4/24/2020

Kewajiban Melaksanakan Puasa Ramadhan



Puasa Ramadhan merupakan unsur penting dalam syariat agama Islam, puasa Ramadhan meupakan salah satu rukun Islam, hal ini disebutkan dalam hadits nabi Muhammad SAW:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

"Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan". (HR. Buchari: 7, Muslim: 21)

Setiap muslim diwajibkan untuk melaksanakan lima dari rukun Islam tersebut, bila diruntut bahwa pengakuan diri atau setiap hamba agar dibuktikan dengan perbuatan dan amal nyata. Seorang hamba yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka dari kesaksian tersebut perwujudannyya adalah 1) Menegakkan shalat lima waktu, kewajiban ini tidak boleh ditinggalkan, kecuali ada hal-hal tertentu yang menghalangi untuk menegakkan shalat. Bahkan untuk mewujudkan kesempurnaan shalat, Allah juga memberikan tuntunan ibadah shalat Sunnah. 2) Membayar zakat bagi orang-orang yang mempunyai klebihan harta, yaitu telah mencapai nishab dan haul. Zakat ini guna membersihkan harta, sehingga harta yang diperoleh akan menjadi harta yang penuh dengan berkah. 3) Melaksanakan haji, hal ini hanya diperintahkan bagi orang-orang yang sudah mencapai pada taraf istitho’ah. 5) Melaksanakan puasa Ramadhan, kewajiban ini harus dilaksanakan bagi setiap muslim kecuali ada hal-hal yang mengahalngi untuk tidak berpuasa.

Perintah untuk melaksanakan puasa disebutkan dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 183.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183)


Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan nabi dan orang-orang yang beriman agar melaksanakan puasa Ramadhan seperti ibadah puasa yang telah diperintahkan kepada orang-orang sebelum Nabi Muhammad. Puasa itu adalah ibadah yang dikhususkan bagi orang-orang yang beriman maka bagi orang yang tidak beriman atau orang yang tidak mengaku beriman tidak dikenai taklif atau kewajiban untuk melaksanakan puasa. Tetapi jangan terlalu puas dan bangga ketika dibebaskan dari kewajiban untuk melaksanakan puasa Ramadhan, karena setiap Allah memerintahkan sesuatu mesti akan mempunyai akibat.

Allah memerintahkan orang yang beriman untuk melaksanakan puasa, maka Allah akan memberikan pahala bagi orang yang melaksanakan puasa, sebaliknya Allah memerintahkan puasa Ramadhan tetapi tidak melaksanakan puasa tanpa adanya halangan/ masaqot untuk melaksanakan puasa, maka dia berdosa dan kelak di hari Qiamat dia akan disiksa oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Lalu jika muncul suatu pertanyaan, bagaimana saya akan disiksa karena saya tidak diperintahkan oleh Allah, balik ditanya orang tersebut. Mengapa kamu tidak melaksanakan, dia menjawab karena saya tidak beriman maka tidak dikenai kewajiban.

Dengan berdasarkan pada ayat Alquran tersebut, maka selanjutnya kita bisa mengatakan, bahwa manusia diberikan pilihan oleh Allah untuk menjadi orang yang beriman atau orang kafir, orang yang taat atau orang yang fasik. Setiap predikat seseorang, akan mempunyai akibat. Allah memerintahkan agar beriman kepada Allah dan rasulnya. Kewajiban untuk melaksanakan rukun Islam, karena itu kalau dia itu bukan orang yang beriman, itu sudah menyalahi kodrat atau dengan kata lain dia tidak mendapat Hidayah dari Allah. Karena itu bersyukurlah bagi kita sekalian orang-orang yang sudah mendapat hidayah iman dan Islam. Mudah-mudahan dengan hidayah itu kita akan senantiasa dibimbing dan diarahkan oleh Allah untuk bisa melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.
Termasuk pada bulan ini, kita dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi orang-orang yang beriman. Ternyata Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan kewajiban kepada ada umat sebelum nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Jadi kalau kita belajar pada tarih Islam, bahwa umat sebelumnabi Muhammad itu juga sudah dikenai taklim untuk melaksanakan puasa, akan tetapi tidak seperti puasanya orang Islam selama satu bulan. Puasa nabi Daud itu adalah 1 hari puasa dan 1 hari tidak puasa. Disamping itu ternyata puasa itu juga dilaksanakan oleh makhluk Allah yang lain. Dari golongan hewan, misalnya itik, ayam, menthok, burung ketika mengerami telurnya maka di sana dia itu juga berpuasa, kalau mengerami telurnya kemudian dia sering meninggalkan sarangnya, tidak berpuasa maka telur gagal menetas. Karena itu diperlukan keprihatinan atau puasa dari unggas tersebut sehingga mungkin dalam 1 hari atau 2 hari itu tidak meninggalkan sarang tidak makan dan juga tidak minum. Dengan kondisi yang demikian tubuhnya hewan itu akan menjadi panas, sehingga akan lebih mempercepat penetasan telurnya.

Puasa juga dilaksanakan dari golongan serangga. Proses metamorfosis kupu-kupu, dari manakah si kupu-kupu itu? dari ulat, kemudian ulat itu setelah besar itu berubah menjadi kepompong. Tidak bisa berjalan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya bergerak-gerak yang di bagian kepalanya saja dan proses yang demikian itu juga dilakukan cukup lama mungkin bisa 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari mungkin sampai satu minggu dari bentuk kepompong akan berubah bentuk, bisa menjadi kupu-kupu atau bisa menjadi kumbang bisa menjadi capung dan lain sebagainya. Ini semua dilakukan dengan puasa, kalau tidak puasa maka tidak akan jadi. Maka orang yang berpuasa itu akan naik derajatnya disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Puasa itu selain diwajibkan kepada umatnya nabi Muhammad, golongan hewan dan serangga juga pada tumbuhan- umbuhan yang berbiji belah. Seperti ada albasiah ada pohon sengon ada pohon manga, pohon suren, mahoni dan lainnya juga melakukan puasa. ketika daunnya berguguran sehingga tinggal batang dan rantingnya. Kenapa kok berkurang, gugur semua tidak mati? Dia sedang berpuasa, karena fungsi daun adalah untuk membuat makanan. Ketika daun gugur maka tidak ada yang membuat makanan bagi tumbuhan tersebut, akar tetap mencari makan sehingga selama beberapa hari, sehingga setelah cukup akan mulai tumbuh daun yang putih lalu menghijau, terlihat subur lalu batangnya pun segera membesar.

4/23/2020

Membaca Alquran Untuk Menangkal, Musibah, Wabah, Bencana



Alam berputar mengikuti Sunnatullah, ketika manusia dilanda berbagai bencana, manusia membutuhkan sesuatu yang mampu menentramkan jiwa. Demikian pula dengan berbagai bencana yang menimpa dewasa ini mulai dari musibah banjir, gunung meletus, tanah longsor, wabah pandemi Covid-19 adalah merupakan bencana yang perlu direnungkan. Agama mengajarkan agar umatnya senantiasa membaca fenomena yang terjadi, begitu pentingnya tugas membaca itu sehingga surat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam adalah perintah untuk membaca.

Quraish Shihab dalam buku membumikan Alquran mengatakan, bahwa Alquran merupakan pelita kehidupan yang mampu menerangi jalan tatkala dilanda kegelapan. Membaca Alquran dengan penuh kekhusukan diyakini akan mampu menghilangkan berbagai kesusahan. Karena kemuliaan yang demikian, maka Alquran disebut sebagai mukjizat tertinggi bagi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam. Kemuliaan dan keagungan Alquran itu tidak mengenal batas, artinya sampai kapanpun kemuliaan dan keagungan Alquran tidak akan luntur. Kalau saat ini masyarakat dilanda berbagai bencana, termasuk dengan wabah virus Corona yang sangat memprihatinkan, tampaknya ada relevansi jika dikaji dari dimensi Alquran.

Barangkali munculnya berbagai bencana akhir-akhir ini adalah karena manusia, bukankah terjadi berbagai bencana adalah karena ulah manusia itu sendiri dan tatkala bencana terjadi adalah sebagai peringatan atau ujian bagi manusia. Kealpaan manusia dalam membaca, memahami dan mengamalkan isi Alquran tampaknya sudah sampai pada titik yang memprihatinkan coba. Kita renungkan sebagian isi Alquran mengatakan agar manusia menegakkan keadilan, kejujuran, saling mengasihi. Tuhan sangat membenci kesombongan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial. (Mukti Ali, Memahami beberapa aspek ajaran Islam tahun 1991).

Kealpaan membaca
Alquran diturunkan pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan sebelum hijrah, berisi perintah untuk membaca kepada nabi Muhammad. Membaca disini adalah luas, yaitu tidak hanya membaca yang tersurat melainkan juga yang tersirat. Karena ayat-ayat Allah itu sendiri tidak hanya tersurat dalam 30 juz Aalquran, justru ayat-ayat Allah yang tersirat jauh lebih banyak dari yang tersurat. ayat-ayat Allah yang tersirat ini bisa dilihat di semua jagat raya ini, mulai dari bulan, bintang, matahari sampai pada diri setiap orang. Karena di dalam penciptaan benda benda itu terkandung kekuasaan Allah yang perlu untuk direnungkan. Itulah sebab jika lautan dijadikan tinta untuk menulis kekuasaan Allah, maka niscaya lautan itu akan kering sebelum selesai menulis semuanya kekuasaan Allah.

Ketika Alquran pertama kali diturunkan nabi sedang menyendiri di Gua Hira, beliau sengaja menjauhkan diri dari kaumnya karena tak tahan melihat peradaban jahiliyah yang melanda kaum Quraisy waktu itu. Nabi benar-benar sangat prihatin terhadap krisis moral yang melanda kaumnya, melakukan tindakan yang menghalalkan segala cara. ketika itu hukum yang berlaku adalah siapa yang kuat adalah yang berkuasa. Mereka menyembah berhala, berjudi, merampok, memperbudak manusia dan bahkan membunuh bayi wanita. Pendek kata mata dan telinga kaum Quraisy sudah buta, tuli pada nilai-nilai kebenaran. Di tengah krisis moral yang demikian ini maka turunlah wahyu pertama kepada nabi, kalau pengertian membaca dalam ayat pertama ini tidak hanya pada yang tertulis tetapi banyak masalah di sekeliling kita yang perlu dibaca sebagai bagian dari kekuasaan Allah dan pengertian membaca itu pun tidak hanya berlaku kepada nabi tetapi adalah kepada semua manusia dan pada setiap saat.

Dengan demikian tatkala saat ini kita dilanda berbagai bencana yang memprihatinkan maka kita pun perlu membaca dengan kacamata agama atau kekuasaan Allah kita perlu lebih dahulu mempertanyakan. Mengapa bencana begitu sering melanda? Apakah yang salah dalam tindakan manusia, sehingga Allah memberi peringatan dan ujian kepada hambaNya? Barangkali kalau kita mau membaca dengan jujur dan dengan merujuk pada ayat-ayat Alquran maka kita pun akan menemukan jawabannya dari segi kejujuran dan keadilan tampaknya sudah terlalu sering dipermainkan oleh umat manusia cara melakukan ketidakjujuran dan ketidakadilan sudah dianggap sebagai hal yang biasa.

Karena godaan hawa nafsu banyak orang yang suka berlaku tidak jujur dan tidak adil, padahal dari tindakan tersebut betapa banyak orang menderita dan bahkan menjadi kerugian besar bagi negara. Patut direnungkan bahwa terjadinya berbagai macam bencana akhir-akhir ini barangkali adalah karena kealpaan manusia. Dalam Peringatan Nuzulul Quran turunnya Alquran patut direnungkan makna membaca yang disebutkan dalam ayat tersebut, setiap muslim dianjurkan untuk membaca baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Untuk ayat-ayat tertulis dalam Alquran hendaknya senantiasa dibaca, direnungkan dan diamalkan isi yang terkandung di dalamnya. Kemudian pada ayat-ayat tertulis di manapun dan kapanpun kita bisa menemukan dan membaca kekuasaan Allah dan bahkan di dalam diri setiap orang terdapat ayat-ayat Allah, sesungguhnya betapa angkuhnya manusia dan betapa Maha Agung nya Allah.

4/22/2020

Wasilah dan Andalan Terkabulnya Doa, Kisah Tiga Pemuda Terjebak di dalam Gua


Setiap orang yang tentu menginginkan doanya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, namun ternyata banyak orang yang ketika berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kadangkala terasa bahwa hajat dan keinginannya tidak dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang tersebut merasa berputus asa sehingga ibadah yang seharusnya dilaksanakan dengan istiqomah akan tetapi lambat laun nilai ibadah tidak bernilai. Keimanan yang diharapkan terwujud menjadi amal sholeh, tetapi justru mengalami penurunan.

Kondisi yang demikian ini maka banyak orang yang berputus asa. Mengapa dalam setiap doanya tidak didengarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, siang malam berdoa kepada Allah, bermunajat kepada Allah bahkan kadangkala dia protes, bahwa dia sudah melaksanakan salat tahajud sudah melaksanakan salat dhuha sudah melaksanakan puasa, sudah melaksanakan amal ibadah yang lainnya tetapi doanya tidak didengar oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Hal ini menurut perasaan dirinya, karena itu kita berpedoman pada hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa ada 3 orang pemuda yang itu tersesat di dalam hutan kemudian dia masuk ke dalam gua untuk berlindung tapi ternyata pintu gua itu runtuh kemudian menutup pintu gua.

Dengan daya upaya dengan kekuatan yang dikerahkan pintu gua tidak bergeser sedikitpun maka kemudian apa yang dilakukan oleh 3 pemuda itu? Apakah dia tetap berputus asa? Ternyata tidak, diantara mereka berkata kepada yang lainnya, mintalah kepada Allah dengan perantaraan amal yang paling utama yang kalian pernah melakukannya. Pemuda yang yang pertama mengatakan:

اللَّهُمَّ إِنِّي كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ فَكُنْتُ أَخْرُجُ فَأَرْعَى ثُمَّ أَجِيءُ فَأَحْلُبُ فَأَجِيءُ بِالْحِلَابِ فَآتِي بِهِ أَبَوَيَّ فَيَشْرَبَانِ ثُمَّ أَسْقِي الصِّبْيَةَ وَأَهْلِي وَامْرَأَتِي فَاحْتَبَسْتُ لَيْلَةً فَجِئْتُ فَإِذَا هُمَا نَائِمَانِ قَالَ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبَهُمَا حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ قَالَ فَفُرِجَ عَنْهُمْ

" Ya Allah, aku memiliki kedua orangtua yang sudah renta. Suatu hari aku keluar untuk mengembala untuk mendapatkan susu kemudian aku datang membawa susu, lalu aku berikan kepada kedua orang tuaku, lalu keduanya meminum baru kemudian aku berikan minum untuk bayiku, keluarga dan isteriku. Pada suatu malam, aku mencari susu setelah aku kembali dan aku datangi mereka ternyata keduanya sudah tertidur. Dia berkata; Aku enggan untuk membangunkan keduanya untuk meminum susu sedangkan anakku menangis dibawah kakiku karena kelaparan, Begitulah kebiasaanku dan kebiasaan kedua orang tuaku hingga fajar. Ya Allah seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridha Mu, maka bukakanlah celah untuk kami agar kami dapat melihat matahari darinya". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka terbukalah sedikit celah untuk mereka.

Usaha satu pemuda sudah menunjukkan adanya harapan untuk bisa keluar dari dalam gua, lalu pemuda yang kedua pun juga, menyebutkan amal paling utama yang pernah dilakukan, seraya berkata:

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أُحِبُّ امْرَأَةً مِنْ بَنَاتِ عَمِّي كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرَّجُلُ النِّسَاءَ فَقَالَتْ لَا تَنَالُ ذَلِكَ مِنْهَا حَتَّى تُعْطِيَهَا مِائَةَ دِينَارٍ فَسَعَيْتُ فِيهَا حَتَّى جَمَعْتُهَا فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ فَقُمْتُ وَتَرَكْتُهَا فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً قَالَ فَفَرَجَ عَنْهُمْ الثُّلُثَيْنِ

"Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku seorang lelaki yang sangat mencintai seorang wanita putri dari pamanku seperti kebanyakan laki-laki mencintai wanita. Suatu hari dia berkata, bahwa aku tidak akan bisa mendapatkannya kecuali aku dapat memberi uang sebanyak seratus dinar. Maka aku bekerja dan berhasil mengumpulkan uang tersebut. Ketika aku sudah berhadapan dengannya dan aku hendak menyetubuinya, dia berkata; bertaqwalah kepada Allah, dan janganlah kamu renggut keperawanan kecuali dengan haq". Maka aku berdiri lalu pergi meninggalkan wanita tersebut. Ya Allah seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhaMu, maka bukakanlah celah untuk kami". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka terbukalah dua pertiga dari batu yang menutup pintu gua.

Pertolongan Allah semakin menunjukkan hasil, ternyata amal dari pemuda yang kedua menjadi amal utama yang diterima oleh Allah, sehungga menjadi wasilah ketika bermunajat kepada Allah SWT. Namun amal dari dua pemuda tersebut belum cukup untuk membuka pintu gua. Maka kini tinggallah satu orang pemuda, yang dia pun menyebutkan amal utama yang pernah dilakukan:

وَقَالَ الْآخَرُ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقٍ مِنْ ذُرَةٍ فَأَعْطَيْتُهُ وَأَبَى ذَاكَ أَنْ يَأْخُذَ فَعَمَدْتُ إِلَى ذَلِكَ الْفَرَقِ فَزَرَعْتُهُ حَتَّى اشْتَرَيْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرَاعِيهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَعْطِنِي حَقِّي فَقُلْتُ انْطَلِقْ إِلَى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرَاعِيهَا فَإِنَّهَا لَكَ فَقَالَ أَتَسْتَهْزِئُ بِي قَالَ فَقُلْتُ مَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ وَلَكِنَّهَا لَكَ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فَكُشِفَ عَنْهُمْ

Kemudian orang yang ketiga berkata: Ya Allah sungguh Engkau mengetahui bahwa aku pernah memperkerjakan seseorang untuk mengurusi satu benih tumbuhan lalu aku beri upah namun dia tidak mau menerimanya. Lalu aku sengaja mengembangkan benih tersebut sehingga darinya aku bisa membeli seekor sapi dan seorang pengembalanya. Kemudian di suatu hari orang itu datang kepadaku seraya berkata; "Wahai 'Abdullah, berikanlah upahku yang dulu!" Lalu aku katakan; Kemarilah lihat kepada seekor sapi dan pengembalanya itu semua milikmu". Dia berkata: "Kamu jangan mengolok-olok aku!" Dia berkata: Aku katakan: Aku tidak mengolok-olok kamu tetapi itu semua benar milikmu. Ya Allah seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami". Akhirny a mereka bisa terbebas dari gua tersebut". (HR. Buchari: 2063)


Kisah Pemuda kisah 3 orang pemuda tersebut jelas menggambarkan kepada kita sekalian dan sekaligus menjadi i'tibar bagi kita, bahwa ketika bermunajat, berdoa kepada Allah, senjata kita tidak lain adalah amal ibadah. Karena itu jangan anggap enteng bahwa ibadah itu tidak bermakna, sesungguhnya ibadah itu sangat bermakna, karena sejak awal bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan jin dan manusia itu adalah agar beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena itu jadikanlah hidup kita sekalian selalu dipenuhi ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika meminta kepada Allah hendaklah di awali dengan perenungan dari seluruh amal ibadah yang sudah kita lakukan, sudah sebandingkah dengan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada dirinya.

Dapatkah kita bisa menghitung nikmat Allah yang telah diberika, kalau disuruh menghitung nikmat Allah yang diberikan niscaya kita tidak akan bisa menghitungnya:

dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Annahl: 18)

“ Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim: 34)



Kufur ini adalah mengingkari nikmat yang telah diberikan oleh Allah, karena itu jadilah kita sekalian sebagai orang yang beriman dan bertaqwa, agar meningkatkan amal ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena seberapapun tingkat amal ibadah kita kalau dibandingkan dengan nikmat Allah yang diberikan, niscaya tidak akan sebanding. Coba Kita Renungkan dalam setiap detik berapa oksigen yang sudah kita hirup, oksigen yang dihirup itu tidak bayar atau gratis. Ternyata semuanya itu diberikan secara cuma-cuma oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Coba kalau kita lihat di rumah sakit orang yang sesak nafas, jantung, kemudian dia harus dibantu dengan oksigen, berapa tabung oksigen yang diperlukan. Berapa nilai rupiah yang harus dikeluarkan, itulah bahwa kita perlu merenungi hal yang demikian itu. Kemudian sinar matahari, jangan anggap bahwa matahari itu sinarnya tidak bermakna, sesungguhnya matahari itu bersinar itu pun karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, andai dalam satu hari, matahari tidak keluar atau dalam satu bulan tidak ada matahari niscaya tidak akan
ada kehidupan.

Karena itu marilah kita sekalian diawali dari diri sendiri, bila kita ingin agar doanya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, marilah kita memperbanyak amal ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, berfastabiqul khairat kita sekalian berlomba-lomba dalam melaksanakan amal ibadah semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mudah-mudahan bermanfaat bagi kita sekalian terima kasih.

4/21/2020

Doa Mohon Petunjuk, Taqwa, Kesucian dan Kecukupan



Doa adalah suatu permohonan kepada Allah, seorang hamba selalu memohon diberikan kehidupan yang baik, bahagia dan sejahtera. Mengapa manusia memohon kepada Allah, karena manusia adalah makhluk yang lemah, tiada daya kekuatan kecuali diberikan oleh Allah. Allah menciptakan kebaikan tapi juga menciptakan keburukan, Allah menciptakan kesejahteran tapi Allah juga menciptakan musibah, bencana dan malapetaka.

Ketika manusia diberikan anugerah, kebahagiaan dan kesejahteraan maka sudah sepatutnya bersyukur kepada Zat yang Maha Pemberi dan bila diberikan musibah, bencana dan malapetaka maka kewajibannya adalah bersabar disertai dengan usaha dan ikhtiar. Karena bila Allah menghendaki suatu kebaikan kepada hamba-Nya maka tidak ada yang dapat menghalangi, sebaliknya bila Allah menghendaki suatu keburukan maka tak ada pula yang dapat mencegahnya. Karena Allah Maha Kuasa untuk menciptakan, Maha Kuasa pula untuk menjaga dan melindungi. Tak ada manusia yang mau mendapat musibah dan bencana, manusia inginnya hidupnya selalu aman, sejahtera dan bahagia. Apa yang terjadi adalah merupakan perwujudan dan rencana dan telah dibuat.

Sebelum munculnya wabah virus corona (Covid-19) tiap orang tentu sudah merencanakan suatu kegiatan. Kebetulan wabah pendemi ini muncul berdekatan dengan akan datangnya bulan suci Ramadhan. Yang punya usaha pariwisata tentu sudah menyiapkan segala sesuatunya, armada bus, rumah makan, penginapan, pembenahan tempat ibadah, makam, jajanan, hasil kerajinan, pakaian semua sudah dipersiapkan, semuanya mengharapkan keuntungan yang berlimpah. Apa yang terjadi dengan kondisi wabah virus corona ini?

Takmir masjid juga sudah merencanakan beberapa macam kegiatan, pesantren kilat, buka bersama, shalat tarowih berjamaah, tadarus Alquran, peringatan Nuzulul Qur’an, iktikaf, pengumpulan dan pentasyarufan zakat, shalat Idul Fitri dan halal bihalal. Pada Kantor/ Dinas/ Instansi/ Lembaga juga sudah menyusun agenda acara pada bulan Ramadhan. Ternyata muncul pandemi yang belum pernah terjadi, pandemi yang mengglobal, semua negara disibukkan dengan urusan untuk bertahan diri dari serangan wabah Covid-19. Tenaga media, polisi, tentara, tokoh agama, tokoh masyarakat berjuang mensosialisasikan upaya pencegahan, para ilmuan berjuang untuk menemukan vaksin. Semua bahu-membahu untuk mengembalikan kondisi dunia agar kembali kondusif. Rasulullah memberikan tuntunan doa:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

"Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri dan perasaan cukup." (HR. Muslim, hadits nomor 4898)

Hadits yang singkat ini mempunyai makna yang luas, manusia menyadari menjadi makhluk yang lemah, maka manusia meminta agar diberikan:

1. Petunjuk, adalah jalan terang, manusia diberikan agama maka dia telah diberikan petunjuk, karena didalam agama tentu mempunyai kitab suci. Di dalam kitab suci itulah menusia mempunyai pedoman hidup, bukan hanya untuk meraih kebahagiaan di dunia saja namun lebih dari itu, kebahagiaan di akhirat. Kebahagiaan di dunia tentu ada batasnya demikian pula kesengsaraan di dunia juga ada batasnya. Namun bila kebahagian di akhirat adalah selamanya. Simbol kebahagian di akhirat adalah di masukkan ke surga, bila sudah masuk ke dalam surga maka tidak akan mengalami kesengsaraan lagi, untuk selamanya di surga. Namun bila masuk ke dalam neraka maka kemungkinan akan bisa masuk ke surga selagi dosa-dosanya mendapat ampunan, akan mengakhiri kesengsaraan di neraka menuju kebahagiaan di surga. Kesengsaraan ini akan berlangsung lama tergantung dari dosa-dosa yang dimiliki, namun bisa jadi selamanya di dalam neraka, karena tidak mendapat ampunan Allah SWT. Karena itu mintalah selalu petunjuk kepada Allah agar selalu diberikan kemantapan dalam melaksanakan tuntunan syariat Islam.

2. Mohon di beri taqwa. Mohon kepada Allah untuk diberikan kemampuan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya. Karena itu di dalam Alqur’an Allah telah memberikan gambaran tentang tanda-tanda orang-orang yang bertaqwa. Dengan taqwa itu maka Allah akan memberikan rizqi dari arah yang tidak terduga. Sering kali kita temui ada orang yang merasa bersyukur kepada Allah atas anugerah yang diterimanya. Ketika dalam kondisi kesulitan diberi kemudahan dan jalan terang oleh Allah, ketika dalam kondisi kekurangan namun tetap merasa diberikan keberkahan dan kecukupan. Bahkan dalam setiap saat selalu mensyukuri bahwa dirinya dan keluargaanya diberikan kesehatan. Dirinya membayangkan tetangganya yang sedang sakit bahkan ada yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Ternyata kesehatan adalah rizqi yang sangat bernilai dan melebihi atas harta yang dimiliki.

3. Mohon untuk diberi kesucian diri. Mohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala hal yang diharamkan oleh Allah, sehingga akan meraih kehormatan diri. Haram adalah larangan Allah, bila larangan dilaksanakan maka akan menjadi orang yang kotor, hatinya ternoda, sehingga dalam berperilaku akan lebih mendahulukan hawa nafsu. Maka hamba yang baik adalah yang senantiasa menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjalankan perintah Allah.

4. Mohon diberikan kecukupan. Dalam kondisi apapun dan di mana pun merasa cukup kepada Allah. Tidak meminta kepada selain Allah, maka akan menjadi orang yang kaya hati(jiwa) dan tidak rendah, karena butuh kepada manusia berarti hina dan rendah sedangkan butuh kepada Allah berarti mulai dan ibadah. (Syaikh Muhammad Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Darul Falah, Jakarta, 2008: 449)

Kehidupan manusia bersifat dinamis, segala peristiwa dunia baik itu yang diinginkan atau tidak diharapkan adalah suatu kemungkinan yang bagi Allah adalah suatu kepastian. Tiada satupun yang terjadi di dunia kecuali atas kehendak Allah. Manusia meminta, Allah yang akan memenuhi, manusia berusaha dan berikhtiar Allah yang memutuskan. Tugas manusia hanya beusaha dan berikhtiar, karena itu setiap peristiwa hendaknya diterima dengan ikhlas dan sabar.

4/20/2020

Bertaqwa Di Mana Pun dan Kapan Pun, Dalam Shalat, Zakat, Puasa, Muamalah.



Allah telah memerintahkan kepada hambanya untuk beriman dan bertaqwa, iman adalah fondasi, dasar suatu keyakinan dan taqwa merupakan wujud dari iman. Perintah ini telah disebutkan dalam Aquran


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS.3, Ali Imran: 102)


“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 64, Attaghobun: 16)

Dua ayat Alquran yang satu mengatakan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman dan bertaqawa dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali meninggalkan Islam sehingga sampai akhir hayat akan tercatat sebagai orang yang berserah diri (muslim). Dalam menjalankan perintah Allah, menurut kesanggupan, misalnya ketika sehat maka shalat dilaksanakan dengan berdiri, namun bila sakit sehingga tidak mampu untuk berdiri maka jangan dipaksakan untuk menegakkan shalat dengan berdiri, karena bila dengan berdiri memang tidak sanggup. Maka menegakkan shalat bisa dengan duduk atau berbaring.

Kehidupan manusia selalu berputar, kadang mengalami senang, kadang susah, kadang terasa longgar, kadang setiap saat terasa sibuk dan harus efisien memanfaatkan waktu, begitu juga melihat kondisi ekonomi kadang merasa cukup kadang kekurangan. Demikian pula kadang berada dalam komunitas yang ramai, kadang sepi. Karena itu di manakah iman dan taqwa itu akan di tempatkan. Apakah iman dan taqwa disesuaikan dengan situasi dan kondisi? Dalam hal ini Rasululah SAW telah memberikan pelajaran.

اِتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ


"Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Turmudzi , hadits nomor: 1910)

Dalam hadits yang singkat itu terkandung hikmah yang banyak:
1. Perintah untuk bertaqwa kepada Allah di mana pun dan kapan pun, yaitu melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah. Melaksanakan perintah Allah dengan ikhlas untuk Allah dan mengikuti rasul serta meninggalkan apa yang dilarang atau apa saja yang diharamkan. Misalnya menjalankan apa yang diwajibkan Allah dalam rukun Islam, setelah dua kalimat syahadat lalu melaksanakan shalat, dengan menyempurnakan syarat-syarat, rukun dan kewajiban serta sempurnakan salat itu dengan segala hal yang berkaitan dengan shalat.

Barangsiapa yang tidak memenuhi salah satu syarat salat atau kewajibannya atau rukun-rukunnya, berarti ketakwaannya berkurang, seberapa banyak meninggalkan apa yang diperintahkan. Bertaqwa kepada Allah dalam zakat artinya menghitung semua harta yang wajib dikeluarkan zakatnya untuk dibersihkan, maka orang yang berzakat jiwanya akan menjadi bersih tanpa merasa bakhil, iri, tamak, tanpa merasa berat dan tanpa mengakhirkan. Barangsiapa yang tidak melakukan seperti itu, berarti tidak bertaqwa kepada Allah.

Bertaqwa dalam puasa berarti melaksanakan puasa seperti yang diperintahkan dengan menjauhi segala kesenangan, senggama, dengki, ghibah, adu domba, dan sebagainya yang dapat mengurangi kesempurnaan puasa dan menghilangkan ruh puasa. Karena makna puasa yang hakiki adalah menahan diri dari apa yang diharamkan Allah SWT. Begitu juga bertaqwa dalam kewajiban-kewajiban lainnya, yaitu menjalankannya dengan penuh ketakwaan kepada Allah, melaksanakan perintahnya dengan penuh keikhlasan dan mengikuti rasul-Nya. Begitu juga bertaqwa dalam larangan-larangan-Nya berarti meninggalkan apa saja yang dilarang Allah. Apapun yang dilarang Allah untuk tinggalkan.

2. Tutuplah keburukan dengan kebaikan untuk menghapusnya. Atau jika melakukan perbuatan yang buruk, maka tutuplah keburukan itu dengan kebaikan karena kebaikan dapat menghapus keburukan. Diantara kebaikan setelah keburukan itu adalah bertaubat kepada Allah dari keburukan karena taubat merupakan kebaikan yang paling mulia.


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. 2: Al Baqarah: 222)


“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. 24: Annuur: 31)
Amal shalih dapat menghapuskan dosa yang telah dilakukan seperti sabda rasul bahwa shalat Jum’at hingga Jum’at, puasa Ramadha hingga Ramadhan dapat menghapus dosa yang ada diantara keduanya selagi tidak melakukan dosa besar. Demikian pula antara umrah yang satu dan yang lain menjadi kifarat terhadap dosa (kecil) yang dilakukan antara keduanya.

3. Pergauli manusia dengan akhlaq yang baik.
Dalam kehidupan bermasyarakat, jadilah insan yang dapat bergaul dengan akhlaq dan berbudi pekerti yang baik, bila melihat karya dan perilaku orang lain yang baik, biasakan untuk memuji dan jangan mencela, hendaknya menampakkan muka yang cerah, jujur, berbicara yang baik dan berperilaku dengan akhlaq yang mulia. Akhlaq menjadi simbol sempurnanya iman. Karena Rasulullah diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlaq. Akhlaq yang baik bisa menghantarkan pelakunya pada jalan yang baik, dicintai manusia dan kelak di hari Qiamat akan diberi pahala yang besar. (Syaikh Muhammad Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Darul Falah, Jakarta, 2008: 409-411)



4/16/2020

Menjaga Kebersihan Jasmani dan Rohani sebagai Syarat Terkabulnya Doa



Virus Corona (Covid-19) telah mengajarkan kepada manusia untuk membiasakan hidup bersih, walaupun efek yang ditimbulkan menjadi berbagai macam musibah. Dari suatu yang sama sekali tidak diperkirakan ternyata terjadi, dimana-mana timbul rasa ketakutan dan kekhawatiran. Dari menyebarnya penyakit hingga menimbulkan kematian. Karena memang kadang manusia itu bersikap keterlaluan didalam memanfaatkan potensi alam yang diberikan Allah. Didalam Islam telah digariskan bahwa bersuci yang paling bagus adalah menggunakan air, baru setelah air bisa menggunakan debu atau benda-benda kering yang menyerap kotoran (untuk istinjak).

Bersuci dengan menggunakan selain air tentu ada sebab-sebabnya, sebagaimana Sayid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah menyebutkan karena 1) Tidak menemukan air atau ada air tapi tidak mencukupi, 2) Sedang menderita sakit sehingga bila menggunakan air maka sakitnya akan bertambah parah, 3) Jika air sangat dingin dan keras sehingga bisa membahayakan, 4) Air yang berada dekat dengan seseorang tetapi khawatir terhadap keselamatan diri, kehormatan harta, kehilangan teman, terhalang oleh musuh, 5) Air hanya cukup untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, makan, minum, 6) Bisa menggunakan air tapi khawatir tidak bisa melaksanakan kewajiban khususnya shalat. Maka disinilah Allah memberikan ruhshah atau keringanan. Hal ini adalah ketentuan syariat yang harus ditempuh. Sehingga bila ternyata ada air dan tidak ada penghalang untuk menggunakan air sebagai sarana bersuci, maka bila menggunakan selain air tidak dibenarkan.

Dengan memperhatikan hasil penelitian bahwa virus tidak suka dengan sesuatu yang bersih, tidak suka dengan detergen, maka dari kebiasaan manusia yang tidak bersih kemudian berupaya untuk menciptakan kebersihan. Sehinga di tempat-tempat pelayanan masyarakat, masjid, sekolah, perkantoran dan tempat-tempat umum disediakan tempat bercuci tangan atau kadang berupa hand saniteser. Ketika kita diingatkan dengan upaya untuk menggalakan hidup bersih, maka tangan yang banyak menjadi perantara sampainya virus lalu dibersihakan.

Disamping menjaga kebersihan adalah merupakan perintah Allah bahwa Allah itu bersih dan menyukai sesuatu yang bersih. Demikian pula dalam semboyan bahwa menjaga kebersihan itu sebagian dari iman. Karena itu orang yang beriman harus mencintai dan melakukan hidup bersih. Dalam suatu waktu Rasulullah pernah bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ


" Ketahuilah bahwa didalam tubuh tedapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh, itulah yang dinamakan hati". (HR. Buchari:50)

Dari hadits itu dipahami bahwa bersih itu meliputi bersih jasmani dan ruhani, karena manusia terdiri dari jasad dan hati atau nafs. Dalam diri manusia nafs memegang peran yang sangat penting. Karena hati yang bersih akan menjamin setiap perilaku menjadi bersih dan sehat. Namun bila hatinya kotor maka semuanya akan menjadi gelap. Kotornya hati bisa karena pengaruh hawa nafsu atau karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan. Sehingga hati yang kotor ini akan merasa jauh kepada Allah. Walaupun sesungguhnya Allah itu dekat namun menurut dirinya Allah itu jauh. Perasaan jauh ini karena dirinya merasakan setiap doa dan permohonannya tidak didengar Allah, merasa hidupnya selalu dalam kondisi susah.

Karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan hati yang nutrisinya adalah senantiasa memperbanyak zikir kepada Allah. Zikir menjadi alternative penyembuhan segala macam penyakit. Termasuk metode penyembuhan sakit dengan zikir, Allah telah memerintahkan di dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 41:

" Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya".
Banyak orang yang menaruh harapan dan keyakinan bahwa dengan memperbanyak zikir segala penyakit akan hilang, benarkah demikian. Untuk memberikan jawaban ini tidak bisa lepas dari pengalaman masing-masing individu setelah melakukan zikir. Sebagaimana penulis rasakan sendiri bahwa didalam organ tubuh, yaitu tepatnya jantung yang merupakan organ vital dari manusia mengalami kerusakan, yang karenannya tidak dapat menjalankan fungsinya secara baik, di dalam memompa darah untuk ditransfusikan ke seluruh tubuh. Sehingga yang terjadi badan sangat kurus, cepat lelah, tidak ada gairah, bahkan ketika bangun tidur sekalian badan terasa lemas, emosi mudah memuncak karena tekanan darah yang tidak normal. Belum lagi penyakit-penyakit lain yang sering ikut mendompleng, misalnya flu pilek yang tak kunjung sembuh, sariyawan, sering masuk angin.


" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".
Tepat sekali dengan warta dari Rasulullah SAW:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

"Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari." (HR. Buchari: 6856)

Dengan memperbanyak zikir dan berdo'a memohon pertolongan Allah, insya-Allah akan menjadi muslim yang akan selalu optimis dan bersikap khusnudhan terhadap qodrat, irodat dan keadilan Allah SWT. Hatinya di jauhkan dari sikap apatis, prasangka buruk kepada Allah dan sifat-sifat buruk lainnya. Nampak pada raut mukanya yang sejuk, teduh, optimis.
Dalam kondisi apapun hendaknya selalu mengupayakan kebersihan, bersih lahir dan batin. Bersih lahir sebagai syarat untuk melaksanakan perintah Allah, bersih batin menjadi syarat untuk merasa dekat kepada Allah. Dan sesungguhnya Allah memang dekat sehingga tidak ada pengahalang bagai Allah untuk mewujudkan doa dan harapan dari hamba-Nya.

4/14/2020

Membuat Ramuan Herbal Untuk Kesehatan, Atasi Radang Paru



Banyak cara untuk menjaga kesehatan, salah satu diantaranya adalah dengan mengkonsumsi ramuan herbal. Herbal adalah suatu pengobatan alternative, herbal berarti tumbuhan yang tidak berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Tanaman tersebut dapat digunakan sebagai obat baik sebagian atau seluruh tanamannya ((Putra Winkanda Satria, Sehat tanpa dokter dengan ramuan herbal, Citra Media, Yogyakarta, 2013:1). Ramuan herbal bisa dalam bentuk tincture atau ekstrak cair, kapsul, tablet, kompres, teh, krims dan lainnya (Wijayanti Daru, Sehat dengan pengobatan alami, Venus, Yogyakarta, 2009: 166). Ada lagi dengan model direbus, seperti jamu godok yang mempunyai banyak varian. Presiden Jokowi telah mempratekkan dan membiasakan diri untuk menjaga kebugaran dengan meminum ramuan herbal.

Ramuan herbal kadang terasa tidak enak, pahid, asam, sengir, pengar dan bermacam-macam, demikan pula aromanya yang kadang tidak enak. Tetapi sesungguhnya rasa itu hanyalah di mulut, hanya beberapa saat namun khasiatnya bisa dirasakan sepanjang hari bahkan bisa jadi selama hidup akan mempunyai tubuh yang sehat dan kuat. Pernah ada seoarang wanita desa dia bilang tentang sakit perut, karena ada orang yang mendengar dan kebetuan orang tersebut terbiasa dengan obat-obatan kimia, dengan menyebutkan beberapa macam obat sakit perut. Namun ternyata wanita desa tersebut mengatakan bahwa bila perutnya sakit dia cukup mengambil kunyit lalu diparut, diperas dan diminm sarinya, tidak menunggu berlama-lama perutnya kemudian sembuh.

Inilah bahwa sesungguhnya ramuan herbal itu sudah diperkenalkan nenek moyang sejak zaman dahulu. Para leluhur telah mengajari kepada kita agar bersahabat dengan alam, menjaga dan melestarikan. Digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Pada saat ini dunia sedang sibuk dengan kegiatan untuk memerangi Covid-19. Virus ini menyerang saluran pernafasan, sehingga sebagai langkah antisipasi kita gunakan ramuan untuk mengatasi dan menjaga agar tidak terkena radang paru-paru:

Bahan:
• 1 sendok the kopi murni
• 1 sendok makan tepung irut.
• ½ gelas air panas.
• 1 sendok makan madu.
Caranya:
Kopi dan tepung diseduh dengan air panas, aduk sampai rata lalu campurkan madu. Aduk lagi hingga benar-benar bercampur.
Diminum 3 kali sehari, tiap minum buat ramuan yang baru.


Bahan:
• 5 sendok blimbing manis.
• 2 sendok makan madu murni.
Caranya:
Blimbing diparut lalu diperas untuk diambil airnya. Air perasan dicampur dengan madu lalu diaduk sampai merata.
Pemakaian:
Diminum 2 kali sehari 2 sendok makan (Rahumsyah. AR, MB, Penyembuhan alamiyah dengan pijat urut dan obat kuno, Apollo, Surabaya , Tth: 111-112).

Selamat mencoba, jangan putus asa, tetaplah berusaha, berikhtiar dan tawakal, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kemaslahatan hidup manusia.

4/12/2020

Hidup Sehat Tanpa Obat, suatu kepastian dan pilihan



Ada seorang pasien pada sebuah rumah sakit ternama di Yogyakarta, nampaknya pasien tersebut sudah menjadi pasien tetap. Pasien yang demikian ini karena mempunyai penyakit kronis, sehingga dalam setiap bulan harus kontrol ulang. Cukup lama pasien tersebut menunggu antrian obat, setelah dipanggil oleh petugas, dia menerima obat, apa yang terjadi. Dia berkata “kok obatnya hanya sedikit padahal bulan yang lalu dua kali ini”, dia nampak menggerutu, dia kembali ke loket obat menanyakan pada petugas, dia tidak percaya dengan jumlah obat yang diterima. Petugas hanya bisa menjawab bahwa didalam resep hanya tertulis itu saja.

Dari kisah diatas tergambar bahwa banyak pasien rumah sakit sudah ketergantungan pada obat, sehingga khawatir sakitnya akan kambuh bila obatnya kurang. Padahal dokter memberi resep tentu sudah berdasar pada hasil observasi dan pemeriksaan. Bila pasien sakitnya sudah berkurang maka dosisnya dikurangi, namun bila terjadi komplikasi maka obatnya ditambah kadang jenisnya juga bertambah. Banyak pula pasien rumah sakit berusaha untuk mencari obat yang non medis yaitu dengan herbal. Dr. Zaidul Akbar memberikan konsep hidup sehat dengan menghindari makanan yang berasal dari tepung, minyak, gula pasir, susu. Beda lagi dengan Dewi Hughes yang semula 150 kg bisa turun 75 kg dalam waktu 10 bulan, dengan diet kenyang yang dijalani. Dari kebiasaan makan-makanan yang berkalori tinggi beralih mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, terbukti selain berat badannya bisa turun juga kesehatannya menjadi meningkat.

Ada seloroh orang yang peduli pada kesehatan, kebetulan dia berat badannya ideal, ada orang yang melakukan konsultasi padanya, bagaimana agar mempunyai berat badan yang ideal, bukankah tubuh yang gemuk itu adalah simbol suatu kemakmuran. Sehingga ketika ada dua orang yang baru turun dari mobil maka sepontan orang akan mengatakan bahwa bosnya adalah yang bertubuh gendut. Inilah sekilas suatu kisah sebelum orang tersebut membahas tentang program kesehatan yang telah dijalankan. Dia masih melanjutkan percakapan, sesungguhnya orang gendut itu ibarat orang kemana-mana membawa minyak dan gula. Bila minyak dan gula berlebihan di dalam tubuh maka tidak efektif dan tidak produktif. Kesehatan semakin menurun demikian pula kinerja, karena cepat lelah dan mengantuk.

Ada suatu pepatah mengatakan bahwa kesehatan itu bukan segala-galanya, tetapi bila tidak sehat segala-galanya tidak berarti. Kebutuhan hidup manusia meliputi sandang, pangan, papan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti kendaraan, perhiasan, pendidikan, kesehatan, hiburan dan masih ada kebutuhan-kebutuhan lain. Ada kebutuhan yang penting ada yang kurang penting, ada yang mendesak ada yang longgar, namun penempatan kadang yang tumpang tindih, yang tidak terlalu penting dan mendesak lalu didahulukan. Hal ini tidak lepas dari tuntutan dan dorongan hawa nafsu manusia.

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, dengan kondisi sehat maka akan bisa menikmati apapun yang dimiliki, rumah mewah, sofa, dipan, televise, hp, bahkan beraneka macam makanan dan minuman akan dapat dinikmati bila sehat. Bila sakit maka semua menjadi tidak enak, makan minum terasa tidak enak, seandainya merasakan enak namun ada pantangan untuk menyantap makan dan minuman tertentu. Untuk selanjutnya harus ditambah atau diganti dengan berenaka macam obat-obatan. Dapatkah menjadi solusi untuk meraih taraf kesehatan dan kehidupan yang lebih baik? Memang untuk obat-obtan farmasi modern memiliki khasiat yang mengagumkan dan memenuhi kebutuhan untuk kasus-kasus tertentu, namun obat-obatan tersebut mempunyai efek samping, karena kode genetis tubuh manusia tidak dirancang untuk sesuai dengan obat-obatan sintetis buatan manusia (Wijaya Danu, Sehat dengan pengobatan alami, Venus, Yogjakarta, 2009: 6). Manusia berasal dari alam maka disanalah alam menjadi sahabat, sahabat yang baik adalah yang mempunyai kepekaan bila temannya kurang baik. Maka alam telah menyediakan apapun yang menjadi kebutuhan hidup manusia.

Tubuh manusia sangat unik, setiap satu organ tubuh yang sakit maka akan merembet dan dirasakan oleh organ-organ yang lain. Karena itu kondisi organ tubuh manusia yang tidak sehat cara pengobatan dikembalikan kepada alam, karena itu banyak orang yang tertarik untuk menggunakan obat-obatan herbal, disamping harganya murah ternyata bahan-bahannya ada disekitar lingkungan hidup manusia. Pendekatan pengobatan secara holistik, bahwa dalam tubuh manusia mempunyai sistem harmoni yang selalu seimbang. Tidak berfungsinya salah satu organ tubuh manusia akan berpengaruh terhadap anggota tubuh yang lain. Bila anggota tubuh tidak mampu melakukan penyeimbangan kembali seperti keadaan semula, maka akan timbul suatu penyakit.

Penggunaan obat-obatan herbal sebenarnya sudah dikenalkan secara turun-menurun, pada zaman dahulu. Contoh pak tani yang sedang menyabit di sawah ternyata tangannya tergores oleh sabit, terluka dan berdarah. Maka obatnya adalah dengan daun lantoro, dikunyah atau ditumbuk terus ditempelkan pada luka, agar tidak lepas diikat dengan daun alang-alang. Ajaib ternyata lukanya cepat sembuh. Ada orang diare maka mengunyak daun jambu biji menjadi sembuh, anak kecil yang panas maka dikompres dengan daun dadap, perut melilit dengan menyeduh perasan kunyit, tubuh terasa demam maka merebus jahe, pagagan, hipertensi dengan banyak makan mentimun dan sebagainya. Inilah beberapa konsep penyembuhan penyakit tanpa obat

Pengobatan secara herbal memiliki bebarapa macam kelebihan diantaranya:
• Menggunakan bahan alamiah/ organic.
• Kandungannya lebih banyak diserap tubuh dari pada obat sintetis.
• Meningkatkan sistem imun.
• Holistis/ mengobati sumber penyakit.
• Minim efek samping bila digunakan dengan benar.
• Halal karena murni dari tumbuhan. (Putra Winkanda Satria, SEhat tanpa dokter dengan ramuan herbal, Citra Media, Yogyakarta, 2013:2).

Pengobatan dengan mengambil sari alam secara langsung tidak selamanya langsung menjadi sembuh, namun kadang harus melalui proses yang lama, karena itu diperlukan ketekunan, kesabaran, kedisiplinan. Demikian pula sistem imun pada masing-masing orang berbeda-beda, sehingga tingkat kebutuhannya juga berbeda-beda. Karena itu kadang cocok untuk seseorang tidak cocok untuk orang lain, keyakinan harus selalu dipupuk sebagai nutrisi untuk meraih kesembuhan.

4/11/2020

Jadwal dan Nuansa Ibadah pada Bulan Ramadhan di Tengah Wabah Corona


Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nantikan kedatangannya bagi setiap muslim, karena pada bulan itu Allah SWT membuka pintu rahmat, maghfirah dan harapan kelak dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Surganya Allah SWT. Keberkahan bulan Ramadhan juga dirasakan bagi orang-orang non muslim terutama di bidang perdagangan sandang, pangan dan kebutuhan-kebutuhan lain mengalami peningkatan. Bagi orang Islam mempunyai nilai yang lebih, disamping puasa adalah melaksanakan kewajiban, pada bulan itu Allah memberikan nilai tambah untuk setiap ibadah akan dilipatgandakan pahalanya bahkan akan ada ibadah pada malam hari yang pahalanya seperti orang beribadah seribu bulan, yang disebut lailatul qadar.

Nuansa menyambut bulan Ramadhan, hendaknya tetap dijalankan, dan mungkin persiapan kita akan terfokus pada upaya untuk menciptakan kebersihan rumah, lingkungan dan tempat ibadah. Sudah kita maklumi bahwa salah satu upaya pencegahan virus corona adalah dengan senantiasa menjaga kebersihan. Menyambut puasa Ramadhan dengan senang hati menjadi modal untuk dijauhkan dari api neraka, rasul pernah bersabda “barang siapa yang merasa senang akan datangnya bulan Ramadhan maka diharamkan jasadnya masuk ke neraka”. Sebelum memasuki bulan Ramadhan juga membuat suatu perencanaan dalam keluarga, jadwal kegiatan baik secara pribadi maupun yang berkaitan dengan seluruh anggota keluarga.

Nuansa Ramadhan
Ramadhan pada tahun-tahun yang lalu disambut dengan senang hati dengan melakukan berbagai macam kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu bisa berkaitan dengan ubudiyah maupun amaliyahnya.

  1. Kegiatan ubudiyah, adalah kegiatan yang bekaitan dengan proses menyambut bulan suci Ramadan, pelaksanaan ibadah puasa, pengelolaan zakat mal dan zakat fitrah dan pelaksanaan shalat Idul Fitri, karena itu kegiatan ubudiyah meliputi:
  • Melakukan kegiatan kebersihan tempat ibadah, hal yang sudah biasa dilaksanakan adalah membersihkan masjid, langgar dan musholla. Pengecatan, pembenahan lampu-lampu, pembenahan sound sistem, mencuci karpet.
  • Melakukan pencucian sarung, sajadah, mukena.
  • Menyiapkan tempat untuk tadarus Alquran berikut kitab suci Alquran, biasanya takmir masjid memantau ketersedian Alquran dengan kebutuhan, karena itu bila terdapat kekurangan maka akan diupayakan.
  • Membuat jadwal-jadwal kegiatan, meliputi jadwal petugas imam dan bilal shalat tarowih, jadwal kultum pada saat shalat tarowih, jadwal pengisi kuliah subuh, jadwal pengisi pesantren Ramadhan, jadwal petugas konsumsi.
  • Membuat rencana kegiatan buka bersama.
  • Membuat rencana pelaksanaan peringatan Nuzulul Qur’an.
  • Membuat rencana pengumpulan dan pendistribusian zakat fitrah dan zakat mal.
  • Membuat rencana pelaksanaan shalat Idul Fitri berikut petugas khatib dan imam shalat Idul Fitri.
  • Begitu masuk pada bulan Ramadhan, sering kali terjadi pasang surut jamaah shalat Tarowih, karena itu selaku takmir selalu memberikan motivasi pada jamaah agar lebih giat dalam melaksanakn shalat Tarowih, hal ini biasa disampaikan dengan cara melaksanakan kajian kitab, baik Alquran, hadits atau kitab-kitab para ulama’. Biasanya waktnya menyesuaikan bisa antara shalat Isa dan Tarowih, sesudah shalat tarowih, pada saat kuliah subuh, setelah shalat dhuhur, menjelang berbuka puasa. Begitulah kegiatan-kegiatan tahunan yang sudah dilakukan secara terus-menerus.
2.   Kegiatan muamalah, kegiatan ini dilakukan masih berhubungan dengan kegiatan puasa  Ramadhan, karena itu secara pribadi dan masing-masing keluarga juga berbenah untuk menyiapkan segala perlengkapan menyambut bulan Ramadhan dan juga Idul Fitri.


  • Kebutuhan sandang semakin meningkat, baik untuk kegiatan pada bulan Ramadhan atau setelah Ramadhan yaitu acara di bulan Syawal.
  • Kebutuhan pangan juga semakin meningkat, karena pada bulan Ramadhan menyediakan berbagai macam hidangan, demikian pula kebutuhan nutrisi juga lebih ditingkatkan. Karena untuk menjaga stamina selama sehari agar tetap sehat, kuat dan segar.
  • Menjelang akhhir bulan Ramdhan biasanya terjadi mudik, masyarakat yang bekerja atau mukim diluar kota atau luar negeri, ingin menikmati lebaran dikampung halaman bersama anggota keluarga dan masyarakat.


Begitulah bahwa setiap akan datang bulan Ramadhan selalu disambut dengan senang hati, bahkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan puasapun juga turut menyambut bulan suci Ramadhan. Karena itu pada bulan Ramadhan banyak rumah makan yang tutup pada waktu siang hari dan sore hingga malam dibuka. Sehingga banyak keluarga yang sedang berlibur ke luar kota atau keluarga yang ingin merasakan makan diluar rumah. Maka mereka datang ke rumah makan untuk makan bersama. Inilah diantara suka cita malaksanakan puasa Ramadhan.
Namun pada tahun 2020 atau pada Ramadhan 1441 H ibadaah yang demikian nampaknya tidak akan terlaksana, karena dunia sedang dilanda wabah Covid-19. Karena itu kegiatan apakah yang dapat dilakuan pada bulan Ramadhan nanti.

Ibadah puasa Ramadhan pada saat wabah corona.
Setiap ibadah tentu memmpunyai tuntuan syariatnya, ada inti ibadah ada fadhilah, ibadah merupakan wujud pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT. Sehingga ibadah akan berdampak bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain, bisa memberikan manfaat bagi orang lain, karena itu Rasullulah pernah bersabda, bahwa sebaik-baik orang adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Tentu ibadah pada saat terjadi wabah Covid-19 berbeda dengan ibadaah padaa tahun-tahun yang lalu, ibadah pada tahun ini lebih bernuansa pribadi dan keluarga saja. Ibadah yang bernuansa sosial dan berjamah tidak dilaksanakan, hal ini karena upaya untuk memwujudkan kemaslahan umat. Hal ini karena adanya himbau untuk melakukan social distancing. Dengan demikian shalat berjamaah di masjid/ langgar/ musholla untuk sementara untuk tidak dilaksanakan. Hal ini untuk shalat fardhu dan salat tarowih, bahkan untuk shalat Jum’at dan shalat Idul Fitri juga tidak dilaksanakan. Menteri agama RI telah memberikan tuntunan ibadah pada bulan Ramadhan yang tercantun dalam Surat Edaran nomor 6 tahun 2020.

Karena itu setiap keluarga hendaknya bisa menyesuaikan pelaksanaan ibadah dalam keluarga inti, untuk persiapan melaksanakan shalat tarowih tentu saja sama saja untuk dilaksanakan melalui bersih-bersih rumah dan lingkungannya, menyiapkan tempat jamaah shalat, menyiapkan perlengkapan shalat, karpet, sajadah, sarung, mukena, dan menyiapkan Alquran dan kitab-kitab untuk pendidikan dalam keluarga.

Untuk kegiatan buka puasa dan sahur akan dapat mewujudkan kebersamaan dalam keluarga, shalat tarowih dilanjutkan dengan tadarus Alquran hendaknya menjadi kebiasaan dalam keluarga. Waktu setelah makan sahur dan berbuka puasa menjadi waktu yang panjang bila tidak disertai dengan kegiatan. Disinilah tantangan bagi keluarga untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam nuansa ibadah. Hendaknya pada bulan Ramadhan nanti setiap pribadi mempunyai target-target yang akan diupayakan untuk dilaksanakan. Misalnya akan menghatamkan Alquran berapa kali, akan mengikuti kegiatan belajar bahasa Arab, bahasa Inggris, pelatihan baca kitab, kajian Islam yang dibimbing oleh salah satu anggota keluarga atau secara on line.

Jadwal kegiatan pada bulan Ramadhan dimulai dari sahur sampai berbuka puasa:

  1. Makan sahur bersama keluarga.
  2. Persiapan shalat Subuh berjamaah, dengan melaksanakan menggosok gigi dan berwudhu.
  3. Shalat subuh berjamaah dilanjutkan dengan tadarus Alquran, baca buku, mengikuti pelajaran baca kitab.
  4. Melaksanakan gerak badan, olah raga ringan, bisa jalan sehat.
  5. Mandi dilanjutkan dengan shalat dhuha.
  6. Melaksanakan aktifitas, bekerja, belajar hingga waktu dhuhur.
  7. Melaksanakan shalat dhuhur dilanjutkan dengan tadarus Alquran, membaca buku-buku, mengikuti kegiatan baca kitab, bahasa Arab.
  8. Melaksanakan shalat Ashar.
  9. Melaksanakan pelatihan bahasa Arab, baca kitab, baca buku.
  10. Buka puasa dilanjutkan dengan shalat maghrib.
  11. Shalat Isa dilanjutkan shalat tarowih
  12. Tadarus Alquran, baca buku-buku, kitab.
  13. Shalat Tahajud.


Demikian rangkaian ibadah puasa Ramadhan dalam kondisi sedang terkena wabah virus corona. Ibadah utamanya dilaksanakan secara berjamaah namun karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan dengan berjamaah. Dengan tidak dilaksanakan dengan berjamaah bukan berarti kemudian ibadahnya menjadi gugur, ibadah tetap wajib dilaksanakan namun dilaksanakan sendiri atau bersama dengan anggota keluarga. Terkecuali shalat Jum’at tidak dilaksanakan tetapi kemudian menegakkan shalat dhuhur. Shalat Idul Fitri tidak dilaksanakan karena akan terjadi interaksi social, tidak terlaksananya social distancing, sehingga akan sulit memutus rantai penularan virus corona. Demikian pula Shalat Idul Fitri sangat rentan terjadinya penularan, apalagi pertemuan dengan para pemudik yang susah terdeteksi sebagai ODP atau PDP.

4/10/2020

Istiqomah beribadah di tengah Wabah Corona Virus Desease



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi, kondisi demikian harus disikapi secara serius. Maka Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden RI Nomor 11 tahun 2020 menetapkan 1) Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) sebagai jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. 2) Menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) di Indonesia yang wajib dilakukan dengan upaya penaggulangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Status darurat Corona Virus ini hampir merata di seluruh dunia, persebaran yang sangat cepat karena melalui kontak dengan sesama manusia, sehingga beberapa negara menetapkan lock down guna memutus mata rantai persebaran virus ini. Namun ada juga negara yang masih memberi kelonggaran, termasuk di Indonesia. Sekalipun demikian pemerintah tetap memberikan perhatian yang sangat besar, sehinga upaya penanggulangan juga dilakukan secara terpadu. Oleh Kementerian Kesehatan, Perhubungan, Kepolisian, Kementerian Agama, Pendidikan dan juga Lembaga Keagamaan.

Bahkan untuk mempercepat penangan Virus Corona Presiden RI juga menetapkan Keputusan Presiden nomor 7 tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang bertujuan 1) Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan. 2) Mempercepat penanganan Covid-19 melalui sinergi antar kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah. 3) Meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran Covid-19. 4) Meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional. 5) Meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi dan merespon terhadap Covid-19. (www.kominfo.go.id)

Sinergitas antar kementerian/ lembaga terus digalakkan, karena pandemi ini harus diatasi secara terpadu, sebagai contoh Dewan Masjid Indonesia menghimbau untuk rajin membersihkan lokasi masjid dan sekitarnya dengan disinfectan, menggulung karpet. Majlis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa nomor 14 tahun 2020 tentang penyelenggaran ibadah dalam situasi terjadi wabah Covid-19. Bahwa dalam kondisi penyebaran Covid-19 yang tidak terkendali disuatu kawasan yang mengancam jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan shalat Jum’at dikawasan tersebut, samapai keadaan normal kembali dan wajib menggantinya dengan shalat dhuhur. Demikian pula aktifitas ibadah yang melibatkan orang banyak, seperti shalat berjamaah, tarowih, Id, pengajian umum dan majlis taklim.

Dari himbauan, fatwa kemudian disusul Surat Edaran Menteri Agama Nomor 6 tahun 2020 tentang panduan ibadah di bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1414 H di tengah pandemi Covid-19. Secara garis besar memberikan batasan-batasan untuk tidak melaksanakan ibadah secara bersama-sama, shalat tarowih agar di rumah, tidak menyelenggarakan shalat berjamaah, tidak menyelenggarakan shalat Jum’at, shalat Id, Tarudrus Alquran bersama-sama, tidak menyelenggarakan tarowih keliling, tidak meyelenggraakan takbir keliling, shilaturahim dan meminimalkan pengumpukan zakat melalui kontak langsung.

Kegiatan-kegiatan ini sudah mentradsisi ditengah-tengah masyarakat, tuntunan agama yang sudah menjadi kebiasaan akan menimbulkan gejolak di masyarakat. Seakan-akan umat Islam diarahkan untuk jauh dari tempat ibadah, dijauhkan dari rutinitas ibadah, jauh dari saudara-saudaranya. Hal yangdemikian tentu perlu digalakkan sosialisasi kepada masyarakat karena ada saja anggota masyarakat yang kurang peduli terhadap dirinya sendiri, yang berdampak pada kepentingan orang banyak. Mereka berkeyakinan bahwa sehat, sakit, hidup dan mati adalah sudah menjadi takdir, dengan demikian kadang tidak menghiraukan himbauan dari pemerintah.

Karena itu dengan himbuan tersebute sebagai umat Isam hendaknya selalu berusaha dan berikhtiar agar kesehatan mendaji miliknya, sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan kemudharatan untuk dihindari. Pada saat wabah Covid-19 ini setiap orang dikembalikan kepada keluarganya masing-masing, untuk peduli terhadap keluarganya dan juga peduli terhadap orang lain. Setiap muslim tertu sudah merencanakan kegiatan pada bulan Ramadhan yang kadang melibatkan anggota masyarakat dan jemaah masjid. Walaupun perencanaan ini merupakan pengulangan pada tahun yang lalu. Sekalipun demikian tetap ada nilai tambah bahkan kadang nuansanya berbeda.

Pada tahun ini walaupun telah ada Surat Edaran yang mempersempit aktifitas ibadah yang melibakan orang banyak. Namun hendaknya dikembalikan pada keluarga, yang merupakan satuan kecil dalam negara. Buatlah jadwal kegiatan pada bulan Ramadhan yang lebih bernuansa keluarga. Tetap disipilin dan istiqomah dalam melaksanakan ibadah, bahwa dengan tidak adanya shalat jamaah di masjid tetapi shalat lima waktu, tarowih, tadarus Alquran, kajian Islam tetap dilaksanakan karena itu adalah perintah Allah. Hanya satu ibadah yang diganti yaitu shalat Jum’at diganti dengan shalat dhuhur.

Ibadah dalam sekala keluarga ini bisa jadi ini menjadi kesempatan untuk memperkokoh ketahanan keluarga dalam kualitas iman, taqwa dan amaliyahnya. Tidak adanya ibadah secara bersama-sama bukan berarti secara pribadi tidak diwajibkan. Shalat yang tadinya berjamaah di masjid, menjadi shalat berjamaah di rumah masing-masing. Semoga Covid-19 segera berlalu agar segala aktifitas kegiatan bisa pulih kembali, kualitas iman dan amaliyah semakin meningkat.


4/09/2020

Fikir dan Zikir sebagai Penyeimbang Terbentuknya Mentalitas Manusia Karena Lingkungan



Lingkungan adalah kondisi dimana seseorang berada, keberadaan ini bisa dikaitkan dengan keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan kerja dan lainnya. Dalam lingkungan siapa yang mempengaruhi dan siapa yang dipengaruhi, jika ada figur yang mempunyai kemampuan, kekuasaan, kepintaran atau perilaku lainnya maka akan mewarnai kondisi suatu lingkungan dan berpengaruh pada setiap orang. Dalam lingkungan semua orang bisa mempengaruhi, kebiasaan, sikap tutur karta dan perbuatan akan menjadi pembelajaran secara tidak langsung. Pengaruh dan kekuatan akan saling berebut antara perilaku yang baik dan yang buruk. Walaupun semua ini terbentuk secara alami dimana di suatu lingkungan pasti akan ada kecenderungan untuk berbuat baik dan berbuat buruk.

Kehidupan masyarakat selalu begerak secara dinamis, dari perilaku manual menjadi informasi , komunikasi dan sekarang sampai pada era digital. Dahulu orang masih heran melihat televisi, sepeda motor, mobil, pesawat dan lainnya bahkan barang-barang tersebut hanya dimiliki oleh segelitir orang dan menjadi barang yang sangat mewah. Era digital dengan diikuti generasi millineal semua yang diinginkan bisa terwujud, mau naik kendaraan cukup dengan tekan tombol tertentu maka kendaraan akan datang sesuai dengan yang diinginkan. Mau makanan tinggal tekan tombol tidak perlu antri makananpun segera datang. Dan mengunjungi teman dan saudarapun bisa setiap saat melalui video call dan lainnya.

Waktu tahun dua ribuan hp adalah barang yang mewah dan langka, baru bisa panggil dan terima panggilan kemudian meningkat hp bisa untuk sms. Lalu berkembang ada fasilitas bluetooth, terus berkembang hp yang ada kameranya. Terus teknologi berkembang sehingga tercipta androit, setiap orang bisa mendownload aplikasi sesuai keinginnya. Ternyata hp sangat berpengaruh dalam mempengaruhi sikap bahkan bisa membentuk sikap dan perilaku. Kadang menjadi keanehan ketika berkumpul setiap orang sibuk dengan androitnya, setelah berpisah saling wa atau saling panggil. Bahkan ketika berada disuatu area musyawarah atau rapat juga sibuk dengan androitnya.

Biasakah orang tetap menjadi dirinya sendiri.
Diri sendiri adalah suatu yang hakiki, hakekat penciptaan manusia adalah sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan. Tiga hal saling berkaitan, tidak bisa berdiri sendiri, karena kesempurnaan manusia bila dapat mengaplikasikan tiga hal dimaksud. Sehingga ketika seseorang melakukan suatu aktifilas disuatu lingkungan juga harus ramah lingkungan, tidak menimbulkan gaduh di masyarat, jangan mengganggu masyarakat. Sehingga ketika ada orang yang mengatakan “ saya melakukan ini dan itu yang tidak mengganggu orang lain” sehingga statemen ini diikuti dengan sikap yang tak acuk dalam komunitas. Menurut diri sendiri kadang hal demikian hak-haknya apa pedulinya orang lain, inilah kemudian menjadi pribadi yang eksklusif. Sikap dan perilaku apapun akan mempengaruhi perilaku orang lain.

Penciptaan manusia adalah sebaik-baik makhluk, kesempurnaan ini ditandai dengan bentuk manusia yang diberikan kelengkapan sempurna dibanding dengan makhluk yang lainnya. Dengan bangsa hewan jelas sangat berbeda dari fungsi organnya saja sudah jauh berbeda, karena organ manusia yang dikenal dengan panca indra, semuanya bekerja dengan fungsinya masing-masing. Ketika makan, maka akan mengambil dengan tangannya bukan dengan mulutnya. Hal yang demikian karena manusia selain diberikan panca indra yang sempurna juga diberikan akal. Dari sinilah manusia dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, dan dengan ini manusia bisa menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kesempurnaan ciptaan atas manusia karena manusia mengemban misi yang teramat berat, sebagai khalifatullah dan sebagai hamba Allah. Maka Allah telah menyiapkan petunjukkan yang disampaikan para rasul-rasul-Nya. Manusia akan selamat bila mengikuti aturan dan petunjuk Allah, karena itu melalui rasul-rasulnya Allah menerangkan tentang jalan hidup untuk meraih kebahagiaan didunia dan akhirat. Rasul adalah figur uswatun hasanah, sepintar, secerdas, sekaya apapun kalau tidak mengikuti Rasulullah maka dia tidak akan selamat.
Maka seandainya berada dilingkungan yang penuh dengan kemaksiatan, masyarakatnya jauh dari Tuhan. Maka jadilah dirinya sendiri dengan mengikuti syariat Allah yang disampaikan pada rasul-rasul-Nya. Diri sendiri yang senantiasa berada pada ketaatan artinya telah mempertahankan kondisi fitrah. Setiap bayi yang dilahirkan dalam kondisi fitrah, tunduk dan patuh pada kentuan Allah dan Islam adalah agama yang mengajak untuk tunduk dan patuh terhadap perintah Allah. Fitrah adalah dirinya sendiri, dan akan memantapkan dirinya sebagai ahsani taqwim (sebaik-baik penciptaan).
Karena itu kemudian manusia diberikan taklif, melalui bingkai agama rasul menerangkan perintah dan larangan Allah, rasul menerangkan janji dan ancaman, karena itu dalam pelaksanaan dan pengamalan perintah Allah bisa karena khouf, roja’ atau hub. Manusia bebas untuk memilih, karena manusia diberikan hak pilih yang akan menentukan status kemuliannya dihadapan Allah.

Peran lingkungan.
Sikap dan perilaku dipengaruhi bahkan kadang terbentuk karena lingkungan, bisa karena faktor genetika atau bawaan sejak lahir, pendidikan, pergaulan. Ada orang tua yang terheran-heran ketika melihat putranya yang masih kecil, dirumah bisa bernyanyi, mengeja huruf hijaiyah, menghafal angka, nama-nama anggota badan, bercuci tangan sebelum makan, mengambil dengan tangan kanan dan berdoa. Padahal di rumah tidak pernah diajari, karena disamping tidak sabar orang tua sibuk dengan profesinya. Bagaimana putranya bisa melakukan yang demikian. Oh ternyata pendidikan di sekolah, disanalah bisa mengarahkan dan membentuk sikap dan perilaku anak.

Ada lagi anak-anak yang bergaul ditengah komunitas anak-anak yang suka bemain, berjudi, minum-minuman keras dan mabuk-mabukan, tetapi dia tidak pernah tertarik untuk melakukan yang demikian. Mengapa bisa demikian? Hal ini bisa karena pendidikan telah mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang bisa dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Benarkan demikian, sisi lain, anak tersebut hidup dalam keluarga yang religious, taat beragama, oh ternyata karena factor genetika.

Sesungguhnya Allah telah memberikan daya kreasi dan kekuatan kepada manusia, namun manusia diberikan kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya. Pilihan ini yang akan menentukan kondisi seseorang, bahagia atau sengsara bisa ditentukan karena kebebasan memilih ini. Walaupun selagi hidup didunia kebahagian dan kesengsaran ini bersifat nisbi. Beda dengan kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, Allah telah menyediakan tempat yang selalu ada kebahagiaan yaitu surga. Dan ada lagi suatu tempat yang penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan yaitu neraka.

Untuk memperoleh kebahagiaan sejati, Allah telah memberikan petunjuk dan jalan hidup untuk meraihnya. Petunjuk bagi orang Islam adalah Alquran dan Al Hadits, perbuatan yang mengikuti aturan syariat maka untuk selanjutnya akan mempunyai perilaku atau akhlaqul libanin. Karena itu situasi dan kondisi dimanapun berada akan tetap menjadi dirinya sendiri. Karena pribadi yang kuat dan kokoh dapat menempatkan fungsi fikir dan dzikir berjalan beriringan dalam memandu sikap dan perbuatan.

Fikir mempunyai peran yang sangat dominan bahwa manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ini akan menuntun pada perkembangan dan kemajuan kebudayaan dan peradaban, untuk kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia. Bukanlah suatu perkembangan untuk membuat kesengsaran dan kerusakan bagi kehidupan manusia termasuk lingkungan hidupnya. Ha ini karena dwi fungsi manusia sebagai Abdullah dan sebagai khalifatullah, manusia bisa menempatkan akal dan hati pada proporsinya. Sehingga perilaku dalam kehidupan sehari-hari bukan seperti bahtera yang berlayar ditengah laut terobang-ambing oleh badai dan ombak sehingga tidaak tahu arah. Namun seperti batang pohon yang tegak kokoh, akarnya kuat mencengkeram bumi, tangkainya yang lebat dan daunnya rimbun, sekalipun tiupan angin yang kecang dan badai tetap tegak kokoh. Kadang-kadang terlihat meliuk-liuk mengikuti angin tetapi dia tetap pohon yang kuat.

Maka sekalipun pribadi terbentuk dalam lingkungan tetapi mempunyai kepribadian yang kokoh karena peran agama dengan syariatnya telah menuntun untuk memilih dan memilah antara yang hak dan yang batil. Sehingga dengan kemampuan akal bisa memilih yang hak dan yang baik, demikian pula fungsi hati mengingatkan bahwa setiap keputusan yang menjadi tindakan akan berefek pada kehidupan selanjutnya.

4/08/2020

Bukan Ketakutan Wabah Corona, Tetapi Waspada Untuk Usaha dan Ikhtiar

Pada akhir bulan Desember 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya virus corona yang berawal di Wuhan Cina. Persebaran virus ini sangat luar biasa, karena persebaran terjadi antar manusia, melalui ludah, dahak, lendir dan lainnya. Sehingga sampai bulan April 2020 masih terjadi kekhawatiran dan ketakutan, banyak toko yang ditutup, masjid, langgar dan musholla mulai dari tikar digulung hingga ada himbauan untuk tidak menyelenggarakan shalat berjamaah di masjid, tidak menyelanggarakan shalat Jum’at. Dan moment besar yang akan segera datang bulan suci Ramadhan, dengan kegiatan shalat tarowih, tadarus Alquran, buka bersama, pengajian yang menghadirkan orang banyak, hingga shalat Idul Fitri tidk dilaksanakan bila pandemi corona belum sirna.


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةِ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah 
Marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Marilah kita bermuhasabah, mawas diri, menghitung-hitung atas nikmat Allah yang telah diberikah kepada kita dengan pengabdian dan ibadah kita kepada Allah. Karena itu tiada pilihan lain bahwa kita harus semakin giat semakin rajin dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Karena Dialah pencipta dari segala yang ada, Dia yang memberikan kenikmatan kepada manusia namun Dia juga yang berkehendak untuk mencabut kenikmatan tersebut.


Pada hari ini kita sekalian hendaknya selalu waspada dengan wabah Coronavirus disease atau Covid 19. Sungguh telah menjadi kewaspadaan Nasional, hal ini ditandai dengan himbauan dari pemerintah agar mengurangi segala aktifitas yang mendatangkan komunitas manusia, meliburkan para pelajar, bekerja secara online, termasuk himbauan dari pemerintah untuk menggulung karpet yang ada di masjid dan tempat ibadah lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk memutus mata rantai persebaran virus corona.

Sebagai orang yang beriman kita diperintahkan untuk berusaha dan berihtiar agar dihindarkan dari wabah tersebut. Allah SWT berfirman:



“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Arro’du: 11)

Karena itu sebagai upaya menjauhkan dari wabah tersebut kita dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan, kebersihan jasmani badan, pakaian dan tempat hendaknya selalu diupayakan untuk selalu dijaga, setiap pribadi selalu berupaya mewujudkan kebersihan, karena sesungguhnya kebersihan itu sebagian dari iman.
Disamping kebersihan jasmani hendaknya kita berupaya mewujudkan kebersihan rohani, kita memohon berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari wabah dan mara bahaya.



“Dan Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath-Thalaq: 3)
Dengan usaha, ikhtiar dan tawakal kepada Allah, kita berharap kita sekalian, keluarga kira, saudara-saudara kita, warga Negara Indonesia pada umumnya dihindarkan dari musibah, wabah dan malapateka.

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لَا يَضُرُّهُ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ, حَسْبِيَ الرَّبُّ مِنَ الْعِباَدِ, حَسْبي الْخاَلِقَ مِنَ الْمَخْلُوْقِ, حَسْبِيَ الرَّازِقُ مِنَ الْمَرْزُوْقِ, حَسْبِيَ اللهُ هُوَ الْحَسْبِيْ, حَسْبِيَ الَّذِيْ بِيَدِهِ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيْرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ, حَسْبِيَ اللهُ وَكَفَى, سَمِعَ اللهُ لِمَنْ دَعَى, وَلَيْسَ وَرَاءَ اللهِ مَرْمَى, حَسْبِيَ اللهُ لَا اِلَهَ اِلَّا هُوَ, عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

4/07/2020

Kesehatan, Manusia dan Rumah



Dalam judul diatas ada tiga kata yang saling berkaitan, kesehatan, manusia dan rumah. Dua hal penting antara kesehatan dan manusia, manusia hidup ingin sehat, maka bagaimana manusia selalu berupaya untuk bisa selalu tampil prima, sehat lahir dan batin. Tentu saja setelah tahu tantang kebutuhan nutrisi dalam tubuh manusia, maka manusia memerlukan makan dan minum. Dua hal ini ada yang enak di lidah tapi tidak enak di perut apalagi bagi metabolisme tubuh. Sebaliknya ada yang tidak enak di mulut tetapi diperut enak dan bagus untuk memenuhi nutrisi dalam tubuh manusia sehingga bisa meningkatkan kesehatan.

Karena itu untuk bisa meraih kondisi tubuh yang selalu prima walaupun tidak enak di mulut namun dipaksakan untuk dimakan dan diminum, karena yang dipikirkan adalah bahwa enak di mulut hanya berlangsung dalam hitungan menit tetapi bila aman bagi perut dan tubuh maka akan dirasakan berjam-jam bahkan berhari-hari. Bahkan kadang berefek pada kehiduoan selanjutnya. Maka disinilah antara hasrat, keinginan dan larangan menjadi hal yang semakin menambah kompleksitas bahwa untuk menjaga kesehatan itu diperlukan upaya yang konsisten, disiplin dan terpadu.

Disamping kebutuhan nutrisi dalam tubuh ternyata tubuh harus diimbangi dengan kegiatan yang bisa menunjang metabiolisme tubuh menjadi bagus, misalnya dengan membiasakan diri untuk berolah raga, menghindari tidur setelah makan. Karena kadang dari hal yang kecil, misalnya lebih banyak duduknya dari pada geraknya, lebih banyak tidurnya dari pada bangunnya, lebih banyak melihatnya dari pada memprakteknnya terutama dalam olah raga. Hal ini akan menjadi kebiasaan tidak produktif, efektif dan efisien.

Menyadari bahwa dalam hari-harinya digunakan untuk melihat youtobe, membaca sms dan sejenisnya. Kegiatan ini kebanyakan dilakukan sambil duduk sambil ngemil, berbaring atau leyeh-leyeh, tentu hal ini berpengaruh terhadap kesehatan. Karena banyak kalori yang tidak terbakar sehingga menimbulkan timbunan lemak, bisa dalam tubuh atau dalam darah, keduanya menurut kesehatan sama-sama berbahaya. Karena itu perlu aktifitas, gerak dalam setiap jam hendaknya berganti posisinya dan melakukan gerakan, walaupun sekedar untuk mengendorkan otot.

Disamping faktor nutrisi dan gerak yang akan mempengaruhi kesehatan ternyata perasaan juga sangat mendominasi dalam meraih derajat kesehatan. Perasaan ini bisa dari hati atau dari akal, antara hati dan akal saling berkaitan. Biasanya setiap problema yang tidak terselesaikan akan diupayakan untuk diselesaikan. Mengerahkan pikiran, hati tidak mau tinggal diam. Bila probema itu berkaitan dengan orang lain maka disinilah beraneka macam perasaan selalu berkembang. Adanya perasaan tidak enak, perasaan canggung, malu, gengsi, malas campur dalam diri manusia. Karena itu dengan apa mengatasi permasalahan ini agar kesehatan tetap terjaga.

Peran agama.
Didalam agama kadang rasional kadang irrasional, bagaimanakah orang menegakkan shalat hati dan pikiran menjadi tenang, bagaimana cara meemperoleh ketenangan. Agama menuntun jiwa agar menjadi bersih, agama memberikan peringatan bahwa setiap perbuatan yang tidak baik akan berimplikasi pada kesehatan manusia. Perasaan tinggi hati, tidak mau mengalah terapinya dengan shalat. Dari pemahaman dan perenungan bacaan surat Al Fatihah sudah jelas bahwa ayat yang kedua mengatakan segala puji bagi Allah seru sekalian alam. Disana menunjukkan tidak ada yang Maha Kuasa, Maha Perkasa kecuali Allah. Allah Maha Pengasih dan Penyayang, kasih sayang Allah merata bagi seluruh alam. Tidak ada makhluk Allah yang tidak diberi rizki, semuanya telah ditentukan dan disediakan.

Oleh karena itu ketika merasa paling kaya, bercerminlah bagaimanakah Nabi Sulaiman yang diberikan anugerah Allah dengan kekayaan yang melimpah, ternyata menjadi ingat ketika menjamu makhluknya Allah yang berada dilaut sekali saja sudah kehabisan. Beliau sadar bahwa kekayaan dan kekuasaan hanyalah pemberian Allah. Kemudian bagaimanakah ketika Raja Fir’aun merasa paling berkuasa, sehingga menganggap dirinya sebagai Tuhan untuk disembah. Ternyata dia makhluk Allah yang lemah sehingga kandas di dasar laut. Karena itu sikap hati yang keras, yang pongah terapinya adalah shalat.

Shalat juga menyadarkan bahwa manusia adalah makhluk yang harus tahu keadaan. Diantara organ manusia, organ manakah yang paling dihormati dan disanjung-sanjung? Tangan, kaki, dada, badan, kepala? Tentu sepakat bahwa pada kepala terletak simbol kehormatan. Cantik atau tampan tempatnya di muka. Khusus bagi wanita bagaimanakah untuk tampil cantik ada berapa macam alat untuk memoles agar menjadi cantik, berapa biaya yang dikeluarkan, berapa lama waktunya untuk berhias. Misalnya dari mukanya, alisnya, idepnya, bibirnya, giginya, dagunya, pipinya, keningnya, rambutnya. Demikian pula kaum pria kumisnya, jambannya, mukanya dan lainnya akan menunjukkan karisma.

Jadi benar bahwa pada kepala terletak simbol kebanggaan, disamping karena selalu berada pada posisi paling atas. Namun sadarkah bahwa ketika shalat ternyata suatu yang diagungkan bersedia untuk sejajar dengan suatu yang berada dibawah dalam hal penghormatannya. Kepala harus ikhlas sejajar dengan pantat, ada apakah dalam pantat, disana tempat keluarnya sesuatu yang kotor. Bahkan ketika sujud ternyata kepala harus mengikhlaskan ketika harus lebih rendah posisinya dari pada pantat.

Manusia ibarat rumah.
Bila manusia ingin selalu tampil prima, maka dari itu ingin selalu menjaga kesehatan, karena itu perlu dijaga dan diupayakan. Perjalanan hidup manusia dimakan usia, karena itu usia yang semakin bertambah derajat kesehatan bukan semakin baik, namun semakin turun. Karena itu gejala-gejala orang menjadi tua minimal ada 7 yang disingkat 6B 1L . 6 B adalah, Budeg (pendengarannya berkurang), Bisu (sulit bicara), Blawur (penghlihatan samar), Bawel (crewet), Buyuten (gemetaran), Bingung, L (lalen) pikun mudah lupa. Disamping itu ada unsur-unsur fisik yang berubah,seperti kulit keriput, rambut putih, tubuh bengkok atau miring, otot-otot kendor, matanya sering berair, giginya ompong dan lainnya.

Kadang segala macam ditempuh untuk merenovasi diri seperti rambut putih dicat, gigi ompong pasang gigi palsu, kulit keripun di make up dan lainnya. Namun sepintar-pintar manusia tetap tidak bisa mengundurkan usia, ternyata yang tua tetap tua, apalagi dengan kelahiran cucu atau cicit sehingga penyebutan nama diberi gelar eyang atau buyut. Sehingga jika ada orang tua yang merasa sehat, tampan dan cantik tentu dalam dimensi yang berbeda. Usaha dalam bentuk apapun akan menjadi seperti rumah, walaupun selalu diadakan perawatan, dibersihkan, dicat namun tetap ada saja yang rusak. Bila atapnya tidak bocor bisa jadi hanya retak. Demikian pula temboknya, jendelanya, pintunya, lantainya, pagarnya, lampunya, instalasinya. Karena memang waktu tidak bisa didustai.

Agar masa tua tetap bahagia hendaknya tetap menerapkan pola makan yang baik, berolah raga, istirahat yang cukup, lebih aktif dalam kegiatan keagamaan. Kembalikan kebiasaan suka membaca, dan bagi yang belum terbiasa untuk melatih. Karena usia tua teman dan kerabat dekat banyak namaun kadang terasa jauh. Zaman sudah berubah orangnya dekat namun hatinya jauh, berbedaa dengan zaman dahulu jasadnya jauh namun dekat di hati. Solusi kebiasaan membaca, mengendorkan urat saraf, menambah kualitas iman dan menambah pahala yaitu dengan membaca Alquran.

Yang muda akan menjadi tua, yang tua tidak akan menjadi muda lagi, muda dan tua adalah Sunnatullah, nikmati kehidupan dengan rasa bahagia, insya-Allah akan selalu sehat, amin.

4/06/2020

Raih Kelezatan Iman



Hidup manusia ditentukan hukum kausalitas, maka dari itu ada penggalan hadits rasul “barang siapa menanam maka akan mengetam”. Setiap perbuatan akan berdampak pada hasil, baik itu untuk diri sendiri atau beralih pada anak, istri atau keluarganya. Dalam waktu singkat, sedang atau lama, dunia atau akhirat, karena semua perbuatan pasti akan kembali pada dirinya sendiri. Seandainya semua orang tahu dan faham akan hal ini, tentu kemaslahan dan ketenteraman hidup akan dicapai.

Warna-warni alam semesta menjadi ketentuan bahwa keseragaman dan kesamaan tidak akan pernah terjadi, karena itu bila ada baik maka selalu ada yang buruk, ada besar ada kecil, ada panjang pendek, ada jauh ada dekat dan sebagainya. Demikian pula kondisi seseorang bisa menjadi iman atau kafir, taat atau maksiat. Tentang keyakinan dan keimanan bukan kewenangan manusia untuk menentukan, manusia hanya mengupayakan agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, Engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman”. QS. 2:6)

Karena itu Allah memberikan petunjuk jalan hidup yang disampaikan melalui para rasul-Nya. Syariat Allah sudah mencapai kesempurnaan ketika telah mengutus nabi Muhammad SAW. Allah akan terus memberikan petunjuk yang kemudian dilanjutkan dengan para ulama’. Dengan berbekal pada iman maka orang akan meraih kelezatan, kenikmtan hidup, kebahagian dan kesejahteran hidup. Pada Alquran telah dinyatakan bahwa tidak cukup sesorang mengatakan “saya beriman” melainkan harus diikuti dengan amal shalih, karena itu didalam Alquran kata iman disandingkan dengaan amal shalih. Bila kedua hal ini bisa saling berdampingan maka janji Allah akan bisa dirasakan.
Dalam sabdanya rasulullah SAW telah bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka" (HR. Buchari hadits ke-15).

Ada tiga syarat untuk meraih manisnya iman 1) Allah dan rasul-Nya lebih diprioritaskan, 2) bila mencintai seseorang itu berlandaskan karena cinta kepada Allah, 3) membenci perbuatan maksiat karena kekufuran sebagaimana benci bila kelak dilemparkan ke neraka. Tiga syarat itu berkaitan erat antara hati, lisan dan perbuatan, sesuai dengan prinsip iman yaitu keyakinan dalam hati lalu diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Bagaimankah jika tidak ada kesinambungan, tentu akan menimbulkan dampak, predikat mukmin akan menjadi kafir, atau paling tidak akan menjadi munafiq. Semua ini akan berimplikasi pada siakap dan perbuatan keseharian.

Predikat manusia sebagai makhluk yang diciptakan dalam sebaik-baik bentuk maka kemudian akan turun drastis, akan menduduki posisi tepat yang rendah. Kecuali bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih, maka bagi mereka pahala yanag tiada putus-putisnya”. (QS. Ath-thin: 4-6).

Atau bahkan Allah mengibaratkan seperti hewan ternak bahkan lebih rendah dari itu.
“ dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, merka mempunyai ahati, tetapi tiak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan merka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), merka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’rof: 179)

Bila Allah dan rasul-Nya yang diprioritaskan, maka dapat dilihat dalam aktifitas keseharian. Sebagai muslim tentu dalam sehari semalam minimal mendengarkan panggilan untuk shalat sebanyak sepuluh kali, lima kali ketika mendengar kumandang adzan dan lima kali ketika mendengar kumandang iqamah. Sedang apakah ketika mendengar panggilan tersebut, manakah yang lebih didahulukan. Bukankah Allah itu akan mengikuti persangkaan hamba-Nya? Demikian pula ketika mencintai sesuatu, misalnya kepada wanita yang dicintai hendaknya tidak mencintai kecuali cinta pada Allah. Sehingga setiap aktifitas selalu diiringi dengan rasa syukur atas semua anugerah Allah sehingga akan berupaya meningkatkan amal ibadah kepada Allah. Bila telah melakukan salah dan dosa agar memperbanyak istighfar, mohon ampun kepada Allah, serta bertobat. Karena bila hal ini dilakukan secara terpadu dan istiqomah maka akan meningkatkan derajat iman dan taqwanya.