7/20/2015

Beragama Itu Dari Hati Dan Akan Kembali Ke Hati



Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati. Dari mana datangnya iman? Dari hati lalu diucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Rasulullah SAW pernah bersabda:

لَيْسَ الْاِيْمَانُ بِالتَّمَنِّى وَلَا بِالتَّحَلِّى وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِى القَلْبِ وَصَدَّقَهُ الْعَمَلُ (رواهابن النجاروالديلمي

“Iman itu bukan hanya sebagai pengharapan (cita- cita) dan perhiasan (dibibir), akan tetapi sesuatu yang bertempat di hati dan dilaksanakan dengan amal ibadah”.(HR. Ibnu Najar lan Dailami)

Dari mana hati memperoleh kemantapan tentang iman? Tidak bisa dipungkiri bahwa iman akan terbentuk dari lingkungan, dimana bayi yang dilahirkan pada keluarga muslim maka dia akan mempunyai kecenderungan beragama Islam. Demikian pula yang beragama selain Islam maka akan beragama menurut agama yng dianut oleh keluargannya, hal ini akan diperteguh dengan proses pendidikan dan pelatihan yang dilakukan olehg dilakukan oleh keluarga.

Dalam perkembangan selanjutnya setelah dewasa ternyata dapat menemukan keyakinan baru setelah melakukan pengamatan, penelitian bahkan kadang melalui proses perenungan. Sehinga pada golongan ini akan mempunyai keyakinan yang mantap di banding kelompok pertama karena keturunan. Dimana ketika dihadapkan dengan suatu masalah dia akan menjawab dengan argummentasi yang kuat dan bersifat integral, bukan dengan dalih “pokoke (jawa), yang penting atau pokoknya. Diperkuat dengan pengalaman spiritual yang pernah dialami, sehingga ketika menghadapi suatu masalah dia merasa selalu dibimbing oleh suatu bisikan halus. Sehingga keyakinannya itu tidak akan mudah tergoyahkan oleh suatu kondisi dan situasi.

Pada suatu saat Rasulullah SAW diberikan pendidikan dan pengajaran Allah melalui perantaraan Malaikat Jibril:

Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi  wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)

Esensi agama Islam adalah mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai pangkal dari setiap ibadah. Karena menegakkan shalat, membayar zakat, melaksanakan puasa, melaksanakan haji adalah perujung pangkal karena beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari Qiyamat, dan iman terhadap qadha dan qadarnya Allah SAW. Demikian pula amal ibadah yang lainnnya yaitu segala ibadah ghairu maghdhah. Keteguhan dan semangat dalam menjalankan perintah Allah akan meningkat menjadi kecintaan kepada Allah. Hal ini tidak lain karena talah menemukan pengalaman spiritual sendiri-sendiri. Misalnya ketika belum menegakkan shalat maka merasa ada sesuatu yang tertinggal, dan setelah menegakkan shalat merasakan kesejukan, ketenangan, kedamaian bahkan merasakan mendapatkan kekuata baru. Demikian pula setelah membayar zakat, mengeluarkan infaq dan shadaqah merasakan semakin dilapangkan rizkinya. Rizki dalam pengertian bahwa segala pemberian Allah baik berupa umur, kesehatan, kesempatan, harta, pangkat dan jabatan adalah merupakan rizki Allah.

Menunaikan puasa Ramadhanpun berdampak dapat membentuk pribadi yang sabar, ikhlas, jujur, tawakal kepada Allah. Dan karena kerinduan terhadap bulan Ramadhan, dirinya ikhlas menahan untuk tidak makan, minum dan tidak melakukan hubungan seks suami istri pada siang hari yaitu setelah berbuka pada tanggal satu Syawal kemudian dilanjutkan puasa tanggal 2-7 Syawal. Mengapa dia berpuasa, tidak lain karena merasakan sesuatu ketika menjlankan puasa Syawal. Hl ini akan dirasakan oleh orang-orang yang berpuasa. Hatinya merasakan suatu ketenangan, karena itu ibadah yang dilandasi dengan hati maka akan kembali kepada hati.

Setiap perintah Allah bila dijalankan dengan istiqomah, sehingga akan meningkat kualitasnya niscaya akan membawa parubahan pada sikap mental dan perbuatan yang lebih baik, bahkan Allah akan mendatangkan keberkahan. Dengan keberkahan ini hidupnya akan lebih bermakna, merasa diberi kecukupan oleh Allah, hidup terasa tenang, damai dan selalu merasa optimis.