2/25/2015

Perbedaan Nasib Orang Mukmin dan Kafir di Akhirat



Mukmin dan kafir adalah dua karakter manusia yang berbeda, mukmin adalah salah satu karakter hamba Allah yang senantiasa taat terhadap perintah Allah, adanya perintah dan larangan-Nya selalu diperhatikan. Bahkan tidak mau mencampurbaurkan antara perbuatan keji dan munkar. Karena sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang yang batil itu sudah jelas , mengapa harus mencampurkannya? Karena sesungguhnya setiap kebaikan bila bercampur dengan kebatilan maka akan menjadi amal yang rusak. Contoh adalah menegakkan shalat adalah kewajiban, dan orang yang menegakkan adalah wujud pribadi mukmin yang sesungguhnya, namun ketika niat melaksanakan shalat bukan karena Allah, tetapi karena ingin dipuji, ingin nampak sebagai pribadi yang alim maka ibadah tersebut menjadi rusak karena tercampur dengan perbuatan riya’ dan riya’ adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT, karena riya’ merupakan syirik yang kecil .

Orang yang mukmin selalu berhati-hati dalam bertutur kata, bersikap dan beramal ibadah. Orang mukmin ingin selalu menyucikan hatinya, orang mukmin senantiasa menyadari bahwa dalam setiap saat dirinya tidak bisa lepas dari perbuatan dosa, sehingga lisannya senantiasa mengucapkan istighfar memohon ampun kepada Allah, maka orang mukmin ketika telah selesai menegakkan shalat, setelah mengucapkan salam maka dirinya tidak lupa untuk membaca istighfar.

Dari karakter pribadi orang mukmin ini berbeda dengan orang kafir, karena dia senantiasa meniadakan setiap amal baik, bahan orang kafir tidak meyakini adanya Allah. Karena itu tidak ada perintah dan larangan Allah, segala perbuatannya dilandasi karena kemauan dirinya sendiri, mereka sering mencampurkan antara kebatilan dengan kebenaran. Karena itu hatinya menjadi keruh. Jika didalam hidupnya memperoleh kemuliaan, keberkahan mereka mengatakan bahwa semua itu karena daya upaya yang dimilikinya, mereka tidak menyadari bahwa semua itu berasal dari Allah dan Allah hanya menguji kepada mereka, sejauhmana ujian yang berupa kenikmatan itu dapat menggerakkan hatinya untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Namun karena keimanan itu adalah merupakan hidayah Allah , dan Allah memberikan hidayah kepada orang-orang yang dikehendaki. Siapapun yang telah diberi pertunjuk oleh Allah maka tak seorangpun yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang dapat memberikan petunjuk (menjadikan dirinya beriman). Karena itu pernah pada suatu saat Rasulullah SWT berkeluh- kesah terhadap penduduk Mekah yang kafir, musyrik dan tidak mau mengikuti ajakan-Nya. Sehingga Allah SWT kemudian mengingatkan pada Rasulullah bahwa dirinya hanya bertugas untuk menyampaikan dan mengajak untuk menegakkan perintah Allah SWT, jika mereka mau mengikuti berarti telah terbuka hatinya karena hidayah Allah. Namun bila hatinya tertutup maka sesungguhnya pintu tobat yang terbuka namun hatinya belum mau kembali kepada Allah. Karena itu mereka tinggal menunggu azab dari Allah SWT.

Dari dua karakter yang berbeda ini, maka di dalam kehidupan dunia, orang mukmin selalu berpandangan dan berkeyakinan bahwa kehidupan dunia adalah ladang untuk beramal beribadah, dunia adalah tempatnya menanam, dunia diibaratkan seperti panggung sandiwara, dunia hanyalah sendau gurau dan main-main belaka. Sedangkan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang akan dirasakan sebagai kenikmatan, karena amal ibadah yang telah dilakukan. Di akhirat tidak ada kedustaan, setiap manusia akan merasakan amal ibadah yang telah dilakukan. Amal baik akan memperoleh balasan berupa surga dan amal buruk akan mendapat balasan berupa siksa Allah SWT. Orang mukmin senantiasa akan menantikan kehidupan abadi yang penuh dengan kenikmatan. Sebaliknya bagi orang-orang kafir memandang bahwa dunia adalah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan akhirat hanyalah khayalan belaka.

Dua karakter yang berbeda ini kelak pada hari qiyamat Allah akan membuktikan ayat-ayat-Nya kepada seluruh hamba-Nya. Pada awal balasan-Nya, Allah akan menampakkan pada muka mereka dengan rupa yang berbeda. Sebagaimana di dunia, bahwa orang-orang yang beriman ditunjukkan pada wajah mereka bekas sujud, sehingga wajahnya nampak berseri-seri.


“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al Fath: 29)

Demikian pula di akhirat kelak Allah akan menampakkan muka orang mukmin dengan wajah putih bersih dan berseri-seri, sedangkan orang-orang kafir muka mereka akan menjadi warna hitam, kelam dan menakutkan. Allah SWT berfirman didalam Alquran surat Ali Imran ayat 106-109:


“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".

Tabyadl dla dari fiil mudhari’ ibyadda dan masdarnya ibyidladlan atau bayadlan, artinya mejadi putih. Warna putih adalah warna yang palaing utama menurut orang Arab, maka segala keutamaan dan kemuliaan diapresiasikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswad asal kata as-sawad artinya warna hitam lawan kata putih.

Bila putih adalah simbol kebahagiaan maka warna hitam adalah simbol kedukaan, kesedihan, murung dan duka cita.


“Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya”.

Adapun orang-orang mukmin berada dalam rahmat Allah SWT yaitu surga yang penuh dengan nikmat dan kesenangan sehingga, nampak tanda-tanda kebahagiaan pada muka putih bersih dan berseri-seri.



“ Itulah ayat-ayat Allah, kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya”.

Itulah ayat-ayat Allah yang telah dibacakan dengan benar dan setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan tingkah lakunya di dunia. Dan Allah sekali-kali tidak akan menganiaya hambanya sebab Dia Maha Kaya dan Maha Adil, dapat melaksanakan segala kehendak tanpa tergantung kepada siapapun.


“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan”. (QS. Ali Imran: 106-109)

Seluruh benda langit, baik dari kategori planet dan bintang-bintang yang jumlahnya sangat banyak adalah milik Alllah. Dan Allah mempunyai wewenang untuk mengatur segala isinya dengan kebijaksanaan tanpa harus mempertanggungjawabkan kepada siapapun karena Dialah Maha Pencipta alam semesta dan kepadanya pula segala urusan akan dikembalikan.

Allah SWT memberikan keleluasaan untuk mengatur dan menggunakan seluruh sumber daya alam untuk kesejahteraan hidup. Hal ini karena Allah telah memberikan amanat kepada manusia sebagi khalifah di muka bumi. Namun dengan keleluasaan ini, hendaknya manusia tetap berpedoman pada ayat-ayat Allah. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan, jauhkan dari sikap mengekploitasi sumber daya alam yang akhirnya akan membawa sengasara dan mara bahaya, bahkan akan menimbulkan musibah dan bencana yang lebih besar dari hasil yang didapatkan.

Disamping itu sember daya alam dapat digunakan sebagai sarana untukmendekatkan diri kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam wujud yang paling sempurna. Allah menciptakan manusia dan telah menyediakan segala yang dibutuhkannya. Karea itu segala yang diperbuat kelak akan dimintai pertanggungjawaban, manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Allah akan memberikan balasan atas segala perbuatannya. Baik buruk, senang susah tergantung pada dirinya sendiri.