3/30/2013

Kedudukan Wanita Dalam Islam


Islam sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita, bila didalam masyarakat pra Islam memandang kaum wanita adalah sebagai suatu barang yang tidak ada nilainya, sehingga kaum wanita boleh diperlakukan apa saja tergantung dari kaum pria. Hal ini nampak jelas bahwa sebelum nabi Muhammad lahir masyarakat Arab akan mengubur hidup-hidup setiap bayi perempuan yang lahir hal ini karena dipandang wanita tidak dapat membantu perang.

Negara-negara didunia memandang kaum wanita dalam bentuk yang berbeda-beda, seperti di Inggis berarti behind every successful man there is always a women, di Amerika istri yang dalam bahasa Inggris adalah wife namun diartikan washing, ironing, fun, entertainment, di Jawa sebagaimana dikatakan oleh budayawan Semarang Darmanto Jatman Asah-asah, umbah-umbah, lumah-lumah. Dan dikalangan masyarakat Jawa masih banyak istilah yang lain masak macak manak atau dapur sewur dan kasur.

Penghargaan Islam terhadap kaum wanita sebagaimana tersebut dalam hadits nabi:

اَلْمَرْأَةُ عِمَادُ الْبِلَادِ اِذَاصَلُحَتْ صَلُحَ الْبِلَادُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْبِلَادُ (حديث)


“ Wanita adalah tiang negara jika wanitanya baik maka baiklah negara, dan bila wanita buruk maka negara juga ikut buruk”.

Karena itu wanita yang paling berperan didalam kehidupan rumah tangga, karena dalam diri wanita mempunyai peran ganda dalam kehidupan rumah tangga, yaitu mengandung, melahirkan, mendidik, mengasuh dan membesarkan. Sehingga kedekatan seorang anak akan lebih dominan kepada seorang ibu, setiap perbuatan inipun akan dimintai pertanggungan jawab oleh Allah SWT.

Kedudukan kaum wanita:
1. Sebagai pendamping suami:

وَالْمَرْئَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِىَ مَسْؤُلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“ Dan istri adalah pengatur dalam rumah tangga suaminya, dan dia bertanggung jawab atas pengaturannya”. (HR. Buchari Muslim)

اِذَا صَلَتِ الْمَرْئَةُ خَمْسَهَا وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا وَاَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ اَيِّ اَبْوَابِ الْجَنَّةَ شَاءَتْ (رواه ابن حبان)
“ Apabila wanita itu melakukan shalat lima waktu dan bias menjaga kehormatan dirinya serta taat kepada suaminya. Maka dia dapat memasuki surga dari segala penjuru pintunya yang ia sukai”.

2. Sebagai ibu- penerus keturunan.
“ Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Al A’rof: 189)
اَلْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْدَمِ الْاُمَّهَاتِ (رواه مسلم)
“ Surga dibawah telapak kaki ibu”.

Dengan demikian Allah memberikan keutamaan ibu diatas  ayah, sebagaimana sabda ketika suatu saat sahabat bertanya kepada rasul tentang kepada siapa yang lebih utama untuk berbuat baik:

يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوْكَ

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?” “Ibumu”, jawab beliau. “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, jawab beliau. “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari Muslim)


Kisah wanita teladan
Rasulullah pernah memerintah kepada putrinya yang bernama Fatimah: Hai anakku,, apabila kamu ingin belajar menjadi ibu dan istri yang baik, datanglah kepada seorang ibu yang bernama Muthi’ah, tinggal di luar kota Madinah sebelah sana. Maka berangkatlah Fatimah yang disertai oleh putranya Hasan, sesampai dirumahnya, lalu mengucapkan salam dan mengetuk pintu. Pada waktu itu ibu Muthi’ah sedang sendirian dirumah, karena suaminya sedang bekerja, karena sedang sendirian maka Hasan tidak diperkenankan masuk dan disuruh menunggi diluar, menurut hadits nabi bahwa ketika isteri sedang sendirian dirumah, tidak boleh menerima tamu laki-laki.
Setelah Fatimah masuk dan dipersilahkan duduk maka, mengutarakan maksud kedatangannya yang disuruh oleh Rasulullah untuk belajar tentang kewanitaan. Ibu Muthi’ah heran dan tidak tahu hal apa yang harus disampaikan kepada isterinya, demikian pula Fatimah juiga heran karena yang dilihat tidak ada barang-barang yang istimewa. Siti Fatimah memperhatikan ruangan sekitar yang kemudian yang berhenti pada susut rungan yang terdapat tiga buah benda yang senantiasa terawatt dengan rapi. Ketiga benda itu adalah baskom yang berisi air bersih nan jernih, sebuah handuk kecil dan sebatang rotan, Fatimah merasa heran dan kemudian menanyakan ketiga benda itu. Fatimah heran dan menyakan kepadanya.
Ibu Muthi’ah menjelaskan, apabila suaminya pulang tentunya dengan muka yang kotor kena debu, kusut, penat dan letih. Dengan demikian maka aku membisakan mengelap muka dan badannya, agar terlihat bersih dan segar. Setelah itu dengan handuk saya keringkan dengan mengusap muka dan badan yang basah tadi. Fatimah faham dan emudian menaykan sebatang rotan tersebut. Kemudian dijelaskan apabila suami selesai dibilas muka dan badannya yang kotor lalu mandi. Setelah itu suaminya ditemani makan dari masakan yang tealh dimasaknya sendiri. Lalu saya berkata (kata ibu Muthi’ah) mengambil sebatang rotan rotan tersebut dan menyerahkan kepada suaminya seraya mengatakan, agar suaminya bersedia memukul dengan rotan tersebut bila dalam melayaniny kurang memuaskan.
Mendengar ucapan tersebut Fatimah kaget, lalu bertanya kembali: Apakah suaminya memukul atau tidak? Ibu Muthi’ah menjawab: suami saya tetap mengambil rotan tersebut, tetapi melemparkannya kesamping, lalu mendekati saya dengan penuh kasih sayang. Mendengar penuturan tersebut, akhirnya mengertilah Fatimah, sungguh tepat kata-kata Rasulullah yang menyuruh untuk belajar pada ibu Muthi’ah.

3/29/2013

Do'a Shalat Tahajjud


Shalat tahajjud adalah shalat yang dikerjakan pada malam hari setelah tidur. Hukumnya adalah sunnat muakkad, karena shalat tahajjud shalat yang utama setelah shalat fardhu. Jumlah rakaat yang pernah dilakukan Rasulullah SAW:
• Paling sedikit 2 rakaat.
• 10 rakaat ditambah 1 witir
• 8 rakaat ditambah 1 witir.
• 8 rakaat ditambah 3 witir.

Jadi setelah selesai shalat Tahajjud hendaknya diakhiri dengan shalat witir.

Waktu menegakkan shalat adalah:
• Sepertiga malam pertama (pukul 19.00 – 22.00)
• Sepertiga malam kedua (Pukul 22.00- 01.00)
• Sepertiga malam yang terakhir (pukul: 01.00) dan menjelang subuh.

أَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ, وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَائُكَ الْحَقُّ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ, اَللَّهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِى مَا قَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ مُؤَخِّرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اَنْتَ وَلَا حَوْلَا وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِا للهِ الْعَلِيَّ الْعَظِيْمِ.


Artinya:
Wahai Allah milik-Mulah segala puji, Engkau Penegak dan Pengurus langit dan bumi serta serta makhluk yang ada didalamnya. Milik-Mulah segala puji. Engkau Penguasa (Raja) langit dan bumi serta makhluk yang ada didalamnya. Milik-Mulah segala puji. Engkaulah cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada didalamnya. Milik-Mulah segala puji. Engkau yang hak (benar), janji-Mulah yang benar, pertemuan dengan-Mulah yang benar, perkataan-Mu benar, surga itu benar (ada), neraka itu benar (ada), para nabi itu benar, nabi Muhammad itu benar, dan hari Qiyamat itu benar (ada). Wahai Allah, hanya kepada-Mulah kami berserah diri, hanya kepada-Mulah kami beriman, hanya kepada-Mulah kami bertawakal, hanya kepada-Mulah aku kembali, hanya dengan-Mulah aku hadapi musuh-Ku, dan hanya kepada-Mulah aku berhukum. Oleh karena itu ampunilah segala dosaku yang telah aku lakukan dan yang (mungkin) aku lakukan, yang kurahasiakan dan yang kulakukan secara terang-terangan, dan dosa-dosa lainnya yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau yang maha terdahulu, dan Engkau yang maha terakhir.tak ada Tuhan selain Engkau, dan tak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha tinggi dan agung.

Selamat menegakkan shalat Tahajjud, nilai plus akan kembali pada dirinya sendiri.

3/28/2013

Curahan Nikmat Dengan Shalat


Shalat lima waktu adalah kewajiban pokok dalam Islam, sehingga termasuk dalam rukun Islam yang lima. Shalat akan menjadikan hidup semakin nikmat, tentram dan damai. Tentu saja shalat yang telah dilakukan sebagaimana Rasulullah SAW, bahwa beliau menjalankan shalat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Ternyata kunci syukur itulah Allah akan memberikan anugerah yang teramat banyak, dengan anugerah itu dengan petunjuk dan bimbingan Allah maka akan mendatangkan kenikmatan.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum Muslimin Jema’ah jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita senantiasa mengingatkan dan mengupayakan untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Dengan rasa khauf dan raja’ untuk memperoleh karunia-Nya sejak di dunia hingga di alam akherat nanti.
Rasulullah SAW sebagai panutan dan suri tauladan bagi kita sekalian, adalah pribadi yang paling tahu tentang ajaran Islam dan beliau yang senantiasa teguh dan konsisten didalam melaksanakan syari'at agama Islam. Tak heran bahwa suatu saat Siti Aisyah yang tidak lain adalah istrinya. Pernah menanyakan kepada Rasulullah, perihal mengapa beliau senantiasa teguh dalam menegakkan shalat malam:

كَانَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْمُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقُلْتُ لَهُ: لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَارَسُوْلَ اللهِ وَقَدْ غُفِرَلَكَ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَاتَاَخَّرَ؟ قَالَ: أَفَلَا أَكُوْنَ عَبْدًاشَكُوْرًا (متفق عليه)

“ Nabi SAW senantiasa mengerjakan shalat sunah pada waktu malam sehingga bengkak-bengkah dua mata kakinya, kemudian saya berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah kenapa tuan berbuat demikian padahaal semua dosa tuan baik yang telah lampau maupun yang akan datang sudah diampuni? Beliau menjawab “tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur” (HR. Buchari Muslim)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Karena sungguh besar faedah dan keuntungan yang akan diperoleh bagi orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah rahmat-Nya kepada mereka. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.
Mensyukuri nikmat Allah dilakukan dengan ucapan yang tulus, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridai-Nya. Syukur dengan lisan sangat mudah dilakukan namun kadang jarang dilakukan, karena itu biasakanlah setiap kita hendak melakukan kegiatan kita awali dengan mengucapkan “bismillahirrohanirrohim” dan bila telah berakhir mengucapkan Alhamdulillah.

Kaum muslimin jema’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin atau pun sengsara, bahkan sebaliknya rezekinya senantiasa bertambah dan kekayaannya makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat bertambah bahkan lekas menyusut. Dalam pada itu ia senantiasa dibenci dan dikutuki orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Kesyukuran yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersifat total semata-mata untuk mewujudkan penghambaan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu hendaknya menjadi pedoman kita sebagai umat nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman:

"Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An’am: 162-163)

Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada Muhammad SAW bagaimana seharusnya hidup dan kehidupan seseorang muslim di dalam dunia ini. Semua pekerjaan salat dan ibadah lainnya harus dilaksanakan dengan tekun sepenuh hati karena Allah, ikhlas dalam semua pekerjaan tanpa pamrih.
Shalat menjadi fondasi setiap amal ibadah dan perilaku manusia, Seorang muslim harus yakin kepada qodrat dan iradat Tuhan yang tidak ada sekutu-Nya. Tuhanlah yang menentukan hidup mati seseorang. Oleh karena itu seorang muslim tidak perlu takut mati dalam berjihad di jalan Allah dan tidak perlu takut hilang kedudukan dalam menyampaikan dakwah Islam, amar makruf nahi mungkar.
Allah SWT melalui syari’atnya yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW telah mewajibakan shalat fardhu lima waktu dalam sehari semalam. Jadilah pribadi muslim yang belum merasa cukup dengan lima waktu, sehingga muncul dorongan untuk menegakkan shalat -shalat sunnah. Karena susungguhnya shalat sunnah dapat menjadi penyempurna bagi shalat lima waktu. Karena bagaimanakah akan memperoleh derajat shalat yang khusuk, bila sudah merasa cukup dengan shalat lima waktu. Karena itu insya-Allah dengan meningkatkan kwantitas shalat maka akan mengarah pada kualitas shalat, yang endingnya dengan shalat dapat menuntun pribadi muslim sehingga dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.

Kaum muslimin jema’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Perlu kita perhatikan bersama, bahwa segala bentuk ibadah yang dilakukan sebagai tumpahan rasa syukur kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan keberkahan yang melimpah. Karena susungguhnya walaupun seluruh hidup dipergunakan untuk beribadah belumlah sebanding dengan kenikmatan yang di berikan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrahim: 34)

Amatlah banyak nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, jika ada yang ingin menghitungnya tentu tidak akan sanggup menghitungnya. Karena itu hendaknya setiap manusia mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT, dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan tidak melakukan hal-hal yang menjadi larangan-Nya.
Dengan mensyukuri segala pemberian Allah, dan menjadikan ibadah sebagai wujud dari rasa syukur, insya-Allah akan diberikan balasan oleh Allah dengan yang lebih baik dari yang kita lakukan. Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing kita, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.