5/10/2020

Lalai Sebabkan Celaka dan Masuk Neraka



Lalai atau teledor adalah salah satu perilaku yang tidak baik. Perilaku tersebut bisa merugikan bagi diri sendiri dan juga orang lain. Lalai dari tugas, lalai dari tanggung jawab. Lalai dari tugas akan merugikan dirinya sendiri, tugas adalah amanah, kewajiban yang harus dilaksanakan. Cepat atau lambat harus diselesaikan. Bila tidak diselesaikan maka akan ditanyakan oleh yang memberi tugas. Setiap tugas tentu ada date linenya, kapan harus diselesaikan.

Untuk menyelesaikan tugas ini biasanya berdalih besok-besok saja kalau sudah ada waktu luang, besok-besok saja karena masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan. Keadaan ini yang membuat terkadang tugas semakin menumpuk, tugas yang ringan dan yang berat, yang mendesak diselesaikan atau yang lama menjadi menjadi tugas-tugas menumpuk yang tidak terselesaikan .

Makin cepat semakin baik
Sesungguhnya tugas-tugas bila diklasifikasikan menjadi:

  1. Tugas ringan akan terasa ringan bila segera diselesaikan dan menjadi berat bila ditunda-tunda untuk penyelesaiannya.
  2. Tugas berat akan menjadi ringan bila dilaksanakan step by step, pada dasarnya tidak ada tugas yang berat bila segera dilaksanakan.
  3. Tugas yang mudah akan semakin mudah bila segera diselesaikan dan tidak akan mempersulit.
  4. Tugas yang sulit akan berubah menjadi mudah bila selalu beruapaya, sesungguhnya sulit karena belummengerti cara penyelesaiannya.
  5. Tugas yang bersifat mendesak akan dapat diselesaikan bila dihadapi dengan sikap tenang.
  6. Tugas-tugas rutin akan membantu menyelesaikan, sikap istiqomah, ulet dan sabar, karena itu tugas rutin agar dijaga kontinuitasnya.


Akibat sifat lalai
Setiap perbuatan dan sktifitas pasti ada akibatnya, demikian pula sikap lalai berakibat:
  1. Pekerjaan kadang tidak bisa diselesaikan dengan tuntas dan baik, karena setiap tugas dan pekerjaan harus diselesaikan dengan rasa senang dan tenang. Dengan demikian akan memunculkan inspirasi, inovasi dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas.
  2. Lalai akan merasakan siksa neraka, ada orang yang ingin merasakan siksa api neraka, maka jadilah orang yang lalai. Setiap tugas, tanggungjawab menuntut penyelesaian dengan tenaga, pikiran dan uang. Tenaga yang ada pada diri sendiri mempunyai kapasitas kemampuan. Bila masih di ambang batas maka akan merasakan kenyamanan, namun bila sudah melampaui ambang batas akan menjadi perilaku memforsir diri, tenaganya dipaksakan sehingga akan mengganggu metabolisme organ tubuh. Memforsir akan menyebabkan kurang nafsu makan, sehingga pekerjaan yang seharusnya ditopang dengan nutrisi yang cukup tapi justru mengalami kekurangan asupan nutrisi. 
  3. Untuk menyelesaikan tugas dengan tenaga dan fikiran yang melibatkan orang lain, perlu disadari bahwa orang lain juga mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan sendiri, sehingga tenaga dan fikiran bantuan orang lain bisa memberikan kontribusi menyelesaikan masalah sesuai dengan kehendaknya, namun bisa tidak sesuai dengan harapannya. Akibatnya penyelesaian masalah justru akan terkatung-katung bukan menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah.
  4. Menyelesaikan tugas karena lalai membuat tubuh terasa remuk, untuk duduk tidak enak tidur tidak nyaman karena itu akibat dari menumpuk pekerjaan yang menyebabkan terforsir nya tenaga dan pikiran. Sesungguhnya berat dan ringannya siksa neraka karena akumulasi dari dosa -dosa yang dilakukan, setiap orang setiap saat berpotensi untuk melakukan dosa. Dosa-dosa yang menumpuk akan memperberat sisksaan, karena itu untuk menguranginya dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, bertobat kepada Allah dan juga memperbanyak istighfar.
  5. Dari aspek humanisme lalai akan menyebabkan hubungan disharmoni karena tugas yang diamanatkan seakan tidak dihiraukan, pemeri tugas akan merasa dilecehkan.
  6. Menyebabkan carut-marutnya interaksi sosial, karena pikiran kusut, hati yang tidak tenang akan berpengaruh terhadap perilaku. Perilaku aneh interaksi social akan terganggu.
  7. Dari aspek religi atau keagamaan bahwa lalai akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang celaka.
Karena itu tidak ada pilihan “tinggalkanlah perilaku lalai dan segera beranjak untuk menyelesaikan tugas” agar segera beranjak pada kegiatan yang lain. “ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al Insyirah: 7). Tak lupa, untuk bersikaplah optimis bahwa setiap tugas pasti bisa dilaksanakan karena “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. “ (QS. Albaqarah: 286)

Sebagai penguat menyelesaikan tugas, mintalah pertolongan kepada Allah, dengan doa sebagai berikut:

  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
  • Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
  • Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.




5/08/2020

Pentingnya Memaknai Waktu



Pentingnya Memaknai Waktu

Manusia hidup selalu beriiringan dengan waktu, dengan waktu maka akan berganti detik menjadi menit, menit menjadi jam, jam menjadi hari, hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan bulan menjadi tahun. Dan dari tahun itu usia manusia semakin bertambah namun umurnya semakin berkurang.

Manusia hidup tidak bisa dilepaskan dari waktu,1) Waktu kemarin adalah waktu yang tidak akan bisa kembali lagi, 2)Waktu sekarang adalah waktu yang yang sedang kita lakukan 3) Waktu yang akan datang adalah waktu yang yang masih dalam perencanaan, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada waktu yang akan datang. Waktu sangat penting bagi manusia, karena itu jangan sia-siakan waktu. Waktu bisa membuat orang menjadi bahagia, waktu bisa membuat orang menjadi sengsara, waktu bisa membuat orang menjadi lebih optimis, karena itu pergunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya.

Banyak oang yang menyikapi waktu dengan hati-hati, artinya bahwa tiada waktu berlalu tanpa suatu aktivitas, tanpa suatu kegiatan. Betapa bermaknanya waktu:
• Waktu setahun pada siswa yang gagal menempuh ujian.
• Waktu sebulan pada ibu yang melahirkan bayi prematur.
• Waktu seminggu pada editor majalah mingguan.
• Waktu sehari pada pekerja harian.
• Waktu 1 jam pada seorang yang sedang menunggu.
• Waktu 1 menit pada orang yang tertinggal pesawat/ kereta api.
• Waktu 1 detik pada orang yang selamat dari kecelakaan.
• Waktu 1 mili detik pada pelari yang memproleh medali perak pada olyimpiade

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengingatkan:


“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al Ashr: 1-3)

Dari ayat Alquran ini disebutkan, secara umum manusia hidup dalam kondisi merugi, namun Allah mentahsis, memberikan kekhususan kepada orang-orang yang beriman, beramal shalih dan senantiada berwasiat dalam amal yang haq dan sabar.

Karena itu iman tidak akan sempurna kecuali dengan amal shalih, dan setiap amal shalih tentu memperjuangkan dan melaksanakan yang haq yang benar dari Allah. Dan setiap menjalankan perintah Allah, menjalankan yang haq dan benar tentu diiringi dengan sikap sabar. Dengan sabar maka amal shalih akan dapat dilaksanakan dengan sempurna.

Karena sesungguhnya sabar berada pada kondisi ketika menghadapi musibah dan bencana, sabar ketika menjalankan perintah Allah dan sabar ketika meninggalkan larangan Allah. Ketika menghadapi musibah putus asdan bencana senantiasa sabar maka akan menjadi orang yang beruntung, namun ketika menghadapi musibah dan bencana menjadi putus asa, tidak ada semangat dan motivasi maka jadilah ia orang yang rugi.

Demikian pula ketika menjalankan perintah Allah bersabar maka akan menjadi orang yang beruntung karena keberkahan Allah akan dilimpahkan kepada-Nya. Dengan berkah maka akan menjadi hamba Allah yang bahagia, bahkan akan diberikan kesejahteraan yang melimpah.
Ketika meninggakan larangan Allah bersabar maka Allah juga akan menjadikan pribadi yang beruntung, karena larangan Allah memang harus ditinggalkan. Meninggalkan larangan Allah memerlukan kesabaran. Larangan Allah adalah suatu yang dibenci Allah, maka meninggalkan larangan Allah artinya meninggalkan sesuatu yang dibenci Allah maka akan menjadi pribadi yang dicintai Allah.

Allah memberikan waktu 24 jam dalam waktu sehari, waktu 24 jam ini ternyata ada yang bisa memanfaatkan sehingga bisa menghasilkan nilai yang luar biasa, bisa berwujud uang dan harta benda dan kekayaan. Semua bisa diraih ketika kita bisa memanfaatkan waktu, tetapi ada lagi orang yang sama sekali tidak memperdulikan waktu, hari-hari selalu di jalani apa adanya, tidak pernah ada perencanaan, tidak pernah ada usaha, maka orang yang demikian ini juga akan merasakan akibatnya karena tidak bisa memanfaatkan waktu. Dilihat dari sisi kehidupan dunia sangat susah untuk bisa meningkatkan derajat kehidupan bagi dirinya.

Pengelolaan waktu sangat penting, sangat rugi kalau kita itu tidak bisa memanfaatkan waktu, waktu yang sudah berlalu tidak akan bisa kembali lagi. Bila waktu yang sudah berlalu berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan maka akan menjadi penyesalan. Kalau waktu yang sudah lalu itu adalah sesuatu yang menggembirakan maka itu akan menjadi suatu kenangan yang bisa membuat dirinya itu bahagia atau bisa membahagiakan orang lain.

5/06/2020

Berfikir Positif Kunci Sukses Hindari Keburukan



Tahun ini dunia sedang mendapat musibah dan bencana yaitu pandemi virus corona atau Covid- 19, Indonesia juga tidak lepas dari pandemic. Karena itu dengan adanya musibah tersebut banyak sekali rencana manusia yang kemudian tertunda, banyak sekali kegiatan yang tidak bisa terlaksana. Hal ini meliputi seluruh lingkup kehidupan manusia, dari sektor ekonomi, bisnis social, politik, keamanan, semuanya terpengaruh pandemic Covid 19. Karena itu dengan adanya musibah yang demikian ini ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan himbauan kepada masyarakat agar melakukan kegiatan sosial distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebagaimana dalam Permenkes nomor 9 tahun 2020 tentang Pedoman PSPB dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Kemudian ada negara yang juga melaksanakan Lockdown.

Kondisi demikian ini, maka seluruh kegiatan, aktivitas manusia yang kaitannya dengan aktivitas fisik keluar rumah, berkumpul, melakukan kegiatan pertemuan-pertemuan, hendaknya dihindari, karena akan bisa menyebarkan rantai penyebaran virus corona. Maka diharapkan kesadaran semua warga masyarakat untuk melaksanakan himbauan dari pemerintah, namun ada beberapa hal yang memang tidak bisa terlaksana karena ternyata Ramadhan itu juga sudah menjadi kebiasaan rutin bagi masyarakat, adalah waktunya untuk berbelanja, berniaga, berkumpul.

Adanya himbauan dari pemerintah untuk membatasi pertemuan, ternyata di pasar-pasar juga masih banyak orang, berseliweran berbelanja, demikian juga di perjalanan juga masih banyak. Mereka beralasan bahwa hidup mereka ditopang dari kegiatan itu, kalau tidak melakukan kegiatan berdagang, tidak melakukan pertemuan dengan orang lain, maka akan makan apa? Yang terjadi adalah kekurangan pangan. akhirnya banyak orang yang mengeluh karena keuangan sudah mepet, tabungan berkurang, tidak ada penghasilan, maka dengan kondisi ini, muncul kreatifitas untk membuat lagu, menyusun kata-kata, membuat video youtube yang mengungkapkan perasaan yang negative, misalnya kantong kosong, dompet sudah habis, mau makan apa?

Dalam kondisi apapun hendaknya selalu berpikir yang positif demikian juga kita sekalian berperasaan yang positif. Hindari hal-hal yang sifatnya negatif karena apa yang kita pikirkan apa yang kita rasakan itu nanti akan menjadi kekuatan doa. Pernah Sering terjadi, ketika musim hujan ada orang tua yang melihat anak kecil berlari-lari di tanah yang habis kena air hujan yang licin, orang tua menegur kepada ada anak-anak. Hei nak, kamu jangan berlarian ke situ nanti kamu akan jatuh! Ternyata menunggu lama anak itu ternyata terpeleset kemudian jatuh. Padahal maksud dari orang tua ini adalah memberikan peringatan, memberikan himbauan agar anak itu tidak berlari-larian di saat hujan. Ada lagi orang tua yang memberikan peringatan kepada anak-anaknya yang dengan memanjat pohon. Orang tua mengatakan, kamu jangan panjat pohon itu nanti jatuh! Tidak menunggu lama anak pun jatuh. Apakah orang tua ini menghendaki anaknya itu terpeleset, apakah menghendaki anaknya itu jatuh? Tentu saja tidak, yang dikehendaki adalah agar selamat agar terhindar dari musibah bencana tapi yang terjadi adalah ternyata terpeleset dan juga jatuh inilah bahwa ucapan itu sesungguhnya bisa menjadi doa karena itu berhati-hati sekalian kita berdoa.

Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas menyatakan bahwa untuk merubah kondisi dari yang tidak baik menjadi baik, maka biasakan untuk positive thinking bahkan positive feeling. Positif feeling itu lebih kuat, karena perasaan itu sumbernya dari mana dari dalam hati. Ketika hati itu sudah mempunyai perasaan yang positif, maka dia pun itu akan bisa menjadi sesuatu yang terwujud karena itu berpikirlah yang positif kemudian berperasaan lah yang positif Insya Allah itu akan menjadi kekuatan doa. Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

"Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari."(HR. Buchari: 6856)

Dari hadits tersebut dapat diambil hikmahnya:

  1. Allah mengikuti apa yang menjadi persangkaan hambanya, bila hambanya berprasangka baik maka Allah akan memberikan harapan yang baik, sebaiknya bila hambanya berprasangka yang buruk maka Allah juga akan memberikan sesuatu yang tidak diharapkan. Maka sesungguhnya kata-kata, ucapan berpengaruh terhadap kenyataan, Allah mengetahui yang lahir dan yang batin, dalam angan-angan atau dalam bentuk keluh kesah sudah diketahui Allah. Karena itu disaat sedang mengalami musibah, tetaplah berprasangka yang baik, segala bentuk kekurangan apapun hendaknya terima dengan ikhlas dan berharap untuk diberikan kemudahan.
  2. Allah akan mengingat kepada hamba-Nya ketika hamba-Nya dalam suatu perkumpulan . Dalam suatu perkumpulan biasanya orang bisa lalai terhadap Allah, terutama kalau perkumpulan itu yang bersifat plural, perkumpulan yang tidak membatasi aspek agama, keyakinan, budaya, kegiatan yang berbeda, kadangkala orang hanyut dengan kondisi di lingkungan itu. Ketika pertemuan dalam kondisi apapun, dimanapun, dalam komunitas muslim atau non muslim dalam kondisi bahagia atau dalam kondisi yang tidak bahagia selalu ingat kepada Allah, maka Allah pun juga akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari apa yang diingatkan kepada Allah.
  3. Allah akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang sudah kita lakukan karena apa? Ketika hamba-Nya itu memohon kepada Allah sejengkal maka Allah akan memberikan balasan sehasta, bila Allah hamba-Nya atau mendekat kepada Allah sehasta maka Allah akan memberikan balasan sedepa, bila hamba-Nya mendekat kepada Allah dengan cara berjalan, maka Allah akan mendekat kepada hamba-Nya secara berlari. Inilah bahwa balasan yang akan diberikan Allah jauh lebih baik daripada yang dilakukan hamba-Nya. Karena itu dalam kondisi wabah ini, hendaknya selalu berpikir yang positif, berperasaan yang positif bahwa ini semuanya adalah dari Allah dan Allah yang akan bisa menghilangkannya.

5/05/2020

Sebaik-Baik dan Seburuk-Buruk Manusia, Perenungan Terhadap Umur



Allah menciptakan makhluk, ada manusia hewan, tumbuhan dan juga ada makhluk lain yang tidak nampak seperti golongan malaikat dan jin. Dari makhluk ciptaan Allah ini, siapakah makhluk yang paling sempurna? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS. 95: 4). Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna, karena manusia mempunyai dua dimensi yaitu dimensi lahir dan dimensi batin. Manusia berbeda dengan golongan hewan, manusia berjalan dengan dua kaki ternyata manusia bisa berjalan melebihi kecepatan melebihi kecepatan seekor kijang, manusia tidak mempunyai taring tetapi manusia mempunyai kekuatan untuk mengalahkan harimau, manusia tidak mempunyai sayap tetapi manusia bisa melintas di udara melebihi kecepatan burung, manusia tidak tidak mempunyai mata yang tajam tetapi penglihatannya bisa melebihi pandangan burung elang, manusia tidak mempunyai pendengaran infrasonik seperti jengkerik tetapi manusia bisa mendengarkan suara yang sangat lembut.

Mengapa ini semuanya bisa dilampaui oleh manusia, tidak lain karena manusia diberikan akal yang sempurna oleh Allah, disamping itu manusia juga diberikan hati untuk merenungkan kebesaran Allah, manusia juga diberikan nafsu seperti hewan sehingga manusia bisa melanjutkan keturunan, bisa melakukan aktivitas dan sebagainya. Manusia diberikan panca indra yang sempurna, manusia diberikan agama untuk mewujudkan kesempurnaan hidup sebagai pedoman hidup di dunia untuk mencapai keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, bahagia di dunia dan akhrat kelak.

Tetapi dengan kesempurnaan ini, manusia juga diberikan nafsu, bahkan hawa nafsu, sehingga dengan hawa nafsu itulah kesempurnaan manusia kadang menjadi ternoda. Hati manusia menjadi keruh, pikiran manusia tidak teratur, sehingga perbuatannya akan melenceng dari ketentuan syariat Allah, karena itu sebaik-baik manusia adalah yang selalu merenungi kebesaran Allah, mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya, karena itu menyadari bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan kemanfaatan bagi yang lainnya. Untuk selanjutnya setelah menyadari tentang nikmat yang diberikan oleh Allah, lalu mensyukuri nikmat panjang umur yang telah diberikan. Hidup itu adalah merupakan kepastian, perbuatan baik dan buruk adalah suatu pilihan, Rasulullah Muhammad SAW, pernah mengatakan bersabda:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ


Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang ya ng panjang umurnya dan baik amalnya." Ia bertanya: Lalu siapa orang yang terburuk itu? Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya. (HR. Tirmidzi: 2252, Ahmad: 19519)

Kadangkala kita tidak pernah merenungkan bahwa usia yang yang sudah dijalani dengan yang belum dijalani ternyata sudah banyak yang dijalani, tetapi pikiran dan perasaan seakan-akan kita masih akan hidup seribu tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian soal perbuatan baik atau buruk itu kadangkala tidak dipertimbangkan. Untuk melakukan perbuatan baik hanya sekedarnya saja atau mengikuti naluri saja dan orang melaksanakan perbuatan buruk itu dipandang sebagai suatu yang biasa saja. Karena itu, kita renungkan bahwa ternyata alokasi umur yang diberikan oleh Allah kepada kita semakin hari itu akan semakin berkurang, karena itu dengan berkurangnya usia, hendaknya bisa memanfaatkan sisa usia yang diberikan Allah untuk melakukan perbuatan baik, sehingga akan menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lainnya. Rasulullah juga pernah bersabda:


أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ

"Maukah kalian aku beritahu orang yang paling baik di antara kalian dari orang yang paling buruk di antara kalian?" Abu Hurairah berkata: Para sahabat diam, beliau mengatakan demikian sampai tiga kali, kemudian salah seorang berkata: Ya, wahai Rasulullah, beritahukan kepada kami orang yang paling baik di antara kami dari orang yang paling buruk, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan orang yang paling buruk di antara kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya." (HR. Tirmidzi: 2189)

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ فَسَكَتَ الْقَوْمُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ


"Apakah kalian mau aku kabarkan tentang sebaik-baik kalian dari sejelek jelek kalian, " maka orang-orang diam hingga beliau mengulanginya tiga kali, lalu seorang laki-laki dari mereka berkata; "Tentu wahai Rasulullah!, " maka beliau bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang dinanti-nanti kebaikannya dan merasa aman dari kejelekannya, dan sejelek-jelek kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak merasa aman dari kejelekannya." (HR. Ahmad: 8456)

Rasulullah mengatakan tentang orang yang paling baik dan orang yang paling buruk bahwa orang yang paling baik adalah orang yang yang masih bisa diharapkan kebaikannya dan orang tersebut bisa menahan dari keburukannya. Jadi perbuatan baik menjadi motivasi untuk untuk selalu ditingkatkan dan bisa menahan atau mengendalikan diri untuk tidak melakukan keburukan. Kedua, seburuk-buruk orang adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan tidak di bisa ditahan atau tidak bisa menahan keburukannya, jadi setiap hari setiap saat orang ini selalu mempunyai kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.

Orang yang yang mempunyai dorongan dalam dirinya untuk melakukan perbuatan baik, sehingga dengan kebaikan ini akan bisa memberikan kemanfaatan bagi dirinya, bagi orang lain, lingkungannya, bahkan bagi seluruh makhluk Allah. Kemudian dari segi keburukannya tidak ada dorongan bagi dirinya untuk melakukan perbuatan yang baik sehingga setiap saat ini selalu melakukan perbuatan yang melanggar larangan Allah, sehingga derajat manusia dari makhluk yang paling sempurna, kemudian diturunkan derajat martabatnya menjadi seburuk-buruk makhluk, “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. 95:5-6)

Setelah jatuh dijerumuskan oleh Allah dalam tempat seburuk buruk tempat maka derajat martabatnya akan lebih rendah bila dibandingkan dengan hewan ternak nauzubillahminzalik, mudah-mudahan kita sekalian dijauhkan dari perilaku yang tidak baik dan agar kita bisa terhindar tiada lain kita berpegang teguh kepada ada nashnya Allah, Alquran dan hadis Nabi Muhammad ahallallahu alaihi wasallam

5/04/2020

Sikap Hasad Yang Diperbolehkan, Boleh Iri?



Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, mengapa? Karena manusia makhluk dengan dua dimensi, yaitu lahir dan batin atau jasmani dan rohani. Dalam hal penciptaan manusia diciptakan oleh Allah sebagai Abdullah dan sebagai Khalifatullah, karena itu dalam penerapannya selalu berinteraksi dan sosialisasi di tengah-tengah masyarakat dan juga posisinya sebagai hambanya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Secara ringkas ada tiga hal yaitu sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.

Manusia sebagai makhluk pribadi hendaknya selalu memperbaiki diri sejauh mana posisi dirinya sebagai hamba Allah dan sebagai Khalifatullah untuk ditingkatkan kualitas dirinya, manusia sebagai makhluk sosial bahwa manusia tidak bisa hidup secara sendiri tetapi manusia hidup selalu berinteraksi dengan orang lain, bahkan bisa jadi manusia itu mempunyai sifat saling membutuhkan, saling ketergantungan. Ketiga manusia sebagai makhluk Tuhan di sini adalah manusia sebagai hamba Allah, maka bila sebagai hamba Allah, tugas manusia adalah untuk menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya. Bila tiga hal ini dapat dilaksanakan maka kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah itu akan terlihat atau nampak dengan nyata atau terwujud dengan nyata.

Manusia sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia sering melihat atau memperhatikan orang lain baik dalam hal kepemilikannya atau dalam hal tingkah lakunya. Walaupun kadangkala antara kepemilikan dan tingkah laku ini saling berkaitan, orang yang mempunyai kepemilikan dalam arti kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi, maka dia akan mempunyai perilaku yang berbeda. Orang yang kaya atau orang yang bekecukupan biasanya ketika berinteraksi atau berada di tengah-tengah masyarakat akan mempunyai rasa kepercayaan diri, berbeda dengan orang yang tidak mampu atau kekurangan yang merasa rendah diri atau minder. Karena itu dengan kepemilikan, kadangkala akan menimbulkan hasad atau iri. Suatu perilaku perbuatan yang tidak baik, karena ketika melihat orang lain memiliki sesuatu yang dirinya itu tidak memiliki, maka dia merasa iri hati. Dari sifat iri bisa akan menimbulkan sifat atau rasa benci. Dengan rasa benci ini maka akan berkembang menjadi sifat perilaku untuk memusuhi. Kalau tidak terkendali akan berupaya untuk memiliki atau menghilangkan apa saja yang dimilki orang lain.

Hasad yang diperbolehkan.
Walaupun hasad itu pada dasarnya itu akhlak tercela, ternyata ada beberapa perilaku hasad yang diperbolehkan:
1. Terhadap orang yang diberi harta, dan orang tersebut tidak bakhil untuk menginfaqkan hartanya di jalan Allah. Kegiatan ini bisa berupa kewajiban membayar zakatnya dipenuhi, kemudian mensyukuri nikmat Allah atas rizki yang tekah diberikan sehingga dengan ikhkas mengeuarkan infaq dan shadaqah.

2. Iri terhadap para ulama’, karena meraka diberikan ilmu dan mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain bahkan bisa memberikan keputusan atas permasalahan yang dihadapi umat dengan jujur dan adil. Rasululah SAW bersabda:

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

"Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain". (HR. Bhuchari: 71, 1320)

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

"Tidak boleh hasad (dengki) kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu ia membelanjakannya dalam kebenaran. (Dan yang kedua) kepada seorang laki-laki yang diberi Allah hikmah (ilmu), hingga ia memberi keputusan dengannya dan juga mengajarkannya." (HR. Muslim: 1352)

لَا حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua hal, yaitu; Seorang yang diberi karunia Alquran oleh Allah sehingga ia membacanya (shalat dengannya) di pertengahan malam dan siang. Dan seseorang yang diberi karunia harta oleh, sehingga ia menginfakkannya pada malam dan siang hari." (HR. Buchari: 4637)

3. Terhadap orang yang diberikan kemampuan membaca Alquran.

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

"Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur`an, sehingga ia membacanya siang dan malam. (Kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan Allah), " (HR. Buchari: 6608), Muslim 1350)

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

"Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua perkara, yaitu; Seseorang yang telah diajari Al Qur`an oleh Allah, sehingga ia membacanya di pertengahan malam dan siang, sampai tetangga yang mendengarnya berkata, 'Duh.., sekiranya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si Fulan, niscaya aku akan melakukan apa yang dilakukannya.' Kemudian seseorang diberi karunia harta oleh Allah, sehingga ia dapat membelanjakannya pada kebenaran, lalu orang pun berkata, 'Seandainya aku diberi karunia sebagaimana si Fulan, maka niscaya aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukannya.'" 4638

Pada bulan Ramadhan ini sudah menjadi kebiasaan bahwa tadarus Alquran dilaksanakan di mana-mana, baik itu di masjid, mushola atau di rumahnya masing-masing. Bahkan kadangkala setiap orang itu mempunyai rencana untuk bisa menghantamkan Alquran. Tadarus Alquran dibaca secara berkelompok bisa dua orang tiga orang sampai jumlah yang tidak terbatas, biasanya satu orang yang membaca yang lain menyimak, kalau ada yang salah dibenarkan di forum tadarus Alquran. Ada salah seorang qori’ ternyata dia bacaannya fasih, fashohah, tajwidnya terjagairama murotalnya bagus, enak didengarkan. Maka bila melihat atau mendengarkan orang yang tadarus Alquran seperti ini lalu muncul dalam hatinya, rasa iri ingin seperti dia, maka perbuatan yang seperti ini diperbolehkan. Bagi yang belum sempurna tajwidnya, gharibnya, fashohah dan iramanya belum bagus, tetapi dia selalu berupaya maka disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala akan tetap diberikan pahala, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ

"Perumpamaan orang membaca Alqur`an sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia. Sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al Qur`an dengan tekum, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua ganjaran pahala." (HR. Buchari: 4556)

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا

"Perumpamaan orang yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Sedang orang yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun baunya tidak ada. Adapun orang Fajir yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Raihanah, baunya harum, namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang Fajir yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga tidak sedap." (HR. Buchari: 4632)

الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ

"Seorang mukmin yang membaca Al Qur`an dan beramal denganya adalah bagaikan buah utrujah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Dan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an namun beramal dengannya adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun tidak ada baunya. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur`an adalah seperti Ar Raihanah, aromanya sedap, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti Al Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga busuk."(HR. Buchari: 4671)


Karena itu belajar membaca Alquran walaupun belum lancar dan masih mengalami kesulitan akan tetap diberi pahala oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dua hal ini, karena usahanya dan yang kedua itu adalah karena kesulitannya. Ketika mau membaca Alquran, jangan khawatir bahwa barangsiapa yang belum bisa membaca Alquran, bila mau berupaya berusaha maka akan diberikan kemudahan untuk bisa membaca Alquran, karena itu pada kesempatan bulan Ramadhan ini marilah kita upayakan untuk melakukan tadarus Alquran, membaca Alquran secara sama atau secara sendiri. Setiap apa yang dibaca akan diberi pahala oleh Allah, dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, jadi bagi yang belum bisa sama sekali membaca Alquran belajar mulai dari nol mulai dari pengenalan huruf hijaiyah sampai pada pelafalan tiap-tiap huruf dan sampai bisa membaca Alquran. Bagi yang sudah bisa membaca , untuk membiasakan diri agar Alquran bisa menyinari dirinya dan bisa menjadi petunjuk dirinya dalam melakukan beramal, ibadah di dunia ini.

5/02/2020

Menu dan Kompleksitas Hidangan Puasa Ramadhan





Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima, di mana diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala bagi setiap muslim yang telah mencapai pada usia akil baligh, karena itu ibadah puasa tidak boleh ditinggalkan kecuali bagi orang-orang yang memang diberikan rukhsah atau keringanan untuk tidak melaksanakan puasa. Tidak melaksanakannya puasa itu karena ada halangan atas kehendak manusia atau karena Sunatullah atau fitrah. Keringanan untuk tidak puasa karena kehendak manusia diantaranya adalah musafir, dia boleh meninggalkan puasa dengan diqadha pada waktu yang lain. Perjalanan musafir ini karena dikehendaki.

Yang kedua ruhshah karena tidak dikehendaki atau karena Sunatullah seperti orang sakit yang dimungkinkan sakitnya itu tidak bisa sembuh lagi, maka dia tidak wajib mengqadha puasa, tetapi diganti dengan membayar Fidyah. Adapun bagi orang yang sakit, tetapi suatu saat kemungkinannya bisa sembuh maka dia tetap wajib mengqadha puasa Ramadhan. Kemudian yang tidak dikehendaki tapi dia mendapatkan rukhsah adalah wanita yang melahirkan, menyusui, haid, atau nifas maka bagi wanita yang demikian ini bisa membayar Fidyah dan kemudian melaksanakan Qadha puasa bila sudah ada kesempatan.

Dalam perkembangannya, bahwa untuk memberikan pendidikan dan pelatihan puasa, ternyata anak-anak pun itu perlu di latih untuk melaksanakan puasa, di samping untuk mendidik agar anak mempunya sifat-sifat dan akhlakul karimah, dengan puasa itu, kelak setelah menginjak usia remaja sampai pada usia baligh dia akan mempunyai kesadaran, ketahanan untuk melaksanakan puasa Ramadhan, walaupun pada dasarnya anak-anak yang belum mencapai usia akil baligh itu tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa. Karena sering ditemukan banyak orang yang sudah dewasa tidak kuat untuk melaksanakan puasa. Hal ini dikarenakan mereka waktu kecil tidak dilatih melaksanakan puasa.

Usia anak-anak adalah usia menanamkan keimanan, ilmu dan akhlakul karimah, karena di dalam keluarga, sekolah, Pondok Pesantren dan di manapun anak memerlukan keteladanan yang kelak bisa menjadi rujukan bagi anak-anak untuk berbuat yang baik. Karena itu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada anak diperlukan kesabaran, keuletan, ketekunan dan keikhlasan, hal ini bisa kita saksikan di dalam kehidupan rumah tangga. Kalau kita bertanya kepada para ibu, di mana dari beliaulah biasanya yang menyiapkan hidangan untuk berbuka dan makan sahur, kalau dihitung-hitung secara materi antara bulan puasa dengan bukan bulan puasa lebih banyak yang manakah belanja untuk keperluan konsumsi.

Mungkin sebagian diantara kita akan mengatakan, bahwa kebutuhan konsumsi di bulan Ramadhan lebih banyak bila dibanding dengana kebutuhan konsumsi di luar bulan puasa. Mengapa demikian, karena dilihat dari rutinitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi, bila di luar bulan puasa biasanya orang makan sehari sebanyak 3 kali belum lagi dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain, termasuk yang biasa dengan kuliner. Tentu bila dikalkulasi menjadi banyak.

Benarkah demikian? Ternyata kalau diamati ternyata bulan puasa itu kebutuhan konsumsinya jauh lebih besar. Karena apa? Di samping kebutuhan makanan pokok yaitu makanan berat yang berwujud nasi dan lauk- pauk. Biasanya diikuti dengan hidangan pembuka dan penutup, seperti minuman, sup buah, juz, kelapa muda, buah-buahan, kolak, makanan kecil, snack dan lain sebagainya. Bila hidangan itu apa adanya artinya orang tua belum bisa memenuhi harapan dan kebutuhan putra-putrinya.

Karena itu banyak pula di kalangan para ibu, sejak siang hari atau sehabis melaksanakan salat zuhur sudah mulai sibuk mempersiapkan hidangan berbuka puasa, berwarna-warni bentuk hidangannya dengan harapan bahwa makan buka puasanya akan terasa enak. Demikian pula Ketika nanti akan melaksanakan makan sahur juga akan merasakan enak. Tentu saja dalam batas-batas kewajaran.

Sesungguhnya makanan akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh, jadi bagaimanakah pada bulan Ramadhan agar bisa menjaga pola makan:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’rof: 31)

Kebiasaan makanan makan minum yang berlebihan, porsi yang banyak, sekalipun bervariasi, namun justru akan terjadi kelebihan sehingga kandungan makanan dan minuman yang berlebih sehingga menyebabkan kurang bersemangat dalam melaksanakan ibadah. Hendaknya puasa Ramadhan itu dijadikan sebagai bulan pemusatan pelatihan agar jiwa mempunyai sifat disiplin, kuat mental, terbina, mapan dan rohani yang murni. Sewaktu perut kenyang banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan, selagi puasa ketika perut kosong volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluan lain terutama untuk melayani otak. Zat makanan yang telah tersaring bersih dari usus panjang lalu ke jantung tersalurkan ke seluruh tubuh dan saat itulah sel-sel menerima makanan. Itulah sebabnya meski manusia memerlukan makanan, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai sehingga kerja sel tersebut berjalan lancar demikian juga kemampuan otak selaras.

Namun apabila perut manusia selalu dipenuhi makan dan berlebihan maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makanan akibatnya urat saraf menjadi lemah dalam bekerja, otak terhambat dan mundur. Sebaliknya kalau kita memberikan waktu perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim di dalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat, sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih, cara berpikir yang energik. Dengan puasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman kuman ke dalam lambung. Para ahli bidang kedokteran mengakui bahwa perut sumber asal penyakit:

اَلْبَطْنُ اَصْلُ الدَّائِنِ وَالْحِمْيَةُ اَصْلُ الدَّوَائِنِ

“Perut adalah sumber penyakit, dan pemeliharaannya merupakan obat yang paling utama”.

Orang yang terlalu kenyang, mudah terserang ngantuk, malas, letih dan konsentrasi kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasulullah memberikan peringatan kepada umatnya ilmu dan akal tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh, dengan makanan nabi bersabda perut semisal kolam air, dalam badan manusia dan pembuluh pergi ke sana untuk diisi. Kalau perut itu sehat maka kesehatan yang dibawa kembali oleh pembuluh darah, sebaliknya kalau perut itu sakit, penyakit lah yang dibawa otak.

Otak adalah titik sentral di dalam organ tubuh manusia untuk berpikir,belajar dan bekerja. Ini berarti bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir lebih cemerlang. Jadikan puasa kita yang lengkap fisik, psikis dan kejiwaan melatih ketenangan batin, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress , menghilangkanmencernakan iri, dengki, hasud dan lainnya .


5/01/2020

Muhasabah di Bulan Ramadhan, Hindari Hilangnya Pahala Puasa



Bulan puasa adalah bulan bagi umat Islam untuk melakukan muhasabah, pada bulan tersebut hendaknya kita sekalian untuk menghitung-hitung, untuk merenungkan apa yang sudah kita lakukan amal ibadah. Ibadah kepada Allah jika dikaitkan dengan kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita sekalian, karena di dalam ayat Alquran bahwa Allah sudah menerangkan jika kita sekalian diperintahkan untuk menghitung nikmat Allah, niscaya kita tidak akan dapat menghitungnya. Coba kalau kita renungkan bahwa pada pagi hari kita sekalian bisa bangun dari tidur semalam, kita masih bisa bernafas ini, adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Kita bernafas menggunakan oksigen ini adalah pemberian Allah secara gratis, kita bangun kemudian mandi menggunakan air pemberian Allah. Pada pagi hari kita melihat matahari menyinari bumi, semua ini nikmat yang diberikan Allah. Tanpa matahari maka tidak akan ada kehidupan, tanpa udara juga tidak ada kehidupan, tanpa air juga tidak ada kehidupan, tanpa sinar juga tidak ada kehidupan, semua saling berkaitan dan semuanya adalah nikmat yang diberikan Allah kepada kita sekalian.

Karena itu dengan kenikmatan-kenikmatan yang demikian banyaknya, sudahkah kita imbangi dengan peningkatan ibadah kita kepada Allah Allah telah memerintahkan kita untuk menyembah kepadanya Allah sudah memerintahkan kepada kita untuk beriman kepada Allah dan kepada utusannya, karena itu Iman bukan hanya dikatakan dengan lisan tapi iman diwujudkan dengan amal perbuatan. Bulan ini kita sekalian masuk pada Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat, maghfirah, sehingga ketika umat Islam dapat meraih semua ini maka dia akan dijauhkan dari siksa api neraka.
Kita sudah masuk pada bulan Ramadhan, kita evaluasi diri sejauh mana kita melaksanakan ibadah kepada Allah, apakah kita sudah melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Rasulullah? Apakah kita sudah mengisi bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya untuk mencari rahmatnya Allah? Sebagai orang yang beriman, agar mengevaluasi tentang ibadah puasa yang sudah dilaksanakan, karena itu kalau kita mengacu pada sabda nabi Muhammad bahwa ternyata puasa itu tidak hanya cukup dengan menahan untuk tidak makan tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual pada siang hari.

Pada pada bulan Ramadhan, ternyata ada hal-hal yang bisa merusak pahala ibadah puasa, ,menghilangkan, atau membatalkan puasa. Karena itu jadikanlah puasa Ramadhan sebagai benteng bagi kita sekalian untuk bisa melaksanakan perintahnya Allah dengan sebaik-baiknya.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

"Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali). Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik, karena dia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku. Shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuiluh kebaikan yang serupa".(HR. Buchari: 1761)

Dalam hadis tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Puasa itu adalah benteng.
Benteng itu apa? benteng adalah suatu bangunan untuk melindungi seseorang atau masyarakat dari serangan. Sedangkan puasa Ramadhan bagi orang yang beriman menjadi benteng dari serangan hawa nafsu yang mengajak pada perbuatan yang dilarang oleh Allah.

2. Jangan berkata kotor atau nafas.
Perkataan kotor disamping itu merupakan larangan juga merugikan bagi dirinya sendiri, orang lain. Berkata-kata kotor biasanya diucapkan ketika sedang marah, Rasul bersabda:


لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
"Bukanlah keperkasaan itu orang yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah." (Hr. Buchari: 5649, Muslim: 4723)

Dalam haditsa lain Rasul pernah bersabda pula:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam." (Hr. Buchari: 5559, Muslim: 67, Abu Dawud: 4487)

Kata-kata yang kotor bila sudah keluar tidak akan bisa ditarik kembali kata-kata maaf, tidak akan bisa mengembalikan pada kondisi kewajaran. Kata-kata itu akan menjadi luka yang sulit sekali untuk bisa disembuhkan.

3. Jangan berbuat bodoh.
Perbuatan bodoh itu adalah perbuatan yang tidak menggunakan akal pikiran, tidak menggunakan perencanaan, tidak memikirkan akibat dari perbuatan tersebut, sehingga akan terjadi perbuatan yang merugikan bagi dirinya sendiri, orang lain, bahkan bisa merusak kesucian suatu agama, mewujudkan perpecahan dan permusuhan.

4. Bila ada orang yang mengajak berkelahi atau orang menghina, memfitnah maka berkatalah “inni shoimun” sesungguhnya saya sedang puasa. Jangan sebaliknya ketika sedang berpuasa kemudian mengajak orang lain untuk melakukan perbuatan yang tidak baik atau bila diajak oleh orang lain untuk berbuat yang tidak baik jangan di turuti, tapi hendaknya bisa dipangkas atau menyadarkan pada lawan bicaranya itu Dengan mengatakan bahwa sesungguhnya saya sedang berpuasa.

5. Akan dinaikkan derajadnya oleh Allah. Karena bau nafas yang tidak sedap itu, bagi Allah lebih harum dibandingkan dengan minyak misik.

6. Melaksanakan puasa semata-mata karena Allah, karena itu ibadah puasa langsung akan diterima Allah dan Allah yang akan memberikan pahala. Paling sedikit setiap kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan.

Karena itu pada bulan Ramadhan ini, hendaknya bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa. Secara pribadi mengevaluasi diri, sejauh mana bisa menggunakan bulan puasa untuk meningkatkan amal ibadah kepada Allah.

4/30/2020

Upaya Wujudkan Keluarga Samawa, Sakinah, Mawaddah, Rahmat


Membangun keluarga dimulai sejak terjadi proses pernikahan, tetapi untuk membina keluarga adalah selama-lamanya. Di dalam Islam ada istilah Samawa yaitu keluarga sakinah mawaddah dan rahmah, tiga hal tersebut adalah menjadi pesan yang indah, ketika seseorang mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin. Demikian juga pasangan pengantin memperhatikan dan mengamini ucapan yang disampaikan oleh teman, saudara, mitra kerja dan lainnya. Tak kalah penting adalah taushiyah atau khutbah nikah yang disampaikan penghulu, kyai, ustadz dan Penyuluh Agama kepada pasangan pengantin, yang dikemas dengan acara resepsi pernikahan. Sehingga bisa menjadi bekal bagi pasangan pengantin dan tadzkirah, muhasabah bagi pengantin lama.

Keluarga sakinah, mawaddah dan rahmat ini telah disebutkan Allah di dalam Alquran surat Arrum ayat 21:

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Menurut M. Quraish Shihab kata sakinah berarti ketenangan atau antonim kegoncangan. Kata ini tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah sebelumnya ada gejolak. Cinta yang bergejolak di dalam hati dan diliputi oleh ketidakpastian akan mengantar kepada kecemasan yang akan membuahkan sakinah atau ketenangan dan ketentraman hati bila dilanjutkan dengan perkawinan. Manusia menyadari bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya mendapatkan kekuatan dan membuatnya mampu menghadapi tantangan, karena alasan inilah sehingga manusia membangun rumah tangga bahkan bersemangat dalam upaya untuk membangun rumah tangga. Yang perlu diingat bahwa perkawinan bukan hanya didorong oleh materi dan naluri seksual, tetapi lebih daripada itu ialah dorongan kebutuhan jiwanya untuk meraih ketenangan. Didambakan oleh suami setiap saat meninggalkan rumah dan anak istrinya, dibutuhkan pula oleh istri saat suami meninggalkannya keluar rumah, dibutuhkan juga oleh anak-anak bukan saja saat mereka berada di tengah keluarga tetapi sepanjang masa.

Kata mawaddah berasal dari kata ودّا yang berarti banyak mencintai, jadi mawaddah dapat diartikan sebagai cinta plus yaitu cinta yang tampak dampaknya pada perlakuan, integritas antara kata dengan perbuatan. Di dalam Alquran surat Arrum ayat 21 disebutkan kata mawaddah bukan dengan kata mahabbah, karena cinta bisa pudar tetapi cinta plus atau cinta sejati atau mau mawaddah tidak pudar dan untuk selama-lamanya. Cinta terhadap sesuatu bila bosan akan ditinggal, tetapi cinta plus / cinta sejati tidak akan pudar sampai mati. Itulah sebabnya Allah SWT menyebutkan dengan kata mawaddah bukan dengan kata mahabbah karena pasangan suami istri yang melaksanakan perkawinan itu diharapkan langgeng seumur hidup tidak ada yang dapat memisahkan kecuali kematian.

Sedangkan kata rahmat dalam ayat tersebut berarti kasih sayang, kasih sayang dapat menghasilkan kesabaran, murah hati, ramah, tidak angkuh, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah dan tidak pendendam. Mengapa dalam ayat 21 disebutkan kata rahmat setelah mawaddah hal ini perlu diketahui bahwa semua manusia betapapun hebatnya pasti ada kekurangannya, begitu pula sebaliknya dalam kehidupan rumah tangga suami istri tentu tidak luput dari kelemahan, sehingga suami istri itu harus saling melengkapi dan saling menyayangi bila terjadi sesuatu yang tidak disenangi dari pasangannya maka hendaklah dihadapi dengan kesabaran sebagai bukti dari rahmat atau kasih sayang terhadap pasangannya.

Untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmat, diupayakan agar suami istri dan anak-anak dalam rumah tangga melakukan hal-hal sebagai hal-hal sebagai berikut:

  1. Setia, saling mencintai dan saling menyayangi.
  2. Saling menghormati dan saling menghargai, percaya- mempercayai, bantu-membantu seia sekata dalam memikul tugas kerumahtanggaan.
  3. Saling pengertian dan saling memahami.
  4. Saling menghormati keluarga masing-masing pasangan suami istri.
  5. Menjadi teladan bagi anak-anak dan keluarga lain, yang ada di dalam yang ada dalam rumah suami istri.
  6. Bermusyawarah dan transparan dalam segala hal jika ada suatu kesulitan hendaklah dibicarakan dengan hati terbuka.
  7. Tidak segan meminta maaf jika merasa diri salah, karena yang demikian itu akan menambah kuatnya hubungan cinta kasih.
  8. Melaksanakan ibadah dengan baik dan membiasakan salat berjamaah dengan keluarga.
  9. Menyiapkan rumah yang memenuhi syarat kesehatan agar semua betah di rumah. itu merupakan suatu tanda bahwa dalam rumah tangga itu ada yang tidak beres.
  10. Menjadikan rumah dapat berperan untuk membantu membina generasi muda.
  11. Menjadikan rumah tangga yang dapat mengelola keuangan keluarga dengan baik sesuai dengan pendapatan tidak boros dan tidak kikir.
  12. Tidak egois dan dapat memahami kelemahan dan kekurangan masing-masing.
  13. Menghindarkan penghuni rumah dari hal-hal yang tidak Islami, karena hal itu akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat.
  14. Menghindari dari hutang, kecuali dalam keadaan darurat atau dalam keadaan terdesak.
  15. Menghindari salah paham seperti mengungkit-ungkit masa lalu atau mengeluarkan kata-kata kasar atau menuduh tanpa bukti memojokkan dan lain-lain.
  16. Menghindari pertengkaran agar tidak diketahui orang lain dan mencari solusi yang baik.
  17. Mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib berapa macam syarat bagaimana seseorang itu berkeinginan mempunyai atau dapat mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah.(Tafsir Alquran Tematik, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan Berpolitik, Kementerian Agama RI, 2012: 367)


Pembinaan dan upaya untuk mewujudkan keluarga sakinah untuk selanjutnya bukanlah merupakan suatu teori yang yang diperoleh dari berbagai macam sumber atau referensi kemudian ditinggalkan begitu saja. Termasuk segala bentuk tausiyah dari para kyai, ustad, penyuluh agama, penghulu namun tidak pernah dilaksanakan, maka harapan untuk mempunyai keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah tentu saja hanya dalam angan-angan atau teori saja. Sesungguhnya keluarga Samawa itu bisa dilaksanakan dalam keluarga dari pembiasaan hal-hal yang paling kecil dilaksanakan dengan Istiqomah, berdisiplin, komitmen, untuk selanjutnya bisa dijadikan keteladanan di dalam keluarga.

Oleh karena itu landasan pembinaan keluarga sakinah yang utama adalah karena “lillah” karena iman kepada Allah dan berupaya untuk mengikuti sunnah nabi Muhammad SAW. Dengan demikian teori-teori yang ada di dalam buku, kitab, tausiyah akan menjadi sesuatu yang ringan dan mudah karena sudah biasa dilaksanakan di dalam keluarga. Karena wujud kepada Allah kita mengawali setiap kegiatan adalah dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT, pembiasaan-pembiasaan yang baik untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan Rohmat bisa diawali dengan kebiasaan untuk menepati perintah Allah yaitu salat lima. Kalau kita cermati bahwa salat lima waktu benar-benar menjadikan bekal bagi kita sekalian untuk bisa mendapatkan petunjuk, jalan keluar atas segala permasalahan yang dihadapi.

4/29/2020

Shalat dan Puasa Nabi Daud Paling Dicintai Allah


Setiap orang menginginkan shalatnya adalah shalat yang baik, shalat yang khusyuk, shalat yang diterima oleh Allah. Demikian pula ibadah puasa Ramadhan yang sedang dilaksanakan ini menjadi ibadah puasa yang baik, ibadah puasa yang diterima oleh Allah, sehingga bisa mengangkat derajatnya menjadi orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana telah dijanjikan Allah di dalam Alquran surat Albaqarah ayat 183.

Ibadah shalat adalah suatu kewajiban bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, sehingga dengan kewajiban ini orang-orang yang tadinya melaksanakan shalat itu terasa berat dan susah, tapi kemudian shalat itu menjadi kebutuhan. Bila kebetulan suatu saat lupa, tidak menegakkan shalat, maka dia akan merasakan ada sesuatu yang kurang atau hilang, ibadah shalat bagi sebagian orang menjadi kebutuhan karena apa, ketika orang menegakkan shalat pada dasarnya sedang bermunajat kepada Allah.

Dari waktu ke waktu, orang yang beriman ingin selalu memperbaiki kualitas shalat, Bagaimanakah cara untuk memperbaiki kualitas shalat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan 1) Meneguhkan dan menguatkan niat, yang semata-mata untuk mencari ridha Allah. 2) Sempurnakanlah wudhu, karena wudhu adalah syarat syah untuk menegakkan shalat. Jadi kalau shalat itu tanpa wudhu maka shalatnya tidak sah, ketika wudhu hendaknya menggunakan aturan syariat Islam.3) Meningkatkan ibadah shalat sunnah, seperti shalat sunnah rawatib sebelum atau sesudah shalat fardu kecuali sesudah shalat Asar dan shalat Subuh. 4) Memahami setiap bacaan shalat diiringi sikap tumakninah. 5) Memperbanyak zikir, mengingat Allah dengan zikir-zikir yang telah dicontohkan Rasulullah, zikir yang banyak, zikir dengan lisan, hati dan perbuatan.

Ibadah yang berkualitas bukan sesuatu yang datang dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui usaha dan pelatihan yang sungguh-sungguh. Nabi Daud adalah salah satu rasul yang tingkat Ibadahnya dicitai Allah SWT, sebagaimana sabda rasul:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ أَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ صَلَاةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

"Shalat yang paling Allah cintai adalah shalatnya nabi Daud ‘alaihissalam dan shaum (puasa) yang paling Allah cintai adalah shaumnya nabi Daud ‘alaihissalam. Nabi Daud ‘alaihissalam tidur hingga pertengahan malam lalu shalat pada sepertiganya kemudian tidur kembali pada seperenam akhir malamnya. Dan nabi Daud ‘alaihissalam shaum sehari dan berbuka sehari".
(HR. Buchari: 1063)

Dengan kebaikan ibadah ini maka Rasulullah tetap melanjutkan syari’at nabi Daud sebagai ibadah sunnah. Dan yang perlu diingat bahwa ibadah sunnah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan akan dinilai seperti ibadah yang difardhukan. Ramadhan menjadi bulan pesta ibadah, biasakan untuk melaksanakan amalan-amalan sunnah sehingga kelak setelah selesai bulan Ramadhan akan menjadi kebiasaan baik untuk dilanjutkan. Ibadah-ibadah ini akan membimbing hamba Allah yang mempunyai iman yang teguh dan akhlakul karimah.

4/28/2020

Kemuliaan Ibu Atas Perjuangan dan Pengorbanan dalam Mengandung, Melahirkan, Mengasuh Anak



Pada suatu hari ada seorang gadis yang bertaaruf dengan seorang perjaka, keduanya dengan segala kekuarangan dan kelebihan masing-masing berupaya untuk mencari kecocokan. Dua sijoli akhirnya mengucapkan janji suci pada ikrar pernikahan untuk menjadi suami istri yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Sejak pernikahan gadis tersebut berubah statusnya menjadi istri dari suami dan calon ibu bagi putra-putrinya. Tidak sampai 1 tahun, ternyata calon ibu muda tersebut dinyatakan hamil, mengandung calon bayi, rasa senang yang dirasakan oleh pasangan muda-mudi tersebut selayaknya orang yang sudah berumah tangga. Ingin mempunyai keturunan atau mempunyai anak bisa meramaikan rumah bisa menjadi tempat berlibur bagi keluarganya.

Kegembiraan pasangan muda ini kemudian berubah menjadi kesedihan yang luar biasa karena apa sejak awal kehamilan pada bulan yang pertama dirasakan pada perutnya perut calon ibu itu sering kejang, sering frontal, apa yang ada di dalam perut. Kemudian sampai pada akhirnya bahwa calon ibu itu mengeluarkan darah yang dalam istilah itu mengalami keguguran dalam masa kehamilan 1 sampai 2 bulan.

Ternyata gagalnya untuk mendapatkan anak, itu ibu muda mengalami sakit yang luar biasa, karena apa janin di indikasikan menurut medis dari hasil USG bahwa janinnya itu ternyata sudah tidak bernyawa atau sudah sangat rawan untuk bisa mempertahankan kehidupan karena sudah tidak ada gerakannya, karena itu atas saran dari dokter calon janin itu harus dikeluarkan. Seorang ibu harus periksa dari satu dokter ke dokter yang lainnya untuk memastikan bahwa kandungannya itu sudah tidak bisa diselamatkan.

Pada akhir keputusan harus dikeluarkan atau harus digugurkan, pengguguran berhasil tapi kemudian harus melakukan kuret untuk membersihkan rahim, yang ada sisa-sisa janin yang sudah keluar itu, karena apa? kalau terjadi janin yaitu tidak keluar dari rahimnya dikhawatirkan akan menjadi suatu penyakit yang lebih berbahaya lagi. Inilah awal dari perjuangan, pengorbanan seorang ibu, baru aja mau hamil ternyata sudah mengalami suatu yang demikian berat. Ini adalah salah satu contoh pengorbanan seorang ibu

Kemudian pada kisah wanita lain, pada wanita yang mengandung sejak awal kandungannya sehat, sampai pada ada waktunya untuk melahirkan 9 bulan 10 hari sudah ada gejala-gejala bahwa janin akan keluar akan lahir. Tetapi ternyata apa yang terjadi, bahwa kelahiran juga tidak bisa berjalan mulus, karena harus melakukan proses operasi kandungan atau sesar, operasi di mana sang Ibu melahirkan bayi dengan tidak melalui tempat lahirnya, akan tetapi melalui tempat lain yang melalui pembedahan, seorang ibu harus berjuang.. Yang mengandung dari 0 bulan dari mulai dari 0 hari sampai pada 9 bulan 10 hari, seorang ibu akan merasakan beban berat, karena kemana-mana membawa janin. Tapi ternyata kadang dilalui oleh seorang dengan rasa senang, bangga akan segera mempunyai anak.

Ada lagi seorang ibu yang sejak hamil sampai waktu melahirkan berjalan dengan mulus, lancar. Walaupun ketika bayi mau lahir, seorang ibu mengerang kesakitan, karena proses kelahiran dengan normal melalui tempat lahirnya. Bagaimana ibu yang melahirkan merasakan enak? Ternyata banyak diantara wanita yang ketika mau melahirkan merasakan sakit yang luar biasa. Semuanya adalah perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, dari proses mengandung sampai melahirkan itu sudah melakukan perjuangan dan pengorbanan dan ini tidak dilakukan oleh seorang laki-laki.

Setelah bayi lahir, ternyata belum selesai tugas dari seorang ibu, karena harus menjaga, mengasuh, merawatnya hingga anak itu sampai pada taraf dewasa. Tugas seorang ibu kadangkala sampai larut malam menjaga anak, begitulah perjuangan seorang ibu. Mulai mengandung melahirkan mendidik membesarkan anaknya itu pengorbanan yang tidak dirasakan oleh seorang anak ayah. Karena itu Allah memberikan kemulian kepada kaum ibu:

مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." (HR. Buchari: 5514)

Sungguh mulia ibu, peran ibu sangat penting, dari ibulah akan tercipta putra-putri yang shalih dan shalihah, baik buruknya suatu bangsa Engkaulah penentunya. Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada pada murkanya. Berbaktilah kepada orang tua (ibu), selagi masih hidup, pergaulilah dengan baik, hormatilah keduanya. Ketika keduanya telah tiada doakanlah, jalin shilaturahim dengan sahabat orang tua, teruskan perjuangan dan pengorbanannya. Dunia berputar apa yang diperbuat sekarang maka kelak akan memetik hasilnya. Yang tua telah tiada dan yang muda akan menjadi tua. Berupaya masa muda untuk berbuat baik, bermanfaat bagi manusia agar masa tua bisa bahagia.


4/27/2020

Hikmah Ibadah Puasa Ramadhan, Suatu Kepastian Bukan Rekayasa



Setiap kejadian di dunia ini pasti ada hikmahnya, setiap musibah, bencana, wabah pasti ada hikmahnya. Demikian pula semua yang diperintahkan Allah pasti ada hikmahnya, sebagaimana puasa Ramadhan juga mempunyai hikmah, Rasulullah pernah bersabda:

اوله رحمة واو سطه مغفرة واخره عتق من النار

“Puasa Ramadhan yang pertama adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”.

Awal Ramadhan adalah rahmat pertengahannya ampunan dan akhirnya kemerdekaan dari api neraka. Setiap muslim diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan, karena puasa merupakan salah satu rukun Islam. Seorang muslim yang tidak berpuasa berarti keislamannya tidak sempurna. Perintah puasa diturunkan pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijriyah ketika nabi mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru (Departemen Agama, Alquran dan Tafsirnya: halaman 270)

Puasa Ramadhan bertujuan meraih ketakwaan, bila ayat tentang puasa itu telah dipahami dalam hubungannya dengan ayat-ayat lainnya, sebelum dan sesudahnya misalnya dari ayat 172 sampai 188 implementasi ketakwaan itu tercermin dalam pencarian nafkah yang halal dan baik membantu mereka yang kekurangan dan tidak mau mengambil milik orang lain.

Kata puasa dalam bahasa Arab artinya menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak waktu imsak hingga terbenamnya matahari. Maka berdasarkan asal katanya, nabi meletakkan nilai yang sebenarnya tentang puasa, beliau bersabda bukanlah puasa itu sekedar menahan diri dari makan dan minum, sesungguhnya puasa itu mencegah dari segala perbuatan yang sia-sia atau tidak bermanfaat dan menjauhi perkataan kotor dan keji, sebab itu jika ada orang yang mengajak kamu berbuat sia-sia dan berkata kotor, maka hendaknya berkata “saya sedang puasa”.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

"Puasa itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang puasa (ia mengulang ucapannya dua kali). rupa". (HR. Buchari: 1761)

Menurut hadis rasul, orang yang berpuasa selain harus menahan diri dari makan minum, juga wajib baginya menahan diri untuk tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat yang sia-sia. Yang dimaksudkan dengan perkataan kotor adalah segala perkataan negative, berbahaya dan merugikan, misalnya mengumpat, memfitnah, menipu, berbohong, caci maki, kata-kata porno, mengadu domba dan sebagainya. Perbuatan sia-sia ialah segala perbuatan haram yang merugikan, tidak punya daya guna dan sebagainya. Dari segi pendidikan lainnya puasa menumbuhkan disiplin, jiwa yang bersih, moral yang baik dan semangat sosial yang kuat. Puasa memberikan dasar latihan untuk menahan untuk tidak makan, minum dan bersenggama yang bersifat jasmaniah, kemudian puasa membentuk kesadaran hidup manusia yang tinggi menuju pada kehidupan rohani.

Melakukan kewajiban puasa dengan ikhlas berarti telah membuktikan imannya kepada Allah, karena iman itu bukan saja diucapkan dengan lidah tetapi harus diikrarkan dengan qalbu kemudian dibuktikan dengan perbuatan. Maka seorang muslim ialah seorang yang memiliki integritas berbicara. Efek puasa bila diuji dari segi ilmu pengetahuan, puasa selain merupakan ibadah semata-mata kepada Allah, hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan memperlihatkan dukungannya terhadap ibadah puasa. Pengetahuan psikologi, pedagogi, sosiologi, ekonomi, kesehatan jasmani, termasuk juga ilmu hitung dan ilmu Falak, ilmu jiwa dan sebagainya semuanya.

Hikmah puasa
Ibadah puasa mengandung beberapa hikmah diantaranya:

  1. Tanda terima kasih kepada Allah Karena semua ibadah mengandung arti terima kasih kepada Allah atas nikmat pemberiannya yang tidak terbatas banyaknya dan tidak ternilai harganya dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggap kan nya QS Ibrahim 34
  2. Dijadikan kepercayaan, seseorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta yang halal kepunyaannya sendiri karena ingat kepada perintah Allah sudah tentu tidak akan meninggalkan segala perintah Allah dan tidak akan berani melanggar larangannya.
  3. Didikan belas kasihan terhadap fakir miskin, karena seseorang yang telah merasa sakit dan pedihnya perut yang kosong akan dapat mengukur kesedihan dan kesusahan orang sepanjang masa, merasakan ngilunya perut yang kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian akan menimbulkan perasaan belas kasihan dan suka menolong fakir miskin.
  4. Untuk mempertinggi budi pekerti menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani menambah kesehatan dan lainnya.
  5. Guna menjaga kesehatan. Doktor Ahmad Ramli menulis tentang puasa ini bagi higgiene pun ada arti dan kepentingan puasa. Istirahat yang diberikan kepada alat-alat pencernaan tiap-tiap siang hari sebulan lamanya akan menambah tenaga, seperti tanah ladang yang dibiarkan beberapa lamanya, supaya kesuburannya memberi hasil. Timbul kembali sebab alat-alat tubuh manusia itu sudah dijadikan demikian, hingga istirahat baginya, akan menambah tenaga bekerja dan kekuatan. Nabi Muhammad bersabda “berpuasalah agar kamu sehat” pada kesempatan lain nabi pernah bersabda, bahwa manusia yang banyak makan akan menjadi pemalas dan suka ngantuk, ini sejalan dengan ilmu kesehatan karena kebiasaan yang demikian dapat merusak onderdil perut atau alat pencernaan. Dengan puasa, alat pencernaan disuruh istirahat sebentar, ada dapat diistilahkan turun mesin pada ilmu montir, agar dapat dikontrol pada bagian-bagian atau onderdil onderdil yang rusak atau aus. Dengan memberikan kesempatan pada perut untuk istirahat juga sebagaimana memberikan kesempatan kepada mesin mobil untuk istirahat agar tidak cepat rusak.
  6. Perlu diketahui bahwa orang yang hidupnya untuk makan, artinya banyak makan, selalu makan yang enak-enak dan tidak teratur akan mengundang penyakit penyakit, seperti kencing manis, darah tinggi, disentri dan sebagainya. Maka penyakit yang menyerang perut, obatnya dari perut pula, artinya orang itu harus mengatur pola makan.
  7. Mendidik manusia berjiwa sabar, sanggup mengatasi segala kesulitan dan cobaan hidup ia menumbuhkan sifat sabar yang hebat pada manusia sabar untuk menderita apabila bentuk hidup itu harus dihadapkan kepadanya dan tidak boleh putus asa.
  8. Tahan menghadapi musim pancaroba dalam kehidupan ia pun melatih manusia berjuang mengalahkan hawa nafsu mengendalikan mengarahkannya karena dasar hawa nafsu adalah jahat bertujuan membinasakan manusia sebagaimana hawa nafsu yang ada pada binatang tujuannya untuk pemenuhan kepuasan perut dan seksual semata untuk mencapai pemenuhan itu binatang tidak mempunyai norma-norma.


Referensi:
Alquran dan Tafsirnya, Kementerian Agama RI, 2012
Bahaudin Mudhary, KH, Esensi Puasa Kajian Metafisika, Pustaka Progresif, Surabaya, 1993
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, PT Thoha Putra Semarang, 2001
Nasruddin Razak, Drs. KH, Deinul Islam, PT Al Ma’arif, Bandung, 1971
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, PT Al Ma’arif, Bandung, 1978
Sulaiman Rasjid, H, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung, 2014

4/26/2020

Puasa Ibadah Sirri Membentuk Pribadi Yang Berakhlaq Mulia

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah. Allah telah memberikan berkah dan rahmat kepada seluruh alam, namun maghfirah hanya diberikan bagi orang-orang yang beriman. Karena itu agar memperoleh ketiganya hendaknya dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Setiap perintah dan larangan Allah pasti mempunyai efek atau akibat. Allah memerintahkan puasa khusus kepada orang-orang yang beriman maka orang yang beriman yang melaksanakan puasa dengan ikhlas akan memperoleh derajat sebagai orang yang bertaqwa.

Puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah sirri yaitu ibadah yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, orang lain tidak akan mengetahui sesungguhnya si fulan atau si fulanah itu berpuasa atau tidak, karena hal-hal yang berkaitan dengan yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, berhubungan suami istri pada siang hari dilaksanakan atau tidak, orang lain tidak mengetahui kecuali dirinya sendiri. Misalnya makan dan minum bisa jadi ketika sedang berada di rumah, sedang berkumpul dengan keluarga, tidak makan dan tidak minum, tetapi ketika sudah keluar rumah, sedang berada di kantor di sawah di kebun di pasar ternyata makan atau minum tidak diketahui oleh keluarganya, anak dan istrinya. Bisa jadi ketika pulang ke rumah waktunya berbuka puasa dia seperti orang yang berpuasa, maka disinilah bahwa puasa itu adalah ibadah sirri, ibadah yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.

Karena ibadah puasa ini adalah ibadah sirri, maka puasa akan bisa membentuk mentalitas yang baik, akhlaqul karimah, sebagaimana akhlaq yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad, selalu jujur, tidak berbohong, berkata yang baik, disiplin sabar, ikhlas dan lainnya. Ini semuanya adalah akhlaq yang bisa dibentuk dengan melaksanakan puasa, karena tanpa adanya pengawasan dari manusia dia tetap melakukan sesuai dengan tuntunan syariat atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Mengapa orang tidak mau melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang sudah dibuat, orang tersebut merasa, walaupun tidak diketahui oleh orang tetapi sesungguhnya setiap gerak-gerik, perbuatan perkataan diketahui oleh Allah, di mana pun dan kapan pun berada Allah senantiasa mengawasi setiap perilaku hambanya.

Setiap perilaku hamba ini akan dicatat oleh Allah untuk selanjutnya akan diberikan pahala oleh Allah. Adapun pahala ini bisa diwujudkan di dunia dan juga bisa diwujudkan di akhirat. Pahala yang diwujudkan di dunia ini akan mengalami suatu proses yang panjang, karena apa, dengan pahala, perbuatan yang baik akan menjadi wasilah seseorang bermunajat kepada Allah. Setiap amal baik, perbuatan baik yang dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah dan rasul-Nya akan menjadi kekuatan pendorong terkabulnya doa. Kita lihat kisah tiga orang pemuda yang terjebak di dalam hutan, kemudian masuk ke dalam gua. Ternyata gua tersebut kemudian longsor dan pintunya tertutup batu yang sangat besar. Tiga pemuda itu tidak akan bisa keluar dari dalam gua bila hanya mengandalkan kekuatan fisik yang dimiliki. Tetapi ternyata dia mempunyai kekuatan lain, yaitu kekuatan dari yang Maha Kuasa. Allah memerintahkan untuk melakukan kebaikan maka setiap kebaikan itu akan menjadi pahala, pemuda tersebut melakukannya dengan ikhlas, ridho karena Allah. Sehingga amal ibadah tersebut disebutkan sebagaimana dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam Buchari.

Pemuda yang yang pertama mengatakan: " Ya Allah, aku memiliki kedua orangtua yang sudah renta. Suatu hari aku keluar untuk mengembala untuk mendapatkan susu kemudian aku datang membawa susu, lalu aku berikan kepada kedua orang tuaku, lalu keduanya meminum baru kemudian aku berikan minum untuk bayiku, keluarga dan isteriku. Pada suatu malam, aku mencari susu setelah aku kembali dan aku datangi mereka ternyata keduanya sudah tertidur. Dia berkata; Aku enggan untuk membangunkan keduanya untuk meminum susu sedangkan anakku menangis dibawah kakiku karena kelaparan, Begitulah kebiasaanku dan kebiasaan kedua orang tuaku hingga fajar. Ya Allah seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridha Mu, maka bukakanlah celah untuk kami agar kami dapat melihat matahari darinya". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka terbukalah sedikit celah untuk mereka.

Usaha satu pemuda sudah menunjukkan adanya harapan untuk bisa keluar dari dalam gua, lalu pemuda yang kedua pun juga, menyebutkan amal paling utama yang pernah dilakukan, seraya berkata: "Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku seorang lelaki yang sangat mencintai seorang wanita putri dari pamanku seperti kebanyakan laki-laki mencintai wanita. Suatu hari dia berkata, bahwa aku tidak akan bisa mendapatkannya kecuali aku dapat memberi uang sebanyak seratus dinar. Maka aku bekerja dan berhasil mengumpulkan uang tersebut. Ketika aku sudah berhadapan dengannya dan aku hendak menyetubuinya, dia berkata; bertaqwalah kepada Allah, dan janganlah kamu renggut keperawanan kecuali dengan haq". Maka aku berdiri lalu pergi meninggalkan wanita tersebut. Ya Allah seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhaMu, maka bukakanlah celah untuk kami". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka terbukalah dua pertiga dari batu yang menutup pintu gua.

Pertolongan Allah semakin menunjukkan hasil, ternyata amal dari pemuda yang kedua menjadi amal utama yang diterima oleh Allah, sehungga menjadi wasilah ketika bermunajat kepada Allah SWT. Namun amal dari dua pemuda tersebut belum cukup untuk membuka pintu gua. Maka kini tinggallah satu orang pemuda, yang dia pun menyebutkan amal utama yang pernah dilakukan: Kemudian orang yang ketiga berkata: Ya Allah sungguh Engkau mengetahui bahwa aku pernah memperkerjakan seseorang untuk mengurusi satu benih tumbuhan lalu aku beri upah namun dia tidak mau menerimanya. Lalu aku sengaja mengembangkan benih tersebut sehingga darinya aku bisa membeli seekor sapi dan seorang pengembalanya. Kemudian di suatu hari orang itu datang kepadaku seraya berkata; "Wahai 'Abdullah, berikanlah upahku yang dulu!" Lalu aku katakan; Kemarilah lihat kepada seekor sapi dan pengembalanya itu semua milikmu". Dia berkata: "Kamu jangan mengolok-olok aku!" Dia berkata: Aku katakan: Aku tidak mengolok-olok kamu tetapi itu semua benar milikmu. Ya Allah seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami". Akhirnya mereka bisa terbebas dari gua tersebut". (HR. Buchari: 2063)

Amal baik bisa menjadi wasilah untuk mewujudkan doanya, dikabulkan oleh Allah ketika masih berada dialam dunia. Yang kedua bahwa pahala itu akan berefek pada kehidupan di akhirat, Allah telah mengatakan bahwa setiap amal perbuatan hamba-Nya walaupun hanya sebesar biji sawi maka akan dikembalikan kepada dirinya, tidak ada yang dirugikan atas amal ibadah yang dilakukan selama hidup di dunia maka di alam akhirat akan dikembalikan kepada orang tersebut. Ahli ibadah akan dimasukkan ke dalam surga-nya Allah. Surga ini adalah merupakan tempat terakhir bagi hamba Allah karena untuk bisa masuk surga harus melalui neraka, tidak ada manusia yang bebas dari dosa. Ketika hidup di dunia pasti mempunyai dosa, dosa adalah akibat melanggar larangan Allah. Ada perintah ditinggalkan, larangan justru dilaksanakan maka ini yang kemudian mendatangkan dosa hidup.

Di dunia ini banyak sekali kejadian dan peristiwa, ada yang senang, ada yang susah, ada yang baik, ada yang buruk, ada yang benar, ada yang salah. Baik dan buruk, benar dan salah ini merupakan dua hal yang bertolak belakang, dua hal yang berlawanan. Manusia diberikan kebebasan oleh Allah untuk memilih salah satunya Perbuatan baik dan benar yang akan mendorong orang masuk ke dalam surge, perbuatan salah perbuatan tidak baik maka yang akan mendorong pada jalan menuju ke dalam neraka. Ini adalah suatu pilihan bagi manusia, dan sebaik-baik hamba Allah adalah yang bisa menentukan pilihannya sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.

Allah dan rasul-Nya sudah memberikan jalan hidup berupa kitab suci atau as-sunnah, maka bila hamba Allah itu berpegang teguh pada dua hal akan selamat untuk selamanya. Karena itu di dunia ini banyak peristiwa, ada benar, salah, baik, buruk. Manusia dihadapkan dengan pilihan tersebut dan kehidupan manusia. Kadangkala ketika sedang susah, atau bahagia mendekat kepada Allah, ada yang orang yang sedang bahagia juga mendekat kepada Allah. Tetapi sebaliknya, kadangkala ada orang yang susah atau bahagia jauh kepada Allah. Maka inilah yang kemudian mendatangkan yang namanya dosa. Dosa itu yang akan mengantarkan seseorang masuk kedalam neraka. Besar-kecilnya perbuatan yang dilakukan hamba akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Setelah manusia atau hamba Allah melalui proses penyiksaan di dalam neraka kemudian akan dihisab oleh Allah selagi masih mempunyai dosa maka masih di dalam neraka. Tetapi ketika dosa-dosanya sudah habis maka dia akan dimasukkan ke dalam surge, karena itu pahala itu mempunyai efek dua hal yaitu di dunia dan di akhirat

4/25/2020

Pemberdayaan Fungsi Masjid, Bidang Idaroh, Riayah, Imaroh Saat Terjadi Wabah Virus Corona



Masjid adalah suatu bangungan monumental bagi umat Islam, simbol budaya dan kebanggaan bagi umat Islam. Hampir di setiap daerah berdiri bangunan masjid, karena animo masyarakat untuk memiliki bangunan monumental begitu besar,sehingga masjidpun di bangun menyesuaikan dengan arsitektur bangunan modern. Sebagian besar masjid dibangun secara swadaya, hal ini karena jiwa dan semangat spiritual, motivasi dan dorongan untuk mendirikan masjid memang mempunyai derajat yang tinggi, karena termasuk dalam kategori shadaqah jariyah. Bila anak adam meninggal maka terputus seluruh amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakan kepada kedua orang tuanya”. Membangun masjid adalah termasuk dalam kategori sahadaqah jariyah, dimana pahala orang yang melaksanakan shadaqah jariyah akan tetap mengalir selagi bangunan tersebut masih digunakan untuk menjalankan ibadah.

Perkembangan masjid yang begitu pesat sehingga masjid dikelompokkan menjadi masjid nasional berada di ibu kota negara yaitu masjid istiqlal, masjid raya yang berada di provinsi, masjid agung yang berada di kabupaten, masjid besar yang berada di kecamatan dan masjid jami’ yang ada di kelurahan/ desa. Karena Indonesai termasuk mayoritas beragam Islam sehingga jumlah masjidnya juga amat banyak, karena didalam lingkup RT/ RW di wilayah desa/ kelurahan juga berdiri banguan masjid.

Berdirinya masjid ada yang merupakan bentuk perluasan dari bangunan langgar/surau/ musholla. Namun kadang bisa juga berdirinya masjid karena kebutuhan jama’ah untuk lebih dekat dengan tempat ibadah sehingga ingin mendirikan jama’ah sendiri. Dan bisa juga karena tidak terakomodirnya kemauan dari jama’ah masjid. Sistem otoriter, monopoli dan kekeluuargaan dalam pengelolaan masjid akan mendorong timbulnya perselisihan dalam masyarakat.

Melihat fungsi masjid yang teramat banyak sehingga masjid tidak mungkin dikelola secara perorangan. Kita melihat bahwa setiap orang mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda, dalam bidang keilmuan, ketrampilan, kedermawanan yang berbeda. Sehingga semua potensi masyarakat ini hendaknya dapat satukan dalam sistem leadhership untuk dapat mewujudkan fungsi masjis sebagaimana pada zaman Rasulullah SAW.

Fungsi masjid pada masa Rasullah
Perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah di tandai dengan pembangunan masjid nabawi, masjid untuk menyatukan golongan anshar dan muhajirin. Dimana pernah terjadi perselisihan tentang siapakah diantara dua golongan itu yang paling utama. Masing-masing bersikukuh, bahwa golongan muhajirin merasa paling utama karena yang paling berjasa dalam menemani Rasulullah SAW hijrah dari Mekah ke Madinah. Sebaliknya golongan anshar juga merasa paling utama dan berjasa dalam melakukan penyambutan terhadap Rasulullah SAW dan memberikan perlindungan. Dengan kondisi yang demikian maka masjid menjadi tempat untuk menyatukan antara dua pendapat yang berbeda.

Karena itu masid pada zaman Rasulullah SAW adalah meliputi seluruh kepentingan dan kebutuhan umat Islam yang meliputi:
1. Tempat bersujud mendekatkan diri kepada Allah,
2. Tempat beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin sehingga terjaga keseimbangan dan keutuhan kepribadiannya,
3. Tempat bermusyawarah kaum muslimin memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat,
4. Tempat kaum muslimin berkonsultasi, menyampaikan permasalahan dan meminta bantuan pertolongan,
5. Tempat membina keutuhan jama’ah, mewujudkan gotong royong dan kesejahteraan jama’ah.
6. Tempat meningkatkan kecerdasan umat melalui majlis ta’lim, pendidikan dan pengajaran.
7. Tempat pembinaan dan pengembangan kader pimpinan umat,
8. Tempat melakukan pengaturan dan pengawasan keagamaan umat; dan
9. Tempat mengumpulkan , menyimpan dan mentasarrufkan dana amanah umat.
10. Tempat memobilasi umat.
11. Tempat mengatur pertahanan umat
12. Tempat menerima tamu

Himbauan Ibadah di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah rahmat dan maghfirah, pada bulan tersebut umat Islam sangat merindukan akan kedatangannya. Karena itu sebelum memasuki bulan suci Ramadhan umat Islam sudah mempersiapkan segala macam aktivitas sarana prasarana yang berkaitan dengan kegiatan puasa Ramadhan, baik itu di sektor pendidikan, keagamaan, ekonomi, sosial, budaya. Allah memberikan keberkahan bukan hanya bagi orang-orang Islam saja, tetapi juga kepada orang-orang non muslim semuanya mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi pada tahun 2020 masehi atau atau 1441 Hijriyah, umat Islam tidak bisa leluasa lagi untuk melaksanakan amaliyah ibadah Ramadhan sebagaimana pada tahun-tahun yang lalu, seperti pengajian, pesantren kilat, salat tarawih berjamaah di masjid, langgar atau mushola, kegiatan buka bersama, pengajian peringatan Nuzulul Quran dan kegiatan-kegiatan lain yang menghadirkan orang banyak.

Sebenarnya puasa kegiatan Ramadhan dari masa-ke masa telah diselenggarakan, kadang hanya merupakan pengulangan, namun dengan munculnya generasi baru ide dan kraatifitas lebih dinamis sehingga banyak mengalami peningkatan dalam beberapa sektor. Hal ini diharapkan bahwa puasa Ramadhan bisa dilaksanakan dengan senang, semarak dan penuh dengan semangat religi.
Upaya yang sudah dirancang, ternyata pada tahun ini dunia sedang dilanda wabah virus corona atau Covid- 19, di mana wabah ini belum pernah di rasakan oleh umat manusia seluruh dunia.

Penularannya yang begitu cepat dari manusia ke manusia, sehingga hal-hal yang keterkaitan dengan kegiatan pengumpulan masa akan bisa menjadi penyebab penyebaran virus corona. Karena itu agar jangan mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya pengumpulan masa, sebagaimana tausiahnya MUI nomor Kep-1065/DP-MUI/IV / 2020 di sana disebutkan bahwa umat Islam agar tidak melaksanakan ibadah yang melibatkan berkumpulnya orang banyak . Seperti shalat Jumat, jamaah rawatib shalat lima, waktu shalat tarawih, shalat Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta pengajian umum dan tabligh akbar. Ibadah tersebut dapat dilaksanakan di kediaman masing-masing dengan tanpa mengurangi kekhusyukan dan keikhlasan.

Dakwah Islam yang sudah dikembangkan oleh para kyai, mubaligh, ulama, ustadz yang mengajak kepada umat Islam agar melaksanakan salat secara berjamaah di tempat ibadah. Perjuangan para ulama ini sudah mendapatkan keberhasilan, dimana banyak sekali masjid dan tempat ibadah lainnya bahkan di perkantoran pada bulan Ramadhan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang tujuannya untuk menghidupkan bulan suci Ramadhan. Tetapi karena melihat risiko penularan dan penyebaran wabah korona ini, maka ormas Islam yaitu Majelis Ulama Indonesia menghimbau untuk tidak melaksanakan kegiatan seperti itu.

Kemudian Dewan Masjid Indonesia Dewan Masjid Indonesia juga menyampaikan tarhib, karena Ramadhan tahun 2020 sedang dihadapkan dengan wabah Covid-19 maka dikondisikan untuk menegakkan prinsip menghindarkan persentuhan dengan orang lain, menjauhan kebiasaan bertemu sampai meniadakan berkumpul bersama (jamaah) dalam berbagai bentuk dan forum (physical and social distancing) maka shalat tarowih, tadarus Alquran, taushiyah diselenggarakan dalam lingkup keluarga di tempat tinggal masing-masing.

Pemerintah sebagaimana Surat Edaran Menteri Agaman nomor 6 tahun 2020 tentang panduan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriyah di tengah pandemi wabah Covid-19 di dalam surat edaran itu dengan poin-poin sebagai berikut:

  1. Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadan di bulan Ramadhan dengan baik berdasarkan ketentuan fikih ibadah.
  2. Sahur dan buka puasa dilaksanakan oleh individu atau keluarga inti tidak perlu sahur on the road atau ifthor jama'i buka puasa bersama.
  3. Shalat tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah tilawah.
  4. Tadarus Alquran dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menyinari rumah dengan Tilawah Alquran.
  5. Buka puasa bersama baik dilaksanakan di lembaga pemerintah lembaga swasta masjid maupun mushola ditiadakan
  6. Peringatan Nuzulul Quran dalam bentuk Tabligh dengan menghadirkan penceramah dan masa yang jumlah besar bagi lembaga pemerintah lembaga swasta masjid maupun mushola ditiadakan.
  7. Tidak melakukan itikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan di masjid.
  8. Pelaksanaan Shalat Idul Fitri yang lazimnya dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau di lapangan ditiadakan, untuk itu diharapkan terbitnya fatwa MUI menjelang waktunya.
  9. Agar tidak melakukan kegiatan seperti salat tarawih keliling, takbir keliling, kegiatan takbir cukup dilakukan di masjid atau mushola dengan menggunakan pengeras suara pesantren kilat kecuali Media elektronik.
  10. Shilaturahim atau halal bihalal yang lazim yang dilaksanakan ketika hari raya Idul Fitri bisa dilakukan melalui media sosial atau video call atau Converse bawa beberapa macam kegiatan yang sifatnya pengerahan massa untuk menyerap menyemarakkan kegiatan bulan suci Ramadan maka pada tahun ini untuk tidak dilaksanakan tapi dilaksanakan di rumah masing-masing.


Dengan adanya surat himbauan surat edaran dari pemerintah ini, masyarakat hendaknya dapat menerima dengan lapang dada, untuk menjaga ketentraman, keselamatan dan kesehatan masyarakat agar mengikhlaskan ibadah-ibadah yang tadinya dilaksanakan secara berjamaah untuk dilaksanakan di rumahnya masing-masing. Tentu saja sifat lapang dada yang demikian ini karena pemahaman yang sudah demikian luasnya, sehingga kepentingan ibadah bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menjaga kepentingan orang lain

Ada lagi yang berpandangan bahwa surat edaran ini dipandang sebagai suatu yang tidak bermakna. Mereka meyakini bahwa itu adalah urusan Allah, bahkan ada yang terang-terangan mengatakan tidak takut dengan korona hanya takut kepada Allah. Dengan adanya wabah ini mereka sama sekali tidak merasa takut, resah dan gelisah. Walaupun sudah positif tapi tetap tidak mengakui bahwa dirinya sedang sakit. Yang ketiga ada anggota masyarakat yang menyikapi biasa-biasa saja, sehingga dengan adanya surat edaran, mereka kadangkala juga waspada hati-hati, tapi kadangkala kehati-hatian itu hilang. Agar jauhi bergerombol, kumpul dengan orang banyak, menjaga diri untuk senantiasa memakai masker, kadangkala dilaksanakan kadangkala tidak dilaksanakan. Dengan adanya perbedaan pemahaman dan ibadah pada bulan Ramadhan, marilah kita untuk mengikuti apa yang disarankan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19.

Bagaimana memberdayakan masjid
Dengan adanya surat edaran dari pemerintah untuk tidak melakukan ibadah di masjid langgar mushola, otomatis tempat-tempat ibadah yang tadinya ramai dikunjungi oleh para jamaah kemudian menjadi sepi, karena apa banyak warga yang mempunyai perhatian terhadap imbauan dari pemerintah sehingga mengikhlaskan untuk tidak mengunjungi tempat ibadah. Hal ini bukan berarti bahwa dirinya itu sudah tidak cinta, tidak suka dengan tempat ibadah, akan tetapi dengan pertimbangan bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk menciptakan kemaslahatan bersama yaitu untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Karena itu sekalipun ada himbauan untuk tidak kumpul-kumpul atau tidak melakukan ibadah di masjid. Apa yang bisa dilakukan untuk melakukan pemberdayaan fungsi masjid, sekalipun masjid itu tidak digunakan sebagai tempat untuk salat berjamaah, salat rawatib, tidak digunakan untuk melakukan shalat tarowih, tidak digunakan untuk melakukan Peringatan Nuzulul Quran, tidak digunakan untuk tadarus Alquran,tidak digunakan untuk salat halal bihalal. Tentu saja ada cara-cara untuk memberdayakan fungsi masjid jangan sampai bahwa dengan adanya himbauan dari pemerintah itu kemudian sama sekali tidak memperhatikan tentang fungsi masjid itu.
  • Bidang riayah adalah bidang perawatan tempat ibadah. Tempat ibadah itu tidak lagi dikunjungi oleh umat Islam secara keseluruhan, akan tetapi kebersihan masjid atau tempat ibadah lainnya hendaknya bisa dilaksanakan masjid, tetap dijaga, dipelihara kebersihannya. Karena sekalipun ada himbauan untuk tidak melakukan ibadah salat berjamaah di masjid, akan tetapi masih banyak pula masjid-masjid yang menyelenggarakan salat salat fardhu secara berjamaah, salat tarawih dan salat- salat malam. Karena itu menjaga kebersihan hendaknya tetap di laksanakan. Kebersihan yang sudah diupayakan akan mempunyai kesinambungan, akan berdampak pada sektor yang lainnya kalau masjid itu nampak bersih, maka keindahan dan kemegahannya juga akan terjaga. Coba kalau misalnya pada waktu musim terjadi wabah Covid-19 sama sekali masjid ditinggalkan jamaah, sehingga mereka tidak melakukan perawatan, menjaga kebersihan masjid, maka yang terjadi masjid dan tempat ibadah lainnya menjadi kumuh. Padahal kumuh, kotor ini tidak sesuai dengan syariat agama Islam yang mencintai kebersihan. Bidang riayah termasuk pengecetan, penndiaan sarana kebersihan handshop, hand sanitizer, penyemprotan disinfectan, penerangan, membuat spanduk yang kaitannya dengan gebyar untuk melakukan ibadah puasa Ramadhan dengan dasar iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
  • Bidang imaroh, bagaimana bisa memakmurkan masjid ternyata jamaahnya dihimbau untuk tidak datang ke masjid. Bagaimana akan bisa tercipta suatu kemakmuran masjid karena jamaahnya berkurang. Karena itu perlu dilakukan upaya kegiatan untuk meramaikan masjid itu diantaranya adalah ketika sudah masuk waktunya shalat maka tetap dikumandangkan adzan. Sekalipun dalam pelaksanaan shalat tidak perlu menunggu jamaah yang banyak, kalau sudah melewati waktu untuk segera melaksanakan shalat, meskipun itu hanya satu atau dua orang segera saja untuk di lakukan salat secara berjamaah di bidang kemakmuran.
  • Di bidang pendidikan, pelatihan dan juga pesantren kilat perlu dilakukan dengan sistem online. Tidak menghadirkan jamaah secara langsung, akan tetapi melalui media elektronik jadi di sini jadwal-jadwal untuk kegiatan pada bulan Ramadan kultum pengajian sebelum melakukan shalat tarawih. Petugasnya untuk membuat rekaman atau video untuk disiarkan, disampaikan melalui WA, atau petugasnya datang secara langsung tetapi ketika menyampaikan tausiyah, audian tidak datang secara langsung, Dia hanya berpidato atau memberikan tausiyah secara sendirian tidak ada jamaah secara langsung tetapi jamaahnya cukup yang mendengar melalui media elektronik, HP dan lain sebagainya. Ini semuanya adalah sebagai langkah atau upaya untuk memakmurkan masjid, jadi kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan itu tetap dilakukan, tapi tetap menjaga protokol di dalam pelaksanaan ibadah.
  • Beribadah itu di samping kita dasarnya karena iman dan taqwa kepada Allah, tapi mengacu pada Rasulullah itu adalah dengan mengkaji ilmu sebanyak-bayaknya, sehingga dengan belajar akan mempunyai pengetahuan secara lebih luas. Pengetahuan agama dan pengetahuan lainnya, maka dengan keyakinan yang diimbangi dengan ilmu pengetahuan, akan menjadikan muslim yang modern mudah melakukan suatu ibadah, bisa memberikan kemaslahatan kepada yang lainnya. Khairun naas anfa’ahum linnas sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat kepada lainnya. Ibadah pada bulan Ramadhan dalam lingkaran pandemi virus corona, untuk tetap melaksanakan ibadah bulan suci Ramadhan secara pribadi.
  • Melakukan kegiatan pengumpulan dan pendistribusian zakat secara jemput dan antar, sehingga kontak massa bisa dihindarkan. Jemput yang dimaksud panitia menghubungi muzakki secara on line kemudian panitia mengambil zakatnya atau dengan membuka rekening. Setelah terkumpul, pentasayarufan zakat dengan diantar oleh panitia pada mustahiq. Hindarkan dengan membagikan kupon pada mustahiq karena akan berakibat terjadinya pengumpulan massa.


Memang berat untuk merubah kondisi baik yang sudah mapan, shalat, jamaah, shilaturahim, tadarus Alquran, majlis taklim, buka bersama. Sama beratnya mengajak orang-orang untuk berbuat baik dan beribadah sesuai dengan tuntunan Islam. Namun harus yakin bahwa ini semua adalah jalan hidup yang harus dilalui. Allah memberikan rahmat untuk dinikmati, Allah menciptakan balak untuk diantisipasi dan diperangi. Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan, Allah tidak tidur, Allah selalu mengawasi hamba-Nya. Allah akan mendengarkan jeritan dan tangisan hamba-Nya dan Allah akan memberikan pertolongan, keberkahan dan kebahagiaan pada hamba-Nya