tempat ibadah lainnya bahkan di perkantoran pada bulan Ramadhan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang tujuannya untuk menghidupkan bulan suci Ramadhan. Tetapi karena melihat risiko penularan dan penyebaran wabah korona ini, maka ormas Islam yaitu Majelis Ulama Indonesia menghimbau untuk tidak melaksanakan kegiatan seperti itu.

Kemudian Dewan Masjid Indonesia Dewan Masjid Indonesia juga menyampaikan tarhib, karena Ramadhan tahun 2020 sedang dihadapkan dengan wabah Covid-19 maka dikondisikan untuk menegakkan prinsip menghindarkan persentuhan dengan orang lain, menjauhan kebiasaan bertemu sampai meniadakan berkumpul bersama (jamaah) dalam berbagai bentuk dan forum (physical and social distancing) maka shalat tarowih, tadarus Alquran, taushiyah diselenggarakan dalam lingkup keluarga di tempat tinggal masing-masing.

Pemerintah sebagaimana Surat Edaran Menteri Agaman nomor 6 tahun 2020 tentang panduan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriyah di tengah pandemi wabah Covid-19 di dalam surat edaran itu dengan poin-poin sebagai berikut:

  1. Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadan di bulan Ramadhan dengan baik berdasarkan ketentuan fikih ibadah.
  2. Sahur dan buka puasa dilaksanakan oleh individu atau keluarga inti tidak perlu sahur on the road atau ifthor jama'i buka puasa bersama.
  3. Shalat tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah tilawah.
  4. Tadarus Alquran dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menyinari rumah dengan Tilawah Alquran.
  5. Buka puasa bersama baik dilaksanakan di lembaga pemerintah lembaga swasta masjid maupun mushola ditiadakan
  6. Peringatan Nuzulul Quran dalam bentuk Tabligh dengan menghadirkan penceramah dan masa yang jumlah besar bagi lembaga pemerintah lembaga swasta masjid maupun mushola ditiadakan.
  7. Tidak melakukan itikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan di masjid.
  8. Pelaksanaan Shalat Idul Fitri yang lazimnya dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau di lapangan ditiadakan, untuk itu diharapkan terbitnya fatwa MUI menjelang waktunya.
  9. Agar tidak melakukan kegiatan seperti salat tarawih keliling, takbir keliling, kegiatan takbir cukup dilakukan di masjid atau mushola dengan menggunakan pengeras suara pesantren kilat kecuali Media elektronik.
  10. Shilaturahim atau halal bihalal yang lazim yang dilaksanakan ketika hari raya Idul Fitri bisa dilakukan melalui media sosial atau video call atau Converse bawa beberapa macam kegiatan yang sifatnya pengerahan massa untuk menyerap menyemarakkan kegiatan bulan suci Ramadan maka pada tahun ini untuk tidak dilaksanakan tapi dilaksanakan di rumah masing-masing.


Dengan adanya surat himbauan surat edaran dari pemerintah ini, masyarakat hendaknya dapat menerima dengan lapang dada, untuk menjaga ketentraman, keselamatan dan kesehatan masyarakat agar mengikhlaskan ibadah-ibadah yang tadinya dilaksanakan secara berjamaah untuk dilaksanakan di rumahnya masing-masing. Tentu saja sifat lapang dada yang demikian ini karena pemahaman yang sudah demikian luasnya, sehingga kepentingan ibadah bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menjaga kepentingan orang lain

Ada lagi yang berpandangan bahwa surat edaran ini dipandang sebagai suatu yang tidak bermakna. Mereka meyakini bahwa itu adalah urusan Allah, bahkan ada yang terang-terangan mengatakan tidak takut dengan korona hanya takut kepada Allah. Dengan adanya wabah ini mereka sama sekali tidak merasa takut, resah dan gelisah. Walaupun sudah positif tapi tetap tidak mengakui bahwa dirinya sedang sakit. Yang ketiga ada anggota masyarakat yang menyikapi biasa-biasa saja, sehingga dengan adanya surat edaran, mereka kadangkala juga waspada hati-hati, tapi kadangkala kehati-hatian itu hilang. Agar jauhi bergerombol, kumpul dengan orang banyak, menjaga diri untuk senantiasa memakai masker, kadangkala dilaksanakan kadangkala tidak dilaksanakan. Dengan adanya perbedaan pemahaman dan ibadah pada bulan Ramadhan, marilah kita untuk mengikuti apa yang disarankan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19.

Bagaimana memberdayakan masjid
Dengan adanya surat edaran dari pemerintah untuk tidak melakukan ibadah di masjid langgar mushola, otomatis tempat-tempat ibadah yang tadinya ramai dikunjungi oleh para jamaah kemudian menjadi sepi, karena apa banyak warga yang mempunyai perhatian terhadap imbauan dari pemerintah sehingga mengikhlaskan untuk tidak mengunjungi tempat ibadah. Hal ini bukan berarti bahwa dirinya itu sudah tidak cinta, tidak suka dengan tempat ibadah, akan tetapi dengan pertimbangan bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk menciptakan kemaslahatan bersama yaitu untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Karena itu sekalipun ada himbauan untuk tidak kumpul-kumpul atau tidak melakukan ibadah di masjid. Apa yang bisa dilakukan untuk melakukan pemberdayaan fungsi masjid, sekalipun masjid itu tidak digunakan sebagai tempat untuk salat berjamaah, salat rawatib, tidak digunakan untuk melakukan shalat tarowih, tidak digunakan untuk melakukan Peringatan Nuzulul Quran, tidak digunakan untuk tadarus Alquran,tidak digunakan untuk salat halal bihalal. Tentu saja ada cara-cara untuk memberdayakan fungsi masjid jangan sampai bahwa dengan adanya himbauan dari pemerintah itu kemudian sama sekali tidak memperhatikan tentang fungsi masjid itu.
  • Bidang riayah adalah bidang perawatan tempat ibadah. Tempat ibadah itu tidak lagi dikunjungi oleh umat Islam secara keseluruhan, akan tetapi kebersihan masjid atau tempat ibadah lainnya hendaknya bisa dilaksanakan masjid, tetap dijaga, dipelihara kebersihannya. Karena sekalipun ada himbauan untuk tidak melakukan ibadah salat berjamaah di masjid, akan tetapi masih banyak pula masjid-masjid yang menyelenggarakan salat salat fardhu secara berjamaah, salat tarawih dan salat- salat malam. Karena itu menjaga kebersihan hendaknya tetap di laksanakan. Kebersihan yang sudah diupayakan akan mempunyai kesinambungan, akan berdampak pada sektor yang lainnya kalau masjid itu nampak bersih, maka keindahan dan kemegahannya juga akan terjaga. Coba kalau misalnya pada waktu musim terjadi wabah Covid-19 sama sekali masjid ditinggalkan jamaah, sehingga mereka tidak melakukan perawatan, menjaga kebersihan masjid, maka yang terjadi masjid dan tempat ibadah lainnya menjadi kumuh. Padahal kumuh, kotor ini tidak sesuai dengan syariat agama Islam yang mencintai kebersihan. Bidang riayah termasuk pengecetan, penndiaan sarana kebersihan handshop, hand sanitizer, penyemprotan disinfectan, penerangan, membuat spanduk yang kaitannya dengan gebyar untuk melakukan ibadah puasa Ramadhan dengan dasar iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
  • Bidang imaroh, bagaimana bisa memakmurkan masjid ternyata jamaahnya dihimbau untuk tidak datang ke masjid. Bagaimana akan bisa tercipta suatu kemakmuran masjid karena jamaahnya berkurang. Karena itu perlu dilakukan upaya kegiatan untuk meramaikan masjid itu diantaranya adalah ketika sudah masuk waktunya shalat maka tetap dikumandangkan adzan. Sekalipun dalam pelaksanaan shalat tidak perlu menunggu jamaah yang banyak, kalau sudah melewati waktu untuk segera melaksanakan shalat, meskipun itu hanya satu atau dua orang segera saja untuk di lakukan salat secara berjamaah di bidang kemakmuran.
  • Di bidang pendidikan, pelatihan dan juga pesantren kilat perlu dilakukan dengan sistem online. Tidak menghadirkan jamaah secara langsung, akan tetapi melalui media elektronik jadi di sini jadwal-jadwal untuk kegiatan pada bulan Ramadan kultum pengajian sebelum melakukan shalat tarawih. Petugasnya untuk membuat rekaman atau video untuk disiarkan, disampaikan melalui WA, atau petugasnya datang secara langsung tetapi ketika menyampaikan tausiyah, audian tidak datang secara langsung, Dia hanya berpidato atau memberikan tausiyah secara sendirian tidak ada jamaah secara langsung tetapi jamaahnya cukup yang mendengar melalui media elektronik, HP dan lain sebagainya. Ini semuanya adalah sebagai langkah atau upaya untuk memakmurkan masjid, jadi kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan itu tetap dilakukan, tapi tetap menjaga protokol di dalam pelaksanaan ibadah.
  • Beribadah itu di samping kita dasarnya karena iman dan taqwa kepada Allah, tapi mengacu pada Rasulullah itu adalah dengan mengkaji ilmu sebanyak-bayaknya, sehingga dengan belajar akan mempunyai pengetahuan secara lebih luas. Pengetahuan agama dan pengetahuan lainnya, maka dengan keyakinan yang diimbangi dengan ilmu pengetahuan, akan menjadikan muslim yang modern mudah melakukan suatu ibadah, bisa memberikan kemaslahatan kepada yang lainnya. Khairun naas anfa’ahum linnas sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat kepada lainnya. Ibadah pada bulan Ramadhan dalam lingkaran pandemi virus corona, untuk tetap melaksanakan ibadah bulan suci Ramadhan secara pribadi.
  • Melakukan kegiatan pengumpulan dan pendistribusian zakat secara jemput dan antar, sehingga kontak massa bisa dihindarkan. Jemput yang dimaksud panitia menghubungi muzakki secara on line kemudian panitia mengambil zakatnya atau dengan membuka rekening. Setelah terkumpul, pentasayarufan zakat dengan diantar oleh panitia pada mustahiq. Hindarkan dengan membagikan kupon pada mustahiq karena akan berakibat terjadinya pengumpulan massa.


Memang berat untuk merubah kondisi baik yang sudah mapan, shalat, jamaah, shilaturahim, tadarus Alquran, majlis taklim, buka bersama. Sama beratnya mengajak orang-orang untuk berbuat baik dan beribadah sesuai dengan tuntunan Islam. Namun harus yakin bahwa ini semua adalah jalan hidup yang harus dilalui. Allah memberikan rahmat untuk dinikmati, Allah menciptakan balak untuk diantisipasi dan diperangi. Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan, Allah tidak tidur, Allah selalu mengawasi hamba-Nya. Allah akan mendengarkan jeritan dan tangisan hamba-Nya dan Allah akan memberikan pertolongan, keberkahan dan kebahagiaan pada hamba-Nya

4/24/2020

Kewajiban Melaksanakan Puasa Ramadhan



Puasa Ramadhan merupakan unsur penting dalam syariat agama Islam, puasa Ramadhan meupakan salah satu rukun Islam, hal ini disebutkan dalam hadits nabi Muhammad SAW:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

"Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan". (HR. Buchari: 7, Muslim: 21)

Setiap muslim diwajibkan untuk melaksanakan lima dari rukun Islam tersebut, bila diruntut bahwa pengakuan diri atau setiap hamba agar dibuktikan dengan perbuatan dan amal nyata. Seorang hamba yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka dari kesaksian tersebut perwujudannyya adalah 1) Menegakkan shalat lima waktu, kewajiban ini tidak boleh ditinggalkan, kecuali ada hal-hal tertentu yang menghalangi untuk menegakkan shalat. Bahkan untuk mewujudkan kesempurnaan shalat, Allah juga memberikan tuntunan ibadah shalat Sunnah. 2) Membayar zakat bagi orang-orang yang mempunyai klebihan harta, yaitu telah mencapai nishab dan haul. Zakat ini guna membersihkan harta, sehingga harta yang diperoleh akan menjadi harta yang penuh dengan berkah. 3) Melaksanakan haji, hal ini hanya diperintahkan bagi orang-orang yang sudah mencapai pada taraf istitho’ah. 5) Melaksanakan puasa Ramadhan, kewajiban ini harus dilaksanakan bagi setiap muslim kecuali ada hal-hal yang mengahalngi untuk tidak berpuasa.

Perintah untuk melaksanakan puasa disebutkan dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 183.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183)


Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan nabi dan orang-orang yang beriman agar melaksanakan puasa Ramadhan seperti ibadah puasa yang telah diperintahkan kepada orang-orang sebelum Nabi Muhammad. Puasa itu adalah ibadah yang dikhususkan bagi orang-orang yang beriman maka bagi orang yang tidak beriman atau orang yang tidak mengaku beriman tidak dikenai taklif atau kewajiban untuk melaksanakan puasa. Tetapi jangan terlalu puas dan bangga ketika dibebaskan dari kewajiban untuk melaksanakan puasa Ramadhan, karena setiap Allah memerintahkan sesuatu mesti akan mempunyai akibat.

Allah memerintahkan orang yang beriman untuk melaksanakan puasa, maka Allah akan memberikan pahala bagi orang yang melaksanakan puasa, sebaliknya Allah memerintahkan puasa Ramadhan tetapi tidak melaksanakan puasa tanpa adanya halangan/ masaqot untuk melaksanakan puasa, maka dia berdosa dan kelak di hari Qiamat dia akan disiksa oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Lalu jika muncul suatu pertanyaan, bagaimana saya akan disiksa karena saya tidak diperintahkan oleh Allah, balik ditanya orang tersebut. Mengapa kamu tidak melaksanakan, dia menjawab karena saya tidak beriman maka tidak dikenai kewajiban.

Dengan berdasarkan pada ayat Alquran tersebut, maka selanjutnya kita bisa mengatakan, bahwa manusia diberikan pilihan oleh Allah untuk menjadi orang yang beriman atau orang kafir, orang yang taat atau orang yang fasik. Setiap predikat seseorang, akan mempunyai akibat. Allah memerintahkan agar beriman kepada Allah dan rasulnya. Kewajiban untuk melaksanakan rukun Islam, karena itu kalau dia itu bukan orang yang beriman, itu sudah menyalahi kodrat atau dengan kata lain dia tidak mendapat Hidayah dari Allah. Karena itu bersyukurlah bagi kita sekalian orang-orang yang sudah mendapat hidayah iman dan Islam. Mudah-mudahan dengan hidayah itu kita akan senantiasa dibimbing dan diarahkan oleh Allah untuk bisa melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.
Termasuk pada bulan ini, kita dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi orang-orang yang beriman. Ternyata Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan kewajiban kepada ada umat sebelum nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Jadi kalau kita belajar pada tarih Islam, bahwa umat sebelumnabi Muhammad itu juga sudah dikenai taklim untuk melaksanakan puasa, akan tetapi tidak seperti puasanya orang Islam selama satu bulan. Puasa nabi Daud itu adalah 1 hari puasa dan 1 hari tidak puasa. Disamping itu ternyata puasa itu juga dilaksanakan oleh makhluk Allah yang lain. Dari golongan hewan, misalnya itik, ayam, menthok, burung ketika mengerami telurnya maka di sana dia itu juga berpuasa, kalau mengerami telurnya kemudian dia sering meninggalkan sarangnya, tidak berpuasa maka telur gagal menetas. Karena itu diperlukan keprihatinan atau puasa dari unggas tersebut sehingga mungkin dalam 1 hari atau 2 hari itu tidak meninggalkan sarang tidak makan dan juga tidak minum. Dengan kondisi yang demikian tubuhnya hewan itu akan menjadi panas, sehingga akan lebih mempercepat penetasan telurnya.

Puasa juga dilaksanakan dari golongan serangga. Proses metamorfosis kupu-kupu, dari manakah si kupu-kupu itu? dari ulat, kemudian ulat itu setelah besar itu berubah menjadi kepompong. Tidak bisa berjalan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya bergerak-gerak yang di bagian kepalanya saja dan proses yang demikian itu juga dilakukan cukup lama mungkin bisa 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari mungkin sampai satu minggu dari bentuk kepompong akan berubah bentuk, bisa menjadi kupu-kupu atau bisa menjadi kumbang bisa menjadi capung dan lain sebagainya. Ini semua dilakukan dengan puasa, kalau tidak puasa maka tidak akan jadi. Maka orang yang berpuasa itu akan naik derajatnya disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Puasa itu selain diwajibkan kepada umatnya nabi Muhammad, golongan hewan dan serangga juga pada tumbuhan- umbuhan yang berbiji belah. Seperti ada albasiah ada pohon sengon ada pohon manga, pohon suren, mahoni dan lainnya juga melakukan puasa. ketika daunnya berguguran sehingga tinggal batang dan rantingnya. Kenapa kok berkurang, gugur semua tidak mati? Dia sedang berpuasa, karena fungsi daun adalah untuk membuat makanan. Ketika daun gugur maka tidak ada yang membuat makanan bagi tumbuhan tersebut, akar tetap mencari makan sehingga selama beberapa hari, sehingga setelah cukup akan mulai tumbuh daun yang putih lalu menghijau, terlihat subur lalu batangnya pun segera membesar.

4/23/2020

Membaca Alquran Untuk Menangkal, Musibah, Wabah, Bencana



Alam berputar mengikuti Sunnatullah, ketika manusia dilanda berbagai bencana, manusia membutuhkan sesuatu yang mampu menentramkan jiwa. Demikian pula dengan berbagai bencana yang menimpa dewasa ini mulai dari musibah banjir, gunung meletus, tanah longsor, wabah pandemi Covid-19 adalah merupakan bencana yang perlu direnungkan. Agama mengajarkan agar umatnya senantiasa membaca fenomena yang terjadi, begitu pentingnya tugas membaca itu sehingga surat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam adalah perintah untuk membaca.

Quraish Shihab dalam buku membumikan Alquran mengatakan, bahwa Alquran merupakan pelita kehidupan yang mampu menerangi jalan tatkala dilanda kegelapan. Membaca Alquran dengan penuh kekhusukan diyakini akan mampu menghilangkan berbagai kesusahan. Karena kemuliaan yang demikian, maka Alquran disebut sebagai mukjizat tertinggi bagi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam. Kemuliaan dan keagungan Alquran itu tidak mengenal batas, artinya sampai kapanpun kemuliaan dan keagungan Alquran tidak akan luntur. Kalau saat ini masyarakat dilanda berbagai bencana, termasuk dengan wabah virus Corona yang sangat memprihatinkan, tampaknya ada relevansi jika dikaji dari dimensi Alquran.

Barangkali munculnya berbagai bencana akhir-akhir ini adalah karena manusia, bukankah terjadi berbagai bencana adalah karena ulah manusia itu sendiri dan tatkala bencana terjadi adalah sebagai peringatan atau ujian bagi manusia. Kealpaan manusia dalam membaca, memahami dan mengamalkan isi Alquran tampaknya sudah sampai pada titik yang memprihatinkan coba. Kita renungkan sebagian isi Alquran mengatakan agar manusia menegakkan keadilan, kejujuran, saling mengasihi. Tuhan sangat membenci kesombongan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial. (Mukti Ali, Memahami beberapa aspek ajaran Islam tahun 1991).

Kealpaan membaca
Alquran diturunkan pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan sebelum hijrah, berisi perintah untuk membaca kepada nabi Muhammad. Membaca disini adalah luas, yaitu tidak hanya membaca yang tersurat melainkan juga yang tersirat. Karena ayat-ayat Allah itu sendiri tidak hanya tersurat dalam 30 juz Aalquran, justru ayat-ayat Allah yang tersirat jauh lebih banyak dari yang tersurat. ayat-ayat Allah yang tersirat ini bisa dilihat di semua jagat raya ini, mulai dari bulan, bintang, matahari sampai pada diri setiap orang. Karena di dalam penciptaan benda benda itu terkandung kekuasaan Allah yang perlu untuk direnungkan. Itulah sebab jika lautan dijadikan tinta untuk menulis kekuasaan Allah, maka niscaya lautan itu akan kering sebelum selesai menulis semuanya kekuasaan Allah.

Ketika Alquran pertama kali diturunkan nabi sedang menyendiri di Gua Hira, beliau sengaja menjauhkan diri dari kaumnya karena tak tahan melihat peradaban jahiliyah yang melanda kaum Quraisy waktu itu. Nabi benar-benar sangat prihatin terhadap krisis moral yang melanda kaumnya, melakukan tindakan yang menghalalkan segala cara. ketika itu hukum yang berlaku adalah siapa yang kuat adalah yang berkuasa. Mereka menyembah berhala, berjudi, merampok, memperbudak manusia dan bahkan membunuh bayi wanita. Pendek kata mata dan telinga kaum Quraisy sudah buta, tuli pada nilai-nilai kebenaran. Di tengah krisis moral yang demikian ini maka turunlah wahyu pertama kepada nabi, kalau pengertian membaca dalam ayat pertama ini tidak hanya pada yang tertulis tetapi banyak masalah di sekeliling kita yang perlu dibaca sebagai bagian dari kekuasaan Allah dan pengertian membaca itu pun tidak hanya berlaku kepada nabi tetapi adalah kepada semua manusia dan pada setiap saat.

Dengan demikian tatkala saat ini kita dilanda berbagai bencana yang memprihatinkan maka kita pun perlu membaca dengan kacamata agama atau kekuasaan Allah kita perlu lebih dahulu mempertanyakan. Mengapa bencana begitu sering melanda? Apakah yang salah dalam tindakan manusia, sehingga Allah memberi peringatan dan ujian kepada hambaNya? Barangkali kalau kita mau membaca dengan jujur dan dengan merujuk pada ayat-ayat Alquran maka kita pun akan menemukan jawabannya dari segi kejujuran dan keadilan tampaknya sudah terlalu sering dipermainkan oleh umat manusia cara melakukan ketidakjujuran dan ketidakadilan sudah dianggap sebagai hal yang biasa.

Karena godaan hawa nafsu banyak orang yang suka berlaku tidak jujur dan tidak adil, padahal dari tindakan tersebut betapa banyak orang menderita dan bahkan menjadi kerugian besar bagi negara. Patut direnungkan bahwa terjadinya berbagai macam bencana akhir-akhir ini barangkali adalah karena kealpaan manusia. Dalam Peringatan Nuzulul Quran turunnya Alquran patut direnungkan makna membaca yang disebutkan dalam ayat tersebut, setiap muslim dianjurkan untuk membaca baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Untuk ayat-ayat tertulis dalam Alquran hendaknya senantiasa dibaca, direnungkan dan diamalkan isi yang terkandung di dalamnya. Kemudian pada ayat-ayat tertulis di manapun dan kapanpun kita bisa menemukan dan membaca kekuasaan Allah dan bahkan di dalam diri setiap orang terdapat ayat-ayat Allah, sesungguhnya betapa angkuhnya manusia dan betapa Maha Agung nya Allah.

4/21/2020

Doa Mohon Petunjuk, Taqwa, Kesucian dan Kecukupan



Doa adalah suatu permohonan kepada Allah, seorang hamba selalu memohon diberikan kehidupan yang baik, bahagia dan sejahtera. Mengapa manusia memohon kepada Allah, karena manusia adalah makhluk yang lemah, tiada daya kekuatan kecuali diberikan oleh Allah. Allah menciptakan kebaikan tapi juga menciptakan keburukan, Allah menciptakan kesejahteran tapi Allah juga menciptakan musibah, bencana dan malapetaka.

Ketika manusia diberikan anugerah, kebahagiaan dan kesejahteraan maka sudah sepatutnya bersyukur kepada Zat yang Maha Pemberi dan bila diberikan musibah, bencana dan malapetaka maka kewajibannya adalah bersabar disertai dengan usaha dan ikhtiar. Karena bila Allah menghendaki suatu kebaikan kepada hamba-Nya maka tidak ada yang dapat menghalangi, sebaliknya bila Allah menghendaki suatu keburukan maka tak ada pula yang dapat mencegahnya. Karena Allah Maha Kuasa untuk menciptakan, Maha Kuasa pula untuk menjaga dan melindungi. Tak ada manusia yang mau mendapat musibah dan bencana, manusia inginnya hidupnya selalu aman, sejahtera dan bahagia. Apa yang terjadi adalah merupakan perwujudan dan rencana dan telah dibuat.

Sebelum munculnya wabah virus corona (Covid-19) tiap orang tentu sudah merencanakan suatu kegiatan. Kebetulan wabah pendemi ini muncul berdekatan dengan akan datangnya bulan suci Ramadhan. Yang punya usaha pariwisata tentu sudah menyiapkan segala sesuatunya, armada bus, rumah makan, penginapan, pembenahan tempat ibadah, makam, jajanan, hasil kerajinan, pakaian semua sudah dipersiapkan, semuanya mengharapkan keuntungan yang berlimpah. Apa yang terjadi dengan kondisi wabah virus corona ini?

Takmir masjid juga sudah merencanakan beberapa macam kegiatan, pesantren kilat, buka bersama, shalat tarowih berjamaah, tadarus Alquran, peringatan Nuzulul Qur’an, iktikaf, pengumpulan dan pentasyarufan zakat, shalat Idul Fitri dan halal bihalal. Pada Kantor/ Dinas/ Instansi/ Lembaga juga sudah menyusun agenda acara pada bulan Ramadhan. Ternyata muncul pandemi yang belum pernah terjadi, pandemi yang mengglobal, semua negara disibukkan dengan urusan untuk bertahan diri dari serangan wabah Covid-19. Tenaga media, polisi, tentara, tokoh agama, tokoh masyarakat berjuang mensosialisasikan upaya pencegahan, para ilmuan berjuang untuk menemukan vaksin. Semua bahu-membahu untuk mengembalikan kondisi dunia agar kembali kondusif. Rasulullah memberikan tuntunan doa:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

"Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri dan perasaan cukup." (HR. Muslim, hadits nomor 4898)

Hadits yang singkat ini mempunyai makna yang luas, manusia menyadari menjadi makhluk yang lemah, maka manusia meminta agar diberikan:

1. Petunjuk, adalah jalan terang, manusia diberikan agama maka dia telah diberikan petunjuk, karena didalam agama tentu mempunyai kitab suci. Di dalam kitab suci itulah menusia mempunyai pedoman hidup, bukan hanya untuk meraih kebahagiaan di dunia saja namun lebih dari itu, kebahagiaan di akhirat. Kebahagiaan di dunia tentu ada batasnya demikian pula kesengsaraan di dunia juga ada batasnya. Namun bila kebahagian di akhirat adalah selamanya. Simbol kebahagian di akhirat adalah di masukkan ke surga, bila sudah masuk ke dalam surga maka tidak akan mengalami kesengsaraan lagi, untuk selamanya di surga. Namun bila masuk ke dalam neraka maka kemungkinan akan bisa masuk ke surga selagi dosa-dosanya mendapat ampunan, akan mengakhiri kesengsaraan di neraka menuju kebahagiaan di surga. Kesengsaraan ini akan berlangsung lama tergantung dari dosa-dosa yang dimiliki, namun bisa jadi selamanya di dalam neraka, karena tidak mendapat ampunan Allah SWT. Karena itu mintalah selalu petunjuk kepada Allah agar selalu diberikan kemantapan dalam melaksanakan tuntunan syariat Islam.

2. Mohon di beri taqwa. Mohon kepada Allah untuk diberikan kemampuan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya. Karena itu di dalam Alqur’an Allah telah memberikan gambaran tentang tanda-tanda orang-orang yang bertaqwa. Dengan taqwa itu maka Allah akan memberikan rizqi dari arah yang tidak terduga. Sering kali kita temui ada orang yang merasa bersyukur kepada Allah atas anugerah yang diterimanya. Ketika dalam kondisi kesulitan diberi kemudahan dan jalan terang oleh Allah, ketika dalam kondisi kekurangan namun tetap merasa diberikan keberkahan dan kecukupan. Bahkan dalam setiap saat selalu mensyukuri bahwa dirinya dan keluargaanya diberikan kesehatan. Dirinya membayangkan tetangganya yang sedang sakit bahkan ada yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Ternyata kesehatan adalah rizqi yang sangat bernilai dan melebihi atas harta yang dimiliki.

3. Mohon untuk diberi kesucian diri. Mohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala hal yang diharamkan oleh Allah, sehingga akan meraih kehormatan diri. Haram adalah larangan Allah, bila larangan dilaksanakan maka akan menjadi orang yang kotor, hatinya ternoda, sehingga dalam berperilaku akan lebih mendahulukan hawa nafsu. Maka hamba yang baik adalah yang senantiasa menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjalankan perintah Allah.

4. Mohon diberikan kecukupan. Dalam kondisi apapun dan di mana pun merasa cukup kepada Allah. Tidak meminta kepada selain Allah, maka akan menjadi orang yang kaya hati(jiwa) dan tidak rendah, karena butuh kepada manusia berarti hina dan rendah sedangkan butuh kepada Allah berarti mulai dan ibadah. (Syaikh Muhammad Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Darul Falah, Jakarta, 2008: 449)

Kehidupan manusia bersifat dinamis, segala peristiwa dunia baik itu yang diinginkan atau tidak diharapkan adalah suatu kemungkinan yang bagi Allah adalah suatu kepastian. Tiada satupun yang terjadi di dunia kecuali atas kehendak Allah. Manusia meminta, Allah yang akan memenuhi, manusia berusaha dan berikhtiar Allah yang memutuskan. Tugas manusia hanya beusaha dan berikhtiar, karena itu setiap peristiwa hendaknya diterima dengan ikhlas dan sabar.

4/20/2020

Bertaqwa Di Mana Pun dan Kapan Pun, Dalam Shalat, Zakat, Puasa, Muamalah.



Allah telah memerintahkan kepada hambanya untuk beriman dan bertaqwa, iman adalah fondasi, dasar suatu keyakinan dan taqwa merupakan wujud dari iman. Perintah ini telah disebutkan dalam Aquran


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS.3, Ali Imran: 102)


“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 64, Attaghobun: 16)

Dua ayat Alquran yang satu mengatakan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman dan bertaqawa dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali meninggalkan Islam sehingga sampai akhir hayat akan tercatat sebagai orang yang berserah diri (muslim). Dalam menjalankan perintah Allah, menurut kesanggupan, misalnya ketika sehat maka shalat dilaksanakan dengan berdiri, namun bila sakit sehingga tidak mampu untuk berdiri maka jangan dipaksakan untuk menegakkan shalat dengan berdiri, karena bila dengan berdiri memang tidak sanggup. Maka menegakkan shalat bisa dengan duduk atau berbaring.

Kehidupan manusia selalu berputar, kadang mengalami senang, kadang susah, kadang terasa longgar, kadang setiap saat terasa sibuk dan harus efisien memanfaatkan waktu, begitu juga melihat kondisi ekonomi kadang merasa cukup kadang kekurangan. Demikian pula kadang berada dalam komunitas yang ramai, kadang sepi. Karena itu di manakah iman dan taqwa itu akan di tempatkan. Apakah iman dan taqwa disesuaikan dengan situasi dan kondisi? Dalam hal ini Rasululah SAW telah memberikan pelajaran.

اِتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ


"Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Turmudzi , hadits nomor: 1910)

Dalam hadits yang singkat itu terkandung hikmah yang banyak:
1. Perintah untuk bertaqwa kepada Allah di mana pun dan kapan pun, yaitu melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah. Melaksanakan perintah Allah dengan ikhlas untuk Allah dan mengikuti rasul serta meninggalkan apa yang dilarang atau apa saja yang diharamkan. Misalnya menjalankan apa yang diwajibkan Allah dalam rukun Islam, setelah dua kalimat syahadat lalu melaksanakan shalat, dengan menyempurnakan syarat-syarat, rukun dan kewajiban serta sempurnakan salat itu dengan segala hal yang berkaitan dengan shalat.

Barangsiapa yang tidak memenuhi salah satu syarat salat atau kewajibannya atau rukun-rukunnya, berarti ketakwaannya berkurang, seberapa banyak meninggalkan apa yang diperintahkan. Bertaqwa kepada Allah dalam zakat artinya menghitung semua harta yang wajib dikeluarkan zakatnya untuk dibersihkan, maka orang yang berzakat jiwanya akan menjadi bersih tanpa merasa bakhil, iri, tamak, tanpa merasa berat dan tanpa mengakhirkan. Barangsiapa yang tidak melakukan seperti itu, berarti tidak bertaqwa kepada Allah.

Bertaqwa dalam puasa berarti melaksanakan puasa seperti yang diperintahkan dengan menjauhi segala kesenangan, senggama, dengki, ghibah, adu domba, dan sebagainya yang dapat mengurangi kesempurnaan puasa dan menghilangkan ruh puasa. Karena makna puasa yang hakiki adalah menahan diri dari apa yang diharamkan Allah SWT. Begitu juga bertaqwa dalam kewajiban-kewajiban lainnya, yaitu menjalankannya dengan penuh ketakwaan kepada Allah, melaksanakan perintahnya dengan penuh keikhlasan dan mengikuti rasul-Nya. Begitu juga bertaqwa dalam larangan-larangan-Nya berarti meninggalkan apa saja yang dilarang Allah. Apapun yang dilarang Allah untuk tinggalkan.

2. Tutuplah keburukan dengan kebaikan untuk menghapusnya. Atau jika melakukan perbuatan yang buruk, maka tutuplah keburukan itu dengan kebaikan karena kebaikan dapat menghapus keburukan. Diantara kebaikan setelah keburukan itu adalah bertaubat kepada Allah dari keburukan karena taubat merupakan kebaikan yang paling mulia.


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. 2: Al Baqarah: 222)


“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. 24: Annuur: 31)
Amal shalih dapat menghapuskan dosa yang telah dilakukan seperti sabda rasul bahwa shalat Jum’at hingga Jum’at, puasa Ramadha hingga Ramadhan dapat menghapus dosa yang ada diantara keduanya selagi tidak melakukan dosa besar. Demikian pula antara umrah yang satu dan yang lain menjadi kifarat terhadap dosa (kecil) yang dilakukan antara keduanya.

3. Pergauli manusia dengan akhlaq yang baik.
Dalam kehidupan bermasyarakat, jadilah insan yang dapat bergaul dengan akhlaq dan berbudi pekerti yang baik, bila melihat karya dan perilaku orang lain yang baik, biasakan untuk memuji dan jangan mencela, hendaknya menampakkan muka yang cerah, jujur, berbicara yang baik dan berperilaku dengan akhlaq yang mulia. Akhlaq menjadi simbol sempurnanya iman. Karena Rasulullah diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlaq. Akhlaq yang baik bisa menghantarkan pelakunya pada jalan yang baik, dicintai manusia dan kelak di hari Qiamat akan diberi pahala yang besar. (Syaikh Muhammad Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Darul Falah, Jakarta, 2008: 409-411)



4/16/2020

Menjaga Kebersihan Jasmani dan Rohani sebagai Syarat Terkabulnya Doa



Virus Corona (Covid-19) telah mengajarkan kepada manusia untuk membiasakan hidup bersih, walaupun efek yang ditimbulkan menjadi berbagai macam musibah. Dari suatu yang sama sekali tidak diperkirakan ternyata terjadi, dimana-mana timbul rasa ketakutan dan kekhawatiran. Dari menyebarnya penyakit hingga menimbulkan kematian. Karena memang kadang manusia itu bersikap keterlaluan didalam memanfaatkan potensi alam yang diberikan Allah. Didalam Islam telah digariskan bahwa bersuci yang paling bagus adalah menggunakan air, baru setelah air bisa menggunakan debu atau benda-benda kering yang menyerap kotoran (untuk istinjak).

Bersuci dengan menggunakan selain air tentu ada sebab-sebabnya, sebagaimana Sayid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah menyebutkan karena 1) Tidak menemukan air atau ada air tapi tidak mencukupi, 2) Sedang menderita sakit sehingga bila menggunakan air maka sakitnya akan bertambah parah, 3) Jika air sangat dingin dan keras sehingga bisa membahayakan, 4) Air yang berada dekat dengan seseorang tetapi khawatir terhadap keselamatan diri, kehormatan harta, kehilangan teman, terhalang oleh musuh, 5) Air hanya cukup untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, makan, minum, 6) Bisa menggunakan air tapi khawatir tidak bisa melaksanakan kewajiban khususnya shalat. Maka disinilah Allah memberikan ruhshah atau keringanan. Hal ini adalah ketentuan syariat yang harus ditempuh. Sehingga bila ternyata ada air dan tidak ada penghalang untuk menggunakan air sebagai sarana bersuci, maka bila menggunakan selain air tidak dibenarkan.

Dengan memperhatikan hasil penelitian bahwa virus tidak suka dengan sesuatu yang bersih, tidak suka dengan detergen, maka dari kebiasaan manusia yang tidak bersih kemudian berupaya untuk menciptakan kebersihan. Sehinga di tempat-tempat pelayanan masyarakat, masjid, sekolah, perkantoran dan tempat-tempat umum disediakan tempat bercuci tangan atau kadang berupa hand saniteser. Ketika kita diingatkan dengan upaya untuk menggalakan hidup bersih, maka tangan yang banyak menjadi perantara sampainya virus lalu dibersihakan.

Disamping menjaga kebersihan adalah merupakan perintah Allah bahwa Allah itu bersih dan menyukai sesuatu yang bersih. Demikian pula dalam semboyan bahwa menjaga kebersihan itu sebagian dari iman. Karena itu orang yang beriman harus mencintai dan melakukan hidup bersih. Dalam suatu waktu Rasulullah pernah bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ


" Ketahuilah bahwa didalam tubuh tedapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh, itulah yang dinamakan hati". (HR. Buchari:50)

Dari hadits itu dipahami bahwa bersih itu meliputi bersih jasmani dan ruhani, karena manusia terdiri dari jasad dan hati atau nafs. Dalam diri manusia nafs memegang peran yang sangat penting. Karena hati yang bersih akan menjamin setiap perilaku menjadi bersih dan sehat. Namun bila hatinya kotor maka semuanya akan menjadi gelap. Kotornya hati bisa karena pengaruh hawa nafsu atau karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan. Sehingga hati yang kotor ini akan merasa jauh kepada Allah. Walaupun sesungguhnya Allah itu dekat namun menurut dirinya Allah itu jauh. Perasaan jauh ini karena dirinya merasakan setiap doa dan permohonannya tidak didengar Allah, merasa hidupnya selalu dalam kondisi susah.

Karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan hati yang nutrisinya adalah senantiasa memperbanyak zikir kepada Allah. Zikir menjadi alternative penyembuhan segala macam penyakit. Termasuk metode penyembuhan sakit dengan zikir, Allah telah memerintahkan di dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 41:

" Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya".
Banyak orang yang menaruh harapan dan keyakinan bahwa dengan memperbanyak zikir segala penyakit akan hilang, benarkah demikian. Untuk memberikan jawaban ini tidak bisa lepas dari pengalaman masing-masing individu setelah melakukan zikir. Sebagaimana penulis rasakan sendiri bahwa didalam organ tubuh, yaitu tepatnya jantung yang merupakan organ vital dari manusia mengalami kerusakan, yang karenannya tidak dapat menjalankan fungsinya secara baik, di dalam memompa darah untuk ditransfusikan ke seluruh tubuh. Sehingga yang terjadi badan sangat kurus, cepat lelah, tidak ada gairah, bahkan ketika bangun tidur sekalian badan terasa lemas, emosi mudah memuncak karena tekanan darah yang tidak normal. Belum lagi penyakit-penyakit lain yang sering ikut mendompleng, misalnya flu pilek yang tak kunjung sembuh, sariyawan, sering masuk angin.


" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".
Tepat sekali dengan warta dari Rasulullah SAW:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

"Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari." (HR. Buchari: 6856)

Dengan memperbanyak zikir dan berdo'a memohon pertolongan Allah, insya-Allah akan menjadi muslim yang akan selalu optimis dan bersikap khusnudhan terhadap qodrat, irodat dan keadilan Allah SWT. Hatinya di jauhkan dari sikap apatis, prasangka buruk kepada Allah dan sifat-sifat buruk lainnya. Nampak pada raut mukanya yang sejuk, teduh, optimis.
Dalam kondisi apapun hendaknya selalu mengupayakan kebersihan, bersih lahir dan batin. Bersih lahir sebagai syarat untuk melaksanakan perintah Allah, bersih batin menjadi syarat untuk merasa dekat kepada Allah. Dan sesungguhnya Allah memang dekat sehingga tidak ada pengahalang bagai Allah untuk mewujudkan doa dan harapan dari hamba-Nya.

4/12/2020

Hidup Sehat Tanpa Obat, suatu kepastian dan pilihan



Ada seorang pasien pada sebuah rumah sakit ternama di Yogyakarta, nampaknya pasien tersebut sudah menjadi pasien tetap. Pasien yang demikian ini karena mempunyai penyakit kronis, sehingga dalam setiap bulan harus kontrol ulang. Cukup lama pasien tersebut menunggu antrian obat, setelah dipanggil oleh petugas, dia menerima obat, apa yang terjadi. Dia berkata “kok obatnya hanya sedikit padahal bulan yang lalu dua kali ini”, dia nampak menggerutu, dia kembali ke loket obat menanyakan pada petugas, dia tidak percaya dengan jumlah obat yang diterima. Petugas hanya bisa menjawab bahwa didalam resep hanya tertulis itu saja.

Dari kisah diatas tergambar bahwa banyak pasien rumah sakit sudah ketergantungan pada obat, sehingga khawatir sakitnya akan kambuh bila obatnya kurang. Padahal dokter memberi resep tentu sudah berdasar pada hasil observasi dan pemeriksaan. Bila pasien sakitnya sudah berkurang maka dosisnya dikurangi, namun bila terjadi komplikasi maka obatnya ditambah kadang jenisnya juga bertambah. Banyak pula pasien rumah sakit berusaha untuk mencari obat yang non medis yaitu dengan herbal. Dr. Zaidul Akbar memberikan konsep hidup sehat dengan menghindari makanan yang berasal dari tepung, minyak, gula pasir, susu. Beda lagi dengan Dewi Hughes yang semula 150 kg bisa turun 75 kg dalam waktu 10 bulan, dengan diet kenyang yang dijalani. Dari kebiasaan makan-makanan yang berkalori tinggi beralih mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, terbukti selain berat badannya bisa turun juga kesehatannya menjadi meningkat.

Ada seloroh orang yang peduli pada kesehatan, kebetulan dia berat badannya ideal, ada orang yang melakukan konsultasi padanya, bagaimana agar mempunyai berat badan yang ideal, bukankah tubuh yang gemuk itu adalah simbol suatu kemakmuran. Sehingga ketika ada dua orang yang baru turun dari mobil maka sepontan orang akan mengatakan bahwa bosnya adalah yang bertubuh gendut. Inilah sekilas suatu kisah sebelum orang tersebut membahas tentang program kesehatan yang telah dijalankan. Dia masih melanjutkan percakapan, sesungguhnya orang gendut itu ibarat orang kemana-mana membawa minyak dan gula. Bila minyak dan gula berlebihan di dalam tubuh maka tidak efektif dan tidak produktif. Kesehatan semakin menurun demikian pula kinerja, karena cepat lelah dan mengantuk.

Ada suatu pepatah mengatakan bahwa kesehatan itu bukan segala-galanya, tetapi bila tidak sehat segala-galanya tidak berarti. Kebutuhan hidup manusia meliputi sandang, pangan, papan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti kendaraan, perhiasan, pendidikan, kesehatan, hiburan dan masih ada kebutuhan-kebutuhan lain. Ada kebutuhan yang penting ada yang kurang penting, ada yang mendesak ada yang longgar, namun penempatan kadang yang tumpang tindih, yang tidak terlalu penting dan mendesak lalu didahulukan. Hal ini tidak lepas dari tuntutan dan dorongan hawa nafsu manusia.

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, dengan kondisi sehat maka akan bisa menikmati apapun yang dimiliki, rumah mewah, sofa, dipan, televise, hp, bahkan beraneka macam makanan dan minuman akan dapat dinikmati bila sehat. Bila sakit maka semua menjadi tidak enak, makan minum terasa tidak enak, seandainya merasakan enak namun ada pantangan untuk menyantap makan dan minuman tertentu. Untuk selanjutnya harus ditambah atau diganti dengan berenaka macam obat-obatan. Dapatkah menjadi solusi untuk meraih taraf kesehatan dan kehidupan yang lebih baik? Memang untuk obat-obtan farmasi modern memiliki khasiat yang mengagumkan dan memenuhi kebutuhan untuk kasus-kasus tertentu, namun obat-obatan tersebut mempunyai efek samping, karena kode genetis tubuh manusia tidak dirancang untuk sesuai dengan obat-obatan sintetis buatan manusia (Wijaya Danu, Sehat dengan pengobatan alami, Venus, Yogjakarta, 2009: 6). Manusia berasal dari alam maka disanalah alam menjadi sahabat, sahabat yang baik adalah yang mempunyai kepekaan bila temannya kurang baik. Maka alam telah menyediakan apapun yang menjadi kebutuhan hidup manusia.

Tubuh manusia sangat unik, setiap satu organ tubuh yang sakit maka akan merembet dan dirasakan oleh organ-organ yang lain. Karena itu kondisi organ tubuh manusia yang tidak sehat cara pengobatan dikembalikan kepada alam, karena itu banyak orang yang tertarik untuk menggunakan obat-obatan herbal, disamping harganya murah ternyata bahan-bahannya ada disekitar lingkungan hidup manusia. Pendekatan pengobatan secara holistik, bahwa dalam tubuh manusia mempunyai sistem harmoni yang selalu seimbang. Tidak berfungsinya salah satu organ tubuh manusia akan berpengaruh terhadap anggota tubuh yang lain. Bila anggota tubuh tidak mampu melakukan penyeimbangan kembali seperti keadaan semula, maka akan timbul suatu penyakit.

Penggunaan obat-obatan herbal sebenarnya sudah dikenalkan secara turun-menurun, pada zaman dahulu. Contoh pak tani yang sedang menyabit di sawah ternyata tangannya tergores oleh sabit, terluka dan berdarah. Maka obatnya adalah dengan daun lantoro, dikunyah atau ditumbuk terus ditempelkan pada luka, agar tidak lepas diikat dengan daun alang-alang. Ajaib ternyata lukanya cepat sembuh. Ada orang diare maka mengunyak daun jambu biji menjadi sembuh, anak kecil yang panas maka dikompres dengan daun dadap, perut melilit dengan menyeduh perasan kunyit, tubuh terasa demam maka merebus jahe, pagagan, hipertensi dengan banyak makan mentimun dan sebagainya. Inilah beberapa konsep penyembuhan penyakit tanpa obat

Pengobatan secara herbal memiliki bebarapa macam kelebihan diantaranya:
• Menggunakan bahan alamiah/ organic.
• Kandungannya lebih banyak diserap tubuh dari pada obat sintetis.
• Meningkatkan sistem imun.
• Holistis/ mengobati sumber penyakit.
• Minim efek samping bila digunakan dengan benar.
• Halal karena murni dari tumbuhan. (Putra Winkanda Satria, SEhat tanpa dokter dengan ramuan herbal, Citra Media, Yogyakarta, 2013:2).

Pengobatan dengan mengambil sari alam secara langsung tidak selamanya langsung menjadi sembuh, namun kadang harus melalui proses yang lama, karena itu diperlukan ketekunan, kesabaran, kedisiplinan. Demikian pula sistem imun pada masing-masing orang berbeda-beda, sehingga tingkat kebutuhannya juga berbeda-beda. Karena itu kadang cocok untuk seseorang tidak cocok untuk orang lain, keyakinan harus selalu dipupuk sebagai nutrisi untuk meraih kesembuhan.

4/11/2020

Jadwal dan Nuansa Ibadah pada Bulan Ramadhan di Tengah Wabah Corona


Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nantikan kedatangannya bagi setiap muslim, karena pada bulan itu Allah SWT membuka pintu rahmat, maghfirah dan harapan kelak dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Surganya Allah SWT. Keberkahan bulan Ramadhan juga dirasakan bagi orang-orang non muslim terutama di bidang perdagangan sandang, pangan dan kebutuhan-kebutuhan lain mengalami peningkatan. Bagi orang Islam mempunyai nilai yang lebih, disamping puasa adalah melaksanakan kewajiban, pada bulan itu Allah memberikan nilai tambah untuk setiap ibadah akan dilipatgandakan pahalanya bahkan akan ada ibadah pada malam hari yang pahalanya seperti orang beribadah seribu bulan, yang disebut lailatul qadar.

Nuansa menyambut bulan Ramadhan, hendaknya tetap dijalankan, dan mungkin persiapan kita akan terfokus pada upaya untuk menciptakan kebersihan rumah, lingkungan dan tempat ibadah. Sudah kita maklumi bahwa salah satu upaya pencegahan virus corona adalah dengan senantiasa menjaga kebersihan. Menyambut puasa Ramadhan dengan senang hati menjadi modal untuk dijauhkan dari api neraka, rasul pernah bersabda “barang siapa yang merasa senang akan datangnya bulan Ramadhan maka diharamkan jasadnya masuk ke neraka”. Sebelum memasuki bulan Ramadhan juga membuat suatu perencanaan dalam keluarga, jadwal kegiatan baik secara pribadi maupun yang berkaitan dengan seluruh anggota keluarga.

Nuansa Ramadhan
Ramadhan pada tahun-tahun yang lalu disambut dengan senang hati dengan melakukan berbagai macam kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu bisa berkaitan dengan ubudiyah maupun amaliyahnya.

  1. Kegiatan ubudiyah, adalah kegiatan yang bekaitan dengan proses menyambut bulan suci Ramadan, pelaksanaan ibadah puasa, pengelolaan zakat mal dan zakat fitrah dan pelaksanaan shalat Idul Fitri, karena itu kegiatan ubudiyah meliputi:
  • Melakukan kegiatan kebersihan tempat ibadah, hal yang sudah biasa dilaksanakan adalah membersihkan masjid, langgar dan musholla. Pengecatan, pembenahan lampu-lampu, pembenahan sound sistem, mencuci karpet.
  • Melakukan pencucian sarung, sajadah, mukena.
  • Menyiapkan tempat untuk tadarus Alquran berikut kitab suci Alquran, biasanya takmir masjid memantau ketersedian Alquran dengan kebutuhan, karena itu bila terdapat kekurangan maka akan diupayakan.
  • Membuat jadwal-jadwal kegiatan, meliputi jadwal petugas imam dan bilal shalat tarowih, jadwal kultum pada saat shalat tarowih, jadwal pengisi kuliah subuh, jadwal pengisi pesantren Ramadhan, jadwal petugas konsumsi.
  • Membuat rencana kegiatan buka bersama.
  • Membuat rencana pelaksanaan peringatan Nuzulul Qur’an.
  • Membuat rencana pengumpulan dan pendistribusian zakat fitrah dan zakat mal.
  • Membuat rencana pelaksanaan shalat Idul Fitri berikut petugas khatib dan imam shalat Idul Fitri.
  • Begitu masuk pada bulan Ramadhan, sering kali terjadi pasang surut jamaah shalat Tarowih, karena itu selaku takmir selalu memberikan motivasi pada jamaah agar lebih giat dalam melaksanakn shalat Tarowih, hal ini biasa disampaikan dengan cara melaksanakan kajian kitab, baik Alquran, hadits atau kitab-kitab para ulama’. Biasanya waktnya menyesuaikan bisa antara shalat Isa dan Tarowih, sesudah shalat tarowih, pada saat kuliah subuh, setelah shalat dhuhur, menjelang berbuka puasa. Begitulah kegiatan-kegiatan tahunan yang sudah dilakukan secara terus-menerus.
2.   Kegiatan muamalah, kegiatan ini dilakukan masih berhubungan dengan kegiatan puasa  Ramadhan, karena itu secara pribadi dan masing-masing keluarga juga berbenah untuk menyiapkan segala perlengkapan menyambut bulan Ramadhan dan juga Idul Fitri.


  • Kebutuhan sandang semakin meningkat, baik untuk kegiatan pada bulan Ramadhan atau setelah Ramadhan yaitu acara di bulan Syawal.
  • Kebutuhan pangan juga semakin meningkat, karena pada bulan Ramadhan menyediakan berbagai macam hidangan, demikian pula kebutuhan nutrisi juga lebih ditingkatkan. Karena untuk menjaga stamina selama sehari agar tetap sehat, kuat dan segar.
  • Menjelang akhhir bulan Ramdhan biasanya terjadi mudik, masyarakat yang bekerja atau mukim diluar kota atau luar negeri, ingin menikmati lebaran dikampung halaman bersama anggota keluarga dan masyarakat.


Begitulah bahwa setiap akan datang bulan Ramadhan selalu disambut dengan senang hati, bahkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan puasapun juga turut menyambut bulan suci Ramadhan. Karena itu pada bulan Ramadhan banyak rumah makan yang tutup pada waktu siang hari dan sore hingga malam dibuka. Sehingga banyak keluarga yang sedang berlibur ke luar kota atau keluarga yang ingin merasakan makan diluar rumah. Maka mereka datang ke rumah makan untuk makan bersama. Inilah diantara suka cita malaksanakan puasa Ramadhan.
Namun pada tahun 2020 atau pada Ramadhan 1441 H ibadaah yang demikian nampaknya tidak akan terlaksana, karena dunia sedang dilanda wabah Covid-19. Karena itu kegiatan apakah yang dapat dilakuan pada bulan Ramadhan nanti.

Ibadah puasa Ramadhan pada saat wabah corona.
Setiap ibadah tentu memmpunyai tuntuan syariatnya, ada inti ibadah ada fadhilah, ibadah merupakan wujud pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT. Sehingga ibadah akan berdampak bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain, bisa memberikan manfaat bagi orang lain, karena itu Rasullulah pernah bersabda, bahwa sebaik-baik orang adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Tentu ibadah pada saat terjadi wabah Covid-19 berbeda dengan ibadaah padaa tahun-tahun yang lalu, ibadah pada tahun ini lebih bernuansa pribadi dan keluarga saja. Ibadah yang bernuansa sosial dan berjamah tidak dilaksanakan, hal ini karena upaya untuk memwujudkan kemaslahan umat. Hal ini karena adanya himbau untuk melakukan social distancing. Dengan demikian shalat berjamaah di masjid/ langgar/ musholla untuk sementara untuk tidak dilaksanakan. Hal ini untuk shalat fardhu dan salat tarowih, bahkan untuk shalat Jum’at dan shalat Idul Fitri juga tidak dilaksanakan. Menteri agama RI telah memberikan tuntunan ibadah pada bulan Ramadhan yang tercantun dalam Surat Edaran nomor 6 tahun 2020.

Karena itu setiap keluarga hendaknya bisa menyesuaikan pelaksanaan ibadah dalam keluarga inti, untuk persiapan melaksanakan shalat tarowih tentu saja sama saja untuk dilaksanakan melalui bersih-bersih rumah dan lingkungannya, menyiapkan tempat jamaah shalat, menyiapkan perlengkapan shalat, karpet, sajadah, sarung, mukena, dan menyiapkan Alquran dan kitab-kitab untuk pendidikan dalam keluarga.

Untuk kegiatan buka puasa dan sahur akan dapat mewujudkan kebersamaan dalam keluarga, shalat tarowih dilanjutkan dengan tadarus Alquran hendaknya menjadi kebiasaan dalam keluarga. Waktu setelah makan sahur dan berbuka puasa menjadi waktu yang panjang bila tidak disertai dengan kegiatan. Disinilah tantangan bagi keluarga untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam nuansa ibadah. Hendaknya pada bulan Ramadhan nanti setiap pribadi mempunyai target-target yang akan diupayakan untuk dilaksanakan. Misalnya akan menghatamkan Alquran berapa kali, akan mengikuti kegiatan belajar bahasa Arab, bahasa Inggris, pelatihan baca kitab, kajian Islam yang dibimbing oleh salah satu anggota keluarga atau secara on line.

Jadwal kegiatan pada bulan Ramadhan dimulai dari sahur sampai berbuka puasa:

  1. Makan sahur bersama keluarga.
  2. Persiapan shalat Subuh berjamaah, dengan melaksanakan menggosok gigi dan berwudhu.
  3. Shalat subuh berjamaah dilanjutkan dengan tadarus Alquran, baca buku, mengikuti pelajaran baca kitab.
  4. Melaksanakan gerak badan, olah raga ringan, bisa jalan sehat.
  5. Mandi dilanjutkan dengan shalat dhuha.
  6. Melaksanakan aktifitas, bekerja, belajar hingga waktu dhuhur.
  7. Melaksanakan shalat dhuhur dilanjutkan dengan tadarus Alquran, membaca buku-buku, mengikuti kegiatan baca kitab, bahasa Arab.
  8. Melaksanakan shalat Ashar.
  9. Melaksanakan pelatihan bahasa Arab, baca kitab, baca buku.
  10. Buka puasa dilanjutkan dengan shalat maghrib.
  11. Shalat Isa dilanjutkan shalat tarowih
  12. Tadarus Alquran, baca buku-buku, kitab.
  13. Shalat Tahajud.


Demikian rangkaian ibadah puasa Ramadhan dalam kondisi sedang terkena wabah virus corona. Ibadah utamanya dilaksanakan secara berjamaah namun karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan dengan berjamaah. Dengan tidak dilaksanakan dengan berjamaah bukan berarti kemudian ibadahnya menjadi gugur, ibadah tetap wajib dilaksanakan namun dilaksanakan sendiri atau bersama dengan anggota keluarga. Terkecuali shalat Jum’at tidak dilaksanakan tetapi kemudian menegakkan shalat dhuhur. Shalat Idul Fitri tidak dilaksanakan karena akan terjadi interaksi social, tidak terlaksananya social distancing, sehingga akan sulit memutus rantai penularan virus corona. Demikian pula Shalat Idul Fitri sangat rentan terjadinya penularan, apalagi pertemuan dengan para pemudik yang susah terdeteksi sebagai ODP atau PDP.